Document

advertisement
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. Menurut Wina Sanjaya metode adalah cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah di
sususun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang di susun tercapai secara
optimal. Metode juga sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan
dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu
mencapai tujuan pengajaran. 1
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh seseorang guru atau instruktur.
Pengertian lain ialah tekhnik penyajian yang dikuasai guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran pada siswa di dalam kelas,
baik secara individual atau secara kelompok, agar pelajaran itu dapat di
serap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik
metode mengajar makin efektif pula pencapaian tujuan. 2
Hadi Susanto mengatakan bahwa sesungguhnya cara atau
metode mengajar adalah “seni” dalam hal ini “seni mengajar”. Sebagai
suatu seni tentu saja metode mengajar harus menimbulkan kesenangan
1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), hal. 75
2
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 1997) hal. 52
11
dan
kepuasan
berkewajiban
bagi siswa. 3 Salah satu sumber belajar
menyediakan
lingkungan
belajar
kreatif
yang
dan
menimbulkan kepuasan bagi kegiatan belajar anak didik di kelas
adalah guru.
Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan
pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih
untuk mencapai tujuan pengajaran. Pemilihan dan penentuan metode
ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai
untuk mencapai tujuan tertentu. 4
Khusus metode mengajar di dalam kelas, efektivitas suatu
metode dipengaruhi oleh beberapa faktor tujuan, faktor siswa, faktor
situasi, dan faktor guru itu sendiri. Dengan memiliki pengetahuan
secara umum mengenai sifat metode seorang guru akan lebih mudah
menetapkan metode yang paling sesuai dalam situasi dan kondisi
pengajaran yang khusus.
Untuk memilih metode mengajar yang akan di gunakan dalam
rangka perencanaan pengajaran, perlu di pertimbangkan faktor-faktor
tertentu antara lain:
a. Kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran.
Metode belajar adalah alat untuk mencapai tujuan, maka tujuan itu
harus di ketahui dan di rumuskan dengan jelas sebelum menentukan
atau
memilig
metode
pembelajaran.
Misalnya
jika
metode
3
Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009) hal. 55-
4
Syaiful Bahri Djamarah dan Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar .... hal. 77
56
12
pembelajaran berkaitan
dengan
kognitif
siswa, maka metode
pembelajaran yang di gunakan harus berbeda dengan tujuan
pembelajaran yang berkaitan dengan psikomotor.
b. Kesesuaian metode pembelajaran dengan materi pembelajaran.
Materi pembelajaran dari masing-masing mata pelajaran tentu saja
berbeda-beda. Misalnya materi pelajaran matematika yang berssifat
berpikir logis akan berbeda dengan materi pembelajaran pendidikan
jasmani yang lebih bersifat praktis. Oleh karena itu metode
pembelajaran yang di gunakan harus sesuai dengan sifat materi
pembelajaran tersebut.
c. Kesesuaian metode dengan kemampuan guru.
Seorang guru
di
tuntut
untuk
menguasai
semuja
metode
pembelajaran. Namun pada saat tertentu kemampuan guru terbatas,
misalnya dalam keadaan sakit, sempitnya alokasi waktu pembelajaran,
atau keadaan kelas yang tidak memungkinkan. Oleh karena itu guru di
tuntut cerdik mensiasati dengan menggunakan metode yang sesuai
dengan kemampuannya.
d. Kesesuaian metode pembelajaran dengan kondisi siswa.
Kondisi siswa berhubungan dengan usia, latar belakang kehidupan,
keadaan tubuh atau tingkat kemampuan berpikirnya. Siswa yang
tingkat berpikirnya tinggi, maka mengikuti metode apapun akan siap.
e. Kesesuaian metode pembelajaran dengan sumber dan fasilitas yang
tersedia.
13
Sumber dan fasilitas yang tersedia di suatu sekolah tentu saja
berbeda-beda baik dari segi kualiatas maupun kualitas. Sekolah yang
sumber dan fasilitasnya lengkap akan mudah menentukan metode
yang akan di gunakan. Namun bagi sekolah dengan sumber dan
fasilitas yang kurang lengkap, maka metode yang kurang tepat
hendaknya di sesuaikan dengan keadaan.
f. Kesesuaian metode pembelajaran dengan situasi kondisi belajar
mengajar.
