Flu Burung

advertisement
Flu Burung
Referensi: Sosialisasi Flu Burung
Bagi Petugas Pelayanan
Kesehatan Dasar
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
1
Referensi Flu Burung
Bagian I. Deteksi Kasus Flu Burung
A. Definisi Kasus
B. Bagan Kasus Flu Burung
2
Bagian II.
Penanganan Kasus
A. Cara Mencuci Tangan
B. APD (Alat Perlindungan Diri)
C. Pemakaian Alat Perlindungan Diri
D. Komunikasi dengan Pasien
E. Pengambilan, Penyimpanan, Pengepakan dan Pengiriman Spesimen
Bagian III.
Merujuk & Melaporkan Kasus
A. Protokol Rujukan Pasien
B. Formulir Rujukan Rasien
C. Formulir Kejadian Luar Biasa W1
D. Formulir Pemantauan Kontak
Bagian IV.
Penyelidikan Epidemiologis Kasus
A. Form Pemantauan Kontak
B. Study Kasus
C. Poster: Waspada Flu Burung
D. Poster: Tanggap Flu Burung
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
BAGIAN I
DETEKSI KASUS FLU BURUNG
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
3
A. DEFINISI KASUS
Dalam mendiagnosa kasus Flu Burung ada 4 kriteria yang ditetapkan yaitu:
a) Seseorang dalam penyelidikan
b) Kasus Suspek
c) Kasus Probabel
d) Kasus Konfirmasi
a) Seseorang Dalam Penyelidikan
Seseorang atau sekelompok orang yang diputuskan oleh pejabat kesehatan yang
berwenang, untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi terhadap kemungkinan
terinfeksi H5N1.
Contoh:
Antara lain orang sehat (tidak ada gejala klinis) tetapi kontak erat dengan kasus
(suspek, probabel atau konfirmasi) atau penduduk sehat yang tinggal di daerah
terjangkit Flu Burung pada unggas.
b) Kasus Suspek
Seseorang yang menderita demam dengan suhu > 38oC disertai satu atau lebih
gejala:
• Batuk
• Sakit tenggorokan
• Pilek
• Sesak Nafas
DAN DISERTAI
Terdapat salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:
1. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, mempunyai riwayat kontak
erat dengan penderita (suspek, probabel atau konfirmasi) seperti merawat,
berbicara atau bersentuhan dalam jarak < 1 meter.
2. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, mempunyai riwayat kontak
erat dengan unggas (misalnya menyembelih, menangani, membersihkan bulu
atau memasak)
3. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, mempunyai riwayat kontak
dengan unggas, bangkai unggas, kotoran unggas, bahan atau produk mentah
lainnya di daerah yang satu bulan terakhir telah terjangkit Flu Burung pada
unggas, atau adanya kasus pada manusia (suspek, probabel atau konfirmasi).
4. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, mempunyai riwayat
mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan
sempurna, yang berasal dari daerah yang satu bulan terakhir telah terjangkit Flu
Burung pada unggas, atau adanya kasus pada manusia (suspek, probabel atau
konfirmasi).
5. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, kontak erat dengan binatang
selain unggas yang telah dikonfimasi terinfeksi H5N1, antara lain: babi atau
kucing.
4
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
6. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, memegang atau menangani
sampel (hewan atau manusia) yang dicurigai mengandung virus H5N1.
7. Ditemukan leukopenia (jumlah leukosit/sel darah putih di bawah nilai normal).
8. Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji H1 dengan eritrosit
kuda atau uji ELISA untuk influenza A tanpa subtipe.
9. Foto rontgen dada/toraks menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk
pada serial foto.
c) Kasus Probabel
Kriteria kasus Suspek ditambah dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini:
1. Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5, minimun 4 kali dengan
pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.
2. Hasil laboratorium terbatas untuk influenza H5 (terdeteksinya antibodi spesifik
H5 dalam spesimen serum tunggal) menggunakan uji Netralisasi (dikirim ke
laboratorium rujukan)
ATAU
Seseorang yang meninggal karena penyakit saluran nafas akut yang tidak bisa
dijelaskan penyebabnya, dan secara epidemiologis menurut waktu, tempat dan
pajanan berhubungan dengan kasus probabel atau kasus konfirmasi.
d) Kasus Konfirmasi
Seseorang yang memenuhi kriteria kasus Suspek atau kasus Probabel
DAN DISERTAI
Hasil positif salah satu hasil pemeriksaan laboratorium berikut:
1. Isolasi virus Influenza A/H5N1 positif.
2. PCR Influenza A/H5N1 positif.
3. Peningkatan 4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen
konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil 7 hari setelah muncul
gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula 1/80.,
Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 1/80 pada spesimen serum yang diambil pada
hari ke 14 atau lebih setelah muncul gejala penyakit (onset), disertai hasil positif uji
serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda 1/160 atau western blot spesifik
H5 positif.
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
5
B. BAGAN KASUS FLU BURUNG
Pasien yang mengalami demam ≥ 38oC, DAN
Disertai satu/lebih: Batuk, pilek, sakit tenggorokan, atau dyspnea (sesak nafas)
Bila ya, periksa untuk mengungkap kasusnya
Disertai satu/lebih keadaan:
1. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, mempunyai kontak erat dengan unggas sakit/mati mendadak
atau kontak dengan kotoran atau produk unggas mentah lainnya, atau tinggal di lokasi yang terdapat kematian
unggas.
2. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, mempunyai kontak dengan penderita AI konfirmasi atau kontak
dengan spesimen Flu Burung.
3. Ditemukan leukopenia.
4. Foto rontgen dada/toraks menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk pada serial foto.
BILA YA:
Catat sebagai kasus suspek & hubungi Dinas Kesehatan
Pisahkan dari pasien lainnya Lengkapi penilaian pasien
Beri dosis pertama Oseltamivir (atau rujuk ke fasilitas rujukan dengan
Oseltamivir)
o Untuk pasien berusia 13 tahun atau lebih, beri satu kapsul dosis 75 mg
dua kali sehari selama 5 hari dalam 48 jam pertama sejak munculnya
gejala
o Untuk pasien berusia di bawah 13 tahun, beri dosis sesuai berat
badannya:
• Ingatlah langkah pengamanan terhadap penularan (sekurang-kurangnya
memakai masker bedah)
• Pastikan sampel dikumpulkan sesegera mungkin
• Rujuk pasien ke Rumah Sakit Rujukan Flu Burung (atau RS Kabupaten
tergantung pada kondisi pasien, konsultasikan hal ini dengan Dinas
Kesehatan bilamana perlu)
•
•
•
•
6
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
•
•
•
BILA TIDAK:
Bukan kasus suspek
Jangan dicatat
Periksa aspek etiologi
lainnya & rawat dengan
benar
BAGIAN II
PENANGANAN KASUS
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
7
A. CARA MENCUCI TANGAN
8
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
B. ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)
Pemakaian Alat Perlindungan Diri*:
1. Masker atau respirator
2. Sarung tangan
* Kombinasi APD akan mempengaruhi urutan pemakaian. Lakukan dengan cara yang
praktis
Langkah-langkah memakai APD:
• Cuci tangan sesuai langkah yang telah disebutkan pada langkah
mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir atau menggunakan
penggosok tangan berbasis alkohol apabila air tidak tersedia.
Kemudian keringkan kedua tangan.
