Inventarisasi Ektoparasit pada Beberapa Jenis Ikan di Unit Perikanan Rakyat (UPR) Kelurahan Bungus Timur, Kota Padang Ramayulis1), Nawir Muhar2), dan Lisa Deswati2) 1) Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, Padang 2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, Padang E-mail : [email protected] ABSTRACT The purpose of the study was to determine the types of ectoparasites of fish found in fishing unit people the village Bungus east padang city. To determine the frequency of occurence or percentage of fish sampled were infected by a particular parasite species. This research was conducted in UPTD BLPPMHP department of marine and fisheries west sumatera province. Samples of fish units in village bungus east of padang city. The fish are taken from 10 individuals, so total of samples of 50 individuals ( Clarias sp, Cyprinus carpio Linn, Oreachromis nilaticus, Pangasius hypophthalamus, Anabas testudineus), natrium chloride (NaCl), aquad. Data inventory result in the form of fish parasite fish disease parasite group were analyzed by using the frequency of occurrence. The result showed that almost all of the samples examined, there are all kinds of parasites with the ekstoparacites : Dactylogyrus sp and Argulus foliaceus L. Key Word : Inventarisasi, Ekstoparasit, Ikan, Bungus, Padang PENDAHULUAN bakteri dan virus dan penyakit non infeksi Ada tiga kemungkinan penyebab kematian disebabkan oleh faktor non hidup seperti populasi ikan di kolam atau di perairan lain, pakan, yaitu stress lingkungan atau keracunan, penanganan. infeksi metazoa. Parasit dapat diartikan sebagai organisme Kesehatan ikan dalam akuakultur adalah hal yang hidup pada organisme lain yang yang paling peting. Dan tentunya kesehatan mengambil makanan dari tubuh organisme ikan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, tersebut, sehingga organisme tempatnya nutrisi dan patogen. Penyakit diartikan suatu makan (inang) mengalami kerugian. Dialam keadaan fisik, morfologi dan atau fungsi parasit mempunyai peranan penting dalam yang mengalami perubahan dari kondisi ekosistem. normal. Secara umum penyakit dibedakan kehadiran parasit sangat dihindarkan. Parasit menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi ikan ada pada lingkungan perairan yang ada dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan ikannya, tetapi belum tentu menyebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, ikan menderita sakit. Ikan sebenarnya mikroba dan infeksi lingkungan, Sedangkan kekeruhan dalam dan budidaya mempuyai daya tahan terhadap penyakit grading dapat menyebabkan luka. Air kolam selama berada dalam kondisi lingkungan : kualitas air jelek. Selective breeding : yang baik dan tubuhnya tidak diperlemah seleksi dalam mencari warna dan bemtuk oleh parasit yang bagus bisa mengakibatkan ikan lemah. merupakan masalah yang cukup serius Lingkungan : perubahan temperatur Predator dibanding : bisa sebagai inang penular. berbagai sebab. dengan Serangan gangguan yang disebabkan oleh faktor lain. Penyerangan Tujuan yang disebabkan oleh parasit biasanya tidak dapat diketahui gejalanya sehingga baru sadar ketika ikannya sudah mati dalam cara pada Beberapa Jenis Ikan yang Terdapat di Unit Perikanan Rakyat (UPR) Kelurahan jumlah yang besar. Berdasarkan Untuk mengetahui jenis-jenis ektoparasit penyerangan, parasit Bungus Timur, Kota Padang . dibedakan atas 2 golongan yaitu golongan Untuk mengetahui Frekuensi Kejadian