P BN S ubl e i 97 pte kas 8- mb i K 97 er hu 9- 20 su 35 13 s 39 -2 70 IS Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan SAGA POHON (Adenanthera pavonina L.) Oleh : Eliya Suita Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Publikasi Khusus ISBN : 978-979-3539-27-0 SERI Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan SAGA POHON (Adenanthera pavonina L.) Penyusun : Eliya Suita BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013 Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Penyusun : Eliya Suita Penanggung Jawab: Ir. Suhariyanto, M.M. Koordinator : Andreas Terapi, S.Hut. Desain dan Tata Letak : Ida Saidah, S.Kom. ISBN : 978-979-3539-27-0 @2013 Dipublikasikan oleh Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor 16001 Telp. /Fax (0251) 8327768 www.bptpbogor.litbang.dephut.go.id Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun tanpa ijin tertulis dari Penerbit Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Kata Pengantar Saga pohon merupakan tanaman serbaguna, bermanfaat mulai dari biji, kayu, kulit batang dan daunnya. Beberapa literatur menyebutkan bahwa daun saga dapat dimakan dan mengandung alkaloid yang berkhasiat bagi penyembuhan reumatik dan bijinya mengandung asam lemak sehingga dapat menjadi sumber energi alternatif (biodiesel). Kayunya keras sehingga banyak dipakai sebagai bahan bangunan serta mebel. Upaya penanaman jenis ini perlu didukung dengan ketersediaan benih yang berkualitas dan dalam jumlah yang cukup serta penguasaan teknologi perbenihan yang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan memandang perlu untuk menerbitkan informasi teknik perbenihan tanaman saga dalam bentuk Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Buku ini disusun secara ringkas namun cukup mengandung informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan keberhasilan penanaman saga mulai dari informasi penyebaran dan tempat tumbuh, sampai penanganan benih. Semoga bermanfaat. Kepala Balai, Ir.Suhariyanto, M.M NIP.19580425 198703 1 002 Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Daftar Isi Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii Daftar Gambar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii I. Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 II. Pengenalan Jenis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 III. Teknologi Perbenihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6 IV. Penutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12 Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13 Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Daftar Gambar Gambar 1. Pohon Saga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 Gambar 2. Pengunduhan Buah dan Buah Masak Fisiologis . . . . . . . . . . . . . . . . 6 Gambar 3. Ekstraksi Buah / Polong dan Benih Hasil Ekstraksi . . . . . . . . . . . . . . 11 Gambar 4. Penaburan dan Benih Siap sapih . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11 Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) I. Pendahuluan Saga pohon (Adenanthera pavonina L.) merupakan tanaman serbaguna, semua bagian tanaman bermanfaat mulai dari biji, kayu, kulit batang dan daunnya. Saga pohon mampu memproduksi biji kaya protein serta tidak memerlukan lahan khusus untuk penanaman karena bisa tumbuh di lahan kritis, tidak perlu dipupuk atau perawatan intensif. Selain itu, hama dan gulmanya minim sehingga tidak memerlukan pestisida, jadi bersifat ramah lingkungan karena dapat ditanam bersama tumbuhan lainnya. Kandungan protein yang terdapat pada biji saga pohon tersebut juga lebih besar bila dibandingkan dengan