Situasi ini bisa berkaitan dengan tempat di mana pembelajaran itu
di lakukan, apakah di daerah perkotaan yang menggunakan berbagai
metode pembelajaran, atau di daerah pedesaan dengan letak geografis
yang terpencil yang tidak memungkinkan menggunakan metode
pembelajaran tertentu. 5
2. Tinjauan Tentang Metode Role Playing
a. Pengertian Metode Role Playing
Peran (role) dapat diartikan cara seseorang berperilaku dalam
posisi dan situasi tertentu. Metode Role Playing adalah suatu cara
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi
dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankannya
sebagai tokoh. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu
orang, hal itu tergantung kepada apa yang diperankan.6
5
6
hal. 80
Asra Sumiati, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009) hal. 92-95
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011),
14
Menurut Hisyam Zaini pengajar melibatkan peserta didik dalam
role playing karena satu atau lebih alasan dibawah ini7 :
1) Mendemonstrasikan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
yang diperoleh.
2) Mendemonstrasikan integrasi pengetahuan praktis.
3) Membandingkan dan mengkontraskan posisi-posisi yang diambil
dalam pokok permasalahan.
4) Menerapkan pengetahuan pada pemecahan masalah.
5) Menjadikan problem yang abstrak menjadi kongkrit.
6) Membuat
spekulasi
terhadap
ketidak-pastian
yang
meliputi
pengetahuan.
7) Melibatkan peserta didik dalam pmbelajaran yang langsung.
8) Mendorong peserta didik memanipulasi pengetahuan dengan cara
yang dinamik.
9) Mempelajari bidang tertentu dari kurikulum secara selektif.
10) Memfasilitasi ekspresi sikap dan perasaan peserta didik dengan sah.
11) Mengembangkan pemahaman yang empatik.
12) Memberi feedback yang segera bagi pengajar dan peserta didik.
b. Aspek Metode Role Playing
Role playing berdasarkan pada tiga aspek utama dari
pengalaman peran dalam kehidupan sehari-hari8 :
7
Hisyam Zaini, et.all., Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008), hal. 100
15
1) Mengambil peran (Role-taking), yaitu tekanan ekspektasi-ekspektasi
sosial terhadap pemegang peran, contoh : berdasarkan pada hubungan
keluarga (apa yang harus dikerjakan anak perempun), atau berdasar
tugas jabatan (bagaimana seseorang agen polisi harus bertindak),
dalam situasi-situasi sosial.
2) Membuat peran (Role-making), yaitu kemampuan pemegang peran
untuk berubah secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain dan
menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan.
3) Tawar-menawar peran (Role-negotiation), yaitu tingkat dimana peranperan dinego-siasikan dengan pemegang-pemegang peran yang lain
dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.
c. Langkah-langkah Metode Role Playing
Keberhasilan metode pembelajaran melalui bermain peran
tergantung pada kualitas permainan peran yang diikuti dengan analisis
terhadapnya. Disamping itu, tergantung pula pada persepsi siswa
tentang peran yang dimainkan terhadap situasi yang nyata.
Dalam melaksanakan metode role playing, maka perlu
memperhatikankan langkah-langkah metode role playing9:
1) Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk memperkenalkan
metode ini, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat
memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual ada di masyarakat.
Kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan.
8
9
Ibid, hal. 98
Roestiyah N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 91
16
2) Guru harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat
anak. Ia mampu menjelaskan dengan menarik, sehingga siswa
terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu.
3) Agar siswa memahami peristiwanya, maka guru harus bisa
menceritakan sambil untuk mengatur adegan yang pertama.
4) Bila ada kesedihan sukarela dari siswa untuk berperan, harap
ditanggapi tetapi guru harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk
perannya itu.
5) Jelaskan pada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka
tahu tugas peranannya, menguasai masalahnya pandai bermimik
maupun berdialog.
6) Siswa yang tidak turut berperan harus menjadi penonton yang aktif.
Disamping mendengarkan dan melihat, mereka harus bisa memberi
saran dan kritik pada apa yang akan dilakukan setelah sosiodrama
selesai.
7) Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dalam menimbulkan
kalimat pertama dalam berdialog.
