1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia ini tidak akan lepas dari hubungan antara
manusia satu dengan manusia yang lain karena manusia merupakan
makhluk sosial. Makhluk sosial tersebut kemudian membentuk suatu
komunitas yang kemudian disebut masyarakat. Masyarakat (community)
adalah kelompok-kelompok orang yang menempati sebuah wilayah
tertentu, yang hidup secara relatif lama, saling berkomunikasi, memiliki
simbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hukum yang mengontrol
tindakan anggotanya, memiliki sistem stratifikasi, sadar sebagai bagian
dari anggota masyarakat tersebut serta relatif dapat menghidupi dirinya
sendiri.1 Masyarakat yang satu saling berhubungan dengan masyarakat
yang lain dari satu daerah ke daerah lain sampai ke negara lain.
Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, sehingga dapat
dipastikan manusia tidak dapat hidup seorang diri tanpa kehadiran
manusia lain. Keharusan untuk melangsungkan hidup bersama merupakan
permasalahan mandasar bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan dan kepentingan tersebut harus dapat terlindungi dan
terpenuhi, oleh karena itu manusia hidup secara berkelompok di dalam
masyarakat.2 Sudikno, dalam bukunya juga menyampaikan bahwa
1
2
Burhan Bungin, 2005,PORNOMEDIA,Prenada Media,Jakarta, hlm.26
Sudikno Metrokusumo, 2001, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm.3
2
masyarakat merupakan salah satu kehidupan bersama yang anggotaanggotanya mengadakan suatu pola tingkah laku yang maknanya
dimengerti oleh sesama anggota.3
Manusia sebagai makhuk sosial tidak bisa berdiri sendiri dalam
menjalankan kehidupannya. Manusia hidup secara berkelompok, dimana
masing-masing individu melakukan aktivitas untuk menunjang kebutuhan
hidupnya. Terdapat makhluk hidup lain di sekitar kehidupan setiap
individu, dapat berupa masyarakat, lingkungan alam, tumbuhan maupun
hewan. Sebagian besar makhluk hidup melakukan aktivitasnya seperti
makan, bergerak, dan berkembang biak untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Semua makhluk hidup yang tinggal dalam suatu tempat saling
berinteraksi dan tentunya saling mempengaruhi.
Manusia menanam tumbuhan untuk dimanfaatkan buah, daun,
maupun
batangnya.
membutuhkan
Begitu
manusia
juga
dalam
hal
sebaliknya,
dimana
perawatannya.
tumbuhan
Manusia
juga
memelihara hewan ternak untuk dimanfaatkan daging atau telurnya,
sebaliknya hewan ternak juga bergantung pada manusia dalam hal
penyediaan makanan. Manusia juga memelihara hewan untuk kesenangan
dan hobi, mulai dari hewan bertubuh besar, hingga kecil, pemilihan jenis
hewan yang dipelihara pun bermacam-macam, mulai dari unggas, reptil,
hingga mamalia, mulai dari yang liar sekalipun hingga yang jinak.
Manusia dan hewan peliharaan harus tetap hidup saling berdampingan,
3
Ibid. hlm 1.
3
karena saling menguntungkan satu sama lainnya, sehingga terbentukah
hubungan timbal balik antara makhluk hidup.
Dalam penulisan hukum ini akan lebih di fokuskan pada pembahaasn
mengenai hewan peliharaan, namun sebelum banyak membahas mengenai
hewan peliharaan, ada baiknya apabila penulis memaparkan sedikit
perbedaan antara hewan peliharaan dengan hewan ternak.
Hewan
ternak
berdasarkan
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia,
merupakan hewan yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan,
sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia.
Pada umumnya hewan ternak dikembangkan dalam suatu peternakan.
Pasal 1 (1) Undang-undang No. 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-undang No. 18 Tahun Tahun 2009 Tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan (UU Peternakan dan Kesehatan Hewan), menyatakan
bahwa: “Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber
daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak ruminansia indukan, pakan, alat
dan mesin peternakan, budi daya ternak, panen, Pasca panen, pengolahan,
pemasaran,
pengusahaan,
prasarana.”Peternakan
adalah
pembiayaan,
kegiatan
serta
sarana
mengembangbiakkan
dan
dan
membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari
kegiatan tersebut. Peternakan tidak hanya terbatas pada pemeliharaan saja,
memelihara dan peternakan perbedaanya terletak pada tujuan yang
ditetapkan. Muhammad Rasyaf, dalam bukunya mengatakan bahwa tujuan
peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip
4
manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah di kombinasikan secara
optimal.4
Pasal 1 (4) UU Peternakan dan Kesehatan Hewan menyatakan bahwa:
“hewan peliharaan adalah hewan yang kehidupannya untuk sebagian atau
keseluruhan
bergantung
pada
manusia
untuk
maksud
tertentu.”
