penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction)

advertisement
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT
INSTRUCTION) BERBANTUAN MEDIA SENI MELIPAT KERTAS
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
ANAK TK SHANTI KUMARA III SEMPIDI
Desak Putu Mariati1, I Gede Raga2, Ketut Pudjawan3
1
Jurusan Pendidikan Guru PAUD
Jurusan Pendidikan Guru PAUD
3
Jurusan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
2
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan Kemampuan Motorik Halus B
setelah menerapkan model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dengan
media seni melipat kertas pada anak kelompok B TK Shanti Kumara III Sempidi,
semester I Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 32 anak TK
pada Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Data tentang
kemampuan motorik halus dikumpulkan menggunakan metode observasi. Data hasil
penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriftif dan
metode analisis deskriftif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukan bahwa terjadi
peningkatan Kemampuan Motorik Halus anak kelompok B dengan media seni
melipat kertas pada siklus I sebesar 65,83% pada kategori sedang dan pada siklus II
meningkat menjadi sebesar 86,41% berada pada kategori tinggi. Jadi terjadi
peningkatan Kemampuan Motorik Halus dengan media seni melipat kertas sebesar
20,58%.
Kata kunci: model pembelajaran langsung (Direct Instruction), kemampuan motorik
halus, media seni melipat kertas.
Abstract
This study aims to determine the improvement of fine motor skills learning model B
after applying the Direct Instruction with media art of paper folding in kindergarten
children in group B III Sempidi Shanti Kumara, the first semester of academic year
2014/2015. This research is an action research conducted in two cycles. Subjects
were 32 kindergarten children in Group B Second Semester Academic Year
2014/2015. Data on fine motor skills were collected using observational methods. The
data were then analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative
descriptive analysis method. The results of the data analysis showed that an increase
in the fine motor skills of children in group B with media art of paper folding at the first
cycle of 65.83 % in the medium category and the second cycle increased to 86.41 %
in the high category . So an increase in fine motor skills with the art of paper folding
medium of 20.58 %.
Keywords: direct instructional model, fine motor skills, media art of paper folding.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan yang ada di
Indonesia ada 2 jalur yaitu lembaga
pendidikan sekolah atau formal dan
lembaga pendidikan luar sekolah atau non
formal. Jalur pendidikan sekolah atau
formal meliputi: TK, SD, SMP, dan PT.
Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah
meliputi: balai latihan kerja, kursus-kursus,
sanggar-sanggar dan lain sebagainya.
Taman
Kanak-kanak
adalah
lembaga pendidikan yang pertama,
setelah
lingkungan
keluarga
serta
merupakan jembatan antara rumah atau
keluarga dan sekolah dasar. Di Taman
Kanak-kanak anak mulai diberi pendidikan
secara berencana dan sistematis. Taman
Kanak-kanak harus merupakan tempat
yang menyenangkan bagi anak. Tempat
yang harus memberikan perasaan aman
dan betah kepadanya yang mendorong
keberanian
untuk
bereksplorasi,
berkreativitas dan mencari pengalaman
demi perkembangan kepribadian secara
optimal.
Di Taman Kanak-kanak metode
pembelajaran yang menarik serta media
pembelajaran yang lengkap dan bervariasi
merupakan sarana dan alat yang dapat
menumbuhkan perkembangan motorik,
panca indera, dan otak anak, sebab
sebagai makhluk anak membutuhkan
berbagai cara menurut keinginan sendiri.
Perasaan puas, perasaan keindahaan dan
sebagainya
seringkali
diekspresikan
dalam kegiatan yang dilakukan dengan
alat yang ada.
Dalam menuju kedewasaan setiap
anak memerlukan kedewasaan untuk
mengembangkan diri. Untuk menunjang
tersebut
diperlukan
fasilitas
dan
pendukungnya dalam berbagai bentuk
dan fungsinya. Kegiatan belajar mengajar
di Taman Kanak-kanak diharapkan dapat
melakukan berbagai kegiatan yang dapat
menumbuhkan
dan
mendorong
kepribadiannya, baik mencakup bidang
pengembangan pembiasaan maupun
bidang
pengembangan
kemampuan
dasar.