8) Setelah sosiodrama itu dalam situasi klimaks, maka harus dihentikan
agar
kemungkinan-kemungkinan
pemecahan
masalah
dapat
didiskusikan secara umum. Sehingga para penonton ada kesempatan
untuk berpendapat, menilai permainan, dan sebagainya. Sosiodrama
dapat dihentikan pula bila sedang menemui jalan buntu.
17
9) Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi, walau mungkin masalahnya
belum dipecahkan, maka perlu dibuka tanya jawab, diskusi atau
membuat karangan yang berbentuk sandiwara.
d. Tujuan Penggunaan Metode Role Playing
Bermain peran sebagai suatu metode pembelajaran bertujuan
untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dalam
lingkungan sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok.
Artinya, melalui bermain bermain peran siswa belajar menggunakan
konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan
memikirkan perilaku dirinya dan pelaku orang lain.
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode role
playing antara lain adalah:10
1) Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.
2) Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
3) Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi
kelompok secara spontan.
4) Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.
5) Memberikan kesempatan untuk meninjau suatu situasi sosial dari
berbagai sudut pandang tertentu.
e. Kelebihan Metode Role Playing
Pembelajaran dengan menggunakan metode role playing atau
bermain peran, pada dasarnya memberikan ketrampilan kepada siswa
10
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), Edisi Revisi, hal. 88
18
untuk berekspresi, memahami dan menghayati peranan yang
dimainkan.
Agar lebih jelas dalam pengertian bentuk kebaikan metode role
playing, maka dibawah ini penulis kemukakan tentang kelebihan dari
metode role playing menurut Roestiyah N.K, keunggulan metode role
playing, antara lain :
1) Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan
untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama.
2) Siswa bebas mengambil keputusan dan bebas berekspresi secara utuh.
3) Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan
pada waktu melakukan permainan.
4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
Disamping merupakan pengalaman yang sulit dilupakan.
5) Sangat menarik pada siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi
dinamis dan penuh antusias.
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa
serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial
yang tinggi.
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah dan
mudah memetik butir-butir hikmah yang terkandung didalamnya
dengan penghayatan siswa sendiri sebagaimana dengan metodemeode yang lain.
19
8) Dengan metode ini, siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran
karena masalah-masalah sosial sangat berguna bagi mereka.
9) Bagi siswa dengan berperan seperti orang lain, maka ia dapat
menempatkan diri seperti watak orang lain itu.11
f. Kekurangan Metode Role Playing
Pada suatu metode pembelajaran dengan menggunakan bentuk
apapun juga metode apapun pasti ada yang namanya kekurangan
didalamnya, begitu juga pada implementasi metode role playing ini
juga sudah pasti ada kekurangannya.
Dibawah ini akan dipaparkan oleh penulis dari beberapa
kelemahan pada metode role playing menurut Abdorrakhman
Gintings, kelemahan metode role playing, antara lain:12
1) Tidak semua guru menguasai kompetensi yang akan disimulasikan
sehingga jika dipaksakan menerapkan metode bermain peran, maka
simulasi tidak mewakili kondisi yang nyata.
2) Tidak semua guru memiliki kompetensi merancang kegiatan simulasi.
3) Memerlukan
persiapan
dan
penyiapan
yang
matang
serta
membutuhkan banyak waktu dan sumberdaya lainnya.
4) Jika skenario pembelajaran tidak dirancang dengan cermat dan tidak
dilaksanakan dengan serius justru akan menjadi kegiatan yang sia-sia
dan perubahan dalam ketiga ranah perilaku tidak akan tercapai.
Roestiyah N. K, Strategi Belajar Mengajar…., hal. 93
Abdorrakhman Gintings, Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran, (Bandung: Humaniora,
2008), hal. 57
11
12
20
5) Jika waktu terbatas, tidak seluruh waktu pembelajaran dapat
dituntaskan sehinga tidak semua kompetensi yang diharapkan dikuasai
siswa dapat tercapai.
6) Terdapat kemungkinan siswa tidak serius dalam memainkan perannya
sehingga kegiatan simulasi menjadi ajang saling mencemooh diantara
mereka.
