Keragaman dan Distribusi Habitat Spesies Cicak

advertisement
2
Cyrtodactylus marmoratus dan Cyrtodactylus
fumosus dengan jumlah dan bobot badan
disajikan dalam Tabel 1. Nama spesies
mengikuti tata nama yang dibuat oleh Bauer
(1994).
Gambar 2 Cicak pada batang pohon
Gambar 3 Cicak pada pelepah atau kelupasan
kulit
Cicak ditangkap menggunakan alat bantu
seperti pistol air, tongkat, jaring serangga, dan
lain-lain
atau
ditangkap
langsung
menggunakan tangan. Karakter habitat, waktu
dan pola warna tubuh dicatat pada saat
penangkapan. Cicak yang sudah ditangkap
kemudian dimatikan menggunakan kloroform
(deep anaesthesized), kemudian dimasukkan
ke dalam alkohol 70% untuk diawetkan.
Sampel yang tertangkap selanjutnya dibawa
ke laboratorium untuk diidentifikasi lebih
lanjut. Setelah itu cicak diukur menggunakan
kaliper (Mitutoyo, 0.05 mm) terhadap
beberapa karakter tubuhnya, antara lain
panjang badan-kepala (PB-K), panjang ekor
(PE), lebar kepala (LK), lebar badan (LB),
tinggi badan (TB), diameter mata (DM),
diameter telinga (DT), tinggi kepala (TK), dan
bobot badan (BB). Pengukuran terhadap
beberapa karakter tubuh dilakukan mengikuti
cara Hikida dan Ota (1989) (Lampiran 4).
Cicak diidentifikasi menurut Boulenger
(1912), Rooij (1915), Bauer (1984) dan Das
dan Ghazally (2001). Verifikasi terhadap hasil
identifikasi sampel dilakukan dengan cara
membandingkan dengan paratipe yang ada di
Museum Zoologi LIPI, Cibinong Bogor.
Tabel 1 Jumlah individu dan bobot badan dari
spesies anggota famili Gekkonidae
Bobot
Badan
Jumlah
(gr)
Spesies
Individu
(N) rataan
kisaran
H. frenatus
22
3.60 (1.95-6.29)
G. mutilata
24
3.67 (1.67-5.67)
C. marmoratus
2
3.25 (3.21 dan 3.30)
C. fumosus
2
2.92 (2.88 dan 2.96)
Hemidactylus frenatus
Hemidactylus frenatus (Gambar 4)
memiliki ciri-ciri warna tubuh bagian dorsal
putih abu-abu sampai coklat; kadang-kadang
terdapat garis tebal putus-putus berwarna
hitam; tidak terdapat lipatan kulit pada kedua
sisi badan (lipatan kulit tidak jelas); ekor bulat
memanjang dengan enam sisik tuberkal; Jari
tanpa selaput, kadang-kadang pada pangkal
antara jari ketiga dan keempat terdapat sedikit
selaput; bagian ventral jari dengan dua baris
lamela berpasangan, pada ventral jari keempat
kaki belakang terdapat 9-10 lamela (Gambar
5); diameter lubang telinga sekitar ¼ - ½ kali
dari diameter mata; jumlah sisik pada bibir
atas 10-12 dan pada bibir bawah 8-10; jantan
memiliki 30-36 lubang femoral (Lampiran 3).
Gambar 4 Hemidactylus frenatus
HASIL
Selama bulan April sampai Oktober 2006
di TNGHS di wilayah Sukabumi, Jawa Barat
ditemukan empat spesies cicak yaitu
Hemidactylus frenatus, Gehyra mutilata,
Gambar
5
Bentuk ventral
H. frenatus
jari
kaki
3
Dalam penelitian ini H. frenatus yang
sering disebut cicak rumah banyak ditemukan
di bangunan (17 individu) seperti di rumah
penduduk, gubuk, shelter, guest house
Cikaniki dan bangunan tempat generator air.
Sisanya ditemukan di pohon dan semak
(5 individu). Hemidactylus frenatus paling
banyak ditemukan pada pukul 17.30 dan
jarang ditemukan sekitar pukul 02.00 WIB
dinihari. Aktivitas cicak dimulai menjelang
malam atau setelah matahari terbenam (Evans
1966). Beberapa H. frenatus bisa ditemukan
pada pagi dan siang hari, tetapi jumlahnya
sedikit. Menurut Kurniati (2003), H. frenatus
tersebar luas di TNGHS dan memiliki
kesamaan habitat dengan G. mutilata.
