BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna dari
makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang lain. Manusia juga dihadirkan ke dunia sebagai
pemimpin yang memiliki berbagai macam kemampuan. Manusia memiliki kelebihan
dari makhluk-makhluk lain karena dibekali akal dan pikiran yang tidak dimiliki oleh
makhluk Tuhan lainnya. Hal-hal diatas merupakan segelintir firman Tuhan dalam
alkitabnya mengenai takdir manusia.
Hidup manusia sebagai makhluk sempurna ciptaan Tuhan bukan berarti
menjadikannya dapat hidup sendirian di dunia. Manusia tidak dapat hidup sendiri
dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang harus berhubungan satu dengan
yang lainnya. Tom Hanks dalam filmnya berjudul “Cast Away” bahkan dapat menjadi
cerminan bagi kita, bahwa betapa putus asanya seorang manusia hidup sendiri saat
terdampar di suatu pulau. Bahkan dalam film tersebut, Chuck Noland yang diperankan
oleh Tom Hanks sangat kesepian sehingga berteman dengan sebuah bola voli yang dia
beri nama “Wilson” dan diajaknya berbicara setiap hari.
1
2
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat memenuhi kebutuhannya seharihari baik rohani maupun jasmani tanpa adanya manusia lainnya yang berinteraksi
sesamanya. Untuk itulah seorang manusia perlu hidup dalam suatu komunitas yang
terdiri dari beberapa manusia sebagai makhluk individu di dalamnya. Komunitas
tersebut dapat diciptakan secara sengaja, maupun tercipta dengan sendirinya karena
keadaan. Manusia di dalam komunitas tersebut dapat disebut sebagai masyarakat.
Masyarakat ini menempati sebuah wilayah yang memiliki aturan-aturan yang hidup di
dalamnya dan manusia saling berkomunikasi sesamanya.
Sudikno Mertokusumo menyampaikan bahwa kepentingan dan kebutuhan
manusia harus dapat terlindungi dan terpenuhi, oleh karena itu manusia hidup secara
berkelompok dalam masyarakat.1 Takdir manusia sebagai makhluk sosial inilah yang
memberikan keharusan bagi manusia untuk saling berhubungan dengan baik, agar
dapat melanjutkan kehidupannya bersama-sama manusia lainnya tanpa ada
permasalahan yang menghalangi kebutuhan hidupnya.
Selain masyarakat, dalam suatu komunitas juga diperlukan alam yang terjaga
dengan baik, terdiri dari tumbuhan dan hewan. Bayangkan jika manusia yang hidup di
suatu wilayah dalam suatu komunitas tidak didampingi dengan tumbuhan yang dapat
1
Sudikno Mertokusumo, 2001, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm. 3
3
memenuhi kepentingan oksigen manusia ataupun sebagai makanan dan hewan yang
juga dapat menjadi makanan bagi manusia.
Pengertian manusia sebagai makhluk sosial jika melihat pembahasan diatas
berarti mendapatkan sebuah pengembangan bahwa manusia bukan hidup dengan
sesama manusia, melainkan juga membutuhkan tumbuhan dan hewan. Manusia dapat
memanfaatkan tumbuhan yang ada seperti buah, daun dan batangnya, namun harus
melakukan perawatan terhadap tumbuhan tersebut, sebaliknya juga tumbuhan tidak
dapat hidup apabila manusia tidak merawatnya. Manusia juga harus merawat hewan
ternak untuk dapat memakan daging ataupun telurnya, sebaliknya hewan ternak juga
membutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan makannya. Melihat hal yang
demikian, dapat dikatakan terjadi hubungan mutualisme antara manusia dengan
tumbuhan dan hewan sebagai makhluk hidup.
Zaman yang berkembang seperti saat ini, juga membuat manusia sebagai
makhluk yang diberikan akal dan pikiran oleh Tuhan tadi melakukan hal yang baru.
Masyarakat tidak jarang tinggal bersama hewan yang dijadikan peliharaan . Manusia
pun sudah mulai berkembang dan berani dalam memelihara seekor hewan, tidak jarang
hewan-hewan yang seharusnya bukanlah merupakan hewan peliharaan sekarang malah
dijadikan peliharaan, seperti ular, kadal dan hewan-hewan eksotis lain yang tidak
dilarang oleh aturan.