Berdasarkan ketentuan tersebut, hewan peliharaan adalah hewan yang
kesehariannya dipelihara sebagai teman manusia. Hewan yang pada
umumnya populer untuk dijadikan hewan peliharaan adalah hewan yang
memiliki karakter setia pada majikannya atau hewan yang menarik,
misalnya karena bulunya, atau dapat mengeluarkan suara yang indah.
Setiap manusia dapat saja memelihara hewan apa pun, namun pada
prakteknya, hanya spesies hewan tertentu saja yang dijadikan hewan
peliharaan, misalnya hewan kecil. Hewan peliharaan ini biasanya sering
dianggap sahabat oleh pemiliknya, seekor anjing misalnya.
Memelihara anjing, khususnya anjing ras kini sudah sangat sering
dijumpai di kalangan masyarakat. Pada mulanya, anjing dipelihara sekedar
sebagai penyaluran hobi, kini pemeliharaan anjing cenderung mengarah
sebagai suatu kegiatan yang dapat menghasilkan uang, misalnya sebagai
pemacak atau yang sering dikenal dengan sebutan breeder, membuka pet
shop, membuka salon hewan (grooming).
Anjing merupakan salah satu hewan peliharaan yang sangat digemari
manusia, loyalitas dan berbagai macam karakter anjing ini membuat
4
Muhammad Rasyaf, 1994, Manajemen Peternakan Ayam Kampung, Kanisius,Yogyakarta, hlm 13
5
manusia memilih anjing sebagai hewan peliharaaan. Saat ini sebagian
besar populasi anjing dijadikan sebagai hewan peliharaan, dengan
berbagai fungsi tentunya. Secara psikis wajar bila banyak orang
menjadikan hewan sebagai objek afeksi, karena mengasihi adalah salah
satu kebutuhan setiap orang yang dapat diberikan kepada siapa saja, baik
kepada manusia maupun kepada hewan kesayangan.
Anjing adalah binatang yang setia. Anjing mempunyai ikatan perasaan
yang kuat dengan pemiliknya, anjing juga dapat merasakan kasih sayang
dan dapat membalaskan kasih sayang kepada tuannya tanpa pamrih,
pemilik anjing yang berada dalam kondisi terpuruk sekalipun tetap dapat
dirasakan oleh anjing peliharaannya.5
Adapun alasan yang paling umum manusia ingin memiliki hewan
peliharaan anjing, adalah karena dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:6
a. Persahabatan
Bagi para pemilik anjing, hal yang paling utama dari memiliki
seekor
anjing
adalah
persahabatan
yang
dapat
terjalin.
Persahabatan mungkin sebagai teman bekerja untuk tugas tertentu.
Anjing merupakan mitra dan teman kerja yang dapat dipercaya,
karena sikapnya yang bersahabat dan loyal terhadap tuannya.
b. Kenyamanan
5
Ruby Guo & Angelika Kwee, 2014, The Secret of Animal Minds, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
6
http://anjingkamu.blogspot.com/2010/08/manfaat-memelihara-anjing_02.html diunduh pada 11
November 2014, pukul 13.25
6
Aspek halus dari persahabatan dengan binatang peliharaan adalah
kedekatan fisik binatang peliharaan dengan pemiliknya. Rasa
nyaman berasal dari kontak fisik secaralangsung seperti mengelus
dan bahkan memeluk hewan peliharaan tersebut.
c. Relaksasi
Hewan peliharaan pada umumnya akan membantu pemiliknya
untuk dapat bersikap lebih santai. Denyut jantung dan tekanan
darah seseorang yang sedang tegang akan turun ketika melihat
binatang peliharaannya.
d. Keamanan fisik dan perlindungan
Meningkatnya tingkat kriminal mengakibatkan banyak manusia
yang memelihara anjing sebagai penjaga untuk melindungi diri
dan harta benda dari tindak kejahatan. Jenis anjing yang pada
umumnya dipilih untuk kepentingan penjagaan adalah anjing
dengan tubuh yang besar, dan pada umumnya sedikit lebih agresif,
seperti Doberman, German Sheperd, atau Rottweiler.
e. Keamanan emosional
Disamping
perlindungan
fisik,
seekor
anjing
juga
dapat
memberikan kenyamanan psikologis kepada manusia. Anjing
dapat memberikan rasa keamanan emosional untuk menghadapi
dan mengatasi rasa takut yang dirasakan manusia, seperti saat
kegelapan atau saat berada sendirian di rumah.