Hemidactylus frenatus memiliki bobot badan
berkisar antara 1.95 sampai 6.29 g (x=3.60)
(Tabel 1), sedangkan panjang badan-kepala
berkisar antara 26.37 sampai 55.30 mm
(x=37.67) (Lampiran 1)
Hemidactylus frenatus yang ditangkap
oleh Saepudin (2004) di wilayah Bogor dan
sekitarnya memiliki bobot badan (BB) ratarata sebesar 2.57 g, lebih kecil dibandingkan
dengan H. frenatus yang ditangkap di TNGHS
yang memiliki bobot badan rata-rata sebesar
3.60 g. Perbedaan ini mungkin disebabkan
karena jumlah makanan di TNGHS melimpah.
Hemidactylus frenatus merupakan pribumi
di kawasan Afrika, Asia, Australia dan
Polynesia (Welch 1994). Spesies ini hampir
tersebar di seluruh wilayah Malay Peninsula
dan kepulauan Indo-Australia termasuk
Indonesia (Boulenger 1912 & Rooij 1915).
Hemidactylus frenatus sering ditemukan di
bangunan,
pohon dan kadang-kadang
ditemukan di kapal-kapal atau perahu
(Boulenger 1912 ).
Gehyra mutilata
Gehyra mutilata (Gambar 6) memiliki ciriciri warna tubuh bagian dorsal abu-abu
sampai hitam, terkadang diselingi oleh bintikbintik kecil berwarna hitam dan putih dengan
pola merata; ekor pipih memanjang dengan
pinggir bergerigi; jari pendek dan cenderung
bulat melebar, dengan proximal berselaput
dan lamela pada bagian ventral proximal jari
hanya satu baris, cakar pada jari pertama kecil
atau tidak ada (Gambar 7); diameter lubang
telinga sekitar 1/3– 2/3 kali dari diameter mata;
jumlah sisik pada bibir atas 8-11 dan pada
bibir bawah 6-9; jantan memiliki lubang
femoral sebanyak 14-22 (Lampiran 3).
Gambar 6 Gehyra mutilata
Gambar 7 Bentuk ventral jari kaki G. mutilata
Dalam penelitian ini G. mutilata sebagian
besar ditemukan di bangunan (21 individu),
sedangkan sisanya ditemukan di pohon dan di
bawah tumpukan kayu dan pot. Banyak
ditemukan pada waktu menjelang malam
sekitar pukul 17.30. Menurut Huey (1979)
Aktivitas cicak akan meningkat ketika
matahari terbenam dan berkurang ketika
terkena cahaya matahari. Menurut Kurniati
(2003) di TNGHS Jawa Barat, G. mutilata
banyak ditemukan di bangunan dan di sekitar
perkampungan penduduk. Rooij (1915)
menyatakan bahwa selain di pulau Jawa,
spesies ini hampir terdapat di seluruh wilayah
Indonesia. Gehyra mutilata yang ditemukan di
kawasan TNGHS memiliki bobot badan
berkisar antara 1.67 sampai 5.67 g (x=3.67)
(Tabel 1), sedangkan panjang badan-kepala
berkisar antara 33.60 sampai 52.30 mm
(x=45.12) (Lampiran 1)
Gehyra mutilata yang ditangkap di
TNGHS memiliki bobot badan (BB) rata-rata
lebih besar dibandingkan dengan G. mutilata
yang ditangkap di wilayah Bogor dan
sekitarnya (Saepudin 2004).
Distribusi
G.
Mutilata
meliputi
Madagaskar, Burma (Myanmar), Siam,
Malay Peninsula dan kepulauannya termasuk
Indonesia, New Guinea, dan bagian Barat
Meksiko (Boulenger 1912).