kedelai dan beberapa tanaman komersil lainnya. (Sutikno, 2009) Jenis ini umumnya dipakai sebagai peneduh di jalan-jalan besar dan juga mudah ditemukan di pantai. Daunnya dapat dimakan dan mengandung alkaloid yang berkhasiat bagi penyembuh reumatik. Bijinya dapat digunakan sebagai bahan tempe non kedelai karena kaya protein dan sumber energi alternatif (biodiesel) karena mengandung asam lemak. Jumlah asam lemak bebas yang terkandung pada biji/benih saga pohon relatif tinggi terutama peroksida dan saponification senilai 29,6 mEqkg dan 164,1 mgKOHg. Selain itu, saga pohon juga mengandung protein (2,44 g/100 g), lemak (17,99 g/100 g), mineral, gula yang rendah (8,2 g/100 g), tajin (41,95 g/100 g) dan karbohidrat. Kayunya keras sehingga banyak dipakai sebagai bahan bangunan serta mebel (Sutikno, 2009; Anonim, 2009). Mengingat banyaknya manfaat dan kegunaan dari pohon saga tersebut, maka pohon saga mempunyai potensi dan perlu dikembangkan melalui budidaya. Kawasan hutan produksi yang tidak produktif dan lahan kritis di luar kawasan hutan dapat ditanami saga. Manfaat dan kegunaan pohon ini dapat menjadi sumber penghidupan masyarakat dan sumber pendapatan suatu daerah. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui manfaat dari tanaman saga pohon dan bagaimana cara penanganan benihnya agar dapat dibudidayakan dengan baik. Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) II. Pengenalan Jenis 1. Tempat Tumbuh Saga pohon termasuk famili Leguminosae, tumbuhan ini terdapat di Pulau Jawa mulai dari daerah pantai sampai ketinggian 600 m dpl. Tidak tumbuh berkelompok dan tidak begitu menuntut persyaratan tumbuh yang tinggi mengenai kualitas tanah (Heyne, 1987). Habitat dan penyebaran alaminya di Srilangka, Selatan Myanmar, Indo-China, Selatan China, Thailand, seluruh daerah Malesian, Kepulauan Solomon dan Utara Australia (Sosef et al., 1998). (Sumber : Eliya, 2009) Gambar 1. Pohon saga Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga Pohon tumbuh baik di daerah tropika, dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus serta mampu tumbuh baik di daerah berbatu, di daerah payau ataupun di tanah alang-alang. Tanaman ini mampu tumbuh pada berbagai keadaan topografi mulai dari topografi datar sampai dengan kelerengan yang curam/terjal selain itu dapat tumbuh pada berbagai kondisi tanah, mulai dari tanah kurang subur hingga tanah yang subur, serta pada tanah yang tergenang air laut/asin. (Soemartono dan Syarifuddin (1980) dalam Lukman (1982); Yuniarti (2002)). 1. Nama Daerah Tanaman Saga pohon dikenal dengan berbagai macam nama antara lain bead tree, circassian bean, circassian seed, coral wood, crab's eyes, false sandalwood, jumbie bead, redbead tree, red sandalwood, redwood (Inggris) : anikundumani, lopa, manjadi, raktakambal, Saga (India) ; Saga, Saga daun tumpul, Saga tumpil (Malaysia); kitoke laut, Saga telik, segawe sabrang (Indonesia) dan masih banyak nama daerah lainnya (International Centre for Research in Agroforestry, 2005, dalam Anonim, 2012). 2. Deskripsi Botanis Saga pohon termasuk tanaman deciduous atau berganti daun setiap tahun (International Centre for Research in Agroforestry, 2005 dalam Anonim. 2012). Tanaman ini berbentuk pohon besar yang tingginya dapat mencapai 10 sampai 15 meter (Soepardi, 1979; Hermana dan Mien, 1981 dalam Lukman, 1982). Merupakan pohon yang buahnya menyerupai petai (tipe polong) dengan biji kecil berwarna merah. Daun majemuk menyirip genap, tumbuh berseling, jumlah anak daun bertangkai 2-6 pasang, helaian daun 6-12 pasang, panjang tangkaimya mencapai 25 cm, daun berwarna hijau muda. Bunga kecilkecil berwarna kekuning-kuningan, korola 4-5 helai, benang sari berjumlah 8-10 (Pasific Island Ecosistems at Risk, 2004 dalam Anonim. 