- Prof. Dr. H. Enceng Mulyana, M.Pd

advertisement
DIII kESEHATAN.
ETNOLOGI DALAM
KONTEKS PENDIDIKAN
Prof. Dr. H. Enceng Mulyana, M.Pd.
PENGERTIAN DASAR
ETNOLOGI ADALAH BAGIAN YANG MENCOBA MENCAPAI
PENGERTIAN MENGENAI ASAL ASAS MANUSIA DENGAN
MEMPELAJARI KEBUDAYAAN KEBUDAYAAN DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT DARI SEBANYAK MUNGKIN
SUKU BANGSA YANG TERSEBAR DI MUKA BUMI PADA
MASA SEKARANG INI. (KOENTJANINGRAT 1980.27)
DIMENSI PENDEKATAN
 DISEBUTNYA PENDEKATAN DIAKHRONIK DAN SINKHRONIK
DARI KEBUDAYAAN UMAT MANUSIA.
 MODEL PENELITIANYA DISEBUT DESKRIPTIVE INTEGRATION
UNTUK PENELITIAN YANG TERGOLONG DIAKHRONIK, YAITU
MENGOLAH DAN MENGINTEGRASIKAN MENJADI SATU HASIL
PENELITIAN DARI SUB SUB ILMU ANTROPOLOGI FISIK, ETNO
LING UISTIK, ILMU PREHISTORI, DAN ETNOGRAFI.
 GENERALIZING APPROACH (ANTROPOLOGI SOSIAL) YANG
MENCARI ASAS PERSAMAAN DIBELAKANG ANEKA WARNA
DALAM RIBU RIBU MASYARAKAT DARI KELOMPOK KELOPOK
MANUSIA DARI MUKA BUMI.
 SIMPUL : ETNOLOGI PADA DASARNYA MENGKAJI MANUSIA DARI
BERBAGAI SUKU DENGAN SEGALA ASPEK KEBUDAYAANYA (THE
STUDY OF MAN AND HIS WORK)
MANUSIA DAN MASYARAKAT
SEBAGAI KAJIAN ETNOLOGI
INDI
VIDU
A. MANUSIA DAN MASYARAKAT
Hakekat Manusia.
1.
Manusia sebagai Mahluk BIOLOGIS.
Adalah sosok diri yang terdiri dari organ-organ fisik
memiliki sifat tumbuh dan kembang, bekerja secara
fungsional, sistematis dan harmonis. Type fisik ini bisa
type Astenis, type Pichnis dan type atletis.
2.
Manusia Sebagai Mahluk PSIKOLOGIS.
Artinya yang memiliki kejiwaan menjadikan dirinya
hidup
sesak,
kreatif
dengan
akal/lurai
dan
perasaannya, karakteristiknya bersifat unik. Antara
Biologis dan Psikologi membentuk kesatuan sehingga
memiliki
kepribadian
(membentuk)
kepribadian
dirikhas
3. Manusia Sebagai Mahluk SOSIAL.
Artinya sosial diri yang keberadaannya selalu eksis karena adanya
orang lain berkat
yang dimiliki (tidroh) senantiasa berinteraksi
saling mempengaruhi satu sama lain dalam hidup bermasyarakat
dengan sifat sosiologis ini maka terbentuk masyarakat yang
tumbuh dan berubah.
4.
Manusia Sebagai Mahluk KULTURAL (BUDAYA)
Artinya sosok diri yang tumbuh berkembang berkat adanya
lingkungan dimana yang hidup dibesarkan oleh adat istiadat
nilai/norma yang berlaku INDI
ditempat-tempat kehidupanya atas
dasar itu mereka senantiasa berfungsi sebagai pencipta budaya,
VIDU
pemanfaat budaya, penyeimbang budaya dengan pelestari budaya.
5.
Manusia Sebagai Mahluk SPIRITUAL.
Artinya sosok diri yang dalam hidup disehari-harinya senantiasa
memiliki panduan atau rujukan hidup berapa keyakinan hidup
bersama atas kepercayaan tertentu. Spiritual ini merupakan tahap
yang cukup kuat terhadap hidup bermasyarakat. Tebal spiritual
yang dianut akan tampak dalam perilaku, sikap, mental dan moral
yang tampak
Hakekat Manusia Berdasarkan Aliran/Paham
1. KELOMPOK PSIKOANALIS (SIGMUND PREUD)
KEPRIBADIAN SESEORANG TERDIRI DARI TIGA KOMPONEN
UTAMA (ID, EGO DAN SUPEREGO). ID MERUPAKAN UNSUR
INSTINKTIF MANUSIA YANG MENDASARI PERKEMBANGAN
MANUSIA. DUA INSTING YANG PALING PENTING IALAH (A)
INSTING SEKSUAL DAN (B) INSTING AGRESI. INSTING INI
MENGGERAKAN
INDIVIDU
UNTUK
HIDUP
DIDALAM
DUNIANYA DENGAN ‘PRINSIP KESENANGAN’ (PLEASURE
PRINCIPLE), DIMANA INDIVIDU MENCOBA MEMUASKAN
DIRINYA SEPANJANG HIDUPNYA. KARENA ID BEKERJA
BERDASARKAN PRINSIP KESENANGAN, SECARA MENDASAR,
ID AKAN BERUSAHA MEMUASKAN DIRINYA BEGITU
DORONGAN INTU MUNCUL, TANPA MEMPERHATIKAN ETIKA
MORAL
ATAUPUN
REALITAS
KEHIDUPAN.
ID
JUGA
DIPENGARUHI OLEH KEBERADAAN LINGKUNGANNYA..
.
EGO BERUSAHA MENJEMBATANI ANTARA DORONGAN
ID
DENGAN
DORONGAN
DARI
DUNIA
LUAR
INDIVIDU. UNSUR KEPRIBADIAN YANG KETIGA
KAITAN DENGAN NILAI, MORAL, ADAT DAN TRADISI
YANG MELAKSANAKAN FUNGSI KONTROL TERHADAP
INDIVIDU.
SUPEREGO TERBENTUK DARI PROSES SOSIALISASI
YANG DITERIMA INDIVIDU DALAM PERJALANAN
HIDUPNYA.
EGO
TIDAK
DIPANDANG
HANYA
SEBAGAI FUNGSI PENGARAHAN PERWUJUDAN ID
SAJA, MELAINKAN DILIHAT SEBAGAI FUNGSI POKOK
YANG BERSIFAT RASIONAL DAN BERTANGGUNG
JAWAB ATAS TINGKAH LAKU INTELEKTUAL DAN
SOSIAL INDIVIDU.
2. BEHAVIORIS YANG MELIHAT MANUSIA
SEBAGAI MAHLUK YANG REAKTIF DAN
BERUSAHA MENYESUAIKAN DIRI DENGAN
LINGKUNGAN SEHINGGA TINGKAH LAKU
MANUSIA DIKONTROL OLEH FAKTORFAKTOR YANG DATANG DARI LUAR.
TINGKAH
LAKU
SESEORANG
LEBIH
BANYAK MERUPAKAN HASIL BELAJAR DARI
LINGKUNGAN,
BAIK
ITU
MELALUI
PEMBIASAAN (CONDITIONING). UNSUR
LINGKUNGAN
YANG
MEMBERIKAN
PENGARUH TERBESAR DALAM KEHIDUPAN
INDIVIDU.
3. Humanistik. Melihat manusia sebagai mahluk yang rasional
dan memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya
ketujuan yang positif. Manusia memiliki kemampuan
mengontrol dirinya sendiri dan bila situasi memungkinkan
dan ia berikan kesempatan maka individu tersebut dapat
dikembangkan menjadi pribadi yang lebih positif. Manusia
dalam pandangan kaum humanis adalah manusia yang
suatu kesatuan potensi yang terus berkembang menuju
arah yang lebih sempurna, tetapi karena kesempurnaan itu
merupakan suatu yang sangat ideal dan abstrak sehingga
tidak pernah ditemui, maka mereka selalu berada dalam
proses pencarian dan pembentukan diri. Hakekat manusia
sangat luas dan kompleks.
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
DALAM KAJIAN ETNOLOGI
DORONGAN UNTUK
SALING
MEMBUTUHKAN
MANUSIA
DORONGAN
UNTUK
BERINTERA
KSI SOSIAL
REAKSI ATAS PENILAIAN
ORANG LAIN
DORONGAN
UNTUK
BELAJAR
PENGERTIAN MASYARAKAT
Linton mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia
yang cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka dapat
mengorganisasikan dirinya dan berpikir dengan dirinya sebagai satu
kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Herskovits masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan
yang mengikuti cara hidup tertentu.
Gillin and Gillin masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar yang
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan, peraturan yang sama.
Masyarakat meliputi pengelompokkan yang lebih kecil.
Steinmetz masyarakat adalah kelompok manusia terbesar yang meliputi
pengelompokkan manusia yang lebih kecil yang memiliki hubungan erat
yang teratur.
