PERUBAHAN KEBERDAYAAN MASYARAKAT KELOMPOK TANI BINA AVERA DI CILODONG, DEPOK Skripsi Diajukan kepada Fakulktas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: FACHRI NIM. 1112054100043 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 ABSTRAK Indonesia dikenal sebagai negara agraris, karena mayoritas para penduduknya adalah para petani yang identik dengan kemiskinan. Kehidupan para petani tidak sesuai dengan hasil jerih payah yang mereka perjuangkan. Bagaimanapun, harus ada pergerakan atau program pemberdayaan yang dilakukan untuk meminimalisir permasalahan-permasalahan yang dialami para petani. Salah satunya pemberdayaan yang dilakukan Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong Depok. Pendiri dari kelompok tani ini sebenarnya sangat prihatin dengan warga sekitar dan ada keinginan untuk mensejahterakan para petani lewat tanaman yang bernama latin Aloevera. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan Pemberdayaan Masyarakat Petani Lidah Buaya serta perubahan sosial, budaya dan ekonomi dalam Kelompok Tani Bina Avera di Desa Cilodong, Depok. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sedangkan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses dan Strategi pemberdayaan yang dilakukan Kelompok Tani Bina Avera serta mengetahui Perubahan Sosial Ekonomi dan Budaya yang terjadi di dalam diri Masyarakat Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok Adapun subyek dalam penelitian ini adalah pengurus dan anggota kelompok tani yang berjumlah 6 orang Proses pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera dilakukan melalui pertemuan rutin, praktek di lapangan serta berkumpul/musyawarah sesama para anggota kelompok. Dalam pertemuan rutin diharapkan anggota kelompok tani memanfaatkan kelompok tani sebagai tempat belajar, bertukar pikiran, dan mendapatkan informasi tentang pertanian Lidah Buaya. Praktik di lapangan bisa mengasah kemampuan dalam memperdalam ilmu cara menanam Lidah Buaya dengan baik dan benar. Sedangkan sebagai tempat berkumpul/musyawarah dimaknai sebagai tempat untuk berinteraksi antar anggota dan pengurus kelompok tani yang bertujuan untuk membicarakan permasalahan-permasalahan yang dihadapi Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok. Dengan demikian, bergabungnya para Petani Lidah Buaya bersama Kelompok Tani Bina Avera dapat membantu dalam meningkatkan Kesejahteraan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Cilodong, Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan ada beberapa perubahan-perubahan yang terjadi terhadap Kelompok Tani Bina Avera, yaitu: Sosial, Ekonomi dan Budaya. i KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Kesejahteraan Sosial di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagian yang tidak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan hasil yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Sebagai bentuk penghargaan yang tidak tertuliskan, penulis sampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Suparto, M.Ed Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaemi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan. ii 3. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si, selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta, Hj. Nunung Khoiriyah M.A, Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 4. Dr. Tantan Hermansah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi peneliti yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan serta membantu literatur dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial yakni Ibu Siti Napsiyah Arieffuzzaman, MSW, Ibu Ellies Sukmawati, M.Si, Ibu Nurhayati Nurbus, Bapak Ismet Firdaus, M.Si dan lainnya yang telah memberikan berbagai ilmu dan pengetahuan khususnya tentang ilmu Kesejahteraan Sosial. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta jajarannya, yang senantiasa memberikan ilmu, membimbing, dan memberikan pengarahan selama perkulihan. 7. Kedua orang tua saya H. Asmawih Buckhori dan Hj Manih Ferdiana, terima kasih untuk semua doanya, untuk semua jasa-jasanya dan semua pengorbanannya. 8. Pimpinan serta staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas kepustakaan kepada peneliti. 9. Pihak Kelompok Tani Bina Avera yang telah banyak membantu dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi. iii 10. Kakak-kakak dan adik-adik saya Wita Puspita Sari, Panji Agung Wicaksana, Fahmi dan si Kembar Kamal Kamil terima kasih atas dukungan moril dan materiil dalam menempuh studi selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Sahabat dan teman-teman seperjuangan Jurusan Kesejahteraan Sosial Angkatan 2012 (Wawan, Nikmal, Yoga, Yunus, Erik, Iqbal, Dado, Kiki, Jeje, Onchu, Pak Yusuf dan lainnya), Sarah, Ican, Deblenk, Hari Tincle, Mamat Buduk, yang terus memberikan dukungan dan support dalam proses penyelesaian tugas akhir skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 16 Juni 2016 Penulis iv DAFTAR ISI ABSTRAK ......................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v DAFTAR TABEL.............................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................................. 8 1. Pembatasan Masalah ................................................................................. 8 2. Perumusan Masalah .................................................................................. 8 C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................................ 9 1. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9 2. Manfaat Penelitian .................................................................................... 10 D. Metodologi Penelitian ..................................................................................... 11 1. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 11 2. Waktu Peneltian ........................................................................................ 11 3. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 11 4. Jenis Penelitian .......................................................................................... 13 5. Sumber data ............................................................................................... 13 6. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian ......................................................... 14 7. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 15 8. Teknik Analisa Data .................................................................................. 18 E. Teknik Penulisan ............................................................................................. 19 F. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 19 G. Sistematika Penulisan....................................................................................... 22 BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................... 24 A. Pemberdayaan Masyarakat .............................................................................. 1. Pengertian Pemberdayaan ........................................................................ 2. Strategi Pemberdayaan .............................................................................. 3. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan ............................................................ B. Perubahan Masyarakat .................................................................................... 1. Perubahan Sosial ....................................................................................... 2. Perubahan Budaya .................................................................................... 3. Perubahan Ekonomi ................................................................................... v 24 24 27 29 33 34 41 45 BAB III PROFIL KOMUNITAS .................................................................................. 46 A. Profesi Bisnis Lidah Buaya dan Perkembangan Petani Lidah Buaya di Kota Depok ..................................................................................................... 47 B. Sejarah Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok .................................... 48 C. Visi dan Misi Kelompok Tani Bina Avera....................................................... 52 D. Daftar Pengurus / Anggota Kelompok Tani Bina Avera ................................. 52 E. Dari Pengusaha Lidah Buaya sampai Kelompok Tani Bina Avera ................. 54 F. Pertanian Kecamatan Cilodong Depok ............................................................ 58 G. Tanaman Lidah Buaya ..................................................................................... 61 1. Kronologi Sejarah pemanfaatan Lidah Buaya ........................................... 61 2. Tanaman Lidah Buaya di Indonesia ........................................................... 62 3. Penyakit-penyakit yang bisa di obati dengan Lidah Buaya ....................... 63 BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN LAPANGAN ................................................... 65 A. Pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera ..................................................... 65 1. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Tani Bina Avera ................................ 65 2. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Tani Bina Avera ................ 69 B. Perubahan Sosial dan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera ........................... 76 1. Perubahan Sosial Kelompok Tani Bina Avera............................................ 77 2. Perubahan Budaya Kelompok Tani Bina Avera ......................................... 87 3. Perubahan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera ....................................... 93 BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 102 A. Kesimpulan ....................................................................................................... 102 B. Saran.................................................................................................................. 104 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 106 LAMPIRAN-LAMPIRAN vi DAFTAR TABEL Tabel 1 Rancangan Penelitian ......................................................................................... 15 Tabel 2 Definisi Perubahan Sosial Menurut Para Ahli .................................................... 35 Tabel 3 Definisi Perubahan Budaya Menurut Para Ahli ................................................. 42 Tabel 4 Database Holtikultura Petani di Kecamatan Cilodong ....................................... 60 Tabel 5 Perubahan Sosial Kelompok Tani Bina Avera ................................................... 85 Tabel 6 Perubahan Budaya Kelompok Tani Bina Avera................................................. 92 Tabel 7 Perubahan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera .............................................. 101 vii DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Grafik Pekerjaan Penduduk.............................................................................. 3 Gambar 2 Grafik Jumlah Produksi Tanaman Pertanian .................................................... 56 viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum kita dapat melihat bahwa pada saat ini kondisi rakyat Indonesia sedang dihadapkan pada berbagai macam persoalan yang berantai, seolah tidak diketahui pangkal dan kapan akan berujung. Salah satu dari sekian banyak persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah masalah kemiskinan. Di Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pemecahan masalah kemiskinan identik dengan meningkatkan pendapatan orang-orang miskin. Kenyataannya, mungkin saja masalah kemiskinan yang sebenarnya berhubungan dengan keterpencilan suatu wilayah atau tidak tersedianya sarana ekonomi masyarakat.1 Kota Depok yang merupakan salah satu kota besar di Provinsi Jawa Barat, sejak ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1999 tentang pembentukan Kota Depok sebagai wilayah administrasi baru di Propinsi Jawa Barat mendorong Depok lahir dan tumbuh menjadi kota baru. Letaknya yang sangat strategis, diapit oleh dua kota besar yaitu Kota Jakarta dan Kota Bogor menyebabkan Kota Depok semakin berkembang pesat sebagai Kota Satelit yaitu kota penunjang bagi kota-kota 1 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 76 1 2 besar di sekitarnya dan merupakan “jembatan” masuk atau akses untuk menuju ke kota besar. Kini Depok lahir menjadi kota metropolitan baru, warga urban yang berdatangan telah mengubah kehidupan baru Depok menjadi lebih modern. Tidak dapat dipungkiri, masalah baru mulai berdatangan. Urbanisasi sedikit banyak menyebabkan lahirnya masalah ketimpangan-ketimpangan pemerataan seperti ketidakmerataan jumlah dan kepadatan penduduk, ketimpangan pembangunan antar kecamatan, perbedaan kecepatan perkembangan ekonomi, perbedaan tingkat SDM, serta ketimpangan penyediaan sarana dan prasarana dan lain sebagainya yang pada akhirnyan mengarah pada ketimpangan kemiskinan.2 Dampak dari berkembangnya Kota Depok menjadi kota primadona tujuan urbanisasi secara tidak langsung berimpliksi pula pada keberlangsungan masyarakat minoritas di dalamnya. Hal tersebut bisa diukur berdasarkan bidang pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakatnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Depok pada tahun 2015, bidang pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat Kota Depok antara lain yaitu bidang jasa kemasyarakatan, bidang pertambangan dan penggalian, listrik, gas, air minum, konstruksi dan usaha persewaan, bidang perdagangan, rumah makan, hotel dan apartement, bidang industri pengolahan serta bidang pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan. Berikut ini adalah jumlah presentase 2 Widiyaningsih, “Analisis Tingkat Keberdayaan masyarakat melalui Program Pengembanga komoditas Buah Belimbing pada kelompok tani Belimbing di Kecamatan Pancoran Masm Kota Depok”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Depok, 2013), h. 4 3 bidang pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat kota Depok yang dijelaskan dalam bentuk diagram. Gambar 1. pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan 8% pertambangan dan penggalian, listrik, gas, dan air minum, konstruksi dan usaha persewaan 25% Industri Pengolahan 15% perdagangan, rumah makan, hotel dan apartement 22% Jasa Kemasyarakatan 30% Grafik Penduduk 15 tahun ke atas yang Bekerja Menurut Pekerjaan Utama Sumber: BPS Depok, 2015 Berdasarkan diagram tersebut dapat dilihat bahwa masyarakat yang berprofesi sebagai petani merupakan salah satu kelompok minoritas yang ada di Kota Depok. Jumlah petani di Kota Depok hanya mencapai 8% dari seluruh jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja. Sedangkan bidang yang paling banyak diminati oleh masyarakat Kota Depok adalah jasa kemasyarakatan yang mencapai 30%. Di negara perekonomiannya pembangunan yang sedang berkembang, umumnya kegiatan sangat ditujukan oleh sektor pertanian. Sehingga yang menonjol juga berada pada sektor pertanian. Pembangunan yang mendasar pada sektor pertanian sangat dibutuhkan, 4 karena hasilnya dapat meningkatkan mutu makanan penduduk dan kesejahteraan para petani.3 Sudah sewajarnya para petani mendapatkan hak-hak mereka yang telah di nobatkan sebagai pahlawan bangsa, karena hasil kerja keras mereka lah kita mendapatkan sumber-sumber makanan yang menjadikan kita sebagai orang yang berguna khususnya bagi keluarga sendiri. Tetapi mayoritas para petani ini tidak ada yang merasakan kesejahteraan, baik secara ekonomi maupun sosial. Karena pada saat ini, kualitas sumberdaya manusia yang bekerja pada sektor pertanian masih rendah dibandingkan dengan sektor lain.4 Sesuai amanat yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, tujuan negara adalah memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.5 Tujuan bernegara ini diwujudkan dalam landasan sila kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Pencapaian tujuan negara tersebut dilakukan dengan pembangunan berkelanjutan yang melibatkan seluruh masyarakat. Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan diperlukan kondisi yang mendukung produktivitas petani. Salah satunya diwujudkan dengan adanya pihak yang berperan dalam memberikan pemberdayaan atau penyuluhan kepada para petani. Penyuluhan ataupun pemberdayaan ditujukan guna meningkatkan edukasi dan praktik di lapangan agar para petani di Indonesia lebih maju dan sejahtera. 3 Kebijakan Pertanian Perlu dibenahi, Tabloid Agropolitan, Edisi I, 26 Desember 2015, h. 2 4 Dillon, “Pertanian Membangun Bangsa”, (Jakarta: Sinar Harapan, 1999), Cet 1, h. 32. 