Bidang pengembangan pembiasaan
merupakan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus dan ada dalam
kehidupan sehari-hari anak sehingga
menjadi kebiasaan yang baik. Bidang
pengembangan
pembiasaan
meliputi
aspek perkembangan moral, dan nilai-nilai
agama, serta pengembangan sosial,
emosional dan kemandirian. Dari aspek
pengembangan moral dan nilai-nilai
agama diharapkan dapat meningkatkan
ketaqwaan anak terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan membina siap anak dalam
rangka meletakkan dasar agama anak
menjadi warga negara yang baik. Aspek
perkembangan sosial dan kemandirian
dimaksudkan untuk membina anak agar
dapat mengandalkan emosinya secara
wajar dan dapat berinteraksi dengan
sesamanya maupundengan orang dewasa
dengan baik serta dapat menolong dirinya
sendiri dalam rangka kecakapan hidup.
Bidang pengembangan kemampuan
dasar
merupakan
kegiatan
yang
dipersiapkan
oleh
guru
untuk
meningkatkan kemampuan dan kreativitas
sesuai dengan tahap perkembangan
anak. Bidang pengembangan kemampuan
dasar meliputi aspek perkembangan
berbahasa kognitif, fisik atau motorik dan
seni.
Seperti halnya pada TK Shanti
Kumara
III
Sempidi,
berdasarkan
pengamatan
terhadap
kegiatan
pengembangan motorik halus anak
kelompok B ditemukan adanya masalah
dalam melakukan kegiatan melipat.
Dimana pada observasi awal setiap anak
disuruh meniru melipat kertas (1-7
lipatan), anak mengalami kesulitan dalam
melipat kertas sampai dengan 7 lipatan,
dari 33 siswa yang penulis berikan
kegiatan tersebut hanya 10 orang anak (
30% ) yang bisa atau sesuai dengan
contoh, 11 ( 33% ) anak yang mampu tapi
masih dibantu, dan 12 ( 37% ) lagi belum
mampu melakukannya.
Aspek perkembangan fisik atau
motorik bertujuan untuk memperkenalkan
dan melatih gerakan kasar dan halus,
meningkatkan kemampuan mengelola,
mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi,
sertameningkatkan keterampilan tubuh
dan cara hidup sehat sehingga dapat
menunjang pertumbuhan jasmani yang
kuat, sehat dan terampil.
Keterampilan anak berkaitan erat
dengan
perkembangan
motoriknya.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
Motorik
merupakan
perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui
kegiatan yang terkoordinir antara susunan
saraf, otot dan otak. Perkembangan
motorik meliputi motorik kasar dan motorik
halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh
yang menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota
tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan
anak itu sendiri, sedangkan motorik halus
adalah gerakan yang menggunakan otototot halus atau sebagian anggota tubuh
tertentu
yang
dipengaruhi
oleh
kesempatan belajar dan berlatih. Kedua
kemampuan tersebut sangat penting agar
anak bisa berkembang secara optimal.
Perkembangan
motorik
sangat
dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang
mensetir setiap gerakan yang dilakukan
anak. Semakin matangnya perkembangan
system saraf otak yang mengatur otot,
memungkinkan
berkembangnya
kompetensi atau kemampuan motorik
anak. Dalam proses perkembangan anak,
motorik kasar berkembang lebih dahulu
dibandingkan dengan motorik halus. Hal
ini terbukti bahwa anak sudah dapat
menggunakan otot-otot kakinya untuk
berjalan
sebelum
anak
mampu
mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk
menggambar, menggunting atau menulis.
Perkembangan motorik halus anak
Taman Kanak-kanak ditekankan pada
koordinasi gerakan motorik halus dalam
hal ini berkaitan dengan kegiatan
meletakkan atau memegang suatu objek
dengan menggunakan jari tangan. Pada
usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik
halus anak sangat berkembang bahkan
hampir sempurna. Pada usia 5 atau 6
tahun koordinasi gerakan motorik halus
anak berkembang pesat. Pada masa ini
anak sudah mampu mengkoordinasikan
gerakan
visual
motorik
seperti
mengkoordinasikan gerakan mata dengan
tangan, lengan dan tubuh secara
bersamaan.
