MONOGRAF BAHAN AJAR BERMUATAN IMTAQ DAN IPTEK UNTUK TK & RA - 12 PROYEK PEMBINAAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BEKERJA SAMA DENGAN LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA TAHUN 2003 MONOGRAF I. PENDAHULUAN Pada dasarnya tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia dalam hal ketakwaan, intelektualitas, penguasaan wawasan ilmu dan keterampilan penerapan teknologi. Hal itu sesuai dengan pernyataan dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional berakar dari kebudayaan bangsa Indonesia yang terangkum dalam Pancasila dan UUD 1945, yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan kualitas kehidupan bangsa Indonesia. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami tantangan dari berbagai aspek kehidupan yang meliputi dampak globalisasi informasi, krisis ekonomi yang berkepanjangan, disintegrasi bangsa, kelangkaan lapangan kerja, krisis sosial dan moral, dan penyalahgunaan psikotropika (narkoba). Kondisi demikian memiliki konsekuensi menurunnya mutu kehidupan masyarakat secara umum. Apabila tidak diupayakan pemecahannya oleh berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun legislatif masalah itu akan makin membesar; citra bangsa Indonesia di mata internasional juga akan makin memburuk. Belajar dari pengalaman negara-neara lain yang mengalami tantangan dan krisis serupa dan telah berhasil mengatasinya, sumber daya manusia yang unggul merupakan faktor terbesar. Keunggulan sumber daya manusia itu mencakup aspek moral dan ketaqwaan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan, keuletan, keberanian, dan semangat kebangsaan. Penelitian ini merupakan respon terhadap kondisi bangsa kita yang memprihatinkan itu, melalui sektor pendidikan. Kegiatannya berupa pengembangan materi pelajaran yang bermuatan keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Upaya penyusunan bahan ajar yang bermuatan IMTAQ dan IPTEK untuk TK & RA, SD & MI, SLTP & MTs, dan SMU & MA (TK & RA – 12) diharapkan dapat dijadikan model bagi 1 guru dan pelaksana pendidikan di lapangan untuk menghasilkan manusia Indonesia yang unggul dan utuh. II. TEORI A. Analisis Kebutuhan Pengembangkan Bahan Ajar Penyusunan bahan ajar diawali dengan analisis kebutuhan minimal terhadap tiga dimensi, yaitu (1) nilai-nilai yang diinginkan dan nilai-nilai yang ada pada saat ini di masyarakat, termasuk pengguna, orang tua siswa, dan masyarakat; (2) ciri dan karakteristik yang dibutuhkan siswa, dan ciri dan karakteristik yang ada pada saat ini; dan (3) ciri dan karakteristik yang diinginkan pelaksana pendidikan di lapangan pada saat ini. Analisis kebutuhan ini berlangsung secara berkelanjutan mengikuti siklus, karena bahan ajar yang digunakan di sekolah akan mengalami penyesuaian sesuai dengan perubahan, tuntutan kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. B. Substansi IMTAQ dan IPTEK Individu pada masyarakat modern sering kali menghadapi kendala disintegrasi kepribadian. Makna nilai-nilai religi tidak terintegrasi dalam implementasi perilaku kehidupan sehari-hari. Manusia dalam masyarakat modern seringkali memisahkan antara religi atau nilai-nilai keyakinan dengan nilai-nilai yang ada dalan sains, lebih mementingkan salah satu daripada memadukan keduanya. Hal ini diperkuat oleh Dewey dalam Ghulam Haider Aasi: “The problem of restoring integration and cooperative between man’s beliefs about the world in which he lives and his beliefs about the values and purposes that should direct his conduct is the deepest problem of modern life.” Manusia bertanggung jawab untuk menciptakan suatu keharmonisan dan kesejahteraan, kebahagiaan hidup masa sekarang dan masa datang dalam kehidupan sesuai dengan kehendakNya melalui utusan-utusanNya. Penjelasan ini mencakup makna keterpaduan antara kemampuan manusia yang aktif untuk memelihara, mengelola alam, dan pesan-pesan yang terkandung dalam kehendak Maha Pencipta dalam menciptakan alam ini. 2 Berdasarkan uraian ini makin jelas bahwa