perkembangan individu

advertisement
PERKEMBANGAN
INDIVIDU
Hasrul Bakri, 2013
Aspek- Aspek Perkembangan Individu
1. Perkembangan fisik
2. Perkembangan perilaku psikomotorik
3. Perkembangan bahasa
4. Perkembangan perilaku kognitif
5. Perkembagan perilaku sosial
6. Perkembangan moralitas
7. Perkembangan penghayatan keagamaan
8. Perkembangan perilaku konatif
9. Perkembangan emosional
10. Perkembangan kepribadian
11. Perkembangan karier
Hasrul Bakri, 2013
Aspek- Aspek Perkembangan Individu
1. Perkembangan Fisik
• Perkembangan anatomis; adanya perubahan kuantitatif pada
struktur tulang, indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi
kepala dengan tinggi garis keajegan badan secara secara
keseluruhan.
• Perkembangan fisiologis; ditandai dengan adanya perubahan
secara kualitatif, kuantitaif dan fungsional dari sistem kerja
biologis, seperti konstraksi otot-otot, peredaran darah dan
pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan pencernaan.
Laju perkembangan berjalan secara berirama, pada masa
bayi dan kanak-kanak perubahan fisik sangat pesat, pada usia
sekolah menjadi lambat, mulai masa remaja terjadi amat
mencolok. Kemudian, pada permulaan masa remaja akhir
bagi wanita dan penghujung masa remaja akhir bagi pria, laju
perkembangan menurun sangat lambat bahkan menjadi
mapan.
Hasrul Bakri, 2013
Aspek- Aspek Perkembangan Individu
2. Perkembangan Perilaku Psikomotorik
• Perkembangan psikomotorik memerlukan adanya
koordinasi fungsional antara neuronmuscular
system (sistem syaraf dan otot) dan fungsi psikis
(kognitif, afektif, konatif).
Dua prinsip utama dalam perkembangan
psikomotorik, yaitu : (1) bahwa perkembangan itu
berlangsung dari yang sederhana kepada yang
kompleks, dan (2) dari yang kasar dan global (gross
bodily movements) kepada yang halus dan spesifik
dan terkoordinasikan (finely coordinated
movements).
Hasrul Bakri, 2013
Aspek- Aspek Perkembangan Individu
3. Perkembangan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan yang
membedakan antara manusia dengan hewan. Melalui
bahasa, manusia, mengkodifikasikan, mencatat,
menyimpan, mengekspresikan dan
mengkomunikasikan berbagai informasi, baik dalam
bentuk lisan, tulisan, gambar, lukisan gerak - gerik, dan
mimik serta simbol ekspresif lainnya.
Perkembangan bahasa dimulai dengan masa meraban,
bicara monolog, haus nama-nama, gemar bertanya
yang tidak selalu harus dijawab, membuat kalimat
sederhana, dan bahasa ekspresif dengan belajar
menulis, membaca dan menggambar permulaan.
Hasrul Bakri, 2013
Aspek- Aspek Perkembangan Individu
• Dengan menggunakan hasil pengukuran tes inteligensi
yang mencakup General Information and Verbal
Analogies, Jones dan Conrad (Loree,1970)
menunjukkan bahwa laju perkembangan inteligensi
berlangsung sangat pesat sampai masa remaja, setelah
itu kepesatannya berangsur menurun.
• Puncak perkembangan pada umumnya tercapai di
penghujung masa remaja akhir. Perubahan-perubahan
amat tipis sampai usia 50 tahun, dan setelah itu terjadi
plateau (mapan) sampai dengan usia 60 tahun
selanjutnya berangsur menurun
Hasrul Bakri, 2013
Aspek- Aspek Perkembangan Individu
4. Perkembangan Perilaku Kognitif
Dengan berpatokan kepada hasil tes IQ,
Bloom (1964) mengungkapkan persentase
taraf perkembangan sebagai berikut:
Usia
Perkembangan
1 tahun
Sekitar 20 %
4 tahun
Sekitar 50 %
8 tahun
Sekitar 80 %
13 tahun
Sekitar 92 %
Hasrul Bakri, 2013
Tahap Sensori-Motor (0-2
Inteligensi sensori-motor dipandang sebagai inteligensi
praktis (practical intelligence), yang berfaedah untuk
belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum mampu
berfikir mengenai apa yang sedang ia perbuat.