• Pakai masker
• Pakai sarung tangan bersih yang baru
Memakai masker menutupi bagian hidung dan mulut dengan satu
tangan dan mengeratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah
kepala dan leher menggunakan tangan lainnya. Sesuaikan logam
fleksibel pada batang hidung. Pastikan melekat pada hidung, pipi dan
dagu dengan baik. Periksa ulang terutama bagian samping.
Pilih respirator yang sesuai ukuran dan pakai hingga menutup hidung,
mulut dan dagu. Rapatkan penjepit di bagian tulang hidung, kemudian
kencangkan karet di bagian kepala. Sesuaikan agar pas dan lakukan tes
pengepasan: Tarik nafas–respirator harus kempis/tertarik. Hembuskan
nafas – periksa apakah udara keluar di sekitar wajah
Urutan melepaskan Alat Pelindung Diri:
Sarung tangan
Masker atau respirator
** Mengikuti urutan untuk meminimalkan penyebaran penyakit
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
9
Langkah-langkah melepas APD:
Melepaskan sarung tangan. Ingat! Bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi
dan merupakan bagian yang paling perlu diperhatikan, selain bagian luar masker.
Pegang pergelangan bagian luar salah satu sarung tangan dengan sarung tangan pada
tangan lainnya, lepaskan. Pegang sarung tangan yang telah terlepas dengan menggunakan
tangan yang masih memakai sarung tangan. Selipkan jari tangan tanpa sarung tangan
dibawah sarung tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan. Lepaskan sarung
tangan secara terbalik sehingga sarung tangan lainnya terbungkus dalam sarung tangan
ini. Buang sepasang sarung tangan ini di tempat sampah infeksius.
Melepaskan masker. JANGAN SENTUH bagian muka masker karena telah terkontaminasi.
Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas. Buang ke tempat
sampah infeksius.
Apabila memakai respirator maka langkah melepaskannya adalah: Pertama lepas/angkat
karet bagian bawah melewati kepala, kemudian lepaskan karet bagian atas, terus-buang
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir (atau gunakan
penggosok tangan berbasis alkohol, jika tidak ada air bersih yang
mengalir). Keringkan.
10
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
C. PEMAKAIAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
11
D. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN
Komunikasi & Pendidikan: Pada Pasien dan Keluarganya
Pentingnya komunikasi terkait penyakit menular
- Setiap respon dalam penanggulangan penyakit infeksi perlu lebih memperhatikan
aspek manusia (bukan virusnya)
- Perlu ada komunikasi antara dokter dengan pasien dan keluarganya (atau masyarakat
lingkungannya)
- Dalam setiap kejadian perluasan penyakit, komunikasi sama pentingnya dengan
analisa laboratorium atau penyelidikan epidemioligi
Apa yang perlu diperhatikan dalam Komunikasi
- Hindari kesalahan penyampaian & kesalahpahamam (“miscommunication” &
“misunderstanding”)
- Menjelaskan tentang perjalanan penyakit, kemungkinan terburuk & terbaik
- Mengurangi kepanikan
- Tujuan komunikasi: mendidik, menginformasikan, persuasif, melibatkan,
menenangkan, menentukan (educate, inform, persuade ,involve, calm, decide)
Pedoman dalam Komunikasi tentang Avian Influenza
- Buat daftar pertanyaan dan jawaban tentang Avian Influenza serta kemungkinan
Wabah AI
- Meningkatkan kewaspadaan (awareness)
- Kenapa perlu dirujuk? Apa yang akan dilakukan di tempat rujukan? Siapa yang akan
menanggung biayanya?
- Apa yang perlu dilakukan sebagai tenaga kesehatan atau dokter untuk ikut mencegah
terjadinya wabah
Tantangan Profesi Dokter dan Tenaga Kesehatan Dalam Penanggulangan AI
- Dokter & tenaga kesehatan perlu bersikap “terbuka” dan “mudah diakses”
- Hindari potensi stigmatisasi
- Bersikap persuasif, hindari kesan memaksa
- Mengusahakan adanya kerjasama (compliance)
- Menjelaskan apa yang kita ketahui, bila perlu mencari penjelasan yang lebih tepat
- Bekerjasama dengan kolega lain dan pihak-pihak terkait
- Membangun kepercayaan profesi dokter dengan bersikap empatik dan profesional
- Perlu merasa nyaman dengan ketidakpastian (misal hasil diagnostik bisa saja positif
palsu dan negatif palsu)
- Selalu menjalin hubungan dengan pemerintah dan organisasi profesi
12
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
E. PENGAMBILAN, PENYIMPANAN, PENGEPAKAN DAN
PENGIRIMAN SPESIMEN
Pengambilan spesimen dilaksanakan bila ada laporan adanya kasus Flu Burung. Spesimen
yang diambil berasal dari pasien suspek Flu Burung dan kontak kasus Flu Burung.
Spesimen dari kontak diambil setelah suspek Flu Burung dinyatakan positif H5N1. Kontak
yaitu orang yang berhubungan dekat dengan kasus, tinggal serumah, merawat kasus,
duduk bersama dengannya, berbagi makanan dengan kasus dan lain lain (dalam radius
1 meter).
Jenis spesimen yang diambil dari kasus meliputi spesimen darah dan spesimen sekret
saluran nafas. Selanjutnya kontak dibedakan antara kontak dengan gejala klinis dan
kontak tanpa gejala klinis. Dari kontak dengan gejala klinis diambil spesimen darah
dan sekret saluran nafas sedangkan kontak tanpa gejala klinis diambil hanya spesimen
darahnya saja.
Pengambilan spesimen darah dan sekret saluran nafas
Setiap spesimen yang telah diambil disimpan dalam wadah khusus yang diberi label
berisi informasi: nama pasien, tanggal pengambilan, jenis spesimen. (S=Darah/Serum,
NS=Usap Nasal / Nasal Swab, TS=Usap Tenggorokan / Throat Swab), dan pengambilan
yang ke berapa. Label ditulis dengan pensil 2B, ballpoint atau spidol yang tidak luntur.
Gambar 1. Pemberian label dan pengamanan label dengan parafilm (agar kedap air)
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
13
Tabel 1 Petunjuk waktu pengambilan spesimen kasus Flu Burung
Jenis Spesimen
Hari Ke-
Apus
Hidung
Apus
Tenggorok
Cairan
Pleural
√*
1
√
√
2
√
√
3
√
√
Broncus
suction
Biopsi
Paru
Bilasan
ETT
Serum
Apus
Rektum
√
√
4
Ket.
* bila
terjadi
pleural
efusion
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Pasien
Meninggal
√
√
√
√
√
√
√
Spesimen darah
Darah vena diambil pada waktu pertama kali pasien dinyatakan suspek AI. Darah yang
diambil pertama kali ini disebut darah fase akut (diambil dalam waktu 7 hari setelah
muncul gejala) dan harus segera dikirim.Darah ke 2 (fase konvalesen) diambil 10-14 hari
kemudian, atau menjelang pasien dipulangkan (kalau perawatan < 10 hari) atau diambil
pada waktu pasien kontrol sesuai dengan jadwal (10-14 hari setelah pengambilan darah
pertama).
Cara pengambilan sampel darah/serum:
Diambil 2 – 5 ml darah vena dalam tabung steril (2 ml dari anak-anak dan 5 ml dari orang
dewasa) secara legeartis (memperhatikan kewaspadaan universal secara ketat).
Pengambilan darah menggunakan jarum suntik biasa.
