TOKOH FILSAFAT DAN ULAMA IBNU TAIMIYAH Tugas ini diajukan untuk mata ajaran Filsafat Ilmu Disusun Oleh: ZAHRI DARNI NIM: 2011980029 PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2012 Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas Rahmatnya saya dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tugas ini membahas salah satu tokoh filsafat dan ulama Islam: Ibnu Taimiyah Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata ajar Filsafat Ilmu Program Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan Medikal Bedah. Saya menyadari makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu saya mohon saran dan kritikan dari semua pihak untuk pembelajaran yang lebih lanjut. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Jakarta, Januari 2012 Zahri Darni Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 2 TOKOH FILSAFAT DAN ULAMA IBNU TAIMIYYAH A. Biografi Ibnu Taimiyyah Lahir di Harran, Turki, salah satu kota induk di Jazirah Arabia yang terletak antara sungai Dajalah (Tigris) dengan Efrat, pada hari Senin 10 Rabiul Awal tahun 661H atau 22 Januari 1263. Ia berasal dari keluarga religius. Ayahnya Syihabuddin bin Taimiyah adalah seorang syaikh, hakim, dan khatib. Kakeknya Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani adalah seorang ulama yang menguasai fiqih, hadits, tafsir, ilmu ushul dan penghafal Al Qur'an (hafidz). Ibnu Taimiyah lahir di zaman ketika Baghdad merupakan pusat kekuasaan dan budaya Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Ketika berusia enam tahun (tahun 1268), Ibnu Taimiyah dibawa ayahnya ke Damaskus disebabkan serbuan tentara Mongol atas Irak. Beliau adalah imam, Qudwah, Alim, Zahid dan Da`i ila Allah, baik dengan kata, tindakan, kesabaran maupun jihadnya; Syaikhul Islam, Mufti Anam, pembela dinullah dan penghidup sunah Rasul Shalallahu Alaihi Wasallam yang telah dimatikan oleh banyak orang, Ahmad bin Abdis Salam bin Abdillah bin Al-Khidhir bin Muhammad bin Taimiyah An-Numairy Al-Harrany Ad-Dimasyqy. Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 3 Beliau berhijrah ke Damasyq (Damsyik) bersama orang tua dan keluarganya ketika umurnya masih kecil, disebabkan serbuan tentara Tartar atas negerinya. Mereka menempuh perjalanan hijrah pada malam hari dengan menyeret sebuah gerobak besar yang dipenuhi dengan kitab-kitab ilmu, bukan barang-barang perhiasan atau harta benda, tanpa ada seekor binatang tunggangan pun pada mereka. Suatu saat gerobak mereka mengalami kerusakan di tengah jalan, hingga hampir saja pasukan musuh memergokinya. Dalam keadaan seperti ini, mereka ber-istighatsah (mengadukan permasalahan) kepada Allah, SWT. Akhirnya mereka bersama kitabkitabnya dapat selamat. B. Kondisi Agama Kaum Muslimin Selain dari ancaman luar yang telah disebutkan di atas, Islam pada masa itu juga dikonfrontasi oleh bahaya dari dalam. Ada Batiniyah (sekte Syi’ah yang ekstrimis yang mengkonfrontasi pemerintah Muslim saat itu) dan para pengikutnya, Assassain (Hashiishiyuun). Aqidahnya merupakan campuran dari dogma Magian dan konsep Platonic yang dapat dengan mudah menebarkan benih-benih perselisihan dan menyebarkan atheisme dan pengingkaran terhadap agama diantara orang-orang awam. Dan juga ada Muslim yang terpengaruh paham politheis dan kebiasaan non Muslim yang dengannya mereka memiliki perkumpulan yang bebas, mulai mengagungkan orang suci dari mereka (seorang sufi yang sangat taat –wali Allah) sebagaimana yang dilakukan oleh Yahudi dan Nasrani. Lebih lanjut, beberapa aliran sufi, seperti Rifa’iyyah telah mengadopsi doktrin neo-Platonic dan Hindu yang bercampur aduk dengan ajaran Islam yang menyebakan hampir mustahil membedakan yang satu dengan yang lainnya. Dengan bangkitnya pengikut perang salib, beberapa orang Kristen memberi semangat untuk mencela Islam dan mengkritik Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dalam pidato dan tulisan-tulisannya. Dalam lingkungan intelektual Muslim ada stagnasi dan kejumudan dalam perdebatan seputar keagamaan mereka dan dalam pendekatan terhadap re-interpretasi syari’at. Ada polemik yang berkelanjutan antara Ash’ari dan Hambali. Akhirnya, sebagian orang yang terpengaruh oleh pemikiran Plato dan Aristoteles, mulai menyebarkan ide dan konsep agnostic yang tidak mengindahkan ajaran Islam. Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 4 Inilah kondisi di masa Ibnu Taimiyah yang harus dihadapinya. Ibnu Taimiyah membentuk sebuah perkumpulan bersama dengan murid-murid dan pengikutnya untuk menolak pemujaan politheis, pemujaan Islam, pemujaan yang dipengaruhi dengan kepercayaan dan praktek-praktek bid’ah diantara kaum Muslimin. Sebagai akibat dari semangat dan keteguhan reformasi dakwahnya terhadap kebid’ahan, perkara-perkara baru dalam Islam, ziarah ke kubur-kubur para wali, ia menuai kebencian dari beberapa kelompok. Meskipun demikian, kepopulerannya diantara kaum Muslimin semakin meningkat tajam. Jihad terhadap musuh-musuh Islam tidak menolong Ibnu Taimiyah terhadap para ulama. Pemerintah memenjarakannya beberapa kali karena keberaniannya dan kebebasannya dalam mengemukakan pendapatnya yang progresif dalam masalah hukum dan sosial yang mengundang kemarahan musuh-musuhnya, para pengikut mazhab ortodoks. Namun demikian ketika Ibnu Taimiyah memiliki kesempatan untuk membalas musuh-musuhnya dikalangan ulama, yang menimbulkan banyak kesulitan dan memasukkannya ke penjara beberapa kali, dia menunjukkan keluhuruhan budi pekertinya yang luar biasa dan memaafkan mereka ketika Sultan an-Nasir Qalawun memberikan kesempatan kepadanya untuk melakukannya, “jika engkau membunuhnya engkau tidak akan pernah menemukan ulama seperti mereka.” Sultan berkata: “Mereka menyakitimu berkali-kali dan ingin membunuhmu!” Ibnu Taimiyah menjawab: “Barangsiapa yang menyakitiku maka ia terbebas, dan siapa yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan menghukumnya. Sejarawan Muslim seperti Adz-Dzahabi, Ibnu Katsir, Ibnu Al-Imad Al-Hambali dan banyak lainnya menyanjung Ibnu Taimiyah dan menganggap beliau sebagai ulama terbesar Islam sepanjang sejarah. Beliau berjuang menghadapi kebid’ahan dalam agama yang tersebar luas di zamannya di seluruh negeri Muslim, khususnya beberapa kegiatan dan kepercayaan sufi, seperti pengagungan para wali, mengunjungi kuburan wali, dan menceburkan diri ke dalam api. Serangannya terhadap kaum sufi telah menyebabkan dia mengalami banyak kesulitan dengan pihak penguasa dimana pimpinannya dipengaruhi oleh tokoh-tokoh sufi. Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 5 Sebagai akibat ketenaran Ibnu Taimiyah, beberapa ulama berpengaruh menjadi dengki kepadanya bahkan jengkel karena beliau menantang Qadhi dalam masalahmasalah hukum. Kemudian mereka menempuh berbagai cara untuk mendiskreditkan Ibnu Taimiyah di mata pemerintah dan masyarakat. Ibnu Taimiyah menolak ajaranajaran yang diuraikan dalam buku-buku Al-Fatuhat Al-Makkah dan Fusus Al-Hakim dari Ibnu Arabi (wafat 638 H/1240 M), seorang sufi yang paling dihormati dan guru tasawuf –karena ketidaksesuaiannya dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga menuai kegusaran kaum sufi, dan karena berbicara secara terang-terangan mengenai kebijakan pemerintah, ia menuai permusuhan dari pemerintah. Akibatnya, ia dipanggil ke Mesir pada tahun 705 H/1305 M. Ketika Ibnu Taimiyah tiba di Mesir, ia diminta untuk menghadiri pertemuan para agamawan, hakim, dan kepala pemerintahan. Dalam kesempatan ini beberapa hal dituduhkan kepadanya berkenaan dengan konsepnya mengenenai wujud dan sifat Allah. Dia tidak diizinkan untuk membela diri, dan dimasukkan ke penjara selama 16 bulan. Ketika di dalam penjara, dia mengalihkan perhatian para pengikutnya dari bermanja pada kesenang-kesenangan kepada keshalihan, disiplin dan kesederhanaan. Sejumlah penghuni penjara menjadi pengikutnya yang setia ketika dibebaskan. Setelah dibebaskan pada tahun 707 H/1307 M Ibnu Taimiyah memutuskan untuk menetap di Mesir selama beberapa waktu. Segera setelahnya ia mengajar di beberapa masjid dan lembaga pendidikan dihadap beberapa ulama, hakim dan theolog terpilih. Namun demikian, pandangan Ibnu Taimiyah mengenai pantheis monoisme, tawasul, dan lain-lain tidak diterima baik dan beberapa pengaduan diajukan kepada Sultan. Para ulama yang mengajukan pengaduan tidak dapat menemukan kesalahan pada Ibnu Taimiyah. Namun karena pemerintah telah jemu menghadapi tuntutan terhadapnya, ia ditahan untuk sementara tetapi kemudian dibebaskan dengan kesepakatan permintaan para ulama agama. Tetapi ketika Sultan Qalawun turun tahta dan digantikan oleh raja Muda Bayban al-Jashnikir 709 H/1309 H, Ibnu Taimiyah diasingkan ke Alexandria, dimana meskipun dalam pengasingannya, ia mendapatkan posisi terhormat di kalangan akademis dan cendekiawan. Kemudian Bayban segera melepasnya dan Sultan Qalawun kembali ke Mesir dan memerintahkan Ibnu Taimiyah untuk kembali. Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 6 C. Pertumbuhan dan Gairahnya Kepada Ilmu Semenjak kecil sudah nampak tanda-tanda kecerdasan pada diri beliau. Begitu tiba di Damsyik beliau segera menghafalkan Al-Qur`an dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, huffazh dan ahli-ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang. Ketika umur beliau belum mencapai belasan tahun, beliau sudah menguasai ilmu Ushuluddin dan sudah mengalami bidang-bidang tafsir, hadits dan bahasa Arab. Pada unsur-unsur itu, beliau telah mengkaji musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian kitabu-Sittah dan Mu`jam At-Thabarani Al-Kabir. Suatu kali, ketika beliau masih kanak-kanak pernah ada seorang ulama besar dari Halab (suatu kota lain di Syria sekarang) yang sengaja datang ke Damasyiq, khusus untuk melihat si