MATERI FILSAFAT HUKUM

advertisement
FILSAFAT HUKUM
Topik: Sociological Jurisprudence
a.
b.
c.
d.
e.
Latar belakang
Hubungan Hukum dan Masyarakat (Sosiologis)
Perbedaan Sociological Jurisprudence dan
Sosiologi Hukum
Tokoh-tokoh (Ehrlich, Durkheim, Weber dan
Pound)
Diskusi
A. Latar Belakang Hukum yang Berdimensi
Sosiologis
Perkembangan ilmu pengetahuan dan metode ilmiah
pada abad XIX
Kritik terhadap paham legisme/formalisme yang
dijadikan sebagai dasar pembentukan hukum modern
Memberikan pengetahuan bagi seorang juris, disamping
penguasaan terhadap hukum positif, juga dibekali
penguasaan untuk melakukan sorotan terhadap aspek
perilaku dari kenyataan, yang mencakupi pendekatan
sosiologis, antropologis, historis, maupun psikologis
(Soerjono Soekanto)
B. Pandangan terhadap hubungan Hukum
dan Masyarakat (Legisme Hukum)
1. Pandangan Legisme Hukum: Hukum adalah (cermin)
Masyarakat
Asumsi :
Masyarakat homogen, ada konsensus nilai dan norma
Argumentasi:
Hukum (=undang-undang) adalah hasil positivisasi atau
formalisasi saja dari apa yang selama ini dianggap telah
berlaku sebagai norma-norma dan/atau moral kebiasaan
melalui badan-badan berwenang.
B. Pandangan terhadap hubungan
Hukum dan Masyarakat (Non Legisme)
2. Pandangan Non Legisme Hukum: Hukum tidak (selalu
cermin) masyarakat; hukum bisa juga konflik dengan
masyarakat
Argumentasi :
Hukum (=Peraturan perundang-undang) didoktrinkan
agar memberi kepastian; padahal:
Masyarakat adalah realitas yang selalu berubah, lain
dulu lain sekarang; konflik selalu ada antara the
conservative dan the progressive
Masyarakat adalah realitas yang berbeda dari tempat ke
tempat; masalah cultural dan legal gaps
C. Perbedaan antara Sociological
Jurisprudence dengan Sosiologi
Hukum
Pendekatan hukum yang berdimesi sosiologis diajarkan melalui dua
ilmu yang berbeda pijakan ilmunya.
1. Pendekatan Sosiologis Tentang hukum  Praktek di negaranegara Eropa Kontinental pendekatan ini diajarkan dalam Ilmu
Sosiologi Hukum.
2. Pendekatan Hukum terhadap Sosiologi  Praktek di Amerika
Serikat pendekatan ini diajarkan dalam Ilmu Sociological
Jurisprudence.
Topik pembahasannya identik, tetapi dari segi cabang ilmu
pengetahuan berbeda
Sociological Jurisprudence merupakan cabang dari Ilmu Hukum
Normatif yang ruang lingkupnya berkaitan dengan pembentukan
hukum dan pelaksanaan hukum agar lebih efektif.
Sosiologi Hukum adalah cabang Ilmu Sosiologi yang pada dasarnya
merupakan salah satu ilmu deskriptif dan bersifat empiris.
D. Tokoh – Tokoh Sociological
Jurisprudence
1. Eugen Ehrlich (1862–1922)
Pusat gaya tarik perkembangan hukum tidak terletak
pada perundang-undangan, tidak pada ilmu hukum,
tetapi ada di dalam masyarakat.
Untuk mengetahui bagaimana hukum bekerja dan
bagaimana pandangan masyarakat terhadap hukum,
kita perlu terjun secara langsung untuk mengetahui
kehidupan di dalam masyarakat.
Hukum positif yang dibuat akan efektif apabila selaras
dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living
law).
D. Tokoh – Tokoh Sociological
Jurisprudence
2. Emile Durkheim
(1858 – 1917)
Karya; the Division of Labor in Society  tipe solidaritas dalam struktur
sosial dalam masyarakat
Inti gagasannya tentang masyarakat. Pembagi masyarakat modern dan
masyarakat tradisional
Dalam masyarakat tradisional hubungan sosial dan solidaritasnya
didasarkan oleh banyaknya persamaan (perasaan, pandangan hidup,
agama/kepercayaan, dan adat istiadat) dari masyarakat tersebut.