1) Masukkan darah yang diperoleh kedalam tabung darah bertutup karet (tabung steril
vacuum/vacutainer tanpa bahan pencegahan pembekuan darah).
2) Letakkan tabung dalam keadaan miring ± 30º untuk mendapatkan serum yang
optimal. Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah dalam
tabung membeku dengan baik.
3) Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung steril dapat dilakukan di
laboratorium yang memiliki sentrifus.
14
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
4) Semua tabung dibungkus dengan kertas tissue dan masukkan kertas koran yang telah diremas ke dalam wadah pengiriman primer.
Pengambilan darah memakai jarum vacutainer
1) Darah ditampung lebih dahulu pada tabung darah bertutup karet sebanyak 2 ml dari
anak-anak dan 5 ml dari orang dewasa.
2) Letakkan tabung dalam keadaan miring ± 30º untuk mendapatkan serum yang
optimal. Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah dalam
tabung steril membeku dengan baik.
3) Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung dapat dilakukan di laboratorium
yang memiliki sentrifus.
4) Semua tabung dibungkus dengan kertas tissue dan masukkan kertas koran yang telah
diremas ke dalam wadah pengiriman primer.
Spesimen sekret saluran nafas
Spesimen sekret saluran napas diambil untuk isolasi virus dan pemeriksaan dengan
RT- PCR. Spesimen diambil 3 hari berturut-turut yaitu hari 1, 2 dan 3 setelah pasien
dinyatakan suspek Flu Burung. Spesimen pertama langsung dikirim ke Badan Litbangkes
tanpa menunggu spesimen ke 2 dan 3. Spesimen perlu diambil lagi apabila kondisi pasien
memburuk. Spesimen yang perlu diambil meliputi:
1) usap hidung (nasal swab)
2) usap tenggorok (throat swab)
3) bilasan nasopharynx (pada anak usia 2 tahun atau kurang)
4) Spesimen lainnya (bila memungkinkan), diantaranya: bilasan tracheal, bilasan
broncho-alveolar, cairan pleural, bilasan ETT (endotracheal tube), dan biopsi paru
(bila pasien meninggal).
Untuk pengambilan spesimen digunakan swab yang terbuat dari dacron/rayon steril
dengan tangkai plastik. Jangan menggunakan kapas yang mengandung Kalsium Alginat
atau kapas dengan tangkai kayu, karena mungkin mengandung substansi yang dapat
menghambat pertumbuhan virus dan menghambat pemeriksaan PCR.
Spesimen dari swab yang valid adalah spesimen yang mengandung sel epitel hidung dan
tenggorok. Untuk itu pada saat pengambilan swab, perlu dilakukan tekanan pada lokasi
di mana spesimen diambil.
Pengambilan usap hidung
Masukkan swab ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang atas. Biarkan beberapa
detik agar cairan hidung terhisap. Putarlah swab sekali atau dua kali. Lakukan usapan
pada kedua lubang hidung berikan sedikit penekanan pada lokasi di mana swab diambil.
Kemudian masukkan swab sesegera mungkin ke dalam media transport virus (Hanks
BSS + antibiotika). Putuskan tangkai plastik di daerah mulut tabung agar tabung dapat
ditutup dengan rapat.
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
15
Gambar 2. Pengambilan spesimen melalui nasal
Pengambilan usap tenggorok
Lakukan usapan pada bagian belakang pharynx dan daerah tonsil, hindarkan menyentuh
bagian lidah. Kemudian masukkan swab sesegera mungkin ke dalam cryotube/tabung
media transport virus (Hanks BSS + antibiotika). Putuskan tangkai plastik di daerah mulut
tabung agar tabung dapat ditutup dengan rapat.
Gambar 3. Pengambilan spesimen melalui tenggorokan
Sumber: www.adam.com
Pengambilan spesimen lainnya
Spesimen yang diambil dapat berupa bilasan tracheal, bilasan broncho-alveolar, cairan
pleural, bilasan ETT (endotracheal tube), dan biopsi paru (bila pasien meninggal). Cairan
ditampung dalam cryotube dengan tutup luar yang bagian dalamnya mengandung ring
untuk penahan.
Masukkan semua cryotube/tabung berisi spesimen ke dalam plastik kedap air dan sisipkan
kertas tissue sebagai alat penyerap. Masukkan tabung ini kedalam kotak pengiriman
primer (bahan boleh dari pipa paralon atau sejenis tupper ware).
Gambar 4. Sampel yang telah dimasukkan ke dalam plastik kedap air dan
disisipkan kertas menyerap cairan/tissue.
16
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
Penyimpanan spesimen
Spesimen swab dalam media transport dan darah/serum disimpan pada suhu 4 ºC
sebelum dan selama perjalanan ke laboratorium rujukan Flu Burung dalam waktu 48
jam. Bila spesimen tidak mungkin segera dikirim dalam waktu 48 jam, spesimen disimpan
pada freezer pada suhu –70 ºC. Hindarkan untuk mencairkan dan membekukan
spesimen secara berulang ulang. Jika tidak tersedia freezer spesimen dapat disimpan pada refrigerator atau lemari es.
Pengepakan dan pengiriman spesimen
Cara pengepakan dan pengiriman spesimen untuk keperluan diagnostik harus mengikuti
ketentuan WHO dan IATA (International Aviation Transportation Association). Bungkus
wadah pengiriman primer dengan tissue atau kertas koran yang diremas, untuk
mencegah benturan-benturan pada spesimen waktu pengiriman. Masukkan dalam
wadah pengiriman sekunder. Wadah pengiriman sekunder dapat menampung lebih dari
satu wadah pengiriman primer, asal persyaratan suhu pengiriman sama. Pengiriman
dilakukan dalam suhu 4oC dengan memasukkan beberapa ice pack yang sudah dibekukan
lebih dahulu kedalam wadah pengiriman sekunder.
Pengepakan Primer (Wadah Pengiriman Primer)
a. Wadah spesimen primer harus kedap air, jika tutupnya berulir harus dilapisi dengan
parafilm atau selotape.
Gambar 5. Wadah pengiriman primer
b. Jika memasukkan beberapa wadah primer kedalam wadah sekunder, maka
wadah tersebut harus dibungkus secara terpisah untuk mencegah pecah akibat
berhimpitan.
c. Gunakan material pendukung di sela-sela wadah yang mempunyai daya hisap untuk
menghisap seluruh isi yang terdapat dalam wadah pertama, apabila terjadi kebocoran
atau pecah.
d. Wadah primer tidak boleh berisi lebih dari 500 ml atau 500 gram bahan.
e. Seluruh isi dari wadah primer disebut sebagai spesimen diagnostik.
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
17
Pengepakan Sekunder (Wadah Pengiriman Sekunder)
a. Pengepakan sekunder harus mengikuti aturan pengepakan bahan infeksius WHO dan
IATA.
b. Pengepakan sekunder harus kedap air, kemudian diisi dengan ice pack di sekeliling
dan di atas wadah pengiriman primer
Gambar 6. Wadah pengiriman sekunder yang telah diisi dengan wadah primer
dan beberapa ice pack
c. Wadah bagian luar dilabel dengan :
a. Nama dan alamat laboratorium rujukan
b. Nama dan alamat pengirim
c. Tanda peringatan (↑ ↑) jangan dibalik
Pemeriksaan lab. untuk virus influensa
JANGAN DIBALIK
Spesimen
segera simpan
di lemari es
(4-8oC)!
