KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS KEMARITIMAN (Studi pada Kabupaten Kepulauan Anambas) NASKAH PUBLIKASI Oleh : ARFANDI 100565201176 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2015 1 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS KEMARITIMAN (Studi pada Kabupaten Kepulauan Anambas) Oleh; ARFANDI ABSTRAK Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam pembangunan perekonomian. Pariwisata merupakan salah satu contoh fenomena global yang berkembang pesat di era abad XX. Sebagai Negara maritim, Indonesia memiliki keragaman ekosistem dan daya tarik alam laut yang merupakan sebuah modal yang bisa menjadi daya tawar bagi para investor untuk mengembangkannya. Sebagai Negara, Indonesia terdiri atas daerah-daerah maritim yang salah satunya Kepulauan Anambas. Sebagai daerah maritim Anambas memiliki limpahan sumber daya alam pariwisata berbasis kemaritiman dengan di dukung letak strategis yang berada pada jalur pengembangan New Regional Cruise Corridors dari Singapura-Manila-Hongkong. Kondisi georgafis dengan dukungan letak yang strategis menempatkan peran pariwisata sebagai lokomotif pembangunan ekonomi daerah Kepulauan Anambas. Pariwisata sebagai industri multi sektoral melibatkan banyak unsur dan aspek di dalam pengembangannya, sehingga dengan demikian di dalam pengembangannya sangat di butuhkan sebuah kebijakan sebab kebijakan merupakan dasar pijakan di dalam proses pengembangan pariwisata itu sendiri. Kebijakan pengembangan pariwisata berbasis kemaritiman di lihat dari proses implementasi kebijakan Rencana Strategis Pariwisata, Proses implementasi di ukur melalui variabel yang di kemukakan oleh Van Mater dan Van Horn. selanjutnya Metode Kualitatif Deskriptif di bantu Survei di pergunakan dalam proses pengumpulan data. Wawancara, observasi serta survei yang di lakukan menampilkan hasil yang sedikit jauh dari harapan berkembangnya pariwisata maritim di Kepulauan Anambas. Variabel-variabel di dalam proses implementasi yang belum saling mendukung serta tidak jelasnya standar dan sasaran dari kebijakan itu sendiri mengakibatkan kurang tersedianya atau terciptanya prasarana kepariwisataan sehingga mengahambat tumbuh kembangnya industri kepariwisataan maritim di Kepulauan Anambas. Harapan kedepannya Pemerintah Kepulauan Anambas lebih sensitif dalam melihat peluang dari sumber daya alam laut sektor pariwisata yang lebih berpotensi di dalam pembangunan perekonomian dan pembangunan ekonomi masyarakat daerah. Berbagai hal tersebut akan terwujud melalui kebijakankebijakan yang lebih berfokus kepada pengembangan pariwisata berbasis kemaritiman. Kata kunci: Kebijakan, Pengembangan, Pariwisata Maritim. 2 ABSTRACT Tourism as a sector has taken an important role in economic development. tourism is one example of a global fenomena which is growing rapidly in the era of the twentieth century. as a maritime country, indonesia has a diversity of ecosystems and marine natural appeal which is a capital that can be dayar bargain for investors to develop it. as a maritime country, Indonesia consists of maritime areas, one of which areas Anambas. as a maritime area Anambas have abundance of natural resources-based tourism with the support of maritime strategic location in the path ofdevelopment The New Regionalcorridors Cruise from Singapore-Manila-Hongkong. as a result of the geographical conditions to support strategic location puts the role of tourism as a locomotive of regional economic development Anambas. tourism as an industry multi-sectoral involving many elements and aspects of the