ABSTRAK PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE

advertisement
ABSTRAK
PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI
Oleh :
BENI ADI PURNOMO
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah struktur corporate governance
mempunyai pengaruh terhadap retun saham. Karakteristik dari struktur corporate
governance yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen,
proporsi dewan komite audit.
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007 hingga 2011. Total sampel penelitian ini
adalah sebanyak 13 perusahaan yang ditentukan melalui purposive judgement
sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji asumsi klasik dan
pengujian hipotesis dengan metode regresi linear berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap return saham
sedangkan untuk proporsi dewan komisaris independen, proporsi dewan komite
audit tidak menunjukan adanya pengaruh terhadap return saham.
Kata kunci : Return saham, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
proporsi dewan komisaris independen, proporsi dewan komite audit.
ABSTRACT
THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE STRUCTURE TOWARDS
RETURN ON STOCK OF THE MANUFACTURING COMPANIES THAT
LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (BEI)
By :
BENI ADI PURNOMO
The objektive of this research is to investigate whether the corporate governance
structure has an influence on the stock retun. Characteristics of the structure of
corporate governance used in this study include managerial ownership,
institutional ownership, the proportion of independent commissioners, the
proportion of the board audit committee.
The populationof this research are manufacturing companies that listed in
indonesia stock exchange (BEI) during 2007-2011. The whole sample of this
research consists of 13 companies choosen by purposive judgement sampling.
Then, the hypothesis was tested by using regression analysis.
The results of this study indicate that managerial ownership and institutional
ownership significantly influence stock returns while the proportion of
independent commissioners, the proportion of the board audit committee did not
show any effect on stock returns.
Keywords: Return of shares, managerial ownership, institutional ownership, the
proportion of independent commissioners, the proportion of the board
audit committee.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Banyaknya perusahaan besar di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya
mengalami kebangkrutan dan tidak sedikit perusahaan yang terpaksa ditutup
karena kelangsungan usahanya tidak dapat dipertahankan, salah satu yang
menyebabkan kebangkrutan tersebut adalah karena tidak dibangunnya landasan
yang kokoh sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance. Dapat dikatakan
bahwa baik buruknya perekonomian suatu perusahaan tergantung dari
pelaksanaan manajemennya.
Mengenai Good Corporate Governance menjadi sangat penting saat ini, bahwa
krisis ekonomi yang terjadi dikawasan Asia Tenggara dan negara lainnya terjadi
bukan hanya akibat faktor ekonomi makro, namun juga karena lemahnya
Corporate Governance yang ada di negara-negara tersebut, sehingga mereka
masuk kedalam krisis yang bekepanjangan. Kebutuhan akan pelaksanaan GCG
sudah merupakan kebutuhan yang mendesak bagi suatu perusahaan, sehingga
menjadi keharusan bagi perusahaan untuk menerapkan prinsip-prinsip GCG agar
tujuan perusahaan sepenuhnya dapat tercapai.
Dengan demikian, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Good Coorporate
Governance dan bagaimana hubungannya dengan Return Saham dengan judul
“Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap Return Saham Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI .”
1.2. Perumusan Masalah
“Apakah Struktur Corporate Governance berpengaruh terhadap return saham
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?”
1.3. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang
lingkup yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang diteliti adalah perusahaan yang memiliki kepemilikan
manajerial, kepemilikan intitusional, proporsi dewan komisaris
independen, dan proporsi komite audit. Dari tahun 2007-2011
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah struktur Corporate
Governance berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI ?”
1.5. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi calon
investor dan kalangan akademisi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto
(2007), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized
return) dan return ekspektasi (expected return).
Dalam penelitian ini return saham yang nantinya akan diuji perbandingan rataratanya. Mula-mula return dihitung berdasarkan data harga saham harian pada
saat harga penutupan (closing price). Return (Rit) dihitung berdasarkan selisih
antara harga saham pada periode tertentu (Pt) dengan harga saham pada periode
lalu (Pt-1), dibagi dengan harga saham pada periode yang lalu. Return saham i
(Rit) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
R it 
Pt - Pt -1
Pt -1
Keterangan:
Rit
: Return saham perusahaan i.
