PEDOMAN BAB I PENDAHULUAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL TAHUN 2015 A. TANGGAL 23 S.D. 29 AGUSTUS 2015 KEMENTERIAN SOSIAL RI BADAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (BBPPKS) REGIONAL IV KALIMANTAN Jalan Batu Besar No. 9 Telp. (0511) 3353209 Fax. (0511) 3353015 Banjarmasin 2015 3 LATAR BELAKANG Komunitas Adat Terpencil (KAT) merupakan bagian integral dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Kelompok masyarakat ini sebelum ini dikenal juga dengan istilah masyarakat terasing. Berdasarkan Keppres No. 111 Tahun 1999, KAT adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan hidup secara berkelompok, terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan-jaringan dan pelayanan secara sosial, ekonomi maupun politik. Secara umum KAT memiliki karakteristik antara lain : Kelompok-kelompok masyarakat yang bertempat tinggal atau berkelana di tempat-tempat yang secara geografis, terpencil, terisolasi dalam komunitas yang relatif kecil, tertutup dan homogen sehingga secara sosial budaya “dianggap” terasing dan atau masih terbelakang bila dibandingkan dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. Pranata sosialnya bertumpu pada hubungan kekerabatan (bersifat informal dan kental dengan norma adat. Pada umumnya hidup dengan sistem ekonomi subsistem (berburu dan meramu, peladang berpindah, nelayan dan kombinasi diantaranya) sehingga ketergantungan mereka terhadap sumber daya alam relatif tinggi. Tempat tinggal mereka pada umumnya di pedalaman, dataran tinggi, pedalaman dataran rendah, pantai atau rawarawa dan mengembara di laut. Dalam konteks pemberdayaan maka KAT dikategorikan pada Kategori KAT I atau disebut juga Kategori Kelana dengan indikator hidup dalam kondisi yang sangat sederhana, belum mengenal teknologi, penggunaan peralatan kerja yang terbatas di lingkungan mereka semata secara turun temurun, hidup masih berpencar-pencar, berpindah-pindah dalam jumlah yang masih sangat kecil belum ada kontak (interaksi) dengan dunia luar, komunikasi hanya dapat diketahui oleh kelompok / etnis mereka sendiri. KAT Kategori II (menetap sementara) dengan indikator hidupnya setengah menetap, kondisi hidup sangat sederhana, menggunakan teknologi yang masih sangat sederhana tetapi diperoleh dari luar komunitas. Mereka hidup masih berpencar dan dalam jumlah kecil dalam orbitrasi tertentu, sudah ada kontak (interaksi) dengan dunia luar, mulai mengenal sistem becocok tanam. KAT Kategori III (menetap) dengan indikator sudah ada kontak (interaksi) dengan warga lainnya di luar komunitas mereka, berkelompok dalam jumlah lebih besar, sudah mengenal teknologi sederhana yang diperoleh dari luar komunitas mereka, mulai mengenal sistem bercocok tanam dengan bibit yang didapat/dicari sendiri dari lingkungan serta mulai melemahnya peran tokoh adat dalam kehidupan kemasyarakatan. Jika dilihat dari konstelasi ketiga pengkategorisasian KAT maka indikator utama yang menjadi acuan adalah dari aspek kesejahteraan, yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan, mata pencaharian, teknologi pengelolaan sumber daya, akses pelayanan sosial dasar (perumahan, pendidikan, kesehatan, administrasi, pemerintahan), aset kepemilikan. Sedangkan untuk indikator adat dapat dilihat dari sisi keragaman suku, interaksi sosial, struktur kelembagaan adat, kepemimpinan (peran tokoh adat), pola perkawinan dan kekerabatan diantara mereka. Untuk kategori geografisnya dapat dilihat dari sisi jangkauan lokasi, ketergantungan SDA setempat dan batas-batas kawasan yang hanya ditandai oleh unsur-unsur alam. Dalam konteks itulah maka KAT hidup dengan dunianya sendiri, konstelasi hidup bermasyarakat dan bernegara belum dikenal dan sulit untuk bergabung dalam proses pembangunan secara nasional. Dalam konteks pembangunan kesejahteraan sosial, diperlukan agen perubahan yang secara khusus hadir dalam komunitas itu dan secara bersama-sama membangun mulai dari perencanaan sampai pada pemanfaatan dan evaluasi dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Bagaimanapun juga, masyarakat itu sendiri yang tahu tentang kebutuhan dan kepentingan masyarakat itu. KESEJAHTERAAN B. KAT I KAT II KAT III ADAT GEOGRAFIS DASAR HUKUM 1. Amandemen UUD 1945 pasal 18 i, pasal 27 dan pasal 28 b. 2. Undang-undang RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM). 