development, and thus in the development is in need of a policy because the policy is the foundation in the process of tourism development itself. Policy development of tourism-based maritime in view of the implementation of public policy tourism strategic plan, a general policy formulated by the operator of the tourism department of local government affairs in the field of tourism. the implementation process is measured through the variable being addressed by Van Mater and Van Horn. the next method is qualitative descriptive survey aids in use in the data collection process. interviews, observation and surveys undertaken show results slightly short of expectations in the development of maritime tourism Anambas. the variables in the process of implementation has not been mutual support and the lack of standards and objectives of the policy itself lead to lack of availability or the creation of infrastructure of tourism so that mengahambat the growth industries of tourism maritime Anambas. hope the future of local government Anambas more sensitive in in looking at opportunities of marine natural resources more potential tourism sector in regional economic development and economic development of local communities. various things will happen through policies that focus more on the development of maritime-based tourism. Keywords: Policy, Development, Tourism Maritime. 3 menyangkut banyak bidang yang 1. salah satunya pariwisata (Daeng PENDAHULUAN. Ayub, A. Latar Belakang. 2014:6-9).Kabupaten Indonesia, Provinsi Kepulauan Kepulauan Anambas sebagai salah Riau, maupun Kabupaten Kepulauan satu Kabupaten yang terlatak pada Anambas wilayah merupakan Daerah administrative Provinsi (Negara) maritim, hal tersebut bisa di Kepuluan Riau. Sebagai lihat dari kondisi geografis yang maritim, Potensi Sumber Daya Alam lebih di dominasi oleh laut atau (SDA) maritim Kepulauan Anambas perairan(Oksep sangat beragam, yang salah satunya Adhayanto, 2014:140). Sebagai daerah (Negara) sektor maritim, focus pembangunan pada pada sektor pariwisata maritim di sektor kemaritiman wajib untuk di tunjang perhitungkan. Kepulauan Anambas yang berada daya alam merupakan Mengingat maritim sebuah sumber yang modal ada pada yang Pembangunan letak pengembangan Cruise strategis jalur Corridors New dari Singapura-Manila-Hongkong. perekonomian Daerah (Negara). dalam dengan Regional berpotensi besar bagi pembangunan Berbicara pariwisata. Daerah Pariwisata konteks Kemaritiman Berbasis merupakan segala pembangunan di bidang kemaritiman bentuk kegiatan wisata yang di salah satunya akan berbicara pada dukung dengan berbagai fasilitas konteks pembangunan di bidang serta pariwisata objek-objek sebab kemaritiman 4 layanan yang wisata tersediapada maritim. Selanjutnya Wisata Maritim kata pariwisata dengan istilah merupakan segala bentuk kegiatan maritim, hal ini di dasarkan maritim perjalanan dengan berbagai tujuan memiliki pengertian yang lebih luas untuk dan tepat pada focus penelitian ini di mengunjungi objek-objek wisata yang berhubungan dengan bandingkat istilah laut atau bahari. laut, daerah pesisir maupun pulau- Berangkat pulau kecil. dari kondisi geografis dan letak yang strategis Penggunaan istilah maritim serta dukungan SDA yang lebih sebagai penyanding kata wisata atau terdepan pada sektor kemaritiman, pariwisata di karenakan maritim maka pembangunan pariwisata lebih memiliki makna yang lebih luas di di arahkan kepada pembangunan bandingkan pariwisata bahari. istilah Laut laut merupakan ataupun tempat berbasis Pembangunan kemaritiman. pariwisata berkumpulnya