2012). Polong berwarna hijau, panjangnya mencapai 15 sampai 20 cm, polong yang tua akan kering dan pecah dengan sendirinya, berwarna coklat kehitaman. Setiap polong berisi 10-12 butir biji. Biji dengan garis tengah 5-6 mm, berbentuk segitiga tumpul, keras dan berwarna merah mengkilap Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) (Stone, 1970 yang dikutip Topilab, 2005 dalam Anonim. 2012) 4. Manfaat 4.1. Biji Biji saga pohon dapat dikonsumsi manusia, di beberapa daerah di Indonesia biji sagapohon sudah biasa dimanfaatkan untuk bahan makanan. Menurut Soemartono dan Syarifuddin (1980) dalam Lukman (1982), biji saga pohon sejak tahun 1979 di desa Nagoega, kecamatan Boa Wae telah dimanfaatkan untuk bahan campuran kopi (kopi saga) dan di daerah Ende telah dimanfaatkan untuk pembuatan kecap, kopi saga, tempe saga. Biji saga-pohon mengandung protein cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein nabati disamping kedele, oleh karena itu diharapkan dapat dijadikan komoditi baru dalam menunjang usaha penanggulangan kekurangan gizi dan pangan. Kadar asam amino biji saga-pohon hampir mirip dengan asam amino kedele, dimana asam amino glutamate merupakan komponen tertinggi yang terkandung dalam kedua jenis tersebut. Biji saga pohon mengandung protein sebesar 2,44 g/100g, lemak 17,99g/100g, dan mineral. Jumlah asam lemak bebas yang terkandung pada saga pohon relatif tinggi terutama peroksida dan saponification, yaitu sebesar 29,6 mEqkg dan 164,1 mgKOHg, hal ini menunjukkan suatu kemiripan dengan kandungan minyak pada makanan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan biji saga pohon dapat dijadikan sebagai sumber protein nabati alternatif. (Sumber: Pasific Island Ecosistems at Risk dalam Sutikno, 2009) Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari berat biji buah saga mengandung minyak dengan kandungan protein yang tinggi. Komposisi nutrisi saga sebagai tanaman kacangkacangan lebih tinggi dari kedelai, kacang hijau, kacang tanah, atau kecipir. Hasil penelitian Balai Informasi Pertanian Ciawi, Bogor, Jawa Barat, menunjukkan biji saga pohon memiliki kandungan protein sebesar 48,2%, lemak 22,6%, karbohidrat 10%, dan air 9,1%. Sementara itu, kandungan nutrisi kedelai terdiri dari protein 34,9%, lemak 14,1%, karbohidrat 34%, dan air 8%. Dengan kandungan protein yang tinggi, biji saga Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) pohon berpeluang dijadikan bahan baku susu nabati (Anonim, 2009). Biji Saga dapat menjadi salah satu alternatif bahan baku dalam pembuatan susu, karena kadar protein susu saga merupakan yang tertinggi, yaitu sebesar 3,812 dibandingkan dengan protein susu lainnya, yaitu kadar protein susu sapi 2,90 dan ASI 1,90, dan tidak kalah bila dibandingkan dengan susu kedelai 4,40 (Nugraha dan Seta, 2009). Susu yang diolah dari biji tanaman saga pohon itu bisa menjadi alternatif pengganti susu formula yang harganya mahal (Anonim, 2009) Hasil penelitian menunjukkan tempe berbahan baku saga pohon dapat membentuk hifa yang kompak setelah 36 jam. Berdasarkan pengujian menggunakan titrasi formol, kadar protein tempe saga lebih tinggi dibandingkan dengan tempe kedelai, dengan perbandingan 22,41% : 18%. Jenis pengujian organoleptik secara kuantitatif, menunjukkan responden menilai tempe berbahan baku saga pohon lebih lembut, lebih enak, dan baunya lebih menyengat daripada tempe berbahan baku kedelai (Anggraini, 2010). Menurut Sutikno (2009), kelebihan tempe dari biji saga dibandingkan tempe dari