Pt
: Harga saham penutupan pada periode t.
Pt-1
: Harga saham penutupan pada periode t-1.
Setelah didapatkan hasil dari return harian tersebut kemudian hasil tersebut dirataratakan untuk setiap bulannya dengan rumus sebagai berikut (Jogiyanto,2007).
Rt 
R1  R2  R3  R4....  Rn 
n
Keterangan:
Rt
: Rata-rata return saham harian pada bulan t.
R1....Rn
: Return saham harian pada bulan t.
n
: Jumlah hari pengamatan dalam satu bulan.
Setelah melakukan perhitungan tersebut kemudian baru dilakukan proses analisis
lebih lanjut.
2.2. Teori Keagenan (Agency Theory)
Dalam rangka memahami corporate governance, maka digunakanlah dasar
perspektif hubungan keagenan. Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara
satu atau lebih prinsipal menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa
jasa untuk kepentingan mereka yaitu dengan mendelegasikan beberapa wewenang
pembuat keputusan kepada agen. Yang disebut dengan prinsipal adalah pihak
yang memberikan mandat kepada agen, dalam hal ini yaitu pemegang saham.
Sedangkan yang disebut dengan agen adalah pihak yang mengerjakan mandat dari
prinsipal, yaitu manajemen yang mengelola perusahan. Teori yang membahas
tentang hubungan keagenan antara prinsipal dengan agen adalah Teori Keagenan
(Agency Theory).
2.3. Struktur Corporate Governance
2.3.1. Pengertian Corpotate Governance
Kata “Governance” berasal dari bahasa perancis “Gubernance” yang berarti
pengendalian. Kata tersebut digunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau
jenis organisasi lain menjadi corporate governance. Dalam bahasa Indonesia hal
ini sering diterjemahkan sebagai tata pemerintahan perusahaan..
Tata kelola perusahaan (corporate governance) adalah rangkaian proses,
kebiasaan, kebijaksanaan, aturan dan institusi yang mempengaruhi pengarahaan,
pengelolaan, suatu perusahaan atau korporasi. Corporate governance muncul
karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan,
atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan
dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana
sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil
alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak
mendatangkan return.
2.3.2. Prinsip-prinsip Corporate Governance
Sejak diperkenalkan, prinsip-prinsip corporate governance berikut ini telah
dijadikan acuan oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Prinsip-prinsip
tersebut berlaku bagi semua negara atau perusahaan dan diselaraskan dengan
sistem hukum, aturan atau tata nilai yang berlaku di negara masing-masing
(Braguma, 2000 dalam Darmawan, 2008). Prinsip-prinsip tata kelola perusahaan
yang baik ini antara lain :
1.
Akuntabilitas (accountability)
2.
Pertanggungan-jawab (responsibility)
3.
Keterbukaan (transparancy)
4.
Kewajaran (fairness)
5.
Kemandirian (independency)
2.3.3. Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance
GCG dapat memberikan kerangka acuan yang memungkinkan pengawasan
berjalan efektif dalam melaksanakan oprasional perusahaan. Menurut Forum
Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada beberapa manfaat yang dapat kita
ambil dari penerapan GCG yang baik, antara lain:
1. Meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang
pada akhirnya akan meningkatkan corporate value .
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk kembali menanamkan
modalnya di Indonesia.
2.3.4. Struktur Corporate Governance
2.3.4.1. Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership)
Kepemilikan Manajerial adalah kepemilikan saham dalam perusahaan dimana
saham tersebut dimiliki pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam
pengambilan keputusan (Direktur dan Komisaris). Dalam laporan keuangan,
keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham
perusahaan oleh manajer. Kepemilikan manajerial yang diukur dengan persentase
kepemilikan saham dewan direksi dan dewan komisaris dibagi dengan jumlah
saham yang beredar.