air asin sedangkan merupakan bahari merupakan sesuatu yang lebih otonomi yang bertanggung jawab ke arah kebudayaan (Daeng Ayub, sebagai langkah untuk mewujudkan 2014:6). (2013:2) pembangunan ekonomi daerah dan mengaritkan Maritim sebagai segala masyarakat daerah guna terwujudnya sesuatu yang berhubungan dengan tujuan daerah pesisir (Coastal), Pulau kecil Kepulauan Anambas itu sendiri. Subandono (Small Island), dan laut (Ocean). dari salah satu maritim otonomi Pembangunan Sehingga dengan demikian, penulis pariwisata lebih tertarik untuk menyandikan keunggulan, 5 memiliki menurut bentuk Daerah sektor berbagai IUOTO (International Travel Union of Official Organization) (Spillane, 2002:87) 7. Pemicu pertumbuhan dan dalam perkembangan lembaga keunggulan pendidikan profesi pariwisata tersebut di antaranya; maupun lembaga yang 1. Pariwisata sebagai faktor khusus yang membentuk jiwa pemicu bagi perkembangan hospitality yang handal dan ekonomi baik bagi daerah santun, dan maupun negara. 8. Pangsa pasar bagi produk 2. Pemicu kemakmuran melalui lokal sehingga aneka-ragam perkembangan komunikasi, produk terus berkembang, transportasi, akomodasi, jasa- seiring dinamika sosial jasa pelayanan lainnya. ekonomi pada daerah suatu 3. Perhatian khusus terhadap destinasi. pelestarian budaya, nilai-nilai Berangkat dari keunggulan- sosial agar bernilai ekonomi. keunggulan di atas, perhatian atas 4. Pemerataan kesejahtraan pembangunan sektor yang diakibatkan oleh adanya dalam ini konsumsi wisatawan pada pariwisata maritim di Kepulauan sebuah destinnasi. Anambas telah di uyakan ke dalam hal pariwisata pembangunan 5. Penghasil devisa. berbagai bentuk kebijakan. Melalui 6. Pemicu perdagangan Rencana international. Induk Pembangunan Pariwisata Nasional (RIPPARNAS) tahun 6 2010-2025, Kepulauan Anambas masuk ke dalam rencana Anambas sebagai Kabupaten baru pengembangan Destinasi Pariwisata masih belum memiliki perencanaan Nasional (DPN) yang di arahkan pembangunan pada dalam bentuk RIPPDA. Sementara pembangunan pariwisata sektor pariwisata maritim. Begitu juga halnya dengan kebijakan RIPPDA sangat perhatian Pemerintah Provinsi butuhkan Kepulauan Riau terhadap pembangunan pariwisata itu sendiri. dalam di proses pembangunan pariwisata di Daerah Kebijakan merupakan Kepulauan Riau. Melalui RIPPDA pijakan bagi tahun Kepulauan pariwisata baik pariwisata secara Anambas masuk ke dalam rencana umum maupun pariwisata maritim. pengembangan Korridor Pariwisata Dengan tanpa adanya RIPPDDA Daerah (KPD) yang juga di rahkan sehingga pengembangan pariwisata pada focus pengembangan pariwisata Kepulauan Anambas masih harus maritim. mengacu 2012-2022, Berdasarkan berbagai bentuk-bentuk pembangunan kepada perencanaan RIPPDA Provinsi Kepulauan Riau. perhatian dalam bentuk kebijakan di atas, landasan Selanjutnya perhatian tersedianya dengan RIPPDA tidak bagi kebijakan di atas di tujukan untuk pengembangan pariwisata Kepulauan mendorong Anambas, maka melalui Rencana dan mendukung berkembangnya pembangunan sektor Strategis pariwisata maritim di Kepulauan akan di lihat bagaimana dan seperti Anambas. apa Kabupaten Kepulauan 7 (RENSTRA) kebijakan pariwisata pengembangan pariwisata maritim di Kepulauan ditujukkan untuk mengungkapkan Anambas. Dengan demikian penulis fenomena-fenomena tertarik untuk memberi judul pada dilapangan dalam bentuk kata-kata “KEBIJAKAN penelitian maupun PARIWISATA (Studi berkaitan dengan para pembuat dan pada Kabupaetn Kepulauan Anambas)” 1. Bagaimana pengembangan dipergunakan agar informasi yang pariwisata yang di tinggi dari komponen masyarakat (Sofian Efendi, 2013:3). Kepulauan pendukung 2. Objek Penelitain. 