TELECARDIOLOGY DAN TELEHOMECARE PADA PASIEN JANTUNG RACHMAT SUSANTO/1006749176 Program Pasca Sarjana Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Abstrak Telehomecare merupakan suatu manajemen pendekatan pada pasien yang banyak digunakan pada penyakit kronis seperti hipertensi, gagal jatung kongestif dan penyakit jantung koroner dan pasien post operatif bedah jantung . Dari tahun ke tahun jumlah penderita penyakit jantung semakin meningkat, dengan studi literatur ini akan memberikan gambaran tentang dampak telehomecare pada pasien jantung Telekardio merupakan perangkat software dan hardware sebagai pelengkap dalam telehomcare yang digunakan untuk pasien dengan penyakit jantung yang setelah perawatan dirumah sakit agar bias terdeteksi dini berkaitan dengan perkembangan penyakit selama dirawat dirumah. Pencarian literatur secara komprehensif pada Pubmed, pdf search engine Medline dan Cinahl dengan menggunakan kata kunci “cardiac disease”,”telecardiology”, “ECG data” “telemonitoring”, “telehealth”, “telehomecare”, “videoconverence”, “telephone”, “technology in nursing”. Dilakukan review terhadap enam penelitian tentang telehomecare didukung jurnal terkait. Dilaporkan bahwa telehomecare berpengaruh terhadap biaya kesehatan, menurunkan komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan bagaimana memaksimalkan manfaat telehomecare pada pasien penyakit kronis yang membutuhkan perawatan jangka panjang. Kata kunci : cardiac disease, telecardiology, ECG data telemonitoring, telehealth, telehomecare. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah suatu sindroma klinis yang terjadi akibat kelainan struktur atau fungsional yang mengganggu proses pengisian ventrikel atau kemampuan memompakan darah keseluruh tubuh. Prevalensi gagal jantung di dunia adalah 22 juta (WHO, 1995) dan di Amerika serikat 5 juta (AHA, 2002). Insiden gagal jantung di Amerika Serikat 500.000 kasus baru pertahun atau menyerang 10 orang dari 1000 orang di Amerika serikat, sedangkan di dunia 2 juta kasus baru pertahun. Studi populasi di London Selatan mendapatkan bahwa persentase penyebab gagal jantung yang tidak diketahui pada populasi < 75 tahun turun dari 42% menjadi 10% setelah dilakukan skintigrafi nuklir dan kateterisasi jantung, sedangkan persentase penyebab gagal jantung oleh penyakit arteri koroner (CAD) naik dari 29% menjadi 52%. Diabetes tipe 2 merupakan satu faktor risiko PJK yang poten dan dihubungkan dengan percepatan proses aterosklerosis. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian sebesar 65% pada penderita dengan diabetes. Pasien PJK dengan DM harus terkonsentrasi pada penanganan penurunan gula darah yang baik dan target glikosilated hemoglobin (HbA1c) harus kurang dari 7%. Penatalaksanaan non farmakologi CHF adalah dengan memodifikasi gaya hidup seperti; mengurangi berat badan, berhenti merokok, menghindari alkohol, dan latihan/ olah raga. Telah terdapat bukti klinis bahwa selain olahraga, edukasi pasien/ pendkes sangat membantu pasien dalam menanggulangi gagal jantung. Tanpa pemantauan,penyakit jantung dapat menimbulkan komplikasi serius dan biaya yang besar. Telehomecare merupakan salah satu pendekatan yang banyak digunakan untuk mengelola pasien dengan penyakit kronis. (M. Joana & G. Pare, 2010). Telemonitoring ditujukan untuk mendukung manajemen tepat waktu pada pasien di rumah melalui berbagai transmisi fisiologis, klinik dan data perilaku yang dievaluasi secara profesional dan merupakan umpan balik yang dapat segera diterima sebelum terjadi komplikasi. (Stachura, Max E, 2010). Teknologi pada telehomecare meliputi sensor untuk menilai