Mc lver masyarakat adalah satu sistem dari cara kerja dan prosedur, dari
otoritas dan saling bantu membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan
pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan dan kebebasan. Sistem
yang kompleks yang selalu berubah, atau jaringan dari relasi sosial itulah
yang dinamai masyarakat.
UNSUR-UNSUR MASYARAKAT
1. Kategori Sosial
Katagori sosial adalah kesatuan manusia yang terujud karena
adnya suatu ciri-ciri yang objektif yang dikenakan kepada
manusia-manusianya, seperti seks, usia, pendapat dan lain-lain
Contoh :
Masyarakat suatu negara ditentukan melalui hukumnya bahwa ada
katagori warga jenis kelamin laki-laki dan katagori warga jenis
kelmin wanita, dengan maksud untuk membedakan penyakitpenyakit yang spesifik pada kedua jenis kelamin tersebut.
2. GOLONGAN SOSIAL Hampir sama dengan kategori sosial,
golongan sosial adalah merupakan suatu kesatuan manusia yang
ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri itu
dikenakan kepada mereka dari pihak luar kalangan mereka sendiri.
Walaupun demikian golongan sosial itu mempunyai ikatan identitas
sosial. Hal tersebut tumbuh sebagai akibat reaksi terhadap cara
pihak luar memandang golongan itu, atau mungkin golongan itu
memang terikat oleh suatu sistem nilai, norma dan adat-istiadat
tertentu.
3. Komunitas
KOMUNITAS ADALAH SUATU KESATUAN HIDUP MANUSIA, YANG MENEMPATI
WILAYAH YANG NYATA DAN BERINTERAKSI MENURUT SUATU SISTEM ADAT
ISTIADAT, SERTA YANG TERIKAT OLEH SUATU RASA IDENTITAS KOMUNITAS DAN
MERUPAKAN PANGKAL DARI PERASAAN PATRIOTISME DAN NASIONALISME.
KOMUNITAS MERUPAKAN PENGERTIAN DARI MASYARAKAT DALAM ARTI SEMPIT
KARENA KOMUNITAS BERSIFAT KHUSUS DENGAN ADANYA CIRI TAMBAHAN YAITU
IKATAN LOKASI (DIBATASI OLEH WILAYAH GEOGRAFIS).
4. Kelompok dan Himpunan
1. Kelompok
Kelompok merupakan sekumpulan manusia yang berinteraksi
antar anggotanya, mempunyai adat istiadat tertentu, normanorma berkesinambungan dan adanya rasa identitas yang sama
serta mempunyai organisasi dan sistem pimpinan. Pada
kelompok dasar organisasi adalah organisasi adat, berdasarkan
kewibawaan dan kharisma serta hubungannya berdasarkan atas
perorangan.
2.
Himpunan
Himpunan merupakan kesatuan manusia yang
berdasarkan sifat tugas dan atau guna, sifat
hubungannya berdasarkan kontrak, dasar
organisasinya, organisasi buatan, pimpinan
berdasarkan wewenang dan hukum.
B. KEBUDAYAAN
PENGERTIAN
Kata ”kebudayaan” berasal dari kata sansakerta buddhayah
yang merupakan bentuk jamak dari kata ”buddhi” yang berarti budi
atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai
hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.
”Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain
kemampuan-kemampuan
serta
kebiasaan-kebiasaan
yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Dengan lain
perkataan, kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan
atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola
perikelakuan yang normatif, yaitu mencakup segala cara-cara atau
pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak. (E.B. Taylor)
SELO SOEMARDJAN DAN SOELAEMAN SOEMARDI MERUMUSKAN
KEBUDAYAAN SEBAGAI ”SEMUA HASIL KARYA, RASA DAN CIPTA
MASYARAKAT”. RASA YANG MELIPUTI JIWA MANUSIA, MEWUJUDKAN
SEGALA KAEDAH-KAEDAH DAN NILAI-NILAI KEMASYARAKATAN YANG
PERLU UNTUK MENGATUR MASALAH-MASALAH KEMASYARAKATAN
DALAM ARTI LUAS.. SELANJUTNYA, CIPTA MERUPAKAN KEMAMPUAN
MENTAL, KEMAMPUAN BERPIKIR DARI ORANG-ORANG YANG HIDUP
BERMASYARAKAT DAN YANG ANTARA LAIN MENGHASILKAN FILSAFAT
SERTA ILMU PENGETAHUAN, BAIK YANG TERWUJUD TEORI MURNI,
MAUPUN YANG TELAH DISUSUN UNTUK LANGSUNG DIAMALKAN DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT. RASA DAN CIPTA DINAMAKAN PULA
KEBUDAYAAN ROHANIAH (SPIRITUAL ATAU IMMATERIAL CULTURE).
SEMUA KARYA, RASA DAN CIPTA, DIKUASAI OLEH KARSA DARI ORANGORANG YANG MENENTUKAN KEGUNAANNYA AGAR SESUAI DENGAN
KEPENTINGAN SEBAGIAN BESAR ATAU DENGAN SELURUH MASYARAKAT.
Sebaliknya
banyak
orang
terutama para ahli ilmu sosial,
mengartikan konsep kebudayaan
itu dalam arti yang amat luas yaitu
seluruh total dari pikiran, karya,
dan hasil karya manusia yang tidak
berakar kepada nalurinya, dan yang
karena itu hanya bisa dicetuskan
oleh manusia sesudah suatu proses
belajar. (Koentjaraningrat).
WUJUD
Kebudayan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud, ialah :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma,peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
C. Kluckhohn di dalam sebuah hasil karyanya yang berjudul Universal
Categories of Culture, yaitu :
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transport dan sebagainya).
2. Mata pencaharian hidup dan sistim-sistim ekonomi (pertanian, peternakan,
sistim produksi, sistim didtribusi dan sebagainya).
3. Sistim kemasyarakatan (sistim kekerabatan, organisasi politik, sistim hokum,
sistim perkawinan).
4. Bahasa (lisan maupun tulisan).
5. Kesenian (seni ruppa, seni suara, seni gerak dan sebagainya).
6. sistim pengetahuan.
7. Religi (sistim kepercayaan).
SIFAT DAN HAKEKAT KEBUDAYAAN
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari prilaku manusia.
2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi
tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia gerasi yang
bersangkutan.
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,
tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang
dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan.
Fungsi kebudayaan bagi manusia :
1. Fungsi sebagai pola hidup
2. Fungsi sebagai pusat norma
3. Fungsi sebagai pedoman hidup
Fungsi manusia dalam kebudayaan :
1. Pencipta budaya (creator of culture)
2. Pengguna budaya (user of culture)
3. Pengembang budaya (depelover of culture)
4. Pelestari budaya (protector of culture)
PRANATA SOSIAL (Koentjaraningrat)
1. Pranata
yang
bertujuan
memenuhi
kebutuhan
kehidupan
kekerabatan, ialah yang sering disebut kinship atau domestic
institutions. Contoh : pelamaran, perkawinan, poligami,
pengasuhan kanak-kanak, perceraian dan sebagaianya.
2. Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
manusia untuk pencarian hidup, memproduksi, menimbun dan
mendistribusikan harta dan benda, ialah economic institutions.
Contoh : pertanian, peternakan, pemburuan, feodalisme, industri,
barter, koperasi, penjualan dan sebagainya.
3. Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan
dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yag
berguna ialah educational institutions. Contoh : pengasuhan
kanak-kanak, pendidikan rakyat, pendidikan menengah, pendidikan
tinggi, pemberantasan buta huruf, pendidikan keagamaan, pers,
perpustakaan umum dan sebagainya.
4. Pranata-pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah
manusia, menyalami alam semesta sekelilingnya, ialah scientific
institutions. Contoh : metodik ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah
dan sebagainya.
5
Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan
manusia menyatakan rasa keindahannya, dan untuk rekreasi,
ialah aesthetic and recreational institutions. Contoh :
seni rupa, seni suara, seni gerak, seni drama, kesusasteraan,
sport dan sebagainya.
6. Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan
manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau dengan alam
gaib, ialah religious institutions. Contoh : gereja, doa,
kenduri, upacara, penyiaran, agama, pantangan, ilmu gaib
dan sebagainya.
7 Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan
manusia untuk mengatur kehidupan berkelompok secara
besar-besaran atau kehidupan bernegara, ialah political
institutions. Contoh : pemerintahan, demokrasi, kehakiman,
kepartaian, kepolisian, ketentaraan, dan sebagainya.
8 Pranata-pranata yang mengurus kebutuhan jasmani dari
manusia ialah somatic institutions. Contoh : pemeliharaan
kecantikan, pemeliharaan kesehatan, kedokteran dan
sebagainya.
SIFAT DAN HAKEKAT KEBUDAYAAN
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari prilaku manusia.
2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi
tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia gerasi yang
bersangkutan.
