PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP KONSEP HUBUNGAN ANTARA MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SDN HANDIL BAKTI KABUPATEN BARITO KUALA Hardiansyah) dan Asniwati ABSTRAK Pemahaman siswa kelas IV SD Handil Bakti terhadap konsep-konsep IPA tergolong masih rendah, hal ini tercermin dari hasil pembelajaran IPA tahun 2006 semester I dengan nilai rata-rata 61,25 dengan ketuntasan 34%, dan pada semester II dengan nilai rata-rata 5,8 dengan ketuntasan 27%. Dengart fakta yang demikian, maka perku ada usaha untuk memperbaiki proses pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan KTSP sekarang ini, yaitu pendekatan pembelajaran kontekstual. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah mengetahui peningkatkan pemahaman konsep Hubungan antara Makhluk Hidup dengan Lingkunganya dengan pendekatan pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SDN Handil Bakti 1 Barito Kuala. Prosedur penelltian tindakan ini dilakukan Banyaknya siidus pembelajaran setiap konsep adalah dua siklus, tiap siklus terdiri 4 tahap yaitu (1) perencanaan, (2) implementasi tindakan (action), (3) pemantauan dan evaluasi, (4) analisis dan refeksi. Indikator keberhasilan tindakan ini adalah bila siswa mencapai ketuntasan individual 70% dan ketuntasan klasikal 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatan pemahaman siswa terhadap konsep Hubungan antara Makhluk Hidup dan Lingkungannya pada siklus I sudah menunjukkan hasil yang cukup baik, dengan rata-rata kelas 7,22 dan ketuntasan klasikal 80%, dan pada siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 8,00 dengan ketuntasan klasikal 100%. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual juga meningkatkan motivasi, gairah dan kerjasama siswa dalam belajar, menimbulkan keberanian untuk mengemukakan pendapat. Kata kunci : Pemahamam, pembelajaran kontekstual, Makhluk Hidup dengan Lingkungannya Dosen FKIP Unlam Banjarmasin PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar, merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah, serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Sejalan dengan itu maka tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar antara lain; 1) agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitan dalam kehidupan sehari-hari; 2) agar siswa memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar, 3) agar siswa mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; dan 4) agar siswa mengenal dan dapat memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa (Depdiknas, 1994) Proses pembelajaran IPA di sekolah dasar tentunya harus mengarah kepada upaya untuk mencapai tujuan tersebut di atas, tetapi masih banyak proses pembelajaran IPA di SD yang berpusat kepada guru, bukan kepada siswa. Pembelajaran yang berpusat kepada guru maka yang banyak terjadi adalah transfer pengetahuan dari guru ke siswa, siswa bersifat pasti tidak terjadi interaksi siswa-guru-siswa. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai seperti tersebut di atas tidak pemah tercapai. Pemahaman siswa-siswa kelas IV SD Handil Bakti terhadap konsep-konsep PA tergolong masih rendah, hal ini tercermin dari hasil pembelajaran IPA tahun 2006 semester I dengan nilai rata-rata 61,25 dengan ketuntasan 34%, dan pada semester II dengan nilai ratarata 5,8 dengan ketuntasan 27%. Dengan fakta yang demikian, maka perlu ada usaha untuk memperbaiki proses pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan KTSP sekarang ini. Pendekatan pembelajaran yang dianjurkan adalah pendekatan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual intinya membantu pengajar untuk mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk mengkaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka (Anonim, 2002). Dengan Pembelajaran kontekstual memungkinkan para siswa untuk memperkuat, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan akademik serta ketrampilan mereka pada berbagai lingkungan sekolah maupun luar sekolah dalam rangka memecahkan permasalahan yang berupa simulasi, maupun permasalahan riil. Pembelajaran kontekstual menekankan pemikiran tingkat tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin akademik, maupun koleksi, analisis dan sintesis informasi dan data yang berasal dari berbagai sumber dan sudut pandang (Corebima, et.al, 2002). Pembelajaran kontekstual membuat guru dan siswa aktif, dengan demikian berkembanglah kreatifitas siswa dan guru, sehingga proses pembelajaran berjalan efektif, akhimya menyenangkan bagi semua, dengan istiah popular Pakem. Dalam pembelajaran konstekstual ini peran guru adalah sebagaii falisitator, yang membimbing, membantu siswa untuk mencapai kompetensi yang sudah ditentukan. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui peningkatan pemahaman konsep IPA dengan pendekatan pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SDN Handil Bakti 1 Barito Kuala.; 2) mengetahui aktivitas dan tanggapan siswa terhadap pendekatan pembelajaran kontekstual yang dilakukan. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap siswa kelas IV SDN Handl Bakti 1 Kabupaten Barito Kuala. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Nopember 2007. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Handil Bakti Kabupaten Barito Kuala. Prosedur Penelitian 1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penleitian ini adalah : 1. Prangkat pembelajaran (RPP, LKS, alat evaluasi) 2. Lembar observasi untuk siswa dan guru 3. Bahan dan media yang digunakan dalam pembelajaran. 2. Gambaran Umum Penelitian Prosedur penelitian tindakan ini dilakukan pada 3 konsep IPA yaitu konsep Hubungan Makhluk Hidup dengan Lingkungannya, Konsep Wujud Benda dan Sifatsifatnya, dan Konsep Gaya dan Gerak Benda. Banyaknya siklus pembelajaran setiap konsep tergantung dari ketuntasan belajar pada sklus I, apabila silus I belum mencapai ketuntasan klasikal, maka akan dilanjutkan pada siklus setanjutnya sampai tercapai ketuntasan klasikal. Tiap siklus terdiri 4 tahap yaitu (1) perencanaan, (2) implementasi tindakan (action), (3) pemantauan dan evaluasi, (4) analisis dan refleksi. 3. Rincian Prosedur Tindakan Tindakan Siklus I (1) Persiapan Tindakan Untuk menetapkan skenario pembelajaran kontekstual terlebih dahulu dilakukan pre tes secara lisan oleh guru kepada seluruh siswa untuk mengetahui pengetahuan awal tentang terhadap Konsep Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan, Benda padat dan cair, dan Gaya dan perubahan pada benda. Tim peneliti mempersiapkan skenario pembelajaran, konsep Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, lembar observasi untuk siswa dan guru. (2) Implementasi Tindakan (Action) Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dirancang pada tahap sebelumnya. Kegiatan tindakan ini berupa tatap muka di kelas, dimana siswa bekerja secara berkelompok dengan panduan LKS yang dibimbing oleh guru, guru membimbing siswa dalam mengolah data, dan diskusi untuk sampai pada kesimpulan. (3) Pemantauan dan Evaluasi Tahap ini dilakukan bersamaan waktunya dengan kegiatan implementasi tindakan. Pada tahap ini diakukan obervasi terhadap pelaksanaan tindakan (tahap 2) dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat (format pada lampiran 4). Tujuan observasi adalah untuk melihat kesesuaian jalannya kegiatan pembelajaran dengan skenario yang telah dibuat, serta aktifitas siswa selama kegiatan berlangsung untuk melihat reaksi siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual. Observasi dilakukan oleh 1 orang dosen ditambah 2 guru sejawat yang telah dilatih. Hasil observasi direkam dalam bentuk jumal hadan, dimana isinya merekam segala aktifitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran baik oleh guru maupun oleh siswa. Evaluasi dilakukan dengan melihat hasil tes siswa setelah pelaksanaan tindakan selesai. Penilaian juga dilihat dari kemampuan siswa melakukan kegiatan, mengolah data, dan diskusi. Dad hasil evaluasi diidentifikasi lemahnya pemahaman konsep yang masih dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran kontekstual serta membandingkan keefektifan pelaksanaan tindakan siklus dengan kriteria keberhasilan tindakan. I dengan Untuk cara mengetahui keberhasilan penelitian ini dilakukan analisis data secara deskriptif. Dalam hal ini kemampuan pemahaman siswa terhadap Konsep Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan, Benda padat dan cair, dan Gaya dan perubahan pada benda. Tingkat pemahaman konsep diukur berdasarkan besamya persentase siswa yang memberikan jawaban yang benar pada setiap butir test. Selanjutnya untuk menguji keefektifan startegi pembalajaran kontekstual dalam meningkatkan pemahaman siswa pada konsep terhadap Konsep Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan, Benda