Cyrtodactylus marmoratus
Cyrtodactylus marmoratus (Gambar 8)
memiliki ciri-ciri warna tubuh bagian dorsal
coklat kehitaman, terdapat garis tebal putus-
4
putus berwarna putih dan bagian dorsal di
lindungi granul kecil; kepala besar dengan
warna gelap tidak beraturan dan dilapisi
granul (butir) kecil; ekor bulat memanjang
dengan bagian atas berwarna coklat terang,
dengan bintik-bintik coklat hitam sampai ke
belakang, kadang-kadang berbentuk pita
menyilang; jari panjang, proximal jari sedikit
melebar, sedangkan distal jari ramping dan
bagian ventral jarinya hanya dengan satu baris
sisik (Gambar 9); diameter lubang telinga
sekitar ½ kali dari diameter mata; jumlah sisik
pada bibir atas 11 dan pada bibir bawah 9;
jantan memiliki lubang femoral sebanyak 4-6
dan lubang preanal sebanyak 12 atau 13
(Lampiran 3)
Cyrtodactylus marmoratus atau cicak batu
atau cicak hutan distribusi habitatnya meliputi
Malay Peninsula dan kepulauannya termasuk
Indonesia (Boulenger 1912).
Cyrtodactylus fumosus
Cyrtodactylus fumosus (Gambar 10)
memiliki warna tubuh bagian dorsal coklat
kehitaman, terdapat garis tebal putus-putus
seperti pita berwarna putih; ekor bulat
memanjang; jari panjang dan ramping,,
proximal jari sedikit melebar, sedangkan
distal jari ramping dan bagian ventral jarinya
hanya dengan satu baris sisik (Gambar 11);
diameter lubang telinga sekitar 1/3 kali dari
diameter mata; jumlah sisik pada bibir atas
10-11 dan pada bibir bawah 9-10; jantan
memiliki rangkaian lubang femoral sebanyak
42-52 (Lampiran3)
Gambar 8 Cyrtodactylus marmoratus
Gambar 10 Cyrtodactylus fumosus
Gambar
9
Bentuk ventral
C. marmoratus
jari
kaki
Dalam penelitian ini hanya ditemukan dua
individu C. marmoratus, yang ditemukan di
dalam hutan di jalur aliran sungai Cikaniki
yang daerahnya bersemak dan berbatu dan di
area Perkebunan Teh Nirmala (Lampiran 5).
Cicak ini ditemukan sekitar pukul 10.00 dan
sekitar pukul 16.00 WIB. Memiliki bobot
badan berkisar antara 3.21 dan 3.30 g, dan
panjang badan kepala berkisar antara 49.12
dan 53.20 mm (x=51.16) (lampiran 1).
Cyrtodactylus marmoratus yang ditangkap
di TNGHS memiliki bobot badan (BB) lebih
besar jika dibandingkan dengan C.
marmoratus yang ditangkap Saepudin (2004)
di wilayah Bogor dan sekitarnya yang hanya
menemukan satu individu yang ditangkap di
TWA Sukamantri.
Gambar
11
Bentuk ventral
C. fumosus
jari
kaki
Cyrtodactylus fumosus dalam penelitian
ini ditemukan dua individu, yang ditemukan
di daerah semak berbatu
di dalam hutan
Gunung Botol dan di area kebun teh
Cihanjawar (Lampiran 5). Ditemukan pagi
hari sekitar pukul 9.30 dan sore hari sekitar
pukul 17.00 WIB. Spesies ini jarang ditemui
di TNGHS baik didalam hutan atau di area
terbuka. Mungkin alasannya sama seperti
warna tubuh yang tersamar dengan
lingkungan, curah hujan yang tinggi dan jalur
jelajah yang sulit. Beberapa faktor diatas bisa
menjadi alasan sulitnya mencari spesies cicak
hutan (C. fumosus dan C. marmoratus) di
5
TNGHS. Menurut Rooij (1915) di Indonesia
C. fumosus dapat ditemukan di Pulau Jawa,
Sulawesi dan kepulauan Halmahera. Saepudin
(2004) melaporkan C. fumosus yang
ditemukan di wilayah Bogor berasal dari
kawasan hutan Gunung Salak di TWA
Sukamantri. Bobot badan C. fumosus berkisar
antara 2.88 dan 2.96 g (Tabel 1), sedangkan
panjang badan-kepala C. fumosus berkisar
antara 33.56 dan 44.17 mm (x=38.86)
(lampiran 1).
Cyrtodactylus fumosus yang ditangkap di
TNGHS memiliki bobot badan (BB) lebih
besar jika dibandingkan dengan C. fumosus
yang ditangkap Saepudin (2004) di wilayah
Bogor dan sekitarnya. Sedangkan Kurniati
(2003) tidak menemukan spesies C. fumosus
di TNGHS.
Distribusi habitat C. fumosus meliputi
Malay Peninsula, Indo-Australian dan
kepulauanya termasuk Indonesia (Rooij
1915).