1. Objek Wisata Pantai Pasir dan Manang, salah satu objek penghambat? dan daya tarik wisata yang C. Metode Penelitian terdapat pada Kecamatan Siantan. 1. Jenis Penlitian. Penelitian di sini merupakan kualiitatif survei sedangkan mempunyai reliabilitas dan validitas Anambas? penelitian kebijakan, kebijakan kemaritiman Kabupaten pelaksana memperoleh B. Permasalahan. 2. Faktor berkaitan tindakan dan lain sebagainya yang BERBASIS berbasis yang terjadi dengan prilaku, persepsi, motivasi, PENGEMBANGAN KEMARITIMAN bahasa yang 2. Objek Wisata Pulau dengan Bawah, salah satu objek pendekatan deskriptif serta dibantu dan daya tarik wisata dengan survei, penggunaan deskriptif yang 8 terdapat pada Kecamatan Siantan Pariwisata Selatan. 3. Objek Wisata Pulau Kepulauan terdapat Data Kecamatan Palmatak. Padang Primer Dan 6. Teknik salah dan Obsevasi, wisata yang terdapat pada Koesioner, Dokumentasi. Kecamatan Jemaja. dan alat Pengumpulan Data. satu objek dan daya tarik 3. Lokasi Data Sekunder. Pantai Melang, Pengelola 5. Jenis dan Sumber Data. pada Wisata Anambas, Pariwisata, Masyarakat Anambas. dan daya tarik wisata 4. Objek Anambas, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Durai, salah satu objek yang Kepulau Wawancara, 7. Teknik Analisis Data. Redukasi Waktu Data, Penyajian Penelitian. Data, dan Penyimpulan Data. Bertempat pada Kabupaten 2. Anambas dengan 4 (Empat) lokasi LANDASAN TEORI. 1. Standar dan Sasaran yang di jadikan objek penelitian Kebijakan. dengan Waktu Penelitian di mulai Pariwisata yang merupakan dari bulan Afril 2015 Sampai bulan industri multi sektoral melibatkan Agustus 2015. banyak stakeholder dalam proses pengembangannya, 4. Informan. Sekretariat maka dengan Daerah demikian pengembangan pariwisata Kepulauan Anambas, Kepala Dinas dalam hal ini pariwisata berbasis 9 kemaritiman membutuhkan maksudkan pada objek-objek yang dukungan atas sebuah kebijakan memiliki daya tarik dan keindahan yang memiliki kejelasan dari apa yang di kemas menjadi sebuah yang menjadi standar kebijakan serta produk wisata. Sedangkan sumber sasaran yang seperti apa yang ingin daya manusia di sini dimaksudkan di capai dari kebijakan tersebut. pada Standar dan sasaran dari subjek-subjek orang/sekelompok kebijakan tersebut agar jelas dan atau orang sebagai pelaku pelaksana kebijakan. terukur maka dibutuhkan sebuah Berangkat dari penjelasan di standar operasional prosedur (SOP) atas yang sebagai sumber daya alam kebijakan ialah pedoman pelaksanaan. sebab dengan segala sesuatu yang di jadikan tidak sebagai bisa di adanya pengembangan jadikan SOP di pariwisata dalam akan yang dimaksudkan objek pariwisata berbasis sebagai pengembangan kemaritiman. memicu terjadinya multiinterpretasi Sedangkan sumber daya manusia atau distorsi antar berbagai pihak dalam implementasi kebijakan di sini yang mudah menimbulkan konflik dimaksudkan sebagai orang atau antar agen implementasi. sekelompok 2. Sumber Daya, orang selaku agen pelaksana kebijakan. Cakupan dari sumber daya di 3. Hubungan Antar Organisasi. dalam teori ini meliputi sumber daya Implementasi dari kebijakan alam dan sumber daya manusia. pengembangan Sumber melibatkan berbagai pihak sebab daya alam di sini di 10 pariwisata pariwisata merupakan industri organisasi dinas pariwisata, multisektoral. Dari pemahaman di pembagian kewenangan, hubungan sini agar terwujudnya pengembangan antar unit pariwisata yang terarah dan maju di serta butuhkan koordinasi antar berbagai dengan instansi lain. pihak, sebab Di