KOMUNIKASI ORANG TUA DAN GURU BERBASIS MEDIA SOSIAL Andry Septarani Siolemba Widya Damayanti Angela Atik Setiyanti, Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Abstract Utilization of social media technologies by teachers and parents as a medium of communication and collaboration in junior Kristen Satya Discourse Salatiga not maximized because there are still some teachers and parents , who are not yet using social media to communicate, only the phone and SMS . Problems in the school in the cooperation is the lack of participation of parents to be involved in school activities. Cooperation based social media teachers and parents used to be more practical and efficient . This study used descriptive qualitative method . The results showed the use of social media does not play an important role in the cooperation of teachers and parents , as well as the cooperation of parents and teachers are not influenced by social media . Keywords : cooperation, communication , parents , teachers , social media Pendahuluan Hubungan kerjasama antara orang tua peserta didik dan guru dalam proses pendidikan sangatlah penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Untuk berprestasi di sekolah, siswa membutuhkan dukungan dari guru dan orang tua yang dapat tercipta apabila ada relasi yang baik di antara keduanya. Hubungan dan kerjasama antara orang tua dan guru dapat membantu meningkatkan aktifitas belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai. Fenomena komunikasi antarpribadi antara guru dan orang tua saat ini pada umumnya hanya terjadi dalam pertemuan-pertemuan formal yang diadakan pihak sekolah saat rapat penentuan uang komite sekolah dan penerimaan hasil belajar 1 siswa (raport) yang terjadi hanya 4 kali dalam setahun. Guru dan orang tua jarang membicarakan hal-hal pribadi yang berkaitan langsung dengan siswa, seperti minat belajar, sikap dan tingkah laku, kedisiplinan, pergaulan, bakat, kemajuan belajar, prestasi, bahkan masalah pribadi siswa. Selama masa observasi antara bulan Januari sampai April 2015, hanya sekali saja diadakan pertemuan atau rapat yang dilaksanakan oleh guru dan orang tua tentang persiapan siswa kelas IX untuk mengikuti Ujian Nasional 2015. Selain itu pemanggilan orang tua ke sekolah, pemberian informasi melalui surat dan kegiatan kunjungan guru ke rumah siswa hanya dilakukan ketika siswa membuat masalah dan melakukan tindakan-tindakan pelanggaran di sekolah. Karena kurangnya komunikasi antarpribadi antara guru dan orang tua saat ini, maka guru dan orang tua kurang mengetahui perkembangan siswa setiap hari, memenuhi segala kebutuhan siswa, kurang memberikan perhatian dan dukungan kepada siswa, kurang mengetahui segala permasalahan yang dihadapi siswa dalam belajar, kurangnya tingkat kedisiplinan pada siswa bahkan bisa terjadi kesalahpahaman antara guru dan orang tua dalam mendidik siswa. Saat ini, perkembangan TIK mempermudah membangun komunikasi dengan media sosial, seperti facebook, twitter, blackberry messenger, line, whatsapp dan lain-lain. Media ini populer dan digunakan oleh hampir semua kalangan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi yang baik, praktis dan efisien dalam proses kerjasama dan koordinasi antara guru dengan orang tua siswa dalam pengawasan pembelajaran siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga untuk mengetahui dan menganalisa seberapa besar peranan dan keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak, seberapa besar kerjasama / komunikasi antara orang tua dan guru serta pola komunikasi orang tua dan guru dengan memanfaatkan media Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu media sosial sebagai media/alat (tools) dalam proses kerjasama dan komunikasi guru dan orang tua siswa. 2 Dengan pemanfaatan media sosial, maka hubungan kerjasama dan komunikasi antara guru dan orang tua siswa menjadi lebih mudah, praktis dan efisien. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam artikel ini adalah bagaimana komunikasi orangtua dan guru berbasis media sosial di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga ? Landasan Teori a. Peran Guru Dalam Pembelajaran Anak Guru memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran bersama siswa. Syatra (2013) mengatakan bahwa tuntutan pencapaian tujuan pendidikan hanya dapat tercapai apabila seorang guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Slameto (dalam Syatra 2013: 62) menegaskan bahwa dalam proses belajar mengajar, peran guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan, namun juga bertanggung jawab terhadap keseluruhan perkembangan kepribadian anak didik. Uno (2007) menyatakan bahwa guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Dalam Wahyudi (2012) terdapat beberapa peran guru yaitu: guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, guru sebagai pelatih, guru sebagai penasehat, guru sebagai pembaharu, guru sebagai model dan teladan, dan guru sebagai peneliti. Menurut Zen (2010) fungsi guru adalah sebagai informator, organisator, motivator, pengarah/ direktor, inisiator, transmiter, fasilitator, mediator, dan evaluator. b. Peran Orang Tua Dalam Pembelajaran Anak Ahmadi (2004) mengatakan peran orang tua merupakan suatu kompleks pengharapan manusia terhadap cara individu bersikap terkait tanggung jawab dalam keluarga, dalam hal ini khususnya peran orang tua terhadap anaknya, dalam hal pendidikan, keteladanan, serta kreatif sehingga timbul dalam diri anak 3 semangat hidup dalam pencapaian keselarasan hidup di dunia ini. Coleman (2013) mencatat peran orangtua adalah sebagai pendukung, guru, siswa, penasihat, pelindung, dan sebagai duta besar. Menurut Nursito (2002) mutu pendidikan di Indonesia ini rendah karena peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangatlah minim. Hal ini dipertegas oleh Suharsono (2004) yang berpendapat bahwa tugas utama mencerdaskan anak tetaplah ada pada orang tua. Slameto mengungkapkan bahwa meskipun sekolah telah menyediakan serangkaian materi untuk mendidik seorang anak hingga dewasa, namun tanggung jawab pendidikan bukan semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah. Kunci menuju pendidikan yang baik adalah keterlibatan orang dewasa yaitu orang tua yang penuh perhatian. Jika orang tua terlibat langsung dalam pendidikan anakanak di sekolah, maka prestasi anak tersebut akan meningkat. Proses pembelajaran akan sempurna dan mencapai hasil yang optimal, jika orang tua dan dan para pendidik biasa memberikan cintanya yang tulus. Sebab cinta yang tulus dari orang tua itulah sumber energi yang melimpah bagi anaknya (Suharsono 2003). c. Komunikasi Orang Tua Dengan Guru Istilah komunikasi dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan communication, berasal dari kata communicatio atau dari kata communis yang berarti “sama” atau “sama maknanya” dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator (Widjaja, 2008). Selanjutnya Widjaja menjelaskan adanya sejumlah komponen dan unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan terjadinya komunikasi, yaitu: source (sumber), communicator (komunikator = penyampai pesan), message (pesan), channel (saluran), communican (komunikan = penerima pesan), effect (hasil). Menurut Effendy (2003) terdapat empat fungsi komunikasi, yaitu: menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertaintment), dan mempengaruhi (to influence). Glueck (dalam Widjaja 2008) 4 menyatakan bahwa komunikasi dapat dibagi dalam dua bagian utama, yakni: interpersonal communications, komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara 2 orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia dan organizational communications, yaitu dimana pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi-pribadi dan lembaga-lembaga di luar yang ada hubungan. Rogers (dalam Cangara 2006) menjelaskan komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah perilaku. Definisi ini menekankan bahwa dalam komunikasi ada sebuah proses pengoperan (pemrosesan) ide, gagasan, lambang dan di dalam proses itu melibatkan orang lain. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Proses komunikasi interpersonal antara guru dan orang tua siswa tersebut seharusnya mengacu pada model komunikasi sirkuler Osgood dan Schramm (dalam Mulyana 2002), yang menggambarkan hubungan yang dinamis antara komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui proses encoding dan decoding, sebagaimana ditunjukkan oleh gambar berikut ini: (Media Sosial) Message (Guru/ Sekolah) Encoder, Interpreter, Decoder (Orang Tua Siswa) Decoder, Interpreter, Encoder Feedback Gambar 1: Model Komunikasi Sirkuler Osgood dan Schramm Sumber: Mulyana 2002 Hubungan antara guru dan orang tua terhubung dalam suatu proses komunikasi yang dinamis, seperti yang diperlihatkan dan disesuaikan dengan teori Sirkuler Osgood dan Schramm dalam gambar 1. Kedua variabel manusiawi dalam proses komunikasi interpersonal ini saling berkaitan membentuk suatu hubungan 5 timbal balik antara komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui proses encoding dan decoding dengan menggunakan media sosial sebagai saluran komunikasi interpersonal. Pada proses komunikasi yang berlangsung secara dinamis tersebut, terdapat respon dalam umpan balik (feedback) diantara komunikator dan komunikannya, sehingga hubungan komunikasi interpersonal terjalin secara baik dan dinamis. Hubungan antara guru dan orang tua siswa lebih ditekankan dalam hubungan kerjasama, baik tentang penyediaan informasi yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak, pengawasan, dan lain-lain dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. d. Kerjasama Orang Tua Dengan Guru Menurut Suyanto (2005), kerjasama merupakan suatu usaha atau kegiatan bersama yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama. Jika sekolah menghendaki hasil yang baik dari pendidikan anak didiknya, perlu adanya kerjasama atau hubungan yang erat antara sekolah (guru) dan keluarga (orang tua). Keterangan-keterangan orang tua sangat besar bagi guru dalam memberi pelajaran bagi anak didiknya dan guru dapat mengerti lingkungan anak didiknya. Demikian pula orang tua dapat mengetahui kesulitan yang dihadapi anak anak-anaknya di sekolah (Purwanto, 2000). Tidak semua orang tua dapat secara otomatis terlibat di sekolah, oleh karena itu pihak sekolah harus mengambil langkah atau inisiatif. Adapun cara mempererat hubungan dan kerjasama antara sekolah (guru) dan keluarga (orang tua) menurut Purwanto (2000) antara lain: mengadakan pertemuan dengan orang tua pada hari penerimaan murid baru, mengadakan surat-menyurat antara sekolah (guru) dengan keluarga (orang tua), adanya daftar nilai (raport), mengadakan perayaan, pesta sekolah, atau pertemuan hasil karya anak-anak, mendirikan perkumpulan orang tua murid dan guru. Di sisi lain, pihak sekolah dapat melibatkan secara aktif orang tua dalam meningkatkan mutu proses pendidikan. Pelibatan orang tua secara aktif bagi 6 sekolah dapat dimulai dengan melakukan pemberdayaan sekolah melalui kerjasama yang terjalin di antara keduanya. Briggs & Potter (dalam Suyanto, 2005: 225) menjelaskan bahwa kerjasama antara sekolah dan orang tua dikelompokkan menjadi dua, yaitu keterlibatan (parent involvement) dan partisipasi (partisipation). Keterlibatan merupakan tingkat kerjasama yang minimum, misalnya orang tua datang dan membantu sekolah jika diundang dalam bentuk rapat wali murid. Partisipasi merupakan tingkat kerjasama yang lebih luas dan tinggi tingkatannya. Orang tua dan sekolah duduk bersama membicarakan berbagai berbagai program dan kegiatan anak. Menurut Epstein (dalam Coleman, 2013) terdapat enam tipe kerjasama dengan orang tua, yaitu: parenting, komunikasi, volunteer, keterlibatan orang tua pada pembelajaran anak di rumah, pengambilan