ABSTRAK PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI Oleh : BENI ADI PURNOMO Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah struktur corporate governance mempunyai pengaruh terhadap retun saham. Karakteristik dari struktur corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, proporsi dewan komite audit. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007 hingga 2011. Total sampel penelitian ini adalah sebanyak 13 perusahaan yang ditentukan melalui purposive judgement sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan metode regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan untuk proporsi dewan komisaris independen, proporsi dewan komite audit tidak menunjukan adanya pengaruh terhadap return saham. Kata kunci : Return saham, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, proporsi dewan komite audit. ABSTRACT THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE STRUCTURE TOWARDS RETURN ON STOCK OF THE MANUFACTURING COMPANIES THAT LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (BEI) By : BENI ADI PURNOMO The objektive of this research is to investigate whether the corporate governance structure has an influence on the stock retun. Characteristics of the structure of corporate governance used in this study include managerial ownership, institutional ownership, the proportion of independent commissioners, the proportion of the board audit committee. The populationof this research are manufacturing companies that listed in indonesia stock exchange (BEI) during 2007-2011. The whole sample of this research consists of 13 companies choosen by purposive judgement sampling. Then, the hypothesis was tested by using regression analysis. The results of this study indicate that managerial ownership and institutional ownership significantly influence stock returns while the proportion of independent commissioners, the proportion of the board audit committee did not show any effect on stock returns. Keywords: Return of shares, managerial ownership, institutional ownership, the proportion of independent commissioners, the proportion of the board audit committee. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyaknya perusahaan besar di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya mengalami kebangkrutan dan tidak sedikit perusahaan yang terpaksa ditutup karena kelangsungan usahanya tidak dapat dipertahankan, salah satu yang menyebabkan kebangkrutan tersebut adalah karena tidak dibangunnya landasan yang kokoh sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance. Dapat dikatakan bahwa baik buruknya perekonomian suatu perusahaan tergantung dari pelaksanaan manajemennya. Mengenai Good Corporate Governance menjadi sangat penting saat ini, bahwa krisis ekonomi yang terjadi dikawasan Asia Tenggara dan negara lainnya terjadi bukan hanya akibat faktor ekonomi makro, namun juga karena lemahnya Corporate Governance yang ada di negara-negara tersebut, sehingga mereka masuk kedalam krisis yang bekepanjangan. Kebutuhan akan pelaksanaan GCG sudah merupakan kebutuhan yang mendesak bagi suatu perusahaan, sehingga menjadi keharusan bagi perusahaan untuk menerapkan prinsip-prinsip GCG agar tujuan perusahaan sepenuhnya dapat tercapai. Dengan demikian, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Good Coorporate Governance dan bagaimana hubungannya dengan Return Saham dengan judul “Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI .” 1.2. Perumusan Masalah “Apakah Struktur Corporate Governance berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?” 1.3. Batasan Masalah Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang diteliti adalah perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial, kepemilikan intitusional, proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit. Dari tahun 2007-2011 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah struktur Corporate Governance berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?” 1.5. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi calon investor dan kalangan akademisi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (2007), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Dalam penelitian ini return saham yang nantinya akan diuji perbandingan rataratanya. Mula-mula return dihitung berdasarkan data harga saham harian pada saat harga penutupan (closing price). Return (Rit) dihitung berdasarkan selisih antara harga saham pada periode tertentu (Pt) dengan harga saham pada periode lalu (Pt-1), dibagi dengan harga saham pada periode yang lalu. Return saham i (Rit) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: R it Pt - Pt -1 Pt -1 Keterangan: Rit : Return saham perusahaan i. Pt : Harga saham penutupan pada periode t. Pt-1 : Harga saham penutupan pada periode t-1. Setelah didapatkan hasil dari return harian tersebut kemudian hasil tersebut dirataratakan untuk setiap bulannya dengan rumus sebagai berikut (Jogiyanto,2007). Rt R1 R2 R3 R4.... Rn n Keterangan: Rt : Rata-rata return saham harian pada bulan t. R1....Rn : Return saham harian pada bulan t. n : Jumlah hari pengamatan dalam satu bulan. Setelah melakukan perhitungan tersebut kemudian baru dilakukan proses analisis lebih lanjut. 2.2. Teori Keagenan (Agency Theory) Dalam rangka memahami corporate governance, maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara satu atau lebih prinsipal menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka yaitu dengan mendelegasikan beberapa wewenang pembuat keputusan kepada agen. Yang disebut dengan prinsipal adalah pihak yang memberikan mandat kepada agen, dalam hal ini yaitu pemegang saham. Sedangkan yang disebut dengan agen adalah pihak yang mengerjakan mandat dari prinsipal, yaitu manajemen yang mengelola perusahan. Teori yang membahas tentang hubungan keagenan antara prinsipal dengan agen adalah Teori Keagenan (Agency Theory). 2.3. Struktur Corporate Governance 2.3.1. Pengertian Corpotate Governance Kata “Governance” berasal dari bahasa perancis “Gubernance” yang berarti pengendalian. Kata tersebut digunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau jenis organisasi lain menjadi corporate governance. Dalam bahasa Indonesia hal ini sering diterjemahkan sebagai tata pemerintahan perusahaan.. Tata kelola perusahaan (corporate governance) adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijaksanaan, aturan dan institusi yang mempengaruhi pengarahaan, pengelolaan, suatu perusahaan atau korporasi. Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return. 2.3.2. Prinsip-prinsip Corporate Governance Sejak diperkenalkan, prinsip-prinsip corporate governance berikut ini telah dijadikan acuan oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut berlaku bagi semua negara atau perusahaan dan diselaraskan dengan sistem hukum, aturan atau tata nilai yang berlaku di negara masing-masing (Braguma, 2000 dalam Darmawan, 2008). Prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik ini antara lain : 1. Akuntabilitas (accountability) 2. Pertanggungan-jawab (responsibility) 3. Keterbukaan (transparancy) 4. Kewajaran (fairness) 5. Kemandirian (independency) 2.3.3. Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance GCG dapat memberikan kerangka acuan yang memungkinkan pengawasan berjalan efektif dalam melaksanakan oprasional perusahaan. Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari penerapan GCG yang baik, antara lain: 1. Meningkatkan kinerja perusahaan. 2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value . 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk kembali menanamkan modalnya di Indonesia. 2.3.4. Struktur Corporate Governance 2.3.4.1. Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership) Kepemilikan Manajerial adalah kepemilikan saham dalam perusahaan dimana saham tersebut dimiliki pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan (Direktur dan Komisaris). Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Kepemilikan manajerial yang diukur dengan persentase kepemilikan saham dewan direksi dan dewan komisaris dibagi dengan jumlah saham yang beredar. 2.3.4.2. Kepemilikan Intitusional (Institutional ownership) Kepemilikan Institutional adalah kepemilkan oleh pemegang saham yang berasal dari luar perusahaan yang merupakan suatu bentuk kelembagaan misalnya perusahaan asuransi jiwa, perusahaan dana pensiun, dana bersama, properti dan lani-lain. Kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor intitusional sehingga dapat mengurangi perilaku menyimpang manajer. Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen dalam mengelola perusahaan. Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan, maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga akan meningkat. Proporsi kepemilikan saham institusional diukur dengan menggunakan indikator kepemilikan saham intitusional dari seluruh modal saham yang beredar 2.3.4.3. Proporsi Dewan Komisaris Independen Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Peraturan BEI mewajibkan perusahaan yang sahamnya tercatat di BEI untuk memiliki komisaris independen sekurangkurangnya 30% dari jajaran anggota dewan komisaris yang dapat dipilih dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai komisaris independen setelah saham perusahaan tersebut tercatat. 