Inteligensi individu pada tahap ini masih bersifat primitif,
namun merupakan inteligensi dasar yang amat berarti
untuk menjadi fondasi tipe-tipe inteligensi tertentu yang
akan dimiliki anak kelak.
Sebelum usia 18 bulan, anak belum mengenal object
permanence. Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat,
tidak ia sentuh, atau tidak ia dengar dianggap tidak ada
meskipun sesungguhnya benda itu ada. Dalam rentang
18 - 24 bulan barulah kemampuan object permanence
anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis
Hasrul Bakri, 2013
Tahap Pra Operasional (2 – 7)
Pada tahap ini anak sudah memiliki penguasaan
sempurna tentang object permanence. Artinya, anak
tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya
suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun
benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat,
didengar atau disentuh lagi.
Jadi, pandangan terhadap eksistensi benda tersebut
berbeda dengan pandangan pada periode sensori motor,
yakni tidak bergantung lagi pada pengamatannya belaka.
Pada periode ditandai oleh adanya egosentris serta pada
periode ini memungkinkan anak untuk mengembangkan
diferred-imitation, insight learning dan kemampuan
berbahasa, dengan menggunakan kata-kata yang benar
serta mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek
tetapi efektif.
Hasrul Bakri, 2013
Tahap konkret-operasional (7-11)
Pada periode ditandai oleh adanya tambahan
kemampuan yang disebut system of operation
(satuan langkah berfikir) yang bermanfaat untuk
mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan
peristiwa tertentu ke dalam pemikirannya sendiri.
Pada dasarnya perkembangan kognitif anak ditinjau
dari karakteristiknya sudah sama dengan
kemampuan kognitif orang dewasa. Namun masih
ada keterbatasan kapasitas dalam
mengkoordinasikan pemikirannya. Pada periode ini
anak baru mampu berfikir sistematis mengenai
benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.
Hasrul Bakri, 2013
Tahap formal-operasional (11 - dewasa)
Pada periode ini seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan
maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif yaitu:
1. Kapasitas menggunakan hipotesis
Kemampuan berfikir mengenai sesuatu khususnya
dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan
anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang
dia respons dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip
abstrak
2. Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak
Kemampuan untuk mempelajari materi-materi pelajaran
yang abstrak secara luas dan mendalam.
Hasrul Bakri, 2013
Aspek- Aspek Perkembangan Individu
5.
Perkembangan Perilaku Sosial
Sejak individu dilahirkan ke muka bumi ini ia telah mulai
belajar tentang keadaan lingkungan sosialnya. Pada
awalnya, ia mempelajari segala yang terjadi dalam
lingkungan keluarga. Ia mencoba meniru,
mengidentifikasi dan mengamati segala sesuatu yang
ditampilkan orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Selanjutnya ia mempelajari keadaan-keadaan di luar
rumah, baik yang menyangkut nilai, norma, dan
kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam masyarakat.
Akhirnya, ia menyadari bahwa dirinya merupakan bagian
dari masyrakat dan dituntut untuk berperilaku sesuai
dengan tuntutan masyarakat. Proses tersebut biasa
disebut sosialisasi.
Hasrul Bakri, 2013
Untuk memahami perilaku sosial individu, dapat dilihat dari
ciri-ciri respons interpersonalnya, yang dibagi ke dalam tiga
kategori (Krech et. al. (1962)
• Kecenderungan peranan (role disposition); ciriciri respons interpersonal yang merujuk kepada
tugas dan kewajiban dari posisi tertentu.
• Kecenderungan sosiometrik (sociometric
disposition); ciri-ciri respons interpersonal yang
bertalian dengan kesukaan, kepercayaan
terhadap individu lain.
• Kecenderungan ekspresif (expressive
disposition); ciri-ciri respons interpersonal yang
bertautan dengan ekspresi diri, dengan
menampilkan kebiasaan-kebiasaan khasnya
(particular fashion).
