BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penduduk dan Energi di Indonesia Berdasarkan hasil sensus kependudukan yang di laksanakan oleh Badan Pusat Statistik, penduduk negara Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa1. Jumlah penduduk Indonesia yang besar tersebut secara langsung maupun tidak langsung juga dapat berpengaruh terhadap kebutuhan energi nasional yang besar. Kebutuhan Energi di Indonesia sampai saat ini sudah mencapai 1000 juta ekuivalen2. Dalam pemenuhan kebutuhan energi tersebut, terdapat berbagai macam sumber energi diantaranya gas, batubara, minyak bumi , dan lain sebagainya. Diantara banyaknya macam-macam sumber energi, minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama di Indonesia. Status minyak bumi sebagai sumber energi utama di Indonesia disebabkan karena dalam pengelolaannya minyak bumi dapat diolah untuk dijadikan bahan bakar seperti bensin, solar, minyak tanah dan lain-lain. Akan tetapi ketersediaan minyak bumi di Indonesia untuk diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) tolmasih lah belum mampu memenuhi kebutuhan energi nasional. Untuk memenuhi kekurangan akan kebutuhan BBM tersebut, pemerintah mengimpor BBM dari luar negeri. BBM merupakan sumber energi yang tidak terbarukan sehingga memiliki kuantitas yang terbatas. Akibat dari sifat BBM tersebut, dalam perdagangan energi internasional harga komoditas BBM cenderung selalu mengalami peningkatan. Pemerintah Indonesia dalam usahanya untuk mensejahterakan rakyat melalui kebijakannya, selalu mencoba untuk mengendalikan harga BBM agar dapat terjangkau bagi seluruh kalangan masyarakat. Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan harga BBM tersebut diantaranya adalah melalui subsidi BBM. Subsidi BBM pada tahun 2012 lalu bahkan sudah mencapai 30 % dari total APBN 2012 yang berjumlah 1000 triliun rupiah. Namun anggaran subsidi BBM yang besar tersebut pada akhirnya malah menjadi masalah baru bagi pemerintah. 1 2 Sp2010.bps.go.id/ http://economy.okezone.com/read/2013/04/16/19/792256/pasokan-energi-ri-aman-hingga-2050 SOSIOLOGI HUKUM |1 Kebijakan Energi Indonesia Akan tetapi dalam realitanya, pemberian subsidi BBM malah tidak tepat sasaran. Pemberian subsidi BBM yang seharusnya dialokasikan pemerintah untuk masyarakat kurang mampu malah 70% diantaranya digunakan oleh masyarakat menengah ke atas. Dalam usaha pemerintah untuk menghentikan kebijakan yang tidak tepat sasaran tersebut, pada bulan Mei tahun 2013 ini, pemerintah membuat wacana untuk menaikkan harga BBM. Pemerintah ingin menaikkan harga BBM dengan alasan untuk mengatasi jebolnya APBN karena membiayai subsidi BBM dan juga untuk merealokasikan anggaran subsidi BBM ke bidang lain yang dapat secara langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Indonesia. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan di Indonesia dalam hal ini pemegang kebijakan mengenai BBM masih belum mampu memberikan kepastian mengenai wacana penaikan harga BBM tersebut. Menurut Menteri ESDM Jero Wacik, pemerintah dalam menaikkan harga BBM memerlukan berbagai pertimbangan , mengingat BBM merupakan komoditas energi yang vital di Indonesia. Selain itu, sebelum menaikkan harga BBM, pemerintah juga memerlukan kebijakan pendukung untuk mengatasi dampak penaikan harga BBM yang diantaranya seperti program Keluarga Harapan, program Raskin, dll. Namun di dalam masyarakat, sikap pemerintah yang demikian ini mendapatkan berbagai tanggapan baik positif maupun negatif. Tanggapan positif terhadap pemerintah diantaranya banyak keluar dari para akademisi yang menyadari bahwa subsidi BBM merupakan suatu kebijakan yang tidak tepat sasaran. Sedangkan tanggapan negatif yang berkembang di masyarakat diantaranya adalah anggapan bahwa pemerintah tidak tegas dan pemerintah cenderung