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,
tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang
dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan.
Fungsi kebudayaan bagi manusia :
1. Fungsi sebagai pola hidup
2. Fungsi sebagai pusat norma
3. Fungsi sebagai pedoman hidup
Fungsi manusia dalam kebudayaan :
1. Pencipta budaya (creator of culture)
2. Pengguna budaya (user of culture)
3. Pengembang budaya (depelover of culture)
4. Pelestari budaya (protector of culture)
KOMPONEN-KOMPONEN DARI PRANATA SOSIAL
SISTEM
NORMA
PRANATA YANG
BERPUSAT
PADA SUATU
KELAKUAN
BERPOLA
PERSONEL
PERALATAN
FISIK
C. SISTEM NILAI BUDAYA
Kluckhohn berpendapat bahwa ada lima masalah
pokok dalam kehidupan manusia adalah :
• Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia
(selanjutnya disingkat MH).
• Masalah mengenai hakekat dari karya manusia
(selanjutnya disingkat MK).
• Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia
dalam ruang waktu (selanjutnya disingkat MW).
• Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia
dengan alam sekitarnya (selanjutnya disingkat MA).
• Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia
dengan sesamanya (selanjutnya disingkat MM).
KERANGKA KLUCKHOHN MENGENAI LIMA MASALAH DASAR
DALAM HIDUP YANG MENENTUKAN ORIENTASI
NILAI BUDAYA MANUSIA
Masalah dasar dalam
hidup
Orientasi nilai budaya
Hakekat hidup (MH)
Hidup itu buruk
Hidup itu baik
Hidup itu buruk, tetapi
manusia wajib berikhtiar
supaya hidup itu menjadi
baik
Hakekat karya (MK)
Karya itu untuk nafkah
hidup
Karya itu untuk kedudukan,
ke hormatan dan
sebagainya
Karya itu untuk menambah
karya
Persepsi manusia tentang
waktu (MW)
Orientasi masa lalu
Orientasi masa sekarang
Orientasi ke masa depan
Pandangan manusia tentang
alam (MW)
Manusia tunduk kepada
alam yang dahsyat
Manusia berusaha menjaga
keselarasan dengan alam
Manusia berhasrat
menguasai alam
Hakekat hubungan antara
manusia dengan
sesamanya (MM)
Orientasi kolateral
(horisontal) rasa
ketergantungan pada
sesamanya (berjwa gotong
royong)
Orientasi8 vertikal, rasa
ketergantungan kepada
tokoh atasan dan perangkat
Individualisme
1. Definisi Nilai
Kurt Baier (2003), seorang sosiolog menafsirkan nilai dari
sudut pandangnya sendiri tentang keinginan, kebutuhan,
kesenangan seseorang sampai pada sanksi dan tekanan dari
masyarakat. Seorang psikolog menafsirkan nilai sebagai suatu
kecendrungan perilaku yang berawal dari gejala-gejala psikologis,
seperti hasrat, motif, sikap, kebutuhan, dan keyakinan yang
dimiliki secara individual sampai pada wujud tingkah lakunya yang
unik. Seorang antropolog melihat nilai sebagai harga yang
melekat pada pola budaya masyarakat seperti dalam bahasa, adat
kebiasaan keyakinan, hukum dan bentuk-bentuk organisasi sosial
yang dikembangkan manusia. Lain lagi dengan seorang ekonom
yang dapat diandalkan untuk kesejahteraan manusia.
Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas
dasar pilihannya. Gordon Allport (1964) Nilai adalah patokan normatif
yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara
cara-cara tindakan alternatif. Kupperman memandang norma sebagai
salah satu bagian terpenting dari kehidupan seseorang justru dapat
merasa tenang dan terbebas dari segala tuduhan masyarakat yang akan
merugikan dirinya. Salah satu bagian terpenting dalam proses
pertimbangan nilai (value judgement). Hans Jonas (bertens, 1999) nilai
adalah alamat sebuah kata ”ya” atau kalau diterjemahkan secara
kontekstual, nilai adalah sesuatu yang ditunjukan dengan kata ”Ya”.
Kluckhohn (Brameld, 1957) nilai sebagai konsepsi (tersirat atautersurat,
yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa
yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan
antara dan tujuan akhir tindakan. Kluckhohn itu mencakup pengertian
pula bahwa sesuatu dipandang memiliki nilai karena dipersepsi sebagai
sesuatu yang baik dan keinginan untuk memperolehnya mempengaruhi
sikap dan tingkahlaku seseorang. Nilai adalah rujukan dan keyakinan
dalam menentukan pilihan.
Nilai dan Tindakan
Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada
diri seseorang. Dengan kata lain, nilai yang sesungguhnya hanya dapat lahir kalau
diwujudkan dalam praktik tindakan. Thomas kuhn (barnes, 1982) menyatakan a
value can be, if it is held to be more than a mere verbal formulation, sebuah nilai
dapat terwujud andaikata nilai itu dilakukan daripada hanya sebagai bentuk ucapan
saja. Nilai yang ia ucapkan sesungguhnya bukan nilai miliknya, sedangkan nilai
yang benar-benar miliknya adalah nilai yang tercermin dalam intensitas dan
frekuensi tindakanya. Sebagai sesuatu yang diinginkan, dikejar dan diraih, nilai
melekat pada tindakan. Secara psikologis, kedekatn hubungan nilai dengan
tindakan dapat dipahami andaikata dicermati dari hirarki motivasi yang
menempatkan nilai pada struktur kebutuhan tertinggi. Dalam teori kebutuhan
Maslow, misalnya, konsep aktualisasi diri (self-actualization) sebagai motivasi atau
kebutuhan tertinggi, tiada lain sebagai perwujudan sederetan tindakan yang dipicu
oleh seperangkat nilai terpuji.
Nilai dan Norma
Nilai pada tataran norma memiliki cakupan yang universal dibanding norma itu
sendiri. Nilai melukiskan sesuatu harga yang diyakini seseorang (termasuk di dalamnya
keyakinan normatif), sedangkan norma lebih merupakan suatu keharusan yang datang
dari konsekuensi sosial. Nilai adalah tujuan dari penegak norma, sedangkan norma
adalah cara yang ditempuh untuk mewujudkan standar, aturan atau kaidah tertentu.
Nilai dan Moral
Nilai dan moral sebenarnya tidak dapat berdiri sendiri. Bahkan dalam konteks
tertentu nilai dan moral sering disatukan menjadi nilai moral. Tetapi dalam istilah
tersebut termuat makna baru yang menggambarkan adanya kualitas moral. Ketika
nilai dipisahkan dari moral, maka arti nilai tidak terpengaruh oleh arti moral, yakni
tetap pada arti awalnya sebagai suatu keyakinan yang mana seseorang bertindak
atas dasar pilihannya. Pada hal serupa, sebenarnya moral terkait juga dengan
kualitas baik-buruk. Tetapi ketika sifat baik-buruk itu dilekatkan pada moral, ia
sudah menyatu dengan tindakan, sedangkan baik buruknya suatu nilai belum tentu
diikuti oleh tindakan. Sampai disini kiranya dapat ditarik kesimpulan sementara
bahwa : (1) unsur seleksi merupakan hal yang membedakan antara nilai dengan
cita-cita yang dibentuk secara kultural, (2) vunsur pengakuan merupakan hal yang
membedakan antara lain dengan keyakinan , dan (3) unsur kognisi dan efeksi
merupakan unsur yang membedakan antara nilai dengan kebutuhan-kebutuhan
dasariah manusia. Setelah membedah perbedaan antara nilai dengan aspek
psikologis lainnya, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dipegang
orang secara pribadi, dan juga merupakan tuntunan-tuntunan yang terinternalisasi
dalam perilaku. Nilai juga merupakan unit kognitif yang digunakan dalam
menimbang tingkah laku dengan timbangan baik-buruk, tepat-tidak tepat, dan
benar-salah. Nilai berkaitan dengan ”apa yang semestinya” daripada dengan ”apa
adanya”.
Nilai dalam Etika
Etika merupakan suatu wilayah kajian tentang nilai baik-buruk. Objek kajian etika adalah
segala perbuatan manusia yang dilakukan atas dasar kehendak atau tidak dengan kehendak,
tetapi dapat diikhtiarkan ketika sadar. Berdasarkan definisi dan cakupan etika diatas, maka
jelas bahwa nilai merupakan tema abstrak yang terkandung dalam etika. Nilai di sini bukan nilai
benar-salah atau indah-tindak indah, melainkan nilai baik-buruk. Ada dua sumber nilai baikburuk yang terdapat dalam etika, yaitu nilai normatif yang bersumber dari buah pikiran
manusia dalam menata kehidupan sosial dan nilai preskriptif yang bersumber dari wahyu. Pada
nilai pertama, kualitas baik-buruk merupakan tema abstrak yang disifatkan pada muatan
hukum positif.