dalam proses dalam dinas pariwisata, hubungan dinas pariwisata 5. Kondisi Sosial, Ekonomi dan aktivitas implementasi kebijakan di Politik. sini, beberapa pihak terkait selaku Selanjutnya, keberhasilan pelaksana kebijakan di antaranya: dari dinas pariwisata selaku pelaksana pengembangan teknis, selaku anambas juga akan dipengaruhi oleh dan kondisi sosial (mencakup dukungan sektor pengelola swasta objek wisata, komponen masyarakat. Implementasi dan 4. Karakteristik Agen pariwisata pandangan anambas), kebijakan masyarakat kondisi Pelaksana. (kemampuan Karakteristik agen pelaksana ekonomi), dan serta di ekonomi keterbatasan kondisi politik di dalam teori ini mencakup: struktur (mencakup dukungan dan pandangan birokrasi, para elit politik). pola-pola dan norma- norma yang berlaku di lingkup Kondisi sosial instansi birokrasi, dalam hal ini dengan instansi dinas pariwisata. Dengan maupun keikutsertaan masyarakat demikian karakteristik dari instansi Anambas dinas pariwisata meliputi struktur pengembangan pariwisata berbasis 11 pandangan, berkaitan di dalam dukungan proses Kemaritiman sedangkan di Anambas, kondisi ekonomi kepariwisataan. Selanjutnya melalui RENSTRA tersebut, berkaitan dengan sumber dana serta pengembabangan pariwisata maritim dukungan dana yang di alokasikan anambas di wujudkan ke dalam bagi pengembangan pariwisata bentuk maritim Anambas, Pengembangan berbasis di Rencana Objek Wisata Berdasarkan RIPOW, selanjutnya bagian kondisi politik, (RIPOW). berkaitan dengan dukungan dari para pembangunan elit Kepulauan politik dalam proses pengembangan pariwisata berbasis Induk pariwisata Anambas daerah mengemban Visi: Kepulauan Anambas. “Terwujudnya Kabupaten Kepulauan Anambas Sebagai Destinasi WisataBahari Terkemuka di Provinsi Kepulauan Riau” 3. Berdasarkan Visi di atas, Kemaritiman di Kabupaten HASIL PENELITIAN. A. Implementasi Kebijakan. berbagai upaya untuk memajukan 1. Standar dan lebih mengembangkan Destinasi Dan Sasaran Wisata Kebijakan. Kebijakan pariwisata pengembangan maritim Maritim di Kepulauan Anambas dalam bentuk kebijakandi Kepulauan antaranya: penetapan peraturan Anambas berstandar pada RENTRA bupati nomor 147.A tentang destinasi pariwisata yang di susun oleh dinas unggulan daerah yang salah satunya pariwisata merupakan objek wisata maritim, urusan selaku penyelenggara pemerintahan di bidang yakni objek wisata pantai padang 12 melang. Selanjutnya kebijakan entry Manang, point wisatawan mancanegara dan Padang Melang dan Pulau Durai. asia tenggara yang sedang dalam Pulau Bawah, Pantai Berbagai upaya untuk menarik tahap pengupayaan. minat kunjung wisatawan di Berangkat dari penjelasan- antaranya telah di lakukakannya penjalasan di atas, yang menjadi kegiatan vestifal seperti; vestifal permasalah utamanya adalah tidak padang melang, mincing mania dan tersedianya Standart Operasional lomba jongkong. Selanjutnya agar Prosedur (SOP) di objek dalam dan daya tarik wisata pengembangan pariwisata itu sendiri, kepulauan anambas lebih di kenal sehingga dalam mewujudkan tujuan secara luas di lakukannya promosi dari apa yang menjadi sasaran akan melalui Website sebanyak 2 (dua) sedikit terkendala dan terpengaruhi. PC, social media, Brosur/Peta Wisata, Booklet/DVD wisata, buku Explore Anambas 2. Sumber Daya. Sumber Daya Alam (SDA) pariwisata Kepulauan Anambas, Exotic Kepulauan Island dan sebagainya. Anambas Lebih lanjut, dari Manusia aspek tersebar dan hampir terdapat pada Sumber Daya setiap Kecamatan, dalam hal ini, jumlah pegawai SDA pariwisata yang di jadikan pariwisata, kebudayaan, pemuda dan objek penelitian