5 Pancasila Dasar 1945 5 Konsep kesejahteraan juga tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan Sosial, yang menjelaskan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.6 Sedangkan dalam Pasal 2 Ayat 1 UU Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial ditegaskan bahwa kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.7 Adapun dalam al-Quran juga terdapat perintah bagi manusia untuk bekerja agar dapat menyejahterakan kehidupannya, yakni dalam sûrah at-Taubah/09 : 105 berikut. "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada 6 Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial 7 6 (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.8 Pada ayat diatas dijelaskan mengenai perintah bagi umat Islam untuk melakukan aktivitas-aktivitas sebagaimana Allah SWT telah memberikan rezeki kepada seluruh umat Islam yang beriman. Sebagai hambanya, manusia hanya untuk disuruh mencari keridhaannya agar apa yang telah kita hasilkan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian yang perlu diberdayakan agar mereka mampu menganalisa masalah dan peluang yang ada serta mencari jalan keluar sesuai sumber daya yang dimilikinya. Konsep yang digunakan dalam memberdayakan petani melalui konsep kelompok. Pentingnya kelompok bagi kehidupan manusia bertumpu pada kenyataan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Artinya secara alamiah manusia tidak dapat hidup sendirian. Dalam perjuangan hidupnya, guna memenuhi kebutuhan hidup manusia tidak terlepas dari interaksinya dengan manusia sekelilingnya. Dengan demikian, hampir dari seluruh waktu dalam kehidupan sehari-hari dihabiskan melalui interaksi dalam kelompok, dapat dikatakan bahwa pada setiap perkembangannya manusia membutuhkan kelompok. Dengan adanya kelompok tani maka akan ada kemudahan petani dalam meyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada pada bidang pertaniannya, selain itu juga dapat memberikan kelanggengan usaha pada petani serta lebih terorganisir lagi terhadap petani. Sehingga petani dapat 8 Al Quran dan terjemah, Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012 7 lebih kreatif dan mandiri dalam pengelolahan pertanian serta petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya dengan semaksimal mungkin.9 Kota Depok berpeluang besar menjadi sentra usaha pembudidayaan, baik tanaman dan perternakan. Bila dilihat dari banyaknya lahan yang bisa dipakai untuk usaha pembudidayaan, ataupun menggunakan halaman pekarangan rumah sebagai sarana pembudidayaan, seperti pembudidayaan ikan hias, tanaman hias burung hias berkicau yang tersebar di seluruh penjuru Kota Depok. Disisi lain, ada sebuah potensi unggulan Kota Depok yang mempunyai prospek cerah di masa mendatang, yakni Aloevera atau sering disebut lidah buaya.10 Demikian halnya yang terjadi pada kelompok tani yang dinamakan “Bina Avera” berada pada Desa Cilodong, Kota Depok. Kelompok Bina Avera ini fokus terhadap Tanaman Lidah Buaya dari mulai membudidayakannya sampai menjadi barang yang bernilai tinggi, seperti produk olahan yang berbahan baku lidah buaya. Kelompok yang berbasis tanaman Aloevera ini sudah menggeluti pada sektor pertanian lidah buaya kurang lebih 5 tahun. Berawal dari salah seorang pengurus yang terjun terlebih dahulu yang bereksperimen dengan tanaman lidah buaya seperti pembuatan minuman Aloevera dan hasil olahan produk beliau mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Lalu beliau mengembangkan usahanya sampai sukses seperti sekarang ini. Beliau pun berinisiatif untuk memberdayakan masyarakat sekitar dan sudah ada 22 warga yang ikut 9 Bustanul Arifin, Pertanian Era Transisi, (Lampung: Universitas Lampung Press, 2001), hlm 47. 10 2016 Hasil wawancara dengan Bu Tantri, Pendiri Kelompok Tani Bina Avera, 30 Maret 8 berpartisipasi dalam kelompok yang dinamakan “Kelompok Tani Bina Avera”. Apabila dilihat dari keberadaan kelompok tani Bina Avera, Cilodong Depok, kelompok ini merupakan satu-satunya kelompok petani yang menggunakan konsep pemberdayaan dibidang pertanian Lidah Buaya. Selain itu, tanaman Lidah Buaya sendiri memiliki berbagai khasiat, yaitu mengobati wasir, diabetes, mengatasi obesitas, hipertensi, AIDS, kanker, dan penyakit lainnya. Oleh sebab itu, alasan penulis meneliti tentang kelompok tani Bina Avera karena tanaman lidah buaya yang unik, memliki banyak khasiat dan jarang di temukan dalam bentuk olahan seperti makanan dan minuman. Sehingga penulis mengambil judul penelitian, yaitu “Perubahan Keberdayaan Masyarakat Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong Depok” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, supaya penelitian lebih terarah sesuai dengan judul dan tujuan dilakukannya penelitian, maka penulis memberikan batasan permasalahan ini hanya pada Perubahanperubahan Sosial dan Ekonomi serta proses pemberdayaan bagi masyarakat Petani Lidah Buaya di Cilodong, Depok. 2. Perumusan Masalah Untuk mempertajam kajian, perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 9 a. Bagaimana tahap-tahap pemberdayaan kelompok tani Bina Avera di Cilodong, Depok? b. Bagaimana perubahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat kelompok tani Bina Avera di Cilodong, Depok? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui proses pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok. b. Untuk mengetahui Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Menambah pengetahuan dan wawasan tentang Kelompok Tani Lidah Buaya dan hubungannya dengan kesejahteraan sosial Ekonomi bagi petani lidah buaya serta dapat dijadikan bahan untuk perbandingan sebagai penelitian selanjutnya. 1) Untuk Para Petani Lidah Buaya Dari hasil penelitian ini di harapkan para petani Lidah Buaya dapat mengetahui arti penting keberadaan Kelompok tani dan terpacu untuk berinovasi membangun sebuah usaha kreatifitas-kreatifitas yang bernilai tinggi lainnya. 10 2) Untuk peneliti Dari hasil penelitian ini di harapkan peneliti bisa menambah pengetahuan dan wawasan dalam ilmu pengetahuan kesejahteraan sosial yang nantinya ilmu tersebut bisa manfaat bagi orang lain dan semoga peneliti tidak ada kata habis atau selesai dalam belajar dan meneliti tentang lidah buaya pada khususnya. 3) Untuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau saran dan sumbangan pemikiran kepada akademik maupun jurusan Kesejahteraan Sosial, terutama pemikiran tentang pemberdayaan petani lidah buaya. b. Manfaat Praktis Dapat memberikan informasi tentang Kelompok Tani Lidah Buaya di sekitar serta bagaimana kontribusi kelompok Tani dalam kesejahteraan sosial ekonomi bagi petani lidah buaya. 1) Untuk kelompok Tani Penelitian ini agar dapat memberikan masukan yang positif kepada pengurus maupun pengelola, anggota kelompok tani, dalam mengembangkan dan mengelola organisasi Kelompok Tani Bina Avera sesuai dengan visi dan misi utama. 2) Untuk peneliti dan universitas Dari hasil penelitian ini di harapkan peneliti dan pihak jurusan juga tidak sekedar mengetahui teori namun juga bisa mempraktikannya dalam kegiatan sehari-hari khususnya dalam bidang pertanian. 11 D. Metodologi Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian mengambil di Jalan H. Dimun Raya No.4 RT.5/6 Cilodong, Depok – Jawa Barat. Disana penulis melakukan penelitian untuk mendapatkan informasi dari pengurus Kelompok Tani Bina Avera dengan observasi terlebih dahulu, wawancara langsung untuk mengetahui bagaimana tingkat Perubahan Sosial dan pendapatan ekonomi para petani melalui program pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera. Alasan penulis memilih lokasi penelitian di Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok ialah di kota Depok Sudah banyak kelompok tani tetapi mereka hanya menanam tanaman-tanaman yang mainstream saja, seperti halnya sayur-sayuran, umbi-umbian serta padi dan lain lain. Tetapi jarang kelompok tani yang membudidayakan tanaman lidah buaya, dan kelompok tani bina avera adalah salah satu kelompok yang membudidayakan tanaman tersebut. 2. Waktu Peneltian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2016 3. Pendekatan Penelitian Pada penelitian lapangan terdapat dua kelompok besar pendekatan penelitian. Pendekatan tersebut yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. 12 Pendekatan tersebut dapat membantu peneliti ketika melakukan penelitian dengan jenis penelitian apapun.11 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari pengukuran. Penelitian kualitatif secara umum bisa digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial, dan lain-lain. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.12 Jadi, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan alasan karena penelitian kualitatif lebih mengena dengan Kelompok Tani Bina Avera yang diamati oleh penulis, di mana penulis berusaha menyelami kehidupan keseharian para anggota kelompok, dalam rangka meningkatkan perubahan keberdayaan sosial ekonomi yang dialami para anggota kelompok dalam bidang Pertanian Lidah Buaya di Cilodong Depok. 11 Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h..7. 12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remeja Rosda Karya, 2007), cet-23, h.11. 13 4. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka.13 Dengan demikian, laporan penelitianakan berisi kutipan-kutipan dari pengurus Kelompok Tani Bina Avera dan masyarakat petani serta beberapa dokumen yang berkaitan dengan Lidah Buaya untuk memberikan gambaran penyajian laporan program pemberdayaan yang dilakukan oleh Kelompok Bina Avera Cilodong, Depok. 5. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder ; a. Data Primer Data primer sendiri terbagi menjadi 2 sumber data yaitu : 1) Utama, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian. Yaitu pengurus Kelompok Tani Bina Avera yang terkait dalam pembudidayaan Lidah Buaya di Jalan H. Dimun Raya No.4 RT.5/6 Cilodong, Depok. 2) Pendukung, yaitu data yang diperoleh dari Anggota Kelompok Tani Bina Avera di Jalan H. Dimun Raya No.4 RT.5/6 Cilodong, Depok. Baik yang terlibat maupun yang tidak terlibat dalam kegiatan pembudidayaan Lidah Buaya di Kelompok Tani Bina Avera. 13 Imam Gunawan, Metodologi Penelitian Kualitatif :Teori dan praktik (Jakarta: PT Bumi Ksara, 3013) h. 103. 14 b. Data Sekunder Sedangkan Data Sekunder merupakan data yang penulis peroleh baik berupa dokumen, arsip-arsip, memo atau catatan tertulis lainnya maupun gambar atau benda yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder penulis peroleh dari media massa, jurnal, buku-buku dan lain-lain. 6. Teknik Pemilihan Informan Subyek dalam penelitian ini adalah Kelompok Tani Bina Avera yang mengalami Perubahan keberdayaan masyarakat Petani melalui Pembudidayaan Lidah Buaya di Cilodong, Depok. Informan dalam penelitian ini adalah Ketua Pengurus Kelompok Tani Bina Avera dan Masyarakat Petani Lidah Buaya terlibat dalam Perubahan Keberdayaan Pembudidayaan Lidah Buaya di Kampung Cilodong Depok. Alasan penulis menganggap orang-orang yang disebutkan tadi adalah karena penelitian fokus kepada Masyarakat Petani Lidah Buaya yang ikut dalam program pemberdayaan dari kelompok Tani Bina Avera. Apakah melalui program tersebut Anggota Kelompok Tani Bina Avera bisa berdampak positif seperti meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi mereka. Termasuk ketua pengurus kelompok Bina Avera yaitu Tantri Guntari yang ikut terlibat dalam proses antara dari hasil wawancara penulis dengan para anggota Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong Depok. 15 Tabel 1 Rancangan Penelitian Metode Pengumpulan Data No. Informan Informasi yang dicari Jumlah 1. Ketua pengurus kelompok Tani Bina Avera Gambaran umum tentang Kelompok Tani Bina Avera, Tahap-tahap pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera, proses pembudidayaan lidah buaya, kegiatan yang dilakukan Kelompok Tani Bina Avera. 1 Wawancara bebas terstruktur, dokumentasi. 2. Anggota Kelompok Tani Bina Avera yang mengalami Keberdayaan. 3 Wawancara bebas terstruktur, observasi dan dokumentasi 3. Anggota Kelompok Tani Bina Avera yang belum mengalami Keberdayaan. Perubahan dari segi sosial, budaya dan ekonomi setelah menjadi kelompok tani Bina Avera, hambatan-hambatan yang dirasakan, keberhasilan yang dicapai. Perubahan dari segi sosial, budaya dan ekonomi setelah menjadi kelompok tani Bina Avera, hambatan-hambatan yang dirasakan, keberhasilan yang dicapai. 2 Wawancara bebas terstruktur, observasi. 7. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan informasi dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi, berikut penjelasannya: a. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara 16 (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.14 Ada salah satu metode ketika melakukan wawancara. Yaitu metode wawancara mendalam. Metode wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. serta kapan dimulai dan diakhiri. Namun, kadang kala informan pun dapat menentukan perannya dalam hal kesepakatan mengenai kapan waktu wawancara mulai dilaksanakan dan diakhir.15 Informan yang penulis wawancarai ialah Bu Tantri selaku ketua kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok. Karena Bu Tantri adalah sosok yang telah membuat perubahan bagi para anggota kelompok tani khususnya dalam bidang Pertanian Lidah Buaya dan sekaligus Pendiri dari Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong Depok. Penulis sudah mewawancarai beliau sebanyak 2 kali yang bertempatan di perkebunan Bu Tantri. Informan selanjutnya ialah para anggota Kelompok Tani 14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Bandung: PT. Remeja Rosda Karya, 2007), h. 186 15 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 108 17 Bina Avera yang sudah mengalami perubahan dan yang belum mengalami perubahan dalam Pemberdayaan di Pertanian Lidah Buaya. b. Observasi Sedangkan Observasi atau pengamatan adalah metode pertama yang digunakan dalam sebuah penelitian ilmiah. Observasi berarti pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang di selidiki. Dalam hal ini, aktifitas pengamatan meliputi kegiatan manusia dan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indera, terutama indera pengelihatan untuk melihat segala aktifitas di lokasi penelitian, dan telinga sebagai indera pendengaran untuk mendengar segala bentuk aktifitas di lokasi penelitian.16 Pengamatan yang penulis lakukan adalah terhadap fenomena dari Pekerjaan Bu Tantri yang masih beraktifitas dalam kegiatan usahanya yaitu Tanolavera. Home Industri Bu Tantri sendiri yaitu berada di dalam rumahnya, disana terdapat karyawan yang sedang menjalankan proses usah Bu Tantri. seperti, pembuatan Minuman Lidah Buaya dan lain-lain. Sedangkan perkebunan Lidah Buaya milik Bu Tantri terdapat di depan Kantor Kecamatan Cilodong yang letaknya tak jauh dari rumah Bu Tantri. disana terdapat karyawan lainnya yang sedang mengurusi Tanaman Lidah Buaya dan Tanaman Hias seperti Bunga Kamboja Jepang, Bunga Tulip, dan masih banyak bunga lainnya. 16 Suhartini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 145. 18 Sedangkan anggota dari Kelompok Tani Bina Avera lainnya sedang sibuk terhadap urusannya masing-masing. Seperti halnya dengan Bu Wiyah yang sedang menjaga warung kecil miliknya, Bu Dewi yang sedang menjaga anaknya, hanya Pak Muhayar saja yang terlihat masih mengurusi Pertanian Lidah Buaya miliknya di Daerah Cilodong. c. Dokumentasi Studi Dokumentasi adalah data-data yang tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual.17 Dokumen resmi yang digunakan penulis adalah buku harian yang bermanfaat dengan ditulis memberikan tanggapan tentang peristiwa-peristiwa disekitar penulis yang berisikan informasi dari Kelompok Tani Bina Avera. 8. Teknik Analisa Data Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah penyusunan data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan sistem kategorisasi. Kategorisasi berarti penyusunan kategori, dan kategori tidak lain adalah salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pikiran, intuisi, pendapat, atau kriteria tertentu.18 Sistem kategorisasi ini adalah Perubahan 17 Lexi.J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosda Karya 2001) Cet. Ke-15, h. 13. 18 Ibid., hlm. 252. 19 Keberdayaan kelompok tani terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat petani Lidah Buaya. 9. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian ini, diperlukan teknik pemeriksaan, dimana teknik pemeriksaan dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan kriteria derajat kepercyaan dan kriteria kepastian. E. Teknik Penulisan Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang disusun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, 2007, cetakan ke-2. F. Tinjauan Pustaka Pada penelitian ini, penulis melakukan kajian kepustakaan dengan tujuan untuk memperoleh data dari beberapa sumber tertulis baik berupa buku-buku bacaan ataupun sumber lainnya. Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ada beberapa skripsi yang fokusnya sama, yaitu tentang Pemberdayaan melalui kelompok Tani, salah satunya skripsi yang di tulis oleh : a. Syaiful, mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Jakarta dengan judul: “Upaya Kelompok Tani Sakati Makmur Dalam Pemberdayaan Ekonomi Petani Pasir Putih Melalui Pertanian 20 Jambu Merah.” Isi skripsi yang ditulis oleh syaiful ialah mengenai Program Pemberdayaan Ekonomi Petani dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Petani melalui Sekolah Lapang (SL) dimana dalam skripsi ini membahas tentang program pemberdayaan Ekonomi para petani jambu merah, sedangkan peneliti menggambarkan perubahan keberdayaan masyarakat kelompok tani lidah buaya dari segi sosial ekonomi dan budaya. b. Yati Reni, mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam UIN Jakarta dengan judul: “Evaluasi Terhadap Upaya Sekretariat Bina Desa Jakarta dalam Meningkatkan Kesejahteraan kelompok Tani Organik Bakti Lestari Desa Paseh, Kec. Banjarmangu, kab. Banjarnegara, Jawa Tengah.” Isi skripsi yang di tulis oleh Yati ialah untuk mengetahui evaluasi kegiatan Bina Desa Jakarta dengan kelompok Tani organik Bakti Lestari dan menilai sejauh mana efektivitas kegiatan dilihat dari hasil program tersebut, sedangkan peneliti membahas tentang bagaimana proses keberdayaan masyarakat petani lidah buaya Kota Depok yang terdiri dari tahap-tahap serta strategi pemberdayaan. c. Widiyaningsih, mahasiswa Ilmu Administrasi Negara UI Depok dengan judul: “Analisis Tingkat Keberdayaan Masyarakat melalui Program Pengembangan Komoditas Buah Belimbing pada Kelompok Tani Belimbing di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok.” Isi skripsi yang di tulis oleh Widiyaningsih ialah Untuk mengetahui dampak dan perubahan sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat Situ setelah adanya musibah Situ Gintung. Seperti apa Dampak pada pekerjaan 21 masyarakat situ gintung, dampak pada kelembagaan sosialnya, serta dampak pada nilai sistem nilai yang terkandung pada masyarakat sosial di sekitar situ gintung. Sedangkan peneliti membahas tentang perubahan dari segi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat kelompok tani Bina Avera di Cilodong, Depok. d. Hindrina Perdhama Sari, mahasiswa Biologi UI Depok dengan Judul: “Pertumbuhan Lidah Buaya (Aloe Chinensis Baker) Pada Media Tanam Campuran Tanah dan Kompos.” Isi Skripsi yang di tulis oleh Sari ialah bagaimana pertumbuhan suatu tanaman Lidah Buaya jika melalui media tanam campuran antara tanah dan kompos. Serta apakah tanaman lidah buaya bisa tumbuh sesuai dengan yang di ekspetasi kan seperti jenis tanaman lidah buaya lainnya. Berbeda dengan penelitian skripsi ini yang lebih membahas tentang bagaimana proses keberdayaan petani lidah buaya serta perubahan sosial, budaya dan ekonominya. e. Linda, mahasiswa Teknik Industri UI Depok dengan Judul: “Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Minuman Lidah Buaya Avera.” Isi Skripsi yang di tulis oleh Linda ialah tentang cara mengembangkan usaha yang berkaitan dengan lidah buaya, dan menjadikan produk yang berbahan baku dari tanaman lidah buaya menjadi produk olahan yang bernilai tinggi yaitu minuman lidah buaya. Serta cara memasarkan produk olahan tersebut ke masyarakat dengan kualitas tinggi yang tidak kalah dengan produk olahan minuman yang sudah terjun duluan di pasaran. Sedangkan skripsi yang di teliti oleh penulis ialah program pemberdayaan kelompok tani yang lebih fokus terhadap Perubahan 22 dalam kesejahteraan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat petani di kampung Sukamaju Cilodong Depok. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam lima bab yang mana rinciannya sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan, Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, Teknik Penulisan, Tinjauan pustaka serta sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori, Bab ini berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yang terdiri dari Pengertian Pemberdayaan, Pemberdayaan, Proses dan Pemberdayaan, Tahapan-tahapan Strategi Pemberdayaan. Pengertian Perubahan, Perubahan Sosial, ekonomi dan Budaya, Faktor pendukung Perubahan Sosial, Faktor perubahan Budaya dan Pendapatan Ekonomi. BAB III : Profil Komunitas, Bab ini berisi tentang profil dari kelompok Tani Bina Avera, yang terdiri sejarah singkat, visi dan misi, Daftar Pengurus Kelompok Tani Bina Avera, Dari Pengusaha Lidah Buaya sampai Kelompok Tani Bina 23 Avera, Pertanian Kecamatan Cilodong Depok, tentang Lidah Buaya. BAB IV : Analisis Hasil Temuan di Lapangan, Bab ini berisi tentang Perubahan Sosial, Ekonomi dan Budaya masyarakat petani melalui pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok. BAB V : Penutup, Bab ini berisi tentang kesimpulan dan Saran penulis. BAB II LANDASAN TEORI A. PEMBERDAYAAN 1. Pengertian Pemberdayaan Pemberdayaan sebagai suatu program biasanya dilihat dari tahapan tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya sudah ditentukan jangka waktunya. Jika pemberdayaan dilihat sebagai suatu proses yang berkesinambungan (on-going) sepanjang komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan, dan tidak hanya terpaku pada suatu program saja.18 Menurut Soetomo, Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah pendekatan yang memberikan kesempatan, wewenang yang lebih besar kepada masyarakat terutama masyarakat lokal untuk mengelola proses pembangunannya. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya memberi wewenang terhadap masyarakat, tetapi juga meningkatkan kapasitas yang ada di masyarakat.19 Edi Soeharto berpendapat bahwa, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan keiornpok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami 18 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002), h. 162. 19 Soetomo, Pemberdayaan Masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 69. 24 25 masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.20 Sedangkan pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan suatu proses meningkatkan keterampilan hidup sekumpulan orang yang masuk kategori fakir miskin atau dhuafa agar dapat memiliki mata pencaharian yang membuat kondisi hidupnya masuk kategori muzakki.21 Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan 20 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 60 21 Ismet Firdaus, dkk, Pengamalan Al-Qur’an tentang Pemberdayaan Dhu’afa (Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 226 26 keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Beberapa ahli dibawah ini mengemukakan definisi pemberdayaan di lihat dari tujuan, proses, cara-cara pemberdayaan: ï‚· Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung ï‚· Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan, yang cukupuntuk mempangaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. ï‚· Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial. ï‚· Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas di arahkan agar mampu menguasai kehidupannya. 22 Pada hakekatnya upaya-upaya pembangunan di tingkat komunitas memfokuskan pada pemberdayaan warga komunitas dengan melakukan power sharing agar masyarakat memiliki kemampuan dan kesetaraan dengan beragam stakeholders lainnya. Oleh karena itu, semua stakeholders sebagai pelaku perubahan dalam proses pembangunan berupaya memberdayakan warga komunitas (dari kurang berdaya 22 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 58-59. 27 menjadi lebih berdaya) baik pada tingkat individu, keluarga, kelompokkelompok sosial, ataupun komunitas guna mencapai kehidupan lebih baik.23 Dari beberapa pandangan menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat bagian dari proses dan tujuan pengembangan masyarakat yang harus di optimalkan sebaik mungkin. Karena Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau cara untuk meningkatkan potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam pemberdayaan masyarakat lebih menekankan kepada proses bukan hasil akhir. Didalam proses pemberdayaan, masyarakat menjadi subyek bukan objek. Maka dari itu dibutuhkan partisipasi dari masyarakat itu sendiri. 2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Parsons menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang mengatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara pekerja sosial dan klien dalam settingan pertolongan perseorangan. Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual, meskipun pada gilirannya strategi ini berkaitan dengan kolektifitas, dalam arti mengaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya. Menurut Edi Suharto Dalam 23 Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), h. 89. 28 konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan, yaitu: a. Aras Mikro Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervension. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. b. Aras Mezzo Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. c. Aras Makro Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (Large-system strategy), karena sasaran perubahan di arahkan pada system lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka 29 sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.24 3. Tahap-tahap Pemberdayaan Pemberdayaan Masyarakat merupakan suatu proses intervensi sosial (perubahan sosial yang terencana). perubahan sosial terencana pada level komunitas pada Ilmu Kesejahteraan Sosial, sering kali tidak dapat dilepaskan dari model intervensi pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, setiap bentuk pemberdayaan masyarakat dapat dijelaskan dalam beberapa tahap, sebagaimana yang dikembangkan oleh Isbandi Rukminto (2002), terdiri dari 6 tahapan, yakni tahap persiapan (Engagement), tahap pengkajian (Assessment), tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan (designing), tahap pelaksanaan program (Implementation), tahap evaluasi (Evaluation) dan tahap terminasi (Disengagement), tahapan tersebut sebagai berikut:25 a. Tahap persiapan (Engagement) Pada tahap persiapan ini meliputi sekurangnya dua tahapan yang harus di kerjakan, yaitu: ï‚· Tahap penyiapan petugas (Community Worker) untuk menyamakan persepsi antar anggota tim agen perubahan (Change agent) mengenai pendekatan apa yang akan di pilih dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Terutama apabila agen 24 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 66-67 25 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Pembangunan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002), h. 182 30 perubahan berasal dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Misalnya saja, ada petugas yang berlatar belakang sarjana Agama, sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, sarjana Pendidikan dan sarjana Sastra. Sehingga menyamakan perlu persepsi dilakukan mengenai pelatihan program awal untuk pemberdayaan masyarakat yang akan dikerjakan di daerah tersebut, serta bagaimana teknik-teknik yang akan dilakukan dalam melakukan perubahan di masyarakat. ï‚· Tahap penyiapan lapangan dimana petugas (Community Worker) pada awalnya melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal. Bila sudah ditemukan daerah yang ingin dikembangkan, community worker harus mencoba menerobos jalur formal untuk mendapatkan dari pihak yang terkait. Pada tahap inilah terjadi kontak dan kontrak awal dengan kelompok sasaran. Komunikasi yang baik pada tahap awal biasanya akan mempengaruhi keterlibatan warga pada fase berikutnya. Fase ini juga dikenal sebagai fase engagement dalam suatu proses pemberdayaan masyarakat. b. Tahap Pengkajian (Assessment) Proses assessment yang dilakukan disini dapat dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat. Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubahan berusaha mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki 31 masyarakat. Dalam proses Assessment ini masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar mereka dapat merasakan bahwa permasalahan permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri. Disamping itu, pada tahap ini pelaku perubahan juga memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya, yaitu tahap perencanaan. c. Tahap Perencanaan Alternatif Progream atau Kegiatan (Designing) Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubahan secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada pada masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan. d. Tahap Pelaksanaan (Implementation) Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam program pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu yang sudah di rencanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak kerja sama antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerjasama antar Tokoh Masyarakat. Dalam upaya melaksanakan program pengembangan masyarakat, peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat 32 menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kader ini biasanya dipilih dari ibu-ibu rumah tangga ataupun pemudi yang masih memiliki waktu luang dan mau melibatkan diri dalam kegiatan tersebut. e. Tahap Evaluasi (Evaluation) Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya di lakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini di harapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka panjang di harapkan akan dapat membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Tidak jarang juga dari hasil pemantauan dan evaluasi ternyata yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bila hal ini terjadi maka evaluasi proses diharapkan akan dapat memberikan umpan baik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun kegiatan. Sehingga apabila diperlukan dapat dilakukan kembali assessment terhadap permasalahan yang dirasakan masyarakat. Karena pelaku perubahan juga menyadari bahwa tolak ukur suatu masyarakat juga dapat berkembang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan yang sudah terjadi. 33 f. Tahap Terminasi (Disengagement) Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran, terminasi dalam suatu program pemberdayaan masyarakat, tidak jarang dilakukan bukan karena masyarakat sudah dianggap mandiri, tetapi lebih karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan. B. PERUBAHAN MASYARAKAT Siapa yang akan membuat perubahan? Apakah perubahan akan terjadi dengan paksaan satu kelompok atas kelompok lain atau melalui partisipasi semua orang yang terlibat? Persoalan ini berkaitan dengan target yang harus di capai. Di tingkat individual, ahli terapi menggunakan teknik otoriter dan partisipatif. Di tingkat kelompok dan struktural, telah digunakan elitis dan demokratis. Elitnya mungkin ahli dibidang tertentu, misalnya pengusaha, intelektual, atau politisi kawakan. Tugas elit adalah untuk mempengaruhi perubahan dengan atau tanpa keinginan orang lain yang terlibat dalam perubahan itu. Menurut strategi demokratis, mungkin masih terdapat elit ahli tetapi mereka bekerja dengan rakyat sehingga semua orang yang di pengaruhi oleh perubahan itu berpeluang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.26 26 h. 491 Robert H. Lauer, Perspektif tentang Perubahan Sosial (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), 34 1. Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu yang berlainan. Untuk itu, konsep dasar mengenai perubahan sosial menyangkut 3 hal, yaitu: ï‚· Studi mengenai perbedaan, maksudnya bahwa untuk dapat melakukan studi perubahan sosial, kita harus melihat adanya perbedaan ataupun perubahan kondisi objek yang menjadi fokus studi. ï‚· Studi harus dilakukan pada waktu yang berbeda, maksudnya studi perubahan harus di lihat dalam konteks yang berbeda, dengan kata lain kita harus melibatkan studi komparatif dalam dimensi waktu yang berbeda. ï‚· Pengamatan pada sistem sosial yang sama, maksudnya objek yang menjadi fokus studi komparasi tersebut haruslah objek yang sama. 27 Sekitar tahun 1971, lebih sedikit orang laki-laki yang bersikap negatif terhadap wanita yang bekerja di berbagai jenis pekerjaan. Apakah itu suatu perubahan? Beberapa orang mengatakan “Yaa” ; sementara itu menganut paham feminisme mungkin akan mengatakan sebenarnya tidak ada perubahan karena sikap laki-laki tidak mencerminkan kesempatan kerja yang diperoleh wanita di pasar tenaga kerja. Lalu apa yang kita artikan dengan perubahan sosial itu? Kebanyakan definisi membicarakan perubahan dalam arti yang sangat luas. Wilbert Moore misalnya, 27 h. 2-3 Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012), 35 mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari struktur sosial”, dan yang di maksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku dan interaksi sosial”. Moore memasukan ke dalam definisi perubahan sosial sebagai ekspresi mengenai Struktur seperti Norma, nilai dan fenomena Kultural.28 a. Pengertian Perubahan Sosial Adapun definisi-definisi perubahan sosial yang di kemukakan oleh beberapa tokoh: Tabel 2 Definisi Perubahan Sosial Menurut Para Ahli No. Tokoh 1. Munandar 2. 3. 4. 5. 28 h. 4 Definisi Perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi dari bentuk-bentuk masyarakat. Selo Sumardjan dan Perubahan sosial meliputi segala perubahanSoelaiman Sumardji perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok didalam masyarakat. Kingsley Perubahan sosial ialah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat Mac Iver Perubahan sosial ialah perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan Gillin Perubahan sosial ialah suatu variasi cara-cara hidup yang telah di terima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun Robert H. Lauer, Perspektif tentang Perubahan Sosial (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), 36 6. Koenig 7. Hawley 8. Macionis 9. Ritzer 10. Lauer b. penemuan-penemuan dalam masyarakat Perubahan sosial ialah modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia Perubahan sosial merupakan setiap perubahan yang tidak terulang dari sistem sosial sebagai satu kesatuan Perubahan sosial ialah transformasi dalam organisasi masyarakat dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antar individu, kelompok, organisaisi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu Perubahan sosial di maknai sebagai perubahan fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia, mulai dari tingkat individu-individu sampai dengan tingkat dunia.29 Faktor Pendorong dan penghambat Perubahan Sosial 1) Faktor yang mempercepat proses perubahan sosial ï‚· Kontak dengan budaya lain. Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah di hasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing dan bahkan hasil perpaduannya. Hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan dan tentu saja akan memperkaya kebudayaan yang ada. ï‚· Sistem pendidikan formal yang maju. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mengukur tingkat kemajuan suatu masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini 29 h. 4-5 Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012), 37 akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman, dan memerlukan suatu perubahan atau tidak. ï‚· Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju. Sebuah hasil karya dapat memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya orang lain. Orang yang berpikiran dan berkeingin maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri.30 ï‚· Adanya toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif. ï‚· Sistem stratifikasi masyarakat yang terbuka. Sistem stratifikasi yang terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal dan horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempersalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya. ï‚· Pembangunan dan pengembangan jaringan, pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan 30 h. 18-21. Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012), 38 peningkatan kemampuan para anggotanya untuk membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial disekitarnya. ï‚· Penduduk yang Heterogen. Masyarakat yang heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan sosial. ï‚· Ketidakpuasan masyarakat pada bidang-bidang tertentu. Rasa tidak puas dapat Ketidakpuasan pertentangan menjadi menimbulkan dan berbagai sebab terjadinya reaksi berupa gerakan perubahan. perlawanan, revolusi untuk mengubahnya. ï‚· Adanya orientasi masa depan. Kondisi yang senantiasa merangsangorang untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan. ï‚· Adanya nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk memperbaiki kehidupannya. 31 2) Faktor yang menghambat proses perubahan sosial ï‚· Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. Apabila sebuah masyarakat tidak melakukan kontak sosial dengan masyarakat 31 h. 18-21. Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial , (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012), 39 lain, maka tidak akan terjadi tukar informasi, atau tidak akan terjadi proses asimilasi, akulturasi yang mampu mengubah kondisi masyarakat tersebut. ï‚· Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat. Ilmu pengetahuan adalah kunci perubahan yang akan membawa masyarakat menuju pada peradaban yang lebih baik. ï‚· Sikap masyarakat yang sangat tradisional. Sikap tradisional akan mengagung-agungkan kepercayaan yang telah di ajarkan nenek moyangnya yang dianggap sebagai sebuah kebenaran mutlak yang tidak dapat di ubah. Pandangan ini lah yang dapat menghambat, karena apabila mereka mencoba untuk mengubah nilai-nilai yang sudah diajarkan secara turun temurun tersebut, dapat di percaya akan menimbulkan malapetaka. ï‚· Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau versted interest. Dalam setiap kehidupan bermasyarakat, akan ada sekelompok individu yang ingin mempertahankan atau hanya sekedar mewujudkan ambisinya dalam meraih tujuan pribadi atau golongannya. ï‚· Rasa takut akan terjadi kegoyahan pada integrasi kebudayaan. Untuk itu, suatu kelompok masyarakat seringkali membatasi diri untuk menerima unsur-unsur budaya dari luar. ï‚· Prasangka terhadap hal-hal baru atau sikap yang tertutup. Sikap demikian akan dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah masyarakat lain. Hal ini kemudian memunculkan prasangka 40 ketika masyarakat tersebut berinteraksi dengan masyarakat yang dudlu pernah menjajah mereka, karena dikhawatirkan masyarakat tersebut memiliki rencana kembali untuk menjajah mereka. ï‚· Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. Setiap upaya untuk mengubah masyarakat , adakalanya harus bertentangan dengan ideologi yang telah di anut oleh kelompok masyarakat selama ini. Apabila nilai-nilai yang akan di ubah tersebut bertentangan dengan ideologi yang dianut selama ini maka dipastikan perubahan tersebut tidak akan berjalan. ï‚· Adat atau kebiasaan. Faktor ini merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat didalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-pola tersebut tidak efektif lagi dalam memenuhi kebutuhan, maka akan terjadi krisis. Misalnya dalam proses adopsi inovasi ini mampu meningkatkan efisiensi produksi, namun disisi lain, adopsi ini justru dapat memunculkan masalah baru, yaitu bertambahnya pengangguran. ï‚· Adanya nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin di perbaiki. Sikap pasrah ini menyebabkan masyarakat enggan untuk melakukan perubahan.32 32 h. 18-21. Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012), 41 2. Perubahan Budaya Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan berbeda. Dalam perubahan sosial terjadi perubahan struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial, antara lain sistem status, hubungan-hubungan di dalam keluarga, sistem politik dan kekuasaan, serta persebaran penduduk. Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga teknologi selera, rasa keindahan (kesenian) dan bahasa. Walaupun perubahan sosial dan perubahan budaya itu berbeda, pembahasan kedua perubahan itu tak akan mencapai suatu pengertian yang benar tanpa mengaitkan keduanya. 33 a. Pengertian Budaya Budaya dalam bentuk jamak dari kata Budi dan daya yang berarti Cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya berasal dari bahasa Sanskerta budhayah yang berarti budi dan akal. Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Berikut pengertian budaya menurut para ahli. 33 M. Munandar Sulaeman, MS, Ilmu Budaya Dasar (Bandung: PT. Eresco, 1998), h. 30 42 Tabel 3 Definisi Budaya Menurut Para Ahli No. Tokoh 1. B. Tylor Definisi Budaya ialah suatu keseluruhan komplex yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat Koentjaningrat Budaya termasuk sistem keseluruhan yang digagas, milik diri manusia dengan belajar Selo Soemardjan dan Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan Soelaiman Soemardji cipta masyarakat Herkovits Kebudayaan merupakan bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia 2. 3. 4. Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat di pengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.34 b. Penyebab Perubahan Budaya Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) seiring dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh karenanya tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Dengan demikian kebudayaan akan mengalami perubahan.35 34 Elly M. Setiadi dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 27.28 35 Elly M. Setiadi dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 44 43 Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi jauh dari berbagai perhubungan dengan masyarakat yang lainnya. Dan terjadinya perubahan kebudayaan di sebabkan oleh beberapa hal, yaitu: ï‚· Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalkan perubahan ajaran nilai agama. Setiap kelompok masyarakat mempunyai nilai budaya. Nilai Budaya ini mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang dianggap penting, berlaku dalam kehidupan. Nilai budaya berasal dari ide-ide, gagasan, pola pikir, yang mengarah pada hal yang baik, terus di kembangkan dan di lestarikan oleh generasi berikutnya. Dalam pengembangan selanjutnya hal-hal yang baik dan di patuhi oleh masyarakat. Akhirnya kebiasaan tadi akan mengikat bagi anggota-anggota masyarakat sehingga menjadi dasar untuk berperilaku. Dengan demikian nilai budaya tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai norma.36 ï‚· Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung untuk berubah secara lebih cepat, seperti gaya hidup.37 36 Sujarno, dkk, Pemberdayaan nilai budaya dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera di daerah istimewa Yogyakarta (Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000), h. 92 37 M. Munandar Sulaeman, MS, Ilmu Budaya Dasar (Bandung: PT. Eresco, 1998), h. 29 44 Gaya Hidup also known as (Life Style) berbeda dengan cara hidup (way of life). Cara hidup di tampilkan dengan ciri-ciri, seperti norma, ritual, pola-pola tatanan sosial, dan mungkin juga suatu komunitas dialek atau cara berbicara yang khas. Sementara itu gaya hidup di ekspresikan melalui apa yang dikenakan seseorang, apa yang ia konsumsi, dan bagaimana ia bersikap atau berprilaku ketika ada di hadapan orang lain. Gaya hidup bukan sekedar aktivitas atau mengisi waktu luang. Gaya hidup tumbuh dan di kembangkan oleh kekuatan kapital untuk kepentingan membangun pangsa pasar, memperbesar keuntungan dan menghela agresivitas masyarakat dalam mengkonsumsi berbagai produk industri Budaya. 38 ï‚· Perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan mengadopsi suatu pengetahuan atau kepercayaan baru, atau karena perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas. ï‚· perubahan karena adanya penemuan baru discovery. Namun, perubahan kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa, dan rasa manusia adalah tentu saja perubahan yang memberi nilai manfaat bagi manusia dan kemanusiaan, bukan sebaliknya, yaitu yang akan memusnahkan manusia sebagai pencipta kebudayaan tersebut.39 38 Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi: kapitalisme dan konsumsi di Era Masyarakat Post Modernisme (Jakarta: Kencana, 2014), h. 137 39 Elly M. Setiadi dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 44 45 3. Perubahan Ekonomi Ilmu Ekonomi mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya-sumber daya yang langka (dengan dan tanpa uang), dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya.40 Pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu serta menunjukan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang selama jangka waktu tertentu.41 Pendapatan yang terdiri dari: ï‚· Pendapatan upah tenaga kerja ï‚· Pendapatan dari kekayaan, seperti sewa, bunga dan deviden ï‚· Pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah, seperti tunjangan sosial dan asuransi pengangguran. Berdasarkan penjelasan di atas pendapatan ekonomi ialah penghasilan individu atau masyarakat yang diterima dalam jumlah nilai dari suatu badan usaha baik barang maupun jasa selama jangka waktu tertentu guna memperbaiki kualitas hidup di masyarakat. Penghasilan tinggi ialah pendapatan lebih tinggi dari pengeluaran. Jika pendapatan lebih rendah dari pengeluaran maka masyarakat tersebut belum bisa dikatakan sejahtera. 40 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makro Ekonomi) Edisi Ketiga (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), h. 3. 41 Nur atikah nasution, “Dampak perubahan pemanfaatan tanah situ kuru terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar”, (Skripsi S1 fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, Universitas syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 35 BAB III PROFIL KOMUNITAS A. Profesi Bisnis Lidah Buaya dan Perkembangan Petani Lidah Buaya di Depok Aloe vera atau yang biasa dikenal dengan nama lidah buaya merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup laris di dunia karena banyak diminati dan dicari oleh para pelaku industri. Lidah buaya telah dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri makanan dan minuman kesehatan di berbagai negara, termasuk di Indonesia yang juga sudah banyak industri yang mengembangkan tanaman tersebut. Saat ini permintaan lidah buaya di Indonesia meningkat pesat, bahkan petani lidah buaya belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama pasokan ke sejumlah pasar modern dan toko-toko buah. Saat ini eksportir terbesar lidah buaya di Asia Tenggara adalah Malaysia dan Thailand. Sedangkan di Indonesia belum banyak daerah yang melakukan ekspor lidah buaya, hanya Kalimantan saja yang sudah melakukan ekspor lidah buaya karena perkembangan lidah buaya di Kalimantan lebih unggul dibandingkan daerahdaerah lain di Indonesia. Namun saat ini, daerah lain masih terus mengembangkan dan mengimpor usaha dari hasil olahan lidah buaya seperti sabun, sampo, powder, makanan, minuman dan olahan lainnya. Salah satu daerah penghasil lidah buaya beserta olahannya adalah di kota Depok, yaitu di daerah Cilodong. Masyarakat Cilodong sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani lidah buaya. Mereka telah meminta kepada Pemerintah Kota Depok agar menjadikan Cilodong sebagai sentra lidah 47 48 buaya. Namun para petani lidah buaya ini hanya membudidayakan tanaman lidah buaya tetapi tidak mengolahnya menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Melihat peluang tersebut, para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mulai bermunculan dan memanfaatkannya dengan baik. Bermodalkan pengetahuan dan keahlian mengolah lidah buaya yang didapatkan dari berbagai pelatihan teknologi tepat guna, mereka membuat komunitas atau kelompok tani yang membudidayakan dan mengolah lidah buaya menjadi tanaman yang bernilai guna lebih tinggi. Salah satu pelaku usaha lidah buaya yang terbilang sukses adalah Bu Tantri Guntari. Hasil olahan lidah buayanya adalah seperti teh kulit lidah buaya, kerupuk lidah buaya dengan berbagai varian rasa, serta minuman lidah buaya dalam botol dan cup. B. Sejarah Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok Berawal dari tahun 2004 seorang mantan pegawai swasta di salah satu perusahaan asing di Jakarta yaitu Ibu Tantri (Pendiri Kelompok Lidah Buaya) yang terjun langsung terlebih dahulu untuk ber eksperimen dengan tanaman yang berbahan dasar Lidah Buaya. Seperti yang dikatakan Bu Tantri: “Saya tuh dulu hanya karyawan swasta di salah satu perusahan asing, waktu itu ada seminar tentang lidah buaya gitu kan saya tertarik lalu saya mengikuti pelatihannya yang di adakan di depok, Waktu itu tahun 2004 di UI ama dinas kota Depok selama beberapa hari”.42 Bu Tantri mengikuti pelatihan teknologi budidaya tepat guna yang diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Depok, Jawa Barat, serta 42 Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. 49 Universitas Indonesia. Dari sana, Tantri kemudian terinspirasi untuk memulai usaha pengolahan lidah buaya, khususnya jenis chinensis yang dapat dikonsumsi dan berpelepah besar. Seperti yang dikatakan oleh Bu Tantri berikut. “Karena ada dua jenis utama dari tanaman lidah buaya yaitu lidah buaya barbadensis miller dan aloe vera chinensis. Kalau barbadensis miller itu dari Eropa dan biasanya jenis ini banyak permintaan dari industri kosmetik & farmasi sedangkan aloe vera chinensis dari Asia diperuntukan menjadi berbagai produk olahan makanan seperti yang saya budidaya itu jenisnya Cinensis”.43 Setelah itu Bu Tantri menguji Lidah Buaya tersebut yang bermodalkan 10 kilogram pelepah lidah buaya yang ia beli di pasar kembang. “....Bu Tantri dulu awalnya penjual minuman Lidah Buaya keliling, kadang nitip barang dagangannya itu ke warung-warung kecil disekitar Desa....”44, ungkap Pak Asmawi. Seperti yang dikatakan oleh Bu Tantri: “Saya olah awalnya di jadiin es mambo lidah buaya, terus saya jualin ke SD-SD, anak-anak pada seneng kan, saya suruh orang untuk jualin Ke SD rutin, lalu saya buat olahan seperti minuman nata de coco dalam bentuk gelas saya pasarin ke masyarakat disini dan responnya bagus”.45 Pembuatan olahan minuman yang berbahan dasar lidah buaya yang ia buat pertama adalah es mambo. Es mambo itu kemudian dipasarkan di sekolah-sekolah dan ternyata laku keras dengan harga Rp 1.000 per buah. Dan hasil eksperimennya ini lama-lama membuahkan hasil serta mendapatkan respon positif dari masyarakat setempat. Maka bu Tantri sendiri membentuk suatu usaha home industry yang berbasis Lidah Buaya yang 43 Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016. 45 Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. 44 50 dinamai “Tanolavera”. “... Mulai dari situ lah saya mendapatkan hasil yang cukup Lumayan besar serta memperkerjakan empat karyawan yang membantu dalam usaha Lidah Buaya ini....”,46 ungkap Bu Tantri. Semakin berkembangnya usaha yang ia geluti selama beberapa tahun belakangan ini, Bu Tantri tidak hanya membuat yang berbahan dasar Lidah Buaya ini menjadi minuman saja tetapi telah mengubah Tanaman ini menjadi Olahan produk lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Bu Tantri berikut. “Selain minuman Lidah Buaya saya membuat produk olahan lainnya seperti Krupuk Libuy (Lidah Buaya), krupuk ini saya inovasi sedemikian rupa agar bisa diterima ke konsumen seperti saya berikan bumbu-bumbu pedas, asin bahkan ada yang keju. Dan saya juga menjual krupuk-krupuk mentah ini yang berbahan dasar Lidah Buaya yang dikemas dalam plastik, agar penjual juga bisa memasaknya sendiri di rumah dengan menambahkan varian lainnya”.47 Selain minuman dan krupuk yang Bu Tantri buat ada lagi suatu produk olahan beliau yang cukup unik yaitu membuat Teh Lidah Buaya. “....selain produk olahan minuman dan krupuk ini, saya juga membuat teh celup dari kulit Lidah Buaya, teh celup ini cukup digemari oleh masyarakat cilodong sendiri....”,48 ungkap Bu Tantri. Produk-produk tersebut merupakan hasil olahan unggulan yang dan juga unik bagi seorang petani seperti Bu Tantri, tetapi ini suatu terobosan yang bagus bagi para Petani lainnya untuk terus mengembangkan usaha pertanian. Berawal dari modal 10 kilogram lidah buaya yang di produksi hingga kini setiap bulan beliau mengolah hampir 800 kilogram lidah buaya untuk di 46 Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. 48 Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. 