18
Kepada:
Kepala Puslitbang Biomedis dan Farmasi
Badan Litbang Kesehatan
Jalan Percetakan Negara 29
Jakarta Pusat 10560
Telp: 021-4261088 pswt 282 & 133
Pengirim:
Dr. ………. ………..
RS/Pkm ……………
(Kota……………….)
Telp:……….………..
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
BAGIAN III
MERUJUK & MELAPORKAN KASUS
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
19
A. PROTOKOL RUJUKAN PASIEN
Persyaratan Rujukan Pasien
I. Teknis Medis
▪ Kriteria Kasus Suspek
▪ Pasien dalam kondisi stabil
▪ Mempersiapkan semua obat – peralatan medis yang tersedia
II. Administrasi
▪ Menjelaskan rencana rujukan pasien kepada pasien & keluarga.
Semua pasien yang didiagnosa sebagai kasus Suspek, maka pasien tersebut harus
di rujuk ke RS untuk selanjutnya dilakukan terapi, dan akan didiagnosa lanjut
apakah pasien masuk dalam konfirmasi H5N1 melalui pemeriksaan PCR. Pasien
dan keluarganya harus dijelaskan bahwa Flu Burung merupakan suatu penyakit
yang sudah ditetapkan sebagai KLB yang berpotensi untuk menimbulkan wabah
atau bahkan pandemi. Di Indonesia Flu Burung sejak tahun 2005 sudah ditetapkan
sebagai KLB yang dapat menimbulkan wabah melalui SK Menkes; yaitu:
1. SK Menkes. 1372 / Menkes / SK / IX / 2005 tentang penetapan kondisi KLB Flu
Burung.
2. SK Menkes. 1371 / Menkes / SK / IX / 2005 tentang penetapan kondisi Flu
Burung sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah.
Sehingga pasien harus mentaati setiap regulasi/aturan yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah yang dalam hal ini tertuang dalam UU RI No 4 tahun 1984
tentang wabah penyakit menular.
Dimana dalam BAB VII Ketentuan Pidana Pasal 14:
Barang siapa yang sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan wabah
sebagaimana diatur dalam UU ini, diancam dengan pidana penjara selamalamanya 1 (satu) tahun atau denda setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,- (satu
juta rupiah)
▪ Menjelaskan kepada pasien (jika memungkinkan) atau keluarga pasien tentang
hal-hal yang akan dilakukan terhadap pasien:
1. Pasien akan dirawat di ruang isolasi
2. Kunjungan untuk pasien dibatasi & pengunjung harus menggunakan APD
3. Menjelaskan segala kemungkinan tindakan yang akan dilakukan terhadap
pasien (pemasangan mesin alat bantu pernafasan/ventilator)
4. Seluruh pembiayaan terhadap pasien merupakan tanggungjawab pemerintah
yang dituangkan dalam SK Menkes. Nomor 756 / Menkes / SK / IX / 2006
tentang pembebasan biaya pasien penderita Flu Burung
▪ Membuat surat rujukan (form terlampir)
▪ Menghubungi RS Rujukan serta menginformasikan kondisi pasien
▪ Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat
20
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
Rumah Sakit Rujukan
Flu Burung yang merupakan “new emerging disease” dalam penatalaksanaannya
membutuhkan metode, sarana, fasilitas dan peralatan khusus sehingga tidak semua
sarana pelayanan kesehatan mampu untuk merawat pasien Flu Burung.
Untuk itu pemerintah telah menetapkan 100 RS yang ditunjuk sebagai RS Rujukan Flu
Burung, melalui SK Menkes No. 414 / Menkes / SK / IV /2007.
Pada proses rujukan pasien tidak dikenal batas administrasi daerah, misalnya untuk
pasien yang berada di Jawa Barat tetapi jika dianggap RSUP Persahabatan di Jakarta lebih
cepat ditempuh maka pasien dapat dirujuk ke Jakarta.
Untuk RS bukan rujukan Flu Burung dan fasilitas kesehatan lain, maka sesuai dengan
kebijakan yang telah ditetapkan, RS non rujukan tidak merawat pasien tersebut, tapi
merujuk ke RS rujukan terdekat.
Sementara itu untuk RS Rujukan Flu Burung pada saat menerima rujukan pasien FB dari
RS atau fasilitas kesehatan lainnya langsung merawat pasien tersebut di ruang isolasi.
Pembiayaaan Pasien Flu Burung
Pembiayaan untuk pasien Flu Burung merupakan tanggung jawab bersama antara
Pemerintah Pusat & Pemerintah Daerah, hal ini tertuang dalam SK:
- Pemerintah Pusat (Depkes)
Prosedur pembiayaan ini terdapat dalam SK Menkes No. 756 / Menkes / SK / IX
/ 2006 tanggal 20 September 2006 tentang Pembebasan Biaya Pasien Penderita
Flu Burung.
-
Pemerintah Daerah
(Instruksi Presiden RI No. 1 tahun 2007)
Para Gubernur / Bupati / Walikota : Mengalokasikan dana untuk pelaksanaan
penanganan & pengendalian virus Flu Burung.
Untuk SK Menkes No. 756 / Menkes / SK / IX / 2006 tanggal 20 September 2006 tentang
Pembebasan Biaya Pasien Penderita Flu Burung diperuntukkan bagi pasien-pasien yang
dirawat di RS Rujukan maupun RS Non Rujukan (Pemerintah maupun Swasta), tetapi
dengan penekanan bahwa RS Non Rujukan tidak merawat pasien Flu Burung tetapi bila
menerimanya segera merujuk ke RS Rujukan yang sudah ditetapkan melalui SK Menkes.
Pada saat kasus Flu Burung pertama kali ditemukan di Indonesia, Agustus 2005 konfirmasi
H5N1 didapatkan melalui laboratorium di Hongkong.
Sejak tahun 2006 pemeriksaan tersebut dapat dilakukan di Indonesia (Badan Litbangkes
dan Lembaga Eijkman). Pada tahun 2007 Depkes telah mengembangkan 8 laboratorium
regional yang memeriksa PCR.
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
21
B. FORMULIR RUJUKAN PASIEN
Kepada
Yth. Teman Sejawat ................................
Di
.....................................
Bersama ini kami merujuk pasien Flu Burung sebagai berikut :
Nama
: ...........................................................................
Umur
: ..................... thn ……………… bln
Jenis Kelamin
: ..................... ( L / P )
Alamat
: Jln. …………………………………………... No…………....
Rt……………………………. Rw ………........……………..
Kelurahan : ……………………………………...............
Kecamatan : ………………………………………............
Tanggal mulai sakit : ..…………………………………………………..............
Tanggal mulai dirawat : ….......………………… Jam …………………………..
A. Hasil Pemeriksaan Klinis
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
B. Hasil Pemeriksaan Penunjang :
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
C. Pengobatan yang telah diberikan :
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
........................., ..... ....................... 20....
( nama sarana pelayanan kesehatan )
Dokter / Perawat yang merawat
( nama terang )
22
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
C. FORMULIR KEJADIAN LUAR BIASA
W.1
Kepada Yth.
Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota ……………………
di
……………………………
Bersama ini kami beritahukan bahwa kami telah merawat/memeriksa pasien :
Nama
: ........................................................................
Umur
: ........................................................................
Jenis Kelamin
: ........................................................................
Nama Orang Tua
: ........................................................................
Alamat Rumah
: Jl. ............................................. No. ............
RT........................ RW ....................
Kelurahan/Desa ..............................................
Kecamatan ......................................................