tekanan darah, denyut jantung suhu tubuh dan frekuensi pernafasan, serta pengingat pesan, bahkan dilengkapi dengan telecardio sehingga pasien dan keluarga mampu mengirim hasil perekaman EKG dirumah pada dokter atau perawat. videoconference, sehingga pasien dapat berbicara dengan perawat Melalui percakapan, perubahan yang terjadi dapat dipantau tanpa harus mengunjungi rumah sakit, sehingga pasien bebas dari gangguan perjalanan. Hal ini terutama bermanfaat bagi masyarakat di pedalaman. Telemonitoring dapat mengurangi biaya kesehatan dan meningkatkan proses perawatan ( Stachura, Max E, 2010). KAJIAN LITERATUR Telehomecare mulai meningkat sejak tahun 1990-an dengan menggunakan teknologi yang maju seperti videoconference, internet, dan perangkat monitoring portabel yang memungkinkan penyedia layanan kesehatan dapat berkomunikasi dengan pasien di rumah mereka. Interaksi semacam ini disebut kunjungan virtual (virtual visit). Penggunaan telehomecare dianggap merupakan metode pemberian layanan kesehatan yang dapat mengurangi waktu perjalanan, biaya dan meningkatkan jumlah pasien/kunjungan pada hari-hari tertentu ( Stanley M, 2006) Telemonitoring di rumah atau telehomecare adalah suatu cara untuk meningkatkan kontak dengan pasien dan untuk memonitor pasien sehari-hari tanpa melakukan kunjungan (Sevean, Patricia et al, 2008). Telehealth didefinisikan oleh Wakefield, Flanagan, dan Putri-Specht (2001) sebagai penggunaan teknologi (audio, video, telekomunikasi, dan informatika) untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagi penduduk yang jauh/terisolasi. Telehealth dapat mengefisienkan waktu, mengurangi biaya ketika akses ke pelayanan kesehatan memberatkan, telehealth bisa menjadi mekanisme yang efektif untuk mempertemukan pasien dengan penyedia layanan kesehatan (Sevean, Patricia et al, 2008). Banyak penelitian yang menilai tentang pengaruh telehomecare terhadap outcomes pada penyakit kronis nelitian dilakukan di Korea selatan dan empat penelitian di Amerika Serikat dengan design penelitian berupa experimental group design, randomised controlled trial dan kohort retrospektif dan pre-post test control group design. Lama penelitian berkisar 60 hari sampai 2 tahun. Teknologi yang digunakan berupa telehealth, telephone dan video. Ringkasan telehomecare pada pasen jantung dapat dilihat pada tabel 1. 4 Tabel 1. Deskripsi Telehomecare pada Pasien Jantung Kelompok Intervensi (n) Kelompok Kontrol (n) 31 31 Completed intervention 21 Completed post test 27 Design Penelitian Lama Penelitian Teknologi yang digunakan Peneliti Negara Sacco, William P et al (2009) Amerika Serikat Bernado Gonzales, Jos Pariera (2007) Brazil 85 78 Random, Control trial Chang, Karen et al (2007) Kim, Hee Seung & Jeong-Ah Oh (2003) Amerika Serikat Korea Selatan 202 57 20 16 Kohort 2003 s.d retrospektif 2005 Eksperimental 12 minggu control group design Telephone telehealth Telephone, telecardio Simon, and Veli Germany 85 173 Experiment 1 tahun control group design Tele monitoring, Menurunkan angka kematian yang telephone, tela significant pada pasien gagal jantung cardio dengan p<0,05 dibanding pasien Karl Rachmat Susanto KMB 2010 Pre-post test September Telephone control group 2006 s.d design Agustus 2009 60 hari Telecardio Page 4 Hasil Kepatuhan (diet, exercise, pemeriksaan darah dan obat-obatan), gejala depresi, gejala diabetik, self efficacy, dukungan sosial, reinforcement perilaku perawatan diri dan kesadaran akan tujuan perawatan diri. (Panggilan telephon 1 kali/minggu untuk 3 bulan pertama dan 1 kali/2 minggu untuk 3 bulan selanjutnya) Status fungsional, status kesehatan, kualitas hidup dan kepuasan pasien,deteksi dini perkembangan MCI dan Pengontrolan gula berpengaruh pada perbaikan MCI Pendidikan tentang diet, exercise, rekomendasi pengobatan dan perekaman EKG (2 kali perminggu pada bulan pertama dan setiap minggu pada bulan kedua. 