47 51 jadikan olahan seperti minuman, krupuk dan Teh yang siap untuk di pasarkan. Seperti yang dijelaskan oleh Bu Tantri berikut. “Harga satu cup minuman lidah buaya yang saya jual di pasaran bisa mencapai dua ribu lima ratus rupiah, perbulan Usaha Bisnis saya ini bisa memproduksi hingga 500 duz yang per duz nya berisi 24 cup minuman lidah buaya untuk di supply ke warung-warung kecil sampai super market besar seperti hypermart dan supermarket besar se jabodetabek”.49 Dari hasil usaha olahan Lidah Buaya yang sudah meluas ini Bu Tantri berinisiatif untuk membentuk sebuah kelompok masyarakat petani yang berbasis Tanaman yang mempunyai nama latin Aloevera ini. Seperti yang dikatakan Bu Tantri. “Berawal dari kumpul ibu-ibu disini kan waktu itu hanya berkumpul bagi para ibu-ibu PKK, lalu saya tuh ada inisiatif ngajak mereka untuk membentuk kelompok tani Lidah Buaya. yaa lumayan kan selain menghasil kan juga menambah ilmu bagi mereka”.50 Berawal dari perkumpulan ibu-ibu di desa Cilodong bu Tantri mempersentasikan tanaman tersebut serta memberikan pelatihan-pelatihan kepada para ibu-ibu tersebut terhadap tanaman Lidah Buaya untuk di jadikan barang yang bernilai tinggi. Dalam Pembinaan tersebut Bu Tantri memberikan beberapa Tanaman Lidah Buaya kepada Masyarakat Cilodong serta mengajarkan kepada mereka bagaimana cara berbudi daya lidah Buaya sampai mengolah tanaman ini menjadi suatu produk yang siap di pasarkan ke masyarakat setempat. Dan dalam tahapan pembentukan kelompok tersebut Bu Tantri Menjalin Relasi ke berbagai kelompok petani baik yang berbasis lidah buaya maupun kelompk Petani Tanaman lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Bu Tantri: 49 50 Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. 52 “Sebelum pembentukan kelompok saya sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait baik dari pemerintahan setempat maupun dari kelompok tani lainnya seperti Kelompok Tanaman Hias, Kelompok Tanaman Belimbing serta kelompok petani se daerah Kota Depok”.51 Maka di tahun 2009 kelompok ini terbentuk dengan nama “Kelompok Bina Avera” dan diresmikan oleh kelurahan setempat. Serta sampai saat ini kelompok tersebut beranggotakan 22 orang dengan bimbingan bu Tantri sebagai Pembina kelompok di wilayah Cilodong. C. Visi dan Misi Kelompok Tani Bina Avera 1. Visi Kelompok Bina Avera. Menjadikan kelompok tani yang bermanfaat dalam membangun potensi masyarakat serta berkontribusi guna menumbuhkan ketrampilan dalam bidang pertanian yang produktif dan inovatif. 2. Misi Kelompok Bina Avera a. Meningkatkan penghasilan anggota Kelompok b. Memupuk kerjasama dan kekompakan antar anggota kelompok c. Meningkatkan Produktivitas budidaya lidah buaya dari anggota kelompok d. Meningkatkan keterampilan budidaya dan berwirausaha dari anggota kelompok52 51 52 Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. Proposal kelompok tani Bina Avera, Depok, 30 Maret 2016, h. 11 53 D. Daftar Pengurus / Anggota Kelompok Tani Bina Avera Berikut adalah susunan para anggota kelompok tani Bina Avera yang terdiri dari:53 Ketua : Tanti Guntari Sekretaris : Dewi Utari Bendahara : Hj Manih Ferdiana Anggota : 1. H. Asmawi Buchori 11. Sri Susanti 2. Wiyah Sanawiyah 12. Purwiyati 3. Atminingsih 13. Saemah 4. Pardi 14. Marja Subarkah 5. Elly Saini 15. Siti Aisyah 6. Rimin 16. Anah 7. Tinoh 17. Hayati 8. Anar 18. Neman 9. Yahya 19. Karpasih 10. Muhayar 53 20. Bahrudin Proposal kelompok tani Bina Avera, Depok, 30 Maret 2016, h. 15 54 E. Dari Pengusaha Lidah Buaya sampai Kelompok Tani Bina Avera Sosok Bu Tantri ialah salah satu wanita inspiratif yang patut untuk dicontoh dan diteladani. Tetapi tidak hanya dilihat ketika Bu Tantri sukses saja tetapi pas beliau dari bawah lah juga harus diikuti bagaimana proses dia menjadi seperti sekarang ini. Seperti yang dikatakan Bu Tantri: “Saya tuh dulu hanya karyawan swasta di salah satu perusahan asing, waktu itu ada seminar tentang lidah buaya gitu kan saya tertarik lalu saya mengikuti pelatihannya yang di adakan di depok, Waktu itu tahun 2004 di UI ama dinas kota Depok selama beberapa hari”.54 Ketertarikannya tersebut membawa berkah tersendiri bagi Bu Tantri, karena dari situ lah cikal bakal Bu Tantri dalam meraih kesuksesan. “....berapa kali saya gagal dalam bereksperimen pada tanaman Lidah Buaya ini, tak sedikit juga saya menghabiskan dana sendiri dalam percobaan saya waktu itu.....”55. Hampir seluruh hidupnya ia fokuskan dalam usaha nya ini dan akhirnya membuahkan hasil. Seperti yang dikatakan Bu Tantri berikut. “Sekitar waktu tahun 2005 saya membuat produk pertama saya yaitu Es Mambo Lidah Buaya, dan saya jajakin ke orang-orang supaya dapat hasil yang memuaskan terutama para anak SD ya namanya juga anak-anak pasti suka sama Es”.56 Ketika mendapat respon yang positif dari masyarakat, Bu Tantri tidak puas dengan hasil yang di dapat segitu-segitu saja. Lalu Bu Tantri mengkreasi kan dengan berinovasi dari bahan dasar Lidah Buaya, seperti krupuk dan Teh akhirnya hasilnya pun sangat di terima khalayak banyak dari warga setempat. Seperti yang dikatakan Bu Tantri: 54 Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. 56 Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. 55 55 “Pada tahun 2007 saya meresmikan usaha Home Industri Lidah Buaya, yang saya namakan Tanolavera. Tanolavera itu sendiri singkatan dari Tantri dan aloevera, karena nama saya Tantri sedangkan aloevera itu nama latin dari Lidah Buaya. tahun 2008 saya baru memperluas usaha saya dengan menjual tanaman hias lainnya seperti anggrek, kaktus, sampai kamboja jepang karena disini belum ada yang menjual tanaman hias seperti itu”.57 Pada periode ini Bu Tantri sudah meresmikan serta memperbesar Usaha nya dengan menjual hasil tanaman yang ia kembangkan seperti anggrek, kaktus, kamboja, bahkan waktu saya kesana pun sudah banyak tanaman lainnya yang juga Bu Tantri jual ada bunga Lavender, Lotus, Teratai dan banyak lagi yang lainnya. Tetapi kesuksesan Bu Tantri ini ingin sekali dia bagikan kepada masyarakat setempat, khususnya bagi warga Cilodong. Lalu dia mulai mempersentasikan kepada warga sekitar, awalnya hanya menjelaskan beberapa manfaat dari isi kandungan dari tanaman Lidah Buaya itu sendiri sampai peluang tanaman ini di kalangan masyarakat. Akhirnya warga setempat tertarik dan ikut berpartisipasi dalam mendirikan kelompok tani Bina Avera ini. Seperti yang dikatakan Bu Tantri. “Karena saya ada keinginan untuk mengajak para warga sekitar untuk ikut membudidayakan Lidah Buaya. jika kita explore hasil Lidah Buaya itu sendiri, ini akan menjadi suatu barang yang bernilai tinggi. Dan lagi ada beberapa petani Lidah Buaya disini yang perlu untuk diberdayakan”.58 Seperti yang dikatakan Pak Asmawi. “Memang benar de, kelompok Bina Avera ini terbentuk pada tahun 2009. Karena beberapa dari kami sebagai petani Lidah Buaya juga ingin mengembangkan usaha kami seperti yang dialami oleh Bu 57 58 Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. 56 Tantri. lalu kami sepakat untuk membentuk suatu kelompok yang bernama Bina Avera”.59 Ketika sudah terbentuk Bu Tantri pun langsung mengajak para anggota nya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pertanian Kota Depok seperti yang dialami oleh Bu Tantri sendiri ketika waktu pertama kali mengenal Lidah Buaya ini. Seperti yang dikatakan oleh BuTantri. “Pada awal terbentuknya kelompok saya langsung mengajak para anggota saya untuk mengikuti program pelatihan yang diadakan Dinas Pertanian Kota Depok tahun 2009. Agar mereka paham dengan tanaman Lidah Buaya dan ini juga menjadi kegiatan tahunan bagi program Kota Depok, sama saya juga waktu itu kenal Lidah Buaya dari Dinas Pertanian Depok.”60 Ini menandakan bahwa sosok Bu Tantri di Desa Cilodong itu mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat setempat. Khusunya bagi perubahan sosial masyarakat Cilodong, dari awalya mereka tidak mengetahui adanya kegiatan seperti itu jadi mereka tahu peran-peran dari pemerintah salah satunya melalui pelatihan kegiatan dari Dinas Pertanian Depok. Selain dari Dinas Pemerintahan dari Institusi lainnya juga mengetahui sosok Bu Tantri yaitu Universitas Indonesia Depok. Bu Tantri pernah mengisi seminar dan diundang menjadi narasumber oleh pihak Universitas Indonesia tentang Pemanfaatan Lidah Buaya bagi kesehatan. Tak jarang juga Bu Tantri dipanggil untuk menjadi dosen tamu di beberapa Universitas di Tanah air. Seperti yang dikatakan oleh Bu Tantri: 59 60 Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016. Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. 57 “Tahun 2010 saya waktu itu pernah ngisi seminar kampus di UI Depok tentang pemanfaatan Lidah Buaya Bagi Kesehatan dan waktu itu saya mengajak para anggota saya buat ikut berpartisipasi juga dalam pelaksaan acara seminar itu. Semenjak itu saya sering diundang jadi Dosen tamu di IPB, UI, sampai UNBRAW juga saya juga pernah diundang menjadi Dosen tamu disana”.61 Di tahun 2011 Bu Tantri menjalin hubungan kerja sama dengan KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) di Kota Depok. Atas keberhasilan Bu Tantri dibidang pertanian, serta aktif di Organisasi di Kelompok Tani Nelayan Andalan. KTNA pun langsung memilih Bu Tantri sebagai Ketua KTNA di Kecamatan Cilodong. “.....saya di percaya oleh KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) Depok untuk menjabat sebagai ketua KTNA khusus di kecamatan cilodong....”. ini adalah suatu Prestasi yang membanggakan bagi kelompok tani Bina Avera khususnya bagi Bu Tantri sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Bang Yunus selaku anggota KTNA di Kecamatan Cilodong: “Iya Benar, Bu Tantri menjabat sebagai ketua di KTNA Cilodong dari periode 2014 dan masih di percaya untuk menjadi Ketua KTNA Cilodong sampai sekarang. Soalnya di bawah kepemimpinannya KTNA Cilodong menjadi lebih hidup di banding sebelumnya”.62 Di akhir tahun 2014 Bu Tantri meresmikan dengan membuka kebun lidah buayanya di Cilodong, Depok, seluas 2.000 meter persegi, menjadi kebun edukasi yang terbuka untuk siapa pun yang ingin berkunjung. Seperti yang dikatakan oleh Bu Tantri. “Kebun itu diharapkan mampu membuka wawasan bagi siapa pun, termasuk anak-anak jika ingin mengenal lebih jauh tentang tanaman ini. Dan juga memberitahukan bahwa lidah buaya bukan sekadar tanaman hias, tetapi juga sangat bermanfaat bagi kehidupan seharihari”.63 61 Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. Wawancara dengan Mahmud Yunus, Depok, 30 Maret 2016. 63 Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016. 62 58 Perjalanan kehidupan yang dilalui Bu Tantri dari awal sampai sukses sekarang ini membuat penulis menjadi termotivasi. Karena beliau lah yang membuat masyarakat Cilodong menjadi sedikit lebih maju dan sejahtera. Bukan tidak mungkin sosok nya Bu Tantri akan selalu dihormati dan dikenang bagi masyarakat Luas khususnya di wilayah Cilodong Depok. F. Pertanian Kecamatan Cilodong Depok Kecamatan Cilodong sebenarnya salah satu kecamatan di Kota Depok yang tidak berpotensi dalam bidang pertanian. Hal tersebut dapat terlihat dari produksi tanaman yang dihasilkan dari Kecamatan Cilodong, seperti padi sawah. Setiap tahunnya hasil produksi dan luas panennya semakin berkurang dikarenakan banyak terjadi alih fungsi lahan yang sebelumnya dari lahan pertanian berubah menjadi pemukimanan, hal ini yang menyebabkan kelompok-kelompok pertanian yang berada di desa Cilodong itu mengalami penurunan di beberapa komoditi.64 64 Tata Djumantara, “Statistik Daerah Kecamatan Cilodong 2015” (Depok: BPS Kota Depok, 2015), h. 24 59 Gambar 2. Grafik Jumlah Produksi Tanaman Pertanian di Cilodong Depok Tahun 2015 6 5 4 2015 3 2014 2 2013 1 2013 2014 0 Jatimulya Kalibaru 2015 Sukamaju Cilodong sumber:Statistik Daerah Kecamatan Cilodong 2015 Seperti yang tertera dalam grafik diatas di wilayah kecamatan Cilodong juga masih ditemukan beberapa lahan pertanian yang memproduksi selain tanaman lidah buaya seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Disamping itu, berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2015 ditemukan bahwa produktifitas tanaman Pertanian juga semakin berkurang, hal ini juga disebabkan sudah beralih fungsinya lahan pertanian menjadi lahan perumahan. Diharapkan kedepannya pemerintah memberikan program-program yang terkait dalam pengembangan kualitas produksi pertanian dan bisa meningkatkan kesejahteraan para petani agar lebih meningkat lagi dari tahun sebelumnya. Sehingga tidak terjadi lagi perubahan konversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman karena para petani semakin menurun produktifitasnya dan melihat disektor pertanian kedepannya tidak menjamin 60 untuk kelangsungan hidup para petani. Dan ini merupakan salah satu pekerjaan rumah untuk kita bersama, agar terjadi kesinambungan dari produktifitas petani kedepanya menjadi lebih baik lagi.65 Berikut daftar kelompok-kelompok yang berada di Cilodong Depok: Tabel 4 Database Holtikultura kelompok Petani di Kecamatan Cilodong Kelurahan Nama Kelompok Jatimulya Poktan Cinta Tani 1 Poktan Cinta Tani 2 Cilodong Sukamaju Alamat Kelompok Komoditas Kp. Sawah Padi, Jambu Biji, Sayuran Jatimulya Padi, Jambu Biji, Sayuran Lidah Buaya, Olahan Hasil Pertanian Lidah Buaya Poktan Bina Avera Cilodong Poktan Lestari Mandiri Cilodong Rt. 01/06 Sayuran KWT Lotuse Komplek Tirta Mandala Rt.02/04 Sayuran sumber: Dinas Pertanian dan perikanan pemerintah kota Depok, 2015 Menurut Widyati Riyandani Plt.Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Depok: “Tanaman lidah buaya jika dibudidayakan dengan baik, maka tanaman yang tumbuh subur di udara lembab tersebut dapat memberikan keuntungan bagi para petani. Selain banyak manfaatnya 65 Tata Djumantara, “Statistik Daerah Kecamatan Cilodong 2015” (Depok: BPS Kota Depok, 2015), h. 28 61 untuk kesehatan, tanaman tersebut juga bisa memberikan pendapatan yang baik bagi petaninya”.66 Ini membuktikan bahwa pembudidayaan tanaman lidah buaya cukup memberikan peran besar terhadap perkembangan pertanian di Kota Depok khususnya masyarakat Petani di Cilodong. G. Tanaman Lidah Buaya Lidah buaya adalah satu-satunya tanaman di dunia yang secara alami mengandung vitamin B 12. Dan juga sebagai tanaman yang di sebut “tanaman keabadian” oleh bangsa mesir, karena gambar lidah buaya juga ditemukan di situs makam Raja-Raja Mesir dahulu. 1. Sejarah Pemanfaatan Lidah Buaya Al-Kindi seorang filsuf, Dokter, dan ilmuwan Arab abad ke 9 menyatakan bahwa lidah buaya manjur untuk mengobati sakit akibat radang, borok pada mata, dan masalah kesehatan lain. Di tambahkan, lidah buaya di gunakan masyrakat Iran sebagai pencahar, sementara di Mesir sebagai detersive untuk membersihkan sistem pencernaan dan membasmi racun pada tubuh. Setelah itu pemanfaatan lidah buaya makin meluas, di abad 16-17 tanaman lidah buaya di kembangkan secara komersial di Pulau Barbados, Karibia, oleh bangsa Spanyol dan oleh petani Belanda di Pulau Curacao. Dan hasilnya di ekspor ke seluruh Eropa. Pada tahun 1720, untuk kali pertama tanaman lidah buaya di beri nama Aloe Vera oleh Carl 66 Pemerintah Kota Depok, “Aloevera potensi unggulan lain kota Depok”, artikel di akses pada tanggal 24 januari 2016 dari http://www.depok.go.id/31/03/2011/01-berita-depok/aloeverapotensi-unggulan-lain-kota-depok 62 Von Linne. Dan secara resmi tanaman ini di publikasikan oleh para Dokter sebagai tanaman obat untuk pelindung kulit oleh Badan Farmasi Amerika Serikat (USP). Lalu di abad 19 barulah tanaman ini di budidayakan di seluruh dunia sebagai tanaman obat dan untuk kepentingan Komersil. 67 2. Tanaman Lidah Buaya di Indonesia Sejalan perkembangan pengetahuan dan teknologi, lidah buaya (dari jenis Aloe barbadensis Milleer) dimanfaatkan sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetik, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan. Secara umum, lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri. Mengutip data dari artikel femina68 tentang Lidah buaya, tanaman ini kaya kandungan zat seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida, dan komponen lain yang bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu, juga menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker. Tak cuma negara-negara di Eropa, Amerika dan Australia, Indonesia pun sudah sejak lama memanfaatkan lidah buaya. Pontianak di Kalimantan Barat misalnya, sejak tempo doeloe dikenal sebagai kota penghasil olahan lidah buaya. Di pinggiran kota ini, ladang-ladang lidah 67 Rostita, Sehat, Cantik, dan penuh Vitalitas berkat Lidah Buaya (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008), h. 12 68 Gaya hidup masa kini Femina. “Trend Lidah Buaya.” Artikel di akses pada tanggal 10 April 2016 dari http://www.femina.co.id/article/lidah-buaya 63 buaya menghampar. Di pasar-pasar ataupun kios pinggir jalan, penjual es lidah buaya merupakan komoditas yang mudah ditemukan. Bahkan ada juga pusat penelitian dan pengembangan lidah buaya, lengkap dengan pabrik pengaleng dan toko ragam produk camilan dari lidah buaya. Tak hanya di Pontianak kalimantan saja trend Lidah Buaya menjadi hangat di perbincangkan, tetapi ada juga di Palembang dan Depok yang sudah menghasilkan tanaman yang bernama Latin Aloe Vera ini untuk dijadikan barang komersil. 