DIII kESEHATAN. ISBD (DALAM KONTEKS KESEHATAN) Prof. Dr. H. Enceng Mulyana, M.Pd. KAJIAN MATA KULIAH ISBD Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) merupakan suatu kajian tentang masalah sosial budaya termasuk kesehatan yang diharapkan agar mahasiswa memiliki rasa kemanusiaan , menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan secara universal (Ditjen Dikti No.47/Dikti/Kep/2006). A. Visi ISBD : Berkembangnya mahasiswa sebagai kaum terpelajar yang kritis , peka, dan arif dalam memahami keragaman , kesederajatan , dan kemertabatan manusia yang dilandasi nilai nilai etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat . B. Misi ISBD : Memberikan landasan dan wawasan yang luas , serta menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif pada mahasiswa untuk memahami , kesederajatan dan kemertabatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, selaku makhluk individu dan sosial yang beradab serta bertanggung jawab terhadap sumber daya manusia dan lingkungannya C. Tujuan ISBD : 1. Agar mahasiswa mempunyai minat kebiasaan untuk menyelidiki segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungan hidup masyarakat 2. Agar mahasiswa mempunyai kesadaran atau nilainilai yang di anut dan kesadaran tentang bagaimana hubungan antara nilai-nilai tersebut dalam masyarakat 3. Keberanian untuk menerima dan mempertahankan nilai-nilai yang baik dan berani menolak nilai-nilai yang negatif 4. Kompetensi Lulusan Perguruan Tinggi diharapkan : 1. Menguasai pengetahuan tentang keanekaragaman, kesederajatan dan kemertabatan manusia sebagai makhluk individu dan sosial dalam berkehidupan bermasyarakat 2. Memahami dan menghormati estetika , etika , dan nilai-nilai budaya yang menjadi pedoman bagi keteraturan dan kesejahteraan hidup dalam menata hidup kebersamaan dalam masyarakat 5. Pendekatan Pendekatan ISBD akan memperluas pandangan , bahwa masalah sosial, kemanusiaan, dan budaya dapat didekati berbagai sudut pandang. Dengan wawasaan yang akan mampu mengkaji sebuah masalah kemasyarakatan yang lebih kompleks, demikian pula dengan solusi pemecahannya MANUSIA DAN MASYARAKAT INDI VIDU HAKEKAT ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR 1. Pengertian ISBD : ISBD adalah cabang pengetahuan yang merupakan integrasi dari dua ilmu lainya yaitu ilmu sosial dan ilmu budaya . ISBD adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk mengkaji menanggapi masalah-masalah sosial , sedangkan ilmu budaya adalah ilmu yang termasuk dalam pengetahuan budaya , mengkaji masalah kemanusiaan dan budaya . Ilmu sosial budaya dasar merupakan pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah sosial manusia dan kebudayaan . Istilah ISBD dalam bahasa inggris disebut the humanities , artinya manusia berbudaya dan harus menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus . A. MANUSIA DAN MASYARAKAT Hakekat Manusia. 1. Manusia sebagai Mahluk BIOLOGIS. Adalah sosok diri yang terdiri dari organ-organ fisik memiliki sifat tumbuh dan kembang, bekerja secara fungsional, sistematis dan harmonis. Type fisik ini bisa type Astenis, type Pichnis dan type atletis. 2. Manusia Sebagai Mahluk PSIKOLOGIS. Artinya yang memiliki kejiwaan menjadikan dirinya hidup sesak, kreatif dengan akal/lurai dan perasaannya, karakteristiknya bersifat unik. Antara Biologis dan Psikologi membentuk kesatuan sehingga memiliki kepribadian (membentuk) kepribadian dirikhas 3. Manusia Sebagai Mahluk SOSIOLOGIS. Artinya sosial diri yang keberadaannya selalu eksis karena adanya orang lain berkat yang dimiliki (tidroh) senantiasa berinteraksi saling mempengaruhi satu sama lain dalam hidup bermasyarakat dengan sifat sosiologis ini maka terbentuk masyarakat yang tumbuh dan berubah. 4. Manusia Sebagai Mahluk KULTURAL (BUDAYA) Artinya sosok diri yang tumbuh berkembang berkat adanya lingkungan dimana yang hidup dibesarkan oleh adat istiadat nilai/norma yang berlaku ditempat-tempat kehidupanya atas dasar itu mereka senantiasa berfungsi sebagai pencipta budaya, pemanfaat budaya, penyeimbang budaya dengan pelestari budaya. 5. Manusia Sebagai Mahluk SPIRITUAL. Artinya sosok diri yang dalam hidup disehari-harinya senantiasa memiliki panduan atau rujukan hidup berapa keyakinan hidup bersama atas kepercayaan tertentu. Spiritual ini merupakan tahap yang cukup kuat terhadap hidup bermasyarakat. Tebal spiritual yang dianut akan tampak dalam perilaku, sikap, mental dan moral yang tampak kepermukaan. Hakekat Manusia Berdasarkan Aliran/Paham Hakekat manusia antara lain dapat dilihat dari pandangan kelompok psikoanalis; kelompok behavioris; dan kelompok humanistik. 1. Kelompok psikoanalis tradisional menganggap bahwa manusia pada dasarnya digerakan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instinktif. Tingkah laku individu ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikis yang sejak semula memang sudah ada pada diri individu tersebut. Freud mengemukakaan bahwa struktur kepribadian seseorang terdiri dari tiga komponen utama (Id, Ego dan Superego). Id merupakan unsur instinktif manusia yang mendasari perkembangan manusia. Dua insting yang paling penting ialah (a) insting seksual dan (b) insting agresi. Insting ini menggerakan individu untuk hidup didalam dunianya dengan ‘prinsip kesenangan’ (pleasure principle), dimana individu mencoba memuaskan dirinya sepanjang hidupnya. Karena id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan, secara mendasar, id akan berusaha memuaskan dirinya begitu dorongan intu muncul, tanpa memperhatikan etika moral ataupun realitas kehidupan. Id juga dipengaruhi oleh keberadaan lingkungannya. Ego berusaha menjembatani antara dorongan id dengan dorongan dari dunia luar individu. Unsur kepribadian yang ketiga kaitan dengan nilai, moral, adat dan tradisi yang melaksanakan fungsi kontrol terhadap individu. Superego terbentuk dari proses sosialisasi yang diterima individu dalam perjalanan hidupnya. Ego tidak dipandang hanya sebagai fungsi pengarahan perwujudan id saja, melainkan dilihat sebagai fungsi pokok yang bersifat rasional dan bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial individu. 2. Behavioris yang melihat manusia sebagai mahluk yang reaktif dan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga tingkah laku manusia dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Tingkah laku seseorang lebih banyak merupakan hasil belajar dari lingkungan, baik itu melalui pembiasaan (conditioning). Unsur lingkungan yang memberikan pengaruh terbesar dalam kehidupan individu. 3. Humanistik. Melihat manusia sebagai mahluk yang rasional dan memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang positif. Manusia memiliki kemampuan mengontrol dirinya sendiri dan bila situasi memnungkinkan dan ia berikan kesempatan maka individu tersebut dapat dikembangkan menjadi pribadi yang lebih positif. Manusia dalam pandangan kaum humanis adalah manusia yang suatu kesatuan potensi yang terus berkembang menuju arah yang lebih sempurna, tetapi karena kesempurnaan itu merupakan suatu yang sangat ideal dan abstrak sehingga tidak pernah ditemui, maka mereka selalu berada dalam proses pencarian dan pembentukan diri. Hakekat manusia sangat luas dan kompleks. Beberapa unsur yang dapat dipahami untuk mendapatkan wawasan yang sedikit lebih, mengenai manusia antara lain memiliki inner force, lingkunga merupakan unsur yang dapat menentukan tingkahlaku manusia, terdapat potensi. Bahwa manusia merupakan sumber daya tersendiri dalam pembangunan. Unsur penggerakan utama dan mempunyai kemampuan untuk memanipulasi dan mengintervensi sumberdaya manusia. Kerangka manusia dilengkapi lagi dengan keterkaitan manusia dengan maha penciptanya perubahan terhadap komunitas, manusia juga harus dipikirkan secara lebih luas dengan mencoba mengaitkan dengan unsur yang maha tinggi kekuasaannya. SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL DORONGAN UNTUK SALING MEMBUTUHKAN MANUSIA DORONGAN UNTUK BERINTERA KSI SOSIAL REAKSI ATAS PENILAIAN ORANG LAIN DORONGAN UNTUK BELAJAR ARTI MASYARAKAT. Linton mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir dengan dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Herskovits masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan yang mengikuti cara hidup tertentu. Gillin and Gillin masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan, peraturan yang sama. Masyarakat meliputi pengelompokkan yang lebih kecil. Steinmetz masyarakat adalah kelompok manusia terbesar yang meliputi pengelompokkan manusia yang lebih kecil yang memiliki hubungan erat yang teratur. Maclever masyarakat adalah satu sistem dari cara kerja dan prosedur, dari otoritas dan saling bantu membantu yang meliputi kelompokkelompok dan pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan dan kebebasan. Sistem yang kompleks yang selalu berubah, atau jaringan dari relasi sosial itulah yang dinamai masyarakat. UNSUR-UNSUR MASYARAKAT 1. Kategori Sosial Katagori sosial adalah kesatuan manusia yang terujud karena adnya suatu ciri-ciri yang objektif yang dikenakan kepada manusia-manusianya, seperti seks, usia, pendapat dan lain-lain Contoh : Masyarakat suatu negara ditentukan melalui hukumnya bahwa ada katagori warga jenis kelamin laki-laki dan katagori warga jenis kelmin wanita, dengan maksud untuk membedakan penyakitpenyakit yang spesifik pada kedua jenis kelamin tersebut. 