mengabaikan situasi aktual saat wacana ini dikeluarkan. Implikasi Kebijakan Pemerintah dengan Perilaku Masyarakat Adanya berbagai anggapan negatif dari masyarakat kepada pemerintah ini berimplikasi pada berkurangnya rasa percaya masyarakat pada pemerintah. Selain berkurangnya rasa percaya masyarakat pada pemerintah, timbul implikasi lain dari adanya wacana penaikkan harga BBM ini yaitu mulai meningkatnya inflasi pada berbagai kebutuhan pokok seperti beras, minyak, gula, dll. Banyak pula berbagai aksi penimbunan BBM di berbagai daerah sebagai dampak dari suatu wacana yang terus berkembang tanpa kepastian ini. SOSIOLOGI HUKUM |2 Pola pikir negatif masyarakat terhadap pemerintah mengakibatkan masyarakat selalu merespon negatif segala kebijakan dan peraturan hukum yang dibuat pemerintah. Adanya wacana penaikan harga BBM juga berdampak pada meningkatnya kriminalitas di masyarakat yang semakin membuktikan bahwa kesadaran hukum masyarakat mulai menurun akibat dari wacana ini. 1.2 Rumusan Masalah Apakah rencana penaikan harga BBM akan berdampak luas bagi masyarakat ? Bagaimana perubahan paradigma hukum masyarakat pasca rencana penaikan harga BBM oleh pemerintah ? 1.3 Tujuan Untuk mengetahui dampak rencana penaikan harga bbm bagi masyarakat. Untuk mengetahui perubahan paradigma hukum masyarakat pasca rencana penaikan harga BBM oleh pemerintah. SOSIOLOGI HUKUM |3 BAB II METODE PENULISAN 2.1 Metode Penelitian Penulisan makalah ini merupakan penulisan makalah hukum analitis normatif, sehingga dalam penulisan ini berarti terdapat suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip, maupun perilaku sosiologi hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.3 Penulisan ini termasuk penulisan makalah hukum normatif , karena data yang kami peroleh adalah data yang berasal dari berbagai sumber literatur yang berupa buku, koran, maupun data-data dari media internet yang kredibel. Penulisan makalah hukum didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. Selain itu juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta-fakta dan isu hukum untuk memecahkan masalah yang bersangkutan.4 2.2 Jenis Penelitian Ditinjau dari sifat penulisan, maka penulisan makalah ini tergolong dalam kategori penulisan makalah yang bersifat deskriptif. Penulisan deskriptif merupakan sebuah penulisan yang berupa gambaran terhadap pelaksanaan mekanisme penyelesaian kasus dan mengungkapkan latar belakang suatu kasus terjadi. Penulisan deskriptif ini mempelajari masalah yang timbul di masyarakat serta situasi tertentu termasuk kegiatan-kegiatan, sikapsikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruhpengaruh dari suatu fenomena.5 3 Peter Mahmud Marzuki. 2007. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana , hlm. 35 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2006. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada, hlm. 43. 5 Moh Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, hlm. 54-55 4 SOSIOLOGI HUKUM |4 2.3 Jenis Data 2.3.1 Sumber Data Sumber data merupakan subyek darimana data dapat diperoleh.6 Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sumbersumber buku literatur dan rekap website yang berkaitan. 2.3.2 Bahan Hukum Dalam penulisan ini, bahan hukum yang dijadikan acuan data adalah bahan hukum primer. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan , catatan-catatan resmi atau risalah dalam peraturan perundang-undangan.7 Bahan hukum yang digunakan adalah berbagai jenis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan rencana penaikan harga BBM oleh pemerintah. Bahan hukum yang dimaksud antara lain : a. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Alenia ke 4 tentang kesejahteraan umum dan keadilan sosial. b. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 33 tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial. c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas. 2.4 Teknik Analisis Data Analisis data adalah kegiatan untuk memaparkan data, sehingga dapat diperoleh suatu kebenaran atau ketidak benaran dari suatu hipotesis. Batasan ini diungkapkan bahwa analisis data adalah sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide. 8 Suharsimi Arikunto. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta, hlm . 102 7 Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana , hlm. 141 8 Lexy J. Moleong. 1994, Metode penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 6 Hlm:103 SOSIOLOGI HUKUM |5 Data yang telah terkumpul melalui kegiatan pengumpulan data belum memberikan arti apa-apa bagi tujuan suatu penulisan. Penulis belum dapat menarik kesimpulan bagi tujuan penulisannya, sebab data itu masih merupakan data mentah dan masih diperlukan usaha atau upaya untuk mengolahnya. Proses yang dilakukan adalah dengan memeriksa, meneliti data yang telah diperoleh untuk menjamin apakah data dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kenyataan. Penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif sehingga data yang terkumpul tersebut dibahas, dianalisis, dideskriptifkan dan di kumpulkan secara induktif, sehingga dapat diberikan gambaran yang tepat mengenai hal-hal yang sebenarnya terjadi. 2.5 Teknik Pengolahan Data Menurut Sugiyono, yang dimaksud dengan pengelolaan data adalah proses untuk mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan catatan kecil dilapangan. Dalam penelitian ini, analisis data di sederhanakan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut. Tahapan pertama mengidentifikasi data yang diperoleh dari lapangan.9 Baik dengan cara wawancara, interview, observasi, maupun dokumentasi, yang bersumber dari buku, literatur dan foto. Tahapan kedua yakni mengklasifikasikan data yang masuk , kemudian disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penulisan. Tahap ketiga yakni melakukan interpretatif terhadap faktor yang mempengaruhi. Hasil analisis data disajikan secara gabungan antara informal dan formal. Informal, yaitu penguraian dalam deskripsi kata-kata (naratif). Secara sistematika, sajian penulisan penelitian ini dituangkan dalam empat bab, tiap-tiap bab dikembangkan menjadi sub babsub bab dan seterusnya. 9 Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta, hlm. 244 SOSIOLOGI HUKUM |6 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Dampak Rencana Penaikan Harga BBM bagi Masyarakat Dampak yang terjadi akibat rencana kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dalam suatu masyarakat dapat menganggu kegiatan produksi perusahaan dan juga menganggu kegiatan pekerja yang bekerja dalam suatu perusahaan itu sendiri, rencana kenaikan harga BBM sebesar Rp2.000/liter membuat pekerja harus mengeluarkan pengeluaran tambahan hingga 30 persen. Sebab tak hanya sektor transportasi yang akan terdongkrak akibat kenaikan harga BBM, tapi juga biaya kontrakan, makan, dan lain-lain yang menyangkut dengan kebutuhan hidup mereka.10 Kerugian yang ada di dalamm suatu perusahaan bukan hanya dari faktor produksinya saja tetapi ada dampak lanjutan yang terjadi, dampak lanjutan yang dimaksudkan adalah dampak efisiensi pekerja akibat beban pengusaha yang terlalu berat11. Sehingga nantinya angka pengangguran akan kembali meningkat, hal yang tidak di inginkan terjadi adanya Pemutusan Hubungan Kerja atau yang dikenal PHK , hal itu yang akan dilakukan suatu perusahaan untuk menghindari biaya produksi yang tinggi. Dampak dari rencana kenaikan harga BBM juga berdampak pada sosial politik pada kalangan masyarakat ongkos sosial yang akan ditanggung pemerintah akan lebih besar ketimbang hanya sekadar menaikkan harga BBM dengan alasan ekonomi