3. Penyakit-penyakit yang bisa di obati dengan Lidah Buaya Selain Lidah Buaya bisa dijadikan tanaman hias di pekarangan rumah, tanaman ini bisa juga di jadikan obat. Hampir semua orang mengetahui bahwa Tanaman Lidah Buaya bisa menyembuhkan segala penyakit yang di derita manusia, penyakit-penyakit tersebut antara lain:69 ï‚· Batuk yang membandel ï‚· Diabetes ï‚· Radang tenggorokan ï‚· Kadar kolestrol tinggi ï‚· Infeksi lambung dan usus ï‚· Sakit otot sendi ï‚· Menurunkan kadar kolestrol dan kadar lemak ï‚· Menurunkan kadar gula dalam darah 69 Rostita, Sehat, Cantik, dan penuh Vitalitas berkat Lidah Buaya (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008), h. 24-25 64 ï‚· Mengatasi obesitas ï‚· Ambeien ï‚· Rematik ï‚· Kencing manis ï‚· Buang air kecil berdarah ï‚· Hipertensi ï‚· Batu empedu ï‚· Muntah darah ï‚· Pusing ï‚· Radang usus dan lambung ï‚· Amandel ï‚· Radang gusi ï‚· Haid tidak lancar ï‚· Nyeri saraf ï‚· Mabuk kendaraan ï‚· Luka dalam dan luar ï‚· Aids ï‚· Kanker ï‚· Menjaga stamina pada orang lanjut usia dan membuat tubuh lebih segar, dan lain-lain. BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN LAPANGAN A. Pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera Kelompok Tani Bina Avera Desa Cilodong merupakan wadah atau tempat berpadunya kesadaran yang tumbuh dari bawah (petani) untuk bersatu dan bekerja keras meraih kesejahteraannya. Kelompok Tani Bina Avera ini adalah menjadi salah satu asset pembangunan SDM pertanian di desa Cilodong, Kecamatan Cilodong, Kota Depok. Kelompok tani yang diketuai oleh Tantri Guntari ini berdiri sejak Tahun 2009, ia menyadari betul bahwa masih membutuhkan bimbingan dari para pelaku Petani Lidah Buaya lainnya. kelompok tani ini sendiri sudah lama memproklamirkan diri sebagai kelompok tani Lidah Buaya. Dalam pelaksanaannya, kelompok tani ini menghadapi beberapa kendala baik dari perseorangan maupun dari kelompok. Meskipun begitu, kelompok tani Bina Avera ini telah memberdayakan masyarakat kota Depok dari aspek sosial, ekonomi serta budaya. Dalam menjabarkan proses pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera, peneliti membagi ke dalam dua hal yaitu, strategi dan tahapan pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera. 1. Strategi Pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera Strategi pemberdayaan Mezzo seperti yang dijelaskan oleh Suharto (2005) ialah pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Adapun strategi yang digunakan oleh 65 66 Kelompok Tani Bina Avera dalam memberdayakat Masyarakat Tani Lidah Buaya Cilodong Depok adalah sebagai berikut: a. Strategi Pemberdayaan melalui Pertemuan Kelompok Kelompok tani Bina Avera memiliki kegiatan pertemuan rutin setiap satu bulan sekali. Pertemuan rutin yang diadakan merupakan kegiatan yang berkelanjutan. Pihak-pihak yang turut hadir dalam pertemuan rutin setiap bulan tersebut meliputi ketua kelompok tani, pengurus, dan anggota tetap. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Pak Asmawi. “Pertemuan setiap bulan, para anggota kelompok tani harus hadir disetiap pertemuan untuk melakukan diskusi kegiatan kelompok, yang pertama membahas kebutuhan kelompok tani. Seperti pupuk, obatobatan. Terus ditunjang kalo musim kemarau, itu seksi pengairan, menginformasikan kalo saluran kotor segera dibersihkan”.70 Untuk komoditas Lidah Buaya, Bu Tantri selalu hadir dalam pertemuan, memberikan saran atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anggota kelompok tani yang ingin bertanya seputar pertanian Lidah Buaya. Hal ini dikatakan oleh Pak Muhayar. “Kalo Lidah Buaya, Bu Tantri memberitahu semua masalah teknik budidayanya. Bu Tantri memberikan solusi kepada petani Lidah Buaya, kalo masalahnya ini obatnya ini. Sebagai petani disamping itu kan kita perlu belajar. Itulah gunanya diadakan pertemuan rutin bulanan di kelompok ini”.71 Menurut hasil penelitian, adanya pertemuan rutin mampu memberikan pengetahuan kepada anggota petani mengenai cara bertanam Lidah Buaya. Seperti mengatasi permasalahan dalam bertani serta 70 71 Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016. Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016. 67 penanganan hama-hama yang mengganggu tumbuh kembangnya tanaman Lidah Buaya. Sehingga kegiatan keseharian para petani dalam bertanam Lidah Buaya mengalami perubahan yang lebih baik dan secara tidak langsung mempengaruhi produktivitas SDM mereka. b. Strategi Pemberdayaan melalui Praktik di Lapangan Kelompok Tani Bina Avera tak lepas dari kegiatan langsung di lapangan, untuk mengetahui bagaimana proses masalah yang terjadi dan mengetahui bagaimana cara mengatasi polemik dalam Pertanian Lidah Buaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai informan dapat diketahui usaha pemberdayaan yang dilakukan oleh kelompok tani Bina Avera. Seperti yang dikatakan oleh Bu Tantri. “Kegiatan yang pertama seperti gotong royong, membersihkan selokanselokan. Irigasi lah di lahan pertanian lidah buaya. Yang kedua bilamana media tanah rusak bisa diperbaiki sendiri. Terus membuat bedengan, gotong royong urunan (iuran). Kalo iuran tidak mesti, bilamana ada keperluan musyawarah dan dibantu kas kelompok tani, kemudian kegiatan lainnya seperti perbaikan dam”.72 Dapat diketahui penuturan dari informan bahwa pemberdayaan yang dilakukan kelompok tani Bina Avera yaitu mengadakan kegiatan gotong royong oleh anggota kelompok tani. Dalam gotong royong tersebut termasuk membersihkan irigasi, adanya membuat mediasi tanah. Adanya kegiatan gotong royong diarahkan pada pemberdayaan tingkat psikologis-masyarakat yang memiliki arti menumbuhkan masyarakat untuk memiliki rasa gotong royong tinggi rasa memiliki, mutual trust. 72 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 68 Pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera melalui kegiatan seperti membangun irigasi akan menggunakan dana kas kelompok tani dan apabila memerlukan biaya yang cukup banyak maka menggunakan iuran dari anggota. Selain itu, seperti yang disampaikan oleh Bu Tantri, pemerintah pernah memberikan bantuan kepada kelompok tani Bina Avera berupa sarana produksi sumur bor. Sumur bor dibuat dengan bantuan alat bor untuk mencapai kedalaman sumur yang cukup sehingga akan bertemu dengan sumber air dalam tanah. Adanya bantuan sarana tersebut mampu membantu memenuhi sistem irigasi para anggota dengan harga lebih rendah dibanding membeli pengairan pada petani lain yang menyediakan pengairan. Sebagaimana diungkapkan oleh Bu Tantri. “Sampai saat ini sudah dikasih sumur bor kok, Untuk mengairi tanaman Lidah buaya, karena waktu itu pernah kemarau berkepanjangan, jadi untuk masalah pengairan kita membutuhkan air yang banyak dan sumur bor tersebut sangat membantu untuk mengairi tanaman lidah buaya yang kita tanam di lahan”.73 Menurut hasil penelitian penulis dengan adanya program praktik di lapangan mampu membuat para anggota kelompok tani menjadi lebih bersatu dan kompak dalam kerjasama atau menjalani program-program yang telah direncanakan. Selain itu faktor eksternal juga meringankan Kelompok Tani Bina Avera ini, seperti Pemberian bantuan dari pemerintah berupa sumur bor yang mampu memberikan kemudahan dalam penyediaan sarana yang dibutuhkan oleh para petani. Hal-hal 73 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 69 seperti itu sangat diperlukan dalam keberlangsungan kegiatan-kegiatan pertanian Lidah Buaya para anggota Kelompok Tani Bina Avera menjadi lebih baik. 2. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Tani Bina Avera Tahapan-tahapan pemberdayaan adalah salah satu yang terpenting dalam pemberdayaan yang berbasis masyarakat. Oleh karena Kelompok Tani Bina Avera melakukan tahapan-tahapan pemberdayaan Masyarakat Tani sebagai berikut: a. Tahap persiapan (Engagement) Sebagaimana yang dijelaskan oleh Suharto (2005) bahwa proses yang dilakukan pada tahap engagement adalah dengan melakukan persiapan petugas dan persiapan lapangan. Pada tahap persiapan ini meliputi sekurangnya dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu: ï‚· Pada tahap penyiapan petugas ini, agen perubahan yaitu Bu Tantri yang telah mempersatukan pandangan bersama anggota kelompoknya, supaya terjadi keselarasan dalam melakukan program pemberdayaan Masyarakat Tani Cilodong. Seperti hal yang dikatakan Bu Tantri. “Berawal dari kumpul ibu-ibu disini kan waktu itu hanya berkumpul bagi para ibu-ibu PKK, lalu saya tuh ngajak mereka untuk membentuk kelompok tani Lidah Buaya. Dengan ilmu yang saya miliki, saya ada keinginan untuk memberdayakan masyarakat Tani Cilodong agar supaya ada perubahan terhadap kesejahteraan mereka. yaa lumayan kan selain menghasil kan juga menambah ilmu bagi mereka”.74 Seperti hal yang dikatakan Pak Asmawi: 74 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 70 “Sebenernya pada ikut-ikutan de orang-orang disini, ngeliat bu Tantri sukses jadi pengen ikutan kaya bu Tantri gitu nanem lidah buaya. Dan kami akhirnya membentuk sebuah kelompok Tani Bina Avera yang diketuai langsung oleh Bu Tantri, sekertarisnya Bu Dewi dan Bendaharanya Bu Manih sisanya menjadi anggota”.75 ï‚· Tahap penyiapan lapangan dimana petugas pada awalnya melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal. Bu Tantri menganggap bahwa masyarakat Cilodong perlu untuk diberdayakan melalui Lidah Buaya. Selain itu informasi yang telah didapat oleh Bu Tantri mengenai manfaat Lidah Buaya juga menjadi salah satu kesiapan Bu Tantri sebagai petugas dalam melakukan pemberdayaan tersebut. Seperti yang di katakan Bu Tantri. “Saya ada keinginan untuk mengajak para warga sekitar untuk ikut membudidayakan Lidah Buaya. jika kita explore hasil Lidah Buaya itu sendiri, ini akan menjadi suatu barang yang bernilai tinggi. Saya tahu informasi tersebut sejak saya mengikuti pelatihan yang diadakan Dinas Pertanian Kota Depok mengenai manfaat Lidah Buaya. Dan lagi ada beberapa petani Lidah Buaya disini yang perlu untuk diberdayakan”.76 Dari hasil pengamatan77 ini menunjukan bahwa terbentuknya kelompok berawal dari para perkumpulan ibu-ibu di Desa Cilodong. Dan juga ada hal yang memotivasi para warga untuk terjun usaha bisnis lidah buaya. Sedangkan Ibu Tantri menganggap bahwa masyarakat tani lidah buaya di sekitar perlu di berdayakan, karena jika tanaman lidah buaya ini di kelola dengan baik bisa meningkatkan tanaman lidah buaya yang berkualitas. 75 Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016. Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 77 Observasi Peneliti terhadap Kelompok Tani Bina Avera pada tanggal 30 Maret 2016. 76 71 b. Tahap Pengkajian (Assessment) Proses pengkajian atau mengidentifikasi masalah yang dilakukan disini dapat dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat. Pada tahap ini, Bu Tantri sebagai agen perubahan berusaha mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki para anggota kelompok Tani Bina Avera. Seperti yang dikatakan Bu Tantri. “Para anggota mayoritas banyak yang belum tahu bagaimana cara budidaya lidah buaya, bibit lidah buaya seperti apa yang bagus, media tanah juga, lalu pupuk nya yang bagus itu dari kotoran apa, dan sebagainya. Tetapi ada juga anggota kelompok yang sudah paham dengan tanaman ini”.78 Sama hal yang dikatakan Bu Manih: “Kami tuh belum sangat paham tentang tanaman lidah buaya ini, dan bu Tantri menjelaskan kepada kami para anggota sampai mengerti. Dulu itu saya nanem lidah buaya sampai ada yang layu bahkan ada yang mati karena waktu itu gak dikasih pupuk makanya sampai ada yang mati”.79 Berbeda dengan Pak Muhayar yang mengatakan: “Saya itu selalu mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan kelompok, karena itu penting bagi kelangsungan budidaya lidah buaya yang saya tanam, seperti halnya di musim kering kan tanaman ini harus terkena air yang cukup tak jarang juga kalau musim kemarau banyak tanaman yang mati, jadi kami membeli mesin pompa air agar mudah melakukan penyiraman”.80 Dari hasil pengamatan terlihat bahwa pada tahap ini kelompok tani Bina Avera melakukan identifikasi masalah dan kebutuhan yang dirasakan oleh anggota kelompok tani dan juga sumber daya yang dimiliki kelompok tani. Dalam tahap ini masyarakat tani sudah terlibat 78 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 Wawancara pribadi dengan Manih Ferdiana, Depok, 18 April 2016. 80 Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016. 79 72 secara aktif dan langsung agar mereka merasakan sendiri bahwa permasalahan yang ada benar-benar bisa di atasi. Sistem mengumpulkan pelaksanaannya semua dalam anggota tahap ini, untuk kelompok membicarakan tani dan memprediksikan kebutuhan-kebutuhan kelompok tani, seperti kebutuhan akan transformasi teknologi pertanian, pupuk dan bibit. c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan (Designing) Pada tahap ini, Bu Tantri sebagai agen perubahan secara partisipatif mencoba melibatkan anggota kelompok nya untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada pada Kelompok diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan. Seperti yang dikatakan oleh Bu Tantri. “Awalnya saya hanya memberikan kepada para anggota yaitu lima bibit untuk setiap anggota, dari situ banyak yang mati terus bilang ke saya, “kok bu tanaman saya pada mati yaa?” dari situ lah saya merencanakan kegiatan kelompok bersama para anggota agar mereka semua paham tentang Budidaya Lidah Buaya”.81 Dari hasil pengamatan peneliti82 pada tahap ini kelompok tani Bina Avera melibatkan para anggotanya dalam memikirkan masalahmasalah yang dihadapinya dan mencari pemecahan masalah yang tepat. Dalam pemecahan atau mengatasi masalah disini diharapkan menjadi dasar dari kegiatan yang akan dilaksanakan Kelompok Tani Bina Avera. Rencana kegiatan tersebut harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi 81 82 2016. Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 Observasi Peneliti terhadap Permasalahan Kelompok Tani Bina Avera, tanggal 12 April 73 dilapangan, serta harus disesuaikan dengan tujuan yang bermanfaat bagi anggotanya. d. Tahap Performulasian Rencana Aksi (Implementasi) Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam program pemberdayaan masyarakat. Bu Tantri dan anggota kelompok Bina Avera sudah merencanakan beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan oleh kelompok. Kegiatan yang direncanakan tersebut seperti pertemuan rutin kelompok di minggu pertama setiap bulan, pelatihan untuk meningkatkan edukasi, melakukan kegiatan usaha kelompok, peningkatan kelompok tani lidah buaya dengan kelompok lainnya. Hal ini dinyatakan oleh Bu Tantri. “Ya seperti kelompok tani biasa pada umunya, kegiatan kami yaitu Pertemuan rutin anggota kelompok tani yang dilaksanakan tiap minggu pertama tiap bulannya, Melaksanakan pelatihan-pelatihan pertanian, Melakukan kegiatan usaha kelompok, Berkoordinasi dengan kelompok lain dalam peningkatan sesama kelompok tani lidah buaya, Menerima kunjungan Mahasiswa-mahasiswi untuk melakukan penelitian. Sudah banyak mahasiwa seperti kamu penelitian disini, ada anak IPB, UI, ada yang dari brawijaya malang juga dll”.83 Dari hasil pengamatan peneliti84, pada tahap ini pengurus Kelompok Tani Bina Avera dan anggotanya melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya, karena tahap ini paling penting dalam pengembangan masayarakat kelompok tani. Walaupun biasanya perencanaan kegiatan telah disusun dengan baik bisa saja menemui kendala atau hambatan bila tidak ada kerjasama dengan baik antar pengurus kelompok tani dan anggotanya. Hambatan tersebut seperti 83 84 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 Observasi Peneliti terhadap cara membudidayakan lidah buaya, 27 April 2016 74 kurangnya konsistensi dari anggota kelompok tani dan kas keuangan kelompok yang tidak berjalan dengan lancar. Hal ini dikemukakan oleh Bu Tantri. “Yang paling saya tidak suka dari para anggota kelompok itu tidak adanya konsisten dari mereka, misalkan sudah kita sepakati kalau pertemuan mingguan untuk hadir, tapinya banyak yang gak hadir. Alasannya banyak entah itu mengurusi rumah, atau apalah itu. Dan lagi kalau untuk bayar iuran khas kelompok dari hasil penjualan masingmasing anggota itu dikenakan dua setengah persen intinya untuk kegiatan amal dan juga kebutuhan kelompok, tetapi banyak yang gak bayar”.85 e. Tahap Evaluasi (Evaluation) Evaluasi sebagai proses pengawasan dari anggota kelompok dan Bu Tantri terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya di lakukan dengan melibatkan kelompok. pada tahap ini Bu Tantri sudah melibatkan para anggotanya dalam melakukan pengawasan secara internal agar kegiatan ke depannya berjalan dengan lebih baik dari sebelumnya. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan dapat membentuk suatu program dalam kelompok yang lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Seperti yang dikatakan Bu Tantri. “Waktu dulu masih fresh nya kelompok kami para anggota setiap ada permasalahan pasti di bicarakan, dari masalah sepele sampai yang rumit disetiap para anggota terus bagaimana ini bisa terjadi sampai kita menyikapinya itu seperti apa, itu ada dulu dalam rangka pertemuan mingguan kelompok”.86 Dari hasil wawancara peneliti, pada tahap ini tim kelompok tani Bina Avera dan para anggotanya harus mengadakan evaluasi internal 85 86 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 75 terhadap usaha tani yang mereka lakukan agar dalam jangka panjang para petani mampu mengembangkan potensi dan sumber daya yang ada untuk mengatasi masalah dan mengembangkan usaha taninya agar meraka mampu menjadi petani yang lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. f. Tahap Terminasi (Disengagement) Sampai saat ini Kelompok Tani Bina Avera sedang dalam tahap terminasi. Ada beberapa anggota yang sudah keluar dari kelompok Lidah Buaya di Cilodong ini karena ada yang ingin membuka rumah industri sendiri seperti Bu Tantri dan ada juga yang sudah bisa menjalankan usaha sendiri. namun walaupun sudah tidak menjadi anggota Kelompok Tani Bina Avera Bu Tantri tetep bersedia menolong mereka dan memberikan informasi seputar tentang Lidah Buaya. Seperti yang di katakan oleh Pak Muhayar: “Saya sudah tidak ikut lagi pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh kelompok tani Bina Avera karena saya udah bisa menerapkan sendiri di sawah. Tapi terkadang jika saya mengalami kesulitan di sawah, saya tetap meminta bantuan kepada lainnya, termasuk Bu Tantri sendiri”.87 Sama halnya dengan Bu Manih katakan yaitu: “Karena pertemuan-pertemuan dengan kelompok sudah jarang jadi melakukan budidaya tanaman lidah buaya ini sendiri, saya juga sudah menguasai ilmu-ilmu yang sudah diberikan kelompok, tinggal saya kembangkan lagi nantinya tetapi komunikasi kita tetap berjalan dengan yang lainnya”.88 87 88 Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016. Wawancara pribadi dengan Manih Ferdiana, Depok, 18 April 2016. 