7
Jenis hewan yang paling banyak dijadikan hewan peliharaan pada saat
ini adalah anjing, terutama anjing ras bagi kalangan tertentu yang lebih
memilih memiliki anjing dengan ras yang terjamin keasliannya dan dapat
dibuktikan dengan sertifikat keturunan. Pada mulanya, anjing tidak serta
merta dijadikan hewan peliharaan oleh manusia, namun ada proses
domestifikasi yang dilakukan terlebih dahulu.
Domestifikasi merupakan proses pengadopsian hewan dari kehidupan
liar ke dalam lingkungan sehari-hari manusia. Dalam arti yang lebih
sederhana, domestifikasi merupakan proses penjinakan yang dilakukan
terhadap hewan liar secara berkelompok. Domestifikasi dilakukan dalam
hal perbaikan keturunan (pemuliaan) maupun dalam hal perbaikan sifat
atau karakter dari hewan yang didomestifikasi, sehingga mampu
menghasilkan puluhan ras anjing yang bervariasi.
Perbedaan jenis anjing ini dapat dibedakan mulai dari yang memiliki
tubuh beberapa puluh centi meter, hingga anjing yang memiliki tubuh
yang tingginya beberapa meter. Warna bulu yang beragam, mulai dari
putih hitam, merah, abu-abu dan coklat. Anjing juga memiliki berbagai
jenis bulu anjing, misalnya anjing yang bulunya pendek hingga berbulu
panjang, dan jenis bulu yang berbeda pula, mulai dari yang keriting, lurus,
kasar, hingga lembut seperti wol. Perbedaan jenis anjing dan variasinya
tersebut ternyata semakin menarik perhatian kalangan pecinta hewan
peliharaan, sehingga mulai dikomersialisasikan keberadaannya.
8
Dewasa ini, marak sekali terjadi praktek jual-beli anjing yang terjadi
di berbagai pelosok dunia, meskipun ada beberapa negara yang sebenarnya
melarang perdagangan hewan tersebut. Di Indonesia, atau di Provinsi D. I.
Yogyakarta khususnya, praktek jual-beli anjing ras ini telah ada sejak
lama, dan terdapat kennel untuk berbagai macam ras anjing, satu jenis
anjing
pada
umumnya
memiliki
satu
kennel
tersendiri,
jadi
pengembangbiakannya dapat dilakukan secara murni.
Semakin
meningkatnya
jumlah
kennel
yang
di
Yogyakarta
menunjukkan bahwa semakin banyak pula orang yang berminat untuk
memelihara bahkan membiakkannya. Pengembangbiakan dilakukan
dengan perantaraan pemilik
kennel, sementara para pihaknya adalah
pemilik anjing jantan maupun pemilik anjing betina yang akan melakukan
pemacakan anjing. Pemilik kennel juga dimungkinkan bertindak sebagai
para pihak langsung, baik pihak pemilik anjing jantan maupun pemilik
anjing betina.
Untuk menghasilkan anjing ras yang baik, bermutu serta memiliki
nilai yang tinggi, maka tidak terlepas dari masalah pemacakan anjing ras
tersebut. Pemacakan anjing ras ini sudah menyangkut kepentingan bisnis,
maka dalam pelaksanaanya dibutuhkan adanya suatu perikatan antar pihak
berbentuk perjanjian, yang berfungsi sebagai acuan agar hak para pihak
terjamin selama pelaksanaan pemacakan. Penjaminan hak dan kewajiban
para pihak dalam pelaksanaan pemacakan anjing ini dilakukan karena
anjing pada masa sekarang ini sudah menjadi suatu lahan pencarian
9
keuntungan selain memang sebagai sarana penyaluran hobi bagi sebagian
kalangan pecinta hewan peliharaan.
Pada pemacakan anjing ras, terdapat syarat pemacakan yang diatur
dalam “Peraturan Pembiakan, Pencatatan dan Pengeluaran Surat Silsilah
Anjing Trah” Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin), diantaranya
dalam pembiakan, pemacakan harus dilaksanakan antara dua anjing
sejenis, seekor betina tidak diperkenankan dipacak oleh lebih dari seekor
anjing jantan dalam satu masa birahi, adanya larangan perkawinan saudara
sekandung (seinduk dan sebapak). Pemacakan terdekat, kecuali untuk jenis
yang langka, dan harus tetap mendapatkan persetujuan dari Ketua Perkin
Wilayah, dengan didahului pemeriksaan terhadap induknya, karena pada
dasarnya kedua anjing tersebut harus memiliki surat-surat silsilah yang
diakui dan disahkan oleh pengurus Perkin dan diijinkan untuk
dilakukannya pemacakan atas dasar ciri-ciri ras yang berlaku.