Tanggal mulai sakit
: ....................................................................
Perawatan : Rawat jalan/rawat inap *)
KEADAAN PENDERITA SAAT INI : HIDUP / MENINGGAL *)
DIAGNOSA *) :
DDS
POLIOMIELITIS/AFP DBD
CAMPAK
TETANUS NEONATORUM
dll (Flu Burung)
........................, .....................
Nama Pejabat yang bertanggung jawab
(Cap dan Tandatangan Pejabat Rumah Sakit)
Catatan :
*) Coret yang tidak perlu
- Bila tidak ada kasus, tulis NIHIL
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
23
BAGIAN IV
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGIS KASUS
24
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
Tgl kontak
terakhir
Umur
L/P
Tgl dan hasil Pemantauan *)
Leu
Ft.
Paru
HI
Hasil Lab
No. Epid : __________________
Nama Penderita : __________________
PCR
Keterangan
Form PE-AI Kontak
*) Isikan : tgl & hsl pemantauan : x = sehat, D=demam, P=foto paru, L=drh leukosit, SP=usap nsfaring, usap tenggorok, darah
Nama
Hubungan
dengan
penderita
Lokasi : _______________________________
Kab/Kota : ______________
Penyelidikan Epidemiologi
Avian Influenza H5N1
Pemantauan Kontak Serumah
A. FORMULIR PEMANTAUAN KONTAK
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
25
B. STUDI KASUS
LAPORAN HASIL INVESTIGASI KASUS (Rh) KONFIRMASI
FLU BURUNG DI KEL.PJ, KEC.SR KAB.TANGERANG,
PROV.BANTEN 9-11 JANUARI 2007
I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
-
Kelurahan PJ pada th 2007 tercatat berpenduduk 14.603 jiwa, termasuk dalam
wilayah kerja Puskesmas PJ.
-
Berdasarkan Informasi dari DinKes Kab.Tangerang tanggal 7/1/2007 jam
14.00 WIB, ditemukan kasus Suspek Flu Burung (Ny.Rh/37/P) dirawat di RSUD
Tangerang, kemudian dirujuk ke RSU Persahabatan.
-
Informasi dari Balitbangkes hasil PCR positif H5N1 tanggal 8/1/2007 jam 16.00
WIB
-
Diturunkannya Tim Reaksi Gerak Cepat Gabungan dari Depkes Pusat tanggal
9/1/2007 ( Zoonosis 1 orang, Surveilens/BBTKL 2 orang, BaLitbangkes 2 orang,
APW 2 orang ), berkoordinasi dengan Tim Dinas Kesehatan Prov.Banten, DinKes
Kab.Tangerang, Puskesmas PJ, Disnak Kab.Tangerang.
-
Berdasarkan informasi dari Disnak Kab.Tangerang, Kel.PJ dilakukan vaksinasi pada
unggas lebih dari 3 bulan yang lalu. Kecamatan SR merupakan daerah endemis AI
pada unggas sejak tahun 2005. Populasi unggas di Kec.SR kurang lebih 400.000
ekor. Laporan masyarakat yang ditindak lanjuti dengan Rapid Test hasilnya
negatif.
TUJUAN
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran epidemiologi, virologi dan klinis kasus konfirmasi Flu
Burung yang mampu mendukung upaya penanggulangan KLB Flu Burung di
Kel.PJ, Kec.SR, Kab. Tangerang
Tujuan Khusus
1. Mendapatkan gambaran epidemiologi Flu Burung pada manusia, sumber
dan cara penularan serta rumusan penanggulangannya
2. Mendeteksi dini risiko penularan AI dari unggas ke manusia
3. Mendeteksi dini risiko penularan dari manusia ke manusia
26
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
METODOLOGI
1. Observasi (pengamatan) ke lapangan faktor risiko, menggunakan
kuesioner
2. Pengambilan sampel darah dan swab kontak dan melakukan pemeriksaan
laboratorium di Badan Litbangkes
II. HASIL PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
2.1. Data Personal
a. Identitas
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Alamat Pekerjaan
MRS RSUD Tangerang
Dirujuk ke RS Persahabatan :Ny. Rh
:37 tahun
:Perempuan
:Rt.05 Rw.02 Kel.PJ, Kec.SR
:Ibu Rumah Tangga
:S.D.A
:6 Januari 2007
:8 Januari 2007
b. Perjalanan Penyakit:
Keluhan :
- demam
- batuk (+)
- sakit
tenggorok
Ayam Peliharaan
Mati Mendadak
(10 Ekor)
15/12
Tidak ada
perubahan
Demam.
Batuk.
sesak
Berobat alternative
H.Kaip, Rawa lini
Tangerang.
berobat ke Klinik
Harapan Mulya
30/12
Ayam Peliharaan
Mati mendadak
Dikandang
(3 ekor), 5 ekor
ayam dipotong.
(1 ekor sakit),
kasus mengolah
ayam tersebut
1/1
3/1
Keluhan :
- Batuk Bdahak (+)
- Demam (+)
Berobat ke mantrI
Warso
5/1
TD:150/100
N:137 x/mnt
S:37,RR on
ventilasi
Rh+/+, wh-/D/ AI
T/ Tamiflu
2x1cap
Hasil Positif
H5N1 dari
Balitbangkes
6/1
MRS Tangerang
Keluhan :
- demam
- batuk
- sesak
7/1
8/1
Dirujuk ke
RS
Persahabatan
TD:134/59
N:126 x/mnt
S:37,RR on
ventilasi
Rh+/+, wh-/D/ AI
T/ Tamiflu
2x1cap
9/1
11/1
Pasien
Meninggal
Pkl.
19.15
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
27
c. Foto Thoraks
6 Januari 2007 (RSUD
Tangerang)
7 Januari 2007 (RSUD
Tangerang)
8 Januari 2007
(RSU Persahabatan)
9 Januari 2007
(RSU Persahabatan)
Kesan : Perselubungan
Kesan : Pneumonia
Kesan : Pneumonia
Kesan : Pneumonia
d. Hasil Laboratorium
6 Januari 2007
RSUD Tangerang :
Hb: 13,3 g/dl
Leuko: 4000
Tromb: 168.000
7 Januari 2007
RSUD Tangerang :
Hb: 12,4 g/dl
Leuko: 3600
Tromb: 156.000
Rapid Antigen Influenza A : Negatif
8 Januari 2007
RSU Persahabatan :
Hb: 11,7 g/dl Ht : 34,4 g%
Leuko: 5200
Tromb: 224.000
SGOT/PT : 10/60
9 Januari 2007 pkl.16.30 WIB
RSU Persahabatan :
Hb: 11,3 g/dl Ht : 31,8 g%
Leuko: 6000
Tromb: 197.000
SGOT/PT : 10/60
9 Januari 2007 pkl.19.30 WIB
RSU Persahabatan :
Hb: 12,8 g/dl Ht : 36,2 g%
Leuko: 9200
Tromb: 200.000
SGOT/PT : 221/50 GDS : 679
Ur / Cr : 86/1,7
28
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
e. Temuan Epidemiologi :
1. Unggas
• Sejak tanggal 15 Desember 2006 sampai 29 Desember 2006 terdapat
sekitar 10 ekor ayam peliharaan HR (ayah dari kasus) mati mendadak dan tersebar dilingkungan sekitar
• Dilingkungan kasus, sekitar 200 meter dari halaman belakang rumah
kasus ada 1 ekor ayam mati mendadak pada tanggal 27 Desember 2006
• Tanggal 30 Desember 2006 didalam kandang ditemukan 3 ekor ayam
mati mendadak (ciri-ciri tidak diperhatikan oleh pemilik). Bangkai ayam
dibuang oleh ayah kasus (melindungi tangan dengan plastik kresek)
dimasukkan kedalam karung plastik dan dibuang ke tempat sampah.