2.3.4.2. Kepemilikan Intitusional (Institutional ownership)
Kepemilikan Institutional adalah kepemilkan oleh pemegang saham yang berasal
dari luar perusahaan yang merupakan suatu bentuk kelembagaan misalnya
perusahaan asuransi jiwa, perusahaan dana pensiun, dana bersama, properti dan
lani-lain. Kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor intitusional sehingga dapat
mengurangi perilaku menyimpang manajer.
Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen
dalam mengelola perusahaan. Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan,
maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk
mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih
besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga
akan meningkat. Proporsi kepemilikan saham institusional diukur dengan
menggunakan indikator kepemilikan saham intitusional dari seluruh modal saham
yang beredar
2.3.4.3. Proporsi Dewan Komisaris Independen
Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap
segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Peraturan BEI mewajibkan perusahaan
yang sahamnya tercatat di BEI untuk memiliki komisaris independen sekurangkurangnya 30% dari jajaran anggota dewan komisaris yang dapat dipilih dahulu
melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai komisaris
independen setelah saham perusahaan tersebut tercatat.
2.3.4.4. Proporsi Komite Audit
Dalam rangka penyelenggaraan perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) Bursa Efek Indonesia (BEI) mewajibkan perusahaan tercatat wajib
memiliki komite audit sekurang-kurangnya tiga anggota, seorang diantaranya
komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua audit,
sedangkan pihak lain adalah pihak eksternal yang independen dan sekurangkurangnya salah seorang memiliki keahlian di bidang akuntansi dan keuangan.
Anggota komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris.
Proporsi Jumlah anggota komite audit yang diukur dengan menghitung jumlah
anggota komite audit dari setiap perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam
penelitian ini.
2.4. Perumusan Hipotesis
Menurut Shinta (2004) yang melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh
Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Return dan Volatilitas
Saham pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang telah memenuhi ketentuan
PT BEJ mengenai pengangkatan Komisaris Independen dan penunjukan Komite
Audit, dengan periode penelitian tahun 2001-2003 menyimpulkan bahwa
pengimplementasian good corporate governance tidak mempengaruhi return
saham dan volatilitasnya.
Berdasarkan berbagai hasil penelitian terdahulu tersebut di atas, maka hipotesis
atau jawaban sementara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap return saham
H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap return saham.
H3 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
H4 : Proporsi komite audit berpengaruh signifikan terhadap return saham.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Pemilihan Sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam
BEI, pemilihan sampel menggunakan metode purposive judgement sampling,
yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang dipilih berdasarkan kriteria
sebagai berikut :
1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam
BEI pada tahun 2007-2011
2. Perusahaan memiliki data kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit.
2.2. Jenis dan sumber data.
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder
berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2007-2011 yang didapat dari situs resmi BEI http://www.idx.co.id
dan situs perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini serta literatur lainnya
seperti karya ilmiah dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini.
Tabel 2.
Prosedur penarikan sampel.
Keterangan
Jumlah
Jumlah Populasi
154
Perusahaan yang terdaftar di BEI dari
tahun 2007-2011 yang tidak
mempublikasikan annual report secara
konsisten dari tahun2007-2011.
45
Perusahaan yang tidak memiliki data
kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dewan komisaris
independent, dewan komite audit
73
Perusahaan yang tidak memiliki laba
positif
23
Jumlah Sampel
13
Tabel 3. Daftar Emiten
NO
KODE
1
AKPI
PT. Argha Karya Prima Industri Tbk.
2
ASGR
PT. Astra Graphia Tbk.
3
ASII
PT. Astra Internasional Tbk.
4
BLTA
PT. Berlian Laju Tanker Tbk.
5
BUDI
PT. Budi Acid Jaya Tbk.