kedelai, adalah: a. Tempe dari biji saga pohon lebih lembut daripada tempe dari kedelai. b. Tempe saga tidak cepat menjadi tempe busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es. c. Daya tahan biji saga pohon jauh lebih kuat dan tahan lama dari biji kedelai karena biji saga pohon dilindungi oleh kulit yang keras dan kedap air, sehingga dapat disimpan lama. Diduga biji saga pohon mengandung flavogloid, alkaloid, antitrypsin, hemaglutinin dan faktor goitronik, yang menyebabkan racun. Akan tetapi dengan proses perendaman biji dalam air, pemasakan, fermentasi atau penambahan asam, basa dapat menghilangkan racun tersebut. Dengan demikian keracunan hanya terjadi jika dikonsumsi dalam bentuk biji mentah (Bambang, 1982 dalam Lukman, 1982). Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Manfaat lain biji saga pohon adalah dapat digunakan sebagai sumber protein alternatif menggantikan kacang hijau untuk pakan ternak dan berpengaruh terhadap performans produksi ayam kampung dan ras jantan (jenis petelur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung biji saga pohon dapat digunakan sampai level 7,5% ransum atau 100% menggantikan kacang hijau tanpa efek negatif. (Hau, dkk. 2006) 4.2. Kulit kayu Heyne (1987), mengatakan bahwa kulit batang yang masih segar atau kering mengandung saponin yang dapat digunakan untuk membersihkan rambut dan mencuci pakaian tetapi tidak memberikan banyak buih dan berkhasiat untuk mencuci luka yang lama. Untuk mencuci luka lama dipakai ±20 gram kulit batang, dicuci dan dipotong kecilkecil, direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit, dinginkan dan saring. Hasil saringan dipakai untuk membersihkan luka. 4.3. Daun Daun dari tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan obat. Di India daun saga-pohon digunakan untuk obat rheumatik dan gout (sejenis penyakit tulang) (Burkill, 1935 dalam Lukman, 1982). Selain itu, daun biasa digunakan para peternak sebagai sumber tambahan pakan ternak dan dimanfaatkan para petani sebagai pupuk hijau. Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) III. Teknologi Perbenihan 1. Pengunduhan Buah Saga pohon berbuah sepanjang tahun, umumnya buah masak mulai bulan April hingga Agustus (Yuniarti, 2002). Tanaman ini mulai berbuah pada umur lima tahun dan berbuah tiga kali setahun sampai umur 25-30 tahun. Proses pembungaan hingga polong buah tua diperlukan waktu kira-kira 3,5 sampai 4 bulan. Produksi biji kering per pohon per tahun antara 100 sampai 150 kilogram (Lukman, 1982). Pengumpulan buah dapat dilakukan dengan cara memanjat atau mengunduh langsung dengan bantuan galah berkait (Gambar 2a.). Buah yang sudah masak fisiologis berwarna coklat dan sebagian sudah merekah (Gambar 2b.) 2a 2b (Sumber : Eliya, 2009) Gambar 2 . (a) Pengunduhan buah dan 2. (b) buah masak fisiologis Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) 2. Ekstraksi Benih Polong/buah yang telah dikumpulkan kemudian diekstraksi dengan cara polong/buah di jemur sampai polong/buah merekah, kemudian benih dipisahkan dari kulit buahnya secara manual (Gambar 3). 3a 3b (Sumber : Eliya, 2009) Gambar 3. (a). Ekstraksi buah/polong dan 3(b). benih hasil ekstraksi Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) 3. Pengujian Mutu Benih 3.1. Pengujian kadar air benih Kadar air merupakan hal penting dalam hubungannya dengan penyimpanan dan daya hidup benih. Pengujian kadar air di laboratorium menggunakan metode oven (ISTA, 2006). Penentuan kadar air menggunakan metode temperatur rendah 103±2°C selama 24 jam. Kandungan air yang hilang ini mencerminkan kadar air benih (Sudrajat, 2007). Tahapan yang