Ada sebagian masyarakat yang menyebutnya dengan anjing ras dan
ada juga yang menyebutnya dengan perkataan anjing trah. Kedua
perkataan tersebut memiliki arti yang sama, meskipun penyebutannya
berbeda. Dalam penulisan hukum ini, penulis menggunakan istilah anjing
ras, karena istilah tersebut sudah umum penggunaannya di tengah
masyarakat.
Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),
menganut sistem terbuka, dalam arti setiap orang bebas untuk membuat
suatu perjanjian selama tidak bertentangan dengan undang-undang,
10
ketertiban umum dan kesusilaan. Buku III KUHPerdata, sepanjang ini
hanya mengatur mengenai perjanjian-perjanjian bernama, yaitu perjanjian
yang sering ditemui dalam masyarakat, misalnya jual beli, sewa menyewa,
tukar menukar dan pinjam pakai. Perjanjian yang dilakukan antara pemilik
anjing jantan dan anjing betina belum diatur dengan perjanjian tertulis dan
belum dikategorikan ke dalam salah satu jenis perjanjian, sehingga
perjanjian tersebut mempunyai ciri khas tersendiri yang berbeda dengan
perjanjian bernama yang diatur dalam KUHPerdata.
Kennel sebagai perantara para pihak atau bahkan sebagi salah satu
pihak, tidak memiliki aturan tertentu yang berfungsi sebagai acuan dasar
dalam menyelesaikan sengketa selama pelaksanaan perjanjian pemacakan
anjing. Pelaksanaan perjanjian berisi ketentuan yang disepakati antara para
pihak, misalnya apabila kelak anjing tersebut memiliki beberapa ekor
anak, maka akan dibagi secara merata. Ternyata anjing tersebut hanya
memiliki 1 (satu) ekor anak saja, maka langkah penyelesaian sengketa
seperti apa yang akan dilakukan, karena memang belum ada aturan yang
pasti dalam pelaksanaannya. Contoh lain misalnya, sistem perkawinan
dilakukan tidak dengan sistem bagi hasil, namun pemacakan dilakukan
dengan cara membayar kepada pemilik pejantan untuk mendapatkan benih
dengan cara pemacakan, maka kemudian semua hasil anak anjing yang
didapatkan menjadi hak penuh pemilik anjing betina. Anjing betina yang
tidak
hamil
akan
menimbulkan
permasalahan
antara
para
11
pihak,penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh para pihak pada
umumnya dengan cara kekeluargaan dengan asas kesepakatan.
Melihat keadaan tersebut, sehingga dianggap penting untuk dibuatnya
perjanjian antar pihak sebagai acuan dalam pelaksanaan pemacakan.
Melihat kondisi yang ada, maka penulis merasa penting untuk meneliti
mengenai pelaksanaan perjanjian bagi hasil dan penyelesaiannya apabila
ada terdapat sengketa, karena pada umumnya sering terjadi sengketa
antara para pihak dalam perjanjian bagi hasil tersebut.
Berlandaskan latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk
melakukan penulisan dengan judul ”PELAKSANAAN PERJANJIAN
PEMACAKAN ANJING RAS DI JOGJA TOWN KENNEL”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka dapat
ditentukan perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana sistem bagi hasil dalam Perjanjian Pemacakan Anjing
ras dalam praktik di Jogja Town Kennel?
2.
Bagaimana penyelesaian sengketa dalam pelaksanaan Perjanjian
Pemacakan Anjing ras di Jogja Town Kennel?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis di dalam Penulisan Hukum ini
meliputi 2 (dua) hal, yaitu:
12
1.
Tujuan Objektif
a. Mengetahui dan menganalisis sistem bagi hasil dalam
perjanjian pemacakan anjing ras yang dilaksanakan antara
para pihak, baik pemilik anjing jantan, pemilik anjing betina,
maupun pemilik kennel.
b. Mengetahui dan menganalisis mekanisme penyelesaian
sengketa dalam pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Anjing
ras, khususnya di Jogja Town Kennel.
2.
Tujuan Subjektif
a. Untuk memperoleh informasi dan data yang akurat terkait
dengan objek penelitian yang sedang diteliti.
b. Menjadi bahan di dalam Penulisan Hukum, yang merupakan
salah satu mata kuliah wajib di Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada.