bocah bernama Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara menyampaikan belasan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, beliaupun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya. Hingga ulama tersebut berkata: Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah seperti dia. Sejak kecil beliau hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama, mempunyai kesempatan untuk mereguk sepuas-puasnya taman bacaan berupa kitab-kitab yang bermanfaat. Beliau infakkan seluruh waktunya untuk belajar dan belajar, menggali ilmu terutama kitabullah dan sunah Rasul-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam. D. Kepribadiannya Lebih dari semua itu, beliau adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, SWT mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beliau pernah berkata: Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 7 pasar, di Mesjid atau di Madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku. Begitulah seterusnya Ibnu Taimiyah, selalu sungguh-sungguh dan tiada putusputusnya mencari ilmu, sekalipun beliau sudah menjadi tokoh fuqaha` dan ilmu serta dinnya telah mencapai tataran tertinggi. E. Menjadi Jenderal Sangat luar biasa, tidak hanya di lapangan ahli ilmu pengetahuan saja ia terkenal, ia juga pernah memimpin sebuah pasukan untuk melawan pasukan Mongol di Syakhab, dekat kota Damaskus, pada tahun 1299 Masehi dan beliau mendapat kemenangan yang gemilang. Pada Februari 1313, beliau juga bertempur di kota Jerussalem dan mendapat kemenangan. Dan sesudah karirnya itu, beliau tetap mengajar sebagai profesor yang ulung F. Pendidikan dan Karyanya Di Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung (matematika), khat (ilmu tulis menulis Arab), nahwu, ushul fiqih. Ia dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia muda, ia telah hafal Al-Qur'an. Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun. Dan usia 19, ia telah memberi fatwa dalam masalah masalah keagamaan. Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits (perawi hadits) yang berguna dalam menelusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam-macam hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih. Ia memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau ahli tafsir. Tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari para filusuf. Sehari semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh Ibnul Wardi bahwa karangannya mencapai lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah Majmu' Fatawa yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agama Islam. Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 8 Antara tahun 721 H/1321 M dan 726 H/1326 M, Ibnu Taimiyah mendedikasikan dirinya untuk mengajar di Madrasah Hambaliyah dan di Madrasah miliknya Qassassin dan merevisi beberapa hasil karya awalnya. Pada tahun 726 H/1326 M, musuh-musuhnya kembali bekerja sama untuk memenjarakan beliau. Di sini beliau tetap melanjutkan menulis tafsir Al-Qur’an dan juga risalah ilmiah dalam beragam permasalahan. Ibnu Taimiyah meninggal di penjara di Damaskus pada Minggu-Senin malam tanggal 20 Dzulkaidah 728 H/1328 M dalam usia 67, dan dimakamkan di pemakaman Sofiyyah di Damaskus. Penduduk Damaskus, yang memiliki kehormatan yang besar kepadanya, memberikan pemakan yang luar biasa dan diperkirakan dihadiri oleh 200.000 lakilaki 15.000 wanita. Ia dikuburkan di pemakaman Sofiyyah dimana ibunya dimakamkan. Ibnu Taimiyah menduduki tempat yang sangat terhormat diantara ulama di zamannya disebabkan banyaknya kenangan, intelektual yang cemerlang, pengetahuan baik ensiklopedi dan keberaniannya. Ia digambarkan sebagai seorang orator ulung, pemberani, tegas, disiplin, sangat alim, suka mengalah, pejuang, berbudi pekerti mulia dan pemaaf, dan berpendirian teguh. Usaha reformatif Ibnu Taimiyah dan pencarian ilmu meliputi tema yang luas, yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Membangkitkan keimanan dalam ketaatan terhadap tauhid (pengesaan Allah) 2. Memberantas kepercayaan pantheis dan budaya 3. Kritik terhadap filsafat, pemikiran silogistik, dan berdebat dalam rangka menunjukkan superioritas Al-Qur’an dan As-Sunnah. 4. Memberantas kepercayaan anti Islam melalui penentangan terhadap Kristen dan Syi’ah 5. Pembaharuan pemikiran Islam dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 9 Jumlah total karya ibnu taimiyah 621 yang mana banyak hasil karyanya telah hilang. Beberapa karya Ibnu Taimiyah berhubungan dengan tema sebagai berikut: 1. Al-Jawab Ash-Shahih Liman Baddala Din Al-Masih (jawaban atas kritik terhadap Islam oleh Kristen) 2. Radd ala al-Mantiqyyin (bantahan terhadap filsafat) 3. Kitab As-Siyasah As-Sar’iyyah (berhubungan dengan teori politik dan pemerintahan Islam) 4. Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyyah (bantahan terhadap keyakinan Syi’ah ditulis sebagai jawaban atas Minhaj Al-Karamah oleh Ibnu Al-Mutahhir Al-Hilli). 