MPPI PEMANFAATAN SENYAWA ALKO-KOLOID DAN FLAVONOID PADA DAUN SIRIH MERAH (Piper Betle L.Var Rubrum) UNTUK HIPOGLIKEMIK OLEH: Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Indonesia kaya akan berbagai jenis tumbuhan. Tumbuhan tersebut dapat memberikan manfaat pada berbagai bidang antara lain bidang pertanian, perkebunan, kehutanan bahan industri, bahan dasar obat-obatan dan sebagainya. Tumbuhan yang digunakan sebagai obat dikenal dengan nama obat tradisional. Sampai sekarang obat tradisional dan tumbuhan masih banyak digunakan oleh masyarakat. Hal ini perlu dilestarikan karena obat tradisional biasanya harganya relaif lebih kecil disbanding dengan obat sintesis serta bahan-bahannya mudah didapat (Wijayakusuma, 2000). Agar pengobatan tradisional dapat dipertanggungjawabkan maka diperlukan penelitian ilmiah seperti penelitian bidang farmakologi, toksikologi, identifikasi dan isolasi zat kimia aktif yang terdapat dalam tumbuhan (Harmanto, 2003). Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang kita telah memanfaatkan tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang sekarang ada. Merebaknya kecenderungan atau tren hidup kembali ke alam (back to nature) semakin menambah keingintahuan tentang khasiat tanaman obat, salah satunya adalah sirih (Piper betle L.) Penggunaan sirih secara tradisional dimanfaatkan dalam menyembuhkan penyakit seperti sariawan dan sakit gigi. Sementara itu, air rebusan daun sirih yang bersifat antiseptik dapat berkhasiat sebagai obat kumur, mencegah bau mulut serta menghilangkan bau badan (Sudewo, 2005). Salah satu tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional adalah sirih merah (Piper betle L.var Rubrum). Tanaman sirih merah berasal dari Amerika Tengah, tetapi sekarang dianggap sebagai tanaman asli karena multikhasiat mengatasi beragam penyakit (Duryatmo, 2006). Sirih memiliki beberapa varietas tidak hanya yang berdaun hijau, namun ada juga daun yang berwarna hitam, merah, kuning bahkan perak. Sirih merah rasanya sangat pahit dibandingkan dengan sirih biasa atau varietas lainnya. Sirih merah selain digunakan sebagai tanaman hias, juga bermanfaat sebagai tanaman obat yang dapat menyembuhkan penyakit diantaranya diabetes melitus, kolesterol, asam urat dan hipertensi (Sudewo, 2005). Ramuan daun sirih merah untuk mengobati diabetes melitus dapat dipadukan dengan tanaman obat lain atau bisa digunakan secara tunggal yaitu hanya dengan merebus daun sirih merah segar setelah dingin air hasil rebusan diminum sebanyak tiga kali sehari, hari berikutnya daun diganti dengan yang baru, bila rasa pahitnya masih dianggap sama dengan hari sebelumnya, maka daun tersebut bisa digunakan kembali (Anonim, 2009). Seiring dengan perubahan gaya hidup di masyarakat yang terjadi beberapa tahun terakhir menunjukkan adanya perubahan pola makan dari makanan tradisional menjadi makanan cepat saji (fast food). Hal ini dihubungkan oleh para ahli kesehatan dengan timbulnya berbagai penyakit salah satunya adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Jayadi, 2009). Untuk lebih memberikan dasar bagi bukti manfaatnya, maka penggunaan tanaman sebagai bahan obat tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui kebenaran khasiatnya. Dengan didapatnya data yang meyakinkan secara ilmiah, maka penggunaan tanaman tersebut sebagai obat dapat dijamin kebenarannya (Widowati, dkk., 1997). 1.2.RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah penelitian yaitu: 1. Bagaimana klasifikasi dan morfologi dari sirih merah? 