keputusan, dan kolaborasi dengan kelompok masyarakat. Parenting merupakan kegiatan pelibatan keluarga dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengasuh anak untuk menciptakan lingkungan rumah yang mendukung perkembangan anak. Komunikasi merupakan bentuk yang efektif dari sekolah ke rumah dan rumah ke sekolah untuk memberitahukan tentang program sekolah dan kemajuan perkembangan anak. Komunikasi dilakukan guna bertukar informasi antara sekolah dan orang tua. Terdapat dua teknik komunikasi antara sekolah dan orang tua yaitu teknik komunikasi tidak resmi/ nonformal dan teknik komunikasi resmi/ formal. Volunteering merupakan kegiatan untuk merekrut dan mengorganisasikan orang tua dengan tujuan membantu dan mendukung program sekolah di mana anaknya belajar. Keterlibatan orang tua pada pembelajaran anak di rumah. Dalam bentuk kerjasama ini, sekolah dapat menyediakan berbagai informasi dan ide-ide untuk orang tua tentang bagaimana membantu anak belajar di rumah sesuai dengan materi yang dipelajari di sekolah sehingga ada keberlanjutan proses belajar dari sekolah ke rumah. Orang tua dapat mendampingi, memantau dan membimbing anak di rumah yang berhubungan dengan tugas di sekolah. Pengambilan keputusan, menunjuk pada orang tua yang ikut terlibat dalam pengambilan keputusan, menjadi dewan penasehat sekolah, komite orang tua, dan ketua wali murid. 7 e. Media Sosial Dalam Komunikasi Guru Dengan Orang Tua Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Media sosial memberikan kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat dengan teman atau relasi, dapat menjadi media untuk membentuk komunitas online (group). Sosial media memberikan peluang masuk komunitas yang telah ada sebelumnya dan memberikan kesempatan mendapatkan feedback secara langsung. Media sosial memiliki kelebihan untuk bookmarking, content dan sharing, dan creating opinion (Puntoadi, 2011). Selain itu, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat, seperti pada berbagai media sosial, dengan biaya yang lebih murah dapat berinteraksi online dibandingkan menggunakan telepon (Puntoadi 2011). Media jejaring sosial berbasis komputer seperti facebook, twitter, line, whatsapp, blackberry messenger dan lain-lain, merupakan sebuah media komunikasi yang menghubungkan satu orang dengan yang lainnya, sehingga memberi kesempatan untuk saling berkenalan. Menurut Erlina (2009) jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Nurudin (2012) menjelaskan secara substansional media jejaring sosial mengubah cara komunikasi antar organisasi, masyarakat, serta individu. Fungsi sebenarnya dari media sosial adalah untuk berbagi dengan sekelompok teman terpercaya dan keluarga, hal-hal yang ingin dibagikan akan jauh lebih pribadi, orang akan membuka lebih banyak tentang diri mereka ketika dikelilingi oleh orang-orang yang lebih dipercaya dari pada orang lain (Aer, 2015). BlackBerry Messenger atau BBM ternyata masih menjadi aplikasi pesan instan utama bagi sebagian besar pengguna smartphone di Indonesia. Hal itu 8 diungkap lewat temuan survei On Device Meter edisi Februari 2014 dari lembaga riset pasar Nielsen. BBM dipakai oleh 79 persen pengguna smartphone Tanah Air untuk chatting. Angka tersebut merupakan yang terbesar di antara aplikasiaplikasi lain yang sejenis. Urutan kedua ditempati oleh WhatsApp yang dipakai oleh 57 persen pengguna, disusul oleh Line dengan catatan angka 30 persen. Pengguna BBM rata-rata menghabiskan waktu 23,3 menit per hari untuk mengobrol lewat aplikasi itu. Sementara WhatsApp dan Line rata-rata dipakai pengguna selama 6,2 menit dan 5,1 menit setiap harinya (Kompas.com, 2014). Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel lain dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2008). Variabel yang dideskripsikan adalah kerjasama guru dengan orang tua dan media sosial. Adapun yang menjadi subyek dan obyek dalam penelitian ini adalah: Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Kristen Satya Wacana, Salatiga, 9 guru wali kelas, 1 guru Bimbingan Konseling, serta 10 orang tua siswa untuk memperoleh data yang diinginkan (Purposive Sampling) dan juga aplikasi media sosial yang digunakan orang tua dan guru dalam berkomunikasi sebagai obyek utama pada penelitian ini. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi. Selain itu juga digunakan teknik dokumentasi guna memperkuat hasil perolehan data. Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang upaya sekolah (guru) dalam menjalin kerjasama dengan orang tua, pola komunikasi antara guru dan orang tua, bentuk kerjasama yang telah dilakukan, hambatan dalam bekerjasama, dan upaya sekolah mengatasi hambatan tersebut. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru (wali kelas) dan orang tua siswa. Metode observasi dilakukan untuk mengamati kondisi fisik sekolah, lingkungan sekolah, kondisi siswa, proses pembelajaran, interaksi sosial siswa 9 dengan guru, aktivitas guru dalam proses belajar mengajar, serta interaksi siswa dengan teman dan orang tuanya. Metode dokumentasi digunakan untuk memberikan gambaran dan mendapatkan data mengenai media sosial sebagai alat komunikasi antara guru dengan orang tua, catatan guru, dan arsip kegiatan bersama orang tua yang dimiliki sekolah. Sajian dan Analisis Data a. Upaya Sekolah Menjalin Kerjasama dengan Orangtua Berdasarkan hasil penelitian di Sekolah SMP Kristen Satya Wacana Salatiga telah berupaya menjalin kerjasama dengan orang tua dengan cara, yaitu: a. Membangun hubungan kerjasama yang baik dengan orang tua, karena sekolah menganggap bahwa orang tua memang merupakan mitra kerja bersama atau klien untuk menciptakan tujuan bersama, yaitu agar supaya tujuan pendidikan anak dapat tercapai dengan baik dan berhasil. Oleh karena itu, dalam hal ini sekolah telah berusaha untuk membangun hubungan kerjasama yang baik diantara kedua belah pihak. b. Menjalin kedekatan, memanggil dan mengajak mengobrol dengan orang tua, karena dengan melalukan pendekatan dan diskusi, maka orang tua akan merasa nyaman dan dihargai, dan merasa percaya terhadap sekolah sehingga orang tua akan bersedia untuk terlibat dalam pendidikan di sekolah. c. Menyediakan kesempatan bagi orang tua untuk terlibat dan berpartisipasi, hal ini dilakukan dengan mengikutsertakan orang tua dalam berbagai kegiatankegiatan di sekolah, seperti kegiatan parent seminar, pembentukan komite sekolah, dan pengambilan raport di sekolah untuk mempererat hubungan kerjasama diantara kedua belah pihak. b. Bentuk Kegiatan Kerjasama Antara Guru dan Orang Tua Dari hasil penelitian, ada empat bentuk kerjasama yang dilakukan oleh guru dan orang tua siswa di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga adalah sebagai berikut: 10 a. Bentuk kerjasama yang pertama adalah pembentukan Komite sekolah yang dilakukan guna untuk menyalurkan berbagai aspirasi dan pendapat antara sekolah, guru-guru dan orang tua siswa melalui kegiatan komite tersebut. b. Bentuk kerjasama yang kedua, yaitu kegiatan penerimaan Raport siswa, yang diadakan pihak sekolah setiap akhir semester yang mempertemukan guru/wali kelas dengan orang tua/wali murid di sekolah untuk menyampaikan berbagai informasi dari sekolah ke orang tua, keluh kesah orang tua dan guru, dan pendekatan dari pihak sekolah ke orang tua. c. Bentuk kerjasama yang ketiga adalah kegiatan Parent Seminar, untuk menyampaikan dan menginformasikan bagaimana minat belajar anak, perubahan sikap, dan kondisi anak di sekolah baik yang positif maupun negatif, serta beberapa cara-cara dan kiat-kiat yang bisa dilakukan oleh guru dan orang tua dalam mendidik anak-anakberbagai informasi dari sekolah ke orang tua, keluh kesah orang tua dan guru, dan pendekatan dari pihak sekolah ke orang tua, dengan mengundang narasumber, ketua komite dan pengurus komite, serta pengurus yayasan sekolah. d. Bentuk kerjasama yang keempat