5. Ziyarah Al-Qubur (kritik terhadap pengagungan para wali, tawasul dan kepercayaan tahyul) 6. Majmu’at ar-Rasa’il al-Kubra (mencakup risalah dari berbagai disiplin ilmu) 7. Majmu’at al-Fatawa (kumpulan fatwa dalam berbagai perkara) 8. Majmu’at ar-Rasa’il wa Majmu’at al-Masa’il (kumpulan risalah dan fatwa dalam berbagai perkara) 9. Majmu’at Syaikh al-Islam Ahmad Ibnu Taimiyah (berisi pemaparan jurispudensi Islam dan fatwa yang diucapkan Ibnu Taimiyah) G. Pujian Ulama Al-Allamah As-Syaikh Al-Karamy Al-Hambali dalam Kitabnya Al-Kawakib ADDarary yang disusun kasus mengenai manaqib (pujian terhadap jasa-jasa) Ibnu Taimiyah, berkata: Banyak sekali imam-imam Islam yang memberikan pujian kepada (Ibnu Taimiyah) ini. Diantaranya: Al-Hafizh Al-Mizzy, Ibnu Daqiq Al-Ied, Abu Hayyan An-Nahwy, Al-Hafizh Ibnu Sayyid An-Nas, Al-Hafizh Az-Zamlakany, Al-Hafidh Adz-Dzahabi dan para imam ulama lain. Al-Hafizh Al-Mizzy mengatakan: Aku belum pernah melihat orang seperti Ibnu Taimiyah dan belum pernah kulihat ada orang yang lebih berilmu terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam serta lebih ittiba` dibandingkan beliau. Al-Qadhi Abu Al-Fath bin Daqiq Al-Ied mengatakan, setelah aku berkumpul dengannya, kulihat beliau adalah seseorang yang semua ilmu ada di depan matanya, kapan saja beliau menginginkannya, beliau tinggal mengambilnya, terserah beliau. Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 10 Dan aku pernah berkata kepadanya: aku tidak pernah menyangka akan tercipta manusia seperti anda. Al-Qadli Ibnu Al-Hariry mengatakan: Kalau Ibnu Taimiyah bukah Syaikhul Islam, lalu siapa dia ini ? Syaikh Ahli Nahwu, Abu Hayyan AnNahwi, setelah beliau berkumpul dengan Ibnu Taimiyah berkata: Belum pernah sepasang mataku melihat orang seperti dia. Kemudian melalui bait-bait syairnya, beliau banyak memberikan pujian kepadanya. Penguasaan Ibnu Taimiyah dalam beberapa ilmu sangat sempurna, yakni dalam tafsir, aqidah, hadits, fiqh, bahasa arab dan berbagai cabang ilmu pengetahuan Islam lainnya, hingga beliau melampaui kemampuan para ulama zamannya. Al-`Allamah Kamaluddin bin Az-Zamlakany (wafat th. 727 H) pernah berkata: Apakah ia ditanya tentang suatu bidang ilmu, maka siapa pun yang mendengar atau melihat (jawabannya) akan menyangka bahwa dia seolah-olah hanya membidangi ilmu itu, orang pun akan yakin bahwa tidak ada seorangpun yang bisa menandinginya. Para Fuqaha dari berbagai kalangan, jika duduk bersamanya pasti mereka akan mengambil pelajaran bermanfaat bagi kelengkapan madzhab-madzhab mereka yang sebelumnya belum pernah diketahui. Belum pernah terjadi, ia bisa dipatahkan hujahnya. Beliau tidak pernah berkata tentang suatu cabang ilmu, baik ilmu syariat atau ilmu lain, melainkan dari masing-masing ahli ilmu itu pasti terhenyak. Beliau mempunyai goresan tinta indah, ungkapan-ungkapan, susunan, pembagian kata dan penjelasannya sangat bagus dalam penyusunan buku-buku. Imam Adz-Dzahabi rahimahullah (wafat tahun 748 H) juga berkata: Dia adalah lambang kecerdasan dan kecepatan memahami, paling hebat pemahamannya terhadap Al-Kitab was-Sunnah serta perbedaan pendapat, dan lautan dalil naqli. Pada zamannya, beliau adalah satu-satunya baik dalam hal ilmu, zuhud, keberanian, kemurahan, amar ma`ruf, nahi mungkar, dan banyaknya buku-buku yang disusun dan amat menguasai hadits dan fiqh. Pada umurnya yang ke tujuh belas beliau sudah siap mengajar dan berfatwa, amat menonjol dalam bidang tafsir, ilmu ushul dan semua ilmu-ilmu lain, baik pokokpokoknya maupun cabang-cabangnya, detailnya dan ketelitiannya. Pada sisi lain Adz-Dzahabi mengatakan: Dia mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai rijal (mata rantai sanad), Al-Jarhu wat Ta`dil, Thabaqah-Thabaqah sanad, Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 11 pengetahuan ilmu-ilmu hadits antara shahih dan dhaif, hafal matan-matan hadits yang menyendiri padanya. Maka tidak seorangpun pada waktu itu yang bisa menyamai atau mendekati tingkatannya. Adz-Dzahabi berkata lagi, bahwa: Setiap hadits yang tidak diketahui oleh Ibnu Taimiyah, maka itu bukanlah hadist. Demikian antara lain beberapa pujian ulama terhadap beliau. 