4
Penulis memfokuskan pembahasan dalam penulisan hukum ini pada hewan
peliharaan. namun harus diketahui dulu apa perbedaan mendasar antara hewan sebagai
peliharaan dengan hewan sebagai ternak, karena dalam perkembangannya telah terjadi
pengembangbiakan
pada
hewan-hewan
peliharaan
oleh
pemiliknya.
Pengembangbiakan ini terjadi secara sengaja ataupun tidak sengaja, yang nanti
hasilnya digunakan untuk bisnis ataupun untuk dipelihara saja.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian hewan ternak adalah
hewan yang sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber bahan baku industri,
atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Hewan ternak biasanya akan ditempatkan
dan dikembangbiakkan dalam suatu tempat yang disebut dengan peternakan. Undangundang No. 41 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 18 tahun 2009
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pada Pasal 1 ayat (1) menjelaskan
“Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih,
bibit, bakalan, ternak ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budi daya
ternak, panen, pasca panen, pengolahan, pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta
sarana dan prasarana.”
Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan
memberikan pengertian kepada Hewan Peliharaan, yaitu “hewan yang kehidupanya
untuk sebagian atau keseluruhan bergantung pada manusia untuk maksud tertentu.
5
Hewan peliharaan sebagai teman hidup manusia bukan merupakan hal yang langka
pada zaman sekarang ini. Hewan peliharaan paling populer di berbagai negara sekarang
ini adalah anjing dan kucing. Penulis sendiri pernah memelihara 6 kucing ras Persia
medium nose yang memang berperilaku sangat manja dan selalu ingin bermain.
Anjing dan kucing selain menjadi hewan peliharaan, saat ini juga menjadi
selebriti media sosial. Contohnya ada account Instagram dengan Id @marutaro dan
@nala_cat yang memiliki sampai jutaan followers yang menjadi fans “selebriti” ini.
@marutaro merupakan akun seekor anjing ras shiba inu milik Shinjiro Ono, seorang
pemuda jepang, dan @nala_cat merupakan akun seekor kucing ras Siamese &
Tabbymix milik seorang wanita bernama Varsiri Mathachittiphan. Kenyataannya
hewan peliharaan dua orang tersebut lebih terkenal daripada pemiliknya merupakan
suatu akibat perkembangan zaman atas suatu hobi memelihara hewan peliharaan.
Account Instagram dari kedua hewan peliharaan tersebut tidak jarang memuat iklaniklan dari berbagai produsen produk, yang mana menghasilkan suatu keuntungan bagi
pemiliknya.
Hal yang penulis paparkan diatas merupakan salah satu perkembangan dari
kegiatan pemeliharaan seekor hewan peliharaan. Pengertian pada Undang-undang
Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang hewan peliharaan pun memiliki pergeseran
makna, karena pada kenyataannya ada unsur ekonomi yang bisa didapatkan pemilik
6
hewan peliharaan. Pemilik hewan peliharaan juga bisa mendapatkan keuntungan
ekonomi dengan bersedia menjadi pemacak/breeder yang menyediakan jasa
“perkawinan” hewan terhadap pemilik hewan peliharaan lainnya untuk mendapatkan
keturunan dari hewan peliharaannya.
Belakangan ini sering terjadi praktek jual-beli anjing dan kucing ras yang
terjadi di berbagai negara, walau beberapa negara melakukan pelarangan terhadap
praktek jual beli tersebut. Di Indonesia praktek jual beli anjing dan kucing ras ini sudah
ada sejak lama, terlepas dari nama kegiatan jual beli yang diberi berbagai macam
sebutan. Beberapa pencinta hewan peliharaan menyebut jual beli anjing dan kucing ras
ini sebagai “adopsi hewan” karena memikirkan kepantasan dari sebutan “jual-beli
hewan”, namun yang terjadi sebenarnya adalah perjanjian jual beli.
Jual beli Anjing dan Kucing ras ini dianggap menjadi peluang bisnis yang
menjanjikan dan berpotensi menghasilkan banyak pendapatan bagi pemilik anjing dan
kucing ras. Pemacakan hewan merupakan salah satu cara mengembangkan bisnis jual
beli anjing dan kucing ras tersebut. Pemacakan hewan adalah suatu kegiatan
mengawinkan 2 (dua) hewan peliharaan oleh para pemiliknya agar mendapatkan
keturunan. Pemacakan hewan dapat dilakukan oleh Breeder (peternak) ataupun oleh 2
(dua) pihak pemeliharan hewan ras yang memiliki sertifikat dari hewan peliharaannya.