adalah komunikasi dengan orang tua, untuk memantau dan mengawasi anaknya di sekolah, seperti menanyakan tentang pembelajarannya di sekolah, bagaimana perkembangan belajarnya di sekolah, kemudian menanyakan sikap dan tingkah lakunya di sekolah dengan menggnakan media komunikasi seperti telepon, SMS, dan media sosial. c.Bentuk/Pola Komunikasi Guru dan Orang Tua Siswa Orang tua dan guru di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga melakukan bentuk komunikasi formal dan nonformal. Komunikasi formal dilakukan dengan surat-menyurat, pemberian raport, pertemuan dengan orang tua dan komite di sekolah, dan kegiatan parent seminar. Sedangkan komunikasi nonformal dilakukan melalui kegiatan kunjungan ke rumah (home visit), kunjungan orang tua ke sekolah, melalui alat komunikasi SMS, telepon, atau media sosial BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp. 11 Pola komunikasi yang terjadi antara guru dengan orang tua bersifat dua arah dimana sang komunikator menyampaikan suatu pesan dan pesan tersebut diterima oleh komunikan dan selanjutnya dikembalikan lagi berupa respon dalam bentuk umpan balik yang diberikan komunikan kepada komunikator. Dalam hal ini guru sebagai komunikator yang menyampaikan pesan (encoding) dalam bentuk verbal maupun non verbal dan orang tua sebagai komunikan yang menerima pesan (decoding) kemudian pesan tersebut dikembalikan berupa respon atau umpan balik (feedback). Proses pola komunikasi interpersonal antara guru dan orang tua siswa tersebut mengacu pada model komunikasi sirkuler Osgood dan Schramm (dalam Mulyana, 2002), menggambarkan hubungan yang dinamis antara komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui proses encoding dan decoding. d. Faktor Penghambat Kerjasama Guru dan Orang Tua Faktor yang menghambat kerjasama guru dan orang tua yaitu kesibukan dari orang tua untuk ikut hadir dalam pertemuan dengan guru-guru di sekolah. Orang tua tidak bisa hadir dalam undangan pertemuan dengan guru-guru di sekolah, sehingga yang hadir hanya perwakilan atau utusan dari orang tuanya untuk datang mewakili orang tua wali murid di sekolah. Orang tua tidak dapat terlibat langsung dalam kegiatan sekolah untuk membahas tentang prestasi siswa, program-program sekolah, dan lain-lain. Orang tua tidak tau tentang bagaimana kondisi anaknya selama belajar di sekolah dan prestasi belajarnya, dan juga hal-hal atau informasi penting dari sekolah, sehingga dengan demikian seringkali terjadi kesalahpahaman antara orang tua dan guruguru karena tidak adanya kesempatan untuk bertemu dan berkomunikasi secara langsung untuk membahas tentang prestasi belajar anaknya selama ini. Upaya sekolah untuk mengatasi hambatan dalam bekerjasama dengan orang tua siswa adalah dengan mencarikan waktu yang tepat bagi orang tua untuk bisa terlibat dalam kegiatan sekolah. Sekolah mengupayakan agar orang tua selalu bisa hadir dalam pertemuan rutin di sekolah, agar kerjasama sekolah dengan orang tua dapat terjalin dengan baik, sehingga orang tua dapat mengetahui perkembangan 12 anaknya selama di sekolah, serta dapat menyampaikan keluh kesah mereka kepada guru-guru. Pertemuan bisa dilakukan ketika hari libur agar orang tua wali murid bisa hadir atau pertemuan dilaksanakan di hari biasa tetapi pada siang hari setelah jam satu atau dua ketika orang tua sudah pulang bekerja. e. Keterlibatan Orang Tua Dalam Pembelajaran Anak Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan orang tua siswa di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga, maka dapat disimpulkan bahwa keterlibatan orang tua dalam pembelajaran anak di rumah adalah sebagai berikut: a. Sebagai Adviser (Penasihat) yang memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada anaknya agar anaknya terhindar dari hal-hal negatif dalam pergaulannya sehari-hari dan juga turut bertanggung jawab terhadap kebutuhan anaknya seharihari dan pendidikannya, memberikan perhatian, menjadi