2.3.4.4. Proporsi Komite Audit Dalam rangka penyelenggaraan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) Bursa Efek Indonesia (BEI) mewajibkan perusahaan tercatat wajib memiliki komite audit sekurang-kurangnya tiga anggota, seorang diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua audit, sedangkan pihak lain adalah pihak eksternal yang independen dan sekurangkurangnya salah seorang memiliki keahlian di bidang akuntansi dan keuangan. Anggota komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris. Proporsi Jumlah anggota komite audit yang diukur dengan menghitung jumlah anggota komite audit dari setiap perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. 2.4. Perumusan Hipotesis Menurut Shinta (2004) yang melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Return dan Volatilitas Saham pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang telah memenuhi ketentuan PT BEJ mengenai pengangkatan Komisaris Independen dan penunjukan Komite Audit, dengan periode penelitian tahun 2001-2003 menyimpulkan bahwa pengimplementasian good corporate governance tidak mempengaruhi return saham dan volatilitasnya. Berdasarkan berbagai hasil penelitian terdahulu tersebut di atas, maka hipotesis atau jawaban sementara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap return saham H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap return saham. H3 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap return saham. H4 : Proporsi komite audit berpengaruh signifikan terhadap return saham. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Pemilihan Sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam BEI, pemilihan sampel menggunakan metode purposive judgement sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam BEI pada tahun 2007-2011 2. Perusahaan memiliki data kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit. 2.2. Jenis dan sumber data. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011 yang didapat dari situs resmi BEI http://www.idx.co.id dan situs perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini serta literatur lainnya seperti karya ilmiah dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini. Tabel 2. Prosedur penarikan sampel. Keterangan Jumlah Jumlah Populasi 154 Perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun 2007-2011 yang tidak mempublikasikan annual report secara konsisten dari tahun2007-2011. 45 Perusahaan yang tidak memiliki data kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris independent, dewan komite audit 73 Perusahaan yang tidak memiliki laba positif 23 Jumlah Sampel 13 Tabel 3. Daftar Emiten NO KODE 1 AKPI PT. Argha Karya Prima Industri Tbk. 2 ASGR PT. Astra Graphia Tbk. 3 ASII PT. Astra Internasional Tbk. 4 BLTA PT. Berlian Laju Tanker Tbk. 5 BUDI PT. Budi Acid Jaya Tbk. 6 GGRM PT. Gudang Garam Tbk. 7 HEXA PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. 8 INTA PT. Intraco Penta Tbk. 9 PBRX PT. Pan Brother Tex Tbk. 10 PRAS PT. Prima Alloy Steel Tbk. 11 SOBI PT. Soroni Corporation Tbk. 12 STTP PT. Siantar Top Tbk. 13 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk. NAMA EMITEN 3.3.Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut : 3.3.1. Variabel Bebas (variabel independen) Variabel independen atau disebut juga variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Sehubungan dengan hipotesis yang sudah dipaparkan, maka yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Struktur Corporate Governance yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, Proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit. 3.3.2. Variabel terikat (variabel dependen). Variabel terikat (variabel dipenden) dalam penelitian ini adalah return saham. Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel dependent yaitu return saham yang nantinya akan diuji perbandingan rata-ratanya. Mula-mula return dihitung berdasarkan data harga saham harian pada saat harga penutupan (closing price). Return (Rit) dihitung berdasarkan selisih antara harga saham pada periode tertentu (Pt) dengan harga saham pada periode lalu (Pt-1), dibagi dengan harga saham pada periode yang lalu. 3.4. Alat Analisis 3.4.1. Uji regresi linear berganda Teknis analisis ini dilakukan dengan menggunakan program spss. Pengujian hipotesis dilakukan dengan dengan model regresi linear berganda. Secara sistematis model yang dikembangkan untuk menguji hipotesis ini adalah : Y = a + b1 KEP_MENJ + b2 KEP_INST + b3 DEW_KOM + b4 KOM_AUD + e Keterangan: Y = Return Saham KEP_MENJ = Kepemilikan Manajerial KEP_INST = Kepemilikan Institusional DEW_KOM = Proporsi Dewan Komisaris Independen KOM_AUD = Proporsi Komite Audit e = Eror term 3.4.2. Uji Asumsi Klasik. Sebelum dilakukan uji regresi linear berganda dilakukan uji asumsi klasik sebagai berikut: a. Uji Asumsi Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen memilki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah yang terdistribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria sebagai berikut. 1. Jika Asymp. Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal. 2. Jika Asymp. Sig. < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. b. Uji Asumsi Multikolinieritas Multikolinieritas adalah keadaan dimana variabel independen yang satu dengan variabel independen yang lain dalam model regresi memiliki korelasi (hubungan) yang erat antara yang satu dengan yang lain. Jelas bahwa Multikolinieritas adalah suatu kondisi yang menyalah asumsi regresi liniear. Jika variabel-variabel independen terkorelasi satu sama lain, maka variabel-variabel tersebut menjelaskan varian yang sama dalam mengestimasi variabel dependen. Jadi penambahan variabel independen tidak brpengaruh apa-apa. Adanya Multikolinieritas yang kuat akan mengakibatkan ketidaktepatan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel independen berhubungan secara linier. Ciri-ciri yang sering ditemui apabila model regresi linier kita mengalami gangguan Multikolinieritas adalah sebagai berikut : 1. Terjadi perubahan yang berarti pada koefisien medel regresi (misalnya nilanya menjadi lebih besar atau kecil) apabila dilakukan penambahan atau pengeluaran sebuah variabel bebas dari model regresi. 2. Diperoleh nilai R-square (R2) yang tinggi, Fhitung Tinggi, tetapi banyak variabel bebas yang tidak signifikan (thitung-nya rendah). Dalam pengertian sederhana, setiap variabel independen menjadi variabel dependen dan degres terhadap variabel independen lainnya. Nilai VIF = 1 / Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. c. Uji Asumsi Autokorelasi Penyebab utama timbulnya autokorelasi adalah kesalahan spesifikasi, misalnya terabaikannya suatu variabel penting atau bentuk fungsi yang tidak tepat. Pendekatan yang sering digunakan untuk menguji apakah terjadi autokorelasi. d. Uji Asumsi Heteroskedastisitas Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala Heteroskedastisitas dilakukandengan melihat grafik plot antara nilai variabel terikat (SRESID) dengan residualnya (ZPRED) dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jika titik pada grafik membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, menyempit), maka terdapat gangguan Heteroskedastisitas. 2. Jika titik-titik pada grafik tidak membentuk pola tertentu yang teratur atau acak, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. 1.6. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan alat analisis regresi. Hasil olah data regresi terdiri dari Adjusted R square digunakan untuk mengetahui kekuatan variabel independen, maka dapat dilihat dari koefesien Adjusted R square. Semakin besar koefesien Adjusted R square maka semakin besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. F signifikan regresi, digunakan untuk menguji model terhadap data. Dan t signifikan regresi untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dipenden dapat diketahui dari t signifikan regresi. Keseluruhan analisis dan pengujian statistik dalam penelitian ini akan digunakan dengan alat bantu perangkat lunak SPSS 17 for windows. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 2.1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian. Hasil analisis statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS dari data penelitian ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 5. Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kep_menj 65 .0000 .0815 .024712 .0274516 Kep_inst 65 .1732 .8741 .670066 .1624112 Dew_kom 65 .3333 .8000 .454738 .1533499 Kom_Aud 65 .4771 .6021 .490562 .0390505 Return 65 -.0055 .0147 .002922 .0042582 Valid N (listwise) 65 Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat dijelaskan beberapa hal berikut : Rata-rata kepemilikan manajerial (Kep_Menj) sebesar 0,02471, yang artinya selama periode penelitian kepemilikan manajerial atau jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen rata-rata sebesar 2,471%. Sedangkan nilai minimum 0,000 hal ini menunjukan bahwa saham yang dimiliki pihak manajerial terendah adalah 0% atau pihak manajemen tidak memiliki sama sekali saham perusahaan. Dan nilai maksimum sebesar 0.0815 yang artinya saham yang dimiliki manajemen paling tingggi sebesar 8,15% dari total saham beredar. Dengan standar deviasi 2,74516 dengan jumlah ovservasi (n) sebesar 65. Rata-rata kepemilikan intitusional (Kep_Inst) sebesar 0,67006, yang artinya selama periode penelitian kepemilikan intitusional atau jumlah saham yang dimiliki pihak institusional sangat tinggi rata-rata sebesar 67,006%. Sedangkan nilai minimum 0,1732 hal ini menunjukan bahwa saham yang dimiliki pihak institusional terendah adalah 17,32%. Dan nilai maksimum sebesar 0,8741 yang artinya saham yang dimiliki pihak institusional paling tingggi sebesar 87,41% dari total saham beredar. Dengan standar deviasi 16,24112 dengan jumlah ovservasi (n) sebesar 65. Dan untuk rata-rata proporsi dewan komisaris independen sebesar 0,454738, yang artinya selama periode penelitian proporsi dewan komisaris independen memiliki rata-rata 45,47% dan nilai minimum sebesar 33,33%, nilai maksimum sebesar 80%, dan standar deviasi sebesar 15,33499 dengan jumlah observasi (n) sebesar 65. Rata-rata proporsi komite audit sebesar 0,49056, yang artinya selama periode penelitian proporsi komite audit memiliki rata-rata 49,056% hal ini menunjukan bahwa sebagian besar perusahaan telah menempatkan komite audit dalam melakukan pengawasan terhadap proses audit laporan keuangan, nilai minimum sebesar 47,71% dan tertinggi sebesar 60,21% dan standar deviasi sebesar 3,90505 dengan jumlah ovservasi (n) sebesar 65. Dan untuk return saham memiliki rata-rata sebesar 0.002922 artinya selama periode penelitian rata-rata return saham hanya sebesar 0,2922%. Nilai minimum sebesar -0.0055 artinya selama periode penelitian nilai minimum sebesar -0,55% atau tidak sama sekali mengalami return, sehingga pada nilai tersebut harga saham cenderung anjlok. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya krisis global pada tahun 2008. Dimana pada tahun tersebut terjadi krisis keuangan yang berawal dari krisis subprime mortgage (kredit perumahan) yang merontokkan sejumlah lembaga keuangan AS. Pemain-pemain utama Wall Street berguguran, termasuk Lehman Brothers dan Washington Mutual, dua bank terbesar di AS. Para investor mulai kehilangan kepercayaan, sehingga harga-harga saham di bursa-bursa utama dunia pun rontok. Dan untuk return tertinggi hanya sebesar 1,47% dan standar deviasi sebesar 0,42582 dengan jumlah observasi (n) sebesar 65. 2.2. Uji Asumsi Klasik Dalam melakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik agar memenuhi sifat estimasi regresi. Berikut adalah penjelasan megenai uji asumsi klasik yang telah dialakukan dalam penelitian ini : 4.2.1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memilki distribusi data normal atau mendekatai normal. Salah satu cara uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji PP plot yaitu dengan membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal yang membentuk garis lurus dibandingkan dengan plot data residual, dan jika plot residual berada disekitar garis diagonal, maka dapat dikatakan bahwa terdistribusi normal. Gambar 1. Berdasarkan gambar diatas plot data residual berada disekitar garis diagonal, dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal. 4.2.2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regersi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem multikol dapat melihat nilai tolerance dan lawannya varianceinflation factor (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF lebih dari 10 maka dapat dikatakan terjadi multikolinearitas, yaitu terjadi hubungan cukup besar antara variabel-variabel bebas, dan angka tolarance mempunyai angka > 0,10, maka variabel tersebut tidak mempunyai masalah multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya. Tabel 6. Hasil uji Multikolineritas dengan Metode VIF Variabel independen Tolerance VIF Kesimpulan Kep_menj 0,860 1,163 Tanpa multikolinearitas Kep_inst 0,848 1,180 Tanpa multikolinearitas Dew_kom 0,968 1,103 Tanpa multikolinearitas Kom_aud 0,876 1,142 Tanpa multikolinearitas Berdasarkan hasil uji multikolineritas dengan metode VIF, nilai VIF <10, artinya bahwa semua variabel bebas tidak terjadi multikoineritas sehingga tidak membiaskan interprestasi hasil analisis regresi. 