Salah satu kegiatan yang mampu
meningkatkan kemampuan motorik halus
anak yaitu seni melipat kertas. Pada
kegiatan seni melipat kertas anak belajar
meniru, berkreativitas, berimajinasi dan
anak belajar menghargai hasil karyanya
sendiri.
Dalam penerapan media seni
melipat kertas diperlukan adanya model
pembelajaran yang mampu memberikan
pengalaman
belajar
yang
dapat
meningkatkan perkembangan bahasa
anak yaitu model pembelajaran Langsung
(Direct
Instruction).
Pembelajaran
Langsung (Direct Instruction) ini akan
memberikan kesempatan bagi anak untuk
bisa bereksplotasi dengan lingkungannya
sehingga mempermudah anak dalam
menguasai pembendaharaan kata.
Setelah dilakukan penelusuran lebih
jauh, maka diketahuilah bahwa hal ini
diakibatkan oleh adanya keengganan
anak-anak dalam kegiatan motorik halus
yaitu kurangnya minat anak dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Ini
diakibatkan kurangnya media-media yang
menunjang yang mampu mengaktifkan
minat belajar anak. Dimana guru hanya
menerapkan
pembelajaran
secara
monoton, dan kurang menarik.
Dari penjelasan diatas maka dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan
sebagai berikut: (1) kemampuan motorik
halus anak dikelas ini masih rendah, (2)
kurangnya minat anak dalam kegiatan
pembelajaran, (3) kurang adanya media
yang menunjang dalam meningkatkan
perkembangan motorik halus anak, (4)
berdasarkan
permasalahan
tersebut
diperlukan tindakan agar perkembangan
motorik halus anak dapat meningkat. Guru
diharapkan dapat menggunakan model
yang
lebih
cocok
dalam
usaha
meningkatkan kemampuan motorik halus
anak. Selain model pembelajaran, media
juga
sangat
berpengaruh
dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus
anak.
Bertitik tolak dari permasalahan
tersebut maka penulis melaksanakan
penelitian mengenai penerapan media
seni melipat kertas dalam meningkatkan
perkembangan motorik halus anak usia
dini. Untuk itu diambil judul penelitian
penerapan model pembelajaran langsung
(direct instruction) berbantuan media seni
melipat kertas untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak kelompok
B semester III Tahun Pelajaran 2013/2014
di TK Shanti Kumara III Sempidi Badung.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuantujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan
pembelajaran,
lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas
Arends (dalam Trianto, 2010: 51).
Menurut Trianto (2010: 53) fungsi
model pembelajaran adalah sebagai
pedoman bagi perancang pengajar dan
para
guru
dalam
melaksanakan
pembelajaran. Untuk memilih model ini
sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi
yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi
oleh tujuan yang akan dicapai dalam
pengajaran
tersebut
serta
tingkat
kemampuan peserta didik. Di samping itu
pula, setiap model pembelajaran juga
mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang
dapat dilakukan siswa dengan bimbingan
guru. Antara sintaks yang satu dengan
sintaks yang lain juga mempunyai
perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini,
diantaranya pembukaan dan penutupan
pembelajaran yang berbeda antara satu
dengan yang lain. Oleh karena itu, guru
perlu menguasai dan dapat menerapkan
berbagai keterampilan mengajar, agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
beraneka ragam dan lingkungan belajar
yang menjadi ciri sekolah pada dewasa
ini.
Jenis-jenis model pembelajaran
tersebut antara lain: Model Pembelajaran
Kontekstual,
Model
Pembelajaran
Kooperatif,
Model
Pembelajaran
Quantum, Model Pembelajaran Terpadu,
Model Pembelajaran Berbasis masalah
(PBL), Model Pembelajaran Langsung
(Direct Instruction), Model Pembelajaran
diskusi. Model-model yang disebutkan
diatas yang akan digunakan dalam
melakukan penelitian adalah model
Pembelajaran
Langsung
(Direct
Instruction).
Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi,
(2010:39) menyatakan bahwa: Model
Pembelajaran
Langsung
(Direct
Instruction) merupakan salah satu model
pengajaran yang dirancang khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang terstruktur dengan baik
dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.
Model
Pembelajaran
Langsung
(Direct Instruction) merupakan salah satu
model pengajaran yang dirancang khusus
untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur
dengan baik dan dapat dipelajari
selangkah
demi
selangkah.
Yang
dimaksud dengan pengetahuan deklaratif
(dapat diungkapkan dengan katakata)
adalah pengetahuan tentang sesuatu.
sedangkan
pengetahuan
prosedural
adalah pengetahuan tentang bagaimana
melakukan sesuatu.
Model
pembelajaran
langsung
dikembangkan secara khusus untuk
meningkatkan proses pembelajaran para
siswa terutama dalam hal memahami
sesuatu
(pengetahuan)
dan
menjelaskannya secara utuh sesuai
pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang diajarkan secara bertahap.
Model
pembelajaran
langsung
merupakan salah satu dari macammacam model pembelajaran. Kardi & Nur
(2000:3)
Model
pembelajaran
langsung
mempunyai Ciri-ciri sebagai berikut: 1)
Adanya
tujuan
pembelajaran
dan
pengaruh model pada siswa termasuk
prosedur penilaian belajar. 2) Sintaks atau
pola keseluruhan dan alur kegiatan
pembelajaran 3) Sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat
berlangsung dengan berhasil.
Menurut Gagne (dalam Nur 2000: 45) bahwa dalam Model Direct Instruction
terdapat dua macam pengetahuan, yakni
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah
pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan
pengetahuan
prosedural
adalah
pengetahuan
tentang
bagaimana
melakukan sesuatu. Namun, kedua
pengetahuan tersebut tidak terlepas
antara satu sama lain, sering kali
penggunaan
prosedural
memerlukan
pengetahuan deklaratif yang merupakan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
pengetahuan prasyarat. Model Direct
Instruction
dirancang
untuk
mengembangkan cara belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan
deklaratif yang terstruktur dengan baik
dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.
Menurut Sofan Amri dan Iif Khoiru
(2010, 43-47) Model pembelajaran
langsung memiliki lima fase yang sangat
penting. Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan
siswa
Mempresentasikan
dan
mendemontrasikan pengetahuan atau
keterampilan. Membimbing pelatihan.
Mencek pemahaman dan umpan balik
Memberi kesempatan pelatihan lanjutan
dan penerapan
Kata media berasal dari bentuk
jamak kata medium yang secara harfiah
artinya perantara atau pengantar. Gagne
(2006:14) mengemukakan bahwa “media
adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan
siswa
yang
dapat
merangsangnya untuk belajar. Istilah
media dalam bidang pembelajaran disebut
juga media pembelajaran”. Dalam proses
pembelajaran, alat bantu atau media tidak
hanya dapat memperlancar proses
komunikasi akan tetapi dapat merangsang
siswa untuk merespon dengan baik segala
pesan yang disampaikan.
Pemilihan media pembelajaran yang
tepat diharapkan dapat meningkatkan
kualitas proses belajar siswa, hal tersebut
sejalan
dengan
pendapat
yang
dikemukakan Nana Sudjana dan Ahmad
Rivai (2002:2) tentang “pemanfaatan
media pengajaran dalam proses belajar
siswa, sebagai berikut: pengajaran akan
lebih menarik perhatian siswa sehingga
dapat menumbuhkan motivasi belajar”.
Guru harus mempunyai keahlian
dalam menggunakan berbagai macam
media pembelajaran pada proses belajar
mengajar,
terutama
media
yang
digunakan dalam proses mengajarnya,
sehingga materi ataupun pesan yang
disampaikan akan tersalurkan dengan
baik pula.