teladan serta mengajarkan tentang hal-hal atau nilai-nilai yang baik dalam kehidupan. b. Sebagai Motivator yang selalu memberikan motivasi dan dorongan kepada anaknya di rumah untuk rajin belajar, namun tidak hanya sekedar memberikan dorongan dan motivasi saja, namun orang tua juga ikut memperhatikan aktifitas belajar anaknya di rumah. c. Memberikan Fasilitas Belajar (Fasilitator) yang bertanggung jawab dalam pembelajaran anak di rumah, orang tua selalu berusaha memenuhi kebutuhan anak, baik fasilitas belajarnya, sarana dan prasarana yang digunakan anak dalam belajar antara lain: tempat ruang belajar yang baik, meja belajar, internet, Laptop, dan buku-buku. Beberapa fasilitas yang diberikan oleh orang tua antara lain, tempat ruang belajar yang baik, meja belajar, internet, Laptop, dan buku-buku. d. Mendampingi dan Membantu Anak Saat Belajar di Rumah yaitu menemani anak saat belajar, memberi motivasi terhadap anak, perhatian terhadap nilai anak, memberikan fasilitas belajar yang mencukupi, mengontrol, mengoreksi, serta memberi petunjuk dalam bertingkah laku. f. Peran Guru Dalam Pembelajaran Siswa Dari hasil penelitian, terdapat tiga jenis peran guru di sekolah SMP Kristen Satya Wacana Salatiga diantaranya adalah: 13 a. Sebagai Motivator yang selalu membangkitkan motivasi para siswa agar mereka belajar lebih giat belajar, merangsang dan memberikan dorongan kepada siswa pada saat saat sebelum pelajaran dimulai, pada saat pelajaran disampaikan atau bisa juga setelah selesai menyampaikan pelajaran di kelas. b. Sebagai Fasilitator yang memfasilitasi siswa-siswa untuk belajar secara maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi, metode, media, dan sumber belajar yang baik seperti buku-buku pelajaran, ruang belajar, laboratorium, perpustakaan, penambahan jam pelajaran, remidiasi, kegiatan ekstrakulikuler, mengikutsertakan siswa dalam berbagai perlombaan, kompetisi dan olimpiade baik yang akademik maupun non akademik dan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk mengembangkan potensi siswa, memotivasi siswa dan menyalurkan bakat dan minat siswa demi mencapai prestasi yang baik. c. Sebagai Pembimbing/Pengarah yang membimbing siswa dengan cara bertanya kepada siswa penyebab prestasinya menurun, kemudian memberikan solusi serta membimbing siswa untuk melakukan hal-hal yang dapat memperbaiki dan meningkatkan prestasinya kembali. g. Jenis Media Sosial Yang Sering Digunakan Guru dan Orang Tua. Berdasarkan hasil penelitian terhadap guru dan orang tua yang mengunakan media sosial, maka dapat diketahui bahwa beberapa guru dan orang tua menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi setiap harinya, yaitu BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp. Beberapa orang tua dan guru yang menggunakan jenis media sosial BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp karena berbagai alasan, yaitu karena lebih mudah, lebih praktis, dan lebih cepat dalam menyampaikan pesan. Namun, tidak semua guru dan orang tua yang menggunakan media sosial dalam berkomunikasi setiap hari. Sebagian guru dan orang tua masih menggunakan telepon dan SMS sebagai alat komunikasi sehari-hari. Berdasarkan data penelitian, dari sepuluh responden orang tua, hanya 5 orang saja yang menggunakan media sosial yaitu, pengguna BBM (Blackberry Messenger) 14 sebanyak 5 orang, pengguna Whatsapp sebanyak 2 orang dan pengguna Facebook hanya 1 orang. Sementara dari kalangan guru-guru dari 11 responden, terdapat 8 orang yang menggunakan media sosial, yaitu sebanyak 8 orang pengguna BBM (Blackberry Messenger), kemudian 6 pengguna Whatsapp dan 3 orang pengguna media sosial Facebook. h. Intensitas Penggunaan Media Sosial Oleh Guru dan Orang Tua. Berdasarkan hasil penelitian terhadap guru dan orang tua yang mengunakan media sosial, maka dapat diketahui bahwa beberapa guru dan orang tua menggunakan media sosial BBM (BlackBerry Messenger) dan Whatsapp untuk media