6
GGRM
PT. Gudang Garam Tbk.
7
HEXA
PT. Hexindo Adiperkasa Tbk.
8
INTA
PT. Intraco Penta Tbk.
9
PBRX
PT. Pan Brother Tex Tbk.
10
PRAS
PT. Prima Alloy Steel Tbk.
11
SOBI
PT. Soroni Corporation Tbk.
12
STTP
PT. Siantar Top Tbk.
13
UNVR
PT. Unilever Indonesia Tbk.
NAMA EMITEN
3.3.Variabel Penelitian
Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, variabel-variabel
yang digunakan adalah sebagai berikut :
3.3.1. Variabel Bebas (variabel independen)
Variabel independen atau disebut juga variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat. Sehubungan dengan hipotesis yang sudah
dipaparkan, maka yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Struktur Corporate Governance yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, Proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit.
3.3.2. Variabel terikat (variabel dependen).
Variabel terikat (variabel dipenden) dalam penelitian ini adalah return saham.
Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel dependent yaitu return saham
yang nantinya akan diuji perbandingan rata-ratanya. Mula-mula return dihitung
berdasarkan data harga saham harian pada saat harga penutupan (closing price).
Return (Rit) dihitung berdasarkan selisih antara harga saham pada periode tertentu
(Pt) dengan harga saham pada periode lalu (Pt-1), dibagi dengan harga saham pada
periode yang lalu.
3.4. Alat Analisis
3.4.1. Uji regresi linear berganda
Teknis analisis ini dilakukan dengan menggunakan program spss. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan dengan model regresi linear berganda. Secara
sistematis model yang dikembangkan untuk menguji hipotesis ini adalah :
Y
= a + b1 KEP_MENJ + b2 KEP_INST + b3 DEW_KOM + b4
KOM_AUD + e
Keterangan:
Y
= Return Saham
KEP_MENJ
= Kepemilikan Manajerial
KEP_INST
= Kepemilikan Institusional
DEW_KOM
= Proporsi Dewan Komisaris Independen
KOM_AUD
= Proporsi Komite Audit
e
= Eror term
3.4.2. Uji Asumsi Klasik.
Sebelum dilakukan uji regresi linear berganda dilakukan uji asumsi klasik sebagai
berikut:
a. Uji Asumsi Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan variabel independen memilki distribusi normal. Model regresi yang
baik adalah yang terdistribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria sebagai
berikut.
1. Jika Asymp. Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal.
2. Jika Asymp. Sig. < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
b. Uji Asumsi Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah keadaan dimana variabel independen yang satu dengan
variabel independen yang lain dalam model regresi memiliki korelasi (hubungan)
yang erat antara yang satu dengan yang lain. Jelas bahwa Multikolinieritas adalah
suatu kondisi yang menyalah asumsi regresi liniear. Jika variabel-variabel
independen terkorelasi satu sama lain, maka variabel-variabel tersebut
menjelaskan varian yang sama dalam mengestimasi variabel dependen. Jadi
penambahan variabel independen tidak brpengaruh apa-apa. Adanya
Multikolinieritas yang kuat akan mengakibatkan ketidaktepatan untuk mengetahui
apakah tiap-tiap variabel independen berhubungan secara linier.
Ciri-ciri yang sering ditemui apabila model regresi linier kita mengalami
gangguan Multikolinieritas adalah sebagai berikut :
1. Terjadi perubahan yang berarti pada koefisien medel regresi (misalnya
nilanya menjadi lebih besar atau kecil) apabila dilakukan penambahan atau
pengeluaran sebuah variabel bebas dari model regresi.
2. Diperoleh nilai R-square (R2) yang tinggi, Fhitung Tinggi, tetapi banyak
variabel bebas yang tidak signifikan (thitung-nya rendah).