2. Golongan sosial Hampir sama dengan kategori sosial, golongan sosial adalah merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri itu dikenakan kepada mereka dari pihak luar kalangan mereka sendiri. Walaupun demikian golongan sosial itu mempunyai ikatan identitas sosial. Hal tersebut tumbuh sebagai akibat reaksi terhadap cara pihak luar memandang golongan itu, atau mungkin golongan itu memang terikat oleh suatu sistem nilai, norma dan adat-istiadat tertentu. Contoh : Di Indonesia ada konsep golongan pemuda. Golongan sosial ini terdiri dari manusia-manusia yang oleh pihak luar disatukan berdasarkan ciri tertentu yaitu ”sifat muda” golongan ini oleh masyarakat umum digambarkan sebagai suatu golongan yang masih penuh vitalitas dan semangat. Suatu golongan sosial dapat juga timbul karena pandangan negatif dari orang-orang lain di luar golongannya. Contoh : Golongan gepeng (gelandangan dan pengemis) dalam masyarakat kota terjadi karena ciri-ciri yang menyolok dan membedakan dengan warga kota lainnya yang baik status sosialnya. 3. Komunitas Komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati wilayah yang nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta yang terikat oleh suatu rasa identitas komunitas dan merupakan pangkal dari perasaan patriotisme dan nasionalisme. Komunitas merupakan pengertian dari masyarakat dalam arti sempit karena komunitas bersifat khusus dengan adanya ciri tambahan yaitu ikatan lokasi (dibatasi oleh wilayah geografis). Contoh : Kesatuan-kesatuan seperti kota, desa, RW, RT atau masyarakat pengajian, pedagang, petani. 4. Kelompok dan Himpunan 1. Kelompok Kelompok merupakan sekumpulan manusia yang berinteraksi antar anggotanya, mempunyai adat istiadat tertentu, norma-norma berkesinambungan dan adanya rasa identitas yang sama serta mempunyai organisasi dan sistem pimpinan. Pada kelompok dasar organisasi adalah organisasi adat, berdasarkan kewibawaan dan kharisma serta hubungannya berdasarkan atas perorangan. Contoh : • Kelompok-kelompok yang terikat oleh hubungan keturunan atau kekerabatan suatu marga misalnya masyarakat Batak. • Kelompok-kelompok yang terdiri sekawanan remaja atau ”Geng”, sekelompok anak kapal, sekelompok tetangga yang sering bergaul dengan sebagainya. • Kelompok-kelompok lain termasuk dalam organisasi adat, misalnya; Kepala adat di beberapa wilayah di indonesia misal Minangkabau, Kalimantan. 2. Himpunan Himpunan merupakan kesatuan manusia yang berdasarkan sifat tugas dan atau guna, sifat hubungannya berdasarkan kontrak, dasar organisasinya, organisasi buatan, pimpinan berdasarkan wewenang dan hukum. Contoh : - Himpunan berdasarkan pendidikan yayasan pendidikan, perkumpulan pemberantasan Buta Huruf. - Himpunan berdasarkan kelompok ilmu pengetahuan misalnya, organisasi profesi seperti IDI, IBI dan PPNI. - Himpunan untuk kegiatan keagamaan misalnya Organisasi gereja, gerakan kebatinan, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama. Ruang lingkup kajian ilmu budaya dasar 1. Manusia dan pandangan hidup 2. Manusia dan keindahan 3. Manusia dan keadilan 4. Manusia dan cinta kasih / kasih sayang 5. Manusia dan tanggung jawab 6. Manusia dan harapan B. KEBUDAYAAN PENGERTIAN Kata ”kebudayaan” berasal dari kata sansakerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata ”buddhi” yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. ”Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Dengan lain perkataan, kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perikelakuan yang normatif, yaitu mencakup segala cara-cara atau pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak. (E.B. Taylor) Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai ”semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat”. Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaedah-kaedah dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti luas. Didalamnya termasuk misalnya saja agama, ideology, kebatinan, kesenian dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi dari jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya, cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-orang yang hidup bermasyarakat dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan, baik yang terwujud teori murni, maupun yang telah disusun untuk langsung diamalkan dalam kehidupan masyarakat. Rasa dan cipta dinamakan pula kebudayaan rohaniah (spiritual atau immaterial culture). Semua karya, rasa dan cipta, dikuasai oleh karsa dari orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar atau dengan seluruh masyarakat. Sebaliknya banyak orang terutama para ahli ilmu sosial, mengartikan konsep kebudayaan itu dalam arti yang amat luas yaitu seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar. (Koentjaraningrat). WUJUD Kebudayan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud, ialah : 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,peraturan dan sebagainya. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. C. Kluckhohn di dalam sebuah hasil karyanya yang berjudul Universal Categories of Culture, yaitu : 1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transport dan sebagainya). 2. Mata pencaharian hidup dan sistim-sistim ekonomi (pertanian, peternakan, sistim produksi, sistim didtribusi dan sebagainya). 3. Sistim kemasyarakatan (sistim kekerabatan, organisasi politik, sistim hokum, sistim perkawinan). 4. Bahasa (lisan maupun tulisan). 5. Kesenian (seni ruppa, seni suara, seni gerak dan sebagainya). 6. sistim pengetahuan. 7. Religi (sistim kepercayaan). SIFAT DAN HAKEKAT KEBUDAYAAN 1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari prilaku manusia. 2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia gerasi yang bersangkutan. 3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya. 4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan. Fungsi kebudayaan bagi manusia : 1. Fungsi sebagai pola hidup 2. Fungsi sebagai pusat norma 3. Fungsi sebagai pedoman hidup Fungsi manusia dalam kebudayaan : 1. Pencipta budaya (creator of culture) 2. Pengguna budaya (user of culture) 3. Pengembang budaya (depelover of culture) 4. Pelestari budaya (protector of culture) PRANATA SOSIAL (Koentjaraningrat) 1. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan, ialah yang sering disebut kinship atau domestic institutions. Contoh : pelamaran, perkawinan, poligami, pengasuhan kanak-kanak, perceraian dan sebagaianya. 2. Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia untuk pencarian hidup, memproduksi, menimbun dan mendistribusikan harta dan benda, ialah economic institutions. Contoh : pertanian, peternakan, pemburuan, feodalisme, industri, barter, koperasi, penjualan dan sebagainya. 3. Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yag berguna ialah educational institutions. Contoh : pengasuhan kanak-kanak, pendidikan rakyat, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pemberantasan buta huruf, pendidikan keagamaan, pers, perpustakaan umum dan sebagainya. 4. Pranata-pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, menyalami alam semesta sekelilingnya, ialah scientific institutions. Contoh : metodik ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah dan sebagainya. 5. Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia menyatakan rasa keindahannya, dan untuk rekreasi, ialah aesthetic and recreational institutions. Contoh : seni rupa, seni suara, seni gerak, seni drama, kesusasteraan, sport dan sebagainya. 6. Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau dengan alam gaib, ialah religious institutions. Contoh : gereja, doa, kenduri, upacara, penyiaran, agama, pantangan, ilmu gaib dan sebagainya. 7. Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan berkelompok secara besar-besaran atau kehidupan bernegara, ialah political institutions. Contoh : pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, ketentaraan, dan sebagainya. 8. Pranata-pranata yang mengurus kebutuhan jasmani dari manusia ialah somatic institutions. Contoh : pemeliharaan kecantikan, pemeliharaan kesehatan, kedokteran dan sebagainya. KOMPONEN-KOMPONEN DARI PRANATA SOSIAL SISTEM NORMA PRANATA YANG BERPUSAT PADA SUATU KELAKUAN BERPOLA PERSONEL PERALATAN FISIK Inti pengertian kebudayaan itu dalam pokok-pokok seperti dibawah ini. 1. Bahwa kebudayaan yang terdapat antara umat manusia itu sangat beraneka ragam. 2. Bahwa kebudayaan itu didapat dan diteruskan secara sosial dengan belajar. 3. Bahwa kebudayaan itu terjabarkan dari komponen biologi, psikologis dan sosiologi dari eksistensi manusia. 4. Bahwa kebudayaan itu berstruktur. 5. Bahwa kebudayan itu terbagi dalam beberapa aspek. 6. Bahwa kebudayaan itu dinamis. 7. Bahwa nilai dalam kebudayaan itu relatif. C. SISTEM NILAI BUDAYA Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat. Suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalarn hidup. Karena itu suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.Keseluruhan dari isi serta kemampuan alam pikiran dan alam jiwa manusia dalam hal menanggapi lingkungannya. Kluckhohn berpendapat bahwa ada lima masalah pokok dalam kehidupan manusia adalah : • • • • • Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia (selanjutnya disingkat MH). Masalah mengenai hakekat dari karya manusia (selanjutnya disingkat MK). Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu (selanjutnya disingkat MW). Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya (selanjutnya disingkat MA). Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya (selanjutnya disingkat MM). KERANGKA KLUCKHOHN MENGENAI LIMA MASALAH DASAR DALAM HIDUP YANG MENENTUKAN ORIENTASI NILAI BUDAYA MANUSIA Masalah dasar dalam hidup Orientasi nilai budaya Hakekat hidup (MH) Hidup itu buruk Hidup itu baik Hidup itu buruk, tetapi manusia wajib berikhtiar supaya hidup itu menjadi baik Hakekat karya (MK) Karya itu untuk nafkah hidup Karya itu untuk kedudukan, ke hormatan dan sebagainya Karya itu untuk menambah karya Persepsi manusia tentang waktu (MW) Orientasi masa lalu Orientasi masa sekarang Orientasi ke masa depan Pandangan manusia tentang alam (MW) Manusia tunduk kepada alam yang dahsyat Manusia berusaha menjaga keselarasan dengan alam Manusia berhasrat menguasai alam Hakekat hubungan antara manusia dengan sesamanya (MM) Orientasi kolateral (horisontal) rasa ketergantungan pada sesamanya (berjwa gotong royong) Orientasi8 vertikal, rasa ketergantungan kepada tokoh atasan dan perangkat Individualisme Nilai-Nilai A.Nilai Filosofis. - Nilai teologis artinya nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama yaitu a. Kesehatan bernilai ibadah (Al-Dzariat : ayat 56) b. Kesehatan bernilai fungsi khalifah (Al-Baqoroh : ayat 30) c. Kesehatan bernilai perjuangan psikologis (Ar-Ra’du : ayat 11) d. Kesehatan bernilai keimanan (Al-Mutdazir : ayat 4) dan kesehatan adalah sebagian dari iman e. Kesehatan bernilai kemanusiaan 1. Definisi Nilai Kurt Baier (UIA, 2003), seorang sosiolog menafsirkan nilai dari sudut pandangnya sendiri tentang keinginan, kebutuhan, kesenangan seseorang sampai pada sanksi dan tekanan dari masyarakat. Seorang psikolog menafsirkan nilai sebagai suatu kecendrungan perilaku yang berawal dari gejala-gejala psikologis, seperti hasrat, motif, sikap, kebutuhan, dan keyakinan yang dimiliki secara individual sampai pada wujud tingkah lakunya yang unik. Seorang antropolog melihat nilai sebagai harga yang melekat pada pola budaya masyarakat seperti dalam bahasa, adat kebiasaan keyakinan, hukum dan bentuk-bentuk organisasi sosial yang dikembangkan manusia. Lain lagi dengan seorang ekonom yang dapat diandalkan untuk kesejahteraan manusia. Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Gordon Allport (1964) Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif. Kupperman memandang norma sebagai salah satu bagian terpenting dari kehidupan seseorang justru dapat merasa tenang dan terbebas dari segala tuduhan masyarakat yang akan merugikan dirinya. Salah satu bagian terpenting dalam proses pertimbangan nilai (value judgement). Hans Jonas (bertens, 1999) nilai adalah alamat sebuah kata ”ya” atau kalau diterjemahkan secara kontekstual, nilai adalah sesuatu yang ditunjukan dengan kata ”Ya”. Kluckhohn (Brameld, 1957) nilai sebagai konsepsi (tersirat atautersurat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir tindakan. Kluckhohn itu mencakup pengertian pula bahwa sesuatu dipandang memiliki nilai karena dipersepsi sebagai sesuatu yang baik dan keinginan untuk memperolehnya mempengaruhi sikap dan tingkahlaku seseorang. Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Nilai dan Tindakan Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang. Dengan kata lain, nilai yang sesungguhnya hanya dapat lahir kalau diwujudkan dalam praktik tindakan. Thomas kuhn (barnes, 1982) menyatakan a value can be, if it is held to be more than a mere verbal formulation, sebuah nilai dapat terwujud andaikata nilai itu dilakukan daripada hanya sebagai bentuk ucapan saja. Nilai yang ia ucapkan sesungguhnya bukan nilai miliknya, sedangkan nilai yang benar-benar miliknya adalah nilai yang tercermin dalam intensitas dan frekuensi tindakanya. Sebagai sesuatu yang diinginkan, dikejar dan diraih, nilai melekat pada tindakan. Secara psikologis, kedekatn hubungan nilai dengan tindakan dapat dipahami andaikata dicermati dari hirarki motivasi yang menempatkan nilai pada struktur kebutuhan tertinggi. Dalam teori kebutuhan Maslow, misalnya, konsep aktualisasi diri (self-actualization) sebagai motivasi atau kebutuhan tertinggi, tiada lain sebagai perwujudan sederetan tindakan yang dipicu oleh seperangkat nilai terpuji. Nilai dan Norma Nilai pada tataran norma memiliki cakupan yang universal dibanding norma itu sendiri. Nilai melukiskan sesuatu harga yang diyakini seseorang (termasuk di dalamnya keyakinan normatif), sedangkan norma lebih merupakan suatu keharusan yang datang dari konsekuensi sosial. Nilai adalah tujuan dari penegak norma, sedangkan norma adalah cara yang ditempuh untuk mewujudkan standar, aturan atau kaidah tertentu. Nilai dan Moral Nilai dan moral sebenarnya tidak dapat berdiri sendiri. Bahkan dalam konteks tertentu nilai dan moral sering disatukan menjadi nilai moral. Tetapi dalam istilah tersebut termuat makna baru yang menggambarkan adanya kualitas moral. Ketika nilai dipisahkan dari moral, maka arti nilai tidak terpengaruh oleh arti moral, yakni tetap pada arti awalnya sebagai suatu keyakinan yang mana seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Pada hal serupa, sebenarnya moral terkait juga dengan kualitas baik-buruk. Tetapi ketika sifat baik-buruk itu dilekatkan pada moral, ia sudah menyatu dengan tindakan, sedangkan baik buruknya suatu nilai belum tentu diikuti oleh tindakan. Sampai disini kiranya dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa : (1) unsur seleksi merupakan hal yang membedakan antara nilai dengan cita-cita yang dibentuk secara kultural, (2) vunsur pengakuan merupakan hal yang membedakan antara lain dengan keyakinan , dan (3) unsur kognisi dan efeksi merupakan unsur yang membedakan antara nilai dengan kebutuhan-kebutuhan dasariah manusia. Setelah membedah perbedaan antara nilai dengan aspek psikologis lainnya, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dipegang orang secara pribadi, dan juga merupakan tuntunan-tuntunan yang terinternalisasi dalam perilaku. Nilai juga merupakan unit kognitif yang digunakan dalam menimbang tingkah laku dengan timbangan baik-buruk, tepat-tidak