3. Undang-undang RI No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. 4. Undang-undang RI No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. 5. Keppres RI No. 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Ang garan Pendapatan dan Belanja Negara 6. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 09 Tahun 2012 tentang Pemberdayaan Komunitas Adat terpencil. 7. Keputusan Menteri Sosial RI No. 06/PEGHUK/2002/ tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. 8. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 53/HUK/2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pendididkan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial. 9. Keputusan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial No. 020.A/PS/KPTS/VI/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. 10. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) No. SP DIPA 027.11.2.369752/2015, tanggal 14 November 2014. C. TUJUAN DIKLAT 1. Tujuan Umum Setelah selesai mengikuti diklat peserta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang adat istiadat, lingkungan dan melakukan pemberdayaan masyarakat KAT dengan mengelola sumber daya lokal. 2. Tujuan Khusus Setelah selesai mengikuti diklat, peserta mampu : a. Mampu memahami tentang Kebijakan Pemberdayaan KAT b. Mampu memahami dan menjelaskan tentang konsep Pemahaman Budaya Lokal c. Mampu memahami dan melakukan Pemberdayaan KAT d. Mampu memahami dan melakukan Pengembangan Program Penyuluhan Sosial. e. Mampu memahami konsep Kepemimpinan f. Mampu memahami dan melakukan Kewirausahaan KAT g. Mampu memahami dan Membangun Jejaring BAB II KURIKULUM PELATIHAN A. MATERI DASAR 1. Kebijakan Pemberdayaan KAT (7 jamlat) B. MATERI INTI 1. Pemahaman Budaya Lokal (4 jamlat) 2. Pemberdayaan KAT (10 jamlat) 3. Pengembangan Program Penyuluhan Sosial (6 jamlat) 4. Kepemimpinan (3 jamlat) 5. Kewirausahaan KAT (5 jamlat) 6. Membangun Jejaring (5 jamlat) 7. Praktek Belajar Lapangan (10 jamlat) C. MATERI PENUNJANG 1. Dinamika Kelompok (4 jamlat) 2. Pengarahan Teknis (1 jamlat) 3. Pembukaan Diklat (1 jamlat) 4. Penutupan Diklat (1 jamlat) 5. Pra dan Purna Test (2 jamlat) 6. Evaluasi Penyelenggaraan Diklat (1 jamlat) D. METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN 1. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran untuk Diklat Pemberdayaan KAT adalah Andragogi. Pendekatan andragogi dipilih sebagai metode diklat dengan prinsip belajar bahwa fasilitator/pelatih bukan satu-satunya pusat belajar, tetapi setiap peserta mempunyai potensi untuk dijadikan sumber belajar. Lebih bijaksana mendengarkan apa yang ingin mereka sampaikan, daripada memberikan sesuatu yang mungkin tidak mereka butuhkan. 