1. Da’i 2. Mujahid 3. Pembasmi Bid’ah 4. Pemusnah Musuh Sejarah telah mencatat bahwa bukan saja Ibnu Taimiyah sebagai da`i yang tabah, giat, wara`, zuhud dan ahli ibadah, tetapi beliau juga seorang pemberani yang ahli berkuda. Beliau adalah pembela tiap jengkal tanah umat Islam dari kedzaliman musuh dengan pedangnya, seperti halnya beliau adalah pembela aqidah umat dengan lidah dan penanya. Dengan berani Ibnu Taimiyah berteriak memberikan komando kepada umat Islam untuk bangkit melawan serbuan tentara Tartar ketika menyerang Syam dan sekitarnya. Beliau sendiri bergabung dengan mereka dalam kancah pertempuran. Sampai ada salah seorang Amir yang mempunyai diin yang baik dan benar, memberikan kesaksiannya: tiba-tiba (ditengah kancah pertempuran) terlihat dia bersama saudaranya berteriak keras memberikan komando untuk menyerbu dan memberikan peringatan keras supaya tidak lari. Akhirnya dengan izin Allah Ta`ala, pasukan Tartar berhasil dihancurkan, maka selamatlah negeri Syam, Palestina, Mesir dan Hijaz. Pemahaman ulama Ibnu Taimiyah yang diteruskan oleh ulama Jamaludin AlAfghany dan ulama Muhammad Abduh masuk ke Indonesia dipelopori oleh ulama Taher Jalaludin, ulama asal Minangkabau yang mengenyam pendidikan di Universitas Al-Azhar sekitar tahun 1310 H (1892 M) yang ketika itu ulama Muhammad Abduh sedang terkenal di Mesir. Mereka mengikuti pemahaman dibidang politik atau pergerakan, jurnalistik, menyerap pola kehidupan modern Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 12 (kehidupan ala barat) termasuk modernisasi (kehidupan) agama dan sistem pendidikan agama. Pada kawasan Sumatera, ulama yang mengikuti selanjutnya dan yang terkenal adalah Ulama Muhammad Djamil Djambek (yang tertua diantara mereka), Ulama ‘Abdullah Ahmad dan Ulama ‘Abdul Karim Amrullah (Ayahanda dari ulama Buya Hamka) Ulama ‘Abdullah Ahmad menetap di kota Padang dan beliau sendirilah yang mengepalai penerbitan “Al-Munir”. Ulama ‘Abdul Karim Amrullah menetap di Padang Panjang dan Ulama Muhammad Djamil Djambek di Bukittinggi. Ulama Djamil Djambek ahli falak dan beliaulah yang mula-mula menyatakan pendapat bahwa memulai dan menutup puasa Ramadhan boleh dengan memakai hisab dan beliau amat ahli memikat hati orang supaya kuat beribadah dan membantah keras kepercayaan-kepercayaan yang salah tentang tasawuf. Ulama ‘Abdul Karim Amrullah ahli dalam hal Fiqh dan Ushulnya, dan menyatakan dengan terang-terangan dalam satu bukunya bahwa beliau membantah faham yang menyatakan pintu ijtihad telah tertutup. Beliau mendirikan sebuah madrasah di Padang Panjang, untuk membentuk kader-kader yang kemudian menyampaikan fahamnya kepada umum. Dan Ulama ‘Abdullah Ahmad adalah seorang pengarang dan wartawan, yang dengan penanya dapat menyiarkan fahamnya, bukan saja kepada orang kampung, bahkan dalam kalangan orang-orang yang berpendidikan barat. Diantara peminatnya waktu itu ialah seorang pemuda bernama Mohammad Hatta dan kelak menjadi seorang pemimpin besar Indonesia. Wilayah pulau Jawa, ulama yang mengikuti selanjutnya dan yang terkenal adalah Ulama Ahmad Soorkati as As-Sudani, asal usul keturunannya dari Sudan dan lama berdiam di Madinah Munawwarah. Beliau berangkat ke Indonesia atas undangan masyarakat Arab Hadramaut yang telah berboyong ke Indonesia sekitar abad kesembilan belas. Jasa mereka besar dalam penyiaran agama Islam di Indonesia. Kalangan sebagian bangsa Arab di pulau Jawa berlangganan “Al-Manar” dari Ulama Rasyid Ridha dan tersebarnya pemahaman ulama Jamaluddin Al-Afghany, ulama Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 13 Muhammad ‘Abduh dan ulama Rasjid Ridha melalui ulama Ahmad Soorkati sehingga mendirikan perkumpulan “Al-Irsyad”. Murid ulama Ahmad Soorkati diantaranya adalah ulama Omar Hobais, Pemimpin Besar Al-Irsyad dan ulama ‘Abdur Rahman Baswedan Kalau Ulama Ahmad Soorkati penyebar pemahaman Muhammad Abduh dalam kalangan Arab, maka adalah K.H. Ahmad Dahlan penyiarnya dalam kalangan orang Indonesia. Beliaulah pendiri organisasi massa Muhammadiyah. Beliau dilahirkan di Jogjakarta. Sulthan telah memberikan kepadanya jabatan agama, yaitu menjadi Khathib dari Masjid Sulthan dan diberi gelar “Khathib Amin”. Tetapi setelah beliau berlangganan dengan majalah Al ‘Urwatul Wustqa dan AlManar mendapatlah beliau pemikiran baru tentang Islam, ditambah lagi dengan membaca Tafsir Muhammad ‘Abduh dan kitab-kitab Ibnu Taimiyah dan IbnulQayyim al Jauziah beliau melepaskan jabatan tersebut dan lebih meluangkan waktu untuk memperhatikan pendidikan dan kemajuan umat Islam di kala itu. Orang yang ketiga yang menjadi penyiar pemahaman ulama Muhammad Abduh di wilayah Jawa ialah Ulama Ahmad Hassan, tinggal dan mengajar di Bangil, Jawa Timur. Beberapa tahun yang lalu beliau tinggal di kota Bandung dan menjadi guru serta pemimpin dari Perkumpulan Persatuan Islam (PERSIS). Banyaklah buku-buku karangan beliau dalam bahasa Indonesia, menyiarkan pemahaman Islam dengan dasar Al-Quran dan Hadits, memerangi taqlid dan menganjurkan kebebasan berfikir, menolak bid’ah dan khurafat dan membersihkan ‘aqidah daripada pengaruh ajaran lain. Dan beliaupun mengarang Tafsir Al Quran, bernama “Al-Furqan”. Salah satu perjuangan beliau adalah menentang ajaran Ahmadiyah Qadiani dan Lahore. Ditahun 1930 beliau mengeluarkan sebuah majalah bernama “Pembela Islam”, beliau sendiri menjadi pemimpinnya, dan muridnya, Mohammad Natsir, menjadi kepala pengarangnya. Mohammad Natsir, Pemimpin Islam Indonesia itu, dan Ketua Umum Partai Masyumi, adalah murid dari Syekh Ahmad Hassan, demikian juga seorang pemimpin Islam dan anggota Parlemen dan Konstituante yang terkenal yaitu Haji Mohammad Isa Anshary. Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 14 Demikianlah keterangan peredaran pemahaman ulama Ibnu Taimiyah melalui ulama Muhammad Abduh yang kami cuplikan dari pidato Buya Hamka yang berjudul pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia ketika beliau menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Al Azhar Mesir , pada tanggal 21 Januari 1958 H. KEHIDUPAN PENJARA Tetapi karena ketegaran, keberanian dan kelantangan beliau dalam mengajak kepada al-haq, akhirnya justru membakar kedengkian serta kebencian para penguasa, para ulama dan orang-orang yang tidak senang kepada beliau. Kaum munafiqun dan kaum lacut kemudian meniupkan racun-racun fitnah hingga karenanya beliau harus mengalami berbagai tekanan di pejara, dibuang, diasingkan dan disiksa. Hembusan-hembusan fitnah yang ditiupkan kaum munafiqin serta antek-anteknya yang mengakibatkan beliau mengalami tekanan berat dalam berbagai penjara, justru dihadapi dengan tabah, tenang dan gembira. Terakhir beliau harus masuk ke penjara Qal`ah di Dimasyq. Dan beliau berkata: Sesungguhnya aku menunggu saat seperti ini, karena di dalamnya terdapat kebaikan besar. Dalam syairnya yang terkenal beliau juga berkata: Apakah yang diperbuat musuh padaku! Aku, taman dan dikebunku ada dalam dadaku. Kemanapun ku pergi, ia selalu bersamaku dan tiada pernah tinggalkan aku. Aku, terpenjaraku adalah khalwat. Kematianku adalah mati syahid. Terusirku dari negeriku adalah rekreasi. Beliau pernah berkata dalam penjara: Orang dipenjara ialah orang yang terpenjara hatinya dari Rabbnya, orang yang tertawan ialah orang yang ditawan orang oleh hawa nafsunya. Ternyata penjara baginya tidak menghalangi kejernihan fitrah Islamiyah-nya, tidak menghalanginya untuk berdakwah dan menulis buku-buku tentang aqidah, tafsir dan kitab-kitab bantahan terhadap ahli-ahli bid`ah. Pengagum-pengagum beliau diluar penjara semakin banyak. Sementara di dalam penjara, banyak penghuninya yang menjadi murid beliau, diajarkannya oleh beliau agar mereka iltizam kepada syari`at Allah, selalu beristighfar, tasbih, berdoa dan melakukan amalan-amalan shahih. Sehingga suasana penjara menjadi ramai dengan Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 15 suasana beribadah kepada Allah. Bahkan dikisahkan banyak penghuni penjara yang sudah mendapat hak bebas, ingin tetap tinggal di penjara bersamanya. Akhirnya penjara menjadi penuh dengan orang-orang yang mengaji. Tetapi kenyataan ini menjadikan musuh-musuh beliau dari kalangan munafiqin serta ahlul bid`ah semakin dengki dan marah. Maka mereka terus berupaya agar penguasa memindahkan beliau dari satu penjara ke penjara yang lain. Tetapi inipun menjadikan beliau semakin terkenal. Pada akhirnya mereka menuntut kepada pemerintah agar beliau dibunuh, tetapi pemerintah tidak mendengar tuntutan mereka. Pemerintah hanya mengeluarkan surat keputusan untuk merampas semua peralatan tulis, tinta dan kertas-kertas dari tangan Ibnu Taimiyah. Namun beliau tetap berusaha menulis di tempat-tempat yang memungkinkan dengan arang. Beliau tulis surat-surat dan buku-buku dengan arang kepada sahabat dan murid-muridnya. Semua itu menunjukkan betapa hebatnya tantangan yang dihadapi, sampai kebebasan berfikir dan menulis pun dibatasi. Ini sekaligus menunjukkan betapa sabar dan tabahnya beliau. Semoga Allah merahmati, meridhai dan memasukkan Ibnu Taimiyah dan kita sekalian ke dalam surganya. I. Kesaksian para ulama tentang Ibnu Taimiyah: 1. Ibnu Sawar As-Subki Ibnu Sawar As-Subki pernah mengatakan kepada sebagian orang yang ditemuinya, “Demi Allah, tidak membenci Ibnu Taimiyah melainkan orang yang bodoh atau orang yang menurut hawa nafsunya, Orang bodoh tidak mengerti apa yang diucapkannya dan orang yang menuruti hawa nafsunya akan terhalang baginya kebenaran setelah ia mengetahuinya. 2. Ibnu Hariri Al-Hanafi Ibnu Hariri Al-Hanafi berkata, “Jika Ibnu Taimiyah bukan syaikhul Islam, lantas siapa lagi yang disebut Syaikhul Islam itu?” Pada saat sidang penghakiman Ibnu Taimiyah ia menulis, “Sejak tiga ratus tahun silam, saya belum pernah melihat/menyaksikan ulama sekaliber Ibnu Taimiyah.” Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 16 3. Kamaluddin Az-Zamlakani Kamaluddin Al-Zamlakani berkata: “Sejak lima ratus tahun silam belum pernah didapati orang yang paling hafal terhadap hadits selain dari Ibnu Taimiyah.” Lanjut Al-Zamlakani, “Ia merupakan guru kami, teladan kami, ulama yang cerdas, al-hafizh, ahli zuhud, wira’i, teladan yang sempurna. Taqiyuddin Syaikhul Islam, pemimpin para ulama, teladan bagi ulama-ulama terdahulu, pembela As-Sunnah, pembasmi bid’ah, hujjah Allah bagi hamba-hamba-Nya, orang yang membantah kelompok-kelompok yang menyimpang, orang yang memuji para ulama, Mujahid kontemporer, Abu Al-Abbas Ahmad Ibnu Abdul Halim Ibnu Abdussalam Ibnu Taimiyah Al-Harani. Semoga Allah memuliakan derajatnya dan mengokohkan ajaran-ajaran agama-Nya melalui perantaraannya. 