7
Sertifikat yang penulis maksudkan diatas sebenarnya bukanlah sertifikat
sebagai surat izin melakukan pemacakan hewan. Sertifikat yang dimaksud adalah akta
atau surat silsilah keturunan dari hewan ras tersebut. Surat silsilah pada anjing ras
disebut dengan Stambum yang berasal dari kata Stamboom dari Bahasa Belanda yang
artinya silsilah. Stambum, dikeluarkan oleh Perkin (Perkumpulan Kinologi Indonesia)
untuk anakan anjing yang dilahirkan dari induk dan pejantan yang memiliki jenis trah
yang sama dan keduanya pun memiliki stambum (terdaftar).2
Kucing ras juga memiliki surat silsilah yang bernama Pedigree.3 Pedigree
dikeluarkan oleh salah satu asosiasi dimana kucing ras tersebut terdaftar. Setidaknya
ada 2 (dua) asosiasi yang berwenang mengeluarkan sertifikat pedigree di Indonesia
yaitu, ICA (Indonesian Cat Association) dan CFI (Cat Fancy Indonesia). Kepemilikan
Stambum dan Pedigree inilah yang dapat membuktikan hewan peliharaan seseorang
itu merupakan hewan ras yang asli, karena dalam surat silsilah ini akan jelas siapa
indukan dari anjing dan kucing ras tersebut.
Penulis sebelumnya telah menyampaikan bahwa, Stambum dan Pedigree
bukanlah surat izin untuk mengawinkan hewan peliharaan, namun surat bukti keaslian
2
http://www.marubunnytown.com/2012/02/stambum-surat-silsilah-anjing.html diunduh pada 10
Januari 2016 pukul 11.06 WIB
3
http://www.seputarkucing.com/artikel-kucing/perbedaan-kucing-pedigree-dan-non-pedigree.html
diunduh pada 10 Januari 2016 pukul 11.24 WIB
8
silsilah hewan ras. Pemacakan dari hewan ras yang memiliki bukti dari silsilah ras
murni tersebut memberikan suatu jaminan kepada para pemacak bahwa keturunan dari
hewan peliharaan yang mereka kawinkan nanti jelas apa rasnya. Stambum dan
Pedigree juga menjelaskan bahwa hewan tersebut memiliki kesehatan yang terjamin
karena setiap perubahan fisik ataupun kesehatan akan dicatatkan juga.
Pemacakan yang sah dari hewan ras dengan keturunan yang jelas juga
menghindari hal-hal buruk yang bisa terjadi dari suatu perkawinan hewan. Anjing dan
kucing ras tersebut bisa saja dikawinkan oleh pemiliknya dengan anjing dan kucing
yang tidak terdaftar. Hewan ras pun tidak bisa menghindari instingnya sebagai hewan
apabila memasuki musim kawinnya, bisa saja anjing dan kucing ras tersebut kawin
dengan hewan liar, namun hal tersebut tidak menjamin risiko buruk yang akan terjadi.
Surat silsilah inilah yang membantu para pemilik hewan peliharaan agar anjing dan
kucing rasnya tidak kawin dengan sembarangan dan terkena risiko-risiko penyakit
hewan menular.
Pemacakan hewan ras sebaiknya dilaksanakan dengan suatu perjanjian yang
sah agar ada keterikatan para pihak. Kebanyakan pemacakan hewan ras hanya
dilakukan dengan perjanjian lisan saja, menurut penulis sebaiknya perjanjian
pemacakan ini bentuknya tertulis agar ada bukti yang kuat dari kehendak para pihak,
mengingat potensi sengketa yang terjadi nantinya. Perjanjian pemacakan akan
9
menghasilkan hak dan kewajiban dari pemilik anjing dan kucing ras, karena dalam
suatu bisnis selalu ada kemungkinan risiko yang akan didapatkan dan seharusnya
diperjanjikan siapa yang harus menanggungnya apabila terjadi. Risiko ini sebenarnya
bukan merupakan hal yang besar apabila pemacakan anjing dan kucing ras tersebut
hanya dilakukan untuk memperbanyak hewan peliharaan. Risiko akan berpotensi
menjadi hal yang besar dikala pemacakan anjing dan kucing ras ditujukan untuk
keperluan bisnis seperti jual beli tadi, karena sudah dipaparkan sebelumnya harga dari
anjing dan kucing ras murni tidaklah murah. Penulis sendiri pernah melakukan jual beli
kucing Persia sebanyak 6 ekor, dan hasilnya memang sangat besar.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) pada Buku III menganut
sistem yang terbuka, artinya setiap orang yang menjadi pihak dalam perjanjian bebas
untuk membuat perjanjian tersebut asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang,
kepentingan umum dan kesusilaan. Perjanjian pemacakan antara pemilik anjing dan
kucing ras ini dapat dikategorikan sebagai perjanjian melakukan jasa tertentu seperti
yang diatur pada Pasal 1601 KUHPerdata. Namun Pasal tersebut tidak mengatur secara
khusus mengenai perjanjian melakukan jasa tertentu kecuali mengenai perjanjian
perburuhan dan pemborongan pekerjaan.