semata. Pemerintah tidak boleh lagi mengambil suatu kebijakan tanpa ada penjelasan yang memadai kepada masyarakat, karena dampak yang akan dihadapai oleh masyarakat sangatlah besar. Pemerintah harus memberikan penjelasan yang memadai kepada masyarakat dalam mengambil setiap keputusan, jangan sampai masyarakat hanya menerima keputusan yang mereka tidak tahu sebelumnya sehingga akan menambah berat beban hidup mereka12. Apalagi kenaikan BBM tidak dapat lagi dihindari oleh pemerintah, karena pengaruh pasar minyak dunia yang sudah mencapai 115 dolar AS per barel atau sudah diatas asumsi APBN 2012 sebesar 90 dolar AS per barel. Selain pertimbangan 10 11 12 http://suaraindonesia.co/nusantara/8911/buruh-bekasi-suarakan-penolakan-kenaikan-bbm Ibid. www.antarajatim.com/lihat/berita/83219/pemerintah-harus-pertimbangkan-dampak-sospolkenaikan-bbm SOSIOLOGI HUKUM |7 ekonomi tentu pemerintah juga harus mempertimbangkan dampak ongkos sosial dan politik dari kebijakan yang diambil itu Dengan kenaikan BBM, sudah barang tentu akan mendorong naiknya tingkat inflasi yang berpengaruh kepada naiknya harga barang kebutuhan pokok di masyarakat. Listrik dan air akan mengikuti kenaikan, Hal ini akan menambah berat beban masyarakat dalam menjalani kehidupannya.13 Selanjutnya dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok tentu akan melemahkan daya beli masyarakat dipasaran nasional, karena tidak bertambahnya penghasilan mereka kecuali kalangan pegawai negeri sipil. Pengawasan yang ketat terhadap distribusi BBM harus dilakukan sehingga tidak menimbulkan kelangkaan BBM di masyarakat. Pengawasan ketat pemerintah juga perlu dilakukan terhadap adanya spekulan-spekulan yang hanya mencari keuntungan dibalik kesulitan masyarakat. Dampak secara psikologis juga akan terjadi dalam masyarakat, Walaupun pemerintah belum menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, namun dampak psikologis wacana ini telah terjadi14. Harga-harga barang telah merangkak naik berkali lipat akibat pemerintah tidak tegas dalam mengimplementasikan kebijakan ini. Dikarenakan sikap tidak tegas pemerintah membuat sebagian pengusaha berspekulasi dengan menaikan harga sebelum biaya produksinya meningkat akibat naiknya harga BBM. Meminta pemerintah untuk segera memberi kepastian kebijakan BBM bersubsidi, sehingga penyesuaian harga yang dilakukan dapat dilakukan secara rasional. Ketidakpastian kebijakan BBM bersubsidi menimbulkan kelangkaan BBM di lapangan15. Untuk mengatasi ini, para pengusaha terpaksa menaikkan harga untuk menutupi kelangkaan BBM yang terjadi. Pada akhirnya, masyarakatlah yang terkena dampak tersebut karena semakin berat menghadapi kenaikan harga yang berlipat. Dampak psikologis dapat diredam dengan cara memastikan ketersediaan BBM bersubsidi. Dengan cara ini, maka distribusi barang tidak terhambat dan akhirnya beban masyarakat selaku konsumen tidak semakin berat. Perilaku kenaikan harga barang-barang kebutuhan masyarakat setelah terjadi kenaikan harga beberapa jenis BBM seperti premium (bensin pompa), solar, dan minyak 13 www.antarajatim.com/lihat/berita/83219/pemerintah-harus-pertimbangkan-dampak-sospolkenaikan-bbm 14 Ibid. 15 http://syarif-fadli.blogspot.com/2012/03/pengaruh-kenaikan-bbm-terhadap-kondisi.html SOSIOLOGI HUKUM |8 tanah dari waktu ke waktu relatif sama. Misalnya, dengan naiknya premium sebagai bahan bakar transportasi akan menyebabkan naiknya tarif angkutan. Dengan kenaikan tarif angkutan tersebut maka akan mendorong kenaikan harga barang-barang yang banyak menggunakan jasa transportasi tersebut dalam distribusi barangnya ke pasar. Demikian pula dengan harga solar yang mengalami kenaikan juga akan menyebabkan kenaikan harga barang/jasa yang dalam proses produksinya menggunakan solar sebagai sumber energinya. Begitu seterusnya, efek menjalar (contagion effect) kenaikan harga BBM terus mendongkrak biaya produksi dan operasional seluruh jenis barang yang menggunakan BBM sebagai salah satu input produksinya yang pada akhirnya beban produksi tersebut dialihkan ke harga produk yang dihasilkannya. Kenaikan harga beberapa jenis BBM ini akan menyebabkan kenaikan harga di berbagai level harga, seperti harga barang di tingkat produsen, distributor/pedagang besar sampai pada akhirnya di tingkat pedagang eceran. Gerakan kenaikan harga dari satu level harga ke level harga berikutnya dalam suatu saluran perdagangan (distribution channel) adakalanya memerlukan waktu (time lag). Tetapi, yang jelas muara dari akibat kenaikan harga BBM ini adalah konsumen akhir yang notabene adalah berasal dari kebanyakan masyarakat ekonomi lemah yang membutuhkan barangbarang kebutuhan pokok sehari-hari dengan membeli barang-barang kebutuhannya sebagian besar dari pedagang eceran. Dan biasanya kenaikan harga di tingkat eceran (retail price) ini lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga di tingkat harga produsen (producer price) maupun di tingkat pedagang besar (wholesale price). Kenaikan harga beberapa jenis BBM bulan Mei 1998, terulang kembali di bulan Juni 2001 dengan beberapa skenario kenaikan harga beberapa jenis BBM (premium, solar, minyak tanah)16. Menurut salah satu sumber di Badan Pusat Statistik, untuk jenis barang BBM yang harganya ditentukan pemerintah, hampir 50 persen dari pengaruh kenaikan BBM sudah dihitung dalam penghitungan inflasi pada bulan Juni 2001. Misalnya bensin naik dari Rp 1.150/liter menjadi Rp 1.450/liter. Karena kenaikan BBM terjadi di bulan Juni, nilai yang digunakan dalam penghitungan inflasi bulan Juni adalah ((1150 + 1450)/2) = 1300 sehingga perubahan yang digunakan adalah perubahan dari harga Rp 1.150/liter menjadi Rp 1.300/liter atau naik 13,04 persen. Sementara untuk bulan Juli 2001, perubahan harga yang 16 http://syarif-fadli.blogspot.com/2012/03/pengaruh-kenaikan-bbm-terhadap-kondisi.html SOSIOLOGI HUKUM |9 dihitung adalah dari harga bensin Rp 1.300/liter menjadi Rp 1.450/ liter atau naik 11,54 persen. Perlakuan ini juga berlaku untuk jenis barang BBM lainnya17. Dengan demikian, pada bulan Juli 2001, sumbangan inflasi dari BBM (bensin, solar, dan minyak tanah) akan mencapai 0,28 persen. Ditambah lagi sumbangan inflasi pelumas/oli yang apabila naik 15 persen akan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,05 persen18. Sumbangan inflasi dari BBM akan bertambah besar jika komponen BBM lainnya yang tidak ditetapkan pemerintah bergerak sesuai selera pasar. Tekanan inflasi akan semakin besar apabila pemerintah menaikkan tarif dasar listrik rata-rata. Dampak ini hanya sebagian kecil saja yang terjangkau dari pandangan kita. Justru dampak tak langsung yang merupakan hasil multiplier effect dapat menyeret tingkat inflasi lebih tinggi lagi. Inflasi bulan Juni 2001 sebesar 1,67 persen dan laju inflasi dari Januari-Juni 2001 sudah mencapai 5,46 persen, dengan adanya kenaikan harga BBM sepertinya pemerintah harus merevisi asumsi inflasi APBN tahun 2001 yang hanya berkisar 9,3 persen menjadi inflasi dua digit.19 3.2 Perubahan Paradigma Hukum Masyarakat Pasca Rencana Penaikan Harga BBM oleh Pemerintah Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai sebuah komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak tentunya memiliki sebuah nilai guna yang tinggi dan tidak dapat terpisahkan dari kebutuhan keseharian tiap individu. Dengan kapasitas produksi pemerintah yang hanya sebesar 41 Juta Kilo Liter Per Tahun20 tentunya tidak akan dapat mengimbangi kebutuhan masyarakat akan BBM sebanyak 52 Juta Kilo Liter Per Tahun. Ditambah lagi, menurut data dari Direktorat Jenderal Minyak & Gas pada tahun 2012 hingga kedepannya, kebutuhan masyarakat