• Pada tanggal 30 Desember 2006, kasus (Rh) mencabuti bulu, memotong,
mencuci, dan memasak 5 ekor ayam (satu ekor ayam tersebut sakit
dengan ciri-ciri lemas, mulut dan anus berlendir) yang berasal dari ayam
peliharaan HR. Proses pengolahan ayam ini dibantu oleh suami kasus.
Setelah mengolah ayam tersebut kasus mencuci tangan dengan air saja
(menurut penuturan suami kasus).
• Lingkungan rumah dan sekitar cukup sehat. Letak kandang ayam 10
meter dari rumah kasus. Ayam-ayam peliharaan dibiarkan berkeliaran
bebas tanpa dikandang. Kondisi kandang terlihat banyak kotoran yang
tidak dibersihkan, diatas kandang tampak pengki rotan digantung untuk
tempat telur ayam.
• Kasus tidak pernah merawat dan membersihkan kandang ayam
peliharaannya. Kandang ayam dibersihkan kira-kira 2 minggu sekali oleh
ayahnya, kotoran dalam kandang dibuang ke tempat sampah dan tidak
digunakan sebagai pupuk.
• Sekitar 200 meter dari belakang rumah kasus, terdapat kandang merpati
milik tetangga sebanyak 3 ekor dan dibiarkan berkeliaran bebas.
• Dilingkungan sekitar rumah kasus terlihat ayam-ayam dan burung dara
peliharaan bebas berkeliaran dan berinteraksi. Ayam peliharaan keluar
dari kandangnya di siang hari. Kondisi kandang-kandang terlihat tak
terpelihara, banyak kotoran baik yang telah mengering maupun basah,
dan bagian bawah kandang tidak diberi tempat penampungan kotoran
sehingga kotoran ayam jatuh di halaman maupun di selokan yang
lembab.
2. Kontak Manusia
• Kasus tinggal satu rumah dengan suami dan 2 orang anaknya, serta satu
orang keponakan.
• Tidak ada kematian penduduk di lingkungannya dalam 14 hari terakhir
akibat Flu Burung atau dengan gejala yang sama.
• Tidak ada anggota keluarga maupun tetangga yang sakit dengan gejala
yang hampir sama dengan kasus
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
29
• Dalam 7 hari terakhir sebelum sakit, kasus tidak pernah kontak erat
dengan penderita yang dirawat dengan pneumonia di lingkungan rumah
• Dalam 7 hari terakhir tidak ada kasus pneumonia maupun ISPA di Kel. PJ
(data dari Puskesmas PJ).
• Data dari Puskesmas PJ pada bulan Desember jumlah penderita ISPA di
Kel.PJ sebanyak 35 penderita untuk usia bayi dan 1-4 tahun. Penderita
ISPA Rawat Jalan Puskesmas PJ bulan Desember pada berjumlah 124
orang.
Denah lokasi Rumah Kasus (Rh)
U
Kandang
ayam dan
burung
R.Yaman
R.Usnah
R.Nuryanih
R.H.Rian
Jl.Raya
Tangerang
R.Rainah
R.Gojod
R.Nursiman
Kandang merpati
R.Ny.Rh
Kasus AI
R.Rini
R.Sudirman
R.Dina
R.Sindi
R.Rimot
Kandang ayam
Jalan Menuju Perumahan LES BELES
f. Pemantauan kontak di unit pelayanan
RSUD Kab.Tangerang
No
Nama
Hubungan
Kontak
akhir
Keluhan
1
2
3
4
5
30
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
Sampel
Hasil
g. Pemantauan kontak serumah
No
Nama
Umur
(thn)
Hubungan
Kontak
akhir
Keluhan
Sampel
Hasil
1
H.U
43
Suami
8 Jan 07
Panas,
batuk
Darah,TS,
NS
Positif
Influenza A
2
M.A
18
Anak
6 Jan 07
Panas,
batuk
Darah,TS,
NS
Positif
H5N1
3
N.S
11
Anak
6 Jan 07
-
Darah
Negatif
4
A.I
27
Ponakan
8 Jan 07
Panas,
batuk
Darah,TS,
NS
Negatif
h. Pemantauan kontak lingkungan
No
Nama
Umur
(thn)
Hubungan
K o n t a k Keluhan
akhir
Sampel
1
Wila
37
tetangga
3 Jan 07
-
Darah
2
Lia
38
tetangga
5 Jan 07
-
Darah
3
Nolcip
61
tetangga
5 Jan 07
-
Darah
4
Nuryani
32
tetangga
4 Jan 07
-
Darah
5
Usnah
53
tetangga
4 Jan 2007
-
Darah
6
Raynah
61
tetangga
3 Jan 2007
-
Darah
7
Openg
45
Kakak
3 Jan 2007
-
Darah
8
H.Rian
71
Ayah
8 Jan 2007
-
Darah
9
Saniah
80
Famili
3 Jan 2007
-
Darah
10
Rimot
40
Kakak
8 Jan 2007
-
Darah
11
Rini
43
Famili
4 Jan 2007
-
Darah
12
Siman
Adik
8 Jan 2007
-
-
13
Salim
Famili
8 Jan 2007
-
-
14
Mawi
Teman
7 Jan 2007
-
-
15
Nadi
Keponakan
7 Jan 2007
-
-
30
Hasil
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
31
i.
Penemuan Kasus Suspek Tambahan di Lapangan
Identitas
1.Nama
: Us
Umur
: 43 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Rt.05 Rw.02 Kel.PJ, Kec.SR
Pekerjaan
: Buruh
Alamat Pekerjaan
: Dirujuk ke RS Persahabatan : 11 Januari 2007
b. Perjalanan Penyakit:
Ayam Peliharaan
Mati Mendadak
(10 Ekor)
15/12
Keluhan :
- demam
- batuk
Diambil
darah,TS,NS
Istri mulai
demam
Dan batuk
30/12
Ayam Peliharaan
Mati mendadak
Dikandang
(3 ekor), 5 ekor
ayam dipotong.
(1 ekor sakit),
kasus
menyembelih
ayam tersebut
1/1
7/1
9/1
Keluhan :
- Batuk
Bdahak (+)
- Demam (+)
Tidak berobat
11/1
Hasil Negatif
H5N1 dari
Balitbangkes
Keluhan :
-batuk
-demam
S : 37 OC
Dirujuk ke RS
Persahabatan
untuk di
observasi
c. Hasil Foto Rontgen → tanggal 11/1/2007 : Kesan Normal
Hasil Laboratorium → tanggal 11/1/2007 : Leuko : 7100
Trombo : 205.000
Limfosit : 32
d. Temuan Epidemiologi :
1. Unggas
• Sejak tanggal 15 Desember 2006 sampai 29 Desember 2006 terdapat
sekitar 10 ekor ayam peliharaan H.R (mertua) mati mendadak dan tersebar dilingkungan sekitar.
• Tanggal 27 Desember 2006 dilingkungan kasus, sekitar 200 meter dari
halaman belakang rumah kasus ada 1 ekor ayam mati mendadak.