3. Tinjauan Tentang Pembelajaran PKn
a. Pengertian PKn (Pendidikan Kewarganegaraan)
Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata
pelajaran di sekolah dasar yang memberikan pelajaran tentang Negara
Indonesia, sehingga siswa diharapkan dapat mengenal negaranya
sendiri dengan tujuan mencetak siswa yang bangga akan bangsanya
sendiri. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan tahap lanjut
pendidikan bela Negara. Pendidikan ini diselenggarakan untuk
membekali para selaku calon pemimpin di masa depan dengan
kesadaran
bela
Negara
serta
kemampuan
berpikir
secara
komprehensip integral dalam rangka ketahanan nasional. Kesadaran
bela Negara ini berwujud sebagai kerelaan dan kesediaan melakukan
upaya untuk kelangsungan hidup bangsa dan Negara melalui bidang
profesinya.13
Mata pelajaran kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi
13
Zainul Ittihad Amin, Materi Pokok Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Universitas
terbuka,2011), hal. 1.38
21
agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan fungsi
tersebut, mata pelajaran kewarganegaraan harus dinamis dan mampu
menarik perhatian peserta didik mengembangkan pemahaman, baik
materi maupun keterampilan intelektual dan partisipasi dalam
kegiatan sekolah yang berupa intra, kurikuler, dan ekstrakurikuler.
Ketrampilan intelektual dalam mata pelajaran kewarganegaraan
tidak dapat terpisahkan dari materi kewarganegaraan sebab untuk
dapat berpikir secara kritis tentang suatu isu atau masalah, seseorang
selain harus mempunyai pemahaman yang baik, latar belakang dan
hal-hal kontemporer, yang relevan juga harus memiliki perangkat
berpikir intelektual.14 Kemampuan dan ketrampilan berpartisipasi
dalam proses politik juga diperlukan siswa yang meliputi kemampuan
untuk mempengaruhi kebijaksanaan dan keputusan melalui kerjasama
dengan orang lain, dengan cara mengetahui tokoh kunci pembuat
kebijaksanaan dan keputusan, membantu koalisi, bernegosiasi,
mencari konsensus, dan mengendalikan konflik. Perlu diinformasikan,
bahwa berdasarkan kurikulum 2004, mata pelajaran kewarganegaraan
untuk SD dan SMP diintegrasikan kedalam mata pelajaran
Pengetahuan Sosial (PS). Sedangkan untuk sekolah menengah atas
14
hal. 141
Arnie Fajar, Portofolio dalam Pelajaran IPS, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005),
22
(SMA) tetap sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri yaitu mata
pelajaran kewarganegaraan.15
b. Tujuan dan Karakteristik Mata Pelajaran PKn
1)
Tujuan Mata Pelajaran PKn
a) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
b) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar
dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara lagsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi dan komunikasi.16
2)
Karakteristik Mata Pelajaran PKn
Menurut kurikulum berbasis kompetensi 2001, dijelaskan
bahwa mata pelajaran ini memiliki karakteristik, yaitu :
a) Pengetahuan kewarganegaraan.
b) Ketrampilan kewarganegaraan.
c) Karakter kewarganegaraan.
15
Ibid., hal. 142
Fathurrohman dan Wuri Wuryandani, Pembelajaran PKN di Sekolah Dasar : untuk
PGSD dan Guru SD, (Yogyakarta: Nuha Lentera, 2011), hal.7-8
16
23
Ketiga hal tersebut merupakan bekal bagi peserta didik
untuk menigkatkan kecerdasan multidimensional yang memadai
untuk menjadi warga negara yang baik. Isi pengetahuan dari mata
pelajaran ini diorganisasikan secara interdisipliner dari berbagai
ilmu-ilmu sosial seperti ilmu politik, hukum, tata negara, psikologi
dan berbagai bahan kajian lainnya yang berasal dari kemasyarakatan,
nilai-nilai budi pekerti dan hak asasi manusia dengan penekanan
kepada hubungan antara warga negara dan warga negara, warga
negara dan pemerintah negara, serta warga negara dan warga
dunia.17
Djahiri
mengemukakan
bahwa
melalui
Pendidikan
Kewarganegaraan siswa diharapkan :
a) Memahami dan menguasai secara nalar konsep dan norma Pancasila
sebagai falsafah, dasar ideologi dan pandangan hidup negara RI.
b) Melaksanakan konstitusi (UUD NRI 1945) dan hukum yang berlaku
dalam negara RI
c) Menghayati dan menyakini tatanan dalam moral yang termuat dalam
butir-butir UUD NRI 1945.
d) Mengamalkan dan membakukan hal-hal diatas sebagai sikap
perilaku diri dan kehidupannya dengan penuh
nalar.18
17
Ibid., hal. 143
Anonim, http://www.gudangmateri.com/2011/05/tujuan-pendidikankewarganegaraan.html, diakses 19 Maret 2014
18
kayakinan dan
24
4. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam istilah pendidikan prestasi belajar merupakan suatu
pengertian yang terdiri dari dua hal yaitu “prestasi” dan “belajar”.
Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga sulit untuk
dipisahkan, sebab dalam rangkaian belajar akan terdapat prestasi
belajar, sedangkan prestasi akan menunjukkan nilai seberapa jauh yang
diperoleh dalam kegiatan belajar.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. prestasi akan
berhasil diwujudkan manakala adanya usaha yang maksimal. sedangkan
prestasi belajar menurut Nasrun Harahap yang dikutip Syaiful Bahri
Djamarah memberi batasan, bahwa “prestasi adalah penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan
dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta
nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum”19
Sedangkan Belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan
setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut Skiner belajar adalah
suatu proses adaptasi ( penyesuaian tingkah laku ) yang berlangsung
secara progresif. Pada hakikatnya belajar merupakan proses kognitif
19
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya : Usaha
Nasional, 1994,) hal 19
25
yang mendapat dukungan dari fungsi ranah Psikomotor. Fungsi
psikomotor dalam hal ini yaitu mendengar, melihat dan mengucapkan.20
Berdasarkan dari beberapa pengertian prestasi belajar diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil
belajar yang dicapai siswa atau tingkat penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran dalam proses belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu.
b. Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar
Ada dua macam pendekatan yang amat populer dalam
mengevaluasi atau menilai tingkat keberhasilan / prestasi belajar yakni :
Penilaian Acuan Norma (Norm- Referenced Assesment) dan Penilaian
Acuan Kriteria (Criterion- Referenced Assesment).
1) Penilaian Acuan Norma (Norm- Referenced Assesment)
Dalam penilaian yang menggunakan pendekatan PAN
(Penilaian Acuan Norma), Prestasi belajar seorang peserta didik
diukur dengan cara membandingkannya dengan prestasi yang
dicapai teman-teman sekelas atau sekelompoknya. Jadi pemberian
skor atau nilai peserta didik tersebut merujuk pada hasil
perbandingan
antara
skor-skor
yang
diperoleh
teman-teman
sekelompoknya dengan skornya sendiri.
Selain itu, pendekatan PAN juga dapat diimplementasikan
dengan cara menghitung dan membandingkan presentase Jawaban
20
71
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada , 2003), hal 64-
26
Benar yang dihasilkan seorang siswa dengan persentase jawaban
benar yang dihasilkan kawan-kawan sekelompoknya. Kemudian,
persentase jawaban-jawaban benar dari masing-masing siswa
tersebut dikonversasikan ke dalam nilai 1-10 atau 10-100.
2) Penilaian Acuan Kriteria (Criterion- Referenced Assesment).
Penilaian dengan pendekatan PAK (Penilaian Acuan
Kriteria) merupakan proses pengukuran prestasi belajar dengan cara
membandingkan pencapaian seorang siswa dengan berbagai
perilaku ranah yang telah ditetapkan secara baik sebagai patokan
absolut. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan Pendekan
Acuan Kriteria diperlukan adanya kriteria mutlak yang merujuk pada
tujuan pembelajaran umum dan khusus (TPU dan TPK). Artinya,
nilai atau kelulusan seorang siswa bukan berdasarkan perbandingan
dengan nilai yang dicapai oleh rekan-rekan sekelompoknya
melainkan ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran hingga batas
yang sesuai dengan tujuan instruksional.
Pendekatan penilaian seperti diatas biasanya diterapkan
dalam sistem belajar tuntas, seorang siswa baru dapat dinyatakan
lulus dalam evaluasi suatu mata pelajaran apabila telah menguasai
seluruh materi secara merata dan mendalam dengan nilai minimal
80.21
21
Ibid. Hal 216-218
27
c. Batas minimal prestasi belajar
Seorang guru perlu harus bisa menetapkan batas minimal
keberhasilan
belajar
para
siswanya.