Dalam pengertian sederhana, setiap variabel independen menjadi variabel
dependen dan degres terhadap variabel independen lainnya. Nilai VIF = 1 /
Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
c. Uji Asumsi Autokorelasi
Penyebab utama timbulnya autokorelasi adalah kesalahan spesifikasi,
misalnya terabaikannya suatu variabel penting atau bentuk fungsi yang tidak
tepat. Pendekatan yang sering digunakan untuk menguji apakah terjadi
autokorelasi.
d. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala Heteroskedastisitas dilakukandengan
melihat grafik plot antara nilai variabel terikat (SRESID) dengan residualnya
(ZPRED) dengan ketentuan sebagai berikut:
1.
Jika titik pada grafik membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar, menyempit), maka terdapat gangguan Heteroskedastisitas.
2.
Jika titik-titik pada grafik tidak membentuk pola tertentu yang teratur atau
acak, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.
1.6. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan alat analisis regresi. Hasil olah data regresi
terdiri dari Adjusted R square digunakan untuk mengetahui kekuatan variabel
independen, maka dapat dilihat dari koefesien Adjusted R square. Semakin besar
koefesien Adjusted R square maka semakin besar kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. F signifikan regresi, digunakan
untuk menguji model terhadap data. Dan t signifikan regresi untuk melihat
pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dipenden dapat
diketahui dari t signifikan regresi.
Keseluruhan analisis dan pengujian statistik dalam penelitian ini akan digunakan
dengan alat bantu perangkat lunak SPSS 17 for windows.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
2.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata,
standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian. Hasil analisis statistik
deskriptif dengan menggunakan SPSS dari data penelitian ditunjukkan dalam
tabel berikut :
Tabel 5.
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Kep_menj
65
.0000
.0815
.024712
.0274516
Kep_inst
65
.1732
.8741
.670066
.1624112
Dew_kom
65
.3333
.8000
.454738
.1533499
Kom_Aud
65
.4771
.6021
.490562
.0390505
Return
65
-.0055
.0147
.002922
.0042582
Valid N (listwise)
65
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat dijelaskan beberapa hal berikut :
Rata-rata kepemilikan manajerial (Kep_Menj) sebesar 0,02471, yang artinya
selama periode penelitian kepemilikan manajerial atau jumlah saham yang
dimiliki pihak manajemen rata-rata sebesar 2,471%. Sedangkan nilai minimum
0,000 hal ini menunjukan bahwa saham yang dimiliki pihak manajerial terendah
adalah 0% atau pihak manajemen tidak memiliki sama sekali saham perusahaan.
Dan nilai maksimum sebesar 0.0815 yang artinya saham yang dimiliki
manajemen paling tingggi sebesar 8,15% dari total saham beredar. Dengan
standar deviasi 2,74516 dengan jumlah ovservasi (n) sebesar 65.
Rata-rata kepemilikan intitusional (Kep_Inst) sebesar 0,67006, yang artinya
selama periode penelitian kepemilikan intitusional atau jumlah saham yang
dimiliki pihak institusional sangat tinggi rata-rata sebesar 67,006%. Sedangkan
nilai minimum 0,1732 hal ini menunjukan bahwa saham yang dimiliki pihak
institusional terendah adalah 17,32%. Dan nilai maksimum sebesar 0,8741 yang
artinya saham yang dimiliki pihak institusional paling tingggi sebesar 87,41% dari
total saham beredar. Dengan standar deviasi 16,24112 dengan jumlah ovservasi
(n) sebesar 65.
Dan untuk rata-rata proporsi dewan komisaris independen sebesar 0,454738, yang
artinya selama periode penelitian proporsi dewan komisaris independen memiliki
rata-rata 45,47% dan nilai minimum sebesar 33,33%, nilai maksimum sebesar
80%, dan standar deviasi sebesar 15,33499 dengan jumlah observasi (n) sebesar
65.