5 Peneliti Negara Kelompok Intervensi (n) Kelompok Kontrol (n) Design Penelitian Lama Penelitian Teknologi yang digunakan Hasil yang harus berangkat kerumah sakit Rachmat Susanto KMB 2010 Page 5 6 Tabel 2. Ringkasan Hasil Penelitian Telehomecare pada Pasien Jantung Peneliti Hasil Penelitian Kim, Hee Seung & Jeong- Efek klinik : Pasien Jantung koroner yang mendapatkan intervensi Ah Oh (2003) melalui telephone berupa pendidikan dan reinforcement mengenai diet, exercise, menyesuaikan rekomendasi pengobatan dan pemantauan Manfaat : MCI dapat terkontrol dini, Kontrol glikemik menurunkan perkembangan komplikasi mikrovaskuler dan neuropat sehingga pain silence dapat diminimalkan pada pasien MCI Bernado Gonzales, Jos Efek klinik : Dengan analisis of varians tidak ditemukan adanya Pariera (2007) perbedaan status fungsional, kualitas hidup dan kepuasan pasien. Hasil uji regresi logistik multinomial menunjukkan bahwa kelompok kontrol membutuhkan perawatan lanjutan (OR = 3,2, p = 0,02) dan lebih memungkinkan untuk dirawat di rumah sakit (OR = 6,2, p = < 0,001). Chang, Karen et al (2007) Sacco, William P et al Manfaat : Penelitian ini memiliki efek positif terhadap clinical outcomes, telehomecare bermanfaat bagi pasien, penyedia layanan kesehatan di rumah dan asuransi. Efek klinik : Program yang dijalankan menurunkan rata-rata kadar koleterol dan gula pada intervensi telehealth (awal program 9,86 %, akhir program 7,46 %) dan 2,39 % untuk intervensi telephone (awal 9,75, akhir program 7,36 %). Manfaat : Setiap penurunan 1 % kadar HbA1c menurunkan risiko kunjungan ke unit gawat darurat mikrovaskuler, menurunkan biaya kesehatan, meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi beban ekonomi terkait penyakit jantung koroner Efek Klinik : Pembinaan yang disampaikan secara singkat melalui telephone (15 – 20 menit) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan (diet, exercise, , gejala depresi dan gejala MCI) Pembinaan juga mempengaruhi empat mekanisme terapeutik : self efficacy, dukungan sosial, reinforcement perilaku perawatan diri dan kesadaran akan tujuan perawatan diri. Manfaat : . Pembinaan melalui telephone akan berdampak positif pada pasien jantung koroner dengan meningkatkan frekuensi exercise dan , meningkatkan diet, menurunkan MCI dan gejala depresi. Simon, karl and Veli Efek klinik : Menurunkan angka kematian yang significant pada pasien gagal jantung Manfaat : telehomecare meningkatkan harapan hidup pada pasien Rachmat Susanto KMB 2010 Page 6 7 Peneliti Hasil Penelitian dengan penyakit kronis seperti gagal jantung, mengurangi kecemasan akan kematian. Stanley, stuart and Sandra Manfaat : mengurangi biaya perawatan sehingga mengurangi beban 2006 yang harus ditanggung oleh penderita penyakit kronis Penelitian yang dilakukan oleh Kim & Jeong (2003) melaporkan bahwa pasien penyakit jantung koroner yang mendapatkan intervensi melalui telephone dan telekardio berupa pendidikan dan reinforcement mengenai diet, exercise, menyesuaikan rekomendasi pengobatan dan perekaman jantung secara teratur memiliki kepatuhan terhadap diet dan pemantauan rekam jantung darah secara teratur. Hal ini dapat mengurangi resiko terjadi serangan angina pectoris dan MCI karena deteksi dini dan pola diet yang terkontrol. Intervensi berupa pembinaan yang disampaikan secara singkat melalui telephone juga memiliki