Refleksi Pembelajaran Kimia di Program Studi S1 Kesehatan

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 REFLEKSI PEMBELAJARAN KIMIA DI PROGRAM STUDI S1
KESEHATAN MASYARAKAT STIKES DHARMA HUSADA
BANDUNG
Nina Rosliana 1 dan Anna Permanasari 2
1) Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung
2) Program Studi S3 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai alumni Sekolah Tinggi Kesehatan Masyarakat (STIKes) dapat
melakukan pekerjaan profesinya dengan baik, jika mempunyai kompetensi kimia yang memadai. Tetapi di
sisi lain matakuliah kimia sering dianggap sulit, sehingga sulit untuk mendapat nilai yang bagus, bahkan
untuk sekedar lulus saja. Hal ini akan menjadi tekanan bagi mahasiswa. Peneliti ingin mengetahui
bagaimana refleksi mahasiswa terhadap pembelajaran kimia dengan maksud untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa tertekan terhadap pembelajaran kimia dan angka ketidaklulusan pada mahasiswa
melaui suatu strategi atau program perkuliahan kimia yang dapat diterima dengan baik oleh mahasiswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, menggunakan kuesioner, model
penelitiannya deskripsi observasional, untuk melihat refleksi mahasiswa mengenai pembelajaran kimia di
Prodi S1Kesehatan Masyarakat STIKes DHB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang memiliki
tanggapan negatif cukup tinggi ( > 50% ) adalah tanggapan mahasiswa terhadap bahan ajar, maka bahan
ajar harus dikaji lagi supaya relevan dengan profesi Kesehatan Masyarakat sehingga mahasiswa termotivasi
untuk mempelajarinya karena akan berpengaruh terhadap kompetensi profesinya kelak. Bahan ajar perlu
dirumuskan lagi mulai dari standar kompetensi dan kompetensi dasarnya, sehingga akan muncul pokok
bahasan apa yang penting untuk dikemukakan di kelas yang relevan dengan profesi Kesehatan Masyarakat,
juga dibuat indikator yang jelas, supaya tujuan pembelajaran tercapai.
Kata Kunci : kimia, refleksi, kompetensi, pembelajaran
PENDAHULUAN
El-Farargy (2009), melakukan penelitian
dengan cara pendekatan pembelajaran kimia
kepada mahasiswa Kesehatan Masyarakat
dengan menggunakan poster. Diperoleh
perubahan sikap mahasiswa Kesehatan
Masyarakat terhadap pembelajaran kimia,
yang tadinya menolak menjadi menerima.
Selama bertahun-tahun yang lalu, telah
banyak
dilakukan
penelitian
tentang
pembelajaran kimia dan sains di sekolahsekolah ataupun di tingkat perguruan tinggi,
tetapi penelitian tentang pembelajaran kimia
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
masih jarang dilakukan, padahal masih
banyak penolakan / ketidaksukaan dari
mahasiswa STIKes terhadap materi kimia
yang masih belum tertangani, sementara
pekerjaan
tenaga kesehatan yang akan
menjadi profesi alumni STIKes, hampir
selalu berkaitan dengan kimia, maka
dirasakan perlu dilakukan pendekatan kimia
terhadap
mahasiswa
STIKes
melalui
relevansi kimia dengan kehidupan sehari-hari
dan profesi Kesehatan Masyarakat. Nancy
Sarjana Kesehatan Masyarakat akan dapat
melakukan pekerjaan dengan baik, jika
mempunyai kompetensi
kimia yang
memadai. Bagi mahasiswa Kesehatan
Masyarakat, untuk memudahkan dalam
mempelajari matakuliah-matakuliah tertentu
selanjutnya,
maka
perlu
mempunyai
kompetensi dalam matakuliah kimia,
terutama pada saat mempelajari matakuliah;
biokimia, farmakologi, kesehatan lingkungan,
asuhan keperawatan, dan kebutuhan dasar
426 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 manusia1, kebutuhan dasar manusia 2 dan
kebutuhan dasar manusia 3. Untuk
mempelajari matakuliah-matakuliah tersebut
perlu didukung oleh kompetensinya dalam
bidang kimia yang diperoleh mahasiswa dari
matakuliah kimia.
bisa mencapai lebih dari 30% , seperti yang
ditunjukkan oleh data nilai UAS Kimia
Program S1-Kesehatan Masyarakat semester
I - tahun ajaran 2012 / 2013; dari 86 orang
mahasiswa yang mendapat nilai A hanya 5
orang (5,8 %), nilai B ada 9 orang (10,5 %),
nilai C ada 45 orang (52,3%), nilai D ada 22
orang (22,6 %), dan nilai E ada 5 orang (5,8
%). Tampak bahwa yang tidak lulus
mencapai 31,4 % (= 25,6% nilai D + 5,8%),
dan yang lulus pun mayoritas hanya
bertumpu pada nila C saja.