4. Ibnu Daqiq Al-Ied Ibnu Daqiq Al-Ied ketika berjumpa dengan Ibnu Taimiyah berkata, “Saya tidak pernah mengira kalau Allah masih menciptakan orang sehebat kamu.” 5. Ibnu Al-Wardi Ibnu Al-Wardi berkata: “Saya pernah menghadiri forum-forum pengajian Ibnu Taimiyah. Para ulama di masanya adalah laksana orbit dan dia adalah porosnya, atau mereka adalah laksana tubuh dan dia adalah jiwanya. Ia menambah wawasan mereka laksana matahari memberi sinar bagi bulan. Pada suatu hari saya menghadap kepadanya dalam rangka menanyakan jawaban tentang suatu persoalan. Jawaban yang diberikan sungguh sangat tepat. Setelah itu ia memberi gelar kepada saya dan mencium kening saya, tepatnya di atas kedua mata kanan saya, lalu saya melantunkan syair untuknya: “Ibnu Taimiyah, dalam semua bidang ilmu, adalah orang yang paling pakar Wahai Ahmad (Ibnu Taimiyah), Engkau telah menghidupkan kembali Agama dan syari’at yang dibawakan oleh Ahmad (Nabi Muhammad)” 6. Abu Al-Hajjaj Yusuf Ibnu Az-Zakki Al-Mizzi Asy-Syafi’i Beliau pernah berkata, “Saya belum pernah menjumpai orang yang sehebat Ibnu Taimiyah, dan dia sendiri belum pernah menjumpai orang yang sehebat dirinya. Saya belum pernah menjumpai orang yang paling mengetahui tentang Al-Qur’an Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 17 dan As-Sunnah dan orang yang paling patuh dengan keduanya, selain Ibnu Taimiyah. 7. Syaikh Ibrahim Ar-Raqqi Beliau berkata, “Syaikh Taqiyuddin Ahmad Ibnu Taimiyah adalah ulama yang dapat diserap/diambil ilmunya dan diteladani di berbagai disiplin ilmu. Seandainya umurnya panjang niscaya ia akan mengisi bumi ini dengan ilmu. Dia selalu menegakkan kebenaran sehingga ada sebagian orang memusuhinya, dan dia adalah ulama yang tergolong pewaris para nabi. 8. Ibnu Hajar Al-Asqalani Ibnu Hajar berkata, “Popularitas Ibnu Taimiyah lebih bersinar daripada matahari. Pemberian gelar “Syaikhul Islam” kepada Ibnu Taimiyah tetap abadi sampai sekarang dan gelar itu akan selalu abadi di masa yang akan datang, sebagaimana gelar itu abadi di masa yang silam. Tidak ada orang yang akan mengingkari gelar itu kecuali orang yang tidak mengetahui tentang kapasitas dirinya. 9. Syaikh Imaduddin Al-Wasithim Al-Wasithi menguraikan tentang pesan para murid Ibnu Taimiyah: “Ketahuilah wahai saudara-saudaraku tentang nikmat dan karunia yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kalian semua! Ketahuilah jalan yang benar untuk mencapainya. Dan bersyukurlah kepada Allah atas nikmat dan karunia yang telah dianugerahkannya! Allah telah mengutus kepada kita di zaman sekarang ini seorang ulama yang membuka pintu-pintu hati yang tertutup, dan menegakkan agama dari segala syubhat dan penyelewengan! Ketahuilah hak dan kehormatan orang ini (Ibnu Taimiyah) dan orang tidak akan mengetahui hak dan kapasitas/ukuran dirinya kecuali ia mengetahui ajaran agama Rasulullah, hak dan kehormatannya. Hendaklah kalian menjaga etika terhadapnya, mengerjakan apa yang diperintahkannya, menjaga kehormatannya, mencintai orang yang dicintainya dan membenci orang yang dibencinya! Jika kalian telah mengetahui semua itu, mudah-mudahan Allah mengokohkan pendirian kalian. Dengan demikian jagalah hatinya, sebab orang seperti dia merupakan orang yang agung di kerajaan langit.” Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 18 J. WAFATNYA “Sesungguhnya orang-orang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungaisungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.” (QS. Al-Qamar: 5455) Itulah bacaan Alquran terakhir yang dilantunkan Ibnu Taimiyah sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada malam Senin, tanggal 20 Dzulqa’dah tahun 728 Hijriyah. Penulis Kitab Majmu’ Al-Fatawa ini meninggal dunia dalam usia 67 tahun di sebuah penjara dalam benteng Damaskus Beliau wafatnya di dalam penjara Qal`ah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang muridnya yang menonjol, Al-`Allamah Ibnul Qayyim Rahimahullah. Beliau berada di penjara ini selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih. Selama dalam penjara beliau selalu beribadah, berdzikir, tahajjud dan membaca Al-Qur`an. Dikisahkan, dalam tiap harinya ia baca tiga juz. Selama itu pula beliau sempat menghatamkan Al-Qur`an delapan puluh atau delapan puluh satu kali. Perlu dicatat bahwa selama beliau dalam penjara, tidak pernah mau menerima pemberian apa pun dari penguasa. Jenazah beliau dishalatkan di masjid Jami`Bani Umayah sesudah shalat Zhuhur. Semua penduduk Dimasyq (yang mampu) hadir untuk menshalatkan jenazahnya, termasuk para Umara`, Ulama, tentara dan sebagainya, hingga kota Dimasyq menjadi libur total hari itu. Bahkan