tepat, dan benar-salah. Nilai berkaitan dengan ”apa yang semestinya” daripada dengan ”apa adanya”. Nilai dalam Etika Etika merupakan suatu wilayah kajian tentang nilai baik-buruk. Objek kajian etika adalah segala perbuatan manusia yang dilakukan atas dasar kehendak atau tidak dengan kehendak, tetapi dapat diikhtiarkan ketika sadar. Berdasarkan definisi dan cakupan etika diatas, maka jelas bahwa nilai merupakan tema abstrak yang terkandung dalam etika. Nilai di sini bukan nilai benar-salah atau indah-tindak indah, melainkan nilai baik-buruk. Ada dua sumber nilai baikburuk yang terdapat dalam etika, yaitu nilai normatif yang bersumber dari buah pikiran manusia dalam menata kehidupan sosial dan nilai preskriptif yang bersumber dari wahyu. Pada nilai pertama, kualitas baik-buruk merupakan tema abstrak yang disifatkan pada muatan hukum positif. Adat kebiasaan, adat istiadat dan perilaku etis, sedangkan pada nilai kedua, kualitas baik-buruk merupakan tema abstrak yang disifatkan pada perintah dan larangan yang terdapat dalam wahyu serta pada perwujudan akhlak seseorang. Itulah sebabnya, istilah etika sering digunakan dalam dua konteks, yaitu etika sebagai ilmu moral yang menelaah sumber, proses, dan kualitas perbuatan manusia berdasarkan hukum normatif pada umumnya, dan etika sebagai ilmu ahlak yang mengkaji sumber, proses, dan kualitas akhlak yang berbasis pada ajaran agama. Relativitas Nilai Kehidupan Prinsip-prinsip relativitas nilai yang diketengahkan Ambroise Pertama : Nilai itu relatif, Kedua : nilai tidak selalu disadari, kecuali ia berusaha untuk menemukanya, Ketiga : nilai adalah landasan bagi perubahan. Nilai merupakan daya pendorong bagi kehidupan seseorang atau kelompok. Oleh karena fungsi tersebut nilai berperan dalam proses perubahan sosial. Terakhir : nilai ditambahkan melalui sumber yang berbeda. Sumber itu dapat berupa keluarga, masyarakat, agama, media masa, tradisi, atau kelompok sebaya. Enam Klasifikasi Nilai Nilai Teoritik Nilai teoritik memiliki kadar benar-salah menurut timbangan akal pikiran. Karena itu, nilai ini erat dengan konsep, aksioma, dalil, prinsip, teori dan generalisasi pengamatan dan pembuktian ilmiah. Nilai Ekonomis Nilai ini terkait dengan pertimbangan nilai yang berkadar untung-rugi. Ditimbangnya adalah ”harga” dari suatu barang atau jasa. Nilai ini lebih mengutamakan kegunaan sesuatu bagi kehidupan manusia. Secara praktis nilai ekonomi dapat ditemukan dalam pertimbangan nilai produksi, pemasaran, konsumsi. Nilai Estetik Nilai estetik menempatkan nilai tertinggi pada bentuk keharmonisan. Nilai estentik lebih mencerminkan keragaman. Nilai estetik lebih mengandalkan pada penilaian pribadi seseorang yang bersift subyektif. Nilai Sosial Adalah kasih syang antar manusia. Karena itu kadar nilai ini bergerak pada rentang antara kehidupan yang individualistik dengan yang altruistik. Sikap tidak berpraduga kelek terhadap orang lain, keramahan dan perasaan simpati dan empati merupakan perilaku yang menjadi kunci keberhasilan dalam meraih nilai sosial. Nilai Politik Nilai ini adalah kekuasaan, kadar nilainya akan bergerak dari intensitas pengaruh yang rendah sampai pada pengaruh yang tinggi (otoriter). Para filosof melihat bahwa kekuatan (power) menjadi dorongan utama dan berlaku universal pada diri manusia. Namun apabila dilihat dari kadar pemilikannya nilai politik memang menjadi tujuan utama orang tertentu, seperti para politisi atau penguasa. Nilai Agama Secara hakiki nilai ini merupakan nilai yang memiliki dasar yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai sebelumnya yang datangnya dari Tuhan. Struktur mental manusia dan kebenaran mistik transendental merupakan dua sisi unggul yang dimiliki nilai agama. Karena itu, nilai tertinggi yang harus dicpai adalah kesatuan (unity) kesatuan berarti adanya keselarasan semua unsur kehidupan antara kehendak manusia dengan perintah Tuhan. D. INTERAKSI SOSIAL Pengertian Kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psychophysik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Woodworth mengemukakan ada 4 jenis hubungan antara individu dan lingkungannya. Individu dapat bertentangan. dengan lingkungan, individu dapat menggunakan lingkungannya, individu dapat berpartisipasi (ikut serta) dengan lingkungannya, individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Lingkungan Physik ialah alam benda-benda yang koongkrit, maupun lingkungan psychis, ialah jiwaraga orang-orang dalam lingkungan ataupun lingkungan rohaniah. Menyesuaikan diri berarti : mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga : mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri. Penyesuaian diri dalam artinya yang pertama disebut juga penyesuaian diri yang autoplastis (auto = sendiri, plastis = dibentuk), sedangan penyesuaian diri yang kedua juga disebut penyesuaian diri yang alloplastis (aflo = yang lain). Bonner berpendapat interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat menggambarkan kelangsungan timbal baliknya daripada interaksi sosial antara dua atau lebih manusia itu. Faktor yang mendasarinya baik secara tunggal maupun bergabung ialah : 1. faktor imitasi. 2. sugesti. 3 identifikasi. 4. Simpati. 1. Faktor Imitasi ialah perhubungan antara perangsang dan sambutan dimana sambutan menghasilkan kembali atau menyerupai perangsang. Beberapa syarat imitasi ialah : a) Minat, perhatian yang cukup besar kan hal tersebut. b) sikap menjungjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi, dan berikutnya dapat pula suatu syarat lainya. c) Dapat juga orang-orang mengimitasi suatu pandangan atau tingkah laku. Oleh karena hal itu memaumyai penghargaan sosial yarg tinggi. Jadi seseorang mungkin mengimitasi szsuatu oleh karena ia ingin memperoleh penghargaan sosial di dafam lingkungannya 2. Faktor sugesti, Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat kita rumuskan sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan, atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Syarat-syarat yang memudahkan sugesti terjadi ialah : 1. Sugesti karena hambatan berfikir 2. Sugesti karena keadaan fikiran terpecah-belah 3. Sugesti karena otoritet 4. Sugesti karena mayoritet 5. Sugesti karena ”will to believe” 3. Faktor ldentifikasi. Sigmund Freud menjelaskan proses kecenderungan untuk menyadarkan dirinya sama dengan yang diidentifikasi secara tak sadar irasional tidak hanya secara lahiriah tetapi batiniah. 4. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada poses identifikasi. Orang tiba-tiba merasa diri tertarik kepada orang lain seakan-akan dengan serdirinya, dan tertariknya itu tidak karena salah suatu ciri tertentu, melainkan karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku orang tersebut. Tetapi berlainan dengan idertifikasi, maka timbulnya sympati itu merupakan proses yang sadar bagi diri manusia yang merasa sympati terhadap orang lain. Bentuk Interaksi Sosial 1.Kerjasama (cooperation) 2.Persaingan (competition) 3.Integrasi (intergration) 4.Asimilasi/Perpaduan (asimilation) E. STRATIFIKASI SOSIAL A. Pengertian Patirim A. Sorokin Social Stratification adalah ppmbedaan penduduk atau masyararat ke dafam kelas-ke;as secara bertingkat (secara hirarkhis). Semakin komplek dan semakin majunya perkembangan teknotogi sesuatu masyarakat, semakin kompleks pula sistim lapisan-lapisan dalam masyarakat: Bentuk konkrit daripada lapisan-lapisan di dalam masyarakat dikfasifikasikan ke dalam tiga macam kelas, yaitu yang ekonomis, politis dan yang berdasarkan pada jabatan jabatan tertentu dalam masyarakat. B. Terjadinya Lapisan-Lapisan dafam Masyarakat Yang biasanya menjadi alasan terjadinya lapisan-lapisan dalam masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur yang senior), sifat keaslian keanggautaan kerabat seorang kepala masyarakat dan mungkin juga harta. C. Sifat Sistim Pelapisan dalam Suatu Masyarakat Sifat sistim berlapis-lapisan di dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social stratification) dan ada pula yang bersifat terbuka (closed social stratification). Yang bersifat tertutup tidak memungkinkan pindaahnya seseorang dari suatu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah. Di dalam sistim yang demikian itu satusatunya jalan untuk masuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran. Sebaliknya di dalam sistim yang terbuka setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kesempatan sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan di bawahnya. D. Dasar-dasar Lapisan dalam Masyarakat Ukuran atas criteria yang biasanya dipakai untuk menggolonggolongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan tersebut adalah sebagai terikut : 1. 