Perkuliahan Kimia yang diberikan kepada
mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat di
STIKes DHB adalah perkuliahan wajib dan
merupakan rumpun kimia dasar. Matakuliah
ini memiliki beban dua sks dan dilaksanakan
pada semester ganjil. Mahasiswa mengontrak
matakuliah ini pada semester satu. Bahan ajar
kimia perlu diberikan kepada mahasiswa
calon Sarjana tenaga kesehatan karena
berkaitan erat dengan bidang pekerjaan yang
akan ditekuninya kelak, dengan diberikannya
matakuliah kimia maka akan menjadi bekal
didalam menjalankan profesinya.
Sudah menjadi pendapat umum di kalangan
siswa maupun mahasiswa yang bukan
jurusan kimia bahwa pelajaran kimia
dianggap sulit untuk dimengerti, karena
mereka menganggap begitu banyak teori,
rumus dan anomali-anomali dalam ilmu
kimia yang harus dikuasai, selain soal-soal
yang dianggap sulit untuk dijawab.
Kimia sering dianggap sulit untuk dipelajari
(Johnstone,
1999).
Sebagian
orang
(khususnya dengan latar belakang pendidikan
tidak terkait langsung dengan kimia) melihat
kimia
sebagai
yang
abstrak
dan
membosankan, dan hanya mereka yang
cerdas secara akademis bisa mempelajari
subjek ini (Osborne et al., 2003). Tampaknya
disini yang penting adalah kurikulum yang
harus bisa mencerminkan kebutuhan para
mahasiswa, dan berguna bagi karir masa
depan mereka, juga untuk mengembangkan
pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan
masalah yang terkait dengan karier (Daly,
1998; Eddy, 2000 ).
Matakuliah kimia masih sering disegani atau
mungkin kurang disukai karena dianggap
sulit, sulit untuk difahami sehingga sulit
untuk mendapat nilai yang bagus atau bahkan
sulit untuk sekedar lulus saja. ” Image sulit ”
ini membuat mahasiswa menjadi malas untuk
mendekati atau membuat dirinya menjadi
familiar dengan matakuliah ini, sehingga
keadaan tidak menjadi baik bagi dirinya
karena di sisi lain ia dituntut untuk lulus
matakuliah tersebut. Hal ini tentu akan
menjadi tekanan tersendiri bagi mahasiswa
tersebut.
Peneliti
mencoba
untuk
mengetahui
bagaimana refleksi mahasiswa terhadap
pembelajaran kimia di STIKes DHB, dengan
maksud
untuk
mengurangi
atau
menghilangkan tekanan tersebut sekaligus
untuk memperkecil atau menghilangkan
angka ketidaklulusan, ingin menghilangkan
”Image sulit” pada mahasiswa calon Sarjana
Tenaga Kesehatan. Untuk selanjutnya akan
dibuat suatu strategi atau program dalam
perkuliahan kimia sehingga dapat diterima
dengan lebih mudah oleh mahasiswa.
Harapan dari setiap kontrak matakuliah
adalah kelulusan, tetapi pada kenyataannya
untuk matakuliah kimia di S1 Kesehatan
Masyarakat STIKes DHB, selalu saja ada
yang tidak lulus bahkan kadang cukup
banyak mengingat mahasiswanya ada yang
berasal dari jurusan IPS, SMK, Keagamaan,
dll., dimana bagi mereka pelajaran kimia
tidak familiar karena sewaktu di SLTA tidak
mendapatkan pelajaran kimia. Ditambah
mahasiswa yang berasal dari SMA IPA-pun
banyak yang tidak kompeten dalam
matakuliah kimia, sehingga yang tidak lulus
427 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 Mahasiswa untuk dapat memiliki kompetensi
kimia tidak cukup hanya dengan mempelajari
teori dan rumus-rumus atau juga mengetahui
anomali-anomalinya, tetapi harus memahami
konsepnya, rajin berlatihan soal, aktif
bertanya di kelas kalau ada yang tidak
dimengerti atau diskusi dengan yang lebih
pandai. Selain itu, referensi yang digunakan
tidak cukup satu saja tetapi harus ada
referensi lain yang relevan sebagai
pendamping dalam pemahaman konsep dan
pemecahan soal-soal. Dengan demikian
kompetensi kimia dari mahasiswa akan
meningkat. Jadi bagaimana dan apa yang
harus dilakukan untuk mencapai harapan di
atas ?