akan minyak diprediksi untuk terus meningkat sebanyak 4% tiap tahunnya. Pada tahun 2015, diperkirakan kebutuhan masyarakat akan minyak untuk mencapai titik 1.294 ribu barel per hari21. Hal ini lah yang menyebabkan Negara Indonesia menduduki peringkat ke-11 sebagai Negara konsumen minyak terbesar di Dunia sesuai 17 http://syarif-fadli.blogspot.com/2012/03/pengaruh-kenaikan-bbm-terhadap-kondisi.html 18 Ibid. 19 Ibid. 20 http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/12/29/18084285/Kebutuhan.Impor.BBM.meningkat 21 http://www.sumbawanews.com/berita/kebutuhan-bbm-tahun-2015-nanti-diperkirakan-mencapai-1294ribu-barel-hari S O S I O L O G I H U K U M | 10 survey dari Bloomberg dan telah membuktikan seberapa essensial eksistensi dari BBM didalam kehidupan masyarakat kita. Ketidakberdayaan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri yang vital ini turut serta membawa kerugian bagi masyarakat yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan keseharian akan BBM yang berdampak terhadap tingkat produktivitas mereka. Pemerintah, bahkan untuk menutupi kebutuhan yang besar dari dalam masyarakat memerlukan impor sebanyak 11 juta kilo liter untuk memenuhi pasar tiap tahunnya, yang mana berarti pajak sebagai sebuah sarana yang dibayar oleh masyarakat turut terkuras dan digunakan untuk sektor BBM. Penurunan produktivitas masyarakat ini disebabkan oleh hilangnya eksistensi komoditas vital yaitu BBM yang berperan sebagai sebuah sumber energi dalam bidang transportasi. Seperti yang kita ketahui, bahwa transportasi merupakan sarana perpindahan yang dipergunakan masyarakat untuk menunjang kehidupannya. Baik itu dari hal simpel seperti berkendara ke kantor, pengantar barang produksi, hingga untuk pelayanan publik dalam bentuk servis angkutan umum. Berkurangnya BBM berarti akan menyebabkan pasar untuk menaikan harga minyak demi menjaga stabilitas barang yang beredar. Rancangan ini lah yang menjadi sebuah wacana pemerintah demi menjamin stabilitas pasar BBM dan juga demi nama kepentingan umum. Wacana penaikan harga BBM yang semakin marak terjadi ini kemudian diliput oleh berbagai media massa sebagai bentuk pengawasan masyarakat terhadap kinerja dari eksekutif. Sebuah rencana yang mana dilihat oleh masyarakat sebagai sebuah penghambat mereka dalam meraih komoditas yang menjadi penyokong produktivitas demi memenuhi kebutuhan hidup, tentu lah dirasakan sebagai sebuah wacana yang buruk. Masyarakat yang menyadari akan rencana penaikan ini kemudian menyalurkan aspirasi dan ekspresi mereka dalam berbagai bentuk yaitu mediasi maupun demonstrasi, bahkan secara umum melalui percakapan satu sama lain sesama masyarakat. Dimana seperti kita ketahui menurut Teori Gerakan Sosial, bahwa adanya ketidakpuasan terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu menimbulkan keadaan tidak tenteram yang menyebabkan terjadinya gerakan-gerakan untuk mengadakan perubahan-perubahan22. Ketidak setujuan beberapa kelompok individu akan rencana ini tentunya turut serta membawa pengaruh didalam masyarakat. Dimana pandangan masyarakat akan berubah menjadi sebuah konsep penolakan terhadap rencana 22 Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H.,M.A., Pokok-Pokok Sosiologi Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm 113. S O S I O L O G I H U K U M | 11 pemerintah. Pertentangan antara kebijakan publik dengan kebutuhan hidup masyarakat ini sebenarnya tidaklah hal yang harus dibiarkan, karena sesuai dengan asas Solus Populi Suprema Est Lex, bahwa kebutuhan masyarakat adalah kedaulatan hukum tertinggi, dan ketika ini terlanggar maka akan timbul sebuah citra buruk pemerintahan dari masyarakat. Citra buruk ini menyebabkan penggeneralisiran berbagai kegiatan pemerintah sebagai sebuah sesuatu yang negatif oleh masyarakat, baik itu