berkomunikasi dengan keluarga, anak, dan teman kerjanya setiap hari. Namun, untuk chating atau berkomunikasi dengan orang tua dan guru masih jarang dan kurang berkomunikasi. Guru dengan orang tua berkomunikasi menggunakan media sosial jika ada sesuatu yang mendesak, ada hal-hal tertentu dan jika ada sesuai kebutuhan saja, seperti kalau orang tua bertanya tentang hari libur, jadwal pelajaran, meminta izin untuk anaknya, dan menanyakan tentang keadaan anaknya di sekolah. Sebaliknya juga, guru menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan orang tua ketika ada sesuatu yang mendesak dan penting seperti, memberikan informasi tentang jadwal pelajaran, jadwal pulang sekolah, jadwal kegiatan di sekolah, dan bertanya ketika siswa tidak masuk sekolah tanpa keterangan dari orang tua. Guru dan orang tua masih jarang untuk berkomunikasi setiap harinya menggunakan media sosial, karena menggunakan media sosial itu hanya dua sampai tiga kali salam waktu seminggu. Selain itu, tidak ada group di media sosial khusus orang tua dan guru, sehingga dalam menyampaikan informasi atau sharing informasi ke orang tua siswa hanya bersifat personal atau priabadi saja. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan media sosial untuk koordinasi dan kerjasama antara guru dan orang tua belum cukup efektif dan 15 bermanfaat karena sebagian orang tua dan guru yang masih belum menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi. Guru dan orang tua yang menggunakan media sosial BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp juga masih kurang memanfaatkannya dengan baik untuk bekerjasama karena intensitas komunikasi guru dengan orang tua juga rendah. Daftar Pustaka Uno, H.B, (2007), Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara. Wahyudi, Imam, (2012), Mengejar Profesionalisme Guru: Strategi Praktis Mewujudkan Citra Guru Profesional, Surabaya: PT. Prestasi Pustaka Raya. Zen, Zulfikar, (2010), Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Gramedia. Syatra, N.Yusvavera, (2013), Desain Relasi Efektif Guru dan Murid, Yogyakarta: Bukubiru. Ahmadi, Abu, Widodo Supriyono, (2004), Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta Nursito, (2002), Peningkatan Prestasi Sekolah Menengah, Yogyakarta: Insan Cendekia. Suharsono, (2004), Mencerdaskan Anak, Jakarta: Inisiasi Press Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta. Setyono, Ariesandi, (2008), Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses Dan Bahagia Tips Praktis Dan Teruji Melejitkan Potensi Optimal Anak, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Widjaja, H.A.W, (2008), Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Effendy, O. Uchjana, (2003), Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Rosdakarya. Cangara, Hafied, (2006), Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Mulyana, Deddy, (2002), Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya. Suyanto, Slamet, (2005), Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Hikayat Publishing. Purwanto, Ngalim, (2000), Ilmu Pendidina Teoritis Dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya. Coleman, M, (2013), Empowering Family-Teacher Partnership Building Connections within Diverse Communities, Los Angeles: Sage Publication. Puntoadi, (2011), Jenis Media Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 16 Nurudin, (2012), Media Sosial Baru Dan Munculnya Revolusi Komunikasi Baru, Yogyakarta: Buku Litera. Miles, M. B. & Huberman, A. M, (2014), Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. (Alih bahasa: Tjetjep Rohendi Rohidi), Jakarta: UI Press. Sugiyono, (2008), Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. Yusuf, Oik, (12 Juni 2014), BlackBerry Messenger Masih Juara di Indonesia, diakses 30 November 2015, http://tekno.kompas.com/read/2014/06/12/0752254/BlackBerry.Messenger.Masih.Juar a.di.Indonesia?utm_source=tekno&utm_medium=bpkompas&utm_campaign=related& 17