individu manusia yang utuh -terintegrasi secara utuh -- memiliki minimal dua elemen dasar yang selayaknya terbentuk saling mendukung secara erat dan kokoh, yaitu antara penguasaan elemen sains (ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan elemen moral, etika, atau akhlak. Penjelasan ini mendukung pemikiran yang mendesak untuk menyusun bahan ajar yang utuh dalam rangka pembentukan kepribadian manusia Indonesia yang bermuatan IMTAQ dan IPTEK secara terpadu. Prinsip dasar yang harus ada dalam penyusunan bahan ajar IMTAQ yaitu unsur-unsur dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan target sasaran hasil bentukan perilaku yang dimiliki oleh peserta didik. Unsur-unsur dasar tersebut menurut Durkheim terdiri dari: (1) disiplin, (2) kebutuhan untuk mampu mengontrol, mengendalikan, mengekang diri terhadap keinginankeinginan yang melampaui batas, (3) keterikatan dengan kelompok masyarakat yang ada dalam suatu komunitas kehidupan, dan (4) otonomi dalam makna menyangkut keputusan pribadi dengan mengetahui dan memahami sepenuhnya konsekuensi-konsekuensi dari tindakan atau perilaku yang diperbuat. Prinsip dasar yang harus ada dalam penyusunan bahan ajar IPTEK yaitu: (1) konsep dasar sains, dan (2) konsep dasar teknologi. Konsep dasar sains mencakup unsur-unsur fundamental minimal: (1) taraf dan keadaan ilmu pengetahuan yang sekarang dan perkembangannya, (2) aktivitas dinamis yang berlandaskan konsep “heuristic” berkonotasi kepada upaya pengungkapan atau penemuan diri, dan (3) fungsi ilmu pengetahuan. Konsep dasar teknologi mencakup unsur-unsur dasar minimal: (1) makna teknologi, (2) taraf keadaan, jenis-jenis teknologi yang ada dan pemanfaatannya pada saat ini, dan (3) aktivitas dinamis berlandaskan konsep dinamis “creativity” secara konkrit menciptakan atau memodifikasi teknologi sederhana yang dapat ditemukan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kawasan bahan ajar kedua tipe tersebut minimal mencakup pengembangan domain kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. 3 III. METODOLOGI Tujuan khusus penelitian ini adalah mengembangkan bahan ajar yang bermuatan IMTAQ dan IPTEK untuk semua jenjang pendidikan TK & RA – 12. Populasi penelitian adalah seluruh TK & RA – 12 di Indonesia. Sampelnya sebanyak 144 sekolah dari sembilan propinsi di Indonesia, yaitu (1) Jawa Barat, (2) Jawa Tengah, (3) Jawa Timur, (4) Sumatera Barat, (5) Sumatera Selatan, (6) Kalimantan Selatan, (8) Bali, dan (9) Nusa Tenggara Barat. Dari masing-masing propinsi diambil 2 TK & 2 RA, 2 SD & 2 MI, 2 SLTP & 2 MTs, dan 2 SMU & 2 MA. Mata pelajaran yang digunakan adalah IPA dan IPS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development) dengan uji coba terbatas ke sekolahsekolah sampel, dari jenjang pendidikan TK & RA – 12. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap: 1. Tahap persiapan: a. Studi kepustakaan b. Penyusunan kerangka tulisan c. Penyusunan bahan ajar yang bermuatan IMTAQ dan IPTEK d. Pembuatan ilustrasi e. Reviu bahan ajar oleh pakar 2. Tahap pelaksanaan: a. Penyusunan instrumen untuk uji coba bahan ajar b. Uji coba terbatas bahan ajar c. Analisis data uji coba d. Penyempurnaan naskah bahan ajar e. Penyusunan laporan Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil uji coba bahan ajar, terdiri dari beberapa jenis yaitu: angket, pedoman wawancara, tes, rekaman, dan bahan ajar yang sudah ditulisi dengan komentar-komentar. Analisis data menggunakan statistik deskriptif yang meliputi: persentase, median, rata-rata, modus, dan korelasi data sampel. Anilisis data kuantitatif itu dipadukan dengan 4 analisis data kualitatif dari hasil wawancara, rekaman proses dan hasil uji coba bahan ajar. IV. HASIL A. Kerangka Dasar Bahan Ajar Bermuatan IMTAQ dan IPTEK Bahan ajar bermuatan IMTAQ dan IPTEK untuk TK & RA – 12 dalam penelitian ini memiliki kerangka dasar sebagai berikut: 1. Konsep dasar dan penyusunan bahan ajar 2. Karakteristik bahan ajar bermuatan IMTAQ dan IPTEK 3. Kerangka dasar