Rata-rata proporsi komite audit sebesar 0,49056, yang artinya selama periode
penelitian proporsi komite audit memiliki rata-rata 49,056% hal ini menunjukan
bahwa sebagian besar perusahaan telah menempatkan komite audit dalam
melakukan pengawasan terhadap proses audit laporan keuangan, nilai minimum
sebesar 47,71% dan tertinggi sebesar 60,21% dan standar deviasi sebesar 3,90505
dengan jumlah ovservasi (n) sebesar 65.
Dan untuk return saham memiliki rata-rata sebesar 0.002922 artinya selama
periode penelitian rata-rata return saham hanya sebesar 0,2922%. Nilai minimum
sebesar -0.0055 artinya selama periode penelitian nilai minimum sebesar -0,55%
atau tidak sama sekali mengalami return, sehingga pada nilai tersebut harga saham
cenderung anjlok. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya krisis global pada tahun
2008. Dimana pada tahun tersebut terjadi krisis keuangan yang berawal dari krisis
subprime mortgage (kredit perumahan) yang merontokkan sejumlah lembaga
keuangan AS. Pemain-pemain utama Wall Street berguguran, termasuk Lehman
Brothers dan Washington Mutual, dua bank terbesar di AS. Para investor mulai
kehilangan kepercayaan, sehingga harga-harga saham di bursa-bursa utama dunia
pun rontok. Dan untuk return tertinggi hanya sebesar 1,47% dan standar deviasi
sebesar 0,42582 dengan jumlah observasi (n) sebesar 65.
2.2. Uji Asumsi Klasik
Dalam melakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik
agar memenuhi sifat estimasi regresi. Berikut adalah penjelasan megenai uji
asumsi klasik yang telah dialakukan dalam penelitian ini :
4.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memilki
distribusi data normal atau mendekatai normal. Salah satu cara uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan uji PP plot yaitu dengan membandingkan
distribusi komulatif dari distribusi normal yang membentuk garis lurus
dibandingkan dengan plot data residual, dan jika plot residual berada disekitar
garis diagonal, maka dapat dikatakan bahwa terdistribusi normal.
Gambar 1.
Berdasarkan gambar diatas plot data residual berada disekitar garis diagonal,
dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal.
4.2.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regersi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi
apakah terjadi problem multikol dapat melihat nilai tolerance dan lawannya
varianceinflation factor (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10, jika nilai
VIF lebih dari 10 maka dapat dikatakan terjadi multikolinearitas, yaitu terjadi
hubungan cukup besar antara variabel-variabel bebas, dan angka tolarance
mempunyai angka > 0,10, maka variabel tersebut tidak mempunyai masalah
multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.
Tabel 6.
Hasil uji Multikolineritas dengan Metode VIF
Variabel independen
Tolerance
VIF
Kesimpulan
Kep_menj
0,860
1,163
Tanpa multikolinearitas
Kep_inst
0,848
1,180
Tanpa multikolinearitas
Dew_kom
0,968
1,103
Tanpa multikolinearitas
Kom_aud
0,876
1,142
Tanpa multikolinearitas
Berdasarkan hasil uji multikolineritas dengan metode VIF, nilai VIF <10, artinya
bahwa semua variabel bebas tidak terjadi multikoineritas sehingga tidak
membiaskan interprestasi hasil analisis regresi.
4.2.3. Uji autokorelasi
Masalah autokorelasi sering timbul pada data runtut waktu (time series).
Autokorelasi sering disebut juga korelasi serial. Misalnya, data pertama
berkorelasi dengan data kedua, data kedua berkorelasi dengan data ketiga, dan
seterusnya. Penyebab utama timbulnya autokorelasi adalah kesalahan spesifikasi,
misalnya terabaikannya suatu variabel penting atau bentuk fungsi yang tidak tepat.
Tabel 7.
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.609a
.371
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.329
Durbin-Watson
.0034889
1.815
a. Predictors: (Constant), Kom_Aud, Dew_kom, Kep_menj, Kep_inst
b. Dependent Variable: Return
Pengujian autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson diperoleh nilai
hitung statistik Durbin-Watson sebesar d=1.346. Karena nilai d terletak diantara
-2 dan +2 maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi.