dalam bentuk keputusan-keputusan hingga hukum yang merupakan produk dari pemerintah itu sendiri. Dengan kata lain, pandangan terhadap hukum pun akan lah negatif. Pandangan adalah sebuah hal konseptual yang mempengaruhi pola pikir dalam menafsirkan yang kemudian akan membentuk sebuah paradigma. Paradigma menurut Gregory pada hakikatnya adalah berbagai working assumption, prosedur, dan temuan yang secara rutin diterima atau diakui sekelompok scholar, yang keseluruhannya mendefinisikan suatu pola aktivitas ilmiah/ilmu pengetahuan yang stabil, sebaliknya pola ini pada gilirannya akan mendefinisikan komunitas yang ter bagi paradigma tersebut23. Pandangan negatif akan hukum sebagai sebuah produk utama pemerintah yang berinteraksi langsung dengan masyarakat sebagai tata sosial akan menyebabkan penafsiran masyarakat terhadap hukum itu menjadi sesuatu yang negatif. Pola pikir yang terpengaruhi sebagai akibat dari penafsiran akan menyebabkan sebuah kompleksitas dalam berpikir dan menyerap makna-makna yang ada, sehingga pikiran yang berperan sebagai acuan berperilaku dan bertindak akan turut serta terbawa dampaknya. Hal ini membuktikan, ketika penafsiran akan sebuah hukum menjadi negatif, maka tindakan yang berkaitan dengan hukum itu sendiri akan turut menjadi buruk. Tentunya hal ini bukanlah sesuatu yang sepantasnya diwujudkan oleh pemerintah karena sungguh bertentangan dengan prinsip dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan sesuai yang tertera dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2009 dalam Pasal 26a, yang menyatakan bahwa, penetapan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial selaras dengan kebijakan pembangunan nasional. Ini berarti, untuk tetap menjaga stabilitas dari paradigma hukum masyarakat, maka perlu lah penyelenggaraan pemerintahan itu untuk tidak bertentangan dengan kebutuhan 23 Prof. Dr. H.R. Otje Salman S., SH., Teori Hukum, Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm 70. S O S I O L O G I H U K U M | 12 masyarakat. Padahal secara hakikatnya, hukum berperan dalam mengatur menentukan hak dan kewajiban serta melindungi kepentingan individu dan kepentingan sosisal. Dalam hal ini fungsi hukum dalam kehidupan masyarakat itu sendiri adalah untuk menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup, menyelesaikan pertikaian, memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan jika perlu dengan kekerasan, memelihara dan mempertahankan hak, mengubah tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian dengan kebutuhan masvarakat, serta memenuhi tuntutan keadilan dan kepastian hukum. Tidak mungkin nantinya peranan seperti untuk melindungi kepentingan individu akan terwujud manakala perilaku masyarakat itu sendiri berlawanan dengan hukum yang telah mereka hilang kepercayaan nya. Kondisi seperti ini seharusnya menjadi bagian dari responsibilitas pemerintah. Responsibilitas didefinisikan sebagai hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan, dan kecakapan24. Didalam situasi chaos yang senantiasa berkembang ini nantinya akan membentuk individu-individu yang telah rentan untuk menolak hukum sehingga terdapat degradasi kebiasaan hukum masyarakat. Hilangnya fungsi dari hukum ini sendiri akan turut serta membawa berbagai dampak perubahan aktivitas seperti timbulnya gejolak sosial, kemiskinan akibat individu yang tak mampu berproduktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup, bahkan hingga peningkatan tindak kriminal sebagai dampak dari kesenjangan sosial. Misalnya adalah peningkatan kencederungan tindakan untuk menimbun BBM guna pendayagunaan dimasa depan ketika harga sesungguhnya naik. Bahkan menurut data lapangan adalah pada tahun 2012 terjadi sekitar 232 kasus penimbunan BBM yang diusut oleh kepolisian 25. Ini menandakan bahwa adalah sebuah fakta ketika timbul wacana yang membuat ketidakpastian didalam masyarakat, maka akan timbul gejolak-gejolak sosial. 