atau ektoparasit persentase ikan sampel yang terinfeksi oleh (eksternal) dan endoparasit (internal), ektoparasit adalah parasit yang spesies parasit tertentu. menyerang bagian luar kulit, sisik, lendir dan insang. Sedangkan endoparasit adalah parasit yang menyerang bagian dalam. Berdasarkan sifatnya parasit menjadi parasit fakultatif dibedakan : merupakan organisme yang sebenarnya hidup bebas, tetapi karena kondisi tertentu mengharuskan organisme tersebut hidup sebagai parasir sehingga sifat keparasitannya tidak mutlak. Parasit obligat yaitu semua organisme yang untuk kelangsungan hidup dan eksistensinya mutlak memerlukan hospes (inang). Faktor-faktor yang memudahkan timbulnya parasit antara lain Stocking density : kepadatan tebar tinggi, kontak langsung dan adanya inang. Physical trauma : handling, Untuk mengetahui Intensitas Serangan atau jumlah suatu spesies parasit yang dapat menginfeksi ikan sampel. Manfaat Dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui ektoparasit yang menyerang ikan Lele (Clarias sp), ikan Mas (Cyprinus carpio Linn), ikan Nila (Oreachromis nilaticus), ikan Patin (Pangasius hypophthalamus) dan ikan Betok (Anabas testudineus) sehingga dapat membantu dalam menentukan tindakan pencegahan dan pengobatan terhadap tersebut. Waktu dan Tempat serangan parasit Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari Prosedur Kerja sampai Februari 2014, di UPTD BLPPMHP Pengambilan Sampel Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Ikan sampel untuk penelitian diambil dari Sumatera Barat. kolam Unit Perikanan Rakyat di Kelurahan Bahan dan Alat Penelitian Bungus Timur Kota Padang dan ikan sampel diambil Sampel ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah : ikan dari kolam Unit Perikanan Rakyat (UPR) di Kelurahan Bungus Timur Kota Padang . Ikan sampel terdiri dari ikan Lele (Clarias sp) panjang tubuh sekitar 1825 cm, ikan Patin (Pangasius hypophthalamus) panjang tubuh sekitar 2030 cm, ikan Betok (Anabas testudineus ) panjang tubuh sekitar 9-16, ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) panjang tubuh sekitar 17-25 cm, ikan Nila (Oreachromis nilaticus) panjang tubuh sekitar 16-23 cm, masing-masing ikan sampel diambil 10 ekor jadi jumlah keseluruhan sampel sebanyak 50 ekor, natrium chloride (NaCl fisiologis), aquades. masing-masing secara acak sebanyak 10 ekor dari populasi ikan yang ada. Ikan sampel diambil dalam keadaan hidup yaitu ikan Lele (Clarias sp) panjang tubuh sekitar 18-25 cm, ikan Patin (Pangasius hypophthalamus) panjang tubuh sekitar 20-30 cm, ikan Betok (Anabas testudineus ) panjang tubuh sekitar 9-16, ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) panjang tubuh sekitar (Oreachromis 17-25 nilaticus) cm, ikan panjang Nila tubuh sekitar 16-23 cm, sebelum ikan sampel diambil, masing-masing kolam diukur terlebih dahulu kualitas airnya dengan parameter pengukuran yaitu suhu, pH, DO dan salinitas dengan menggunakan alat yang bernama Water Cuality Cacher. Alat yang digunakan dalam proses penelitian seperti : disecting set, mikroskop, gelas Proses Pemeriksaan Parasit Ikan objek, timbangan, penggaris, alat tulis, Pemeriksaan parasit sebaiknya dilakukan kapas, kertas tisu dan baskom. terhadap sampel ikan segar atau hidup. Hal ini penting terutama pada pemeriksaan ektoparasit, karena parasit akan melepaskan Metoda Penelitian diri jika ikan/inang sudah mati, Pemeriksaan Penelitian ini menggunakan metoda survey endoparasit