2. Apakah kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam daun sirih merah? 3. Apakah kandungan senyawa alko-koloid dan flavonoid dalam daun sirih merah memberikan efek hipoglikemik terhadap tikus putih jantan? 1.3.HIPOTESIS Berdasarkan perumusan masalah di atas makadi buat hipotesis yaitu: 1. Karakteristik simplisia daun sirih merah (Piper cf. fragile Benth.) berbeda dengan daun sirih (Piper betle L.). 2. Kandungan golongan senyawa kimia yang terdapat dalam daun sirih merah adalah alkokoloid, flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin. 3. Kandungan senyawa alko-koloid dan flavonoid dalam daun sirih merah memberikan efek hipoglikemik terhadap tikus putih jantan. 4. Tidak ada perbedaan antara ekstrak etanol daun sirih merah dengan glibenklamid dalam menurunkan kadar gula darah. 1.4.TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi dari sirih merah. 2. Untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam daun sirih merah. 3. Untuk mengetahui apakah kandungan senyawa alko-koloid dan flavonoid dalam daun sirih merah memberikan efek hipoglikemik terhadap tikus putih jantan. 1.5.MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian yang dilakukan adalah: 1. Hasil klasifikasi dan morfologi dari sirih merah dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan obat tradisional. 2. Sebagai sumber mengenai kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam daun sirih merah. 3. Sebagai sumber informasi mengenai kandungan senyawa alko-koloid dan flavonoid dalam daun sirih merah yang memberikan efek hipoglikemik. 1.6.BATASAN MASALAH Dalam penelitian ini, masalah yang dibahas adalah seputar bagaimana memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah,khususnya sumber daya alam. Sumber daya alam dapat dimanfaatkan menjadi obat tradisional yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Pokok dari permasalahan penelitian ini adalah cara pemanfaatan senyawa alko-koloid dan flavonoid dalam daun sirih merah yang memberikan efek hipoglikemik. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang bagus tentunya diperlukan riset yang panjang, sehingga penulis membatasi pokok penelitian ini hanya sampai pada pemanfaatan senyawa alko-koloid dan flavonoid sebagai penurun kadar gula dalam darah atau obat Diabetes Melitus. BAB II PEMBAHASANA 2.1.MENGENAI TANAMAN SIRIH MERAH 2.1.1. ASAL USUL SIRIH MERAH Sebagai tanaman obat, manfaat sirih tak diragukan lagi. Jika selamaini orang lebih mengenal sirih berdaun hijau dengan kandungan antiseptiknya, kini ada jenis sirih merah yang dipercaya memiliki manfaat kesehatan yang lebih beragam. Selama itu, orang mengenal tanaman sirih berdaun hijau yang secara turun temurun dimanfaatkan untuk mengatasi beragam keluhan seperti mimisan, mata merah, keputihan, membuat suara nyaring, dan banyak lagi. Khasiat daun sirih sudah teruji secara klinis. Hingga kini, penelitian tentang tanaman ini juga terus dikembangkan. Secaratradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa. Daun sirih juga dimanfaatkan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyusurnya (makan sirih). Namun, belakangan ini tanaman sirih merah, naik daun karena dipercaya memiliki manfaat obat yang jauh lebih beragam. Bentuknya pun jauh lebih menarik daripada sirih biasa. Meski belum diketahui dengan pasti asal tanaman obat ini, sirihmerah sering ditemui di berbagai daerah. Contohnya di lingkungan keratonYogyakarta dan lereng Gunung Merapi, Papua, Jawa Barat, Aceh, dan beberapa daerah lainnya (Lalang Ken Handita, @ 1/1/2012, 12:39 