Adat kebiasaan, adat istiadat dan perilaku etis, sedangkan pada nilai kedua, kualitas
baik-buruk merupakan tema abstrak yang disifatkan pada perintah dan larangan yang terdapat
dalam wahyu serta pada perwujudan akhlak seseorang. Itulah sebabnya, istilah etika sering
digunakan dalam dua konteks, yaitu etika sebagai ilmu moral yang menelaah sumber, proses,
dan kualitas perbuatan manusia berdasarkan hukum normatif pada umumnya, dan etika
sebagai ilmu ahlak yang mengkaji sumber, proses, dan kualitas akhlak yang berbasis pada
ajaran agama.
Relativitas Nilai Kehidupan
Prinsip-prinsip relativitas nilai yang diketengahkan Ambroise Pertama : Nilai itu
relatif, Kedua : nilai tidak selalu disadari, kecuali ia berusaha untuk menemukanya, Ketiga :
nilai adalah landasan bagi perubahan. Nilai merupakan daya pendorong bagi kehidupan
seseorang atau kelompok. Oleh karena fungsi tersebut nilai berperan dalam proses perubahan
sosial. Terakhir : nilai ditambahkan melalui sumber yang berbeda. Sumber itu dapat berupa
keluarga, masyarakat, agama, media masa, tradisi, atau kelompok sebaya.
Nilai dalam Etika
Etika merupakan suatu wilayah kajian tentang nilai baikburuk. Objek kajian etika adalah segala perbuatan manusia yang
dilakukan atas dasar kehendak atau tidak dengan kehendak, tetapi
dapat diikhtiarkan ketika sadar. Berdasarkan definisi dan cakupan
etika diatas, maka jelas bahwa nilai merupakan tema abstrak yang
terkandung dalam etika. Nilai di sini bukan nilai benar-salah atau
indah-tindak indah, melainkan nilai baik-buruk. Ada dua sumber
nilai baik-buruk yang terdapat dalam etika, yaitu nilai normatif
yang bersumber dari buah pikiran manusia dalam menata
kehidupan sosial dan nilai preskriptif yang bersumber dari wahyu.
Pada nilai pertama, kualitas baik-buruk merupakan tema abstrak
yang disifatkan pada muatan hukum positif.
Enam Klasifikasi Nilai
Nilai Teoritik
Nilai teoritik memiliki kadar benar-salah menurut timbangan akal pikiran. Karena itu, nilai ini erat dengan
konsep, aksioma, dalil, prinsip, teori dan generalisasi pengamatan dan pembuktian ilmiah.
Nilai Ekonomis
Nilai ini terkait dengan pertimbangan nilai yang berkadar untung-rugi. Ditimbangnya adalah ”harga” dari
suatu barang atau jasa. Nilai ini lebih mengutamakan kegunaan sesuatu bagi kehidupan manusia. Secara
praktis nilai ekonomi dapat ditemukan dalam pertimbangan nilai produksi, pemasaran, konsumsi.
Nilai Estetik
Nilai estetik menempatkan nilai tertinggi pada bentuk keharmonisan. Nilai estentik lebih mencerminkan
keragaman. Nilai estetik lebih mengandalkan pada penilaian pribadi seseorang yang bersift subyektif.
Nilai Sosial
Adalah kasih syang antar manusia. Karena itu kadar nilai ini bergerak pada rentang antara kehidupan yang
individualistik dengan yang altruistik. Sikap tidak berpraduga kelek terhadap orang lain, keramahan dan
perasaan simpati dan empati merupakan perilaku yang menjadi kunci keberhasilan dalam meraih nilai
sosial.
Nilai Politik
Nilai ini adalah kekuasaan, kadar nilainya akan bergerak dari intensitas pengaruh yang rendah sampai pada
pengaruh yang tinggi (otoriter). Para filosof melihat bahwa kekuatan (power) menjadi dorongan utama dan
berlaku universal pada diri manusia. Namun apabila dilihat dari kadar pemilikannya nilai politik memang
menjadi tujuan utama orang tertentu, seperti para politisi atau penguasa.
Nilai Agama
Secara hakiki nilai ini merupakan nilai yang memiliki dasar yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai
sebelumnya yang datangnya dari Tuhan. Struktur mental manusia dan kebenaran mistik transendental
merupakan dua sisi unggul yang dimiliki nilai agama. Karena itu, nilai tertinggi yang harus dicpai adalah
kesatuan (unity) kesatuan berarti adanya keselarasan semua unsur kehidupan antara kehendak manusia
dengan perintah Tuhan.
D. INTERAKSI SOSIAL
Pengertian
Kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psychophysik dalam individu
yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan
lingkungannya.
Woodworth mengemukakan ada 4 jenis hubungan antara individu dan lingkungannya.
Individu dapat bertentangan. dengan lingkungan, individu dapat menggunakan
lingkungannya, individu dapat berpartisipasi (ikut serta) dengan lingkungannya, individu
dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
Lingkungan Physik ialah alam benda-benda yang koongkrit, maupun lingkungan
psychis, ialah jiwaraga orang-orang dalam lingkungan ataupun lingkungan rohaniah.
Menyesuaikan diri berarti : mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi
juga : mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri. Penyesuaian diri
dalam artinya yang pertama disebut juga penyesuaian diri yang autoplastis (auto = sendiri,
plastis = dibentuk), sedangan penyesuaian diri yang kedua juga disebut penyesuaian diri
yang alloplastis (aflo = yang lain).
Bonner berpendapat interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih
individu manusia, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat
menggambarkan kelangsungan timbal baliknya daripada interaksi sosial antara dua atau
lebih manusia itu. Faktor yang mendasarinya baik secara tunggal maupun bergabung ialah
: 1. faktor imitasi. 2. sugesti. 3 identifikasi. 4. Simpati.
1. Faktor Imitasi ialah perhubungan antara perangsang dan sambutan dimana
sambutan menghasilkan kembali atau menyerupai perangsang.
Beberapa syarat imitasi ialah :
a) Minat, perhatian yang cukup besar kan hal tersebut.
b) sikap menjungjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi, dan
berikutnya dapat pula suatu syarat lainya.
c) Dapat juga orang-orang mengimitasi suatu pandangan atau tingkah laku.
Oleh karena hal itu memaumyai penghargaan sosial yarg tinggi. Jadi
seseorang mungkin mengimitasi szsuatu oleh karena ia ingin memperoleh
penghargaan sosial di dafam lingkungannya
2. Faktor sugesti, Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat kita rumuskan sebagai suatu
proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan, atau
pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Syarat-syarat yang memudahkan sugesti terjadi ialah :
1. Sugesti karena hambatan berfikir
2. Sugesti karena keadaan fikiran terpecah-belah
3. Sugesti karena otoritet
4. Sugesti karena mayoritet
5. Sugesti karena ”will to believe”
3. Faktor ldentifikasi. Sigmund Freud menjelaskan proses kecenderungan untuk
menyadarkan dirinya sama dengan yang diidentifikasi secara tak sadar
irasional tidak hanya secara lahiriah tetapi batiniah.
4. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan
penilaian perasaan seperti juga pada poses identifikasi. Orang tiba-tiba
merasa diri tertarik kepada orang lain seakan-akan dengan serdirinya, dan
tertariknya itu tidak karena salah suatu ciri tertentu, melainkan karena
keseluruhan cara-cara bertingkah laku orang tersebut. Tetapi berlainan
dengan idertifikasi, maka timbulnya sympati itu merupakan proses yang
sadar bagi diri manusia yang merasa sympati terhadap orang lain.
Bentuk Interaksi Sosial
1.Kerjasama (cooperation)
2.Persaingan (competition)
3.Integrasi (intergration)
4.Asimilasi/Perpaduan (asimilation)
E. STRATIFIKASI SOSIAL
A.
Pengertian
Patirim A. Sorokin Social Stratification adalah ppmbedaan penduduk atau masyararat ke
dafam kelas-ke;as secara bertingkat (secara hirarkhis). Semakin komplek dan semakin
majunya perkembangan teknotogi sesuatu masyarakat, semakin kompleks pula sistim
lapisan-lapisan dalam masyarakat: Bentuk konkrit daripada lapisan-lapisan di dalam
masyarakat dikfasifikasikan ke dalam tiga macam kelas, yaitu yang ekonomis, politis dan
yang berdasarkan pada jabatan jabatan tertentu dalam masyarakat.
B. Terjadinya Lapisan-Lapisan dafam Masyarakat
Yang biasanya menjadi alasan terjadinya lapisan-lapisan dalam masyarakat yang terjadi
dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur yang senior), sifat keaslian
keanggautaan kerabat seorang kepala masyarakat dan mungkin juga harta.