dilakukan dalam pengukuran kadar air adalah: - Wadah tahan panas termasuk tutupnya ditimbang (M1) - Benih ditempatkan pada wadah dan ditimbang bersama wadahnya (M2) - Benih ditempatkan pada oven pada suhu temperatur rendah 103±2°C selama 24 jam. Setelah selesai pengeringan benih diletakkan dalam desikator untuk pendinginan, kemudian ditimbang (M3). Kadar air dinyatakan dalam persen berat dan dihitung dalam 1 desimal terdekat (ISTA, 2006) dengan rumus sebagai berikut : Kadar air = (M2 - M3) x 100% (M2-M1) dimana M1: berat wadah dan penutup dalam gram; M2: berat wadah, penutup, dan benih sebelum pengeringan; M3: berat wadah, penutup, dan benih sesudah pengeringan. Pengujian kadar air menggunakan 3 ulangan @ 5 gram benih. Rata-rata kadar air benih saga adalah 9,32%. (Suita, 2012). Menurut (Bonner, et.al. 1994) benih ortodok merupakan benih toleran terhadap penurunan kadar air (kurang dari 10%) dan viabilitasnya dapat dipertahankan selama penyimpanan pada suhu rendah. Kadar air benih saga pohon (9,32%) dan dapat disimpan pada suhu rendah, dengan demikian benih saga pohon dapat digolongkan pada benih ortodoks. Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) 3.2. Kemurnian benih Kemurnian mencerminkan seberapa bersih kondisi lot benih. Kemurnian lot benih menunjukkan proporsi benih murni suatu jenis dan banyaknya kotoran dan benih lain yang terkandung di dalamnya. (ISTA, 2006). Benih murni mengandung : - Benih lengkap dari jenis tersebut termasuk yang mati, mengkerut, berpenyakit, tidak masak dan benih pra- kecambah. - Serpihan/pecahan benih, yang jumlahnya lebih dari setengah jumlah total. Contoh kerja kemurnian dalam gram, setara dengan 2500 butir benih. Benih dipisahkan antara benih murni, benih lain dan kotoran, kemudian ditimbang dan dihitung persen masing-masing komponen dengan rumus sebagai berikut ; Benih Murni = K1 X 100% K1+K2+K3 Benih Lain = K2 X 100% K1+K2+K3 Kotoran = K2 X 100% K1+K2+K3 Dimana: K1 = benih murni K2 = benih lain K3 = kotoran Selisih antara berat contoh kerja dengan berat benih keseluruhan setelah dipisahkan tidak boleh lebih dari 5%. Setiap proporsi benih murni dipisahkan dari sampel kerja. Kemurnian ditunjukkan sebagai persen berat dari benih murni terhadap berat total sampel kerja. Kisaran kemurnian benih saga dapat mencapai 99-100%. Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) 3.3. Berat 1000 butir Berat 1000 butir benih dapat digunakan untuk memprediksi jumlah benih perkilogram. Penentuan berat 1000 butir dilakukan dengan 8 ulangan x 100 butir. Rata-rata berat 1000 butir benih saga adalah 269.47 gram, atau jumlah benih saga per 1 kg adalah 3.711 butir (Suita. 2012). Penentuan berat benih dilakukan dari beberapa kelompok benih sebanyak 8 ulangan, dimana masing-masing ulangan terdiri dari 100 butir. Penimbangan dilakukan pada tiap ulangan (dalam gram). Penghitungan keragaman, simpangan baku dan koefisien keragaman (ISTA. 2006), yaitu sebagai berikut: n(∑x2) - (∑x)2 Keragaman = n (n-1) dimana : x = berat setiap ulangan dalam gram n = jumlah ulangan ∑= jumlah Simpangan baku (s) = √ keragaman s Koefisien keragaman = x 100 x dimana x = rata-rata berat 100 butir Koefisien keragaman tidak boleh lebih dari 6,0 untuk benih rumput atau 4,0 untuk benih lainnya. Apabila koefisien keragaman lebih dari nilai tersebut, hitung berat 100 butir sebanyak 8 ulangan lagi dan selanjutnya hitung simpangan baku untuk 16 ulangan. Hapuskan ulangan yang menyimpang dari rata-rata sebanyak 2 kali simpangan baku kemudian hitung lagi rata-ratanya. Berat 1000 butir benih diperoleh dengan mengalikan berat rata-rata 100 benih (x) dengan nilai 10. Berat 1000 butir benih dapat diubah ke dalam jumlah benih per kg dengan rumus (DPTH. 2002) : Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Jumlah benih per kg (butir) = 1000 x 1000 Berat 1000 benih Berat 1000 butir benih dan jumlah benih per kilogram sangat penting diketahui sebagai informasi yang mendasar untuk pengadaan benih dalam penanaman. 