Jenis Solidaritas masyarakat ini adalah Solidaritas Mekanis
Kesadaran di dalam masyarakat bersifat kolektif, sehingga individualitas
anggota masyarakat cenderung kecil.
Jenis hukum yang berlaku adalah ”hukum yang menindak” (repressive),
yang merupakan ciri khas dari hukum pidana yang memberikan hukum
pemaksaan dan penderitaan bagi individu yang melakukan pelanggaran.
D. Tokoh – Tokoh Sociological
Jurisprudence
Masyarakat modern dicirikan sudah ada diferensiasi dan
spesialisasi fungsi dari masing-masing anggota masyarakat,
diantaranya melalui pembagian atau spesialisasi kerja anggota
masyarakat.
Jenis Solidaritas masyarakat ini adalah Solidaritas Organik
Kesadaran masyarakat terbatas pada “kepentingan kerja,” akibatnya
individualisme berkembang dan kesadaran kolektif menjadi
berkurang. Untuk tetap dapat melangsungkan hidupnya, maka
masyarakat harus saling bekerjasama. Hukum merupakan
mekanisme pengintegrasian sosial.
Jenis hukum yang berlaku adalah ”hukum yang menggantikan”
(restitutive). Hukum jenis ini memberi perbaikan, penggantian dan
penegakkan kembali seperti keadaan semula.
Hukum menurut Durkheim mempunyai fungsi utama untuk
menegaskan lagi “conscience collective” dihadapan tindakantindakan yang mempertanyakan kebenarannya.
D. Tokoh – Tokoh Sociological
Jurisprudence
3. Max Weber
(1864 – 1920)
Suatu tatanan dapat disebut sebagai hukum, apabila secara
eksternal ada jaminan bahwa hukum tersebut dapat dipaksakan
(fisik dan psikologi) yang diterapkan oleh badan khusus
Adanya pengaruh politik, agama dan ekonomi terhadap
perkembangan hukum dan ilmu hukum
Tipe Otoritas
Otoritas Tradisional  Kepercayaan akan nilai-nilai yang sudah
mapan dan selalu ada
Otoritas Kharismatis  Dikendalikan oleh orang-orang yang
mempunyai kepribadian yang luar biasa
Otoritas Legal-Rasional  Otoritas yang bersumber pada sistem
hukum
D. Tokoh – Tokoh Sociological
Jurisprudence
Tipologi mengenai hukum
Tipologi disusun berdasarkan; formal-substantif dan
irasional-rasional
Irasional Substantif  Didasarkan pada nilai-nilai
emosional
Irasional Formal  Didasarkan pada pewahyuan
Rasional Substansif  Didasarkan pada kebijaksanaan
dan ideologi penguasa
Rasional Formal  Didasarkan pada konsep abstrak
tentang jurisprudence
D. Tokoh – Tokoh Sociological
Jurisprudence
4. Roscoe Pound ( 1870 – 1964)
Pembawa pendekatan ilmu eksakta dalam ilmu hukum
Dalam masyarakat terdapat berbagai kepentingan
(umum, sosial dan individu)
Hukum adalah upaya untuk meraih kepuasan,
harmonisasi, penyesuaian terhadap berbagai konflik
kepentingan yang terjadi dalam masyarakat sehingga
memberikan dampak luas bagi kepentingan warga
masyarakat (sosial) secara menyeluruh dengan
minimal munculnya friksi.
D. Tokoh – Tokoh Sociological
Jurisprudence
Roscoe Pound berpendapat agar ahli hukum lebih
memusatkan perhatian pada hukum dalam praktek (law
in actions), dan jangan hanya sebagai ketentuanketentuan yang ada dalam peraturan (law in books).
Pandangan bahwa Hukum sebagai ”social engineering”
dilakukan melalui putusan hakim (dalam tradisi common
law). Ketika dikembangakan di Indonesia konsep ini
diterjemahkan bahwa hukum-melalui para pembuat
peraturan (penguasa)-dijadikan alat untuk merekayasa
masyarakat demi tujuan pembangunan.
Tujuan hukum menurut Pound adalah untuk mengawasi
berbagai kepentingan dan mempertahankan atau
memelihara keharmonisan dan integrasi masyarakat.
Sekian..………
Download