pengembangan dan uraian ringkas bahan ajar 4. Pedoman implementasi penggunaan bahan ajar 5. Pengelolaan situasi dan kondisi dalam pembelajaran 6. Pemantauan dan evaluasi program 1. Konsep Dasar Penyusunan Bahan Ajar Bahan ajar yang bermuatn IMTAQ dan IPTEK memiliki muatan makna keimanan dan ketaqwaan, dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keimanan merupakan keyakinan dalam hati bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan memiliki indikator sebagai berikut: (1) Hati gemetar jika disebut nama Allah, (2) Khusu’ dalam melakukan shalat, (3) Menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tak berguna, (4) Menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan amalan sunah lain yang dianjurkan, (5) Menjaga moral dan mengontrol tabiat dan perilaku seksual, (6) Memuliakan tetangga dan tamu, (7) Menghormati dan mencintai saudara, dan (8) Mampu membaca tanda-tanda kebesaran Allah dan alam semesta. Nilai-nilai ini dijabarkan dan tercermin dalam bentuk tipe-tipe perilaku peserta didik di dalam kehidupan sehari-hari, di lingkungan keluarga dan tempat tinggalnya, di sekolah, dan di masyarakat. Makna taqwa merupakan sikap batin dan perilaku peserta didik untuk tetap melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Ciri-ciri ketaqwaan adalah: (1) Memiliki kepekaan moral untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan suatu perbuatan, (2) Memiliki mata hati yang menembus jauh untuk 5 melihat yang baik dan yang buruk, (3) Selalu menghindari hal-hal yng dilarang Allah SWT, (4) Jika terlanjur berbuat salah segera bertaubat dan tidak mengulangi perbuatan tersebut, (5) Memiliki kekuatan batin dan mampu menghadapi persoalan hidup, sanggup menghadapi saat-saat kritis untuk mencari pemecahan. 2. Karakteristik Bahan Ajar Bermuatan IMTAQ dan IPTEK Bahan ajar yang bermuatan IMTAQ dan IPTEK mempunyai karakteristik umum sebagai berikut: a. Muatan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan b. Muatan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi c. Bersifaat praktis, fleksibel, dan adaptif dalam implementasi d. Dapat digunakan oleh semua guru bidang studi e. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar kurikulum berbasis kompetensi (KBK) f. Arah bahan ajar lebih bersifat pengembangan kompetensi dalam aspek afektif dan perilaku daripada aspek kognitif. g. Implementasi bahan ajar bersifat integratif dalam bidang studi baik kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakulrikuler. h. Implementasi bahan ajar tidak menambah jam pelajaran atau mata pelajaran. i. Implementasi bahan ajar lebih bersifat rancangan kegiatan proyek dalam rangka pembentukan dan pembiasaan perilaku yang bersifat proses. 3. Kerangka Dasar Pengembangan Kerangka dasar pengembangan bahan ajar dapat dijabarkan secara ringkas atas komponen-komponen seperti dalam matriks Gb. 1 berikut ini; operasionalisasinya dituangkan dalam skenario pembelajaran. Jenjang Pendidikan Kompetensi Indikator Muatan Nilai-Nilai IMTAQ Muatan Nilai-Nilai IPTEK Pengalaman Pembelajaran Evaluasi TK & RA SD & MI SLTP & MTs SMU & MA Gb.1 Kerangka Dasar Pengembangan Bahan Ajar 6 Uraian ringkas bahan ajar bermuatan IMTAQ dan IPTEK mencakup unsur-unsur sebagai berikut: a. Kompetensi yang diharapkan b. Indikator c. Muatan nilai-nilai IMTAQ d. Muatan nilai-nilai IPTEK e. Materi ringkas, hanya mencakup inti-intinya saja f. Asesmen dan evaluasi g. Pengalaman pembelajaran h. Tindak lanjut Berdasarkan acuan di atas dikembangkanlah uraian ringkas bahan ajar untuk masing-masing jenjang pendidikan dan mata pelajaran. 