4. Perkecambahan benih 4.1. Perlakuan benih Saga Pohon memiliki kulit benih yang keras. Di bawah kondisi alam benih sulit berkecambah. Untuk mempercepat perkecambahan dan mendorong keseragaman berkecambah, benih harus diberi perlakuan pendahuluan terlebih dahulu. Dua metode yang disarankan: 1) Benih direndam dalam air biasa selama 3 hari dengan kondisi penaburan bak kecambah ditutup plastik (suita. 2012), atau 2) merendam benih dalam asam sulfat selama 30 menit (Yuniarti. 2002). 4.2. Media semai Media semai terdiri dari tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1. Campuran ini kemudian disaring dengan kawat saringan berukuran 2 mm. Media campuran sebaiknya disterilkan dengan cara disangrai sebelum dimasukkan ke dalam bak plastik dengan tujuan agar bebas dari hama dan penyakit. 4.3. Waktu perkecambahan Benih berkecambah memerlukan waktu lebih kurang 2 bulan, benih mulai berkecambah pada hari ke 10 setelah tabur, dan pengamatan terakhir hari ke 60 setelah tabur (Gambar 4a). 4.4. Penyapihan Setelah benih berkecambah dan sudah keluar 2-3 helai daun, kemudian disapih. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat penyapihan yaitu : Sebelum pencabutan, media disiram terlebih dahulu, agar semai mudah untuk dicabut, pencabutan dilakukan Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) hati-hati agar bagian akar tidak rusak. Penyapihan dilakukan di tempat teduh pada waktu pagi atau sore hari. Media sapih cukup sarang dan subur, dapat digunakan antara lain campuran top soil dan pasir (1:1) (Gambar 4 b). Sebelum dilakukan penyapihan, media sapih dalam kantong plastik/poly bag disiram terlebih dahulu hingga media jenuh. 4a 4b (Sumber : Eliya, 2009) Gambar 4. (a) Penaburan benih dan (b) semai siap sapih 5. Penyimpanan benih Untuk menjamin persediaan benih bermutu untuk program penanaman maka diperlukan penyimpanan. Jika waktu penyemaian dilaksanakan segera setelah pengumpulan dan pemrosesan benih, maka benih dapat langsung digunakan di persemaian dan tidak diperlukan penyimpanan. Namun hal ini jarang terjadi karena adanya jeda waktu yang cukup panjang dalam musim buah dengan musim tanam, maka diperlukan penyimpanan benih. Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Benih saga mempunyai kadar air rata-rata di bawah 10%, benih yang mempunyai kadar air di bawah 10% umumnya mempunyai sifat ortodoks, sesuai dengan pendapat Bonner, et.al. 1994, yaitu benih ortodoks toleran terhadap penurunan kadar air (kurang dari 10%) dan viabilitasnya dapat dipertahankan selama penyimpanan pada suhu rendah. Toleran terhadap pengeringan dan suhu rendah, kadar air penyimpanan 5-7% dengan suhu 020ºC. Penyimpanan benih ortodoks, kebanyakan dapat disimpan untuk jangka panjang pada suhu kamar jika kadar airnya rendah. Dengan kadar air yang rendah tersebut lebih sesuai disimpan dengan wadah yang kedap udara. Tujuan utama dari penyimpanan kedap udara adalah untuk mencegah penyerapan kelembaban oleh benih kering. (Schmidt, 2000). Benih saga pohon sebelum disimpan dikeringkan hingga kadar airnya berkisar antara 5-10%. Benih disimpan menggunakan wadah kedap udara dan disimpan di ruang kamar. Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) IV. Penutup Mengingat banyaknya manfaat dari saga pohon maka perlu dikembangkan melalui budidaya. Untuk menunjang keberhasilan penanaman maka diperlukan penangan benih yang baik agar mendapatkan benih yang bermutu, daya berkecambah yang tinggi dan pertumbuhan bibit yang bagus. Benih yang diunduh benih yang sudah masak fisiologis yang di tandai dengan buah sudah berwarna coklat dan sebagian sudah merekah. Benih sebelum di tabur diberi perlakuan terlebih dahulu supaya mempunyai daya berkecambah yang tinggi. Untuk menjamin persediaan benih bermutu untuk program penanaman maka diperlukan penyimpanan. Penyimpanan benih saga sebelum disimpan dikeringkan hingga kadar airnya berkisar antara 5-10%. Benih disimpan menggunakan wadah kedap udara dan disimpan di ruang kamar. Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Daftar Pustaka Anonim. 2009. Susu Berprotein Tinggi dari Biji Saga.http://www.koran-jakarta.com/berita-detail. Anonim. 2012. Saga Pohon (Adenanthera Pavonina). http://matoa.org/saga-pohon-adenantherapavonina/ ( 24-10-2012) Anggraini. N. 2010. Fermentasi Rhizopus oryzae pada Saga Adenanthera pavonina : Sebuah Alternatif Sumber Protein Nabati. http://www.scribd.com/doc/10461989/Saga. Bonner, F.T., J.A. Vozzo, W.W. Elam, and S.B Land, Jr.. 1994. Tree Seed Technology Training Course. Instructor's Manual. General Technical Report. United States Departement of Agriculture. New Orleans. Louisiana. DPTH (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan). 2002. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu FisikFisiologi Benih. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Hau, D.K., J. Nulik dan H. Lay. 2006. Biji Saga Pohon (Adenanthera pavonina Linn) sebagai Sumber Protein Alternatif bagi Ternak Ayam. Prosiding Seminar Teknologi Peternakan dan Veteriner. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. ISTA. 2006. International rules for seed testing: Edition 2006. The International Seed Testing Association. Bassersdorf. Switzerland. Lukman, A.H. 1982. Pengaruh Perajangan dan Lama Pengukusan Biji Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Yang Dihasilkan Pada Proses Ekstraksi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Nugraha, A.Y.W. dan F. T. Seta. 2009. Pembuatan Susu Dari Biji Saga (Adenanthera pavonina) Sebagai Alternatif Pengganti Nutrisi Protein Sapi dan Susu Kedelai. Makalah Penelitian. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang. Schmidt, L. 2000. Pedoman penanganan benih tanaman hutan tropis dan sub tropis. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Jakarta. Sosef, M.S.M., L.T. Hong and S. Prawirohatmodjo. 1998. Plant Resources of South-East Asia No 5(3) Timber trees: Lesser-known timbers. Backhuys Publisher, Leiden. p 47-50. 859 pp Sudrajat, D.J, Megawati, E.R. Kartianan, N. Nurochim. 2007. Standarisasi Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Tanaman Hutan (Schleichera oleosa dan Styrax benzoin). LHP. No. 478. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor. Sutikno. 2009. Fermentasi Tempe. http://sutikno.blog.uns.ac.id/2009/04/28/ fermentasitempe/. ( 5 -5- 2011). Suita, E. 2012. Teknik Pemecahan Dormansi Benih Saga Pohon(Adenanthera Sp.). Info Benih Vol.16 (1). Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Yuniarti, N. 2002. Saga Pohon (Adenanthera microsperma T&B.). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor. Copyright © Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan www.bptpbogor.litbang.dephut.go.id Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl.Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor 16001 Telp./Fax : (0251) 8327768 www.bptpbogor.dephut.litbang.go.id ISBN : 978-979-3539-27-0