Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Gairago Menurut seorang ahli linguistik Jepang bernama 竹村 亜紀子(2008: 1) mengungkapkan bahwa 外来語は他の言葉から借りてきた言葉を指す (Gairaigo adalah kosakata yang berasal dari bahasa lain). Gairago yang dalam bahasa Inggris adalah loanwords, yang mana secara harfiah berarti “bahasa yang datang dari luar” yang mana mencakup semua kata pinjaman (Tomoda, 1999: 232). Namun dalam konteks ini, ditekankan bahwa gairaigo mengacu pada kata pinjaman yang ditulis dengan katakana, umumnya berasal dari Amerika dan Eropa. Bahasa yang berasal dari Cina dan diterima di Jepang tidak termasuk gairaigo, melainkan termasuk dalam kango(漢語), yaitu kata yang terbentuk dari huruf kanji. Gairago umumnya ditulis dengan huruf katakana. Pada abad ke-14 dan -16, hubungan dengan para pedagang dan misionaris membawa arus gairaigo pertama dari Portugis, Spanyol, dan Latin. Namun pengaruh ini secara paksa harus dihapuskan pada tahun 1597 dikarenakan adanya penindasan terhadap penyebaran agama Kristen di Jepang. Pada era Meiji, perkembangan gairago di Jepang berkembang sangat pesat. Banyaknya kosakata yang berhubungan dengan kimia dan obat-obatan berasal dari Jerman, seperti メス (pisau)、アルコール (alkohol)、ガス (gas)、dan カプセル (kapsul). Menurut Ishiwata yang dikutip dari Igarashi (2007,148), penggunaan gairaigo terbagi menjadi 6. Pertama, digunakan untuk menunjukkan ide atau sebuah objek yang baru yang berasal dari budaya lain, yang mana hal ini merupakan fungsi dasar kata serapan di dalam semua bahasa. Ke-dua, untuk menggambarkan sebuah ekspresi yang sudah ada di Jepang sebelumnya. Meski dalam bahasa Jepang memiliki arti yang sama, namun gairaigo digunakan untuk menciptakan nuansa yang berbeda. Sebagai contoh ごはん dan ライス memiliki makna yang sama yaitu nasi, namun gohan dinuansakan sebagai nasi yang berada di dalam mangkuk Jepang sedangkan raisu (rice) berada di piring yang rata dan dimakan dengan menggunakan sendok, seperti カレーライス. Ke-tiga, digunakan untuk kata-kata dalam golongan tertentu seperti kosakata dalam komputer atau kimia. Para ahli sering menggunakan kosata yang berhubungan dengan kimia dengan menggunakan gairago di media, yang bertujuan untuk memberi informasi yang baru kepada masyarakat. Sebagai contoh ウレタン berasal dari kata “urethane” yaitu senyawa kimia yang digunakan untuk kayu, kini kata “urethane” menjadi kata yang umum dipakai di masyarakat karena kata tersebut seringkali digunakan di media massa. Ke-empat, gairago digunakan untuk menyampaikan suasana internasional dari sebuah media. Ke-lima, gairago juga dapat digunakan sebagai pelembut bahasa. Sebagai contoh kosakata yang berhubungan dengan tubuh atau seks terkadang ditulis dengan gairaigo, karena penulisan dengan menggunakan kosakata Jepang dianggap terlalu langsung menuju ke sasaran pembicaraan bagi orang Jepang. Terakhir, gairaigo digunakan hanya karena kosakata yang berasal dari bahasa Inggris lebih mudah dibandingkan dengan kosakata dari Jepang sendiri. Sebagai contoh dalam bidang ilmu komputer, kata “IC” untuk “Integrated Circuit” lebih sering digunakan daripada kosakata Jepang yaitu 集 積回路 shuuseki-kairo. Selanjutnya, Loveday (1996,214) menyimpulkan bahwa penggunaan gairago di media terbagi menjadi 4, yaitu sebagai Westernisasi, kompensasi (bagi kurangnya kemampuan L2), pelembut bahasa untuk kesopanan, serta untuk humor. Pada dasarnya, penggunaan gairaigo bertujuan agar sesuatu yang diungkapkan dapat terkesan lebih modern, yang kemungkinan mampu meningkatkan popularitas si penulis itu sendiri (Stanlaw 2004,157) Berikutnya, Menurut Dalton (2009,15) menyebutkan bahwa: That returning to combinations of Chinese kanji to create new words would ease Japan's passage into the future is doubtful. Using katakana to transcribe foreign words is far more convenient than