C. Sifat Sistim Pelapisan dalam Suatu Masyarakat
Sifat sistim berlapis-lapisan di dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social
stratification) dan ada pula yang bersifat terbuka (closed social stratification). Yang bersifat
tertutup tidak memungkinkan pindaahnya seseorang dari suatu lapisan ke lapisan yang lain,
baik yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah. Di dalam sistim yang demikian itu satusatunya jalan untuk masuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah
karena kelahiran. Sebaliknya di dalam sistim yang terbuka setiap anggota masyarakat
mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kesempatan sendiri untuk naik lapisan,
atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan di
bawahnya.
D.
Dasar-dasar Lapisan dalam Masyarakat
Ukuran atas criteria yang biasanya dipakai untuk menggolonggolongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan
tersebut adalah sebagai terikut :
1.
2.
3.
4.
Ukuran
Ukuran
Ukuran
Ukuran
kekayaan.
kekuasaan.
kehormatan.
ilmu pengetahuan.
E. Unsur-Unsur Lapisan dalam Masyarakat
1)
Kedudukan (Status)
Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau
tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompokkelompok lainnya di dalam
kelompok yang lebih besar lagi.
1. Ascribed Status, yaitu kedudukan spseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut
diperoleh karena kelahirari.
2. Achieved Status, adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usahausaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak siperoleh atas dasar kelahiran, akan
tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tialmana terqantung dari kemampuannya
masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya.
2). Peranan (Role)
Peranan (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan status. Apabila
sesorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan
kedudukahnya maka dia menjalankan satu peranan. Peranan juga mempunyai dua
arii. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola
pergaulan hidupnya dan hal itu sekaligus berarti bahwa, peranan teresebut
menentukan apa vang diperbuatnya bagi masyarakat seegala kesempatarkesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Peranan-peranan
tersebut diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya normanorma kesopanan menghendaki agar seseorang laki-laki apabila berjalan bersamasama dengan seorang warga, maka dia harus berjalan di sebelah luar. Peranan lebih
banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses jadi
tepatnya dikatakan bahwa seseorana menduuuki suatu posisi atau tempat dalam
masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Maka suatu peranan mencakup
paling sedikit tiga hal yaitu :
a) Peranan adalah meliputi. norma-norma, yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti merupakan orang kaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan:
b) Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
c) Peranan juga dapat dilakukan sebagai perikelakuan individu yang penting bagi
struktur sosial.
F. PERUBAHAN SOSIAL DAN DINAMIKA MASYARAKAT
Mengapa Ada
Perubahan Sosial
Ada Peluang
Tantangan
Landasan
Filosofis/Hakiki
Landasan
Keilmuan
Tuntutan
Masa Depan
A.
Pengertian Dasar
Perubahan Sosial adalah perubahan yang terjadi dalam aspek struktur dan fungsi dari
suatu unit sistem sosial tertentu yang dikenai rangsangan, innovasi.
B. Paham atau Pandangan
1. Paham Demografis/Biologis sebagai faktor determinatif terjadinya perubahan sosial.
2. Paham Teknologis sebagai faktor determinatif terjadinya perubahan sosial.
3. Paham Kultural sebagai faktor determinatif terjadinya perubahan sosial.
C.
Sifat
1. Perubahan secara cepat dan lambat.
2. Perubahan sengaja dan tidak sengaja.
3. Perubahan itu progres dan regres.
4. Perubahan pengaruhnya besar dan kecil.
1. Terjadinya perubahan sosial
Perubahan-perubahan tidak berasal dari alam, tetapi dari manusia dan masyarakat.
Perubahan-perubahan itu tidak terjadi pada individu melainkan pada seluruh masyarakat.
Oleh karena itu perubahan-perubahan ini kita namakan Perubahan Sosial. Perubahan
sosial meliputi juga perubahan-perubahan dalam teknid\k dan ekonomi. Bagaimana sikap
kita? Apakah sebagai penonton atau pemain dalam proses perubahan sosial tersebut? Ini
sangat tergantung pada, Apakah kita mengerti akan arti dan tujuan dari perubahanperubahan yang terjadi saat ini.
2. Mengapa Perubahan-perubahan sosial terjadi?
Perubahan-perubahan terjadi karena Pertama karena adanya penemuan baru (inovasi) yang
mengakibatkan perubahan pada bidang kehidupan masyarakat baik dalam ekonomi, sosial,
politik, budaya, hukum. Kedua, terjadi karena suatu masyarakat mempunyai
hubungan/kontak budaya dengan dunia luar. Misalnya : para urbanis datang ke kota dengan
budaya yang mereka bawa akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh budaya dimana
mereka bertempat tinggal di kota dalam rangka bekerja atau sekolah.
3. Mengapa ada negara yang sudah maju dan terbelakang?
Bahwa pembangunan tentu saja tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan hanya atas dasar
usaha yang intensif dari masyarakat dan pemerintahannya.
Proses pembangunan ini dapat pula diumpamakan perlombaan lari 10 km. Setiap pelari
berusaha sekuat tenaga tetapi semua memerlukan waktu untuk sampai pada tujuan. Yang
satu mungkin lebih cepat sedikit yang lain mungkin lebih lambat, tetapi semua perlu + 30
menit untuk 10 km tadi. Maka ada negara dalam kondisi seperti diungkapkan oleh ROSTOV
dengan tahap-tahap pembangunan ekonominya.
4. Apakah perubahan sosial selalu menguntungkan?
Kita harus mampu memilikh secar kritis dan menilai apa yang harus diubah demi kemajuan
dan apa yang harus dipertahankan supaya tidak timbul pengaruh yang merugikan. Kita harus
menciptakan manusia baru yang mampu menguasai kemungkinan teknis yang luas, yang
tidak bingung dalam dunia modern. Tetapi yang memahami dan mampu mengurus dunia
modern. Oleh karena itu kita dapat mengucapkan bahwa perubahan-perubahan besar dalam
abad ini dapat sangat menguntungkan sekali, asal kita berhasil merubah manusianya juga.
5. Pembangunan harus seimbang antar pembangunan material dan mental
Pembangunan tidak akan berhasil dengan modal dan teknik saja. Kita harus membangun
manusianya pula, supaya manusia itu mampu menyesuaikan pikiran dan tindakan dengan
dunia yang berkembang. Penyebab utama dari pembangunan adalah manusia :
pengetahuan manusia, kebiasaan manusia, adat, cara berpikir, etika, dan sikap kepada
prestasi kedisiplinan, ketelitian dan sebagainya. Jika tidak ada keseimbangan akan
menimbulkan pertentangan-pertentangan/konplik dalam kehidupan masyarakat.
6. Kemana Tujuan Pembangunan mental?
a.
b.
c.
d.
e.
Cara berpikir irrasional kepada cara berpikir rasional
Dari cara berpikir tidak kritis menjadi berpikir yang kritis
Dari cara kerja yang tidak metodis menjadi cara kerja yang metodis
Dari cara berpikir jangka pendek menjadi cara berpikir jangka panjang
Dari cara berpikir yang tidak memperhatikan akibat dari suatu perbuatan, menjadi
berpikir yang didasari oleh rasa tanggung jawab.
f. Dari cara asal-asalan menjadi cara kerja yang bermutu/berkualis
g. Kebiasaan feodalistik dirubah menjadi kebiasaan demokratis
7. Mengapa
masyarakat
perubahan?
sering
kali
menentang
a. Ketakutan, bahwa perubahan itu akan menghilangkan wibawa
b. Ketakutan, bahwa dengan perubahan sosial dan mental akan menghilangkan
dalam pribadi mereka.
keseimbangan
c. Ketakutan, bahwa dengan perubahan orang akan menghadapi resiko yang
amat besar.
d. Ketakutan, bahwa dengan perubahan akan tambahnya pekerjaan dan kesulitan
8. Bagaimana kita menerapkan perubahan kepada masyarakat?
a. Sasaran seluruh lapisan masyarakat
b. Metoda kita yang pertama adalah memeberi pengetahuan baru untuk menghilangkan
pandangan-pandangan yang sempit dan memperluas pengetahuan masyarakat yang
terbatas. Dengan cara yang menarik.
c. Metoda yang kedua mengadakan diskusi dalam kelompok kecil
d. Metoda yang ketiga mengadakan kegiatan dalam kelompok kecil.
e. Metode yang keempat menciptakan wadah kegiatan yang baru yang diawali dengan
pelatihan.
Beberapa Teori Dasar perubahan sosial
1. Teori Modernisasi
Teori ini menerangkan bahwa variabilitas kesiapan masyarakat untuk melaksanakan upaya
pembangunan tergantung pada kekuatan faktor mentalitas budaya yang dimiliki (faktor intenal).