Pendapatan besar dari bisnis jual beli anjing dan kucing ras, yang tentunya
berkaitan erat dengan kegiatan pemacakan hewan agar pemilik hewan mendapatkan
keturunan dari hewan peliharaannya yang akan dijual tersebut, merupakan alasan
10
kenapa kegiatan pemacakan perlu dilaksanakan dengan suatu perjanjian tertulis.
Godean Petshop sebagai salah satu tempat yang menyediakan jasa pemacakan tidak
memiliki acuan peraturan dalam pelaksanaan perjanjian pemacakan. Keputusan
Rakernas Perkin, No/ Kep: 06/Rakernas IX/I/2013 sebagai salah satu panduan tidak
mengatur hal-hal teknis mengenai pelaksanaan perjanjian pemacakan.
Potensi sengketa dari kegiatan pemacakan hewan sebenarnya semakin besar
karena keturunan dari hewan peliharaan akan dijadikan bisnis oleh pemiliknya.
Sengketa yang mungkin terjadi antara pihak dalam perjanjian pemacakan hewan
misalnya, pada saaat pemacakan terjadi ternyata salah satu hewan mengalami luka dan
infeksi yang mengakibatkan kematian bagi hewan tersebut, dalam hal ini seharusnya
diperjanjikan siapa yang bertanggungjawab. Contoh lain adalah disaat setelah
pemacakan terjadi, ternyata hewan betina tidak hamil, sedangkan biaya dari pemacakan
sudah diterima oleh pemilik hewan jantan, yang mana dapat menimbulkan sengketa.
Potensi masalah diatas merupakan alasan mengapa dalam kegiatan pemacakan
harus dibuat suatu perjanjian tertulis untuk menghindari masalah-masalah yang
mungkin terjadi, yang mana hal ini tidak diatur secara rinci dalam KUHPerdata Buku
III. Menyadari beberapa hal diatas, penulis merasa penting untuk dilakukannya
penelitian perjanjian pemacakan hewan ras yang dilakukan di Godean Petshop, agar
pihak Godean Petshop dengan konsumennya dapat menyelesaikan sengketa yang
mungkin terjadi dari kegiatan pemacakan. Penelitian yang telah penulis lakukan dan
11
tuangkan dalam penulisan hukum ini adalah studi kasus dari beberapa perjanjian
pemacakan hewan ras di Godean petshop karena tidak banyak petshop yang sekaligus
menjadi kennel (untuk anjing) atau cattery (untuk kucing) sebagai tempat dilakukannya
pemacakan hewan peliharaan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis terdorong untuk melakukan
penelitian dengan judul “PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMACAKAN HEWAN
RAS DI GODEAN PETSHOP YOGYAKARTA”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan penulis pada bagian latar belakang diatas, maka dapat
ditentukan perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk-bentuk wanprestasi yang terjadi di dalam pelaksanaan
Perjanjian Pemacakan Hewan Ras di Godean Petshop?
2. Bagaimana penyelesaian sengketa wanprestasi yang terjadi antara para
pihak Perjanjian Pemacakan Hewan Ras di Godean Petshop?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis di dalam Penulisan Hukum ini meliputi
2 (dua) hal, yaitu:
1. Tujuan Objektif
12
a. Mengetahui dan menganalisis bentuk-bentuk wanprestasi yang terjadi
dalam pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Hewan Ras, khususnya di
Godean Petshop.
b. Mengetahui dan menganalisis mekanisme penyelesaian sengketa dalam
pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Hewan Ras, khususnya di Godean
Petshop.