Origami adalah seni melipat kertas
dari bentuk segi empat menjadi berbagai
objek yang ornamental. Seni origami ini
bervariasi, mulai dari mainan anak-anak
yang relatif mudah dan sederhana hingga
bentuk yang sangat kompleks. Kata
origami berasal dari bahasa Jepang, yakni
gabungan dari kata oru bermakna melipat
dan kami berarti kertas. Ketika kedua kata
itu bergabung, ada perubahan sedikit
namun tidak merubah artinya yakni dari
kata kami menjadi gami, sehingga yang
terjadi bukan orikami tetapi origami,
maksudnya melipat kertas.
Menurut Zukifli (Samsudin, 2007:11)
bahwa yang dimaksud motorik adalah
segala sesuatu yang ada hubunganya
dengan gerakan-gerakan tubuh. Lebih
lanjut
dijelaskannya
bahwa
dalam
perkembangan motorik terdapat 3 (tiga)
unsur yang menentukannya yaitu otot,
saraf, dan otak. Ketiga unsur ini
melaksanakan
unsur
masing-masing
perannya secara interaksi positif, artinya
unsur yang satu saling berkaitan, saling
menunjang, saling melengkapi dengan
unsur yang lain sempurna keadaannya.
Anak yang mengalami gangguan tampak
kurang
terampil
mengerak-gerakkan
tubuhnya.
Perkembangan motorik meliputi
motorik kasar dan motorik halus. Motorik
kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota
tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan
anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus
adalah gerakan yang menggunakan otototot halus atau sebagian anggota tubuh
tertentu
yang
dipengaruhi
oleh
kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Nuryani,
(2005:11)
menyatakan
bahwa, tujuan pengembangan motorik
halus yaitu: Mengembangkan motorik
halus
yang
berhubungan
dengan
kerterampilan gerak kedua tangan,
Memperkenalkan gerakan jari seperti
menulis, menggambar, dan memanipulasi
benda-benda dengan jari jemari sehingga
anak menjadi terampil dan matang.
Mampu mengkoordinasikan kecepatan,
kecakapan tanpa dengan gerakan mata,
Penguasaan emosi.
METODE
Penelitian
tindakan
kelas
ini
dilaksanakan pada semester II tahun
pelajaran 2013/2014 pada kelompok B di
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
TK Shanti Kumara III Sempidi Badung
dalam kegiatan pembelajaran.. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelompok B di
Shanti Kumara III Sempidi Tahun Ajaran
2013/2014 yang berjumlah 32 orang
dengan 19 orang siswa laki-laki dan 13
orang siswa perempuan. Siswa ini dipilih
menjadi subjek penelitian mengingat di
kelas B pada semester II tahun ajaran
2013/2014 di TK Shanti Kumara III
Sempidi
Badung
ditemukan
permasalahan-permasalahan yang telah
dipaparkan dalam latar belakang. Objek
yang ditangani dalam penelitian ini adalah
kemampuan motorik halus anak.
Penelitian ini tergolong penelitian
tindakan kelas (PTK). Menurut Agung
(2010:2) bahwa PTK sebagai suatu
bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu agar dapat memperbaiki dan atau
meningkatkan
praktek-praktek
pembelajaran di kelas secara lebih
professional.
Wendra (2007:45) mengemukakan
bahwa penelitian tindakan pada prinsipnya
dimaksudkan untuk melakukan upaya
perbaikan terhadap praktek pendidikan
yang dilakukan praktisi pada bidang
pendidikan, sambil melakukan tugasnya
dengan jalan merenung kembali apa yang
telah dilakukan yang terarah kepada
perbaikan kegiatan yang akan dilakukan
selanjutnya. Dengan kata lain penelitian
tindakan dilakukan untuk memperbaiki
kinerja diri sendiri melalui pemahaman
kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara
terencana, sistematik dan mawas diri.
Dalam PTK ini mengacu pada teori
yang dikemukakan Stephen Kemmis dan
McTaggart (Kasbolah.1998:113). Dalam
model PTK ini ada empat tahapan pada
satu siklus penelitian. Keempat tahapan
tersebut
terdiri
dari
perencanaan,
tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam
dua siklus. Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan dalam dua siklus namun
tidak menutup kemungkinan dapat
dilakukan siklus berikutnya jika tidak
memenuhi target.