mempelajari karakteristik mahasiswa yang
akan menerima pelajaran tersebut dalam hal :
latar belakang pendidikan SLTA sebelumnya,
usia, kendala dalam belajar kimia, gaya
belajar yang mereka sukai, dll. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan penelitian terhadap mahasiswa
yaitu untuk mengetahui refleksi mereka
terhadap pembelajaran kimia di STIKes
DHB.
Studi dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) DHB pada Program
Studi S1 Kesehatan Masyarakat. Studi
difokuskan kepada pembelajaran kimia.
Dalam studi disebarkan kuesioner kepada
mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan
Masyarakat yang sudah pernah mendapat
pembelajaran
kimia.
Jawaban
dalam
kuesioner ini hanya memilih ya atau tidak,
dengan maksud untuk mendapat jawaban
yang tegas.
Persepsi dan sikap yang berkaitan dengan
sains dan belajar adalah penting. Dengan
melibatkan mahasiswa dalam pembelajaran
supaya lebih aktif lagi, diharapkan mereka
dapat
mengembangkan
kemampuannya
sendiri dan menjadi peserta didik yang baik.
Kimia dapat dipilih dan disajikan sedemikian
rupa sehingga dianggap relevan dengan
kehidupan kerja mereka sebagai tenaga
kesehatan. Kesempatan untuk melakukan
kegiatan yang meliputi; melihat kenyataan,
membuat keputusan, dan bersikap kritis
merupakan keterampilan yang penting untuk
dikembangkan dan digunakan di tempat
kerja.
Sangat penting bagi pengajar untuk dapat
merefleksikan
kebijakan
dan
praktik
pendidikan yang terkait dengan belajar dan
mengajar. Ini akan meningkatkan kualitas
pengajaran dan pendekatan untuk mendorong
pembelajaran bagi mahasiswa. Menurut
Kellogh dan Kellogh (1999); pengajaran,
pembelajaran,
dan
penilaian
semua
berhubungan. Jadi para pendidik perlu
pengetahuan dan pemahaman yang memadai
tentang bagaimana peserta didik belajar,
dalam rangka untuk mengembangkan
pengajaran, pembelajaran dan metode
penilaian yang efektif.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas,
maka dapat dirumuskan yang menjadi
pertanyaan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimanakah refleksi mahasiswa terhadap
pembelajaran kimia di Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKes DHB ?
Dari pertanyaan penelitian tersebut dapat
diuraikan menjadi beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
1. Bagaimana ketertarikan mahasiswa
terhadap pembelajaran kimia ?
2. Bagaimana pendapat mahasiswa
terhadap pembelajaran kimia yang
sudah dialaminya?
3. Bagaimana pendapat mahasiswa
terhadap fasilitas untuk pembelajaran
kimia?
4. Kendala apa saja yang ditemui
mahasiswa dalam pembelajaran
kimia?
5. Pembelajaran kimia yang bagaimana
yang diharapkan ?
Tujuan umum
Penelitian ini mempunyai tujuan umum untuk
mengetahui
refleksi
mahasiswa
S1-
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran
dengan hasil yang baik, selain kurikulumnya
yang harus sesuai maka tentunya kita harus
428 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 Kesehatan Masyarakat STIKes DHB
terhadap pembelajaran matakuliah Kimia.
Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian
deskripsi observasional, untuk melihat
refleksi dari mahasiswa mengenai
pembelajaran kimia di Prodi S1Kesehatan
Masyarakat STIKes DHB
Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai
dalam penelitian ini antara lain:
1. Untuk
mengetahui
tanggapan
mahasiswa
terhadap
materi
matatakuliah kimia
2. Untuk
mengetahui
tanggapan
mahasiswa terhadap pengajaran kimia
3. Untuk
mengetahui
pendapat
mahasiswa mengenai kesesuaian bahan
ajar kimia
4. Untuk
mengetahui
pendapat
mahasiswa
tentang
fasilitas
pembelajaran kimia
5. Untuk mengetahui cara pembelajaran
kimia yang diharapkan oleh mahasiswa
6. Untuk
mengetahui
pemahaman
mahasiswa terhadap profesi kesehatan
masyarakat ditinjau dari aspek kimia
Rancangan Penelitian
Untuk mengetahui refleksi mahasiswa
sebagai responden terhadap pembelajaran
kimia di S1 STIKes DHB, maka dibuat
kuesioner yang relevan dan diujikan terlebih
dahulu, kemudian diisi oleh mahasiswa.
Respondennya adalah mahasiswa Prodi S1
Kesehatan Masyarakat dan yang sudah
pernah mendapat pembelajaran kimia di
STIKes DHB sebanyak 60 (enam puluh)
orang. Jawaban kuesioner bersifat tertutup
dengan
maksud
untuk
memudahkan
responden mengisi kuesionernya, tanpa
mengurangi keakuratan hasil penelitian.
Hasilnya diolah secara statistik sehingga
dapat terdeskripsi refleksi mahasiswa
terhadap pembelajaran kimia di S1 STIKes
DHB.
Manfaat Penelitian
Matakuliah Kimia merupakan matakuliah
wajib bagi mahasiswa calon Sarjana
Kesehatan Masyarakat yang dapat dijadikan
wadah bagi pemahaman konsep kimia dan
meningkatkan keterampilan berpikir reflektif
yang sangat diperlukan oleh mahasiswa saat
pembelajaran
maupun
untuk
praktek
profesional.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan
melalui pengisian kuesioner yang sudah
diujikan terlebih dahulu di tempat yang
memiliki karakter yang mirip dengan sampel
penelitian. Pengisian kuesioner dilakukan
oleh responden yang didampingi peneliti,
kemudian dihimpun oleh peneliti.
Berdasarkan hal di atas maka manfaat
penelitian ini adalah:
1. Sumbangan bagi pengembangan
pembelajaran kimia
2. Sebagai masukan dalam mengevaluasi
pembelajaran
3. Alternatif pembelajaran bagi dosen
4. Model pembelajaran bagi mahasiswa
calon Sarjana Kesehatan Masyarakat .
Analisis Data
•
Pengolahan Data
1. Editing
Data yang diperoleh dari setiap
kuesioner
di cek ; apakah jawaban kuesioner
sudah lengkap, jelas, relevan dan
konsisten.
2. Koding
Data dari kuesioner yang berupa tulisan
dan sudah diedit diberi kode dengan
angka untuk memudahkan dalam
pengolahan data selanjutnya.
BAHAN DAN METODE
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survey dengan menggunakan
kuesioner yang relevan.
429 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 mengenai bahan ajar, cara pembelajaran,
ataupun fasilitas, sesuai dengan hasil
kuesioner dalam penelitian ini.
3. Processing
Setelah diberi kode maka data di-entry
ke paket program komputer yang sudah
dipilih sehingga dapat diproses secara
komputerisasi.
HASIL DAN DISKUSI
4. Cleaning
Setelah processing data, dilakukan
cleaning (pembersihan data), kegiatan
ini merupakan pengecekan kembali
terhadap data yang telah di-entry
sekaligus
untuk
memperbaiki
kesalahan sewaktu entry data.
•
Analisis Data
Data yang telah diolah selanjutnya
dianalisis
secara
visual
untuk
diinterpretasikan
dan
disimpulkan,
sehingga dapat menjawab pertanyaanpertanyaan dari penelitian ini dan dapat
tercapainya tujuan dari penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah
kuesioner, kuesioner yang dibuat semula
terdiri atas 35 soal yang terdiri atas 7 variabel
seperti yang tercantum pada tabel di bawah
ini, yaitu ; karakteristik mahasiswa,
tanggapan mengenai mata kuliah Kimia,
tanggapan mengenai Dosen, tanggapan
mengenai metode, tanggapan mengenai
bahan ajar, pendapat mengenai fasilitas
pembelajaran kimia, dan pemahaman
mengenai profesinya.