4.2.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah faktor penggangu mempunyai variasi
sama atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas
dalam persamaan regresi digunakan metode dengan menggunakan plot pada
regresi. Jika pada grafik scaterrplot ada pola tertentu seperti titik-titik (pointpoint) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas, jika tidak
ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada
sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 2.
Berdasarkan grafik scaterrplot di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik berpencar,
tidak membentuk pola tertentu, serta tersebar baik dibawah angka 0 pada sumbu
Y. Hal ini dapat disimpulkan regresi dalam penelitian ini tidak terjadi
heteroskedastisitas.
2.3. Hasil olah regresi
2.3.1. Adjusted R square
Untuk mengetahui kekuatan variabel dependen, maka dapat dilihat dari koefesien
Adjusted R Square. Semakin besar koefesien Adjusted Square maka semakin
besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.
Hasil perhitungan koefisien korelasi dan determinasi dapat ditunjukan pada tabel
berikut.
Tabel 8.
Adjusted R square
Model Summaryb
Std. Error of the
Model
R
R Square
.609a
1
Adjusted R Square
.371
Estimate
.329
.0034889
a. Predictors: (Constant), Dew_kom, Kom_Aud, Kep_menj, Kep_inst
b. Dependent Variable: Return
Hasil perhitungan menunjukan R Square sebesar 0,371. Hal ini berarti bahwa
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 37,1%
sedangkan sisanya sebesar 62,9% yang diperkirakan dipengaruhi oleh variabel
lain seperti faktor-faktor kinerja keuangan perusahaan, yang diukur dengan
menggunakan analisis rasio keuangan dengan menggunakan rasio liquiditas,
solvabilitas, dan profitabilitas yang tidak diamati dalam penelitian ini.
2.3.2. Uji F Signifikan Regresi (Uji Anova)
Tabel 9.
F sigifikan regresi
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
.000
4
.000
Residual
.001
60
.000
Total
.001
64
F
Sig.
8.833
.000a
a. Predictors: (Constant), Dew_kom, Kom_Aud, Kep_menj, Kep_inst
b. Dependent Variable: Return
F signifikan regresi digunakan untuk menguji model terhadap data. Dari tabel di
atas dapat dilihat besarnya tingkat signifikan 0,000 < 0,05, yang artinya bahwa
model yang dihipotesiskan fit dengan data . tidak ada perbedaan antara model
dengan data sehingga model dapat dikatakan fit atau diterima.
2.4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari
setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan besarnya nilai probabilitas (p-value) masing-masing
koefisien regresi variabel independen dibandingkan dengan tingkat signifikansi
(α). Dengan dasar keputusan berdasarkan probabilitas sebagai berikut :
jika (p-value) .0,05 maka Ha ditolak
jika (p-value) < 0,05 maka Ha diterima
Rumus regresi untuk menguji hipotesis adalah :
Y
= a + b1 KEP_MENJ + b2 KEP_INST + b3 DEW_KOM + b4
KOM_AUD + e
Tabel 10.
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
-.016
.007
Kep_menj
.079
.017
Kep_inst
.010
Dew_kom
Kom_Aud
Standardized
Coefficients
Beta
T
Sig.
-2.306
.025
.510
4.615
.000
.003
.374
3.363
.001
-.004
.003
-.132
-1.269
.210
.024
.012
.217
1.983
.052
a. Dependent Variable: Return
Dari hasil output uji regresi linear berganda antara variabel independen terhadap
variabel dependen maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
4.4.1. H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap return
saham
Variabel kepemilikan manajerial (kep_menj) memiliki tingkat sig-t sebesar 0,000
yang nilainya lebih kecil dari signifikansi 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan saham yang dimiliki pihak manajerial mempunyai pengaruh
signifikan terhadap return saham.