kanji-based calques, which would require a greater degree of consensus or official approval before general use. And just as some individuals have trouble with gairaigo neologisms, many have trouble with both the meanings and pronunciations of obscure kanji Terjemahan; Hal tersebut mengembalikan Jepang ke kombinasi huruf kanji dari Cina untuk menciptakan kata-kata yang baru akan meringankan perjalanan Jepang di masa depan adalah suatu hal yang diragukan. Menggunakan katakana untuk menuliskan kata-kata asing lebih nyaman dibandingkan dengan kata-kata yang berbasis guruf kanji, yang mana membutuhkan tingkat persetujuan bersama yang lebih baik atau persetujuan yang resmi sebelum digunakan secara umum. Dan banyak individu yang bermasalah dengan pembentukan kata gairaigo, banyak yang bermasalah baik terhadap arti dan pengucapan dari sebuah kanji yang tidak jelas 2.2 Konsep Katakana Katakana merupakan salah satu huruf yang digunakan di Jepang. Huruf-huruf yang hingga kini masih digunakan dalam bahasa Jepang terdiri dari hiragana, katakana, dan Kanji. Katakana adalah huruf yang berbentuk garis-garis atau coretan lurus (chokusenteki). Huruf katakana berbentuk ア、イ、ウ、エ、オ berbeda dari hiragana yang berbentuk melengkung. Penulisan katakana kini sangat mudah dijumpai baik didalam buku maupun media massa tertulis seperti koran atau majalah. Menurut Okugaki (2010: 80) penggunaan kanji dapat memberikan kesan ambiguitas bagi pembaca, karena kanji memiliki makna yang luas. Akan tetapi penggunaan katakana dapat memberi arti yang lebih pasti sehingga memudahkan pembaca untuk memahami apa yang sedang dibicarakan. Menurut Kato (2002: 44) : カタカナで書く無味乾燥な感じがする. ひらがながで書いた方がやわら かい感じややさしい感じがする Terjemahan: Penulisan kata dengan huruf katakana dikarenakan ingin menghindari pengeringan makna dalam sebuah kata, akan lebih menimbulkan perasaan lembut dan indah bila suatu kata dituliskan dengan katakana Selanjutnya, menurut Ishida, katakana juga dapat dipakai untuk istilah-istilah khusus bidang keahlian (senmon yoogo), nomina nama diri (koyuu meishi), dan dapat dipakai pula untuk maksud memberikan penekanan, menarik perhatian pembaca atau pengartian khusus. Katakana juga sering digunakan pada buku-buku tabungan, resi atau rekening pembayaran listrik, gas, dan sebagainya. Berikut adalah penggolongan fungsi Katakana di Jepang: 1. Sebagai penulisan kata yang berasal dari bahasa asing Bahasa asing yang ada didalam bahasa Jepang umumnya ditulis dengan menggunakan huruf katakana. Namun bentuk penulisannya tidak menggunakan lafal Inggris, melainkan ditulis dengan menggunakan lafal orang Jepang ketika membaca bahasa asing. Contoh: 1) Daietto (diet) 2) Gurasu (kaca) ダイエット 4) Boisu (suara) グラス 5) Gamu (karet) ボイス ガム 3) Debyuu (debut) デビュー 6) Beddo (kasur) ベッド 2. Untuk menuliskan nama orang dan tempat asing Nama daerah atau kota yang berada diluar Jepang, dituliskan dengan nama asli daerah tersebut. Penulisan daerah dengan bahasa asing dapat ditulis dengan katakana. Contoh: 7) Bari (Bali) バリ 3. 8) Chibetto (Tibet) 9) Doitsu (Jerman) チベット ドイツ 10)Jeshika(Jessica) 11) Maaku (Mark) 12)Herena (Helena) ジェシカ マーク ヘレナ Penulisan nama hewan dan tumbuhan Penulisan nama hewan dan tumbuhan juga bisa menggunakan kanji atau hiragana, namun katakana bisa juga untuk menggantikan penulisan nama hewan atau tumbuhan yang ditulis dengan huruf kanji karena kanjinya yang agak rumit atau tidak terlalu dikenal. Contoh: 13) gokiburi (kecoa) 14) Seiuchi (beruang laut) ゴキブリ 15) bara (mawar) セイウチ 16) jasumin (melati) バラ 4. ジャスミン Untuk menulis onomatope Onomatope adalah tiruan bunyi dari makhluk hidup maupun benda mati. Onomatope juga dapat diekspresikan sebagai bunyi dari alam atau suatu hal yang ada didalam kehidupan sehari-hari, seperti bunyi keadaan yang sunyi, bunyi petir, hujan, dan lain sebagainya. Terkadang