Setelah kuesioner diujicoba di Program Studi
S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Jenderal
Achmad Yani, terhadap 28 orang (semula
diperuntukan untuk 30 orang tetapi yang dua
orang lagi tidak mengembalikan kuesioner),
maka soal yang valid dan reliabel tinggal 30
soal. Ke-30 soal inilah yang digunakan dalam
penelitian ini terhadap 60 responden, yaitu
mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan
Masyarakat
STIKes
DHB.
Kisi-kisi
instrumen yang digunakan adalah sebagai
berikut (table 1):
Cara Penafsiran
Hasil yang diperoleh dari kuesioner
dikelompokkan kedalam dua katagori, yaitu
katagori positif (tanggapan positif, nilai=1)
dan katagori negatif (tanggapan negatif, nilai
= 0). Maksudnya disini adalah tanggapan
positif / negatif terhadap pembelajaran kimia
yang berlangsung di S1 STIKes DHB. Jika
tanggapan positifnya signifikan (nilai positif
lebih dari 50%) maka cara pembelajaran yang
sekarang berlangsung berarti sudah baik.
Tetapi jika tanggapan negatifnya justru yang
signifikan (nilai negatif lebih besar dari
50%), maka berarti masih ada kekurangan
dalam pembelajaran kimia di S1 STIKes
DHB dan selanjutnya harus dibuat rencana
untuk perbaikan.
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
NO
1
2
3
4
5
6
7
Penyimpulan Hasil Penelitian
Jika dari hasil penelitian disimpukan bahwa
tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran
kimia di STIKes DHB adalah positif maka
berarti pembelajaran yang telah berlangsung
selama ini sudah baik dan perlu
dipertahankan, tetapi jika yang terjadi adalah
sebaliknya maka pembelajaran yang ada
sekarang perlu diperbaiki, harus dibuat
rancangan untuk perbaikan selanjutnya, baik
Dari instrumen yang disebar kepada 60
responden sebagai subyek penelitian (sampel)
diperoleh data yang dapat menggambarkan
refleksi mahasiswa terhadap pembelajaran
kimia di Program Studi S1 Kesehatan
Masyarakat STIKes DHB, adapun data hasil
430 SUBJEK / VARIABEL
∑SOAL
Karakteristik mahasiswa
1
Tanggapan mengenai mata kuliah
5
Tanggapan mengenai Dosen
6
13
Tanggapan mengenai metode mengajar
Tanggapan mengenai bahan ajar
1
Pendapat mengenai fasilitas
2
Pemahaman mengenai profesinya
2
TOTAL JUMLAH SOAL
30
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 penelitian tersebut adalah seperti pada tabel 2
di bawah ini.
Tabel 2. Refleksi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Kimia
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PENILAIAN
POSITIF
NEGATIF
VARIABEL
Karakteristik Mahasiswa
Matakuliah Kimia
Dosen
Metode Mengajar
Bahan ajar
Fasilitas
Pemahaman Profesi
JUMLAH
TOTAL
Frek.
Persen
Frek.
Persen
Frek.
Persen
34
184
227
491
21
43
92
57
61,3
63
63
35
35,8
76,7
26
116
133
289
39
77
28
43
38,7
37
37
65
64,2
23,3
60
300
360
780
60
120
120
100
100
100
100
100
100
100
Keterangan: frek = frekuensi
Untuk memudahkan analisis, maka data di atas diubah kedalam bentuk grafik kolom sbb :
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
43.00% 38.70%
37%
23%
37%
65.00% 64.20%
57.00% 61.30%
63%
77%
63%
35.00% 35.80%
NEGATIF
POSITIF
Gambar 1. Grafik Refleksi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Kimia
Dari grafik tampak bahwa yang memiliki
tanggapan negatif cukup tinggi ( > 50% )
adalah tanggapan mahasiswa terhadap bahan
ajar yang paling tinggi disusul dengan
tanggapan terhadap fasilitas pembelajaran.