padat dan cair, dan Gaya dan perubahan pada benda dilihat dari ketuntasan belajar individual dan ketuntasan klasikal. Perbandingan hasil kedua tes ini dideskripsikan sesuai dengan kriteria Jumarah (1995), yaitu apabila tingkat pemahaman konsep yang berfiasil diterima sebesar 70% dengan kriteria baik, dan ketuntasan kelas 85% maka strategi pembelajaran yang digunakan dianggap cukup efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep yang terjadi. (4) Analisis dan Refleksi Hasil yang telah diperoleh pada tahap observasi selanjutnya dianalisis. Untuk melihat kefektifan siklus I, dilakukan analisis butir soal dan tingkat pemahaman siswa, dengan melihat data observasi dan presentasi kesalahan, Iemahnya pemahaman konsep yang diterima, guru dan tim dapat merefieksi diri, apakah kegiatan yang dilakukan telah betul-betul dapat memaksimalkan pemahaman konsep IPA. Hasil refleksi siklus pertama selanjutnya dijadikan dasar untuk menyusun skenario pembelajaran sklus kedua (II). Materi-materi yang disajikan pada siklus ke dua tidak lagi mengulang materi siklus pertama, tetapi merupakan kelanjutan dari materi siklus I. Tindakan Siklus II (1) Perencanaan Perencanaan pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I. Oleh karena itu penyusunan skenario pembelajaran siklus ini lebih menitikberatkan pemahaman konsep-konsep yang masih lemah oleh siswa dan melanjutkan pembelajaran yang belum selesai. (2) Implementasi Tindakan (Action) Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dirancang setelah direfleksi pada siklus I. Kegiatan tindakan ini berupa tatap muka di kelas, dimana siswa bekerja secara berkelompok dengan panduan LKS yang dbimbing oleh guru, guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. (3) Pemantau dan Evaluasi Pada tahap ini diakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas siklus II dengan menggunakan lembar observasi seperti halnya siklus I. Tujuan observasi ini selain untuk melihat kesesuaian jalannya kegiatan pembelajaran dengan skenario yang telah dibuat dan memperhatikan aktifitas siswa selama pembelajaran, untuk melihat reaksi siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan, juga untuk membandingkannya dengan pelaksanaan siklus pertama. Seperti halnya siklus pertama, perekaman data hasil observasi terhadap pelaksanaan siklus kedua ditulis dalam bentuk tabulasi. Evaluasi yang dilakukan pada siklus kedua sama dengan siklus pertama yaitu dengan membandingkan hasil tes setelah pembelajaran selesai dbandingkan dengan siklus I. Dari sini akan diperoleh informasi tentang kemajuan siswa setelah pembelajaran. Hasil tes pada evaluasi siklus kedua kemudian dibandingkan dengan kriteria keberhasilan tindakan untuk menentukan keefektifan pelaksanaan tindakan siklus kedua. (4) Analisis dan Refleksi Untuk melihat keefektifan kegiatan siklus kedua diakukan refleksi dengan melihat hasil tes dan hasil observasi yang telah dilakukan. Kriteria keberhasilan siklus kedua masih sama dengan siklus pertama, yaitu apabila pelaksanaan tindakan berhasil meningkatkan pemahaman konsep minimal 70% maka tindakan dianggap efektif, dengan ketuntasan kelas 85%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Konsep Hubungan antara Makhluk Hidup dan Lingkungannya Hasil pembelajaran dengan pendekatan kontekstuan terhadap konsep Hubungan antar makhluk hidup dan Iingkungannya seperti ditunjukan oleh tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Hasil Pembelajaran Konsep Hubungan Antar makhluk Hidup dan Lingkungannya pada Siklus I dan Siklus II. No Komponen Hasil Belajar Pre tes Siklus I Siklus II 3,77 7,22 8,00 1 Rata-rata kelas 2 Ketuntasan individual (jumlah siswa) 0 0 30 3 Ketuntasan klasikal (%) 0 0 100 Hasil belajar pada sklus I menunjukkan hasil yang sudah baik, dengan hasil rata pre tes 3,77 meningkat menjadi 7,22 dimana terdapat 24 siswa yang sudah tuntas belajar, dan 6 siswa yang belum tuntas, serta ketuntasan klasikal sebesar 80%. Pada siklus II hasilnya sangat memuaskan, dengan rata-rata kelas 8,00 dan seluruh siswa mengalami ketuntasan belajar. Hal ini menunjukkan keberhasilan pendekatan pembelajaran kontekstual yang diterapkan. Dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II terlihat terjadi peningkatan aktivitas yang bersifat positif, dan penurunan aktivitas siswa yang bersifat negatif. Sebagai contoh siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru dari 5% nak menjadi 15%., siswa yang bergurau dengan sesama dari 10 % turun menjadi 4 %. Tabel 2. Persentasi Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Konsep Hubungan Antar makhluk Hidup dan Lingkungannnya pada Siklus I dan Siklus II. No Komponen aktivitas Siklus I Siklus II 1 Siswa mengajukan pertanyaan 5 15 2 Interaksi siswa - siswa 20 35 3 Interaksi guru-siswa 30 60 4 Siswa bekerja di luar LKS 18 5 5 Siswa bergurau dengan sesama 10 4 6 Siswa mengajukan pendapat 10 25 7 Siswa menjawab pertanyaan guru 60 70 8 Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok 30 50 9 Siswa menuliskan kesimpulan di papan tulis 30 60 Pembahasan Hasil pembelajaran untuk konsep Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya pada siklus I sudah menunjukkan hasil yang sudah cukup baik, dengan ratarata kelas untuk pre tes 3,77 meningkat menjadi 7,22 dan ketuntasan klasikal 80%. Ketuntasan klasikal yang menjadi indikator keberhasilan adalah 85%, karena itu pembelajaran siklus I ini dapat dkatakan belum berhasil. Dari pengamatan terhadap siswa yang mengikuti pembelajaran terdapat hat-hal yang sangat menunjang keberhasilan tersebut, yaitu semangat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat baik. Di samping itu dalam kegiatan pembelajaran tersebut siswa melakukan pengamatan, mengumpulkan data, berdiskusi dalam kelompoknya, siswa aktif menjwab pertanyaan guru, siswa juga bertanya, dan membuat kesimpulan dengan bimbingan guru. Ada hal yang menarik, siswa mempunyaii keberanian ke depan kelas untuk menyampaikan hasil pengamatannya, dan menuliskan kesimputannya di papan tulis. Walaupun demikian ada beberapa siswa yang belum tuntas belajarnya 6 orang) atau 20%, yang berarti ada beberapa hal yang perlu dperbaiki, seperti kerja kelompok anak yang belum kompak, ada beberapa siswa cenderung tidak memperhatikan dengan baik penejelasan guru, dan perlu bimbingan guru yang lebih baik dalam kerja kelompok anak. Dari hasil observasi guru yang sedang mengajar juga mendukung tercapainya hasil belajar yang cukup baik tersebut Guru dengan baik mempersiapkan perangkat dan media pembelajaran. Disamping itu dalam proses pernbelajarannya guru melakukan bimbingan ketika siswa melakukan kerja kelompok dalam mengerjakan LKS, dan merangsang siswa dengan mengajukan pertanyaan yang relevan, dan merangsang siswa untuk terjadinya interaksi di antara mereka. Dari analisis refleksi yang dilakukan, ada beberapa hal yang pedu diperbaiki untuk masuk ke siklus II, hal-hal tersebut adalah perlunya perbaikan media pembelajaran yang lebil jelas sehingga tidak salah ditafsirkan anak, karena beberapa siswa yang belum memahami gambar yang diberikan guru, misalnya ada gambar plankton yang tidak jelas, sehingga anak tidak rnenyatakannya sebagai plankton, berdampak anak salah mengerjakan LKS, guru juga pedu meningkatkan pembimbingan dalam kerja kelompok siswa. Disamping itu dari segi siswa yang mengikuti pembelajaran, sebagian besar siswa aktif terlibat, tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak begitu memperhatikan apa yang dijelaskan dan disuruh guru, mengerjakan di luar yang ada dalam LKS, dalam hal ini juga perlu perhatian untuk perbaikan. Keaktifan siswa bertanya juga perlu dirangsang lagi, sehingga lebih banyak lagi siswa yang berani bertanya. Dengan melakukan refleksi pada siklus I, hasil pembelajaran pada siklus II terlihat adanya peningkatan hasil belajar, dengan rata-rata kelas yang sangat baik yaitu 8,00, seluruh siswa tuntas belajar, dan ketuntasan klasikal 100%. Dengan dicapainya ketuntasan belajar 100% maka pembelajaran hanya sampai siklus II. Ada beberapa hal yang menunjang sehingga hasil belajar anak menjadi sangat baik, hal ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa selama pembelajaran, dimana aktivitas yang bersifat positif menunjukkan peningkatan persentasi, sedangkan aktivitas yang bersifat negatif mengalami penurunan persentasi (tabel 2). Misalnya siswa yang berani mengajukan pertanyaan meningkat 10%, interaksi ssiwa meningkat 15%, interaksi guru siswa meningkat 30%, dan keberanian siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok meningkat 20%. Hal ini berarti pembelajaran kontestual ini dapat meningkatkan motivasi dan semangat siswa yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Disamping itu, motivasi dan semangat dari guru yang tinggi dalam pembelajaran ini sangat mambantu keberhasilan pembelajaran, diantaranya guru dengan mempersiapan RPP, dan media pembelajaran yang baik, sehingga merangsang anak untuk terlibat aktif dalam pembelajaran Hal ini sejalan dengan teori belajar konstruktivisme, bahwa guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai fasilitator, dimana guru berusaha agar semua siswa berpartisipasi dalam mencapai tujuan pembelajaran, menggali siswa untuk bereksplorasi pengetahuan dan pengalaman baru (Sutrisno, L, dan Hery Krisnadi. 