Hal
ini
penting
karena
mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap
berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam
arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa dan karsa
siswa.
Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu
berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa
alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar. Diantara norma pengukuran tersebut
ialah : (a) norma skala angka dari 0 sampai 10, (b) norma skala angka
dari 0 sampai 100.
Angka terendah yang menyatakan kelulusan / keberhasilan
belajar skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100
adalah 55 atau 60. Alhasil pada prinsipnya jika seorang siswa dapat
menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari
setengah instrumen evaluasi dengan benar, ia dianggap telah memenuhi
target minimal keberhasilan belajar.22
d. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Berhasil atau tidaknya dalam belajar disebabkan beberapa
faktor, yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula
yang diluar dirinya.
22
Ibid., hal 219- 220
28
Yang tergolong faktor internal adalah :
1. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh.
Yang
termasuk
faktor
ini
misalnya
penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh
terdiri atas:
a. Faktor interaktif yang meliputi : (a) faktor potensial yaitu
kecerdasan dan bakat, (b) faktor kecakapan yaitu prestasi yang
telah dimiliki.
b. Faktor non interaktif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan
penyesuaian diri.
3. Faktor kematangan fisik maupun psikis
Yang tergolong faktor eksternal, ialah:23
a. Faktor sosial yang terdiri atas:
1) Lingkungan keluarga
Faktor keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan siswa dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan
orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya
perhatian dan bimbingan orang tua, keharmonisan keluarga,
semuanya turut mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa.
23
138
Abu Ahmadi dan Widodo S, Psikologi Belajar, ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hal
29
2) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi
tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya,
kesesuaian kurikulum dengan kemampuan siswa, keadaan fasilitas
sekolah, keadaan ruangan, dan sebagainya. Semua ini turut
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
3) Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat juga menentukan prestasi belajar.
Bila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari
orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata
berpendidikan tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong
anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di
lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak berpendidikan dan
pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau
dapat dikatakan tidak menunjang, sehingga motivasi belajar
berkurang.
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,
iklim.
4. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.24
24
Ibid., hal 138
30
B. Penelitian Terdahulu
Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian yang
dilakukan oleh beberapa peneliti yang membahas tentang peningkatan
prestasi belajar siswa pada berbagai mata pelajaran dengan menggunakan
metode role playing.
Pertama, penelitian Didik Iryanto dalam skripsinya yang berjudul
“Penerapan Metode Role Playing dalam Pembelajaran PKn untuk
Meningkatkan Aktivitas, Prestasi dan Motivasi Belajar siswa Kelas V di SDN
Karangbesuki I Malang. Hasil penelitian dalam metode role playing dalam
pembelajaran PKn siswa kelas V di SDN Karangbesuki I Malang adalah
sebagai berikut : (1) Aktivitas belajar siswa selama penerapan metode role
playing yang berlangsung pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan
nilai rata-rata yaitu pada siklus I sebesar 51,25% dan pada siklus II sebesar
80%. (2) prestasi belajar siswa menunjukkan kenaikan nilai yang cukup
signifikan antara pre test dan post test. Sebelum menggunakan role playing,
nilai pre test adalah 72,37. Setelah diterapkan metode role playing, nilai ratarata post test siswa menjadi meningkat sebesar 88,16. (3) motivasi belajar
siswa menjadi meningkat terhadap pembelajaran dengan menggunakan
metode role playing. Siswa memberikan respon yang sangat positif dari hasil
pengisian angket yang telah diberikan.25
25
Didik Iryanto, Penerapan Metode Role Playing dalam Pembelajaran PKn untuk
Meningkatkan Aktivitas, Prestasi dan Motivasi Belajar siswa Kelas V di SDN Karangbesuki I
Malang. Hasil penelitian dalam metode role playing dalam pembelajaran PKn siswa kelas V di
SDN Karangbesuki I Malang, http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=35770.