2. Metode Metode pembelajaran yang digunakan adalah : a. Ceramah Menjelaskan materi oleh fasilitator kepada peserta coaching b. Dialog Pembicaraan multi arah antara semua pihak yang hadir. c. Diskusi Pembahasan topik tertentu antar peserta yang dipandu oleh fasilitator d. Presentasi Peserta menyajikan penyajian hasil diskusi e. Refleksi Peserta mengkaitkan proses belajar dengan pengalaman nyata. f. Curah pendapat Peserta mencurahkan pendapatnya secara bebas tentang topik tertentu g. Penugasan Peserta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan fasilitator h. Permainan peran Peserta memerankan suatu karakter dalam kondisi ciptaan yang mendekati kondisi nyata i. Simulasi Peserta melakukan permainan yang meniru kondisi nyata 3. Media Diklat a. LCD. b. OHP. c. Flip Chart. d. Sound system. BAB III PENYELENGGARAAN DIKLAT A. PESERTA Peserta Diklat Pemberdayaan KAT merupakan unsur Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM) yang terdiri dari unsur Pendamping Komunitas Adat Terpencil (KAT), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dan Kader Karang Taruna Desa, yang berdomisili di wilayah sekitar pemukiman KAT. Latar belakang pendidikan peserta minimal setingkat SLTA sederajat. Para peserta juga diharapkan memiliki komitmen dalam melakukan pendampingan dan pemberdayaan terhadap komunitas adat terpencil. Selain hal tersebut para peserta diharapkan memiliki kemampuan dalam menguasai bahasa komunitas yang didampinginya dan mampu melakukan pemberian motivasi. Peserta seluruhnya berjumlah 30 orang, yang berasal dari 3 (tiga) wilayah/Provinsi, yaitu Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. B. FASILITATOR 1. Kepala BBPPKS Regional IV Kalimantan 2. Pejabat Struktural BBPPKS Regional IV Kalimantan. 3. Widyaiswara BBPPKS Regional IV Kalimantan C. PENYELENGGARA Penyelenggara kegiatan diklat adalah BBPPKS Regional IV Kalimantan dengan membentuk Tim Penyelenggara Diklat. D. WAKTU DAN TEMPAT Diklat Pemberdayaan K0munitas Adat Terpencil dilaksanakan pada tanggal 23 s.d. 29 Agustus 2015 di Palangka Raya. E. ANGGARAN Anggaran kegiatan dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) BBPPKS Regional IV Kalimantan Tahun 2015. BAB IV PENUTUP Demikian Pedoman Diklat Pemberdayan Komunitas Adat Terpencil Tahun ini dibuat untuk dapat dijadikan kerangka acuan dalam penyelenggaraan kegiatan dimaksud. Hal-hal yang belum tercantum dalam pedoman ini diatur tersendiri sebagai lampiran. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat, karunia dan hidayah-Nya, Pedoman Hal Diklat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT) ini dapat disusun. Pedoman ini dimaksudkan sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud. Penyusunan Pedoman ini tidak terlepas dari keinginan agar dalam pelaksanaan kkegiatan diklat dapat berjalan dengan baik dan sekaligus mencapai hasil yang maksimal. Disadari bahwa pedoman ini tersusun dengan baik dan lancar berkat adanya kerjasama dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak terkait dan penyelenggara. KATA PENGANTAR .................................................. DAFTAR ISI ............................................................... BAB I PENDAHULUAN ........................................... A. Latar Belakang ............................................ B. Dasar Hukum ............................................... C. Tujuan Diklat ............................................... D. Waktu Pelaksanaan .................................... i ii 1 2 3 4 BAB II PENYELENGGARAAN DIKLAT ..................... A. Persyaratan Peserta ................................... B. Jumlah Peserta ........................................... C. Pelatih/Fasilitator ......................................... D. Penyelenggara ............................................ E. Tempat Pelatihan ......................................... F. Anggaran .................................................... 5 6 6 7 8 8 Semoga Pedoman ini dapat bermanfaat sebagai acuan dalam BAB III KURIKULUM PELATIHAN ............................. penyelenggaraan diklat dimaksud. Banjarmasin, 18 Agustus 2015 Kepala Asep Sasa Purnama A. B. C. D. Materi Inti .................................................... Materi Penunjang ........................................ Metode Dan Teknik Diklat ........................... Penghargaan dan Sertifikasi ....................... 9 9 9 11 BAB IV PENUTUP .................................................... 12 PEDOMAN TATA TERTIB DIKLAT PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL TAHUN 2015 A. UMUM 1. Tata Tertib ini disajikan bagi para peserta yang mengikuti Diklat Pemberdayaan KAT dalam rangka turut membantu keberhasilan dan menghindari berbagai macam hambatan atau kesulitan. 2. Ketertiban mudah ditegakkan bagi orang-orang yang mengutamakan rasio serta memiliki kesadaran dan toleransi yang tinggi bagi peserta diklat. 3. Hal-hal yang belum tercantum dalam Pedoman Tata Tertib ini akan diatur secara tersendiri menurut keperluan. 4. Apabila akan meninggalkan tempat diklat untuk suatu keperluan mendesak harus seizin panitia. 5. Peserta diharuskan turut serta menjaga ketenangan, ketertiban dan keamanan tempat diklat dan lingkungannya. 6. Setiap peserta wajib mematuhi nilai/norma dan aturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis. 7. Selama mengikuti diklat setiap peserta akan dinilai sikap dan tingkah lakunya. B. ADMINISTRASI 1. Peserta pelatihan harus melapor pada hari dan waktu yang telah ditentukan paling lambat pukul 15.00 WIB. 2. Setibanya di tempat pelatihan, calon peserta harus melaporkan diri pada panitia untuk : a. Mengisi buku lapor. b. Mengisi identitas peserta 3. Membawa pakaian (sesuai dengan persyaratan) 4. Selama mengikuti diklat semua peserta berstatus sama yaitu tanpa memandang kedudukkan dan jabatan 15 yang sedang dipangkunya. 5. Sanksi yang dikenakan bila peserta tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya : Peserta yang tidak mengindahkan serta melanggar tugas dan kewajiban akan mendapat sanksi sebagai berikut : a. Teguran ringan, sedang dan berat. b. Surat Peringatan. c. Surat pemulangan untuk pelanggaran berat. C. AKOMODASI DAN KONSUMSI 1. Makan/snack hanya disediakan di ruang yang telah disediakan pada jam-jam yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal diklat. 3. Peserta wajib memperhatikan pada jam-jam makan/snack guna menjaga kelancaran diklat. 4. Peserta diharuskan berpakaian rapi dan sopan pada pada waktu makan/snack. D. DI DALAM KELAS 1. Para peserta diwajibkan mengikuti kegiatan : a. Mengikuti seluruh acara secara penuh dan sungguhsungguh. b. Hadir 15 menit sebelum pelajaran dimulai. c. Menandatangani daftar hadir peserta pada jam-jam yang telah ditetapkan oleh panitia. d. Menjaga ketertiban suasana sehingga diklat berjalan lancar dan menjalankan tugas dengan baik. 2. Peserta yang karena sesuatu hal, misalnya sakit tidak dapat mengikuti diklat harus memberitahukan kepada penyelenggara dengan disertai keterangan yang dapat dipertangungjawabkan. 3. Peserta diklat yang karena sesuatu sebab tidak dapat mengikuti kegiatan mencapai 85% dari seluruh jamlat atau lebih dengan alasan apapun juga tidak dapat diberikan sertrifikat. 4. Dalam rangka menjamin kelancaran dan ketertiban selama diklat, maka ditentukan seorang diantara peserta menjadi ketua kelas dengan tugas sebagai berikut : a. Menyiapkan peserta untuk mengikuti ceramah, diskusi atau acara lainnya. b. Menjadi penghubung antara peserta dan penceramah, pelatih dan penyelenggara. 5. Dalam melaksanakan tugasnya ketua kelas dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris kelas serta anggota sesuai dengan kebutuhan. 6. Ketua, wakil ketua dan sekretaris kelas dipilih serta ditentukan oleh peserta sendiri. 7. Selama mengikuti diklat, didalam kelas dilarang merokok dan mematikan mobile phone/handphone. Demikian Pedoman Tata Tertib ini dibuat untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya dan hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib ini akan diatur tersendiri menurut keperluannya. Banjarmasin, 18 Agustus 2015 Kepala, Asep Sasa Purnama