Teori ini menyarankan bahwa demi kelangsungan pembangunan itu, yang pertama-tama harus
dikembangkan adalah pada sikap mental warga masyarakat yang bersangkutan (mind set). Teoriteori modernisai mendapat tantangan dari teori ketergantungan yang merupakan komponen teori
komflik. Menurut teori ketergantungan, kesiapan membangun yang dimiliki oleh suatu bangsa
dirintangi oleh faktor ekstern berupa keinginan yang ada pada bangsa lain untuk
mempertahankan dominasinya kepada bangsa yang dimaksud, atau keinginan untuk
mempertahankan ketergantungan bangsa tersebut padanya. Dengan demikian teori ini
menyarankan agar dominasi pihak lain itu dihentikan, karena kalau tidak maka masyarakat yang
bersangkutan tidak akan membangun dirinya
2. Teori Sistem dan Keseimbangan Kultural
Toeri ini memandang bahwa teknologi baru merupakan sumber perubahan perubahan mengajak
kita berwaspada karena setiap intro-duksi teknologi baru kedalam masyarakat pasti menimbulkan
goncang-an pada keseimbangan sosiokultural yang ada. Hal ini disebabkan oleh adanya
variabilitas kepekaan sub sistem kehidupan terhadap perubahan dan variabilitas penerimaan oleh
individu-individu. Para penganut teori ini melihat setiap permasalah yang dihadapi adalah
perwujudan ketidak-seimbangan sosial budaya itu. Misalnya : Pertumbuhan penduduk yang amat
cepat dewasa ini adalah perwujudan ketidakseimbangan peneri-maan cara-cara hidup sehat yang
tidak diimbangi oleh penerimaan akan prinsip-prinsip Keluarga Berencana. Selanjutnya teoroi ini
memandang bahwa keseimbangan sosial akan tercapai kembali apabila masyarakat sudah
memiliki keterbukaan rasional yang tinggi.
2.
Teori Sistem dan Keseimbangan Kultural
Toeri ini memandang bahwa teknologi baru merupakan sumber perubahan perubahan
mengajak kita berwaspada karena setiap intro-duksi teknologi baru kedalam masyarakat
pasti menimbulkan goncang-an pada keseimbangan sosiokultural yang ada. Hal ini
disebabkan oleh adanya variabilitas kepekaan sub sistem kehidupan terhadap perubahan
dan variabilitas penerimaan oleh individu-individu. Para penganut teori ini melihat setiap
permasalah yang dihadapi adalah perwujudan ketidak-seimbangan sosial budaya itu.
Misalnya : Pertumbuhan penduduk yang amat cepat dewasa ini adalah perwujudan
ketidakseimbangan peneri-maan cara-cara hidup sehat yang tidak diimbangi oleh
penerimaan akan prinsip-prinsip Keluarga Berencana. Selanjutnya teoroi ini memandang
bahwa keseimbangan sosial akan tercapai kembali apabila masyarakat sudah memiliki
keterbukaan rasional yang tinggi.c
3. Teori Evolusi
Toeri ini menjelaskan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan peningkatan spesialisasi
dalam fungsi yang bergerak sejalan denan peningkatan diferensiasi struktural, dan perlunya
peningkatan koordinasi. Prinsip terebut dapat dijadikan pegangan yang amat penting dan
urgen bagi masyarakat yang membangun. Jika gagal melakukan koordinasi maka
spesialisasi yang menajam berarti ancaman disintegrasi atau disorganisasi sosial yang
mewujudkan diri dalam bentuk dalam kesemerawutan.
4. Teori Antisipasi
Memfokuskan perhatiannya pada dampak pembangunan terhadap kehidupan sosial. Teori
inilah yang mengajak kita meraba serta memperhitungkan dampak tindakan, terutama yang
disfungsional, sejak sebelum dilaksanakan. Jika prinsip ini diterapkan dalam perencanaan,
maka dampak disfungsional itu bisa dihindari dengan menggunakan prinsip sedia payung
sebelum hujan. Dengan demikian pembangunan bisa lebih efisien dan efektiv, akan tetapi
jika terlalu mengutamakan efesiensi dan efektivitas bisa menjadikan pembangunan itu
inhuman, dan hubungan sosial menjadi impersonal.
2. Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya perubahan
a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
c. Sikap masyarakat yang sangat tradisional
d. Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested
interest
e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
f. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap tertutup
g. Hambatan-hambatan yang bersifat idiologis
h. Adat atau kebiasaan
Dalam proses pembaharuan diperlukan adanya kerja sama antara
beberapa golongan elit dalam masyarakat misal:
Elit politik, Elit administratif , Elit cendekiawan, Elit bisnis Elit militer,
informed observer yaitu kelompok penyalur informasi dan pembentuk
pendapat masyarakat
• Selain golongan-golongan elit tersebut, terdapat 3 golongan besar dalam
masyarakat luas.
• Golongan tradisionalis, yaitu golongan yang karena pandangan, nilai-nilai atau
kepentingan tertentu, enggan menerima pembaharuan.
• Golongan modernis, yaitu mereka yang berorientasi kepada masa depan, bersedia
menerima unsur-unsur kultural dari luar yang dianggap sesuai dan mendorong
usaha pembaharuan.
• Golongan ambivalent, yaitu mereka yang hanya mengikuti arus, dan pada
hakikatnya enggan terhadap perubahan-perubahan karena selalu mengandung
risiko.
• Proses Pembangunan Masyarakat, terdapat pendistribusian inovasi berupa ide
baru, dalam menginformasikan ide, diperlukan proses komunikasi yang efektif,
untuk percepatan adposi
• Seorang komunikator atau agen perubahan harus memiliki:
Keahlian, Pengalaman, Dedikasi, Afiliasi dan simpati, Kemampuan untuk bersamasama dengan masyarakat, membaur satu sama lain untuk saling berinteraksi,
berkomunikasi. Peneriamaan kedatangan agend of change dimasyarakat
menandakan kesiapan masyarakat untuk menerima informasi apa yang akan
diberikan
• Dalam
penyampaian
sebuah
inovasi
perlu
keahlian
dalam
mengkomunikasikan sebuah ide, hal ini bisa dilakukan dengan berbagai
model komunikasi :
- Model komunikasi satu arah dan dua arah
- Model komunikasi satu sisi dan dua sisi
- Model satu tahap dan dua tahap
• Dalam penyampaian inovasi, ada beberapa pendekatan yang
dipergunakan, diantaranya dengan sangat kuat atau jelas dan intesif
dalam penyampainnya, ada pula penyampaian pesannya dengan tidak
begitu rinci, begitu ringan atau moderat.
• Dalam penyampaian informasi atau sebuah novasi, perlu dijelaskan
kesimpulan berkaitan dengan penyebaran informasi yang diberikan, agar
memiliki persamnaan persepsi antara klien dan agent of change.
• Pada anggota masyarakat yang menerima sebuah inovasi agar inovasi
tersebut berjalan sesuai tujuan dan berkelanjutan makan perlu
diadakannya bimbingan teknis, Inokulasi dan imunisasi
G. URBANISASI DALAM KAJIAN SOSIOLOGIS
1.Pengertian
2.faktor-faktor penyebab
terjadinya urbanisasi (push
factors dan pull factors)
3.Dampak urbanisasi
4.Pengaruh urbanisasi terhadap
kesehatan
5.Peran petugas kesehatan dalam
nasalah urbanisasi
H. AGAMA/ RELIGI DAN KEPERCAYAAN
Bahwa tiap religi/kepercayaan merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat
kornponen yaitu :
1. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia itu bersikap religius.
2. Sistem keyakinan yang mengandung segala keyakinan serta bayangan manusia tentang
sifat-sifat Tuhan, tentang wujud dari alam gaib (supranatural), serta segala nilai, norma danajaran dari religi yang bersangkutan.
3. Sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia untuk mencari hubungan dengan
Tuhan, dewa-dewa, atau mahluk-mahluk halus yang mendiami alam gaib.
4. Umat atau kesatuan sosial yang menuntut sistem keyakinan tersebut dalam sub 2 dan yang
melaksanakan sistem ritus clan upacara tersebut daiam sub 3.
Emosi keagamaan merupakan suatu getaran yang menggurakan jiwa
manusia. Proses-proses fisiologis dan psikologis apakah yang terjadi apabila
manusia dihinggapai oleh getaran jiwa tadi. Emosi keagamaan tadi bisa juga
dirasakan seseorang individu dalam keadaan sendiri, maka suatu aktivitas religius
dapat dilakukan seorang diri dalam keadaan sunyi senyap. Seorang bisa mencoba,
bersujud, atau melakukan salat sendiri dengan penuh khidmat, dalam keadaan
terhinggap oleh emosi keagamaan ia akan membayangkan Tuhan, dewa, ruh, atau
lainnya. Wujud dari bayangan tadi akan ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan
yang lazim hidup dalam masyarakat dan kebudayaannya, dan selanjutnya kelakuankelakuan keagamaan yang dijalankannya akan iuga menurut adat yang lazim.
Sistem keyakinan dalam suatu religi dijiwai oleh emosi keagamaan, tetapi
sebaliknya emosi keagamaan juga bisa dikorbankan oleh sistem kepercayaan.
