PERKEMBANGAN INDIVIDU Hasrul Bakri, 2013 Aspek- Aspek Perkembangan Individu 1. Perkembangan fisik 2. Perkembangan perilaku psikomotorik 3. Perkembangan bahasa 4. Perkembangan perilaku kognitif 5. Perkembagan perilaku sosial 6. Perkembangan moralitas 7. Perkembangan penghayatan keagamaan 8. Perkembangan perilaku konatif 9. Perkembangan emosional 10. Perkembangan kepribadian 11. Perkembangan karier Hasrul Bakri, 2013 Aspek- Aspek Perkembangan Individu 1. Perkembangan Fisik • Perkembangan anatomis; adanya perubahan kuantitatif pada struktur tulang, indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis keajegan badan secara secara keseluruhan. • Perkembangan fisiologis; ditandai dengan adanya perubahan secara kualitatif, kuantitaif dan fungsional dari sistem kerja biologis, seperti konstraksi otot-otot, peredaran darah dan pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan pencernaan. Laju perkembangan berjalan secara berirama, pada masa bayi dan kanak-kanak perubahan fisik sangat pesat, pada usia sekolah menjadi lambat, mulai masa remaja terjadi amat mencolok. Kemudian, pada permulaan masa remaja akhir bagi wanita dan penghujung masa remaja akhir bagi pria, laju perkembangan menurun sangat lambat bahkan menjadi mapan. Hasrul Bakri, 2013 Aspek- Aspek Perkembangan Individu 2. Perkembangan Perilaku Psikomotorik • Perkembangan psikomotorik memerlukan adanya koordinasi fungsional antara neuronmuscular system (sistem syaraf dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, konatif). Dua prinsip utama dalam perkembangan psikomotorik, yaitu : (1) bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dan (2) dari yang kasar dan global (gross bodily movements) kepada yang halus dan spesifik dan terkoordinasikan (finely coordinated movements). Hasrul Bakri, 2013 Aspek- Aspek Perkembangan Individu 3. Perkembangan Bahasa Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan yang membedakan antara manusia dengan hewan. Melalui bahasa, manusia, mengkodifikasikan, mencatat, menyimpan, mengekspresikan dan mengkomunikasikan berbagai informasi, baik dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, lukisan gerak - gerik, dan mimik serta simbol ekspresif lainnya. Perkembangan bahasa dimulai dengan masa meraban, bicara monolog, haus nama-nama, gemar bertanya yang tidak selalu harus dijawab, membuat kalimat sederhana, dan bahasa ekspresif dengan belajar menulis, membaca dan menggambar permulaan. Hasrul Bakri, 2013 Aspek- Aspek Perkembangan Individu • Dengan menggunakan hasil pengukuran tes inteligensi yang mencakup General Information and Verbal Analogies, Jones dan Conrad (Loree,1970) menunjukkan bahwa laju perkembangan inteligensi berlangsung sangat pesat sampai masa remaja, setelah itu kepesatannya berangsur menurun. • Puncak perkembangan pada umumnya tercapai di penghujung masa remaja akhir. Perubahan-perubahan amat tipis sampai usia 50 tahun, dan setelah itu terjadi plateau (mapan) sampai dengan usia 60 tahun selanjutnya berangsur menurun Hasrul Bakri, 2013 Aspek- Aspek Perkembangan Individu 4. Perkembangan Perilaku Kognitif Dengan berpatokan kepada hasil tes IQ, Bloom (1964) mengungkapkan persentase taraf perkembangan sebagai berikut: Usia Perkembangan 1 tahun Sekitar 20 % 4 tahun Sekitar 50 % 8 tahun Sekitar 80 % 13 tahun Sekitar 92 % Hasrul Bakri, 2013 Tahap Sensori-Motor (0-2 Inteligensi sensori-motor dipandang sebagai inteligensi praktis (practical intelligence), yang berfaedah untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum mampu berfikir mengenai apa yang sedang ia perbuat. Inteligensi individu pada tahap ini masih bersifat primitif, namun merupakan inteligensi dasar yang amat berarti untuk menjadi fondasi tipe-tipe inteligensi tertentu yang akan dimiliki anak kelak. Sebelum usia 18 bulan, anak belum mengenal object permanence. Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia dengar dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada. Dalam rentang 18 - 24 bulan barulah kemampuan object permanence anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis Hasrul Bakri, 2013 Tahap Pra Operasional (2 – 7) Pada tahap ini anak sudah memiliki penguasaan sempurna tentang object permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat, didengar atau disentuh lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dengan pandangan pada periode sensori motor, yakni tidak bergantung lagi pada pengamatannya belaka. Pada periode ditandai oleh adanya egosentris serta pada periode ini memungkinkan anak untuk mengembangkan diferred-imitation, insight learning dan kemampuan berbahasa, dengan menggunakan kata-kata yang benar serta mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif. Hasrul Bakri, 2013 Tahap konkret-operasional (7-11) Pada periode ditandai oleh adanya tambahan kemampuan yang disebut system of operation (satuan langkah berfikir) yang bermanfaat untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam pemikirannya sendiri. Pada dasarnya perkembangan kognitif anak ditinjau dari karakteristiknya sudah sama dengan kemampuan kognitif orang dewasa. Namun masih ada keterbatasan kapasitas dalam mengkoordinasikan pemikirannya. Pada periode ini anak baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Hasrul Bakri, 2013 Tahap formal-operasional (11 - dewasa) Pada periode ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif yaitu: 1. Kapasitas menggunakan hipotesis Kemampuan berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang dia respons dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak 2. Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak Kemampuan untuk mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak secara luas dan mendalam. Hasrul Bakri, 2013 Aspek- Aspek Perkembangan Individu 5. Perkembangan Perilaku Sosial Sejak individu dilahirkan ke muka bumi ini ia telah mulai belajar tentang keadaan lingkungan sosialnya. Pada awalnya, ia mempelajari segala yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Ia mencoba meniru, mengidentifikasi dan mengamati segala sesuatu yang ditampilkan orang tua dan anggota keluarga lainnya. Selanjutnya ia mempelajari keadaan-keadaan di luar rumah, baik yang menyangkut nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam masyarakat. Akhirnya, ia menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari masyrakat dan dituntut untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan masyarakat. Proses tersebut biasa disebut sosialisasi. Hasrul Bakri, 2013 Untuk memahami perilaku sosial individu, dapat dilihat dari ciri-ciri respons interpersonalnya, yang dibagi ke dalam tiga kategori (Krech et. al. (1962) • Kecenderungan peranan (role disposition); ciriciri respons interpersonal yang merujuk kepada tugas dan kewajiban dari posisi tertentu. • Kecenderungan sosiometrik (sociometric disposition); ciri-ciri respons interpersonal yang bertalian dengan kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain. • Kecenderungan ekspresif (expressive disposition); ciri-ciri respons interpersonal yang bertautan dengan ekspresi diri, dengan menampilkan kebiasaan-kebiasaan khasnya (particular fashion). Hasrul Bakri, 2013 Tahapan dan ciri-ciri perkembangan perilaku sosial individu menurut Buhler Tahap Kanak-Kanak Awal ( 0 – 3 ) Subyektif Kritis I ( 3 - 4 ) Trozt Alter Kanak – Kanak Akhir ( 4 – 6 ) Masa Subyektif Menuju Masa Obyektif Anak Sekolah ( 6 – 12 ) Masa Obyektif Kritis II ( 12 – 13 ) Masa Pre Puber Remaja Awal ( 13 – 16 ) Masa Subyektif Menuju Masa Obyektif Ciri-Ciri Segala sesuatu dilihat berdasarkan pandangan sendiri Pembantah, keras kepala Mulai bisa menyesuaikan diri dengan aturan Membandingkan dengan aturan – aturan Perilaku coba-coba, serba salah, ingin diuji Mulai menyadari adanya kenyataan yang berbeda dengan sudut pandangnya Berperilaku sesuai dengan Remaja Akhir ( 16 – 18 ) tuntutan masyarakat dan Masa Obyektif kemampuan dirinya Hasrul Bakri, 2013 Aspek- Aspek Perkembangan Individu 6. Perkembangan Moralitas Ketika individu mulai menyadari bahwa ia merupakan bagian dari lingkungan sosial dimana ia berada, bersamaan itu pula individu mulai menyadari bahwa dalam lingkungan sosialnya terdapat aturan-aturan, norma-norma/nilai-nilai sebagai dasar atau patokan dalam berperilaku. Keputusan untuk melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan norma yang berlaku dan nilai yang dianutnya itu disebut moralitas. Hasrul Bakri, 2013 tahapan perkembangan moralitas individu Tingkat Tahap Pre Conventional (0 – 9) 1. Orientasi terhadap kepatuhan dan hukuman 2. Relativistik