diakses 19 Maret 2014
31
Kedua, penelitian yang dilaksanakan oleh Nurhatim, Mahasiswa
Program Studi S1 Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang, 2009, dengan
judul “Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Kemampuan
Menceritakan Isi Cerpen”. Dari hasil penelitiannya terbukti adanya
peningkatan yang sangat signifikan mulai tahap pembelajaran pratindakan,
siklus I, sampai dengan siklus II. Pada aspek kebahasaan, pemerolehan nilai
rata-rata tingkat keberhasilan pada saat pratindakan untuk skor C (cukup)
sejumlah satu siswa dan D (kurang) sebanyak 14 siswa, bahkan nilai gagal
(E) mencapai sembilan siswa. Pada siswa siklus I meningkat 75% termasuk
kategori berhasil dari 24 siswa, dengan pemerolehan skor A (baik sekali)
sejumlah lima siswa, termasuk kategori berhasil, nilai B (baik) sejumlah 11
siswa, termasuk kategori dan nilai C (cukup) 8 siswa. Pada siklus II
berdasarkan hasil evaluasi akhir, tingkat keberhasilannya mencapai nilai
sempurna yakni 15 siswa mendapat skor baik sekali (A), dan 9 siswa
mendapat skor B (baik).26
Ketiga, penelitian Umi Lailatul Mucharomah dalam sekripsinya yang
berjudul “Penggunaan Metode Role Playing Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar IPS Pokok Bahasan Jual Beli Siswa Kelas III MIN Tunggangri
Kalidawir Tulungagung Tahun Ajaran 2012/2013”. Penggunaan metode Role
Playing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III MIN Tunggangri
Kalidawir Tulungagung pada pokok bahasan jual beli. Dalam penelitian yang
telah dilakukan terbukti bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses
26
Nurhatim, Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Kemampuan
Menceritakan
Isi
Cerpen,
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastraindonesia/article/view/298. diakses 19 Maret 2014
32
pembelajaran semakin meningkat. Hal ini dapat diketahui dari hasil
pengamatan aktivitas siswa terdapat peningkatan dari siklus 1 sampai siklus 2
yaitu dari 82,3% meningkat menjadi 82,69% dengan kategori sangat baik.
Untuk hasil tes juga mengalami peningkatan pada tes akhir siklus 1 nilai ratarata siswa 76,33 dan pada siklus 2 nilai rata-ratanya 83,66. Demikian juga
dalam hal ketuntasan juga mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2
yaitu 66,7% naik menjadi 83,3%.27
Keempat, penelitian Nofi Endasari dalam sekripsinya yang berjudul
“Upaya Peningkatan Pemahaman dan Motivasi Belajar Siswa Melalui
Penerapan Metode Role Playing Mata Pelajaran PKN Kelas III MI
Tarbiyatussibyan Boyolangu Tulungagung”. Penggunaan metode Role
Playing dalam pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan
motivasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan tingkat keberhasilan belajar
peserta didik yang cukup memuaskan yang dapat diketahui dari indikator
keberhasilan yang berupa nilai hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
dan angket respon siswa. Untuk mengetahui pemahaman siswa, digunakan
nilai hasil observasi pada siklus I pengamatan aktivitas peneliti 72%, aktivitas
siswa 76,6%, masuk dalam kategori cukup, pada siklus II pengamatan
aktivitas peneliti 91%, aktivitas siswa 92,22% masuk dalam kategori sangat
baik. Rata-rata hasil belajar peserta didik pada pre-test adalah 66,25 pada tes
akhir siklus pertama meningkat menjadi 73,75, sedangkan pada tes akhir
siklus II meningkat sebesar 5% maka diperoleh hasil terakhir 78,75. Nilai
27
Umi Lailatul Mucharomah, Penggunaan Metode Role Playing Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar IPS Pokok Bahasan Jual Beli Siswa Kelas III MIN Tunggangri Kalidawir
Tulungagung Tahun Ajaran 2012/2013, (Tulungagung: Skripsi tidak diterbitkan, 2013)
33
hasil belajar ini tingkat keberhasilannya berada pada kriteria sangat baik.
Sedangkan akumulasi ketuntasan klasikal peserta didik pada pre-test hanya
mencapai 50% atau hanya 4 siswa yang dinyatakan tuntas dari 8 orang siswa,
kemudian setelah pelaksanaan tindakan siklus I mengalami peningkatan
menjadi 62,5% atau 5 siswa dinyatakan tuntas dari 8 orang siswa, selanjutnya
pada siklus II lebih meningkat lagi menjadi 87,5% atau 7 siswa dinyatakan
tuntas dari 8 orang siswa dan hanya 1 siswa yang dinyatakan tidak tuntas. 28
Berdasarkan empat penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa keempat peneliti menggunakan mata pelajaran yang berbeda dengan
satu metode yang sama. Disini peneliti memfokuskan pada mata pelajaran
PKn menggunakan metode role playing untuk meningkatkan ketuntasan
belajar siswa, respon siswa terhadap penerapan metode role playing, dan
peningkatan prestasi belajar PKn dengan menggunakan metode role playing.