Sistem keyakinan erat berhubungan dengan ritus clan upacara, dan merentukan
tata urut dari unsur-unsur, rangkaian acara serta peralatan yang dipakai daiam
upacara.
Adapun sistem ritus dan upacara itu melaksanakan dan melambangkan
konsepkonsep yang terkandung dalam sistem keyakinan. Sistem upacara
merupakan wujud kelakuan (behavioral manisfestation) dari religi.
Suatu komponen lagi adalah kelompok-kelompok religius kesatuankesatuan sosial atau umat yang menganut sistem kepercayaan dan melakukan
sistem upacara-upacara yang merupakan komponen yang kedua dan ketiga terurai
di atas. Kelompok-kelompok religius ini bisa berupa : 1) keluarga inti atau
kelompokkelompok kekerabatan kecil yang lain, 2) kelompok-kelompok kekerabatan
yang lebih besar seperti keluarga tuas, keluarga unilineal seperti klen, suku, marga,
dadia, dan lain-lain, 3) kesatuan komunitas seperti desa, gabungan desa clan lainlain, 4) organisasi-organisasi religius seperti organisasi penyiaran agama, partai
politik yang berdasarkan ideologi religius.
KEEMPAT KOMPONEN DARI RELIGI
SISTEM
KEPERCAYAAN
EMOSI
KEAGAMAAN
KELOMPOK
KEAGAMAAN
SISTEM
UPACARA
KEAGAMAAN
Tuhan
SEGITIGA EMAS
KEHIDUPAN YANG BAIK
DAN MEMBAHAGIAKAN
Inner
excellence
Inner
purpose
“Aku”
Alam Semesta
“aku”
MORAL
Manusia Lain
ORANG JUJUR
Jadi orang jujur
Caranya bagaimana
Kuatkan niatnya
Modal kejujuran
Jadi orang jujur
Caranya bagaimana
Ucapkan yang benar
‘ tuk dibiasakan
Jadi orang jujur
Caranya bagaimana
Taati aturan
Jujur kenyataan
DASAR PIJAKAN
- Nilai Filosofis
- Nilia
Sosiologis/Kemanusiaan
- Nilai Perundangan
2
- Etika PEMBANGUNAN
PENDEKATAN BEHAVIORISM
H
A
- PROSES
Pembangunan
Kesehatan
- PROGRAM
- GERAKAN
KELOMPOK
SASARAN
M
B
- Individu
A
- Kelompok
T
- Masyarakat
A
TARGET
CAPAIAN
Perubahan
Sikap/Laku
KEREATIF/
INOVATIF
N
Kondisi
Objektif
PENDEKATAN HUMANIS
SOSIOLOGIS
Alur Pikir Pembangunan MASYARAKAT BERBASIS ETNOLOGI
Individu
Keluarga
Masyarakat
MEMBANGUN
ILUSTRASI ETNOLOGI DALAM KASUS PERILAKU
BUDAYA HIDUP SEHAT (ANALISIS STUDY KASUS)
Keturunan
Pelayanan
Kesehatan
Status
KesehatAn
Lingkungan
Perilaku
Predisposing
Factors
(pengetahuan,
sikap, kepercayaan,
tradisi, nilai dan
sebagainya)
Komunikasi
Dinamika
Kelompok
Enabling Factors
(ketersediaan
sumber daya/
fasilitas)
Pemasaran Sosial
Pengembangan
Organisasi
Pembangunan
Kesehatan
Reinforcing
Factors
(sikap dan perilaku
petugas kesehatan)
Training,
Pengembangan
Organisasi
J.
ASPEK-ASPEK SOSIAL
BERBASIS ETNOLOGI
BUDAYA
DALAM
KESEHATAN
1. Aspek-Aspek Kebudayaan yang Mempengaruhi Tingkah Laku Sehat
Menurut Notoatmojo dkk. dalam Sarwono (1989), ada beberapa aspek
kebudayaan yang mempengaruhi tingkah laku kesehatan seseorang dan
yang dapat mempengaruhi status kesehatan, yaitu persepsi masyarakat
terhadap sehat, sakit, kepercayaan, pendidikan, nilai budaya dan
norma. Aspek-aspek itu pada akhirnya mempengaruhi program pendidikan
kesehatan.
a. Aspek persepsi masyarakat terhadap sehat dan sakit. Persepsi
masyarakat terhadap sehat dan sakit berbeda-beda. Ada yang
menganggap banwa penyakit ini disebabkan olel mahluk halus, gunaguna, kelelahan, makanan, ketidakseimbangan di dalam tubuh dan
sebagainya. Untuk menyembuhkannya pun harus dengan cara-cara
yang gaib. seperti penebusan dosa, dsb atau langsuug dibawa ke
pelayanan kesehatan. Ketidaktahuan petugas kesehatan terhadan
persepsi masyarakat akan menghambat pendidikan kesehatan
masyarakat.
b. Aspek Kepercayaan. Kepercayaan di masyarakat sangat mempengaruhi
tingkah laku kesehatan. Beberapa pandangan yang berasal dari
kepercayaan atau agama tertentu kadang-kadang memberi pengaruh
yang negatif terhadap program pendidikan kesehatan.
c. Aspek Pendidikan. Tingkat pendidikan individu dan masyarakat dapat
berpengaruh terhadap penerimaan pendidikan keseuatan, sehingga cara
penyampaian perugas kesehatan yang akan melakukan pendidikan kesehatan,
harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakatnya. Selain itu,
bahasa yang digunakan oleh petugas kesehatan harus sederhana dan dapat
dimengerti oleh masyarakat, sehinnga komunlkasi dalam memberikan
pendidikan kesehatan tidak terhambat.
d. Aspek Nilai Kebudayaan. Semua masyarakat menganggap bahwa kesehatan
adalah penting, tetapi anggapan tersehut tidak menduduki tingkatan yang
sangat tinggi pada setiap individu dan masyarakat. Hal itu disebabkan karena
pengaruh nilai-nilai yang ada di masyarakat, misalnya: di dalam masyarakat
yang mengetahui bahwa ada hubungan antara merokok dengan kanker paru
paru, masih banyak orang yang tetap merokok, karena nilai yang dibe rikan
pada kenikmatan merokok lebih tinggi daripada terhadap nilai ke mungkinan
terkena penyakit kanker.
e. Aspek Norma-Norma adalah standar atau kriteria untuk justitikasi tingkah
laku, sehingga norma tersebut mempengaruhi tingkah laku masyarakat
misalnya: perawat laki-laki tidak boleh merawat pasien perempuan karena
pada masyarakat tersebut terdapat norma bahwa tidak dibenar kan seorang
pria menyentuh wanita yang bukan muhrimnya. Akhirnya mereka tidak mau
dirawat, jika perawatnya laki-laki atau sebaliknya laki-laki tidak mau dirawat
oleh perawat wanita.
2. ASPEK SOSIAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
PEMBANGUNAN MASYARAKAT
a. Aspek Pragmatis. Masyarakat berpikir secara pragmatis, artinya mereka akan
menerim pendidikan kesehatan atau mengubah tingkah lakunya apabila
mereka merasa bahwa pendidikan kesehatan tersebut berguna untuk mereka.
b. Aspek Identifikasi dalam Kelompok. Identifikasi dalam kelompok sangat
penting bagi masyarakat untu mendapatkan kepuasan di dalam pekerjaan
sehari-hari. Identifikasi ini dapat dinyatakan dalam keluarga, lingkungan,
teman, ataupun kelompok kerja. Pendidikan kesehatan yang tidak sesuai
dengan kepentingan dan keinginan kelompok akan mengalami hambatan. Oleh
karena itu pendidikan kesehatan harus disesuaikan dengan kelompok, yaitu
dengan cara mengetahui sejauh mana partisipasi individu dalam kelompok dan
identifikasi prihadi individu-individu dalam kelompok akan membantu dalam
usaha mengikutsertakan individu dalam program pendidikan kesehatan.
c. Aspek Solidaritas Kelompok. Solidaritas kelompok masyarakat, terutama
masyarakat desa sangat kuat. Hal itu direfleksikan pada suatu kewajiban
bersama, baik di dalam keluarga maupun lingkungan teman. Partisipasi di
dalam program pendidikan kesehatan berhubungan erat dengan persepsi
individu. Karena orang lain berpartisipasi, individu diharapkan mengikuutinya.
Individu akan merasa takut dikritik oleh teman-teman/kerabatnya. Jika ia tidak
ikut berpartisipasi.
d. Aspek kekuasaan dalam pengambilan keputusan. Petugas pendidikan
kesehatan harus tahu di mana letak kekuasaan di dalam proses
pengamhiian keputusan, apakah ada di dalam keluarga, kelompok atau
tingkat desa. Pada beberapa masyarakat desa, kekuasaan dan proses
pengambilan keputusan dimanifestasikan di dalam struktur keluarga,
tetapi pada beberapa masyarakat lain terdapat kekuasaan di tingkat desa,
dengan peranan dalam mengambil keputusan yang dimiliki oleh pimpinan
formal dan informal. Petugas kesehatan harus cermat dalam
mengikutsertakan pimpinan masyarakat.
e. Aspek kelas dan masyarakat. Didalam masyarakat yang berstratifikasi,
anggota masyarakat diharapkan patuh pada golongan atas dan,
sebaliknya, golongan atas memberikan perintah kepada kelas bawah.