2007). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual sangat tepat digunakan dalam pembelajaran Konsep Hubungan Antara Makhluk Hidup dengan Lingkungannya. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Ramli D. dan Hardiansyah (2002), menunjukkan bahwa Pembelajaran Kontekstual (dalam hal ini pembelajaran bermakna) juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang konsep Struktur Tumbuhan pada SMAN 6 Banjarmasin. Begitu juga hasil penelitian Noorhidayati, et al, (2002) bahwa Pendekatan Keterampilan Proses dapat meningkatkan pemahaman Konsep Struktur Hewan pada Siswa SMAN2 Banjarmasin. Dernkian juga Hardiansyah (2007) bahwa Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap Konsep Produktivitas Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unlam Banjarmasin. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil pembelajaran untuk konsep Hubungan antara makhluk hidup dan Iingkungannya pada siklus I sudah menunjukkan hasil yang sudah cukup baik, dengan rata-rata kelas 7,22 dan ketuntasan klasikal 80%. Ketuntasan klasikal yang menjadi idikator keberhasilan adalah 85%, karena itu pembelajaran siklus I ini dapat dikatakan belum bethasil. Nast! pembelajaran pada siklus II terlihat adanya peningkatan hasil belajar, dengan rata-rata kelas yang sangat baik yaitu 8,00 , seluruh siswa tuntas belajar, dan ketuntasan klasikal 100%. Saran-saran Dengan melihat keberhasilan pedekatan pembelajaran kontekstual pada beberapa konsep IPA pada Siswa kelas IV SDN Handil Bakti Kabupaten Barito Kuala, maka beberapa saran-saran yang perlu dipertimbangkan. 1. Perlunya sosialisasi hasil penelitian ins kepada semua guru di SDN Handl Bakti Kabupaten Barito Kuala. 2. Perlunya guru-guru untuk menerapkan pendekatan pembelajaran ini pada konsep-konsep IPA yang lain, untuk semua kelas. 3. Pendekatan ini juga perlu disosialisasikan kepada mahasiswa PGSD agar nantinya dapat diterapkan di sekolah apabila nanti mereka sudah lulus. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2002. Manajemen peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku 5. Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual, Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Departemen Pendidikan Nasional. Corebima, et al., 2002. Pembelajaran Kontekstual, Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajran Biologi, Direktorat Pendidikan Dasar dan menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Hardiansyah, et al. 2003. Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep-Konsep Ekologi Tumbuhan dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin, FKIP Unlam Banjarmasin. Hardiansyah, 2007. Peningkatan Pemahaman Konsep Produktivitas dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual, Jumal Paradigma Pendidikan MIPA, hal 29-33. Ibrahim M, et al. 2000. Pembelajaran Kooperatif, Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana UNESA. Noorhidayati, et al, 2002. Optimalisasi Pemahaman Konsep Struktur Hewan Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas III SMU Negeri 2 Banjarmasin, FKIP Unlam. Nur, M. dan Retno Wikandari P. 2002. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran, Pusat Studi Matematika dan IPA Sekolah Universitas Negeri Surabaya. Ramli, D. dan Hardiansyah, 2002. Pembelajaran Bermakna dalam meningkatkan Pemahaman Konsep Struktur Tumbuhan, Jumal Pendidikan dan Kebudayaan Vidya Katya, hal 81 - 85. Rejeki, E. 2001. Peningkatan Minat Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran Team Games Toemament, Buletin Pelangi Pendidikan, hal 1 - 3. Sutrisno, L, dan Hery Krisnadi. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD, Dirjen DIKTI Depdiknas, Jakarta. Tapilouw, M. 1991. Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar dengan Pendekatan CBSA, Penerbit CV. Sinar Baru, Bandung.