C. Hipotesis Tindakan
Jika metode Role Playing diterapkan pada siswa kelas IV MIN
Mergayu Bandung Tulungagung pada mata pelajaran PKn pokok bahasan
pengaruh globalisasi, Maka prestasi belajar siswa akan meningkat.
D. Kerangka Pemikiran
Dalam proses belajar mengajar khususnya bidang studi Pendidikan
Kewarganegaraan, sangat memungkinkan ada materi tertentu yang harus
disampaikan dengan metode role playing. Metode role playing ini merupakan
28
Nofi Endarsari, Upaya Peningkatan Pemahaman dan Motivasi Belajar Siswa Melalui
Penerapan Metode Role Playing Mata Pelajaran PKN Kelas III MI Tarbiyatussibyan Boyolangu
Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi tidak diterbitkan, 2012)
34
suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankannya
sebagai tokoh.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dilakukan di
MIN Mergayu Bandung awalnya menggunakan metode pembelajaran yang
masih bersifat konvensional, yaitu metode ceramah, tanya jawab dan
penugasan. Sehingga proses pembelajaran tidak bisa berjalan secara efektif.
Untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih efektif di dalam
kelas dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sangat tergantung pada
keaktifan dan interaksi yang terjadi antar siswa. Interaksi antar siswa sangat
dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, karena dengan adanya interaksi
dalam proses belajar mengajar maka siswa akan kelihatan lebih aktif dan
pembelajaran akan berjalan efektif sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Salah satu cara untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah
dengan mengajak siswa untuk mendiskusikan materi pelajaran. Adapun
metode yang tepat digunakan adalah Role Playing. Pembelajaran dengan
metode ini, siswa akan lebih aktif dan pembelajaran akan berjalan efektif,
karena dalam pembelajaran ini siswa akan langsung dituntut untuk
mendiskusikan masalah dalam materi pelajaran yang diberikan. Sehingga
interaksi siswa yang terjadi di kelas dalam proses belajar akan lebih
meningkat dan peran kerja dapat dibangun dengan mengembangkan
komunikasi antar individu.
35
Adapun penggunaan Role Playing melalui beberapa langkah.
Langkah-langkah yang harus ada dan dilaksanakan adalah: 1) Guru
menjelaskan tentang metode Role Playing. 2) Guru harus memilih masalah
yang urgen. 3) Guru bercerita sambil mengatur adegan. 4) Guru menjelaskan
peran-peran yang akan dimainkan. 5) Siswa yang tidak ikut berperan harus
menjadi penonton yang aktif. Dan 6) Melakukan tanya jawab.
Sesuai
dengan
langkah-langkah
Role
Playing
diharapkan
pembelajaran di MIN Mergayu Bandung Tulungagung, khusnya siswa kelas
IV pada mata pelajaran PKn akan menjadi lebih efektif dan menyenangkan
sehingga prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Uraian dari kerangka
pemikiran di atas, dapat digambarkan pada sebuah bagian dibawah ini:
36
Gambar 2.1. Bagian Kerangka Pemikiran
Problmatika Proses
Pembelajaran PKn
Metode Masih Bersifat
Konvensional
Keaktifan dan Interaksi
Siswa Kurang
Tindakan
Role Playing
Langkah-langkah Pembelajaran:
Siswa Aktif
1. Guru menjelaskan tentang
metode Role Playing.
2. Guru harus memilih masalah
yang urgen.
3. Guru bercerita sambil
mengatur adegan.
4. Guru menjelaskan peranperan yang akan dimainkan.
5. Siswa yang tidak ikut
berperan harus menjadi
penonton yang aktif.
6. Melakukan tanya jawab.
Pembelajaran Efektif
Prestasi Belajar Siswa
Meningkat
Interaksi Antar
Siswa
Download