dengan deskriptif. Parasit yang diteliti hidupnya tergantung pada oksigen (O2). (diidentifikasi) adalah ektoparasit. agak bermasalah karena Pemeriksaan parasit dapat menggunakan insang. Pemeriksaan ektoparasit pada insang LUP Perbesarannya dengan cara menggunting operkulum supaya tergantung pada jenis parasit, Misalnya lembar-lembar insang dapat terlihat, lalu untuk protozoa menggunakan perbesaran 10 dilakukan pemeriksaan satu persatu lembar – 100X, untuk cacing 10 – 40X, demikian insang. Apabila insang terlalu tebal maka pula dapat dilakukan preparat ulas lendir dengan dan mikroskop. kelompok Crustacea (Arthropoda) perbesaran 10 – 40 X. cara mengerik lendir insang lalu oleskan ke gelas objek yang telah diberi larutan garam Pemeriksaan Parasit Eksternal fisiologis, Sebelum memulai pemeriksaan parasit, ikan diukur panjang dan ditimbang beratnya, lalu dicatat. Kemudian pemeriksaan eksternal parasit atau dilanjutkan dengan eksternal. Parasit dikenal pula sebagai ektoparasit biasanya berada di permukaan tubuh ikan seperti sisik, kulit, operkulum dan insang. di lakukan pemeriksaan di bawah mikroskop. Bagian dalam operkulum juga diperiksa. Setiap sirip yang ada (sirip punggung, dada, perut dan ekor) juga diperiksa dengan cara menggunting seluruh sirip ikan lalu diletakan diatas gelas prepara yang diberi sedikit larutan garam fisiologis. Posisi sirip di atas gelas preparat di usahakan terlentang Pemeriksaan ektoparasit di mulai dengan cara memeriksa seluruh permukaan luar tubuh ikan dan biasanya ektoparsit dapat langsung selanjutnya terlihat. Ektoparasit seperti dan setipis mungkin. Bila sirip terlalu besar, maka sirip dapat dipotong menjadi beberapa bagian, lalu lakukan pemeriksaan di bawah mikroskop. protozoa dapat ditemukan dengan cara preparat ulas lendir. Lendir yang ada di Proses Pengamatan dan Analisa Data. tubuh ikan di kikis searah dengan arah sisik Proses (dari kepala ke ekor) lalu diulas tipis diatas Parasit atau Penyakit gelas objek yang telah diberi sedikit larutan Untuk mengetahui ikan terserang parasit garam atau penyakit dapat dilakukan beberapa fisiologis kemudian diperiksa Pengamatan Ikan Terserang dibawah mikroskop. pengamatan diantaranya :Warna tubuh ikan, Ektoparasit pada ikan dapat juga ditemukan pergerakan atau tingkah laku ikan, nafsu di insang. Ektoparasit insang biasanya makan ikan, bentuk fisik tubuh ikan, menempel di operkulum, lamela dan filamen terdapat borok atau pendarahan pada tubuh insang juga di lapisan mukus atau lendir ikan Analisa Data Melalui proses analisa dan pengamatan Data hasil inventarisasi parasit ikan yang parasit berupa penyakit ikan golongan parasit ditemukan dianalisa menyerang ikan sampel. Jenis parasit yang dengan menggunakan prepalensi/frekuensi kejadian. Frekuensi Kejadian, di laboratorium jenis-jenis ditemukan Jenis dan ektoparasit terdiri Platyhelminthes. maka dari Jenis dapat yang phylum parasit yang Intensitas Serangan Ektoparasit yang ditemukan dapat digambarkan pada tabel ditemukan pada Ikan Sampel dibawah ini : Tabel 1 : Jumlah Parasit (Individu), Intensitas Serangan Ektoparasit pada 5 jenis ikan di Kolam Unit Perikanan Rakyat (UPR) Kelurahan Bungus Timur Kota Padang No Jenis Ikan Jenis Parasit 1. Ikan Lele Dactylogyrus sp Argulusfoliaceus L 2. Ikan Nila Dactylogyrus sp 3. Ikan Mas Dactylogyrus sp Argulus foliaceus L 4. Ikan Patin 5. Ikan Betok Dactylogyrus sp Argulus foliaceus L Dactylogyrus sp Argulus foliaceus L Lokasi Jumlah