32
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
• Tanggal 30 Desember 2006 didalam kandang ditemukan 3 ekor ayam
mati mendadak (ciri-ciri tidak diperhatikan oleh pemilik). Bangkai ayam
dibuang oleh ayah kasus (melindungi tangan dengan plastik kresek)
dimasukkan kedalam karung plastik dan dibuang ke tempat sampah.
• Pada tanggal 30 Desember 2006, Tn.U menyembelih 5 ekor ayam (satu
ekor ayam tersebut sakit dengan ciri-ciri lemas, mulut dan anus berlendir)
yang berasal dari ayam peliharaan H.Rian. Proses pengolahan ayam
selanjutnya dibantu oleh istri (kasus). Setelah mengolah ayam tersebut
kasus mencuci tangan dengan air saja
• Tn. U tidak pernah merawat, membersihkan kandang ayam peliharaannya,
mengambil telur maupun membuang ayam yang mati.
• Lingkungan rumah dan sekitar cukup sehat. Letak kandang ayam 10
meter dari rumah Tn.U. Ayam-ayam peliharaan dibiarkan berkeliaran
bebas tanpa dikandang. Kondisi kandang terlihat banyak kotoran yang
tidak dibersihkan, diatas kandang tampak pengki rotan digantung untuk
tempat telur ayam.
• Sekitar 200 meter dari belakang rumah Tn.Us, terdapat kandang merpati
milik tetangga sebanyak 3 ekor dan dibiarkan berkeliaran bebas.
• Dilingkungan sekitar rumah kasus terlihat ayam-ayam dan burung dara
peliharaan bebas berkeliaran dan berinteraksi. Ayam peliharaan keluar
dari kandangnya di siang hari. Kondisi kandang-kandang terlihat tak
terpelihara, banyak kotoran baik yang telah mengering maupun basah,
dan bagian bawah kandang tidak diberi tempat penampungan kotoran
sehingga kotoran ayam jatuh di halaman maupun di selokan yang
lembab.
2. Kontak Manusia
• Tn.Us tinggal satu rumah dengan istri (kasus) dan 2 orang anaknya, serta
satu orang keponakan.
• Pada tanggal 11 Januari 2007 pkl.19.15 istri Tn.U meninggal di RS
Persahabatan akibat Positif Flu Burung.
• Istri Tn.Us dirawat di RSU Persahabatan sejak tanggal 8 Januari 2007
dengan diagnosa Flu Burung (kasus konfirmasi)
• Kontak terakhir Tn.U dengan istrinya (kasus) tanggal 8 Januari 2007
sebelum istri dirawat di ruang isolasi khusus Flu Burung
• Dalam 7 hari terakhir tidak ada kasus pneumonia maupun ISPA di Kel. PJ
(data dari Puskesmas PJ).
• Data dari Puskesmas PJ pada bulan Desember jumlah penderita ISPA di
Kel.PJ sebanyak 35 penderita untuk usia bayi dan 1-4 tahun. Penderita
ISPA Rawat Jalan Puskesmas PJ bulan Desember pada berjumlah 124
orang.
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
33
2. Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Alamat Pekerjaan
Dirujuk ke RS Persahabatan
:
:
:
:
:
:
:
M.A
18 tahun
Laki-laki
Rt.05 Rw.02 Kel.PJ, Kec.SR
karyawan PT.Pratama
11 Januari 2007
b. Perjalanan Penyakit:
Ayam Peliharaan
Mati Mendadak
(10 Ekor)
15/12
30/12
Ayam Peliharaan
Mati mendadak
Dikandang
(3 ekor), 5 ekor
ayam dipotong.
(1 ekor sakit),
kasus tidak ikut
mengolah
ayam tersebut
c. Keluhan :
- batuk
S : 37OC
Diambil
darah,TS,NS
Ibu mulai
demam
Dan batuk
1/1
7/1
Kontak
terakhir
Dengan
kasus Rh
9/1
Hasil
Positif
H5N1
10/1
Keluhan :
-demam
-batuk
-pilek
11/1
12/1
Keluhan :
-demam
S: 39 OC
-batuk
-pilek
-sakit
tenggorok
Dirujuk ke RS
Persahabatan
untuk di
observasi
Hasil Foto Rontgen → tanggal 11/1/2007 : Bronkopneumonia
Hasil Laboratorium → tanggal 11/1/2007 : Leuko : 2600
Trombo : 92.000
Limfosit : 0,6
d. Temuan Epidemiologi :
1. Unggas
• Sejak tanggal 15 Desember 2006 sampai 29 Desember 2006 terdapat
sekitar 10 ekor ayam peliharaan H.Rian (kakek) mati mendadak dan tersebar dilingkungan sekitar.
• Tanggal 27 Desember 2006 dilingkungan kasus, sekitar 200 meter dari
halaman belakang rumah kasus ada 1 ekor ayam mati mendadak.
34
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
• Tanggal 30 Desember 2006 didalam kandang ditemukan 3 ekor ayam
mati mendadak (ciri-ciri tidak diperhatikan oleh pemilik).Bangkai
ayam dibuang oleh H.Rian (melindungi tangan dengan plastik kresek)
dimasukkan kedalam karung plastik dan dibuang ke tempat sampah.
• Pada tanggal 30 Desember 2006, Tn.MA tidak ikut dalam menyembelih
maupun membantu mengolah 5 ekor ayam peliharaan kakeknya, karena
bekerja.
• Tn. MA tidak pernah merawat, membersihkan kandang ayam peliharaan
kakeknya, mengambil telur maupun membuang ayam yang mati.
• Lingkungan rumah dan sekitar cukup sehat. Letak kandang ayam 10
meter dari rumah Tn.MA Ayam-ayam peliharaan dibiarkan berkeliaran
bebas tanpa dikandang. Kondisi kandang terlihat banyak kotoran yang
tidak dibersihkan, diatas kandang tampak pengki rotan digantung untuk
tempat telur ayam.
• Sekitar 200 meter dari belakang rumah Tn.MA, terdapat kandang merpati
milik tetangga sebanyak 3 ekor dan dibiarkan berkeliaran bebas.
• Dilingkungan sekitar rumah kasus terlihat ayam-ayam dan burung dara
peliharaan bebas berkeliaran dan berinteraksi. Ayam peliharaan keluar
dari kandangnya di siang hari. Kondisi kandang-kandang terlihat tak
terpelihara, banyak kotoran baik yang telah mengering maupun basah,
dan bagian bawah kandang tidak diberi tempat penampungan kotoran
sehingga kotoran ayam jatuh di halaman maupun di selokan yang
lembab.
2. Kontak Manusia
• Tn.A tinggal satu rumah dengan ibu (kasus), Tn.Us, adiknya serta satu
orang sepupu.
• Pada tanggal 11 Januari 2007 pkl.19.15 ibu (kasus) meninggal di RS
Persahabatan akibat Positif Flu Burung.
• Ibu Tn.A dirawat di RSU Persahabatan sejak tanggal 8 Januari 2007 dengan
diagnosa Flu Burung (kasus konfirmasi)
• Kontak terakhir Tn.A dengan ibunya (kasus) tanggal 7 Januari 2007
sebelum dirawat di ruang isolasi khusus Flu Burung
• Dalam 7 hari terakhir tidak ada kasus pneumonia maupun ISPA di Kel. PJ
(data dari Puskesmas PJ).