Penelitian ini terdapat dua variabel
penelitian meliputi variabel bebas yaitu
pembelajaran langsung (Direct Instruction)
dan seni melipat kertas variabel terikat
yaitu kemampuan motorik halus. Definisi
dari masing-masing variabel tersebut
sebagai berikut. Untuk pengumpulan data
tentang kemampuan motorik halus anak
penulis menggunakan metode observasi.
Metode observasi adalah suatu cara
memperoleh atau mengumpulkan data
yang dilakukan dengan jalan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara
sistematis
tentang
objek
tertentu
(Agung,2010).
Observasi
dilakukan
terhadap
kegiatan anak dalam motorik halus melalui
kegiatan melipat kertas. Dalam penelitian
ini, observasi dilakukan pada saat
pelaksanaan tindakan pada masingmasing siklus dengan menggunakan
instrument penelitian berupa lembar
observasi.
Setiap
kegiatan
yang
diobservasi dikategorikan ke dalam
kualitas yang sesuai dengan berpedoman
pada permendiknas No.58 tahun 2009.
Untuk mendapatkan data yang
diinginkan maka disusunlah kisi-kisi
instrumen penelitian untuk memudahkan
dalam proses penelitian.
Tabel 1. Instrumen Penelitian Kemampuan Motorik Halus Anak dalam Seni
Melipat Kertas
No
1.
Variabel
Kemampuan
Motorik Halus
Indikator
Meniru melipat kertas sederhana (1-7 lipatan)
Membuat berbagai bentuk dari daun, kertas, dan
kain perca
Membuat mainan dengan teknik melipat,
menggunting dan menempel
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
Tabel 2. Rubrik Penskoran Peningkatan Kemampuan Motorik Halus
Skor
No
Indikator
1
Meniru melipat kertas sederhana (1-7
lipatan)
2
Membuat berbagai bentuk dari daun,
kertas, dan kain perca
3
Membuat mainan dengan teknik melipat,
menggunting dan menempel
3
Tabel 3. Pedoman Penskoran
Tanda
Makna
Berkembang Sangat
Baik
Berkembang Sesuai
Harapan
Mulai Berkembang
4
Belum Berkembang
No
1
2
Skor
4
3
2
1
Permendiknas No. 58, 2009:1 )
Setelah data terkumpul maka
dilakukan
analisis
data,
dengan
menggunakan metode analisis statistik
deskriptif dan metode analisis deskriptif
kuantitatif. Metode analisis statistik adalah
cara pengolahan data yang dilakukan
dengan jalan menerapkan teknik dan
rumus-rumus statistik deskriptif seperti
frekuensi, grafik, angka rata-rata (mean),
median (Md), dan modus (Mo) untuk
menggambarkan keadaan suatu objek
tertentu sehingga diperoleh kesimpulan
umum.
Metode analisis statistik kuantitatif
adalah suatu cara pengolahan data yang
dilakukan dengan jalan menyusun secara
sistematis dalam bentuk angka-angka dan
atau persentase mengenai keadaan suatu
objek yang diteliti sehingga diperoleh
kesimpulan umum (Agung, 2011).
Tingkatan perkembangan motorik
halus anak Taman Kanak-kanak dengan
seni melipat kertas dapat ditentukan
dengan membandingkan M (%) atau ratarata persen ke dalam PAP skala lima
dengan kriteria sebagai berikut.
Tabel 4. Pedoman PAP Skala Lima tentang Perkembangan Motorik Halus Anak
Persentase
90-100
80-89
65-79
55-64
0-54
Sumber:Agung (2010: 12)
Kriteria Kemampuan Berbahasa
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis
Penelitian dilaksanakan di kelompok
B TK Ganesha Denpasar dengan jumlah
siswa
23
orang.
Penelitian
ini
dilaksanakan 2 bulan dari tanggal 1 Maret
2014 sampai 30 April 2014. Data
perkembangan bahasa anak disajikan
dalam bentuk tabel frekuensi, menghitung
mean (M), median (Md), modus (Mo),
grafik polygon dan membandingkan ratarata atau mean dengan model PAP skala
lima.