yakni; Pantai Pasir olah raga sebanyak 54 orang yang pada (SDM), dinas terdiri dari 1 orang S2, 13 orang S1, 13 11 orang D3, dan 29 orang SMA. Kelautan dan Berbagai upaya untuk meningkatkan dalam bentuk kreatifitas dan ketempilan SDM masyarakat pesisir, serta koordinasi salah satunya telah di lakukannya dengan Satuan Polisi Pamong Praja pelatihan berupa Traveling dan Hotel (SATPOL hasil pengamanan objek-objek wisata. kerjasama dengan pihak perusahaan CONOCO PHILIPS. PP) (DKP) pemberdayaan dalam bentuk 4. Karakteristik 3. Koordinasi. Agen Pelaksana. Berbagai koordinasi Perikanan bentuk yang upaya di Berdasarkan Peraturan Daerah lakukandi Kabupaten Kepulauan Anambas antaranya, koordinasi dengan Badan Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Perencanaan Pembangunan Daerah Pembentukan Susunan Organisasi (BAPPEDA) dalam dan Tata Kerja Lembaga Teknis Perencanaan dan bentuk Pemetaan Kawasan-Kawasan Daerah. Dinas Pariwisata, Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga koordinasi dengan Dinas Pekerjaan merupakan unsur pelaksana otonomi Umum daerah (PU) dalam pengembangan akses jembatan/dermaga, bentuk jalan dan yang mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintahan koordinasi Bidang Pariwisata, Bidang dengan Badan Lingkungan Hidup Kebudayaan, Bidang Kepemudaan, (BLH) dan ekosistem dalam dan bentuk kajian kelestarian Bidang Pariwisata, lingkungan, koordinasi dengan Dinas Olah Raga. Kebudayaan, Dinas Pemuda Dan Olah Raga di pimpin oleh 14 seorang Kepala Dinas yang kepariwisataan Bertanggung Jawab Kepada Bupati anambas secara umum. Melalui Sekretaris Daerah. Dengan demikian, dalam satu kelembagaan menyelenggarakan empat B. Faktor unsur Pendukung Penghambat. kedinasan sekaligus. 5. Kondisi Sosial, Ekonomi dan 1. Faktor Pendukung. 1. Pada tingkat perhatian Politik. Kondisi sosial dan masyarakat Nasional, Negara pembangunan terhadap di sektor masih kurang memberikan dukungan pariwisata di wujudkan ke dalam keikutsertaan pengembangan dalam bentuk RIPPARNAS pariwisata maritim di kepulauan tahun anambas, kebijakan tersebut, Anambas hal ini tampak dari 2010-2025. keikutsertaan mereka dalam bentuk termasuk usaha-usaha kepariwisataan maritim Destinasi Pariwisata Nasional yang wisata (DPN). Pengembangan DPN maritim, perhatian akan kebersihan Anambas di arahkan kepada lingkungan alam pengembangan sebagainya. Selanjutnya pada objek-objek maritim dan kondisi ke Melalui dalam 50 pariwisata maritim. politik memberikan dukungan dalam 2. Pada tingkat Provinsi, bentuk realisasi alokasi anggaran perhatian pemerintah Provinsi ekonomi terhadap bagi pengembangan pariwisata 15 pengembangan Provinsi Kepulauan Riaudi wujudkan 4. ke dalam bentuk kebijakan yang lebih di dominasi oleh perairan RIPPDA tahun 2012-2022. menjadikan Melalui kebijakan tersebut sebagai daerah maritim yang lebih Kepulauan Anambas masuk memiliki kekayaan SDA di bidang ke kemaritiman, kekayaan SDA tersebut dalam pengembangan Koridor Pariwisata Daerah menjadi (KPD) berpotensi sebagai kawasan pengembangan 3. Kondisi geografis Anambas wisata Anambas. Pada 5. Perhatian Pemerintah sebuah bagi Anambas modal yang pengembangan pariwisata maritim di Kepulauan maritim dan ekowisata. tingkat Kepulauan daerah, Letak strategis yang berada di Kabupaten jalur New Regional Cruise Corridors terhadap dari Singapura–Manila– Hongkong pembangunan pada sektor pariwisata menjadikan anambas sebagai daerah di Kepulauan Anambas wujudkan tersusun nya Pengembangan ke dalam bentuk yang sangat strategis sebab terletak Rencana Induk pada jalur lintasan pelayaran yang di Objek Wisata pergunakan untuk penjelajahan, (RIPOW). Berlandaskan dokumen ekspedisi dan penyelaman sebagai tersebut, pengembangan pariwisata bagian Anambas lebih di fokuskan terhadap perjalanan kapal pesiar. pengembangan objek-objek wisata maritim. 