76 Seperti yang dikatakan Pak Asmawi: “Saya ini lagi mencari-cari pabrik di banten sampe bekasi, untuk hasil olahan lidah buaya yang saya budidaya. Saya tinggal cari karyawan kalau udeh menemukan pabrik nya. Ini rencana jangka pendek saya, saya juga udeh berkonsultasi dengan bu Tantri, dan alhamdulillah bu Tantri support”.89 Jadi, semua tahapan-tahapan tersebut merupakan sebuah proses agar kelompok tani bina Avera maupun anggota selalu menjadi petani yang bisa mandiri dan bisa menjadikan hidupnya agar lebih baik. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil kemampuan pertanian mereka. Serta tidak meninggalkan atau melupakan apa yang telah ia pelajari selama menjadi anggota kelompok. B. Perubahan Sosial, Budaya dan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera Masyarakat Cilodong mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam. Kehidupan sehari-hari masyarakat Cilodong terbentuk atas dasar sistem kekeluargaan. Pada umumnya kehidupan mereka berasal dari pertanian dan perkebunan. Apalagi ditinjau dari segi mata pencaharian, sangat terikat dan sangat tergantung dari tanah. Karena sama-sama tergantung pada tanah, maka kepentingan pokok juga sama, sehingga mereka juga akan bekerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan bersama. Dan pada dasarnya masyarakat petani Lidah Buaya di Cilodong merupakan masyarakat yang kuat terhadap nilai-nilai kebersamaan, kehidupan mayarakat tani di Cilodong masih terbilang normal bagi masyarakat pada umumnya. Begitu pun juga dengan perubahan yang cukup 89 Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016. 77 besar mengarah ke kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat sekitar, khususnya masyarakat petani lidah buaya. Memang tidak bisa di pungkiri terbentuknya kelompok tani Bina Avera membuat dampak yang postif bagi anggotanya. Kehadiran kelompok tani bina avera ini cukup berpengaruh bagi perubahan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat petani Cilodong. Bila di lihat dari kacamata ekonomi, memang pemberdayaan kelompok tani bina Avera ini mengubah perekonomian masyarakat petani menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seiring berjalannya waktu karena perubahan ekonomi yang meningkat, secara otomatis akan berpengaruh bagi perubahan lainnya seperti perubahan prilaku, sosial maupun budaya. Untuk mengetahui lebih jauh perubahan-perubahan yang terjadi bagi masyarakat tani Bina Avera, dibawah ini penulis akan memaparkan hasil penelitian tentang perubahan sosial, ekonomi dan budaya bagi para petani Lidah Buaya. 1. Perubahan Sosial Kelompok Tani Bina Avera Seperti yang dijelaskan oleh Nanang Martono (2012) bahwa perubahan sosial meliputi segala perubahan-perubahan pada lembagalembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok didalam masyarakat. Desa Cilodong merupakan salah satu desa yang mempunyai keuntungan yang cukup besar karena di desa itu terdapat lahan pertanian, 78 seperti Padi, Lidah buaya, sayur-sayuran dan sebagainya. Kehadiran kelompok Tani Bina Avera ini cukup berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat tani lidah buaya. Oleh karena itu menimbulkan perubahan sosial terhadap kehidupan di masyarakat Desa Cilodong. Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara dan observasi dengan masyarakat tani lidah buaya, penulis mendapat banyak informasi bahwa ternyata ada perubahan sosial yang mempengaruhi kehidupan sosial terhadap para anggotanya. Untuk mengetahui adanya perubahan sosial yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat tani Cilodong, di bawah ini penulis akan memaparkan hasil penelitian mengenai perubahan sosial yang terjadi. a. Tumbuhnya Nilai bahwa Manusia Harus Selalu Berusaha Untuk Memperbaiki Kehidupannya Masyarakat tani Cilodong pada umumnya sangat antusias untuk hadir dalam rapat-rapat desa yang bertujuan untuk kepentingan bersama. karena hal ini sangat penting agar kemajuan desa bisa tercapai. Menurut para warganya, hal itu seakan menambah informasi dalam hal apapun. Disamping mereka sangat sibuk dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti di sawah atau pun di kebun, bisa menghadiri rapat adalah suatu progres perubahan ke arah yang lebih baik. Seperti yang di katakan oleh ketua RT setempat. “Para warga disini walaupun pada punya kesibukan masing-masing, mereka tetap menyempatkan waktu untuk datang jika ada undangan dari kelurahan atau kecamatan. jangankan untuk rapat resmi dari 79 kelurahan... kumpul warga se RT juga pada antusias warga disini mah”.90 Seperti yang di Ucapkan Pak Muhayar: “Saya sudah berapa kali menghadiri rapat, banyak de tidak terhitung. Pokoknya jika bu Tantri di Undang di acara-acara penting pasti saya di suruh untuk menemani beliau sebagai perwakilan kelompok tani bina avera”.91 Seperti yang di ucapkan Pak Asmawi: “Kalau saya sih cuma beberapa kali ngikutin rapat-rapat gitu, tapi jika wajib untuk hadir misalkan acara peresmian pak lurah, saya harus datang kan saya mantan Sekdes (sekertaris desa) disini de waktu periode 1999-2004”.92 Seperti yang dijelaskan menurut Bu Manih: “Pertemuan terhadap para warga di Cilodong adalah hal yang sangat penting karena dengan pertemuan-pertemuan seperti itu bisa menghidupi keharmonisan antar warga dan juga mempererat hubungan tali silaturahmi di desa ini”.93 Berbeda dengan masyarakat tani Lidah Buaya yang gagal seperti bu Wiyah dan bu Dewi yang tidak suka dengan acara musyawarah atau rapat-rapat bersama warganya. Menurut mereka itu adalah hal yang buang-buang waktu, dan mereka lebih baik mengurusi rumah tangganya karena lebih berguna. Menurut hasil penelitian saya sebagian besar perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tani Lidah Buaya Cilodong terbilang naik walaupun hanya berperan aktif dalam menghadiri rapat maupun musyawarah yang baik di adakan di desa atau di luar desa. Ini 90 Wawancara pribadi dengan ketua RT, Depok, 18 April 2016. Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016. 92 Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016. 93 Wawancara pribadi dengan Manih Ferdiana, Depok, 18 April 2016. 91 80 membuktikan bahwa masyarakat di Cilodong mengetahui pentingnya kesadaran demi kemajuan bersama. b. Sikap Menghargai Hasil Karya Seseorang dan Keinginan untuk Maju Di sisi lain dengan antusiasnya masyarakat tani Lidah Buaya Cilodong dalam menghadiri musyawarah, ada yang lebih membanggakan dari itu karena ada beberapa anggota dari kelompok tani Bina Avera yang menjabat di lembaga-lembaga kemasyarakatan. Seperti halnya yang di peroleh bu Tantri yaitu sebagai ketua KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) di Kecamatan Cilodong. Seperti yang di ucapkan oleh Bu Tantri. “Saya di percaya oleh KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) Depok untuk menjabat sebagai ketua KTNA khusus di kecamatan cilodong. Karena saya aktif dalam menjalin hubungan terhadap sesama para petani, baik itu petani padi, petani sayur, semua petani di Wilayah Depok”.94 Seperti halnya yang di ucapkan oleh Bu Manih: “Alhamdulillah semenjak bergabung dengan kelompoknya bu Tantri, saya mendapat banyak masukan dari beliau. Bahkan bukan saya saja tetapi anggota lainnya mendapatkan ilmu-ilmu yang bermanfaat dari bergabung nya menjadi anggota kelompok tani ini. Saya sendiri di percaya sebagai ketua ibu-ibu PKK di Cilodong, ini adalah amanah yang di berikan para ibu-ibu kepada saya dan saya harus menjalankan sebaik-baiknya”.95 Begitu pun juga hal yang senada di ucapkan oleh Pak Muhayar: “Tak jarang juga saya untuk di undang ke acara-acara majlis ta’lim, ibu-ibu PKK untuk memipin pengajian yang di selenggarakan setiap seminggu sekali. Terkadang juga saya mengisi khutbah jumat di masjidmasjid Depok untuk berceramah”.96 94 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 Wawancara pribadi dengan Manih Ferdiana, Depok, 18 April 2016. 96 Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016. 95 81 Menurut hasil penelitian saya hal ini membuat kepercayaan diri para anggota kelompok tani Bina Avera menjadi termotivasi dan ingin untuk menjadi seperti Bu Tantri. Menjadi pemimpin atau pun mengisi acara itu tidak lah mudah, karena butuh keikhlasan hati yang tulus dalam mengemban amanah yang di berikan. Seperti halnya bu Tantri yang menjadi ketua KTNA Cilodong, bu Manih sebagai ketua ibu-ibu PKK setempat dan pak Muhayar yang di percaya untuk mengisi pengajian dan sidang khutbah di majlis ta’lim ataupun masjid-masjid. Ini membuktikan bahwasannya ada perubahan sosial yang terjadi dalam diri bermasyarakat. c. Ketidakpuasan Masyarakat Pada Bidang-Bidang Tertentu Perkembangan informasi dan komunikasi membuat akses terhadap informasi yang di dapat masyarakat tani Cilodong menjadi semakin mudah. Informasi tersebut bisa didapatkan dari berbagai media komunikasi, seperti koran, televisi, internet, dan lain-lain. Hal tersebut membuat masyarakat tani lidah buaya semakin cerdas dan kritis, seperti halnya dengan masyarakat tani yang ikut berpendapat dalam musyawarah/rapat-rapat yang di adakan dalam desa, tak jarang juga mereka selalu mengomentari kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk daerah Cilodong, terlebih jika kebijakan tersebut tidak populis dimata warga. Seperti yang di ucapkan oleh Pak Asmawi: “Saya tuh sebenarnya tidak suka dengan kepemimpinan lurah sekarang, karena kebijakan-kebijakan yang di buat tidak pro ke rakyat, jalan aja sekarang masih banyak yg rusak belon di bener-benerin, berbeda dengan 82 lurah sebelumnya yang selalu bersosialisasi dengan warganya, jika klo ada aspirasi dari masyarakat pak lurah cepat tanggap”.97 Seperti yang di ucapkan oleh Pak Muhayar: “Saya senang jika di undang ke rapat-rapat warga, jadi saya bisa mengemukakan aspirasi saya. karena sudah seharusnya tugas pemerintah untuk menampung pendapat-pendapat dari warga seperti kami ini”.98 Sama seperti yang di ucapkan oleh Bu Tantri: “Saya tuh selalu mengajarkan kepada para anggota saya cara bagaimana berdiskusi di dalam suatu forum, dengan melakukan pertemuan kelompok setiap seminggu sekali. kita selalu berdiskusi tentang masalah organisasian, administrasi kelompok dan banyak lagi, agar mereka semua terbiasa serta mempunyai mental yang kuat dan terlebih lagi kita juga akan siap jika di undang ke forum-forum resmi”.99 Menurut hasil peneliti, hal ini membuktikan jika masyarakat tani lidah buaya Cilodong telah menjadi masyarakat yang kritis. Karena dengan mengemukakan pendapat di dalam suatu rapat-rapat menjadi suatu kebanggaan bagi dirinya sendiri. d. Adanya Orientasi Masa Depan Adapun visi dari kelompok tani Bina Avera ini adalah menjadikan kelompok tani yang bermanfaat dalam membangun potensi masyarakat serta berkontribusi guna menumbuhkan ketrampilan dalam bidang pertanian yang produktif dan inovatif. Sudah sewajarnya suatu perkumpulan atau pun kelompok yang bertaraf kecil sampai yang besar itu mempunyai visi dan misi. Visi bukan semata-mata hanya di jadikan hiasan di suatu kelompok, tetapi juga harus di aplikasikan sebagaimana mestinya. Seperti halnya visi dari Bu Tantri. 97 Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016. Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016. 99 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 98 83 “Saya menjadi wirausaha seperti sekarang ini karena ada keinginan tersendiri, yaitu menyekolahkan anak sampai setinggi mungkin. Karena fondasi dalam kehidupan itu berawal dari pendidikan, bagaimana terbentuk baik atau pun buruknya anak, itu dari hal yang namanya pendidikan. Sukur-sukur anak bisa ke luar negeri amin”.100 Sama halnya juga yang disampaikan oleh Pak Muhayar: “Sebagai orang tua kan saya harus memberikan pendidikan lebih untuk anak, karena apa? Saya ingin anak tidak ada yang seperti saya tamatan SD, Minimal itu saya memberikan pendidikan yang tinggi agar dia bisa berguna bagi dirinya sendiri”.101 Berbeda dengan hal yang disampaikan Bu Dewi: “Yaaaa de buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau entar juga nganggur, lagian kami hidup secara pas-pasan de gimana caranya nyekolahin anak, saya mah kepingin anak itu bantuin bapak nya di Terminal, yaa untuk makan sehari-hari ama buat nambahin uang jajannya dia sendiri. Biar dia juga bisa belajar bagaimana susahnya cari uang”.102 Senada dengan Bu Dewi yaitu Bu Wiyah yang mengatakan: “Tujuan saya bergabung dalam kelompok tani bina avera ini karena ingin membantu keluarga, paling enggak kebutuhan dapur terpenuhi. Tetapi lama kelamaan yang di dapet hanya cape, karena hasil dari kerja keras nanem lidah buaya sampai panen itu tidak sebanding. Jadi saya memutuskan untuk fokus di warung kecil-kecilan saya, semoga aja lancar”.103 Berbeda dengan Pak Asmawi yang mengatakan: “Saya ini lagi mencari-cari pabrik di Banten sampe Bekasi, untuk hasil olahan lidah buaya yang saya budidaya. Saya tinggal cari karyawan kalau udeh menemukan pabrik nya. Ini rencana jangka pendek saya, saya juga udeh berkonsultasi dengan bu Tantri, dan alhamdulillah bu Tantri support”.104 Menurut hasil penelitian saya bukan tidak mungkin visi dari para anggota kelompok tani Bina Avera ini bisa terealisasikan dengan baik. 100 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016. 102 Wawancara pribadi dengan Dewi Utari, Depok, 12 April 2016. 103 Wawancara pribadi dengan Wiyah, Depok, 17 April 2016. 104 Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016. 101 84 Karena suatu perubahan sosial cenderung ikut berubah asal ada tujuan dan ambisi dari manusianya itu sendiri. Seperti pepatah mengatakan gapailah cita-cita mu setinggi langit, jika kita tidak mempunyai cita-cita bagaimana kita bisa menggapai langit. e. Pembangunan dan Pengembangan Jaringan Jaringan atau hubungan itu penting bagi manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri. Itu artinya kita tidak dapat melakukan segala hal apapun itu dengan sendiri, karena kita pasti membutuhkan orang lain. Begitu pun juga dengan kelompok yang pastinya membutuhkan jaringan agar bisa tetap eksis. Seperti yang di ucapkan oleh Bu Tantri: “Saya mendirikan kelompok ini atas bantuan dari pemerintah Cilodong sampai ada SK dari kelurahan yang berlakukan untuk meresmikan kelompok tani bina avera ini. Sampai sejauh ini saya sudah menjalin hubungan dengan KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) kota Depok, APEBEDE Depok (Asosiasi Petani Belimbing Dewa), sampai kelompok tanaman hias kota Depok”.105 Menurut hasil penelitian saya masyarakat tani Cilodong mempunyai ikatan batin yang kuat dengan masyarakat di sekitarnya. Perubahan sosial masyarakat desa Cilodong Tengah terjalin dengan baik dan kehidupan bertetangga sesama warga sekitar sangat terjalin secara kekeluargaan. Bahkan diluar kegiatan kelompok tani, ibu-ibu disana selalu ada aktifitas tertentu yang berkaitan dengan kepentingan bersama, seperti pengajian Majlis Ta’lim, kegiatan ibu-ibu PKK, kerja bakti seluruh warga di Desa, dan sebagainya. Mereka secara serempak tanpa membedakan status dan kependudukan, Selain itu hubungan satu 105 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 85 kampung dengan kampung yang lain mempunyai ikatan yang sangat kental dan saling kenal-mengenal antara satu dengan yang lainnya. No. 1. 