Pada siklus I diperoleh rata-rata
(mean) sebesar 7,90, nilai tengah
(median) sebesar 7,50, dan nilai yang
paling banyak muncul (modus) sebesar
7,00. Jika, nilai mean, median, dan modus
tersebut digambarkan kedalam kurve
poligon, maka akan membentuk kurve
kurve juling positif (M>Md>Mo).
12,00. Jika, nilai mean, median, dan
modus tersebut digambarkan ke dalam
kurve poligon, maka akan membentuk
kurve poligon juling negatif (M<Md<Mo).
Untuk menentukan tingkat belajar siswa,
maka rata-rata dibandingkan dengan
kriterian Penilaian Acuan Patokan.
Mo=12,00
Md=10,50
M=10,37
Gambar 2. Kurve Poligon Siklus II
Perbandingan rata-rata presentase
yang diperoleh yaitu 86.41% berada pada
tingkat penguasaan 80-89% yang berarti
bahwa hasil observasi kemampuan
motorik halus siklus II berada pada kriteria
tinggi
M=7,90
Mo=7,00
Md=7,50
Gambar 1. Kurve Poligon Siklus I
Perbandingan rata-rata presentase
yang diperoleh yaitu 65,83% berada pada
kategori 65-79% yang berarti bahwa hasil
perkembangan bahasa anak pada siklus I
berada pada kriteria sedang.
Dari hasil pengamatan dan temuan
selama pelaksanaan tindakan pada siklus
I tingkat kemampuan motorik halus anak
masih berada pada kriteria sedang, maka
masih perlu dilanjutkan pada siklus II.
Pada siklus II diperoleh rata-rata
(mean) sebesar 10,37, nilai tengah
(median) sebesar 10,50, dan nilai yang
paling banyak muncul (modus) sebesar
Pembahasan
Penyajian hasil penelitian di atas
memberikan gambaran bahwa dengan
penerapan model pembelajaran Direct
Instruction berbantuan seni melipat kertas
ternyata dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak kelompok B TK Shanti
Kumara III Sempidi Badung. Hal ini dapat
dilihat dari analisis mengenai kemampuan
motorik halus anak yang dapat diuraikan
sebagai berikut.
Berdasarkan hasil analisis statistik
deskriptif dan analisis deskripsi kuantitatif
memberikan gambaran bahwa dengan
penerapan media seni melipat kertas
untuk kemampuan motorik halus diperoleh
rata-rata hasil observasi kemampuan
motorik halus
pada siklus I sebesar
65,83% dan rata-rata hasil observasi
kemampuan motorik halus pada siklus II
sebesar 86.41%. Ini menunjukkan adanya
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
peningkatan rata-rata persentase hasil
observasi anak dari siklus I ke siklus II
sebesar 20,58%.
Keberhasilan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan media
seni melipat
untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus ternyata sangat
efektif
untuk
meningkatkan
hasil
observasi, dan oleh karenanya para guru
sangat perlu menerapkan media seni
melipat kertas untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus secara intensif
dan berkelanjutan guna meningkatkan
hasil observasi para anak didik.
Pembelajaran Langsung (Direct
Instruction) merupakan suatu pendekatan
mengajar yang dapat membantu siswa
dalam mempelajari keterampilan dasar
dan memperoleh informasi yang dapat
diajarkan selangkah demi selangkah.
Apabila
guru menggunakan model
pengajaran langsung ini, guru mempunyai
tanggung jawab untuk mengudentifikasi
tujuan pembelajaran dan tanggung jawab
yang besar terhadap penstrukturan
isi/materi atau keterampilan, menjelaskan
kepada
siswa,
pemodelan/mendemonstrasikan
yang
dikombinasikan
dengan
latihan,
memberikan kesempatan pada siswa
untuk berlatih menerapkan konsep atau
keterampilan yang telah dipelajari serta
memberikan umpan balik.