4.4.2. H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
Variabel kepemilikan Institusional (kep_Inst) memiliki tingkat sig-t sebesar 0,001
yang nilainya lebih kecil dari signifikansi 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan saham yang dimiliki pihak institusional mempunyai pengaruh
signifikan terhadap return saham.
4.4.3. H3 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
Variabel proporsi dewan komisaris independen (Dew_kom) memiliki tingkat sig-t
sebesar 0,210 yang nilainya lebih besar dari 0,005. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak mempengaruhi return saham
secara signifikan..
4.4.4. H4 : Proporsi komite audit berpengaruh signifikan terhadap return
saham.
Variabel proporsi komite audit (Kom_aud) memiliki tingkat sig-t sebesar 0,052
yang nilainya lebih besar dari 0,005. Hal ini dapat disimpulkan bahwa proporsi
komite audit tidak mempengaruhi return saham secara signifikan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran ini merupakan hasil analisis tentang pengaruh struktur
corporate governance terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI pada periode penelitian 2007-2011. Berikut ini kesimpulannya:
1.1. Kesimpulan
Hasil regresi linear berganda menunjukan bahwa struktur corporate governance
yang diukur menggunakan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional
berpengaruh signifikan terhadap return saham. Karena dengan besarnya
kepemilikan saham akan mendorong pengawasan yang lebih optimal yang
dilakukan oleh pihak investor sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi besarnya
retun yang didapat. Sedangkan struktur corporate governance yang diukur
menggunakan proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham dikarenakan masih
banyak perusahaan yang belum mematuhi peraturan dari BAPEPAM yang
mensyaratkan adanya komisaris independen dalam perusahaan sekurangkurangnya 30% dari jumlah keseluruhan dewan komisaris yang ada, serta untuk
komite audit sekurang-kurangnya harus memiliki 3 anggota yang salah satu
anggotanya merupakan komisaris independen perusahaan. .
1.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
1.
Pemilihan sampel hanya menggunakan perusahaan yang tergolong dalam
Perusahaan manufaktur sehingga belum bisa digunakan sebagai acuan dalam
penelitian lain untuk kelompok selain perusahaan manufaktur
2.
Kurang banyaknya sampel penelitian yang dapat menyebabkan kurangnya
keakuratan hasil penelitian.
3.
Variabel yang digunakan kurang memadai dan bervariasi.
5.3. Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan beberapa
aspek tertentu demi mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik dan akurat,
yaitu sebaiknya penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel lebih
banyak dan lebih luas agar dapat diperoleh kesimpulan yang lebih luas dan
menyeluruh. Dan penggunaan sampel yang lebih banyak diharapkan dapat
memberikan hasil penelitian yang lebih akurat dan penelitian selanjutnya
diharapkan dapat menggunakan variabel yang lebih bervariasi sehingga dapat
memberikan informasi yg lebih bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Jogianto, 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2007.
BPFE. Jogjakarta.
Ina, farah. 2009. Pengaruh Good Corporate Governace Terhadap Return Saham.
Skripsi. Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Melzatia, Shinta, 2004. Analisis Pengaruh Implementasi Good Corporate
Governance Terhadap Return dan Volatilitas Saham, Tesis. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Okvina Puspitasari, Insiwi, 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
terhadap profitabilitas perusahaan, Skripsi. Universitas Pembangunan
Nasional. Yogyakarta.
Pandiangan, Oktavianus, 2009. Analisis Anomali Pasar Hari Perdagangan Pada
Return Saham di Bursa Efek Indonesia, Skripsi. Universitas Sumatra
Utara. Medan.
Pratisto, Arif, 2010. Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17.Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana, 2006. Penerapan Good Corporate
Governance. Kencana Media Group. Jakarta.
Universitas Lampung. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas
Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Mayangsari, sekar.2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta
Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan
keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI.2003
www.Governance-indonesia.co.id
www.joernalakuntansi.wordpress.com
www.idx.co.id
Download