PEMBAHASAN
Cicak yang ditangkap di kawasan TNGHS
paling banyak ditemukan di sekitar
pemukiman penduduk seperti di bangunan
rumah, pagar, di bawah pot, di tumpukan kayu
dan di pekarangan rumah. Spesies cicak yang
paling banyak ditangkap di sekitar
pemukiman penduduk adalah G. mutilata (24
individu) dan H. frenatus (22 individu),
karena spesies ini merupakan jenis cicak
rumah yang umum hidup pada wilayah tropis
dan mudah ditemukan di dinding rumah dan
bangunan
(Stebbins
1985).
Cicak
Hemidactylus turcicus lebih memilih tempat
yang vertikal (dinding) daripada yang
horisontal (langit-langit), hal ini disebabkan
oleh adanya cahaya lampu pada dinding yang
dapat menarik serangga sebagai sumber
makanan (Vogrin 2005). Jumlah cicak H.
frenatus dan G. mutilata yang ditangkap di
wilayah TNGHS cukup sedikit karena
sebagian besar bangunan dan rumah penduduk
hanya memakai alat penerangan yang
sederhana dan kurang memancarkan cahaya
atau cenderung gelap, hal ini berkaitan dengan
keberadaan cahaya sebagai daya tarik
serangga dan sumber makanan cicak. Karena
tempat atau bangunan yang memiliki cahaya
penerangan akan menjadi daya tarik bagi
serangga, semakin banyak serangga semakin
banyak pula sumber makanan bagi cicak.
Dalam hal ini banyaknya cicak ditentukan
oleh adanya cahaya akibatnya serangga
banyak berkumpul di daerah itu.
Dua spesies cicak yang ditangkap di
kawasan hutan TNGHS yaitu spesies
C. marmoratus (2 individu) dan C. fumosus
(2 individu), merupakan cicak hutan yang
hidup di pohon dan celah-celah bebatuan.
Kedua spesies ini sangat sulit ditemukan
karena di daerah hutan cahaya sebagai sumber
daya tarik serangga tidak terlalu banyak
sehingga keberadaan cicak lebih menyebar,
tidak berkumpul di satu tempat. Menurut
Boulenger (1912) C. marmoratus tidak selalu
ditemukan di batang pohon, ketika merasa
terganggu C. marmoratus akan turun ke tanah
dan
bersembunyi
di
bawah
batu.
Cyrtodactylus marmoratus tersebar di
TNGHS, jarang ditemui, banyak terdapat di
hutan hujan tropis dan area terbuka yang
berbatasan dengan hutan hujan tropis
(Kurniati 2003). Genus Cyrtodactylus
memiliki jari yang panjang dan ramping
sehingga memudahkannya bergerak di
pepohonan dan bebatuan. Menurut Boulenger
(1912) Gymnodactylus dan Cyrtodactylus
adalah sinonim.
Pada umumnya anggota Gekkonidae
bersifat arboreal dan terestrial dengan
makanan utama berupa serangga (Halliday
1986). Wafa (2007) mengemukakan bahwa
makanan pada spesies cicak rumah terdiri atas
serangga, Araneae (laba-laba), Uropygy
(kalajengking
bercambuk),
Spirobolida,
Pauropoda, potongan kertas, potongan kayu,
biji, nasi, kotoran rayap dan batu. Kategori
makanan yang paling dominan adalah Diptera.
Walaupun jenis-jenis makanannya sangat
melimpah di TNGHS, jumlah spesies cicak
yang berhasil ditemukan hanya 4 spesies
dibanding yang ditemukan di Bogor. Mungkin
selain jenis makanan, kelimpahan spesies
cicak di suatu kawasan dipengaruhi oleh suhu
dan curah hujan.
SIMPULAN
Empat spesies berhasil diidentifikasi dari
50 individu yang ditangkap di TNGHS
Sukabumi, Jawa Barat yaitu Hemidactylus
frenatus, Gehyra mutilata, Cyrtodactylus
marmoratus, dan Cyrtodactylus fumosus..
Habitat utama dari spesies H. frenatus dan G.
mutilata yaitu di bangunan, dan beberapa
diantaranya ditemukan di pohon dan semak.
Sedangkan C. marmoratus dan C. fumosus
habitat utamanya di dalam hutan seperti di
pohon, semak dan batuan.
Download