2. 3. 4. Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran kekayaan. kekuasaan. kehormatan. ilmu pengetahuan. E. Unsur-Unsur Lapisan dalam Masyarakat 1) Kedudukan (Status) Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompokkelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar lagi. 1. Ascribed Status, yaitu kedudukan spseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahirari. 2. Achieved Status, adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usahausaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak siperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tialmana terqantung dari kemampuannya masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. 2). Peranan (Role) Peranan (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan status. Apabila sesorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukahnya maka dia menjalankan satu peranan. Peranan juga mempunyai dua arii. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya dan hal itu sekaligus berarti bahwa, peranan teresebut menentukan apa vang diperbuatnya bagi masyarakat seegala kesempatarkesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Peranan-peranan tersebut diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya normanorma kesopanan menghendaki agar seseorang laki-laki apabila berjalan bersamasama dengan seorang warga, maka dia harus berjalan di sebelah luar. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses jadi tepatnya dikatakan bahwa seseorana menduuuki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Maka suatu peranan mencakup paling sedikit tiga hal yaitu : a) Peranan adalah meliputi. norma-norma, yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti merupakan orang kaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan: b) Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. c) Peranan juga dapat dilakukan sebagai perikelakuan individu yang penting bagi struktur sosial. F. PERUBAHAN SOSIAL DAN DINAMIKA MASYARAKAT Mengapa Ada Perubahan Sosial Ada Peluang Tantangan Landasan Filosofis/Hakiki Landasan Keilmuan Tuntutan Masa Depan A. Pengertian Dasar Perubahan Sosial adalah perubahan yang terjadi dalam aspek struktur dan fungsi dari suatu unit sistem sosial tertentu yang dikenai rangsangan, innovasi. B. Paham atau Pandangan 1. Paham Demografis/Biologis sebagai faktor determinatif terjadinya perubahan sosial. 2. Paham Teknologis sebagai faktor determinatif terjadinya perubahan sosial. 3. Paham Kultural sebagai faktor determinatif terjadinya perubahan sosial. C. Sifat 1. Perubahan secara cepat dan lambat. 2. Perubahan sengaja dan tidak sengaja. 3. Perubahan itu progres dan regres. 4. Perubahan pengaruhnya besar dan kecil. 1. Terjadinya perubahan sosial Perubahan-perubahan tidak berasal dari alam, tetapi dari manusia dan masyarakat. Perubahan-perubahan itu tidak terjadi pada individu melainkan pada seluruh masyarakat. Oleh karena itu perubahan-perubahan ini kita namakan Perubahan Sosial. Perubahan sosial meliputi juga perubahan-perubahan dalam teknid\k dan ekonomi. Bagaimana sikap kita? Apakah sebagai penonton atau pemain dalam proses perubahan sosial tersebut? Ini sangat tergantung pada, Apakah kita mengerti akan arti dan tujuan dari perubahanperubahan yang terjadi saat ini. 2. Mengapa Perubahan-perubahan sosial terjadi? Perubahan-perubahan terjadi karena Pertama karena adanya penemuan baru (inovasi) yang mengakibatkan perubahan pada bidang kehidupan masyarakat baik dalam ekonomi, sosial, politik, budaya, hukum. Kedua, terjadi karena suatu masyarakat mempunyai hubungan/kontak budaya dengan dunia luar. Misalnya : para urbanis datang ke kota dengan budaya yang mereka bawa akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh budaya dimana mereka bertempat tinggal di kota dalam rangka bekerja atau sekolah. 3. Mengapa ada negara yang sudah maju dan terbelakang? Bahwa pembangunan tentu saja tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan hanya atas dasar usaha yang intensif dari masyarakat dan pemerintahannya. Proses pembangunan ini dapat pula diumpamakan perlombaan lari 10 km. Setiap pelari berusaha sekuat tenaga tetapi semua memerlukan waktu untuk sampai pada tujuan. Yang satu mungkin lebih cepat sedikit yang lain mungkin lebih lambat, tetapi semua perlu + 30 menit untuk 10 km tadi. Maka ada negara dalam kondisi seperti diungkapkan oleh ROSTOV dengan tahap-tahap pembangunan ekonominya. 4. Apakah perubahan sosial selalu menguntungkan? Kita harus mampu memilikh secar kritis dan menilai apa yang harus diubah demi kemajuan dan apa yang harus dipertahankan supaya tidak timbul pengaruh yang merugikan. Kita harus menciptakan manusia baru yang mampu menguasai kemungkinan teknis yang luas, yang tidak bingung dalam dunia modern. Tetapi yang memahami dan mampu mengurus dunia modern. Oleh karena itu kita dapat mengucapkan bahwa perubahan-perubahan besar dalam abad ini dapat sangat menguntungkan sekali, asal kita berhasil merubah manusianya juga. 5. Pembangunan harus seimbang antar pembangunan material dan mental Pembangunan tidak akan berhasil dengan modal dan teknik saja. Kita harus membangun manusianya pula, supaya manusia itu mampu menyesuaikan pikiran dan tindakan dengan dunia yang berkembang. Penyebab utama dari pembangunan adalah manusia : pengetahuan manusia, kebiasaan manusia, adat, cara berpikir, etika, dan sikap kepada prestasi kedisiplinan, ketelitian dan sebagainya. Jika tidak ada keseimbangan akan menimbulkan pertentangan-pertentangan/konplik dalam kehidupan masyarakat. 6. Kemana Tujuan Pembangunan mental? a. b. c. d. e. Cara berpikir irrasional kepada cara berpikir rasional Dari cara berpikir tidak kritis menjadi berpikir yang kritis Dari cara kerja yang tidak metodis menjadi cara kerja yang metodis Dari cara berpikir jangka pendek menjadi cara berpikir jangka panjang Dari cara berpikir yang tidak memperhatikan akibat dari suatu perbuatan, menjadi berpikir yang didasari oleh rasa tanggung jawab. f. Dari cara asal-asalan menjadi cara kerja yang bermutu/berkualis g. Kebiasaan feodalistik dirubah menjadi kebiasaan demokratis 7. Mengapa masyarakat sering kali menentang perubahan? a. Ketakutan, bahwa perubahan itu akan menghilangkan wibawa b. Ketakutan, bahwa dengan perubahan sosial dan mental akan menghilangkan keseimbangan dalam pribadi mereka. c. Ketakutan, bahwa dengan perubahan orang akan menghadapi resiko yang amat besar. d. Ketakutan, bahwa dengan perubahan akan tambahnya pekerjaan dan kesulitan 8. Bagaimana kita menerapkan perubahan masyarakat? a. Sasaran seluruh lapisan masyarakat kepada b. Metoda kita yang pertama adalah memeberi pengetahuan baru untuk menghilangkan pandangan-pandangan yang sempit dan memperluas pengetahuan masyarakat yang terbatas. Dengan cara yang menarik. c. Metoda yang kedua mengadakan diskusi dalam kelompok kecil d. Metoda yang ketiga mengadakan kegiatan dalam kelompok kecil. e. Metode yang keempat menciptakan wadah kegiatan yang baru yang diawali dengan pelatihan. Beberapa Teori Dasar perubahan sosial 1. Teori Modernisasi Teori ini menerangkan bahwa variabilitas kesiapan masyarakat untuk melaksanakan upaya pembangunan tergantung pada kekuatan faktor mentalitas budaya yang dimiliki (faktor intenal). Teori ini menyarankan bahwa demi kelangsungan pembangunan itu, yang pertama-tama harus dikembangkan adalah pada sikap mental warga masyarakat yang bersangkutan (mind set). Teoriteori modernisai mendapat tantangan dari teori ketergantungan yang merupakan komponen teori komflik. Menurut teori ketergantungan, kesiapan membangun yang dimiliki oleh suatu bangsa dirintangi oleh faktor ekstern berupa keinginan yang ada pada bangsa lain untuk mempertahankan dominasinya kepada bangsa yang dimaksud, atau keinginan untuk mempertahankan ketergantungan bangsa tersebut padanya. Dengan demikian teori ini menyarankan agar dominasi pihak lain itu dihentikan, karena kalau tidak maka masyarakat yang bersangkutan tidak akan membangun dirinya 2. Teori Sistem dan Keseimbangan Kultural Toeri ini memandang bahwa teknologi baru merupakan sumber perubahan perubahan mengajak kita berwaspada karena setiap intro-duksi teknologi baru kedalam masyarakat pasti menimbulkan goncang-an pada keseimbangan sosiokultural yang ada. Hal ini disebabkan oleh adanya variabilitas kepekaan sub sistem kehidupan terhadap perubahan dan variabilitas penerimaan oleh individu-individu. Para penganut teori ini melihat setiap permasalah yang dihadapi adalah perwujudan ketidak-seimbangan sosial budaya itu. Misalnya : Pertumbuhan penduduk yang amat cepat dewasa ini adalah perwujudan ketidakseimbangan peneri-maan cara-cara hidup sehat yang tidak diimbangi oleh penerimaan akan prinsip-prinsip Keluarga Berencana. Selanjutnya teoroi ini memandang bahwa keseimbangan sosial akan tercapai kembali apabila masyarakat sudah memiliki keterbukaan rasional yang tinggi. 