dampak positif terhadap pasien jantung koroner. Pada kelompok intervensi didapatkan perbaikan yang signifikan terhadap diet, exercise, gejala depresi dan gejala MCI. Juga mempengaruhi empat mekanisme terapeutik yaitu self efficacy, dukungan sosial, reinforcement perilaku perawatan diri dan kesadaran akan tujuan perawatan diri (Sacco, William P et al, 2009). Di Saint Louis University, yang menggunakan perangkat web dan computer-telephone dalam memberikan pendidikan pada pasien diabetes melitus, pasien lebih senang menerima panggilan dibandingkan dengan memanggil sistem. Selama 2 bulan pertama call center beroperasi, terdapat 515 panggilan dan hanya menerima 3 panggilan dari pasien. Berdasarkan hal tersebut, pendidikan kesehatan pada pasien dilakukan dengan melakukan panggilan dan tidak menunggu pasien untuk memulai panggilan (De Leo, Gianluca et al., 2005). Komunikasi melalui telephone juga digunakan untuk membandingkan dampak telehealth dan komunikasi telephone oleh perawat praktisi untuk manajemen perawatan pada pasien penyakit jantung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknologi telehealth dan komunikasi telephone memiliki efek yang sama terhadap pengontrolan kadar HbA1c pada penderita penyakit jantung MCI dengan diabetes melitus (Chang, et al, 2007). Rachmat Susanto KMB 2010 Page 7 8 Pada penelitian yang dilakukan oleh bernardo Goncales, dengan menggunakan telehomecare dilengkapi dengan tele kardio pada pasien dengan penyakit jantung . Penelitian ini memiliki efek positif terhadap clinical outcomes, telehomecare bermanfaat bagi pasien, penyedia layanan kesehatan di rumah dan asuransi (Dansky, Kathryn & Liisa 2003). Penggunaan telehomecare yang merupakan teknologi baru, pada tahap awal memerlukan biaya peralatan yang besar. Tetapi dipercaya bahwa dengan perkembangan teknologi telehomecare, biaya peralatan akan terus menurun. Diperkirakan bahwa biaya perawatan pada pasien kronik (jantung, wound care, COPD, dll) $ 87.234 untuk pasien yang memanfaatkan telehomecare dan $ 232.872 yang tidak memanfaatkan telehomecare, Rachmat Susanto KMB 2010 Page 8 9 dengan perkiraan bahwa pasien memiliki satu atau lebih penyakit yang dapat menyebabkan rawat inap lebih lama. (Dansky, Kathryn H, 2001). Dari beberapa jurnal yang membahas tentang telehomecare dalam memberikan pelayanan kesehatan, jenis teknologi yang digunakan adalah telecardiology, telephone, telehealth, video SLX model dan videoconverence. Manfaat telehomecare pada pasien penyakit kronik (gagal jantung, MCI )yaitu menurunkan perkembangan penyakit kronik, menurunkan risiko kunjungan ke unit gawat darurat kardiovaskuler, menurunkan biaya kesehatan, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi beban ekonomi, membatu pasien mengelola kondisi mereka sehingga meningkatkan frekuensi exercise, meningkatkan diet, menurunkan dan gejala depresi. Selain bermanfaat buat pasien juga bermanfaat terhadap penyedia layanan kesehatan dan asuransi. Penggunaan telephone merupakan salah satu sarana yang sangat efektif dibandingkan pasien harus melakukan kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan khususnya pada saat memberikan pendidikan kesehatan. Namun untuk membuat penggunaan telephone efektif, harus dilakukan dengan benar. Walaupun banyak waktu untuk membahas masalah pasien melalui telephone, perawat harus fokus pada satu topik saat melakukan percakapan. Materi tertulis akan dikirimkan kepada pasien setelah percakapan dan perawat akan melakukan panggilan untuk mereview. Pasien biasanya dihubungi dalam waktu 24 – 48 jam setelah keluar dari rumah sakit. Frekuensi panggilan setiap