Terinfeksi Jumlah Parasit FK (%) Insang Insang Sirip Insang 10 ekor 6 ekor 83 7 100 60,00 IN (Ind/ ekor) 8,30 1,17 8 ekor 55 80,00 6,80 Insang Insang Sirip Insang Insang Insang Insang 8 ekor 5 ekor 65 10 80,00 50,00 8,13 2,00 7 ekor 1 ekor 7 ekor 4 ekor 41 1 30 7 70,00 10,00 70,00 40,00 5,86 1,00 4,29 1,75 Dari tabel terlihat jenis parasit Dactylogyrus ditemukan pada ikan Patin (Pangasius sp yang paling banyak ditemukan pada ikan hypophthalamus) dengan FK 10,00 % dan Lele (Clarias sp) dengan FK 100 % dan IN IN nya 1,00 ind/ekor. nya 8,30 ind/ekor dan yang paling sedikit Kejadian ini dapat terjadi dikerenakan kolam pada ikan Betok (Anabas testudineus) ikan Patin merupakan penyaluran air ke tiga dengan FK 70,00 % sesudah kolam ikan Mas (Cyprinus carpio dan IN nya 4,29 ind/ekor. Linn), dan begitu juga dengan kolam ikan Untuk jenis parasit Argulus foliaceus L yang Betok paling banyak juga ditemukan pada ikan penyaluran air ke tiga dari (Cyprinus carpio Lele (Clarias sp) dengan FK 60,00 % dan Linn) IN nya 1,17 ind/ekor dan yang paling sedikit nilaticus). (Anabas kolam testudineus) ikan Nila merupakan (Oreachromis Kolam ikan sampel di Unit Perikanan Dactylogyrus sp dan Argulus foliaceus L Rakyat (UPR) Bungus Timur dikelola yang ditemukan pada ikan sampel erat dengan cara air pembuangan dari kolam ikan hubungannya dengan kondisi perairan di Lele (Clarias sp) tidak langsung dibuang kolam dan cara penanganannya, karena ketempat pembuangan akir tapi masuk lagi parasit akan tumbuh dan berkembang dalam kedalam kolam ikan Mas (Cyprinus carpio kondisi air kolam kotor dan kepadatan Linn) terus ke kolam ikan Patin (Pangasius penebarannya. hypophthalamus) dan kolam Ikan Nila Media air yang jelek karena sisa pakan dan (Oreachromis nilaticus) dari kolam ikan kotoran dapat berpengaruh pada fisiologis Patin (Pangasius hypophthalamus) langsung ikan. Media air yang banyak mengandung dibuang ke pembuangan akhir. Sedangkan bahan organic dari sisa pakan dan kotoran air kolam Ikan Nila (Oreachromis nilaticus) ikan menjadi media subur bagi kelangsungan masuk ke dalam kolam ikan Betok (Anabas hidup testudineus) terus ke pembuangan akhir. membahayakan ikan (Saparinto, 2013). Pada kolam Lele dapat Whendarto (1988), menyatakan penyebab didapatkan DO rendah yaitu 5 ppm karena dan cara penularan parasit ikan dalam kolam banyaknya yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu memerlukan oksigen untuk prosesnya dan : kondisi air, padat tebar ikan, pencahayaan, ikan Lele (Clarias sp) juga diberi pakan pakan, penggantian air dan sanitasi. tambahan limbah potongan ayam, selain itu Dari hasil pemeriksaan parasit pada ikan pada kolam ikan sampel di Unit Perikanan sampel, jenis parasit Dactylogyrus sp dan Rakyat (UPR) Bungus Timur, terutama pada Argulus foliaceus L hampir pada setiap kolam ikan Lele (Clarias sp) dipelihara sampel yang diperiksa parasitnya banyak dengan kepadatan 25 ekor / m2 sehingga ditemukan di bagian insang. Serangan membuat kualitas air menjadi kotor dan parasit ini ditandai dengan meningkatnya buruk. Sedangkan menurut Sugiarto, (1988) frekuensi pernapasan ikan, kondisi tubuh dalam lemah Sarben sp) yang juga proses (Clarias mikroorganisme dekomposisi (2010), mengatakan pemeliharaan ikan pada kolam tanah atau sawah sebaiknya padat tebar ikan tidak lebih dari 10 2 ekor/m . Pertumbuhan parasit dan nafsu makan berkurang (Hardjamulia, 1990 dalam Sarben, 2010). Kualitas Air Kolam UPR dapat digambarkan pada tabel dibawah ini : Tabel 2 : Kualitas Air Kolam UPR di Kelurahahn Bungus Timur Kot Padang Parameter Kualitas No Ikan Sampel Air Kolam pH Suhu (0C) Ket. DO (ppm) 1. Ikan Nila (Oreachromis nilaticus) 28,5 6,55 6 2. Ikan Lele (Clarias sp) 29,3 7,79 5 3. Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) 28,4 6,98 6,82 4. Ikan Patin (Pangasius hypophthalamus) 29 6,79 5,51 5 Ikan Betok (Anabas testudineus ) 29,2 6 5,41 Dari tabel hasil pengujian kualitas air kolam menjadi gepeng dan memungkinkan akan ikan sampel dengan parameter uji suhu, pH keluar dan DO didapatkan data salah satu kolam berlangsung dalam tiga hari. Fluktuasi suhu yang memiliki pH diatas batas maksimum yang untuk beradaptasi yaitu 7,79 dan DO gangguan respirasi dan sistem enzim tidak terendah 5 ppm pada kolam Lele (Clarias berjalan dengan baik akan menyebabkan sp). Menurut Usman, (2007) dalam Sarben terjadinya stres. (2010), dapat Konsentrasi oksigen yang normal untuk beradaptasi dengan lingkungan pada kisaran kehidupan sebagian besar ikan adalah pH antara 5-9. Sedangkan pH optimal untuk berkisar antara 5-8 ppm, dan oksigen sebagian besar ikan air tawar yaitu 6,5-7,5. minimum yang masih dapat diterima untuk Untuk dapat tumbuh dan berkembang ikam kehidupan ikan adalah 5 ppm walau membutuhkan sebagian ikan masih dapat bertahan hidup sebagian besar kisaran ikan suhu o tertentu. o dari pembuluh, tinggi juga kematian akan akan menimbulkan Fluktuasi suhu antara 12 C-32 C dapat pada ditolerir oleh ikan dan tidak memberikan Konsentrasi yang rendah dapat membuat dampak yang serius. Apabila diluar kisaran ikan stress dan mati, ikan akan melihatkan tersebut maka ikan mengalami gangguan, tingkah laku dengan kondisi kurang oksigen maka perlu melakukan adaptasi. Perubahan (anoxia) yaitu sering muncul kepermukaan suhu dari o 24 C menjadi o 4C akan menimbulkan haemolisa, dimana eritrosit konsentrasi oksigen 3 ppm. untuk mendapatkan oksigen. Apabila kondisi gawat oksigen (hypoxia) dimana oksigen diambil di kolam sangat terbatas maka ikan akan diam. Rakyat (UPR) di Kelurahan Bungus Timur Menurut Afrianto dan Liviawati (1994), Kota timbulnya serangan penyakit ikan di kolam ektoparasit, maka dapat disimpulkan hasil merupakan hasil interaksi yang tidak serasi dari antara ikan dengan kondisi lingkungan dan berikut: organisme parasit. Interaksi yang tidak serasi 1. Dari 5 jenis sampel ikan masing-masing ini menyebabkan ikan stres, kondisi tubuh 10 ekor ikan per sampel, diambil secara lemah terserang acak (random) dengan jumlah total ikan penyakit. Kepadatan tebar yang terlalu tinggi 50 ekor yang di uji, maka dapat juga menyebabkan ikan mudah terserang ditemukan 2 (Dua) jenis ektoparasit dari parasit karena intensitas gesekan tubuh ikan 2 semakin sering. (Dactylogyrus Ikan yang terserang ektoparasit terlihat pasif (Argulus foliaceus L). dan akhirnya mudah Padang dengan penelitian (Dua) ikan Unit Perikanan parameter tersebut klas adalah yaitu sp) uji sebgai : Trematoda dan Crustacea dan cenderung mengapung di permukaan air, 2. Dari hasil penelitian terhadap 5 jenis sulit bernafas, sisik tubuh menjadi rusak dan ikan sampel yang diuji ektoparasitnya, rontok, ikan kurus dan pertumbuhan lambat. yang paling banyak ditemukan adalah Terlihat adanya binti-bintik putih terutama jenis parasit Dactylogyrus sp pada ikan pada bagian sirip, tutup insang dan ekor. Lele (Clarias sp) dengan jumlah parasit Ikan sering terlihat menggosok-gosokan (individu) : 