hedonism 3. Orientasi mengenai anak yang baik Conventional (9 – 15) Post Conventional ( > 15 ) 4. Mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas 5. Orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial 6. Prinsip etis universal Hasrul Bakri, 2013 Aspek- Aspek Perkembangan Individu 7. Perkembangan Penghayatan Keagamaan Dengan melalui pertimbangan fungsi afektif, kognitif, dan konatifnya, pada saat-saat tertentu, individu akan meyakini dan menerima tanpa keraguan bahwa di luar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha Agung yang melebihi apa pun, termasuk dirinya. Penghayatan seperti itu disebut pengalaman keagamaan (religious experience) Hasrul Bakri, 2013 tahapan perkembangan keagamaan Tahapan Ciri-Ciri Sikap reseptif meskipun banyak bertanya Pandangan ke-Tuhan-an yang dipersonifikasi Masa Kanak-Kanak Penghayatan secara rohaniah yang belum mendalam Hal ke-Tuhan-an dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya) Hasrul Bakri, 2013 tahapan perkembangan keagamaan Sikap reseptif yang disertai pengertian Pandangan ke-Tuhan-an yang diterangkan secara rasional Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, melaksanakan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral Sikap negatif disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat realita orang – orang beragama yang hypocrit (pura-pura) Pandangan ke-Tuhan-an menjadi kacau, karena beragamnya aliran paham yang saling bertentangan Masa Sekolah Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptik, sehingga banyak yang enggan melaksanakan ritual yang selama ini dilakukan dengan penuh kepatuhan Sikap kembali ke arah positif, bersamaan dengan kedewasaan intelektual bahkan akan agama menjadi pegangan hidupnya Pandangan ke-Tuhan-an dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya Penghayatan rohaniahnya kembali tenang setelah melalui proses identifikasi dan merindu puja, ia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran Hasrul Bakri, 2013 manusia Aspek- Aspek Perkembangan Individu 8. Perkembangan Perilaku Konatif Perilaku konatif merupakan perilaku yang berhubungan dengan motivasi atau faktor penggerak perilaku seseorang yang bersumber dari kebutuhan-kebutuhannya Hasrul Bakri, 2013 tahapan-tahapan perkembangan perilaku yang berhubungan obyek pemuasan psychosexual Daerah Sensitif Cara Pemuasan Sasaran Pemuasan A. MASA BAYI DAN KANAK-KANAK (INFANCY PERIOD) Pre Genital Period Infantile Sexuality Oral Stage Early Oral Late Oral Mulut dan benda Menggigit, merusak dengan mulut Mulut sendiri, memilih dan memasukkan benda kemulut Memilih benda dan digigitnya secara sadis Dubur dan benda Memeriksa dan memainkan duburnya Memilih benda dan menyentuhnya/memasukkan ke dubur Menghisap ibu jari Anal Stage Early Anal Late Anal Early Genital Period (phalic stage) Memainkan dan memperhatikan duburnya Menyentuh, memegang, Ditujukan kepada orang tuanya melihat, menunjukkan alat (oediphus atau electra phantaties) kelaminnya Hasrul Bakri, 2013 tahapan-tahapan perkembangan perilaku yang berhubungan obyek pemuasan psychosexual B. MASA ANAK SEKOLAH (LATENCY PERIOD) No New Represi Zone Reaksi formasi Berkembangnya (tidak ada Sublimasi dan kecen- derungan perasaan–perasaan daerah kasih sayang sosial sensitif baru) C. MASA REMAJA (ADOLESENCE PERIOD) Late Genital Period Hidup kembali daerah sensitif waktu masa kanak-kanak Akhirnya, siap berfungsinya alat kelamin Mengurangi cara-cara waktu masa kanak-kanak Munculnya cara orang dewasa memperoleh pemuasan Hasrul Bakri, 2013 Menyenangi diri sendiri (narcisism) atau objeck oediphus-nya Objek pemuasannya mungkin diri sendiri/sejenis (homosexual) atau lain jenis (heterosexual) Aspek- Aspek Perkembangan Individu 9. Perkembangan Emosional Aspek emosional dari suatu perilaku, pada umumnya selalu melibatkan tiga variabel, yaitu : (1) rangsangan yang menimbulkan emosi (stimulus); (2) perubahan–perubahan fisiologis yang terjadi pada individu; dan (3) pola sambutan. Yang mungkin dirubah dan dipengaruhi adalah variabel yang kesatu (stimus) dan yang ketiga (respons), sedangkan variabel yang kedua merupakan yang tidak mungkin dirubah karena terjadinya pada individu secara mekanis. Hasrul Bakri, 2013 9. Perkembangan Emosional Terdapat dua dimensi emosional yang