pasien disesuaikan dengan gejala, biasanya setiap minggu, setiap bulan atau setiap tiga bulan dan dijadwalkan sehingga pasien mengharapkan untuk berkomunikasi (Mikelson, Melissa, 2010). Pemanfaatan telehomecare dibutuhkan kesiapan dari berbagai pihak termasuk pengadaan fasilitas, kesiapan sumberdaya termasuk perawat dan tenaga kesehatan lain, tekhnisi dan kesiapan pasien. Melihat manfaat dari telehomecare begitu banyak dan sudah ada sejak tahun 1990-an, maka penggunaan teknologi ini dalam pelayanan keperawatan sangat diperlukan. Namun, besarnya biaya pada tahap awal penggunaan sistem, memerlukan dukungan dari tempat kerja dan pemerintah serta diperlukan kerjasama dari berbagai pihak. Rachmat Susanto KMB 2010 Page 9 10 KESIMPULAN DAN SARAN Dengan kemajuan teknologi, telehomecare dapat digunakan untuk mengelola penyakit jantung koroner, gagal jantung . Review ini menyajikan dampak positif dari telehomecare sebagai suatu pendekatan dalam mengelola pasien jantung koroner dan gagal jantung. Mengingat dampak dari telehomecare dan telekardio dapat mengontrol irama jantung, deteksi dini kelianan konduksi jantung, kadar kolestrerol, menurunkan biaya kesehatan, meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi beban ekonomi pada pasien dengan penyakit jantung koroner, maka telehomecare dapat diterapkan dalam praktek keperawatan untuk meningkatkan proses keperawatan. Penggunaan teknologi ini, bisa terealisasi dengan persiapan keterampilan teknis dan dukungan dari pemerintah. Selain itu, perawat sebagai pengguna harus dilibatkan pada tahap awal rancangan sistem. Rachmat Susanto KMB 2010 Page 10 11 KEPUSTAKAAN Bernardo,Pareire (2007).ECG Data Provisioning for Telehomecare Monitoring.l Laboratory for Applied Ontology ISTC-CNR Trento Italy Chang, Karen. et al. (2007). Nurse Practitioner-Based Diabetes Care Management Impact of Telehealth or Telephone Intervention on Glycemic Control. Dis Manage Health Outcomes 15 (6), 377 - 385. Dansky, Kathryn H et al. (2001). Cost Analysis of Telehomecare. Telemedicine Journal and e-health 7 (3), 225 - 233. De Leo, Gianluca et al. (2005). Web and Computer Telephone-Base Education : Lessons Learnt from the Development and Use of a Call Center. Journal of Medical Systems 29 (4), 343 - 355. Kim, Hee-Seung & Jeong-Ah Oh. (2003). Adherence to Diabetes Control Recommendations : Impact of Nurse Telephone Calls. Journal of Advanced Nursing 44 (3), 256-261. Mikelson, Melissa. (2010). Telephone Conversations Provide Education. Dari http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=8&hid=119&sid=6c051c7d3773-4b7a-b6b1-4a878404b147%40sessionmgr114. diperoleh tanggal 30 Oktober 2010. Sacco, William P et al. (2009). Effect of a Brief, Regular Telephone Intervention by Paraprofesionals for Type 2 Diabetes. Journal of Behavioral Medicine 32, 349-359. Sandra Patthoff. (2004). Providing Telehomecare for Elderly with Chronic Conditions. Departemen of Health Care Management. University of Minnesota. Sevean, Patricia et al. (2008). Bridging the Distance : Educating Nurses for Telehealth Practice. The Journal of Continuing Education in Nursing 39 (9), 413-418. Simon, Karl and Veli.(2004). Telehomecare for Chronically-ill Patients : improved Outcomes and New Development. The Jurnal on information Technology in health Care; 2(4):251-262. Germany Stachura, Max E. (2010). Telehomecare and Remote Monitoring : An Outcomes Overview. Georgia : Advamed Stanley, Stuart & Sandra. (2006). Home Telehealth improves Clinical Outcomes at Lower Cost for Home health Care. Telemedicine and e-Health.Vol 12, number 2. Rachmat Susanto KMB 2010 Page 11