AM) 2.1.2. KLASIFIKASI ILMIAH SIRIH MERAH Subkingdom : Tracheobinta (berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisio : Magnoliophyta (berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub-kelas : Magnoliidae Ordo : Piperales Familia : Piperaceae Genus : Piper Species : Piper crocatum Ruiz & Pav (Anonim, 2008) Gambar 2.1 Sirih Merah Tanaman sirih merah tumbuh menjalar seperti halnya Sirih Hijau. Batangnya bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai membentuk jantung dengan bagian atas meruncing, bertepi rata dan permukaanya mengkilap atau tidah berbulu. Panjang daunnya bias mencapai15-20 cm. Warna daun bagian atas hijau bercorak warna putih keabuabuan. Bagian bawah daun berwarna merah hati cerah. Daunnya berlendir, berasa pahit, dan beraroma wangi khas sirih. Batangnya bersulur dan beruas dengan jarak buku 5-10 cm di setiap buku tumbuh daun dan bakal akar ( Kardinan dan Taryono, 2003). Tanaman sirih dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk daun, aroma, dan rasa. Jenis-jenis sirih tersebut diantaranya sirih jawa yang berdaun besar, berwarna hijau tua dengan warna kuning dibeberapa bagian, dan rasa serta bau yang lebih sengak, sirih cengkeh (daun kecil lebih kuning, dan rasanya seperti cengkih), sirih hitam yang rasanya sangat sengak dan digunakan sebagai campuran berbagai obat, serta sirih kuning. Jenis sirih yang dikunyah dengan pinang biasanya yang berwarna hijau muda dan rasanya kurang pedas (Syukur, 2001). Gambar 1.Tanaman sirih merah 2.1.3. HABITAT TANAMAN SIRIH MERAH Tanaman sirih merah tergolong langka karena tidak tumbuh disetiap tempat / daerah. Sirih merah tidak dapat tumbuh baik. Jika terlalu banyak terkena sinar matahari, batangnya cepat mengering, tetapi jika disiram secara berlebih akar dan batang cepat membusuk. Pada musim hujan banyak tanaman sirih merah yang mati akibat batangnya membusuk dan daun yang rontok. Tanaman sirih merah akan tumbuh dengan baik jika mendapat 60 – 75 % cahaya matahari. Di Indonesia tanaman sirih merah banyak terdapat di daerah bandung dan yogyakarta. Pembibitan dan perbanyakan sirih merah dilakukan secara vegetatif dengan stek, cangkok dan runduk batang (Sudewo, 2005). 2.1.4. KANDUNGAN KIMIA DAUN SIRIH MERAH Menurut Sholikhah (2006) senyawa fitokimia yang terkandung dalam daun sirih merah yakni alkaloid (alko-koloid), saponin, tannin dan flavonoid. Sedangkan menurut Sudewo (2005) dari hasil kromotogam dapat dilihat bahwa daun sirih merah mengandung flavonoid, polifenolad, tannin dan minyak atsiri. A. Alkoloid Alkoloid adalah kelompok besar senyawa organik alami dalam hampir semua jenis organisme berbagai efek farmakologi yang ditimbulkan seperti antikanker, antiinflalasi dan antimikroba. Alkoloid bersifat basa, di alam berada sebagai garam dengan asam-asam organik. Adanya sifat basa ini mempermudah memisahkan ekstrak total alkaloid dari komponen lainnya (Herborne, 1987). Alkaloid berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogennya diklasifikasikan menjadi lima macam yaitu pirolidin, piperidin, isokuinolin, kuinolin dan indol. Struktur alkaloid tersebut dapat dilihat pada gambar 2 . Gambar 2. Struktur alkaloid berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen. B. Saponin Saponin meripakan glikosida yang membentuk basa dalam air. Apabila dihidrolisis dengan asam akan menghasilkan gula dan spogenin yang sesuai, saponin merupakan senyawa kimia aktif permukaan yang dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah (Harborne, 1987). Sholikhah (2006) menyatakan