Petugas pendidikan kesehatan harus tahu siapa yang menduduki golongan
atas dan siapa yang menduduki golongan di bawah di dalam masyarakat
untuk keberhasilan program pendidikan kesehatan.
f. Aspek kepentingan pribadi/kelompok (vested interest,) Beberapa program
pendidikan kesehatan yang bersifat pembaharuan akan mengancam
kedudukan beberapa individu atau kelompok di dalam masyarakat. Dalam
hal ini perlu drketahui orang mana yang merasa dirugikan dan sebaiknya
mereka diikutsertakan, supaya tidak menghambat program.
TEORI BERUBAH
ETNOLOGI)
MENURUT
KURT
LEWIN
(KAJIAN
Lewin (1970) yang dikutip oleh Notoatmojo (1997) berpendapat
bahwa perilaku manusia itu adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan.
Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan
antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang.
1. Perubahan Perilaku pada Individu
a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat
b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun
c. Kekuatan-kekuatan
pendorong
meningkat
kekuatan-kekuatan penahan menurun
2. Proses Perubahan Perilaku
a.
b.
c.
d.
e.
Fase
Fase
Fase
Fase
Fase
pencarian (the unfreezing phase)
diagnosa masalah (problem diagnosis phase)
penentuan tujuan (goal setting phase)
tingkah laku baru (new behavior phase)
pembenkuan ulang (the refreezing phase)
dan
K. IMPLIKASI ETNOLOGI DALAM PERUBAHAN PERILAKU
Matthiews, dan Duncan, Thibout & Kelly mengemukakan bahwa kemungkinan
seseorang akan berbuat sesuatu tergatung pada hasil perpaduan dari kemungkinan
bahwa kegiatan yang dilakukan akan bisa mencapai tujuan harapan yang diinginkan
tersebut menurut yang bersangkutan.
Pendapat lain, tentang perubahan perilaku ini ialah bahwa seseorang merubah
perilakunya melalui berbagai cara :
1. Dengan adanya Cognitive Dissonance (Festinger)
Yang dimaksud dengan cognitive dissonance disini ialah adanya suatu gangguan
keseimhangan tentang kemantapan pengertian yang sudah memiliki seseorang. Pendapat ini
dikemukakan oleh seseorang ahli yang bernama Leon Restinger Ia mengemukakan bahwa
cognitive dissonance akan timbul pada din seseorang, jika yang bersangkutan menghadapi
hal-hal yang baru. Dalam keadaan demikian yang bersangkutan akan berusaha
mengembalikan keseimbangannya melalui suatu proses rationalisasi dengan merubah
pengertian, atau marubah sikap atau merubah perilaku.
Contoh ;
Di suatu desa, masyarakat percaya bahwa demam itu disebarkan oleh gangguan setan.
Pengertian ini sudah mantap dikalarigan masyarakar desa tersebut. Petugas kesehatan
tersebut mengatakan bahwa demam itu disebabkan oleh kuman penyakit. Karena
diperkenalkan bahwa pengertian baru ini kepada masyarakat desa tersebut, maka terjadilah
gangguan keseimbang tentang kemantapan-pengertian yang sudah dimiliki oleh masyarakat
desa tersebut. Jadi ada beberapa pengertian tentang pengertian demam yaitu pengertian lama
dan pengertian baru. Beda pengertian inilah disebut cognitive dissonance tersebut.
Jadi kesimpulannnya ialah bahwa untuk adanya suatu perubahan perilaku, kuta
memperkenalkansesuatu yang baru kepada individu atau kelompok agar tecipta suatu
cognitive dissonance. Melalui cognitive dissonance inilah perubahan perilaku akan terjadi.
2. Menurut Kelman ada 3 cara perubahan perilaku, yaitu :
a. Karena Terpaksa (Complience)
Pada cara complience ini, individu merubah perilakunya karena mengharapkan akan :
• Memperoleh imbalan baik materi maupun non-materi
• Memperoleh pengakuan dari kelompoknya atau dari orang yang menganjurkan
perubahan perilaku tersebut.
• Terhindar dari hukuman
• Tetap terpeliharanya hubungan baik dengan yang manganjurkan perubahan perilaku
tersebut.
Dengan cara ini perubahan tidak mendasar, jadi tidak lestari. Perubahan dilakukan karena
terpaksa.
b. Karena Ingin Meniru (Idnetification)
Pada cara ini, individu merubah perilakunya karena ingin disamakan dengan yang
dikaguminya. Misal : Kalau anak-anak dianjurkan gosok gigi setiap akan tidur malam
harinya dan anjurkan ini dituangkan dalam bentuk poster yang melukiskan seseorang
bintang kecil terkenal, yang sedang gosok gigi, naka anak-anak akan cepat mengikuti
anjuran terebut, karena ingin dipersamakan dengan bintang kecil tersebut. Disini juga
perubahan tidak mendasar hingga tidak lestari.
c.
Karena Menghayati Manfaatnya (Internalization)
Pada cara ini, perubahan benar-benar mendasar, artinya benar-benar menjadi bagian
hidupnya. Karena itu perubahan melalui cara ini umumnya lestari. Perubahan seperti ini
yang diharapkan akan dicapai melalui kesehatan alias Penyuluhan Kesehatan.
PERILAKU SEHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI
UNSUR PERILAKU BAGI INVIDU SEBAGAI ANGGOTA SUATU KELOMPOK :
SEBAGAI KAJIAN ETNOLOGI
Motivasi
Norma
Kelompok
Sarana
Perilaku
budaya
belajar
Kesiapan psikologis (pengertian + keyakinan)
1.
2.
3.
4.
5.
Pengertian/pengetahuan (knowledge) tentang apa yang akan dilakukannya.
Keyakinan/kepercayaannya tentang manfaat dan kebenaran dan apa yang akan dilakukannya
(attitude yang positif)
Sarana yang diperlukan untuk melakukannya.
Norma/dukungan kelompok bahwa apa yang akan dilakukannya itu benar/bisa diterima oleh
kelompoknya.
Dorongan/motivasi untuk berbuat, yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya.
Perbedaan antara sistem teori penyakit dengan sistem perawatan kesehatan bermanfaat
dari berbagai alasan. Di satu pihak, perbedaan itu membantu kita untuk melihat dengan lebih
jelas kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari seluruh sistem medis.
Perbedaan antara sistem teori penyakit dalam sistem perawatan kesehatan juga
memiliki keuntungan-keuntungan dalam sistem tindakan-tindakan tertentu : perbedaan itu
memungkinkan kita untuk mengatasi secara lebih bijaksana, lebih peka, tantangan dalam
memperkenalkan perubahan dalam praktek medis di kalangan penduduk yang sebelumnya
hanya mengenal sistem-sistem tradisional-nya belaka.
Beberapa Unsur Universal Dalam Sistem-Sistem Medis
1.
2.
3.
4.
Sistem medis adalah bagian integral dari kebudayaan-kebudayaan
Penyakit ditentukan oleh kebudayaan
Semua sistem-sistem medis memiliki segi-segi pencegahan dan pengobatan
Sistem medis memiliki sejumlah fungsi :
a. Suatu sistem teori penyakit memberikan rasional bagi pengobatan
b. Suatu sistem teori penyakit menjelaskan ”mengapa”
c. Sistem-sistem teori penyaklit seringkali menjalankan peran kuat dalam memberi
sanksi dan dorongan norma-norma budaya sosial dan moral.
d. Suatu sistem teori penyakit dapat memberikan rasional bagi pelaksanaan-pelaksanaan
konservasi
e. Suatu sistem teori penyakit dapat mengatasi agresi
f.
Peran nasionalistik pengobatan tradisional
KESEPAKATAN
PLS
PLS
PLS
PLS
mana yang mampu leading
STKIP Homebase nya kuring
mana mampu bersaing
STKIP dah tidak asing
Ye pi ye ye 2X
Pelayan prima utama
ETNOLOGI anu pangpangna
Bikin enjoy kita semua
PLS
PLS
PLS
Go 3X
Win 3X
Yes I Can….
TUKANG GALI
(Gerakan Amal Lestarikan Iman)
AKU TUKANG GALI
GALI AKU TUKANG
JIKA TIDAK GALI
AKU GALI TUKANG
AKU TUKANG GALI
GALI AKU TUKANG
JIKA TIDAK GALI
AKU BUKAN TUKANG
(Gerakan Amal Lestarikan Iman)
“The only person who is educated
is the one who has learned how to learn…and change”
Carl Rogers
Download