83, frekuensi : 100 % dan tubuhnya kedasar kolam atau benda-benda intensitas : 8,30 ind/ekor dan yang paling keras. sedikit pada ikan Betok (Anabas testudineus) dengan FK 70,00 % dan IN nya 4,29 ind/ekor. KESIMPULAN DAN SARAN yang paling banyak juga ditemukan pada Kesimpulan ikan Lele (Clarias sp) dengan FK 60,00 Dari penelitian terhadaap sampel Ikan Lele (Clarias sp), Untuk jenis parasit Argulus foliaceus L Ikan Nila (Oreachromis nilaticus), Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn), Ikan Patin (Pangasius hypophthalamus) dan Ikan Betok (Anabas testudineus ) yang % dan IN nya 1,17 ind/ekor dan yang paling sedikit ditemukan pada ikan Patin (Pangasius hypophthalamus) dengan FK 10,00 % dan IN nya 1,00 ind/ekor. 3. Hampir keseluruhan sampel yang diperiksa, semuanya terdapat parasit dengan jenis ektoparasit yaitu : Dactylogyrus sp dan Argulus foliaceus L. Saran Penelitian tentang Inventarisasi Parasit ikan pada Unit Perikanan Rakyat (UPR) di Kelurahan Bungus Timur Kota Padang untuk berkelanjutan dapat agar dilakukan permasalahan secara yang berhubungan dengan penyakit yang sering ditimbulkan oleh bakteri, jamur dan virus dapat diatasi dengan cara memberikan solusi untuk pemecahan masalah yang mungkin dapat diterapkan oleh para pembudidaya ikan air tawar yaitu menciptakan obat untuk menghambat pertumbuan parasit yang relatif murah dan mudah diperoleh. DAFTAR PUSTAKA Alifuddin, et al. 2003. Parasit pada Ikan Hias Air Tawar. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Cholik F, dkk. 1986. Pengelolaan Kwalitas Air Kolam Ikan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Jakarta. Fernando, 1972. Methods for the study of freshwater fish parasites. University of Canada. Biology Series, 2 : 1-44 p. Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology : A n Outline. Weinheim. New York . PWN-Polish Scientific Publisher. Warszawa. Hal 3-267 Jangkaru, Z. 1995. Pembesaran Ikan Air Tawar. Penerbit Swadaya. Jakarta Kabata, Z, 1985. Parasites and diseases of fish cultured in the tropics, Parasit Biological Station Nanaimo. British Columbia. Canada. Kabata, Z. 1991. Parasit dan Penyakit Ikan yang Diternukan Dikawasan Tropika (Terjemahan Faisal Shaharom). Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur. Mulyani, et al. 2001. Inventarisasi Parasit pada Ikan Kembung Perempuan (Rastrell gerheglectus) Ikan Selar Kuning (Carax leptalelepis) dan Ikan Belanak (Mugil sp) dari Tempat Pelelangan Ikan TPI Karang Antu, Serang Banten. Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural University). Noble E.R, G.A dan Noble, G.A 1987. Parasitology L The Biology of Animal Parasites Lea and Febiger. Philadelphia. London. Nurudin dan Maya. 2011. Identivikasi Parasit pada Lele (Clarias sp). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Univerditas Negeri Semarang. Sarben. 2010. Inventarisasi Parasit Ikan pada Kolam CV. Carvio Group di Desa Sungai Bangek. Falkutas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Padang. Sari. D.N. 2013. Isolasi Parasit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Lele (Clarias sp). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Saparinto, 2013. Sukses Pembenihan 6 Jenis Ikan Air Tawar Ekonomis. Ed. I Yogyakarta. Lily Publisher. Usman, 2007. Parasit dan Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. Whendarto dan Madyana. 1998. Mengenal Ikan Hias, Pemeliharaan, Penyakit dan Pengobatan. Penerbit Eka Offset. Semarang.