4.2.3. Uji autokorelasi Masalah autokorelasi sering timbul pada data runtut waktu (time series). Autokorelasi sering disebut juga korelasi serial. Misalnya, data pertama berkorelasi dengan data kedua, data kedua berkorelasi dengan data ketiga, dan seterusnya. Penyebab utama timbulnya autokorelasi adalah kesalahan spesifikasi, misalnya terabaikannya suatu variabel penting atau bentuk fungsi yang tidak tepat. Tabel 7. Model Summaryb Model 1 R R Square .609a .371 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .329 Durbin-Watson .0034889 1.815 a. Predictors: (Constant), Kom_Aud, Dew_kom, Kep_menj, Kep_inst b. Dependent Variable: Return Pengujian autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson diperoleh nilai hitung statistik Durbin-Watson sebesar d=1.346. Karena nilai d terletak diantara -2 dan +2 maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi. 4.2.4. Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah faktor penggangu mempunyai variasi sama atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas dalam persamaan regresi digunakan metode dengan menggunakan plot pada regresi. Jika pada grafik scaterrplot ada pola tertentu seperti titik-titik (pointpoint) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar 2. Berdasarkan grafik scaterrplot di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik berpencar, tidak membentuk pola tertentu, serta tersebar baik dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. 2.3. Hasil olah regresi 2.3.1. Adjusted R square Untuk mengetahui kekuatan variabel dependen, maka dapat dilihat dari koefesien Adjusted R Square. Semakin besar koefesien Adjusted Square maka semakin besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Hasil perhitungan koefisien korelasi dan determinasi dapat ditunjukan pada tabel berikut. Tabel 8. Adjusted R square Model Summaryb Std. Error of the Model R R Square .609a 1 Adjusted R Square .371 Estimate .329 .0034889 a. Predictors: (Constant), Dew_kom, Kom_Aud, Kep_menj, Kep_inst b. Dependent Variable: Return Hasil perhitungan menunjukan R Square sebesar 0,371. Hal ini berarti bahwa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 37,1% sedangkan sisanya sebesar 62,9% yang diperkirakan dipengaruhi oleh variabel lain seperti faktor-faktor kinerja keuangan perusahaan, yang diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan dengan menggunakan rasio liquiditas, solvabilitas, dan profitabilitas yang tidak diamati dalam penelitian ini. 2.3.2. Uji F Signifikan Regresi (Uji Anova) Tabel 9. F sigifikan regresi ANOVAb Model 1 Sum of Squares Df Mean Square Regression .000 4 .000 Residual .001 60 .000 Total .001 64 F Sig. 8.833 .000a a. Predictors: (Constant), Dew_kom, Kom_Aud, Kep_menj, Kep_inst b. Dependent Variable: Return F signifikan regresi digunakan untuk menguji model terhadap data. Dari tabel di atas dapat dilihat besarnya tingkat signifikan 0,000 < 0,05, yang artinya bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data . tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit atau diterima. 2.4. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan besarnya nilai probabilitas (p-value) masing-masing koefisien regresi variabel independen dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α). Dengan dasar keputusan berdasarkan probabilitas sebagai berikut : jika (p-value) .0,05 maka Ha ditolak jika (p-value) < 0,05 maka Ha diterima Rumus regresi untuk menguji hipotesis adalah : Y = a + b1 KEP_MENJ + b2 KEP_INST + b3 DEW_KOM + b4 KOM_AUD + e Tabel 10. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) -.016 .007 Kep_menj .079 .017 Kep_inst .010 Dew_kom Kom_Aud Standardized Coefficients Beta T Sig. -2.306 .025 .510 4.615 .000 .003 .374 3.363 .001 -.004 .003 -.132 -1.269 .210 .024 .012 .217 1.983 .052 a. Dependent Variable: Return Dari hasil output uji regresi linear berganda antara variabel independen terhadap variabel dependen maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut : 4.4.1. H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap return saham Variabel kepemilikan manajerial (kep_menj) memiliki tingkat sig-t sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari signifikansi 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kepemilikan saham yang dimiliki pihak manajerial mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. 