Tampaknya kedua item inilah yang penting
431 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 untuk
diprioritaskan
supaya
segera
ditindaklanjuti. Yang bertanggung jawab
untuk menangani kekurangan fasilitas adalah
institusi pendidikan yang bersangkutan dalam
hal ini adalah STIKes DHB, sedangkan
kekurangan dalam bahan ajar menjadi
tanggungjawab dosen. Jadi yang penting
untuk ditindaklanjuti oleh peneliti adalah
masalah bahan ajar. Bahan ajar perlu dikaji
lebih lanjut, harus tampak relevansinya
dengan profesi Kesehatan Masyarakat
sehingga mahasiswa termotivasi untuk mau
mempelajarinya karena akan berpengaruh
terhadap kompetensi profesi dan karirnya
kelak. Bahan ajar perlu dirumuskan lagi
mulai dari standar kompetensi dan
kompetensi dasarnya, sehingga akan muncul
pokok bahasan apa yang penting untuk
dikemukakan di kelas yang ada relevansinya
dengan profesi Kesehatan Masyarakat, dan
juga harus dibuat indikator yang jelas,
supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam
pembelajaran Kimia supaya lebih berkaitan
dengan
profesi
Sarjana
Kesehatan
Masyarakat
dan keseharian masyarakat,
yaitu dengan cara melakukan pengembangan
perkuliahan Kimia Kontekstual di Prodi S1
Kesehatan Masyarakat STIKes DHB.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Abrari Rusyan.1989.Pendekatan dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remadja Kosdakarya
[2]. Creswell, John W. 2008. Educational
Research. New Jersey : Pearson
Education, Inc.
[3]. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto,
Sutijan.2000.Belajar dan Pembelajaran
I.Surakarta: UNS
[4]. Hastono, Sutanto P. 2001. Analisis Data
. Jakarta : Fakultas Kesehatan
Masyarakat:UI
[5]. C., Laurie & R., Sandra.2003. Sains
Dalam Tenaga Kesehatan. Jakarta :
EGC
[6]. Mulyasa.2007. Menjadi
Guru
Profesional. Bandung : PT Remadja
Kosda karya
[7]. Nursalam & Efendi, F. 2008. Pendidikan
Dalam tenaga kesehatan. Jakarta.:
Salemba Medika
[8]. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar
Statistik Pendidikan, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
[9]. www.rsc.org/cerp. Peter Hall and
Wynne Evans. 2006. Open learning
support for foundation chemistry as
taught to health science students
Jadi setelah penelitian ini ada tindaklanjut
yang harus dikerjakan, untuk pihak institusi
adalah mengatasi kekurangan fasilitas,
sedangkan untuk dosen adalah merumuskan
standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, dan bahan ajar, yang divalidasi
terlebih dahulu sebelum digunakan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
• Dari hasil penelitian mengenai refleksi
mahasiswa terhadap pembelajaran Kimia
ini diperoleh bahwa bahan ajar dan
fasilitas pembelajaran menjadi prioritas
untuk segera diperbaiki
• Perlu dirumuskan kembali standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
dan bahan ajar Kimia disesuaikan dengan
visi dan misi prodi S1 Kesehatan
Masyarakat
• Fasilitas pembelajaran perlu dilengkapi
untuk untuk mendukung tercapainya
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Saran
*
[10].www.rsc.org/cerp. Neil A. Williams ,
Will Bland and Gillian Christie.
2007.Improving student achievement
and satisfaction by adopting a blended
learning approach to inorganic chemistry
a
[11].www.rsc.org/cerp. Isabelle Kermen and
b
Martine Méheut . 2008. Different
models used to interpret chemical
changes: analysis of a curriculum and its
impact on French students’ reasoning.
432 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 [12].www.rsc.org/cerp. Nancy El-Farargy.
2009.
Chemistry
for
student
nurses:applications-based learning.
433 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 Nama Penanya : Yohanes Martono
Instansi
: UKSW
Pertanyaan
: Kompetensi kimia utama apakah yang dibutuhkan mahasiswa STIKES ?
Jawaban
: Mahasiswa STIKES harus memilki kompetensi mengenai :
1. Stoikiometri
2. Kimia Larutan (Oralit, cairan infus, pelarut obat, asam-basa darah
dan cairan tubuh, dll.)
3. Kinetika (Peluruhan dalam pengobatan tumor/kanker, laju dan
penyembuhan/ pengobatan,dll.)
4. Thermokimia (Panas untuk pengobatan, suhu tubuh, dll.)
5. Kimia Lingkungan (Pencemaran Zat Kimia)
434 
Download