D. Keaslian Penelitian
Untuk mengetahui keaslian dari penelitian dalam Penulisan Hukum
ini, Penulis telah melakukan penelusuran kepustakaan di Perpustakaan
Hukum Universitas Gadjah Mada. Penulisan Hukum dengan judul,
“Pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Anjing Ras Di Jogja Town Kennel”,
belum pernah dilakukan. Penelitian yang sudah pernah dilakukan pada
topik perjanjian dengan objek hewan adalah sebagai berikut:
13
1.
Penelitian berjudul “Pelaksanaan Perjanjian Penitipan Hewan di
Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi Yogyakarta”7 yang bertujuan
untuk
mengetahui
pelaksanaan
perjanjian,
bentuk-bentuk
wanprestasi dan cara penyelesaiannya pada perjanjian penitipan
hewan.
2.
Penelitian berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen
Dalam Perjanjian Jasa Penitipan Hewan Peliharaan di
Kabupaten Sleman”8 yang bertujuan untuk mengetahui mengenai
perlindungan
hukum
bagi
konsumen
dan
penyelesaian
wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian jasa penitipan hewan
peliharaan.
3.
Penelitian berjudul “Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap
Klien (Pemilik Hewan) Dalam Perjanjian Terapeutik di Rumah
Sakit Hewan Prof. Soeparwi”9 Penelitian ini membahas tentang
pelaksanaan perjanjian terapeutik antara klien dengan dokter
hewan dan perlindungan hukumnya dalam perjanjian terapeutik di
Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi.
Ketiga penelitian tersebut di atas memiliki kemiripan dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kemiripan tersebut terletak pada
7
Audy Ferdiananda, 2014, Pelaksanaan Perjanjian Penitipan Hewan di Rumah Sakit Hewan Prof.
Soeparwi Yogyakarta,Penulisan Hukum bagian Hukum Perdata FH UGM, Yogyakarta, hlm. 5
8
Tata Hendrata, 2014, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jasa
Penitipan Hewan Peliharaan di Kabupaten Sleman, Penulisan Hukum bagian Hukum Perdata FH
UGM, Yogyakarta, hlm.7
9
Khilmy Rosyidah, 2013, Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Klien (Pemilik Hewan)
Dalam Perjanjian Terapeutik di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi, Penulisan Hukum bagian
Hukum Perdata FH UGM, Yogyakarta, hlm. 9
14
objek perjanjiannya yakni hewan. Namun terdapat perbedaan antara ketiga
penelitian tersebut diatas, yakni bahwa penulis memiliki subjek dan lokasi
penelitian yang berbeda, yakni:
1. Konsumen dari penitipan hewan di Rumah Sakit Hewan Prof.
Soeparwi, Yogyakarta;
2. Konsumen dalam perjanjian jasa penitipan hewan peliharaan di
Kabupaten Sleman; dan
3. Klien (pemilik hewan) dalam perjanjian terapeutik di Rumah Sakit
Hewan Prof. Soeparwi.
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan diatas, maka Penulis
menganggap bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh Penulis adalah asli
dan layak untuk diteliti, bukan merupakan duplikasi dari hasil karya orang
lain, serta dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Apabila terdapat
penelitian mirip diluar pengetahuan Penulis, maka diharapkan penelitian ini
dapat saling melengkapi satu sama lain.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan yang dilakukan oleh penulis, yakni:
1.
Bagi Penulis
a. Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi penulis berupa
wawasan ilmu pengetahuan, yakni terkait pelaksanaan
15
Perjanjian Pemacakan Anjing ras secara umum, dan secara
khusus di Jogja Town Kennel.
b. Hasil dari penelitian ini bagi penulis adalah sebagai
pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum.
2.
Bagi Ilmu Pengetahuan
a. Diharapkan hasil daripada penelitian ini dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan ataupun pemikiran yang
bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di
dalam perkembangan hukum di Indonesia.
b. Untuk
menambah
pengetahuan
mengenai
penyelesaian
sengketa dalam pelaksanaan perjanjian pemacakan anjing ras.
3.
Bagi Masyarakat
a.
Diharapkan hasil daripada penelitian ini dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan bagi para penggemar hewan
peliharaan anjing, agar dapat memahami hak dan kewajiban
para pihak yang dijamin dalam perjanjian antara para pihak
dalam Perjanjian Pemacakan Anjing, khususnya di Jogja
Town Kennel. Sehingga dalam melaksanakan Perjanjian
Pemacakan Anjing ras nantinya diharapkan mampu untuk
menghindari kemungkinan sengketa antara para pihak.
16
b.
Untuk
memberikan
informasi
pengetahuan
bagi
mengetahui
ketentuan-ketentuan
pemacakan anjing ras.
masyarakat,
dan
sumbangan
ilmu
sehingga
masyarakat
dalam
pelaksanaan
Download