suatu benda atau makhluk hidup diberi nama berdasarkan dari tiruan bunyi nya. Onomatope sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dan juga dalam penulisan manga. Onomatope terbagi menjadi 2, yaitu giongo dan gitaigo. Giongo adalah tiruan bunyi yang dihasilkan benda mati atau makhluk hidup, sedangkan gitaigo adalah tiruan bunyi yang mengekspresikan aktivitas, atau emosi manusia (Berton 2008: 601) 17) mogumogu(mengunyah) モグモグ 18) gao (haum) ガオ Contoh: 19) dondon (pintu diketuk) 20) shiinto (hening) ドンドン 5. シイント Penulisan di telegram Didalam telegram, penulisan seluruh kosakata menggunakan katakana. Dalam telegram, umumnya kosakata ditulis dengan bentuk biasa, tidak menggunakan bentuk desu atau –masu (Mitamura, 1985) Contoh: 21. カネ オクレ ‘Pinjamkan uang.’ 22. アシタ イク ムカエ タノム ‘Datanglah besok, temui aku.’ 6. Sebagai bentuk penekanan Penggunaan katakana dalam penulisan huruf Jepang hampir mirip dengan menggunakan italic dalam penulisan romaji (Jorden, 2008,45). Contoh: 23. 案外はカンタンね ‘Tidak terduga ternyata sangat mudah, ya.’ 24. 待って、ドロボ! ‘Tunggu, pencuri!’ 7. Sebagai pengganti kanji Katakana digunakan untuk mengganti kanji dalam penulisan sebuah kosakata bila sebuah kanji dianggap susah atau jarang dipakai (Mitamura,1988,2). Selain itu, katakana juga digunakan untuk penulisan kata yang kanjinya tidak termasuk dalam toyo-kanji. Contoh: 25. 彼は医者の進めでタバコをやめた。 ‘Dia berhenti merokok dengan saran dari dokternya.’ 26. 彼はシロかクロか。 ‘Dia tidak bersalah atau bersalah?’ 27. キモノすがた。 ‘Menggunakan kimono.’ 8. Menulis istilah-istilah dalam bidang keahlian Kosakata atau istilah yang ada didalam bidang keahlian tertentu terkadang tidak ada bahasa Jepang asli yang memiliki arti yang sama, sehingga ditulis dengan katakana dan dibaca dengan lafal Jepang. 9. Penulisan nomina nama diri Penulisan nomina nama diri yang ditulis dengan katakana bisa ditemukan di manga, contohnya seperti ボク、オレ. 2.3 Teori Emosi Menurut Kleinginna yang dikutip dari Pitermann (2010,19) emosi adalah serangkaian yang komplek dari interaksi antara faktor subjektif dan objektif, yang diantarai oleh neural atau hormonal sistem yang dapat meningkatkan pengalaman afektif seperti peningkatan perasaan senang atau tidak senang, menghasilkan proses kognitif yang berkaitan dengan persepsi dan penilaian, menuju perilaku yang biasanya, namun tidak selalu, ekspresif, tepat pada tujuan, dan adaptif. Emosi biasanya terbagi menjadi 2 bagian, yaitu emosi yang menyenangkan, meliputi bahagia, perhatian, dan cinta, sedangkan emosi yang tidak menyenangkan meliputi amarah, cemburu, khawatir, dan kesedihan. Emosi yang dimiliki pada masa anak-anak, remaja, atau orang dewasa berbeda-beda. Menangkap emosi yang disampaikan seseorang umumnya dapat dilihat dari pesan-pesan emosional yang mereka ekspresikan melalui ekspresi wajah, nada bicara, atau gerak gerik tubuh. Akan tetapi di dalam Computer-Mediated Communication, penyampaian emosi juga dapat dilihat dari kreativitas penggunaan kosakata dan tanda baca. Pemahaman yang disampaikan melalui CMC pun dapat dipahami sedikit lebih lama dibandingkan dengan face to face (Kramer,2012,28). 2.3.1. Emosi Pada Remaja Menurut David A. Wolfe dan Eric J. Mash (2006,13) seseorang dianggap remaja apabila mereka berusia 15-25 tahun. Remaja ada masa yang baik untuk pengembangan kognitif dan sosial. Kemampuan remaja untuk memahami emosi masih sangat kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa. Jati diri seorang remaja juga mudah berubah, berdasarkan penilaian masyarakat sekitar atau orang lain terhadap dirinya. Jati diri akan ditermukan apabila orang-orang sekitar menerima dirinya dan memberi penilian yang positif. Kita seseorang masih anak-anak, mereka hanya melihat bagaimana cara seseorang menyampaikan emosi yang sederhana seperti marah atau sedih melalu