• Data dari Puskesmas PJ pada bulan Desember jumlah penderita ISPA di
Kel.PJ sebanyak 35 penderita untuk usia bayi dan 1-4 tahun. Penderita
ISPA Rawat Jalan Puskesmas PJ pada bulan Desember berjumlah 124
orang.
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
35
36
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
15/12
15/12
Ayam Peliharaan
Mati Mendadak
(10 Ekor)
30/12
Ayam Peliharaan
Mati mendadak
Dikandang
(3 ekor), 5 ekor ayam
dipotong.
(1 ekor sakit),
kasus mengolah
ayam tersebut
30/12
1/1
1/1
Onset
Ny. Rh
3/1
5/1
MRS Tangerang
Keluhan :
- demam
- batuk
- sesak
6/1
7/1
Kontak
terakhir
dg
kasus
7/1
Hasil
Positif
H5N1
dari
Balitbangkes
8/1
9/1
Onset
Tn.Us
9/1
9/1
11/1
Dirujuk ke RS
Persahabatan
untuk di
observasi
10 / 1
Onset
Tn.MA
Dirujuk ke RS
Persahabatan
untuk di
observasi
Hasil Negatif
H5N1 dari
Balitbangkes
11/1
Pasien
Meninggal
Pkl.
19.15
11/1
Kegiatan yang telah dilakukan;
- Investigasi dan pendokumentasian kasus konfirmasi di Kel.PJ oleh tim gerak cepat
pusat dan daerah (Provinsi dan Kabupaten)
- Sosialisasi AI dan Tanggap Flu Burung (oleh Puskesmas PJ dan Zoonosis)
- Berdasarkan informasi dari H.Oom Kepala Lurah PJ, tanggal 10 Januari 2007
Disnak Kab.Tangerang telah melakukan penyemprotan dengan desinfektan
pada kandang-kandang ayam, melakukan vaksinasi pada 300 ekor ayam di Rt 05
dan Rt 06 Rw 02, dan membakar 15 ekor sisa ayam milik H.Rian (tanpa diambil
spesimennya terlebih dahulu)
- Tanggal 11 Januari 2007 Balitvet Bogor turun ke lokasi melakukan pengambilan
spesimen hanya pada 3 ekor ayam di Rt 4 dan Rt 5 Rw 2, hasil belum dilaporkan
III. DISKUSI / ANALISIS
1. Gambaran klinis kasus mendukung untuk diagnosis Flu Burung H5N1 yaitu
adanya demam tinggi, batuk pilek, dan sesak napas terjadi dalam waktu singkat
(3 hari) menjadi pneumonia. Berdasarkan radiologi menunjukkan gambaran
pneumonia dan hasil serial menunjukkan pneumonia yang progresif berat. Hasil
Laboratorium darah serial juga menunjukkan adanya leukopeni dan gangguan
fungsu hati (peningkatan SGOT/SGPT). Hasil laboratorium dari Balitbangkes
berupa PCR positif menunjukkan kasus terinfeksi virus Avian Influenza H5N1.
Saat ini kasus diklasifikasikan sebagai kasus konfirmasi Avian Influenza.
2. Dari temuan epidemiologi memang ditemukan adanya kontak erat kasus (Rh)
dengan unggas sakit karena mengolah ayam peliharaan tersebut dan perilaku
kasus yang tidak menggunakan alat pelindung diri. Sebelumnya pada tanggal
yang sama didalam kandang ditemukan 3 ekor ayam peliharaan mati mendadak
dan terdapat riwayat kematian ayam mendadak dilingkungan rumah kasus dalam
rentang waktu 14 hari sebelum kasus sakit. Walaupun ciri-ciri ayam mati tidak
diperhatikan oleh pemiliknya, tetapi ini merupakan faktor risiko penularan H5N1
dari unggas sakit ke manusia.
3. Selain itu di sekitar rumah kasus banyak unggas peliharaan bebas berkeliaran,
tanpa dimasukkan kedalam kandang. Adanya interaksi antara ayam kampung
dan burung dara merupakan faktor risiko terjadinya cross contamination dari
hewan-hewan reservoir ke ayam maupun dari unggas ke manusia.
4. Perlu dilakukan surveilans ILI ketat terhadap kontak serumah dengan
ditemukannya kasus suspek baru (2 orang) yang merupakan hubungan keluarga
dengan indikasi mengarah ke kasus klaster.
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
37
VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan.
- Terbukti adanya KLB kasus AI pada manusia diKel.PJ Kec.SR Kab.Tangerang.
- Diketemukan faktor risiko adanya penularan AI pada unggas ke manusia
- Belum ditemukan adanya indikasi penularan dari manusia ke Manusia,
sampai saat dilaksanakan investigasi ke lapangan.
Saran.
- Perlu segera dilakukan tindak lanjut pemutusan rantai penularan dengan
adanya faktor risiko lingkungan dengan melakukan stapping out semua
unggas di wilayah lingkungan rumah kasus sampai radius 1 km.
- Perlu ditindak lanjuti secara tegas koordinasi yang tidak baik antara lintas
sektor Disnak Kab.Tangerang dan pihak kesehatan
- Perlu dilakukan surveilans ketat ILI karena ada faktor risiko untuk terjadinya
kasus AI pada manusia.
- Perlu dilakukan sosialisasi oleh Promkes, Dinas Kesehatan dan Puskesmas
kepada masyarakat sekitar secara berkala dan terus menerus tentang
tanggap dan waspada Flu Burung, serta penyuluhan tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
- Perlu adanya pelatihan teknik tentang tatalaksana kasus AI bagi tenaga medis
di Rumah Sakit maupun Puskesmas.
- Perlu adanya pelatihan bagi petugas surveilans epidemiologi AI di tingkat
Provinsi, kabupaten dan Puskesmas.
- Perlu mempersiapkan sarana dan prasarana investigasi di Rumah Sakit,
Puskesmas dan di lapangan.
38
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
TIM TERPADU INVESTIGASI KASUS AI ( Rh )
DI KELURAHAN PJ KEC. SR KAB. TANGERANG
TANGGAL, 09 JANUARI 2007
~ Jumlah Personil 29 Orang
I
PUSAT
1
dr. Totok Hariyanto
2
Drs. Joko Suyono
3
Eka Soni, SKM. MM
4
Suwandi, SKM. M.Epid
5
dr. Endah Kusumowardani
6
drg. Rudi Hendro
7
John Master Saragih
DITJEN PP&PL
LITBANGKES
II
1
KOMNAS FLU BURUNG
Drh. Farida Camelia Zenal
2
Drh. Novita Tricahyani
3
Drh. Rian Arisandi
4
Drh. Ari Rumantara
III
PROPINSI
1
Agus T P, SKM
2
Bisri
IV
1
PETERNAKAN KABUPATEN TANGERANG
Drh. Wiwin
2
Zaifiwar
3
Sarifudin
4
Dedi Yuliadi
V
1
DINKES KABUPTEN TANGERANG
Johari Efendi
2
Samsuri
3
Muhada Castradipura
4
Namin
IV
1
BBTKL Jakarta
PUSKESMAS PJ
dr. Hj Yully S. Dewanti
2
dr. Khalief
3
dr. Ria Oktarini
4
Deddy Ach. H
5
Erni, AMAK
6
Yati Maryati
7
Sri Haniati
VI
WHO
dr. Graham Tallis
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
39
B. POSTER: WASPADA FLU BURUNG
40
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
D. POSTER: TANGGAP FLU BURUNG
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
41
42
Referensi: Sosialisasi Flu Burung Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan Dasar
Download