2. Tujuan Subjektif
a. Untuk memperoleh informasi dan data yang akurat terkait dengan objek
penelitian yang sedang diteliti.
b. Menjadi bahan di dalam Penulisan Hukum, yang merupakan salah satu
mata kuliah wajib di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
D. Keaslian Penelitian
Untuk mengetahui keaslian dari penelitian dalam Penulisan Hukum ini, Penulis
telah melakukan beberapa penelusuran kepustakaan di Perpustakaan Hukum
Universitas Gadjah Mada. Penulisan Hukum dengan judul, “Pelaksanaan Perjanjian
Pemacakan Hewan Ras Di Godean Petshop Yogyakarta”, belum pernah dilakukan.
Penelitian yang sudah pernah dilakukan pada topik perjanjian dengan objek hewan
adalah sebagai berikut:
13
1. Penulisan berjudul “Pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Anjing Ras di Jogja
Town Kennel”4. Penulisan hukum diatas memiliki judul yang mirip dengan
judul penulis, namun memiliki perbedaan yaitu lokasi dan responden
penelitian dari perjanjian pemacakan anjing ras di Jogja Town Kennel.
Hasil penelitian penulisan hukum tersebut berupa pengetahuan mengenai
sistem bagi hasil antara para pihak dalam perjanjian pemacakan anjing ras
jantan ataupun betina juga pemilik kennel dan cara penyelesaian sengketa
terhadap pelaksanaan perjanjian pemacakan anjing ras di Jogja Town
Kennel.
2. Penelitian berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Perjanjian Jasa Penitipan Hewan Peliharaan di Kabupaten Sleman”5.
Penulisan hukum tersebut juga memiliki rumusan masalah yang mirip
dengan rumusan masalah penulis, namun memiliki perbedaan karena
konsumen yang dimaksud dalam perjanjian jasa penitipan hewan peliharaan
di penulisan hukum ini adalah responden yang berkedudukan di Kabupaten
Sleman. Hasil penelitian dari penulisan hukum tersebut berupa pengetahuan
4
Deny Surya Pranata P, 2015, Pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Anjing Ras di Jogja Town Kennel,
Penulisan Hukum bagian Hukum Perdata FH UGM, Yogyakarta, hlm. 11
5
Tata Hendrata, 2014, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jasa Penitipan
Hewan Peliharaan di Kabupaten Sleman, Penulisan Hukum bagian Hukum Perdata FH UGM,
Yogyakarta, hlm. 7
14
dari praktek perlindungan hukum bagi konsumen dan penyelesaian
wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian jasa penitipan hewan peliharaan.
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan diatas, maka Penulis menganggap
bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh Penulis adalah asli dan layak untuk
diteliti, bukan merupakan duplikasi ataupun plagiat dari hasil karya orang lain,
serta dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Apabila terdapat penelitian mirip
diluar pengetahuan Penulis, maka diharapkan penelitian ini dapat saling
melengkapi satu sama lain.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan yang dilakukan oleh Penulis, adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
a. Penelitan ini akan memberikan manfaat bagi Pernulis berupa wawasan
ilmu pengetahuan, yaitu terkait pelaksanaan Perjanjian Pemacakan
Hewan ras secara umum, dan secara khusus di Godean Petshop.
b. Hasil dari penelitian ini untuk penulis adalah sebagai suatu pemenuhan
syarat dalam memperoleh gelar sarjana hukum.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
a. Untuk menambah pengetahuan dalam suatu penyelesaian sengketa pada
pelaksanaan perjanjian pemacakan hewan ras.
15
b. Penulis berharap hasil dari penelitian yang Penulis lakukan ini
memberikan suatu sumbangan ilmu pengetahuan atau pemikiran yang
dapat dimanfaatkan bagi kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di
dalam perkembangan hukum perjanjian di Indonesia
3. Bagi Instansi Terkait
Hasil dari penelitian ini Penulis harapkan bisa bermanfaat dan
memberikan masukan untuk Godean Petshop agar dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat guna menghindari hal-hal yang
kurang baik yang dimungkinkan terjadi di masa mendatang.
4. Bagi Masyarakat
a. Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat membuka wawasan dan
pengetahuan para pemilik hewan ras baik anjing ras maupun kucing ras,
agar dapat mengerti apa hak dan kewajiban para pihak yang terjamin
dalam suatu perjanjian pemacakan hewan ras di Godean Petshop.
Sehingga di dalam pelaksanaan perjanjian pemacakan hewan ras
tersebut pemilik hewan mampu menghindari sengketa diantara para
pihak.
b. Untuk memberikan informasi dan wawasan ilmu pengetahuan bagi
masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui ketentuan-ketentuan
dalam pelaksanaan pemacakan hewan ras.
Download