Hasrul Bakri, 2013
Tahapan dan ciri-ciri perkembangan perilaku sosial
individu menurut Buhler
Tahap
Kanak-Kanak Awal ( 0 – 3 )
Subyektif
Kritis I ( 3 - 4 )
Trozt Alter
Kanak – Kanak Akhir ( 4 – 6 )
Masa Subyektif Menuju
Masa Obyektif
Anak Sekolah ( 6 – 12 )
Masa Obyektif
Kritis II ( 12 – 13 )
Masa Pre Puber
Remaja Awal ( 13 – 16 )
Masa Subyektif Menuju
Masa Obyektif
Ciri-Ciri
Segala
sesuatu
dilihat
berdasarkan pandangan sendiri
Pembantah, keras kepala
Mulai bisa menyesuaikan diri
dengan aturan
Membandingkan dengan aturan
– aturan
Perilaku coba-coba, serba salah,
ingin diuji
Mulai
menyadari
adanya
kenyataan yang berbeda dengan
sudut pandangnya
Berperilaku
sesuai
dengan
Remaja Akhir ( 16 – 18 )
tuntutan
masyarakat
dan
Masa Obyektif
kemampuan
dirinya
Hasrul Bakri,
2013
Aspek- Aspek Perkembangan Individu
6. Perkembangan Moralitas
Ketika individu mulai menyadari bahwa ia
merupakan bagian dari lingkungan sosial dimana ia
berada, bersamaan itu pula individu mulai
menyadari bahwa dalam lingkungan sosialnya
terdapat aturan-aturan, norma-norma/nilai-nilai
sebagai dasar atau patokan dalam berperilaku.
Keputusan untuk melakukan sesuatu berdasarkan
pertimbangan norma yang berlaku dan nilai yang
dianutnya itu disebut moralitas.
Hasrul Bakri, 2013
tahapan perkembangan moralitas individu
Tingkat
Tahap
Pre Conventional (0 – 9)
1. Orientasi terhadap
kepatuhan dan hukuman
2. Relativistik hedonism
3. Orientasi mengenai anak
yang baik
Conventional (9 – 15)
Post Conventional ( > 15 )
4. Mempertahankan
norma-norma sosial dan
otoritas
5. Orientasi terhadap
perjanjian antara dirinya
dengan lingkungan sosial
6. Prinsip etis universal
Hasrul Bakri, 2013
Aspek- Aspek Perkembangan Individu
7. Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Dengan melalui pertimbangan fungsi afektif,
kognitif, dan konatifnya, pada saat-saat tertentu,
individu akan meyakini dan menerima tanpa
keraguan bahwa di luar dirinya ada sesuatu
kekuatan yang maha Agung yang melebihi apa
pun, termasuk dirinya. Penghayatan seperti itu
disebut pengalaman keagamaan (religious
experience)
Hasrul Bakri, 2013
tahapan perkembangan keagamaan
Tahapan
Ciri-Ciri
Sikap
reseptif
meskipun
banyak bertanya
Pandangan ke-Tuhan-an yang
dipersonifikasi
Masa
Kanak-Kanak
Penghayatan secara rohaniah
yang belum mendalam
Hal ke-Tuhan-an dipahamkan
secara ideosyncritic (menurut
khayalan pribadinya)
Hasrul Bakri, 2013
tahapan perkembangan keagamaan
Sikap reseptif yang disertai pengertian
Pandangan ke-Tuhan-an yang diterangkan secara rasional
Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam,
melaksanakan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan
moral
Sikap negatif disebabkan alam pikirannya yang kritis
melihat realita orang – orang beragama yang hypocrit
(pura-pura)
Pandangan ke-Tuhan-an menjadi kacau, karena
beragamnya aliran paham yang saling bertentangan
Masa Sekolah
Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptik, sehingga
banyak yang enggan melaksanakan ritual yang selama ini
dilakukan dengan penuh kepatuhan
Sikap kembali ke arah positif, bersamaan dengan
kedewasaan intelektual bahkan akan agama menjadi
pegangan hidupnya
Pandangan ke-Tuhan-an dipahamkannya dalam konteks
agama yang dianut dan dipilihnya
Penghayatan rohaniahnya kembali tenang setelah melalui
proses identifikasi dan merindu puja, ia dapat
membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran
Hasrul Bakri, 2013
manusia
Aspek- Aspek Perkembangan Individu
8. Perkembangan Perilaku Konatif
Perilaku konatif merupakan
perilaku yang berhubungan dengan
motivasi atau faktor penggerak
perilaku seseorang yang bersumber
dari kebutuhan-kebutuhannya
Hasrul Bakri, 2013
tahapan-tahapan perkembangan perilaku yang
berhubungan obyek pemuasan psychosexual
Daerah Sensitif
Cara Pemuasan