semua penduduk Dimasyq (Damaskus) tua, muda, laki, perempuan, anak-anak keluar untuk menghormati kepergian beliau. Seorang saksi mata pernah berkata: menurut yang aku ketahui tidak ada seorang pun yang ketinggalan, kecuali tiga orang musuh utamanya. Ketiga orang ini pergi menyembunyikan diri karena takut dikeroyok masa. Bahkan menurut ahli sejarah, belum pernah terjadi jenazah yang dishalatkan serta dihormati oleh orang sebanyak itu melainkan Ibnu Taimiyah dan Imam Ahmad bin Hambal. Beliau wafat pada tanggal 20 Dzul Hijjah tahun 728 H, dan dikuburkan pada waktu Ashar di samping kuburan saudaranya Syaikh Jamal Al-Islam Syarafuddin. Semoga Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 19 Allah merahmati Ibnu Taimiyah, tokoh Salaf, da`i, mujahidd, pembasmi bid`ah dan pemusnah musuh. Wallahu a`lam. K. Kesimpulan Untuk menyertakan dalam perkataan Maulana Abu Al-Hasan ‘Ali Nadwi yang telah yang telah memberikan penghormatan kepada Ibnu Taimiyah: “Ibnu Taimiyah menafsirkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, menegakkan superioritas Islam atas kebid’ahan, konsep filsafat dan keyakinan lainnya dan memberikan kontribusi bagi pembaharuan agama yang murni, setelah melalui penelitian yang mendalam dan pertimbangan yang diperlukan bagi penerangan atas penyimpangan agama dan intelektual pada masa itu. Dalam rangka untuk mengalahkan musuhmusuhnya, ia menguasai metodologi yang digunakan mereka untuk menyerang Islam. Bahkan, pembelajrannya, karya ilmiahnya, pencapaian intelektual dan ketabahan mentalnya membuat musuh-musuhnya mendapatkan serangan balik. Tidaklah mengherankan ketika para ulama pada zamannya dan setelahnya menyatakan pujian terhadapnya sebagai: “Pemimpin spirit sepanjang masa”, “Mahkota para Ulama”, “Seorang Ulama Penerang”, “Sebuah tanda diantara Tandatanda Allah.” Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 20 KOMENTAR PRIBADI Ibnu Taimiyah adalah sosok ulama besar dan syaikhul Islam yang mendedikasikan hidupnya untuk kejayaan dan kebesaran serta kemurnian Islam bagi generasinya dan generasi muslim yang akan datang. Beliau dengan kecerdasannya dan pemikirannya yang luar biasa seputar Islam telah menghasilkan kitab-kitab yang sangat penting sebagai pegangan kaum muslimin dalam pemahaman dan penerapan Islam yang sesuai serta merujuk sempurna pada Kitabullah Al-Qur’an dan Sunatullah Al Hadist Nabi Besar Muhammad SAW. Ibnu Taimiyah berusaha mengembalikan pemahaman kaum Muslimin untuk sungguh-sungguh dalam praktek Ibadah dan Amaliah Islam kembali kepada AlQur’an dan As-Sunnah serta Beliau berusaha keras untuk mengembalikan pemahaman yang salah dalam praktek-praktek Ibadah yang tidak merujuk pada dalildalil yang telah digariskan dan dituntunkan ALLAH dan Rasul-Nya. Oleh karenanya konsistensi terhadap kemurnian Islam telah menimbulkan pertentangan dan perlawanan bagi sebagai kaum muslim yang telah bertakliq buta dengan praktek-praktek Ibadah yang diselimuti kebid’ahan, sehingga beliau kerap mendapat cercaan, hinaan dan perlawanan hingga dijebloskan ke dalam penjara hingga akhir hidupnya. Namun kebesarannya dan pemikirannya yang cemerlang tidak membuatnya gentar dan putus asa, walau beliau dikekang hidupnya namun tetap dapat menghasilkan kitab-kitab/buku-buku terbaiknya untuk kaum muslimin yang benar-benar ingin mengikuti jejak Islam dalam bingkai pedoman hidup AlQuran dan As-Sunnah. Demikianlah selintas pandang kiprah atau sepak terjang Mujahid Islam Ibnu Taimiyah yang telah malang melintang di dunia peradaban Islam. Siapa lagi yang akan mengawal pemikiran dan pemahaman beliau yang telah mencoba membentengi ajaran Islam dengan seluruh kemampuannya untuk tetap murni di jalan ALLAH, SWT dan Rasul-Nya sepanjang masa, kalau bukan kita. Semoga ALLAH, SWT tetap melimpahkan pengetahuan, hidayah, taufik dan kekuatan untuk tetap istiqomah dalam menjalani ajaran Islam sesuai Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 21 DAFTAR PUSTAKA Djaelani. Anwar. (2012). Ibnu Taimiyah, Gagah Melawan Kemunkaran dengan Pena. https://www.lexusventure.com Muawaih. Abu. (2012). Sejarah Hidup Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. http://alatsariyyah.com Nuh, Muhammad. (2011). www.eramuslim.com Nikmatnya Salafi Muslim. (1997). taimiyah.html Taimiyah. Ibnu Jalan Jihad Ibnu Taimiyah. http://www.salafyoon.net/sirah/ibnu- Sugioantoro. Hendra. (2011). Ibnu Taimiayah. http://sosok.kompasiana.com Taimiyah. Ibnu. Kummpulan Fatwa Ibnu Taimiyah. http://www.darulhaq.com Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 22 BIODATA Nama : Zahri Darni NIM : 201198029 Alamat rumah : Perumahan Villa Indah Permai Blok E21 No 25 Teluk Pucung Bekasi Utara Alamat kantor : Akademi Keperawatan Fatmawati Jakarta Selatan No Hp : 08128194011 Email : [email protected] Jakarta, 19 Januari 2012 Zahri Darni Dosen: Dr. H. Virgana, MA, UMJ Jakarta Page 23