bahwa saponin dapat dipakai sebagai antimikroba (bakteri / virus). Struktur saponin seperti pada gambar 3. Gambar 3. Sturuktur aglikona saponina C. Tannin Tannin adalah senyawa fenol yang terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angoispermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tannin dapat bereaksi dengan protein membentuk kapolismer mantap yang tidak larut dalam air. Dalam industri, tannin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein (Harborne, 1987). Ssenyawa tannin seperti yang ditunjukkan pada gambar 4. Gambar 4. Struktur Tannin D. Flavonoid Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol yang terbesar ditemukan dialam. Senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan sebagian kuning yang ditemukan dalam tumbuhtumbuhan (Harbrone, 1987). Flavonoid dapat dikasifikasikan maenjadi 3 yaitu flavoniod, isoflavonoid dan neoflavonoid. Struktr flavonoid tersebut dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5. Struktur flavonoid E. Polifenolad Merupakan senyawa fenol yang memiliki gugus –OH. Senyawa polivenol ini adalah antioksidan yang kekuatannya 100 kali lebih efektif dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih efektif dibandingkabn vitamin E. Contoh dari polifenolad seperti pada gambar 6. Gambar 6. Struktur oleuropeina F. Minyak atsiri Menurut Achmad dalam Fitriani (1999) sejak dahulu orang mengetahui bahwa bunga, daun dan akar dari berbagai tumbuhan mengandung bahan yang mudah menguap dan berbau wangi yang disebut minyak atsiri. Minyak atsiri pada sirih merah ini berfungsi sebagai antiradang dan antiseptik. 2.1.5. FUNGSI DAN PERANAN ALKO-KOLOID DAN FLAVONOID PADA DAUN SIRIH MERAH Dari buku ”A review of natural product and plants as potensial antidiabetic” dilaporkan bahwa senyawa alko-koloid dan flavonoid memiliki ak-tivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah (Indonesia herbal, 2008). Secara klinis DM dibedakan menjadi DM tipe 1 dimana pankreas kehilangan kemampuan menghasilkan insulin dan DM tipe 2 dimana pankreas masih berfungsi tetapi menunjukkan defisiensi relatif sehingga tubuh kehilangan kemampuan untuk memanfaatkan insulin secara efektif (Depkes RI, 2005). Sirih merah merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat DM. Dari beberapa pengalaman seorang praktisi kesehatan dan produsen tanaman obat bernama Bambang Sudewo di Blunyah Rejo, Yogyakarta, diketahui sirih merah memiliki khasiat obat untuk penyakit diabetes melitus (Sudewo, 2005). Disamping fungsi dan peran yang menguntungkan, sirih merah juga dapat bersifat sitoksis artinya pada dosis berlebih akan menyebabkan keracunan, dan karena sifat antiseptiknya sirih merah dapat menyebabkan ovarium kering jika digunakan secara terus menerus (Duryatmo, 2006). Menurut Cahyana (2006), agar sirih merah dapat bermanfaat dengan semestinya maka dalam penggunaannya tidak dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan harus memperhatikan dosisnya, misalnya yang dibutuhkan sebagai obat efektif 500 mg, tapi tanaman itu hanya 5 mg. Baginya tanaman herbal termasuk sirih merah memang bermanfaat sebagai kesehatan dan pencegah penyakit. 