sangat penting untuk dipahami yaitu : (1) senang – tidak senang (sukatidak suka); (2) intensitasnya (kuat-lemah). Hasrul Bakri, 2013 Perkembangan Emosional Usia Ciri-Ciri Pada saat dilahirkan Bayi dilengkapi kepekaan umum terhadap rangsangan – rangsangan tertentu (bunyi, cahaya, temperatur) 0 - 3 bln Kesenangan dan kegembiraan mulai didefinisikan dari emosi orang tuanya 3 – 6 bln Ketidaksenangan berdiferensiasi ke dalam kemarahan, kebencian dan ketakutan 9 – 12 bln Kegembiraan berdiferensiasi ke dalam kegairahan dan kasih sayang 18 bulan pertama Kecemburuan mulai berdiferensiasi ke dalam kegairahan dan kasih sayang 2 th Kenikmatan dan keasyikan berdiferensiasi dari kesenangan 5 th Ketidaksenangan berdiferensiasi di dalam rasa malu, cemas dan kecewa sedangkan kesenangn berdiferensiasi ke dalam harapan dam kasih sayang Hasrul Bakri, 2013 Aspek- Aspek Perkembangan Individu 10. Perkembangan Kepribadian Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik. Hasrul Bakri, 2013 tahapan perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar 1. Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orangorang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis. Hasrul Bakri, 2013 tahapan perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar 2. Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia ga telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya. Hasrul Bakri, 2013 tahapan perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar 3. Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalankegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat. Hasrul Bakri, 2013 tahapan perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar 4. Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri. Hasrul Bakri, 2013 tahapan perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar 5. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan– kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota. Hasrul Bakri, 2013 tahapan perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar 6. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orangorang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya. Hasrul Bakri, 2013 tahapan perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar 7. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity – stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal – hal tertentu ia mengalami hambatan. Hasrul Bakri, 2013 tahapan perkembangan kepribadian dengan kecenderungan yang bipolar 8. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya Hasrul Bakri, 2013 Aspek- Aspek Perkembangan Individu 11. Perkembangan Karier Perkembangan karier sangat erat kaitannya dengan pekerjaan seseorang. Keberhasilan seseorang dalam suatu pekerjaan bukanlah sesuatu yang diperoleh secara tiba-tiba atau secara kebetulan, namun merupakan suatu proses panjang dari tahapan perkembangan karier yang dilalui sepanjang hayatnya, mulai dari usaha memperoleh kesadaran karier, eksplorasi karier, persiapan karier hingga sampai pada penempatan kariernya. Hasrul Bakri, 2013 Tylor & Walsh (1979) menyebutkan bahwa kematangan karier individu diperoleh manakala ada kesesuaian antara perilaku karier dengan perilaku yang diharapkan pada umur tertentu. Adapun yang dimaksud dengan perilaku karier yaitu segenap perilaku yang ditampilkan individu dalam usaha menyiapkan masa depan untuk memperoleh kematangan kariernya. Hasrul Bakri, 2013 tahapan perkembangan karier individu (Zunker) Tahap Growth (Pertumbuhan) Exploratory (penyelidikan; eksplorasi) Establishment (pembentukan) Ciri-Ciri (Pengembangan kapasitas, sikap, minat dan kebutuhan yang terkait dengan konsep diri) Tentative phase in which choices are narrowed but not finalized (bersifat sementara ,pilhan mulai mengerucut tapi belum ditentukan). Trial and stabilization trhough work experiences (mencoba-coba melalui pengalaman kerja) A continual adjustment process to improve working position and Maintenance situation (proses penyesuaian (pemeliharaan) untuk meningkatkan posisi dan situasi yang terus-menerus) Preretirement consideration, work out put, and eventual retirement. Decline (penurunan) (pertimbangan sampai pensiun pra pensiun) Hasrul Bakri, 2013 Usia (birth -14 or 15) (15 – 24) (25 – 44) (45 – 64) (65 - …) Hasrul Bakri, 2013