2. Teori Sistem dan Keseimbangan Kultural Toeri ini memandang bahwa teknologi baru merupakan sumber perubahan perubahan mengajak kita berwaspada karena setiap intro-duksi teknologi baru kedalam masyarakat pasti menimbulkan goncang-an pada keseimbangan sosiokultural yang ada. Hal ini disebabkan oleh adanya variabilitas kepekaan sub sistem kehidupan terhadap perubahan dan variabilitas penerimaan oleh individu-individu. Para penganut teori ini melihat setiap permasalah yang dihadapi adalah perwujudan ketidak-seimbangan sosial budaya itu. Misalnya : Pertumbuhan penduduk yang amat cepat dewasa ini adalah perwujudan ketidakseimbangan peneri-maan cara-cara hidup sehat yang tidak diimbangi oleh penerimaan akan prinsip-prinsip Keluarga Berencana. Selanjutnya teoroi ini memandang bahwa keseimbangan sosial akan tercapai kembali apabila masyarakat sudah memiliki keterbukaan rasional yang tinggi.c 3. Teori Evolusi Toeri ini menjelaskan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan peningkatan spesialisasi dalam fungsi yang bergerak sejalan denan peningkatan diferensiasi struktural, dan perlunya peningkatan koordinasi. Prinsip terebut dapat dijadikan pegangan yang amat penting dan urgen bagi masyarakat yang membangun. Jika gagal melakukan koordinasi maka spesialisasi yang menajam berarti ancaman disintegrasi atau disorganisasi sosial yang mewujudkan diri dalam bentuk dalam kesemerawutan. 4. Teori Antisipasi Memfokuskan perhatiannya pada dampak pembangunan terhadap kehidupan sosial. Teori inilah yang mengajak kita meraba serta memperhitungkan dampak tindakan, terutama yang disfungsional, sejak sebelum dilaksanakan. Jika prinsip ini diterapkan dalam perencanaan, maka dampak disfungsional itu bisa dihindari dengan menggunakan prinsip sedia payung sebelum hujan. Dengan demikian pembangunan bisa lebih efisien dan efektiv, akan tetapi jika terlalu mengutamakan efesiensi dan efektivitas bisa menjadikan pembangunan itu inhuman, dan hubungan sosial menjadi impersonal. 2. Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya perubahan a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat c. Sikap masyarakat yang sangat tradisional d. Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested interest e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan f. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap tertutup g. Hambatan-hambatan yang bersifat idiologis h. Adat atau kebiasaan Dalam proses pembaharuan diperlukan adanya kerja sama antara beberapa golongan elit dalam masyarakat misal: Elit politik, Elit administratif , Elit cendekiawan, Elit bisnis Elit militer, informed observer yaitu kelompok penyalur informasi dan pembentuk pendapat masyarakat • Selain golongan-golongan elit tersebut, terdapat 3 golongan besar dalam masyarakat luas. • Golongan tradisionalis, yaitu golongan yang karena pandangan, nilai-nilai atau kepentingan tertentu, enggan menerima pembaharuan. • Golongan modernis, yaitu mereka yang berorientasi kepada masa depan, bersedia menerima unsur-unsur kultural dari luar yang dianggap sesuai dan mendorong usaha pembaharuan. • Golongan ambivalent, yaitu mereka yang hanya mengikuti arus, dan pada hakikatnya enggan terhadap perubahan-perubahan karena selalu mengandung risiko. • Proses Pembangunan Masyarakat, terdapat pendistribusian inovasi berupa ide baru, dalam menginformasikan ide, diperlukan proses komunikasi yang efektif, untuk percepatan adposi • Seorang komunikator atau agen perubahan harus memiliki: Keahlian, Pengalaman, Dedikasi, Afiliasi dan simpati, Kemampuan untuk bersamasama dengan masyarakat, membaur satu sama lain untuk saling berinteraksi, berkomunikasi. Peneriamaan kedatangan agend of change dimasyarakat menandakan kesiapan masyarakat untuk menerima informasi apa yang akan diberikan • Dalam penyampaian sebuah inovasi perlu keahlian dalam mengkomunikasikan sebuah ide, hal ini bisa dilakukan dengan berbagai model komunikasi : - Model komunikasi satu arah dan dua arah - Model komunikasi satu sisi dan dua sisi - Model satu tahap dan dua tahap • Dalam penyampaian inovasi, ada beberapa pendekatan yang dipergunakan, diantaranya dengan sangat kuat atau jelas dan intesif dalam penyampainnya, ada pula penyampaian pesannya dengan tidak begitu rinci, begitu ringan atau moderat. • Dalam penyampaian informasi atau sebuah novasi, perlu dijelaskan kesimpulan berkaitan dengan penyebaran informasi yang diberikan, agar memiliki persamnaan persepsi antara klien dan agent of change. • Pada anggota masyarakat yang menerima sebuah inovasi agar inovasi tersebut berjalan sesuai tujuan dan berkelanjutan makan perlu diadakannya bimbingan teknis, Inokulasi dan imunisasi G. URBANISASI DALAM KAJIAN SOSIOLOGIS 1.Pengertian 2.faktor-faktor penyebab terjadinya urbanisasi (push factors dan pull factors) 3.Dampak urbanisasi 4.Pengaruh urbanisasi terhadap kesehatan 5.Peran petugas kesehatan dalam nasalah urbanisasi H. AGAMA/ RELIGI DAN KEPERCAYAAN Bahwa tiap religi/kepercayaan merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat kornponen yaitu : 1. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia itu bersikap religius. 2. Sistem keyakinan yang mengandung segala keyakinan serta bayangan manusia tentang sifat-sifat Tuhan, tentang wujud dari alam gaib (supranatural), serta segala nilai, norma danajaran dari religi yang bersangkutan. 3. Sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia untuk mencari hubungan dengan Tuhan, dewa-dewa, atau mahluk-mahluk halus yang mendiami alam gaib. 4. Umat atau kesatuan sosial yang menuntut sistem keyakinan tersebut dalam sub 2 dan yang melaksanakan sistem ritus clan upacara tersebut daiam sub 3. Emosi keagamaan merupakan suatu getaran yang menggurakan jiwa manusia. Proses-proses fisiologis dan psikologis apakah yang terjadi apabila manusia dihinggapai oleh getaran jiwa tadi. Emosi keagamaan tadi bisa juga dirasakan seseorang individu dalam keadaan sendiri, maka suatu aktivitas religius dapat dilakukan seorang diri dalam keadaan sunyi senyap. Seorang bisa mencoba, bersujud, atau melakukan salat sendiri dengan penuh khidmat, dalam keadaan terhinggap oleh emosi keagamaan ia akan membayangkan Tuhan, dewa, ruh, atau lainnya. Wujud dari bayangan tadi akan ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan yang lazim hidup dalam masyarakat dan kebudayaannya, dan selanjutnya kelakuankelakuan keagamaan yang dijalankannya akan iuga menurut adat yang lazim. Sistem keyakinan dalam suatu religi dijiwai oleh emosi keagamaan, tetapi sebaliknya emosi keagamaan juga bisa dikorbankan oleh sistem kepercayaan. Sistem keyakinan erat berhubungan dengan ritus clan upacara, dan merentukan tata urut dari unsur-unsur, rangkaian acara serta peralatan yang dipakai daiam upacara. Adapun sistem ritus dan upacara itu melaksanakan dan melambangkan konsepkonsep yang terkandung dalam sistem keyakinan. Sistem upacara merupakan wujud kelakuan (behavioral manisfestation) dari religi. Suatu komponen lagi adalah kelompok-kelompok religius kesatuankesatuan sosial atau umat yang menganut sistem kepercayaan dan melakukan sistem upacara-upacara yang merupakan komponen yang kedua dan ketiga terurai di atas. Kelompok-kelompok religius ini bisa berupa : 1) keluarga inti atau kelompokkelompok kekerabatan kecil yang lain, 2) kelompok-kelompok kekerabatan yang lebih besar seperti keluarga tuas, keluarga unilineal seperti klen, suku, marga, dadia, dan lain-lain, 3) kesatuan komunitas seperti desa, gabungan desa clan lainlain, 4) organisasi-organisasi religius seperti organisasi penyiaran agama, partai politik yang berdasarkan ideologi religius. KEEMPAT KOMPONEN DARI RELIGI SISTEM KEPERCAYAAN EMOSI KEAGAMAAN KELOMPOK KEAGAMAAN SISTEM UPACARA KEAGAMAAN Tuhan SEGITIGA EMAS KEHIDUPAN YANG BAIK DAN MEMBAHAGIAKAN Inner excellence Inner purpose “Aku” Alam Semesta “aku” MORAL Manusia Lain ORANG JUJUR Jadi orang jujur Caranya bagaimana Kuatkan niatnya Modal kejujuran Jadi orang jujur Caranya bagaimana Ucapkan yang benar ‘ tuk dibiasakan Jadi orang jujur Caranya bagaimana Taati aturan Jujur kenyataan I. POSISI SOSIOLOGI DALAM KONTEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN NASIONAL TUJUAN PEMBANGUNAN KESEHATAN NASIAONAL Tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk aagar dapat mewujudkan derajat masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Nasional. Pengenrtian sehat meliputi kesehatan jasmani, rohani, serta sosial dan bukan hanya keadan yang bebas dari penyakit, cacat dan keleman. DASAR-DASAR PEMBANGUNAN KESEHATAN 1. Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan tingkat martabat manusia. 2. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat 3. Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara serasi dan seimbang berasama masyarakat serta dilaksanakan terutama melalui peningkatan dan pencegahan dan dilakukan secara terpadu dengan upaya penyembuhan dan pemulihan yang diperlukan. 4. Setiap bentuk upaya kesehatan, harus berasaskan perikemanuasiaan yang beradab dengan mengutamakan kepentingan nasional, rakyat banyak dan bukan semata-mata kepentingan golongan dan perorangan. 5. Sikap, suasana kekeluargaan, ke gotong royongan, serta semua potensi yang ada diarahkan dan dimanfaatkan sejauh mungkin untuk pembangunan kesehatan. 6. Sesuai dengan asas adil dan merata, hasil-hasil yang dicapai dalam pembangunan kesehatan harus dapat dinikmati oleh seluruh penduduk. 7. Semua warga negara sama kedudukannya dalam hukum dan wajib menjungjung tinggi dan mentaati segala ketentuan peraturan peruundang-undangan dalam bidang kesehatan. 8. Pembangunan Kesehatan Nasional harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, serta bersendikan kepribadian bangsa. DASAR PIJAKAN - Nilai Filosofis - Nilia Sosiologis/Kemanusiaan - Nilai Perundangan 2 - Etika Kesehatan PENDEKATAN BEHAVIORISM H - PROSES Pembangunan Kesehatan - PROGRAM - GERAKAN KELOMPOK SASARAN A Individu M Keluarga B - Individu A - Kelompok T - Masyarakat A TARGET CAPAIAN Perubahan Sikap/Laku Budaya Sehat N Kondisi Objektif PENDEKATAN HUMANIS SOSIOLOGIS Alur Pikir Pembangunan Kesehatan Berbasis Sosiologis Masyarakat Sehat Mandiri Hubungan Status Kesehatan, Perilaku Sosial dan Pembangunan Kesehatan Keturuna Pelayana Kesehata n Status Kesehata n n n Lingkung an Perilaku Predisposing Factors (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai dan sebagainya) Enabling Factors (ketersediaan sumber daya/ fasilitas) Reinforcing Factors (sikap dan perilaku petugas kesehatan) Komunikasi Dinamika Kelompok Pemasaran Sosial Pengembangan Organisasi Training, Pengembangan Organisasi Pembangunan Kesehatan J. ASPEK-ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM KESEHATAN 1. Aspek-Aspek Kebudayaan yang Mempengaruhi Tingkah Laku Sehat Menurut Notoatmojo dkk. dalam Sarwono (1989), ada beberapa aspek kebudayaan yang mempengaruhi tingkah laku kesehatan seseorang dan yang dapat mempengaruhi status kesehatan, yaitu persepsi masyarakat terhadap sehat, sakit, kepercayaan, pendidikan, nilai budaya dan norma. Aspek-aspek itu pada akhirnya mempengaruhi program pendidikan kesehatan. a. Aspek persepsi masyarakat terhadap sehat dan sakit. Persepsi masyarakat terhadap sehat dan sakit berbeda-beda. Ada yang menganggap banwa penyakit ini disebabkan olel mahluk halus, gunaguna, kelelahan, makanan, ketidakseimbangan di dalam tubuh dan sebagainya. Untuk menyembuhkannya pun harus dengan cara-cara yang gaib. seperti penebusan dosa, dsb atau langsuug dibawa ke pelayanan kesehatan. Ketidaktahuan petugas kesehatan terhadan persepsi masyarakat akan menghambat pendidikan kesehatan masyarakat. b. Aspek Kepercayaan. Kepercayaan di masyarakat sangat mempengaruhi tingkah laku kesehatan. Beberapa pandangan yang berasal dari kepercayaan atau agama tertentu kadang-kadang memberi pengaruh yang negatif terhadap program pendidikan kesehatan. c. Aspek Pendidikan. Tingkat pendidikan individu dan masyarakat dapat berpengaruh terhadap penerimaan pendidikan keseuatan, sehingga cara penyampaian perugas kesehatan yang akan melakukan pendidikan kesehatan, harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakatnya. Selain itu, bahasa yang digunakan oleh petugas kesehatan harus sederhana dan dapat dimengerti oleh masyarakat, sehinnga komunlkasi dalam memberikan pendidikan kesehatan tidak terhambat. d. Aspek Nilai Kebudayaan. Semua masyarakat menganggap bahwa kesehatan adalah penting, tetapi anggapan tersehut tidak menduduki tingkatan yang sangat tinggi pada setiap individu dan masyarakat. Hal itu disebabkan karena pengaruh nilai-nilai yang ada di masyarakat, misalnya: di dalam masyarakat yang mengetahui bahwa ada hubungan antara merokok dengan kanker paru paru, masih banyak orang yang tetap merokok, karena nilai yang dibe rikan pada kenikmatan merokok lebih tinggi daripada terhadap nilai ke mungkinan terkena penyakit kanker. e. Aspek Norma-Norma adalah standar atau kriteria untuk justitikasi tingkah laku, sehingga norma tersebut mempengaruhi tingkah laku masyarakat misalnya: perawat laki-laki tidak boleh merawat pasien perempuan karena pada masyarakat tersebut terdapat norma bahwa tidak dibenar kan seorang pria menyentuh wanita yang bukan muhrimnya. Akhirnya mereka tidak mau dirawat, jika perawatnya laki-laki atau sebaliknya laki-laki tidak mau dirawat oleh perawat wanita. 2. Aspek Sosial yang Perlu diperhatikan dalam Pembangunan Kesehatan a. Aspek Pragmatis. Masyarakat berpikir secara pragmatis, artinya mereka akan menerim pendidikan kesehatan atau mengubah tingkah lakunya apabila mereka merasa bahwa pendidikan kesehatan tersebut berguna untuk mereka. b. Aspek Identifikasi dalam Kelompok. Identifikasi dalam kelompok sangat penting bagi masyarakat untu mendapatkan kepuasan di dalam pekerjaan sehari-hari. Identifikasi ini dapat dinyatakan dalam keluarga, lingkungan, teman, ataupun kelompok kerja. Pendidikan kesehatan yang tidak sesuai dengan kepentingan dan keinginan kelompok akan mengalami hambatan. Oleh karena itu pendidikan kesehatan harus disesuaikan dengan kelompok, yaitu dengan cara mengetahui sejauh mana partisipasi individu dalam kelompok dan identifikasi prihadi individu-individu dalam kelompok akan membantu dalam usaha mengikutsertakan individu dalam program pendidikan kesehatan. c. Aspek Solidaritas Kelompok. Solidaritas kelompok masyarakat, terutama masyarakat desa sangat kuat. Hal itu direfleksikan pada suatu kewajiban bersama, baik di dalam keluarga maupun lingkungan teman. Partisipasi di dalam program pendidikan kesehatan berhubungan erat dengan persepsi individu. Karena orang lain berpartisipasi, individu diharapkan mengikuutinya. Individu akan merasa takut dikritik oleh teman-teman/kerabatnya. Jika ia tidak ikut berpartisipasi. d. Aspek kekuasaan dalam pengambilan keputusan. Petugas pendidikan kesehatan harus tahu di mana letak kekuasaan di dalam proses pengamhiian keputusan, apakah ada di dalam keluarga, kelompok atau tingkat desa. Pada beberapa masyarakat desa, kekuasaan dan proses pengambilan keputusan dimanifestasikan di dalam struktur keluarga, tetapi pada beberapa masyarakat lain terdapat kekuasaan di tingkat desa, dengan peranan dalam mengambil keputusan yang dimiliki oleh pimpinan formal dan informal. Petugas kesehatan harus cermat dalam mengikutsertakan pimpinan masyarakat. e. Aspek kelas dan masyarakat. Didalam masyarakat yang berstratifikasi, anggota masyarakat diharapkan patuh pada golongan atas dan, sebaliknya, golongan atas memberikan perintah kepada kelas bawah. Petugas pendidikan kesehatan harus tahu siapa yang menduduki golongan atas dan siapa yang menduduki golongan di bawah di dalam masyarakat untuk keberhasilan program pendidikan kesehatan. f. Aspek kepentingan pribadi/kelompok (vested interest,) Beberapa program pendidikan kesehatan yang bersifat pembaharuan akan mengancam kedudukan beberapa individu atau kelompok di dalam masyarakat. Dalam hal ini perlu drketahui orang mana yang merasa dirugikan dan sebaiknya mereka diikutsertakan, supaya tidak menghambat program. Teori Berubah Menurut Kurt Lewin Lewin (1970) yang dikutip oleh Notoatmojo (1997) berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang. 1. Perubahan Perilaku pada Individu a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun c. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat kekuatan-kekuatan penahan menurun 2. Proses Perubahan Perilaku a. b. c. d. e. Fase Fase Fase Fase Fase pencarian (the unfreezing phase) diagnosa masalah (problem diagnosis phase) penentuan tujuan (goal setting phase) tingkah laku baru (new behavior phase) pembenkuan ulang (the refreezing phase) dan K. IMPLIKASI SOSIOLOGI DALAM PERUBAHAN PERILAKU Matthiews, dan Duncan, Thibout & Kelly mengemukakan bahwa kemungkinan seseorang akan berbuat sesuatu tergatung pada hasil perpaduan dari kemungkinan bahwa kegiatan yang dilakukan akan bisa mencapai tujuan harapan yang diinginkan tersebut menurut yang bersangkutan. Pendapat lain, tentang perubahan perilaku ini ialah bahwa seseorang merubah perilakunya melalui berbagai cara : 1. Dengan adanya Cognitive Dissonance (Festinger) Yang dimaksud dengan cognitive dissonance disini ialah adanya suatu gangguan keseimhangan tentang kemantapan pengertian yang sudah memiliki seseorang. Pendapat ini dikemukakan oleh seseorang ahli yang bernama Leon Restinger Ia mengemukakan bahwa cognitive dissonance akan timbul pada din seseorang, jika yang bersangkutan menghadapi hal-hal yang baru. Dalam keadaan demikian yang bersangkutan akan berusaha mengembalikan keseimbangannya melalui suatu proses rationalisasi dengan merubah pengertian, atau marubah sikap atau merubah perilaku. Contoh ; Di suatu desa, masyarakat percaya bahwa demam itu disebarkan oleh gangguan setan. Pengertian ini sudah mantap dikalarigan masyarakar desa tersebut. Petugas kesehatan tersebut mengatakan bahwa demam itu disebabkan oleh kuman penyakit. Karena diperkenalkan bahwa pengertian baru ini kepada masyarakat desa tersebut, maka terjadilah gangguan keseimbang tentang kemantapan-pengertian yang sudah dimiliki oleh masyarakat desa tersebut. Jadi ada beberapa pengertian tentang pengertian demam yaitu pengertian lama dan pengertian baru. Beda pengertian inilah disebut cognitive dissonance tersebut. Jadi kesimpulannnya ialah bahwa untuk adanya suatu perubahan perilaku, kuta memperkenalkansesuatu yang baru kepada individu atau kelompok agar tecipta suatu cognitive dissonance. Melalui cognitive dissonance inilah perubahan perilaku akan terjadi. 2. Menurut Kelman ada 3 cara perubahan perilaku, yaitu : a. Karena Terpaksa (Complience) Pada cara complience ini, individu merubah perilakunya karena mengharapkan akan : • Memperoleh imbalan baik materi maupun non-materi • Memperoleh pengakuan dari kelompoknya atau dari orang yang menganjurkan perubahan perilaku tersebut. • Terhindar dari hukuman • Tetap terpeliharanya hubungan baik dengan yang manganjurkan perubahan perilaku tersebut. Dengan cara ini perubahan tidak mendasar, jadi tidak lestari. Perubahan dilakukan karena terpaksa. b. Karena Ingin Meniru (Idnetification) Pada cara ini, individu merubah perilakunya karena ingin disamakan dengan yang dikaguminya. Misal : Kalau anak-anak dianjurkan gosok gigi setiap akan tidur malam harinya dan anjurkan ini dituangkan dalam bentuk poster yang melukiskan seseorang bintang kecil terkenal, yang sedang gosok gigi, naka anak-anak akan cepat mengikuti anjuran terebut, karena ingin dipersamakan dengan bintang kecil tersebut. Disini juga perubahan tidak mendasar hingga tidak lestari. c. Karena Menghayati Manfaatnya (Internalization) Pada cara ini, perubahan benar-benar mendasar, artinya benar-benar menjadi bagian hidupnya. Karena itu perubahan melalui cara ini umumnya lestari. Perubahan seperti ini yang diharapkan akan dicapai melalui kesehatan alias Penyuluhan Kesehatan. PERILAKU SEHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN Unsur perilaku bagi invidu sebagai anggota suatu kelompok : Motivasi Norma Kelompok Sarana Perilaku Sehat Kesiapan psikologis (pengertian + keyakinan) 1. 2. 3. 4. 5. Pengertian/pengetahuan (knowledge) tentang apa yang akan dilakukannya. Keyakinan/kepercayaannya tentang manfaat dan kebenaran dan apa yang akan dilakukannya (attitude yang positif) Sarana yang diperlukan untuk melakukannya. Norma/dukungan kelompok bahwa apa yang akan dilakukannya itu benar/bisa diterima oleh kelompoknya. Dorongan/motivasi untuk berbuat, yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya. L. SISTEM MEDIS Sistem Medis sebagai Strategi Adaptasi Sosial Budaya Sifat yang adaptifi dari suatu sistem medis nampak jelas dari definisi Dunn yang baru ”Pola-pola dari pranata-pranata sosial dan tradisi-tradisi budaya yang menyangkut perilaku yang senagaja untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari tingkahlaku khusus tersebut belum tentu kesehatan yang baik (Dunn) 1976 : 135). Secara singkat, kita memandang setiap sistem medis sebagai mencakup semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun keterampilan anggota-anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut. Teori Penyakit dan Sistem Perawatan Kesehatan 1. Suatu sistem ”teori penyakit” 2. Sistem ”perawatan kesehatan”. Suatu sistem teori penyakit, meliputi kepercayaan-kepercayaan mangenai ciri-ciri, sebab-sebab sakit, serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan lain yang digunakan oleh para dokter. Sebaliknya suatu sistem perawatan kesehatan memperhatikan cara-cara yang dilakukan oleh berbagai masyarakat untuk merawat orang sakit dan untuk memanfaatkan ”pengetahuan” tentang penyakit untuk menolong pasien. Sistem perawatan kesehatan adalah untuk suatu pranata sosial yang melibatkan interaksi antara sejumlah orang, sedikitnya pasien dan penyembuhan. Fungsi yang terwujudkan dari suatu sistem perawatan kesehatan adalah untuk memobilisasi sumbersumber daya si pasien, yakni keluarganya dan masyarakatnya, untuk mneyertakan mereka dalam mengatasi masalah tersebut. Perbedaan antara sistem teori penyakit dengan sistem perawatan kesehatan bermanfaat dari berbagai alasan. Di satu pihak, perbedaan itu membantu kita untuk melihat dengan lebih jelas kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari seluruh sistem medis. Perbedaan antara sistem teori penyakit dalam sistem perawatan kesehatan juga memiliki keuntungan-keuntungan dalam sistem tindakan-tindakan tertentu : perbedaan itu memungkinkan kita untuk mengatasi secara lebih bijaksana, lebih peka, tantangan dalam memperkenalkan perubahan dalam praktek medis di kalangan penduduk yang sebelumnya hanya mengenal sistem-sistem tradisional-nya belaka. Beberapa Unsur Universal Dalam Sistem-Sistem Medis 1. 2. 3. 4. Sistem medis adalah bagian integral dari kebudayaan-kebudayaan Penyakit ditentukan oleh kebudayaan Semua sistem-sistem medis memiliki segi-segi pencegahan dan pengobatan Sistem medis memiliki sejumlah fungsi : a. Suatu sistem teori penyakit memberikan rasional bagi pengobatan b. Suatu sistem teori penyakit menjelaskan ”mengapa” c. Sistem-sistem teori penyaklit seringkali menjalankan peran kuat dalam memberi sanksi dan dorongan norma-norma budaya sosial dan moral. d. Suatu sistem teori penyakit dapat memberikan rasional bagi pelaksanaan-pelaksanaan konservasi e. Suatu sistem teori penyakit dapat mengatasi agresi f. Peran nasionalistik pengobatan tradisional KESEPAKATAN Stikes Stikes Stikes Stikes mana yang mampu leading Yani Homebase nya kuring mana mampu bersaing Yani dah tidak asing Ye pi ye ye 2X Pelayan prima utama SOS-LOGI lah anu pangpangna Bikin enjoy kita semua STIKES Yani STIKES Yani STIKES Yani Go 3X Win 3X Yes I can…. TUKANG GALI (Gerakan Amal Lestarikan Iman) AKU TUKANG GALI GALI AKU TUKANG JIKA TIDAK GALI AKU GALI TUKANG AKU TUKANG GALI GALI AKU TUKANG JIKA TIDAK GALI AKU BUKAN TUKANG (Gerakan Amal Lestarikan Iman) “The only person who is educated is the one who has learned how to learn…and change” Carl Rogers