4. Pedoman Implementasi Bahan Ajar Pedoman implementasi bahan ajar sejalan dengan karakteristik bahan ajar dalam Pasal 2 di atas. Secara umum pedoman itu disajikan sebagai berikut: a. Bahan ajar bermuatan IMTAQ dan IPTEK tidak merupakan mata pelajaran tersendiri. b. Bahan ajar ini terintegrasi dan dirancang ke dalam setiap mata pelajaran yang sudah ada. c. Pelaksanaan bahan ajar bermuatan IMTAQ dan IPTEK secara ringkas memiliki tahapan sebagai beikut: 1) Identifikasi nilai IMTAQ sebagai target pembelajaran 2) Identifikasi nilai IPTEK sebagai target pembelajaran 3) Identifikasi kompetensi keimanan dan ketaqwaan dalam bentuk sikap dan perilaku yang hendak dicapai 4) Identifikasi kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk sikap dan perilaku yang hendak dicapai 5) Pemilihan bahan ajar yang sesuai 6) Implementasi dalam kegiatan pembelajaran 7) Asesmen/evaluasi 7 5. Pengelolaan Situasi dan Kondisi dalam Pembelajaran Keberhasilan implementasi bahan ajar bermuatan IMTAQ dan IPTEK bergantung pada pengelolaan situasi dan perancangan kondisi pembelajaran oleh guru. Pengelolaan aspek ini secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Perancangan program pembelajaran sikap dan perilaku bermuatan IMTAQ dan IPTEK dilakukan oleh seluruh guru pada setiap jenjang pendidikan secara bersama. b. Pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan oleh setiap individu guru. Namun untuk program bersama seperti shalat berjamaah, kegiatan kebersihan lingkungan sekolah, dan penaikan bendera nasioanl dilakukan secara bersama. c. Diperlukan dukungan partisipasi dan kesadaran Kepala Sekolah, kesediaan semua Guru dan Dewan Sekolah untuk menciptakan peristiwa pembelajaran yang kondusif. d. Peristiwa pembelajaran dapat terjadi di lingkungan sekolah, lab., kelas, perpustakaan, musholla, atau ruang keterampilan. e. Walaupun tidak seperti mata pelajaran biasa yang tercantum dalam kurikulum, program pembelajaran ini dapat diambil alternatif dalam bentuk proyek, dalam waktu tertentu, secara berkelanjutan, terarah, serta terintegrasi dengan kegiatan lainnya. f. Administrasi pelaksanaan, pendataan, program, serta pengelolaan kegiatan dapat menjadi tanggung jawab Wakil Kepala Sekolah atau Guru yang ditunjuk sebagai pembina sikap dan perilaku yang bermutan nilai-nilai IMTAQ dan IPTEK. g. Hasil-hasil asesmen program dapat dipertanggungjawabkan kepada Kepala Sekolaha dan Dewan Sekolah, bersama semua Guru. 6. Pemantauan dan Evaluasi Program Pemantauan kegiatan pembelajaran dilakukan bersama oleh Guru, Wakil Kepala Sekolah, dengan mengikutsertakan Dewan Sekolah. Pemantauan dapat dilakukan melalui wawancara dengan siswa, pekerjaan kelompok seswa, bukti- 8 bukti kerja siswa, unjuk kerja siswa, atau melalui portofolio. Evaluasi program dapat dilakukan terhadap komponen efektivitaas rancangan bahan ajar, strategi pembelajaran, umpan balik dan tindak lanjut. C. Deskripsi Data Hasil Penelitian Penelitian mengukur kelayakan bahan ajar yang bermuatan IMTAQ dan IPTEK berdasarkan unsur-unsur: 1. Kesesuaian karakteristik muatan nilai-nilai IMTAQ dan IPTEK 2. Kepraktisan, fleksibilitas, sifat adaptif dalam implementasi 3. Dapat digunakan oleh semua guru mata pelajaran 4. Sesuai dengan prinsip-prinsip dasar KBK 5. Berisi unsur-unsur yang dapat diterapkan: a. Kompetensi yang diharapkan b. Hasil belajar c. Indikator d. Contoh-contoh bahan ajar e. Ilustrasi yang jelas f. Metode pembelajaran alternatif g. Asesmen 6. Kesesuaian bahan ajar terhadap aspek afektif dan perilaku 7. Implementasi bahan ajar bersifat integratif. 8. Implementasi bahan ajar tidak menambah beban mengajar guru, dan tidak menambah jam pelajaran. 9. Bahan ajar dapat menjadi bahan dasar perancangan proyek. 10. Bahan ajar dapat dikembangkan sendiri oleh guru. Unsur-unsur di atas dituangkan dalam kuesioner dengan tiga alternatif jawaban, yaitu: “Sesuai/Ya”, “Cukup”, dan “Tidak”. Untuk jenjang TK & RA jawaban “Sesuai/Ya” rata-rata diberikan oleh 76,4% responden, “Cukup” rata-rata diberikan oleh 22,6% responden, dan “Tidak” rata-rata diberikan oleh responden sisanya. Untuk jenjang SD & MI jawaban “Sesuai/Ya” rata-rata diberikan oleh 79,3% responden, “Cukup” rata-rata diberikan oleh 20,2% responden, dan 9 “Tidak” rata-rata diberikan oleh responden sisanya. Untuk jenjang SLTP & MTs jawaban “Sesuai/Ya” rata-rata diberikan oleh 72,2% responden, “Cukup” rata-rata diberikan oleh 26,1% responden, dan “Tidak” rata-rata diberikan oleh responden sisanya. Untuk jenjang SMU & MA jawaban “Sesuai/Ya” rata-rata diberikan oleh 73,4% responden, “Cukup” rata-rata diberikan oleh 24,3% responden, dan “Tidak” rata-rata diberikan oleh responden sisanya. V. KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang dikemukakan di atas, penelitian ini menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bahan ajar bermuatan nilai-nilai IMTAQ dan IPTEK untuk jenjang pendidikan TK & RA – 12 pada saat ini penting untuk diterapkan di sekolah. 