Sasaran Pemuasan
A. MASA BAYI DAN KANAK-KANAK (INFANCY PERIOD)
Pre Genital Period
Infantile Sexuality
Oral Stage
Early Oral
Late Oral
Mulut dan benda
Menggigit, merusak
dengan mulut
Mulut sendiri, memilih dan
memasukkan benda kemulut
Memilih benda dan digigitnya
secara sadis
Dubur dan benda
Memeriksa dan
memainkan duburnya
Memilih benda dan
menyentuhnya/memasukkan ke
dubur
Menghisap ibu jari
Anal Stage
Early Anal
Late Anal
Early Genital
Period (phalic stage)
Memainkan dan
memperhatikan duburnya
Menyentuh, memegang,
Ditujukan kepada orang tuanya
melihat, menunjukkan alat (oediphus atau electra phantaties)
kelaminnya Hasrul Bakri, 2013
tahapan-tahapan perkembangan perilaku yang
berhubungan obyek pemuasan psychosexual
B. MASA ANAK SEKOLAH (LATENCY PERIOD)
No New
Represi
Zone
Reaksi formasi
Berkembangnya
(tidak ada
Sublimasi dan kecen- derungan
perasaan–perasaan
daerah
kasih sayang
sosial
sensitif
baru)
C. MASA REMAJA (ADOLESENCE PERIOD)
Late Genital
Period
Hidup
kembali
daerah
sensitif
waktu masa
kanak-kanak
Akhirnya,
siap
berfungsinya
alat kelamin
Mengurangi cara-cara waktu
masa kanak-kanak
Munculnya cara orang dewasa
memperoleh pemuasan
Hasrul Bakri, 2013
Menyenangi diri sendiri
(narcisism) atau objeck
oediphus-nya
Objek pemuasannya
mungkin diri
sendiri/sejenis
(homosexual) atau lain
jenis (heterosexual)
Aspek- Aspek Perkembangan Individu
9. Perkembangan Emosional
Aspek emosional dari suatu perilaku, pada umumnya
selalu melibatkan tiga variabel, yaitu :
(1) rangsangan yang menimbulkan emosi (stimulus);
(2) perubahan–perubahan fisiologis yang terjadi pada
individu; dan
(3) pola sambutan. Yang mungkin dirubah dan
dipengaruhi adalah variabel yang kesatu (stimus)
dan yang ketiga (respons), sedangkan variabel yang
kedua merupakan yang tidak mungkin dirubah
karena terjadinya pada individu secara mekanis.
Hasrul Bakri, 2013
9. Perkembangan Emosional
Terdapat dua dimensi emosional
yang sangat penting untuk dipahami
yaitu :
(1) senang – tidak senang (sukatidak suka);
(2) intensitasnya (kuat-lemah).
Hasrul Bakri, 2013
Perkembangan Emosional
Usia
Ciri-Ciri
Pada saat
dilahirkan
Bayi dilengkapi kepekaan umum terhadap
rangsangan – rangsangan tertentu (bunyi,
cahaya, temperatur)
0 - 3 bln
Kesenangan dan kegembiraan mulai
didefinisikan dari emosi orang tuanya
3 – 6 bln
Ketidaksenangan berdiferensiasi ke dalam
kemarahan, kebencian dan ketakutan
9 – 12 bln
Kegembiraan berdiferensiasi ke dalam
kegairahan dan kasih sayang
18 bulan
pertama
Kecemburuan mulai berdiferensiasi ke dalam
kegairahan dan kasih sayang
2 th
Kenikmatan dan keasyikan berdiferensiasi dari
kesenangan
5 th
Ketidaksenangan berdiferensiasi di dalam rasa
malu, cemas dan kecewa sedangkan
kesenangn berdiferensiasi ke dalam harapan
dam kasih sayang
Hasrul Bakri, 2013
Aspek- Aspek Perkembangan Individu
10. Perkembangan Kepribadian
Meskipun kepribadian seseorang itu relatif
konstan, namun dalam kenyataannya sering
ditemukan bahwa perubahan kepribadian
dapat dan mungkin terjadi, terutama
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada
faktor fisik.
Hasrul Bakri, 2013
tahapan perkembangan kepribadian dengan
kecenderungan yang bipolar
1. Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan
trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan
mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di
sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang
tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan
mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi
menangis bila di pangku oleh orang yang tidak
dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orangorang yang asing tetapi juga kepada benda asing,
tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan
sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut
seringkali bayi menangis.