16 dari aktivitas wisata 2. 1. Faktor Penghambat. 4. Tidak atau belum adanya kebijakan dalam PENUTUP. A. Kesimpulan. bentuk Kebijakan RIPPDA bagi pengembangan pariwisata pariwisata Anambas di kepulauan pengembangan maritim Kepulauan berstandar pada anambas menyebabkan tidak RENSTRA pariwisata yang di susun atau kurang teridentifikasinya oleh objek-objek wisata maritim penyelenggara urusan pemerintahan yang lebih berpotensi serta di tidak tersedianya indikasi dari Selanjutnya program tersebut, pengembabangan pariwisata pengembangan pariwisata itu sendiri. koordinasi RENSTRA bentuk Rencana Induk Objek Wisata Lemahnya standar kebijakan dalam SDM mencapai pembangunan bentuk-bentuk yang melalui (RIPOW). pengembangannya, pariwisata, selaku kepariwisataan. Pengembangan dalam pembangunan bidang dalam tersebut berdampak kepada di pariwisata maritim anambas di wujudkan ke 2. Tidak tersedianya RIPPDA SOP dinas sasaran pariwisata dari tersebut berdampak pada tidak tersedianya kurang SOP, terealisasi, serta dukungan program pengenalan masyarakat yang kurang ikut objek dan wisata kegiatan dalam bentuk festival bertemakan maritim berpartisipasi. serta pengenalan ke dunia luar dalam 17 bentuk promosi. Peningkatan B. Saran. keterampilan SDM kepariwisataan 1) Menyusun dan menetapkan yang berarah pada kepariwisataan RIPPDA maritim, Kepulauan Anambas dalam koordinasi-koordinasi perwujudan di lapangan, secara Kabupaten khusus di yang jadikan karakteristik agen pelaksana yang pedoman bagi pengembangan luas dan menghambat ruang gerak pariwisata penyelenggaraan kepariwisataan itu secara sendiri serta koondisi masyarakat pariwisata maritim. yang belum berkontribusi dalam Berdasarkan RIPPDA proses tersebut pengembangan pariwisata maritim di Kepulauan Anambas. Kebijakan baik pariwisata umum maupun kemudian akan mempermudah pengembangan teridentifikasinya kawasan- pariwisata di anambas masih belum kawasan mengarah pariwisata maritim yang di kepada pengembangan pengembangan pariwisata maritim. Meskipun visi lengkapi dari pengembangan pariwisata di pengembangan serta indikasi anambas kepada program pengembangan pengembangan pariwisata maritim, terhadap kawasan-kawasan namun di lapangan hal tersebut wisata maritim. mengarahkan masih tampak bertolak belakang dari dengan strategi 2) Lebih berkonsentrasi apa yang di harapkan. pada pemerhatian SDA pariwisata maritim 18 sesuai dengan kondisi dan potensi alam daerah yakni dinas pariwisata Kepulauan Anambas. dan kebudayaan serta dinas Pengembangan pariwisata pemuda dan olah raga, hal ini maritim tersebut mesti di di dasarkan mempermudah pada landasan lakukan untuk kebijakan yang jelas bagi penyelenggaraan dasar dalam satu kelembagaan. pijakan pengembangan untuk pariwiswata 5) Perhatian maritim itu sendiri. untuk dan pengikutsertaan 3) Menyusun dan menetapkan SOP di urusan komponen masyarakat di dalam proses jadikan pengembangan pariwisata pedoman dan pegangan bagi maritim tersebut, baik dalam tiap-tiap instansi terkait di bentuk dalam proses pengembangan kepariwisataan yang di kelola pariwisata oleh secara baik pariwisata umum maupun perhatian masyarakat masyarakat 4) Pemisahan dan pembagian belum yang masih memadai bagi susunan organisasi dan tata pengembangan kerja lembaga teknis daerah kepariwisataan dinas pariwisata, kebudayaan, tersebut. dan