2. Bahan ajar bermuatan nilai-nilai IMTAQ dan IPTEK memiliki persyaratan, mutu, efektivitas, efisiensi, ketercakupan materi, kepraktisan penerapan, untuk digunakan oleh guru mulai TK & RA – 12. Hal ini didasarkan atas tanggapan positip guru-guru yang dijadikan responden dalam uji coba terbatas. 3. Bahan ajar bermuatan nilai-nilai IMTAQ dan IPTEK membutuhkan pedoman implementasi. Hasil studi ini mendapatkan tanggapan positip dalam arti pedoman yang disusun dapat digunakan untuk petunjuk guru dalam menerapkan bahan ajar itu di sekolah. 4. Bahan ajar bermuatan nilai-nilai IMTAQ dan IPTEK yang disusun sudah mengandung unsur keterkaitan, kesinambungan konsep dan nilai, mulai jenjang TK & RA -12. B. Saran-saran Saran-saran yang berkaitan dengan bahan ajar bermuatan nilai-nilai IMTAQ dan IPTEK tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dibutuhkan kerja sama dan koordinasi dari berbagai pihak, antara lain: Dewan Sekolah, Dinas Pendidikan Daerah, Pemerintah Daerah, Tokoh Agama, Tokoh 10 Pendidikan di Daerah, serta kontribusi dari Pendidikan Tinggi untuk menerapkan bahan ajar bermuatan nilai-nilai IMTAQ dan IPTEK secara baik. 2. Bahan ajar dan pedomannya perlu dilampiri dengan contoh-contoh kasus program-program penerapan pembelajaran bermuatan nilai-nilai IMTAQ dan IPTEK yang telah berhasil. 3. Pedoman implementasi bahan ajar perlu ditambah dengan contoh-contoh penerapan teknik-teknik asesmen program pembelajaran bermuatan nilai-nilai IMTAQ dan IPTEK yang dapat memperkaya dan memperluas guru dalam melakukan asesmen proses maupun hasil. 4. Perlu pengelolaan yang integratif serta iklim lingkungan keterpakaian bahan ajar di tiap jenjang pendidikan antara lain Kepala Sekolah, Guru, dan semua pihak pendidik di sekolah dalam melakukan implementasi pembelajaran dan penerapan bahan ajar bermuatan nilai-nilai IMTAQ dan IPTEK. 5. Pedoman bahan ajar hendaknya diperluas untuk agama selain Islam karena berdasarkan masukan dari lapangan bahan ajar yang disusun sangat cocok untuk sekolah, guru dan siswa yang beragama Islam. C. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan dan saran-saran di atas direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bahan ajar yang disusun oleh tim hendaknya mulai digunakan di sekolah mulai jenjang TK & RA – 12. Beberapa perbaikan yang diperlukan antara lain dalam hal kesesuaian karakteristik, tingkat kepraktisan, gambaran yang jelas, tingkat keterpakaian, dan pengembangan oleh guru. 2. Bahan ajar yang disusun hendaknya bersifat umum, bukan hanya ditujukan kepada agama tertetu saja (Islam). 3. Diperlukan dukungan dari berbagai pihak, antara lain: Kepala Sekolah, Guru, dan Dewan Sekolah agar bahan ajar bisa diimplementasikan dengan baik. 4. Untuk mendukung program sosialisasi dan diseminasi diperlukan penataran/pelatihan bagi guru, dan penyediaan buku pedoman bagi guru dan siswa. 11 REFERENSI Asi, Ghulam HaideR, Dewey and Iqbal on Moral Self and Society: A Comparative Study of Their Thought (Journal Vol. VII. No. 4/ 1985 Durkeim, Emile (terjemahan Lukas Ginting), Pendidikan Moral Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, Jakarta, Erlangga, 1990. Kaufman, Roger A. Educational System Planning (New Jersey: Prentice-Hall, Inc, 1972 Kerlinger, Fred N. (Terjemahan Landung R. Simatupang), Asas-Asas Penelitian Behavioral (Yogyakarta: Gajahmada University Press: 1990) Rifai, Bachtiar, Perspektif dari Pembangunan Ilmu dan Teknologi, Jakarta, Gramedia, 1986 12