4.4.2. H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap return saham. Variabel kepemilikan Institusional (kep_Inst) memiliki tingkat sig-t sebesar 0,001 yang nilainya lebih kecil dari signifikansi 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kepemilikan saham yang dimiliki pihak institusional mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. 4.4.3. H3 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap return saham. Variabel proporsi dewan komisaris independen (Dew_kom) memiliki tingkat sig-t sebesar 0,210 yang nilainya lebih besar dari 0,005. Hal ini dapat disimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak mempengaruhi return saham secara signifikan.. 4.4.4. H4 : Proporsi komite audit berpengaruh signifikan terhadap return saham. Variabel proporsi komite audit (Kom_aud) memiliki tingkat sig-t sebesar 0,052 yang nilainya lebih besar dari 0,005. Hal ini dapat disimpulkan bahwa proporsi komite audit tidak mempengaruhi return saham secara signifikan. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran ini merupakan hasil analisis tentang pengaruh struktur corporate governance terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode penelitian 2007-2011. Berikut ini kesimpulannya: 1.1. Kesimpulan Hasil regresi linear berganda menunjukan bahwa struktur corporate governance yang diukur menggunakan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap return saham. Karena dengan besarnya kepemilikan saham akan mendorong pengawasan yang lebih optimal yang dilakukan oleh pihak investor sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi besarnya retun yang didapat. Sedangkan struktur corporate governance yang diukur menggunakan proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham dikarenakan masih banyak perusahaan yang belum mematuhi peraturan dari BAPEPAM yang mensyaratkan adanya komisaris independen dalam perusahaan sekurangkurangnya 30% dari jumlah keseluruhan dewan komisaris yang ada, serta untuk komite audit sekurang-kurangnya harus memiliki 3 anggota yang salah satu anggotanya merupakan komisaris independen perusahaan. . 1.2. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Pemilihan sampel hanya menggunakan perusahaan yang tergolong dalam Perusahaan manufaktur sehingga belum bisa digunakan sebagai acuan dalam penelitian lain untuk kelompok selain perusahaan manufaktur 2. Kurang banyaknya sampel penelitian yang dapat menyebabkan kurangnya keakuratan hasil penelitian. 3. Variabel yang digunakan kurang memadai dan bervariasi. 5.3. Saran Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan beberapa aspek tertentu demi mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik dan akurat, yaitu sebaiknya penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel lebih banyak dan lebih luas agar dapat diperoleh kesimpulan yang lebih luas dan menyeluruh. Dan penggunaan sampel yang lebih banyak diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat dan penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel yang lebih bervariasi sehingga dapat memberikan informasi yg lebih bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. DAFTAR PUSTAKA Hartono, Jogianto, 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2007. BPFE. Jogjakarta. Ina, farah. 2009. Pengaruh Good Corporate Governace Terhadap Return Saham. Skripsi. Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Melzatia, Shinta, 2004. Analisis Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Return dan Volatilitas Saham, Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta. Okvina Puspitasari, Insiwi, 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap profitabilitas perusahaan, Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional. Yogyakarta. Pandiangan, Oktavianus, 2009. Analisis Anomali Pasar Hari Perdagangan Pada Return Saham di Bursa Efek Indonesia, Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Medan. Pratisto, Arif, 2010. Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17.Elex Media Komputindo. Jakarta. Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana, 2006. Penerapan Good Corporate Governance. Kencana Media Group. Jakarta. Universitas Lampung. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Mayangsari, sekar.2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI.2003 www.Governance-indonesia.co.id www.joernalakuntansi.wordpress.com www.idx.co.id