2.1.6. PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN DAUN SIRIH MERAH Pengolahan ramuan daun sirih merah dapat dilakukan secara tunggal atau pun pencampuran dengan tanaman obat yang lain. Biasanya ramuan tersebut diolah dengan cara direbus, perebusan tidak berdasarkan menit / jam tetapi dilihat dari banyaknya pengurangan jumlah air, biasanya pengurangan sekitar separuhnya. Misal, ramuan sirih merah yang digunakan untuk Diabetes Melitus adalah daun sirih yang dipilih bawahnya berwarna merah merata dan segar kemudian dicuci bersih diolah dengan cara merebus 6 lembar daun sirih ukuran besar dan batangnya sepanjang 15 cm dengan 4 gelas air (800 ml) sampai mendidih dan tersisa 2 gelas, kemudian disaring. Ramuan ini untuk 2 hari dan diminum selagi hangat 2 hari sekali, sekali minum 0,5 gelas. Bisa ditambahkan 2 sendok teh madu murni (Sudewo 2005). BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN 1. Daun sirih merah merupakan suatu tanaman obat yang mengandung senyawa aktif berupa alkoloid, saponin, tannin, flavonoid, polifenolad dan minyak atsiri. 2. Tidak ada perbedaan antara ekstrak etanol daun sirih merah dengan glibenklamid dalam menurunkan kadar gula darah. 3. Senyawa aktif berupa alko-koloid dan flavonoid dalam daun sirih merah dapat memberikan efek hipoglikemik. 4. Alkoloid, saponin, falvonoid, minyak atsiri dan tannin pada daun sirih merah memiliki aktivitas antiseptik. 5. Peranan antidioksidan sebagai penangkal radikal bebas yang dapat mengurangi kerusakan sel-sel dalam tubuh. 3.2. SARAN Perlu diteliti lebih lanjut untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa aktif yang lebih spesifik. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Sirih Merah. Tersedia:http://balittro.litbang.deptan.go.id. (28Desember 2011). Cahyana, D. 2006. Sirtih Merah Musuh Baru Beragam Penyakit, dalam Majalah Trubus No.434, tahun XXXVII Januari 2006, hlm 86. Dasuki, U. 1994. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu Hayati. ITB, Bandung Dalimartha. 2004. Tanaman Obat dan Pengobatan Alternatif. Setia KawanJakarta. 141hal. Dharma. 1997. Manfaat Sirih Merah sebagai Pembasmi Penyakit Diabetes.Tersedia :http://[email protected]. (24 November 2014). Duryatmo, S. 2006. Wajah Ganda Sirih Merah, dalam Majalah Trubus No.434, tahun XXXVII Januari 2006, hlm 93. Feri Manoi. 2007. Sirih Merah sebagai Tanaman Obat Multifungsi. WartaPuslitbangbun Vol.13 No. 2. Fessenden & Fessenden. 1989. Kimia Organik. Jilid 1. Erlangga, Jakarta Fitriyani, R. 1999. Minyak Atsiri, Pati, Vitamin dan Mineral pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L). Skripsi Program Sarjana Strata-1 Pendidikan Kimia Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Gupte, S. Harborne, 1990. J Mikrobiologi B. 1987. Dasar. Metode Binarupa Fitokimia. Karya, ITB, Jakarta Bandung. Hermanto, N. Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hernani & M. Rahardjo. Tanaman Berkhasiat antioksidan. Penebar Swadaya, Jakarta. Mardiana, L. 2004. Kanker pada Wanita : Pencegahan dan Pengobatan dengan Tanaman Obat. Penebar Swadaya, Jakarta. Kartasapoetra, 1988. Tumbuhan Obat Lembaga Biologi Nasional LIPI. BalaiPustaka. Jakarta. Kardinan dan Taryono. 2003. Tumbuhan Obat Lembaga Biologi Nasional LIPI. Balai Pustaka. Jakarta. Sholikhah, A. Sirih Merah Menurunkan Glukosa Darah. http://www.pustakatani. Tanggal akses 20 Agustus 2006. Sudewo, B. 2005. Basmi Penyakit dengan Sirih Merah. PT. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Syariefa, E. 2006. Resep sirih Wulung untuk Putih Merona Hingga Kanker Ganas, dalam Majalah Trubus No.434, tahun XXXVII Januari 2006, hlm 88. Syukur. 2001. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Rineka Cipta. Jakarta. Handita, L.K. 2011. Wijayakusuma, H. 2000. Hidup Sehat Cara Hembing. Buku 15. PT. AgroMedia Pustaka, Jakarta. http://indonesian-herbal.blogspot.com/2008/11/tanaman-obat-sirih-merah-piper-crocatum.html