olah maupun perhatian atas keterampilan pariwisata maritim. pemuda usaha raga, menjadi dua lembaga teknis 19 maritim Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman, 2007, “Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru”, Jakarta: Universitas Indonesia Press. DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku Adisasmita, Raharjo, 2013 “Pembangunan Ekonomi Maritim” Jogjakarta: Graha Ilmu Adhayanto, Oksep, 2014 “Maritime Constitution” dalam “Jurnal Selat: Volume 2, Nomor 1” Tanjung pinang: Penerbit Prodi Hukum UMRAH Arikunto, Suharsimi, 2006 “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta: PT Rineka Cipta Ali, Hasyimi. A, 2002, “Organisasi dan Manajemen”, Jakarta: Bumi Aksara Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, 2009 “Metodologi Penelitian” Jakarta: Bumi Aksara Natuna, Daeng Ayub, Dkk (Eds), 2009, “Pendidikan dan Pembangunan Berbasis Maritim”, Pekanbaru: UR Press Nugrogho, D Riant, 2003 “Kebijakan Publik, Formasi, Implementasi dan Evaluasi” Jakarta: PT Elex Media Komputindo Azam dan Mendra, 2011 “system pemerintahan Daerah” Pekan Baru: Alaf Riau Pitana dan Gayatri, 2005 “Sosiologi Pariwisata” Yogyakarta: ANDI Effendi, S dan Tukiran (Eds), 2012 “metode penelitian survei”, Jakarta: LP3ES Sugiyono. 2003 “Metode Penelitian Administrasi Negara” Bandung: Alfabeta Kuncoro, Mudrajad, 2004 “Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang”, Jakarta: Erlangga Suharto, Edi, 2010 “Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial” Bandung: Alfabeta Loriaux, Robert Iwan, 2009 “Potensi dan pengembangan Wisata Bahari Provinsi Kepulauan Riau” Dalam Natuna, Daeng Ayub, Dkk (Eds) “Pendidikan dan Pembangunan berbasis Maritim”, Pekanbaru: UR Press Spillanne, James J, 2002, “Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya”. Jakarta: Kanisius Syafiie, Kencana. I, 2011 “Pengantar ilmu pemerintahan” Yogyakarta: Rafika Aditama Musanef, 1995, “Manajemen Pariwisata di Indonesia”. Jakarta: Gunung Harta 20 Syarifudin, 2008, “Efektivitas Kebijakan Pendidikan” Jakarta: PT Rineka Cipta Pengembangan Kepariwisataan Nasional 2010-2025 Peraturan Daerah Kepri Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Recana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah 2012-2022 Subarsono, AG, 2010 “Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011 Tentang RPJMD Kabupaten Kepulauan Anambas 2011-2015 Ndraha, Taliziduhu, 2005, “Kybernologi: Sebuah Rekontruksi Ilmu Pemerintahan” Jakarta:PT Rineka Cipta Widodo, Joko, 2012 “Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan aplikasi, Analisis, Proses Kebijakan Publik” Malang: Bayumedia Publishing Rencana kabupaten 2011-2015 Pariwisata Anambas Rencana Induk Pengembangan Objek Wisata Kabupaten Kepulauan Anambas C. Internet Baiquni, 2014, “Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Maritim”http://maritim.wg.u gm.ac.id/?attachment_id=171 , Akses: 11 Mei 2015 Winarno, Budi, 2012 “Kebijakan Publik: Teori, Proses Dan Studi Khusus” Yogyakarta: CAPS Yoeti, Oka A, 2008, “Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi dan Aplikasi” Jakarta: Kompas B. Strategis Kepulauan Subandono, 2013 “Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar dalam Perpektif Menjaga Kedaulatan dan Kesejahteraan Masyarakat” http://maritim.wg.ugm.ac.id/? attachment_id=174, Akses: 11 Mei 2015 Peraturan PerundangUndangan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2008 tentang pembentukan daerah anambas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolalan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk 21