ekspresi wajah dan gerak gerik tubuh. Pada tahap remaja, mereka akan mulai belajar memahami atau menganalisis seperti mengapa mereka merasakan berbagai hal, dibantu dengan apa agar terjalin hubungan yang sehat, saling terkait, dan tahan lama. Seperti yang telah disebutkan, remaja akan berhadapan dengan pencarian identitas atau jati diri. Remaja menemukan jati diri diluar peran keluarga mereka dan menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan teman sesama jenis juga mengambil peran penting dalam pertumbuhan seorang remaja, terutama dalam rasa ingin berhubungan antara diri sendiri dengan orang lain. 2.3.2 Emosi Pada Orang Dewasa Sistem kognitif , perilaku, dan gaya emosi yang ada pada orang dewasa telah menjadi lebih efisien, terutama pada keadaan hari ke hari, emosi yang penuh tenaga bekerja lebih sedikit dibandingkan ketika pada masa muda atau remaja. Apakah ini menunjukkan bahwa pada level psikologi, sistem emosional mereka menjadi memburuk, atau bahkan ini menunjukkan bahwa kebiasaan berperilaku cenderung membentuk hidup kita sehingga gairah emosional tidak lagi dibutuhkan untuk melindungi motivasi kita? Yang dapat menggambarkan situasi seperti ini adalah pengalaman dan ekspresi dari berbagai macam emosi membentuk struktur neurodinamik yang tak berwujud yang terdiri dari kebiasaan sosial dan respon individu. Sejak kecil hingga menjadi dewasa, sampai tumbuh menjadi orang paruh baya, kemampuan afektif-kognitif akan berubah, dimulai dari pengenalan sebuah emosi yang sederhana menjadi pengenalan emosi yang lebih spesisfik seperti sedih, marah, malu, bahagia, dan lain sebagainya. Pemahaman akan emosi secara spesifik terkait dengan sebuah imaji atau pemikiran dapat dipengaruhi oleh pengalaman hidup serta pembelajaran sosial seseorang. Pada orang dewasa, kemampuan seseorang dalam memahami dan merasakan emosi-emosi tertentu dapat meningkat dibandingkan dengan remaja. Seseorang pun mampu merasakan dua jenis emosi dalam satu situasi. Sebagai contoh, seseorang dapat merasakan senang saat melihat matahari terbenam dan merasa sedih ketika sambil ia melihat matahari terbenam muncul dalam pikirannya seseorang yang ia rindukan (Dougherty, Abe, Izard,1996,34). 3.2.3 Emosi Pada Usia Paruh Baya Menurut Laura Carstensen dalam Michelle N. Shiota dan James W. Kalat (2010,54) bahwa emosi pada manusia yang memasuki usia paruh baya menghindari emosi yang bersifat negatif, karena banyaknya pengalaman hidup yang telah dijalani membuat manusia yang memasuki paruh baya ingin untuk merasa emosi atau perasaan yang bersifat positif agar dapat terus memiliki pikiran dan jiwa yang sehat. Emosi seseorang dalam usia paruh baya bergantung pada kesehatan mereka. Apabila mereka dalam kondisi yang sehat, maka mereka hanya akan merasakan emosi yang bersifat positif, baik emosi diri sendiri atau emosi yang disampaikan orang lain. Kuncinya adalah pengalaman hidup yang telah dijalani. Pengalaman hidup menjadikan orang-orang dalam usia paruh baya lebih bijak dalam berpikir dan memahami suatu perasaan, karena sepanjang hidupnya mereka telah merasakan emosi yang negatif atau situasi yang pahit serta bagaimana cara mengatasinya. Seseorang dalam usia paruh baya akan memikirkan segala sesuatu yang terjadi sebagai suatu yang positif . Penggunaan sebuah kata dalam kalimat dapat bermakna ambiguitas. Ambiguitas yang ada dalam sebuah kata, tidak dipandang sebagai kata yang memiliki makna negatif. Hal ini dikarenakan ada kenangan yang tertanam dalam pikirannya. Kenangan ini terbentuk dari berbagai macam pengalaman yang dirasakan sepanjang hidupnya. Suatu kata dapat benar-benar dirasa memiliki emosi yang negatif apabila seseorang paruh baya yang membaca atau mendengar kata tersebut memiliki pengalaman yang mengungkapkan kata tersebut. sama buruknya dengan lawan bicara yang