Model pengajaran langsung ini
dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan
dengan pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur
dengan baik, yang dapat diajarkan dengan
pola kegiatan yang bertahap, selangkah
demi selangkah. Hal yang sama
dikemukakan oleh Arends (1997:66)
bahwa: “The direct instruction model was
specifically designed to promote student
learning of procedural knowledge and
declarative knowledge that is well
structured and can be taught in a step-bystep fashion.”
Penerapan
Pembelajaran
Langsung
(Direct Instruction) dengan media seni
melipat kertas bagi anak usia dini akan
belajar membuat sesuatu dari cara yang
paling mendasar yakni meniru. Seiring
dengan itu, jika anak sudah mulai mahir
melipat dan sudah banyak model yang ia
lipat, maka pada saat tertentu nanti akan
muncul gagasan ingin membuat sesuatu
dari teknik-teknik lipatan yang telah
dikenalnya. Ini artinya ia belajar berkreasi
untuk menghasilkan sesuatu.
Melalui melipat kertas seorang anak
akan belajar berimajinasi melalui origami
ini. Apabila ketika ia telah mencoba
berkreasi dengan sesuatu bentuk yang
baru tanpa meniru atau mengikuti
diagramnya.
Seorang
anak
ketika
berorigami berarti juga akan belajar
mengapresiasi seni dan keindahan sejak
dini, artinya ia juga belajar kehalusan jiwa.
Semakin banyak mencoba jenis lipatan,
seorang anak tentu dapat membuat model
origami lebih banyak lagi. Model-model itu
umumnya dapat cukup dibuat dari
selembar kertas saja. Untuk model
tertentu yang berukuran besar bisa
menggunakan kertas koran, seperti
membuat topi, bola besar, pesawat dan
lain-lain. Perlu digaris bawahi bahwa
dalam berorigami, melipatnya itu sendiri
adalah bagian dari bermain, setelah
menjadi model, juga dapat dimainkan baik
sendiri atau bersama.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data
sebagaimana disajikandalam BAB IV di
depan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa penerapan model pembelajaran
langsung (Direct Instruction) berbantuan
media seni melipat ternyata mampu
meningkatkan kemampuan motorik halus
anak kelompok B semester II tahun
pelajaran 2013/2014 di TK Shanti Kumara
III Sempidi. Hal ini dilihat dari peningkatan
peningkatan kemampuan motorik halus
anak pada siklus I sebesar 65,83% yang
berada pada kategori sedang menjadi
sebesar 86,41% pada siklus II yang ada
pada
kategori
tinggi.
Berdasarkan
simpulan di atas, dapat diajukan saransaran sebagai berikut. Kepada guru,
disarankan untuk meningkatkan kreativitas
dan kemampuan dalam membuat lipatanlipatan yang lebih inovatif dan menarik
sesuai dengan kebutuhan perkembangan
anak. Kepada kepala sekolah, disarankan
mampu memberikan suatu informasi
mengenai media pembelajaran yang
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
dapat
digunakan
dalam
proses
pembelajaran, sehingga pembelajaran
berlangsung secara efektif, efisien, dan
inovatif. Kepada peneliti lain hendaknya
dapat
melaksanakan
PTK
dengan
berbagai metode dan media pembelajaran
lain yang belum sepenuhnya dapat
DAFTAR RUJUKAN
Data Tentang Kemampuan B
Agung, A. A. Gede. 2010. Bahan Kuliah
Statistik
Deskriptif.
Singaraja:
Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha.
-------, 2012. Metodologi Penelitian
Pendidikan
Suatu
Pengantar.
Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan
Undiksha.
Amri,
Sofan dan
Konstruksi
Pembelajaran.
Pustaka
Iif
Efendi. 2010.
Pengembangan
Jakarta: Prestasi
Kardi
dan Nur. 2000. Pengajaran
Langsung. Surabaya: Universitas
Negeri Malang. Press.
Nuryani R. (2005). Strategi Belajar
Mengajar.
Malang:
Universitas
Negeri Malang.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran
Terpadu dalam Teori dan Praktek.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wendra, 2007. Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Bandung: Bumi Angkasa
Download