Hasrul Bakri, 2013
tahapan perkembangan kepribadian
dengan kecenderungan yang bipolar
2. Masa kanak-kanak awal (early childhood)
ditandai adanya kecenderungan autonomy –
shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas-batas
tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam
arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari
botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya,
tetapi di pihak lain dia ga telah mulai memiliki
rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga
seringkali minta pertolongan atau persetujuan
dari orang tuanya.
Hasrul Bakri, 2013
tahapan perkembangan kepribadian
dengan kecenderungan yang bipolar
3. Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya
kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak
telah memiliki beberapa kecakapan, dengan
kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong
melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena
kemampuan anak tersebut masih terbatas
adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalankegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki
perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia
tidak mau berinisatif atau berbuat.
Hasrul Bakri, 2013
tahapan perkembangan kepribadian
dengan kecenderungan yang bipolar
4. Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya
kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan
dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini
anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di
lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan
berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di
pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan
kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia
menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan.
Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak
merasa rendah diri.
Hasrul Bakri, 2013
tahapan perkembangan kepribadian dengan
kecenderungan yang bipolar
5. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan
identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah
kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan–
kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan
memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.
Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini,
pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan,
sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai
penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan
identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa
setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok
sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan
pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap
peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
Hasrul Bakri, 2013
tahapan perkembangan kepribadian dengan
kecenderungan yang bipolar
6. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai
adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau
pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan
yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada
masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar.
Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan
yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang
sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk
membentuk hubungan yang intim dengan orangorang tertentu, dan kurang akrab atau renggang
dengan yang lainnya.
Hasrul Bakri, 2013
tahapan perkembangan kepribadian dengan
kecenderungan yang bipolar
7. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya
kecenderungan generativity – stagnation. Sesuai dengan
namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah
mencapai puncak dari perkembangan segala
kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas,
kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan
individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan
kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin
dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan,
sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas.
Untuk mengerjakan atau mencapai hal – hal tertentu ia
mengalami hambatan.
Hasrul Bakri, 2013
tahapan perkembangan kepribadian dengan
kecenderungan yang bipolar
8. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan
ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki
kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan
didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah
mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati
akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau
tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu
sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi
ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus
berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena
usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga
keputusasaan acapkali menghantuinya
Hasrul Bakri, 2013
Aspek- Aspek Perkembangan Individu
11. Perkembangan Karier
Perkembangan karier sangat erat kaitannya
dengan pekerjaan seseorang. Keberhasilan
seseorang dalam suatu pekerjaan bukanlah
sesuatu yang diperoleh secara tiba-tiba atau
secara kebetulan, namun merupakan suatu
proses panjang dari tahapan perkembangan
karier yang dilalui sepanjang hayatnya, mulai
dari usaha memperoleh kesadaran karier,
eksplorasi karier, persiapan karier hingga sampai
pada penempatan kariernya.
Hasrul Bakri, 2013
Tylor & Walsh (1979) menyebutkan bahwa
kematangan karier individu diperoleh manakala
ada kesesuaian antara perilaku karier dengan
perilaku yang diharapkan pada umur tertentu.
Adapun yang dimaksud dengan perilaku karier
yaitu segenap perilaku yang ditampilkan individu
dalam usaha menyiapkan masa depan untuk
memperoleh kematangan kariernya.
Hasrul Bakri, 2013
tahapan perkembangan karier
individu (Zunker)
Tahap
Growth
(Pertumbuhan)
Exploratory
(penyelidikan;
eksplorasi)
Establishment
(pembentukan)
Ciri-Ciri
(Pengembangan kapasitas, sikap,
minat dan kebutuhan yang terkait
dengan konsep diri)
Tentative phase in which choices
are narrowed but not finalized
(bersifat sementara ,pilhan mulai
mengerucut
tapi
belum
ditentukan).
Trial and stabilization trhough work
experiences (mencoba-coba melalui
pengalaman kerja)
A continual adjustment process to
improve working position and
Maintenance
situation (proses penyesuaian
(pemeliharaan)
untuk meningkatkan posisi dan
situasi yang terus-menerus)
Preretirement consideration, work
out put, and eventual retirement.
Decline (penurunan)
(pertimbangan sampai pensiun pra
pensiun) Hasrul Bakri, 2013
Usia
(birth -14 or 15)
(15 – 24)
(25 – 44)
(45 – 64)
(65 - …)
Hasrul Bakri, 2013
Download