BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia maupun di seluruh dunia. Kanker disebabkan oleh pertumbuhan tidak normal sel-sel penyusun jaringan tubuh yang mengakibatkan pembelahan sel yang tidak terkontrol sehingga menghasilkan massa sel abnormal di dalam tubuh (Velde et al., 1996). Kanker menyerang siapa saja dari berbagai golongan usia, jenis kelamin serta tidak mengenal ras dan negara. Kanker payudara adalah kasus kanker terbanyak di Indonesia. Kanker payudara pada umumnya menyerang perempuan, namun 1% dari kasus yang ada menyerang laki-laki (Novianti dan Purnami, 2012). Menurut WHO (2005), sebanyak 506.000 wanita meninggal disebabkan oleh kanker payudara. Hingga saat ini kanker payudara masih menjadi penyebab kematian terbesar dari seluruh kasus kanker yang ada. Pada saat ini, pengobatan kanker menggunakan beberapa bahan kimia sintetis memberikan efek samping yang cukup serius bagi penderita. Keberadaan beberapa senyawa pada obat antikanker dapat menyebabkan perubahan atau kerusakan sktruktur DNA, kerusakan sel normal lainnya atau menyebabkan efek resisten. Obat yang digunakan untuk mengatasi kanker seperti sisplatin, doksorubisin, bleosin, karboplatin dan beberapa senyawa lain dirasa masih belum cukup mengobati kanker secara efektif. Beberapa senyawa obat antikanker tersebut dapat menimbulkan efek kerusakan ginjal, depresi sumsum tulang, serta kerusakan mukosa usus. Upaya pencarian dan pengembangan obat antikanker selama ini masih terus dilakukan. Penelitian untuk mencari dan mengembangkan obat antikanker diutamakan berasal dari bahan alami. Obat yang berasal dari bahan alami dianggap memiliki efek samping yang lebih ringan bahkan kemungkinan tidak memiliki efek samping. Sumber bahan obat alami diutamakan berasal dari tumbuhan atau organisme yang mudah dikembangbiakan. Hal ini dikarenakan senyawa bahan alami tersebut selain 1 mudah juga dapat diperoleh dalam jumlah banyak. Tumbuhan yang menghasilkan bahan obat alami tersebut juga lebih mudah diperbanyak. Hal ini mendukung langkah pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber bahan obat herbal. Salah satu sumber bahan alami yang terdapat melimpah adalah lumut kerak atau lichen. Meskipun bukan tergolong tumbuhan, lichen merupakan organisme yang mampu memproduksi senyawa bahan alami dalam jumlah yang cukup banyak serta memiliki khasiat sebagai obat. Lichen merupakan asosiasi simbiosis antara jamur sebagai mikobion dan mikroalga klorofita atau sianobakteri sebagai fotobion. Simbiosis di antara keduanya membentuk satu kesatuan tubuh yang mendukung sistem kehidupan bersama membentuk talus. Mekanisme simbiosis antara mikobion dan fotobion membuat lichen memiliki cara spesifik untuk meregulasi proses metabolisme yang berlangsung dengan membentuk berbagai macam senyawa unik yang memiliki peranan penting untuk lichen sendiri serta habitat hidupnya (Stark et al., 2006). Lichen mampu memproduksi berbagai macam senyawa metabolit sekunder dalam jumlah yang cukup banyak, antara 0,1 hingga 10% dari massa kering talus, bahkan mampu mencapai 30% (Gayathri & Swamy, 2012). Senyawa metabolit sekunder pada lichen telah banyak dimanfaatkan manusia dalam bidang farmasi sebagai sumber bahan obat alami. Senyawa yang diproduksi kebanyakan merupakan senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antimikroba, antifungal, antioksidan, antiviral dan juga antikanker (Septiana, 2011). Penelitian mengenai potensi senyawa bioaktif lichen spesies Parmotrema tinctorium hasil ekstraksi dengan diklorometana, secara positif dapat membunuh populasi Artemia salina sebanyak 50% pada konsentrasi 100 µg/ml (Kusumaningrum dkk., 2011). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak tersebut bersifat toksik. Berdasarkan penelitian tersebut, dimungkinkan ekstrak diklorometana P. tinctorium memiliki sifat sitotoksik terhadap sel kanker payudara sehingga berpotensi sebagai antikanker. Terdapat dua macam sel kanker payudara yang sering digunakan yaitu MCF7 dan T47D. Pada penelitian kali ini digunakan sel kanker payudara MCF7 yaitu sel 2 kanker yang berasal dari wanita Kaukasian berumur 69 tahun dengan golongan darah 0 (nol) dan resus (Rh) positif. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian untuk mengetahui potensi senyawa bioaktif pada ekstrak diklorometana P. tinctorium sebagai antikanker menarik untuk diteliti lebih lanjut dengan melakukan uji sitotoksisitas terhadap kultur sel kanker payudara MCF7. B. Permasalahan Dari pemaparan latar belakang di atas, terdapat permasalahan yang muncul yakni: 1. Bagaimanakah sitotoksisitas ekstrak diklorometana P. tinctorium terhadap kultur sel kanker payudara MCF7? 2. Golongan senyawa apakah yang terdapat dalam ekstrak diklorometana P. tinctorium yang bersifat sitotoksik terhadap sel kanker payudara MCF7? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui potensi ekstrak diklorometana P. tinctorium sebagai antikanker dengan melakukan uji sitotoksisitas terhadap kultur sel kanker payudara MCF7. 2. Mengetahui golongan senyawa yang terdapat di dalam ekstrak diklorometana P. tinctorium yang bersifat sitotoksik terhadap sel kanker payudara MCF7. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi dalam pengembangan potensi antikanker pada lichen, khususnya P. tinctorium, serta dapat dijadikan bahan acuan penelitian yang serupa bagi para peneliti lainnya untuk mencari obat antikanker yang bersumber dari bahan alami. 3