24 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm 335 http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/03/26/15024168/Kepolisian.Tangani.232.Kasus.Penimbunan. BBM 25 S O S I O L O G I H U K U M | 13 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan a. Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah sebuah sumber komoditas vital yang berperan penting dalam penyokong produktivitas masyarakat. BBM pada dewasa ini semakin sulit diraih akibat harganya yang semakin memuncak. Rencana kenaikan harga BBM berdampak pada perubahan perilaku masyarakat, perubahan tersebut meliputi perubahan perilaku sosial, perubahan pola konsumsi, dan perubahan paradigma hukum masyarakat. Tidak hanya pada aspek sosial, namun akibat rendahnya produktivitas turun menimbulkan dampak pada perekonomian warga. b. Kenaikan harga BBM berpengaruh pada pandangan masyarakat akan pemerintah. Hukum yang merupakan produk pemerintahan turut terkena perubahan paradigma ini. Perubahan paradigma hukum masyarakat turut mempengaruhi kebiasan dan kesadaran hukum masyarakat Indonesia, seperti pada kasus penimbunan BBM, inflasi sebelum BBM naik, dll. 4.2 Rekomendasi 4.2.1 Argadhia Aditama a. Pemerintah harus sudah menyiapkan program yang efektif untuk mengatasi dampak kenaikan harga BBM, selain itu pemerintah juga harus mempersiapkan penanganan atas dampak dari adanya rencana kenaikan harga BBM. b. Pemerintah harus bersikap tegas atas segara rencana yang telah dikeluarkannya, sehingga ketidak pastian situasi dalam masyarakat tidak akan terjadi. Ketidak pastian situasi di masyarakat akan menciptakan perubahan perilaku masyarakat yang pada akhirnya akan semakin mempersulit proses naiknya harga BBM. 4.2.2 Ghesa Agnanto H. a. Pemerintah harus memiliki kebijakan yang dapat digunakan secara tepat terhadap masyartakat saat adanya kenaikan BBM. Disisi lain pemerintah juga mempunyai kewenangan secara tegas untuk membatasi kenaikan harga bahan pokok yang naik S O S I O L O G I H U K U M | 14 duluan ketika harga BBM belum naik, hal ini dirasakan warga merupakan dampak sosial yang menyebabkan tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok dalam kehidupan. b. Pemerintah juga harus memikirkan hal-hal yang terjadi saat kenaikan BBM di masyarakat sekitar, mungkin ketika menaikan BBM pemerintah harus sampling terhadap masyarakat sekitar bagaimana responnya atas kenaikan BBM ini, sehingga pemerintah dapat melakukan suatu kebijakan tersebut dengan matang dan bukan menjadi polemic semacam ini. Pemerintah juga harus memikirkan cara terhadap dampak yang menimpa perusahaan karena imbas dari kenaikan BBM, sehingga perusahaan sendiri dapat melakukan kegiatan produksinya seperti biasa tanpa harus terbebankan dengan kenaikan BBM. 4.2.3 I Made Dwi Abiyoga P. a. BBM sebagai sebuah sumber energy esensial yang menyokong sarana prasarana transportasi tentunya memiliki peranan besar di masyarakat. Penaikan harga BBM membuat mereka sulit mendapatnya dan menyebabkan turunnya produktivitas. Produktivitas yang menurun tidak hanya akan berdampak sempit semata namun secara luas akan turut membuat tinggi berbagai harga-harga kebutuhan pokok lainnya. b. Hukum sebagai sebuah produk politik pemerintah tentu akan mendapat biasnya juga, dimana masyarakat yang semakin kehilangan kepercayaan akan pemerintah akan cenderung untuk semakin melanggar aturan-aturan hukum. Padahal seharusnya hukum bisa menjadi tata sosial dari masyarakat namun seiring dengan buruknya pandangan mereka juga akan mempengaruhi penafsiran akan hukum. Penafsiran yang buruk akan menginisiatifkan sebuah tindakan tercela pula yang menyeleweng dari garis hukum. S O S I O L O G I H U K U M | 15