2. Tabel 5 Perubahan Sosial Kelompok Tani Bina Avera Sebelum terbentuk Setelah terbentuk Aspek Perubahan Kelompok Tani Bina Kelompok Tani Bina Avera Avera Tumbuhnya Nilai Sebelum adanya Berkat adanya bahwa Manusia Harus komunitas-komunitas kelompok Tani Bina Selalu Berusaha Untuk yang berfungsi sebagai Avera, masyarakat Memperbaiki penyalur aspirasi Cilodong, Depok Kehidupannya masyarakat dan sarana mulai menyadari untuk bertukar pentingnya peran serta pendapat, maka masyarakat dalam masyarakat Cilodong, musyawarah desa Depok cenderung pasif ataupun rapat-rapat dan acuh. Mereka sibuk yang di adakan. dengan urusan dan Kesadaran tersebut aktivitas kesehariannya tumbuh karena masing-masing tanpa mereka ingin lebih berpikir akan perubahan maju dan ke arah yang lebih baik. memperbaiki kehidupan dari waktu ke waktu. Sikap Menghargai Hasil Sebelum terbentuknya Sosok inspiratif dari Karya Seseorang dan komunitas ini, ketua Kelompok Tani Keinginan untuk Maju masyarakat Cilodong Bina Avera telah hanya menjadi memberikan banyak masyarakat biasa yang teladan, motivasi serta tidak memiliki peran kepercayaan diri bagi penting dalam suatu masyarakat Cilodong kelompok. Mereka untuk menjadi bagian tidak termotivasi untuk dari suatu kelompok menjadi seseorang yang dan memiliki peran lebih dihargai di penting bagi masyarakat dengan kelompok tersebut. perannya yang penting. Mereka ingin lebih bermanfaat bagi diri sendiri serta masyarakat luas. 86 3. Ketidakpuasan Masyarakat Pada Bidang-bidang Tertentu 4. Orientasi Masa Depan 5. Pembangunan dan Pengembangan Jaringan Sebelum bergabung dengan komunitas tersebut, masyarakat Cilodong cenderung pasif dan tidak peduli terhadap hal-hal ataupun informasi baru yang muncul di masyarakat. Mereka terlihat individual dan kurang peka terhadap lingkungan sosialnya. Setelah bergabung dengan kelompok tani Bina Avera, mereka lebih sadar dan kritis terhadap informasi ataupun kebijakankebijakan yang dibuat untuk masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin banyak masyarakat tani yang ikut aktif dalam rapat dan memberikan berbagai pendapatnya demi kemajuan bersama. Sebelum dibentuknya Setelah adanya komunitas untuk komunitas atau bertukar inspirasi dan kelompok tani Bina pendapat, mindset Avera, masyarakat masyarakat Cilodong, Cilodong jadi lebih Depok masih terbilang sering bertukar pikiran rendah dan cenderung sehingga cara pandang bersifat pesimis. mereka pun perlahanMisalnya dalam hal lahan mulai berubah. pendidikan untuk anak, Mereka ingin terus sebagian berpikir untuk berinovasi untuk tidak menyekolahkan mengembangkan anak hingga ke jenjang usaha tersebut agar yang lebih tinggi karena tidak tertinggal, nantinya hanya akan sehingga mereka bisa jadi pengangguran. memperbaiki hidup ke arah lebih baik lagi. Sebelum bergabung dengan kelompok tani Bina Avera ini, masyarakat tani Cilodong hanya mengenal orang-orang dari satu wilayah saja, mereka tidak memiliki mitra ataupun jaringan sosial dari wilayah lain. Setelah bergabung dengan kelompok Tani Bina Avera, masyarakat Cilodong kini telah menjalin hubungan kemitraan dengan berbagai kelompok tani yang lain, dimana hal tersebut sangat baik bagi perkembangan usaha. 87 2. Perubahan Budaya Kelompok Tani Bina Avera Seperti yang dijelaskan Sulaeman (1998) perubahan budaya yaitu perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan dan normanorma yang digunakan sebagai pedoman hidup. Di era teknologi modern seperi saat ini masyarakat dapat dengan mudah menjangkau informasi baik dalam maupun luar negeri. Dengan adanya Internet masyarakat Indonesia dapat mengetahui, mengamati, mempelajari perilaku orang asing, bahkan tidak mustahil untuk berinteraksi atau malah meniru perilaku orang asing. inilah yang biasa kita sebut globalisasi atau modernisasi. Dampak langsung dari globalisasi dan modernisasi di Indonesia adalah perubahan sosial budaya itu ada di dalam kehidupan masyarakat. Ini lah yang sebagian besar Masyarakat Tani Bina Avera alami di era digital seperti sekarang. Untuk mengetahui adanya perubahan budaya yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat tani Cilodong, di bawah ini penulis akan memaparkan hasil penelitian mengenai perubahan budaya yang terjadi. a. Gaya Hidup Sebagaimana yang dijelaskan oleh Suyanto (2014) lifestyle adalah perubahan gaya hidup masa sekarang yang tengah di nikmati masyarakat banyak. Salah satu perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tani lidah buaya Cilodong adalah dari segi gaya hidup. Sejak bergabung dalam kelompok tani Bina Avera, masyarakat petani lidah buaya lebih berkembang dalam hal perekonomian sehingga turut merubah kebiasaan dan gaya hidup yang semula biasa saja menjadi lebih baik. Salah satu 88 contonya adalah gaya hidup sang pelopor kelompok tani Bina Avera yaitu Bu Tantri, dan juga para anggotanya. Dengan penghasilan lidah buaya yang cukup besar, gaya hidup Bu Tantri bisa dibilang sudah berkecukupan. Beliau bisa memenuhi kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier dengan hasil usahanya tersebut. Salah satu contoh pemenuhan kebutuhan tersier misalnya seperti berbelanja ke Mall dan makan di restoran mewah seperti McD, KFC dan lain lain. Seperti yang di ucapkan Bu Tantri. “Saya selalu menyempatkan waktu kepada anak-anak untuk jalan-jalan biar gak bosan dirumah terus, minimal di akhir pekan kita harus refreshing bersama keluarga. Kadang shopping ke Mall beli pakaian anak, terus pergi tempat rekreasi, agar kita bisa liburan untuk menghilangkan kejenuhan”.106 Kebutuhan untuk rekreasi tersebut sebelumnya tidak di dapatkan ketika beliau masih menjadi pegawai perusahaan. Karena setiap hari beliau harus berangkat ke kantor dan tidak punya waktu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Namun setelah beralih menjadi pengusaha lidah buaya, beliau bisa meluangkan waktunya untuk berekreasi bersama keluarga. Perubahan gaya hidup ini juga dirasakan oleh anggota kelompok tani Bina Avera yaitu Bu Manih. Setelah bergabung dengan Bina Avera, beliau bisa membeli dan mencoba makanan-makanan yang belum pernah dicoba, seperti penuturannya berikut. “Anak saya suka banget makan chiken-chikenan itu ayam yang ditepung terus pake saos, bapaknya sihh yang suka beliin klo saya sih suka –suka aja”.107 106 107 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 Wawancara pribadi dengan Manih Ferdiana, Depok, 18 April 2016. 89 Begitu pula dengan Pak Asmawi yang telah bergabung dengan kelompok Tani Bina Avera dan bisa membeli kebutuhan-kebutuhan tersier seperti alat komunikasi yaitu telpon seluler.108 “Dari hasil panen itu uangnya saya gunakan untuk keperluan rumah tangga, jika ada sisa bisa saya kumpulin untuk membeli Handphone. Soalnya udeh banyak orang make Handphone sekarang lebih praktis mudah di bawa kemana-mana”.109 Sama halnya dengan Pak Muhayar yang saat ini mampu memenuhi kebutuhan tersiernya yaitu dengan menyicil kendaraan bermotor. Seperti penuturannya berikut. “Saya sudah bisa membeli motor X (salah satu motor yang bermerek mahal) walaupun kredit, jika ada rezeki lebih lagi saya ada keinginan untuk membeli mobil”.110 Menurut hasil penelitian saya perubahan gaya hidup yang di rasakan masyarakat tani Cilodong tergolong dalam kebutuhan Tersier, yaitu untuk kebutuhan menengah ke atas. karena masih belum dibutuhkan sekali keperluan seperti kendaraan mewah, handphone atau pun jalan-jalan bagi masyarakat tani. Tetapi Bukan tidak mungkin faktor gaya hidup seperti ini akan menjamur terhadap masyarakat tani bina avera cilodong Depok. b. Nilai-Nilai Keagamaan Masyarakat tani Cilodong mayoritas mempunyai nilai-nilai keagamaan yang tinggi, mereka tidak terpengaruh oleh maraknya budaya asing yang tengah merajalela di negeri ini. Ini suatu modal yang sangat 108 Observasi Peneliti terhadap Kehidupan Anggota Kelompok Tani Bina Avera, 18 April 109 Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016. Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016. 2016 110 90 penting dan pantas untuk di pertahankan agar kita tetap di berikan keberkahan oleh Allah SWT. Seperti yang dikatakan Bu Manih. “Kegiatan keagamaan masyarakat tani Cilodong masih terus berjalan, kegiatan ya seperti pengajian-pengajian yang di adakan oleh warga sini”....111 Sama dengan yang di ucapkan oleh Pak Muhayar. “Kalau disini rata-rata warga sangat antusias dalam mengikuti kegiatan kerohanian. saya kan pengelola pengajian yang biasanya mengisi di pengajian ibu-ibu dan menjelang malam pengajian bapak-bapak. Selain di daerah sendiri saya juga mengisi pengajian di luar Cilodong”.112 Nilai-nilai keagamaan masyarakat Tani Cilodong tergolong bagus, Seperti halnya dengan perubahan nilai-nilai keagamaan masyarakat tani Cilodong yang masih kental dengan keislamannya. karena didikan masyarakat Tani yang lebih mengutamakan agama daripada kehidupan duniawi. Seperti solat yang tidak pernah ditinggalkan, pengajian yang selalu diikuti serta sosok Ustadz yang masih banyak di Cilodong. Dan ini menjadikan masyarakat Cilodong selalu meningkat nilai-nilai keagamaannya dalam kelompok Tani Bina Avera. c. Emansipasi Wanita Salah satu bentuk perubahan budaya yang terjadi dimasyarakat Indonesia adalah emansipasi wanita, artinya wanita memiliki derajat yang sama dengan pria. Dahulu jarang sekali melihat wanita yang 111 112 Wawancara pribadi dengan Manih Ferdiana, Depok, 18 April 2016. Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016. 91 menjadi pimpinan, bahkan ada kalimat orang tua yang menyatakan bahwa kehidupan wanita adalah disekitar dapur, sumur, dan kasur. Saat ini tentu berbeda, banyak wanita yang menjabat peran penting dinegeri ini seperti anggota parlemen, pimpinan perusahaan, dan lain-lain. Begitu pula yang di rasakan masyarakat Cilodong, banyak yang meremehkan tentang posisi perempuan di masyarakat. Sama seperti yang di Ucapkan Pak Asmawi: “Para warga disini dulunya itu banyak yang memandang sebelah mata bu Tantri. soalnya dahulu bu Tantri hanya seorang pendatang di daerah Cilodong. Karena bu Tantri gigih dan tekun dalam usaha lidah buayanya akhirnya dia jadi salah satu petani berhasil di daerah Cilodong. para warga disini pun memberikan apresiasi yang lebih terhadap beliau karena sudah mengharumkan nama Cilodong”.113 Senada dengan yang di ucapkan oleh Bu Tantri: “Para warga sebelumnya tidak senang dengan kehadiran saya disini karena saya itu pendatang dulunya saya asli Bogor. Tetapi karena hasil kerja keras saya selama ini dan dukungan dari para petani, saya bisa menjadi Pemimpin KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) dan juga membina kelompok tani bina avera di Kecamatan Cilodong”.114 Di era digital seperti sekarang ini sosok wanita di kalangan masyarakat tidak bisa di pandang sebelah mata lagi. Karena sudah banyak wanita yang berperan penting dalam kemajuan Desa seperti bu Tantri. Bu Tantri yang sebelumnya di ragukan kapasitasnya dalam pertanian sekarang sudah banyak warga yang menimba ilmu dengan beliau. Hal ini menjadikan perubahan budaya gender telah terbentuk ke arah yang positif, sudah seharusnya sosok wanita harus di sejajarkan dengan para laki-laki. Bukan tidak mungkin peran wanita akan 113 114 Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016. Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 92 menggeser para kaum laki-laki jika bermunculan sosok wanita seperti bu Tantri di generasi yang akan datang. No. 1. Tabel 6 Perubahan Budaya Kelompok Tani Bina Avera Sebelum terbentuk Setelah terbentuk Aspek Perubahan Kelompok Tani Bina Kelompok Tani Bina Avera Avera Gaya Hidup Masyarakat Cilodong, Masyarakat tani yang Depok memiliki gaya tergabung dalam hidup yang sederhana Kelompok tani Bina bahkan cenderung biasa Avera, memiliki gaya saja. Karena hidup yang penghasilan yang paskecukupan. Mereka pasan, mereka tidak juga bisa memenuhi bisa menerapkan gaya kebutuhan tersier hidup mewah, karena seperti handphone, mereka lebih motor, mobil dan mendahulukan sebagainya. kebutuhan sehari-hari. 2. Nilai-nilai Keagamaan Pada aspek keagamaan, masyarakat Cilodong memang terlihat masih menjunjung tinggi nilainilai keislaman. Mereka sering mengadakan pengajian-pengajian yang diikuti oleh masyarakat sekitar. Setelah terbentuk komunitas lain seperti kelompok Tani Bina Avera ini, masyarakat Cilodong lebih aktif dalam menghadiri kegiatan-kegiatan yang diadakan. Apalagi partisipasi dalam bidang keagamaan yang semakin meningkat. 3. Emansipasi Wanita Pemikiran yang menganggap remeh atau memandang sebelah mata kaum wanita masih terlihat pada masyarakat Cilodong. Mereka Dengan adanya sosok inspiratif dari ketua kelompok tani Bina Avera dimana beliau adalah seorang wanita, masyarakat Cilodong jadi lebih menghargai 93 berpikir bahwa wanita tidak terlalu berperan penting dibandingkan dengan laki-laki. 3. dan menghormati perbedaan gender. Mereka menyadari bahwa sosok wanita kini telah sejajar dengan laki-laki. Perubahan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera Sebagimana yang dijelaskan oleh Nasution (2011) bahwa Pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu serta menunjukan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang selama jangka waktu tertentu. Kondisi ekonomi para anggota kelompok petani lidah buaya cilodong ada yang mengandalkan pendapatan di luar usaha pertanian lidah buaya. pendapatan dari suami menjadi hal yang wajib bagi mereka karena mayoritas ibu-ibu, atau pun profesi lainnya seperti menjadi petani padi bahkan ada yang menjadi Broker (perantara tanah/rumah) dan lain-lain. Tetapi ada juga yang masih aktif dalam usaha pertanian lidah buaya seperti halnya dengan Bu Tantri selaku pendiri kelompok tersebut. Perubahan ekonomi yang di alami oleh bu Tantri cukup mengalami kenaikan yang signifikan, karena dia yang mengelola tanaman lidah buaya menjadi barang yang bernilai tinggi. Seperti yang dikatakan Bu Tantri: “Saya ada usaha sampingan seperti menjual Tanaman hias seperti pohon kaktus, pohon kamboja jepang, anggrek, dan lain-lain. Pendapatan yang bisa saya terima itu bisa mencapai dua puluh juta lebih, tergantung orderan 94 penjualan dari hasil olahan lidah buaya dan tanaman hias selama sebulan.”115 Pengeluaran Bu Tantri selama sebulan penuh cukup terbilang banyak seperti pengeluaran harian, untuk uang jajan anak saja Bu Tantri Rp.50.000/hari x 30 hari menjadi Rp.1.500.000 selama sebulan untuk kedua anaknya. Adapun untuk kebutuhan pangan Bu Tantri mengeluarkan Rp.100.000/hari x 30 hari menjadi Rp.3.000.000 kepada pembantunya. Untuk pengeluaran mingguan seperti gas, galon, dan alat cuci pakaian bu Tantri memberikan Rp.200.000/minggu x 4 menjadi Rp. Rp.800.000 untuk penggunaan selama satu bulan. Belum lagi perawatan mingguan seperti tempat kecantikan untuk konsul dan beli obatnya bisa mencapai Rp.500.000/pertemuan x 4 menjadi Rp.2.000.000. Untuk pengeluaran bulanan seperti membeli kebutuhan anak (pakaian dan makanan ringan) dan peralatan mandi biasanya pergi ke Mall itu bisa menghabiskan Rp.1.000.000. Bayar SPP sekolah anak itu Rp.2.000.000/bulan untuk berdua, karena anaknya bu Tantri sekolah pada institusi pendidikan yang bertaraf Internasional, serta biaya les musik anaknya itu Rp.750.000/bulan. untuk bayar listrik/telpon/air/AC Rp.800.000/bulan, iuran lingkungan Rp.50.000/bulan, arisan keluarga Rp.200.000/bulan, Cicilan mobil sebesar Rp.4.400.000. Gaji pembantu dan empat karyawannya itu Rp.1.200.000 untuk pembantunya dan Rp.6.000.000 untuk ke empat karyawannya. Bu Tantri juga memiki asset tanah perkebunan lidah buaya seluas 2.000 meter persegi tepat di depan kantor Cilodong Depok. Seperti yang di ungkapkan oleh Bu Tantri. 115 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 95 “sewaktu saya menjadi karyawan di perusahan asing saya hanya mendapatkan gaji selama sebulan enam juta dua ratus ribu di tahun 2000, saya berpikir waktu itu tidak ingin terus-terusan menerima gaji, maka akhirnya saya keluar dan terjun di usaha lidah buaya ini, dan membuahkan hasil. Ya lumayan saya bisa memperkerjakan orang lain juga bisa memenuhi kebutuhan pribadi”.116 Jika di total pengeluaran bu Tantri selama sebulan yaitu sebesar Rp.22.700.000 selama sebulan. Angka yang cukup besar bagi masyarakat biasa, tetapi wajar untuk seorang wirausaha seperti bu Tantri. Perubahan ekonomi yang di alami oleh bu Tantri naik secara drastis dari seorang karyawan menjadi pengusaha sukses. Berbeda dengan perubahan kondisi ekonomi yang di alami oleh bu Dewi selaku anggota kelompok tani bina avera yang telah fokus terhadap urusan rumah tangganya. Bu Dewi sudah tidak mendapatkan pemasukan Selama tidak berjalannya lagi kegiatan kelompok Bina avera dan juga tidak menekuni usaha lidah buayanya. Kalo pun dahulu bu Dewi bisa mendapatkan Rp.300.000 – Rp.600.000 selama sebulan dari hasil penjualan bibit dan pohon lidah buaya, sekarang bu Dewi hanya mengandalkan pendapatan dari suaminya yang hanya seorang sopir angkutan umum yang pendapatannya tidak menentu. Seperti halnya dikatakan oleh Bu Dewi. “Saya mah de sebenarnya hanya untuk mengisi waktu luang dengan ikut bersama kelompoknya bu Tantri, soalnya gak ada kerjaan juga kalo dirumah, anak pada sekolah, suami kerja, dari pada gak ngapa-ngapain mendingan ikutan jadi anggota kelompok, bisa ngisi waktu luang bareng ama ibu-ibu disini de”.117 Rata-rata pendapatan harian suami dari Bu Dewi mencapai Rp.80.000 jika di total perbulan pendapatan sang suami mencapai angka Rp. 2.400.000. 116 117 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 Wawancara pribadi dengan Dewi Utari, Depok, 12 April 2016. 96 Pengeluaran bu dewi selama satu bulan pun terbilang cukup rendah sama halnya dengan pengeluaran harian, seperti kebutuhan uang jajan anak sebesar Rp. 10.000/hari x 30 menjadi Rp. 300.000, belanja kebutuhan dapur Bu Dewi mematok harga sampai Rp. 30.000/hari x 30 menjadi Rp.900.000 itu juga keseringan makan tempe tahu ama sayur asem kata beliau, untuk pengeluaran mingguan seperti membeli Galon Rp. 15.000 x 4 sebulan bisa mengeluarkan Rp.60.000, Gas elpiji yang ukuran kecil sebesar Rp. 19.000 x 4 menjadi Rp.76.000, alat cuci pakaian dan mandi Rp. 55.000 x 4 menjadi Rp. 220.000, adapun pengeluaran bulanan yaitu membayar listrik/air/telpon Rp. 600.000, iuran sekolah anak sebesar Rp.200.000, iuran keamanan siskamling Rp.10.000, jika di total secara keseluruhan pengeluaran bu Dewi sebesar Rp.2.366.000 selama satu bulan. Tak jarang juga bu Dewi meminjam uang kepada tetangga untuk kebutuhan sehari-hari bersama keluarga. Menurut hasil penelitian saya Bu Dewi adalah salah satu anggota kelompok tani lidah buaya yang gagal, karena tidak sungguh-sungguh dalam menggeluti usaha tani lidah buaya dan faktor kemiskinan yang menyebabkan Bu dewi tidak mengalami perubahan. Seharusnya sosok Bu Tantri dijadikan panutan bagi para anggotanya supaya termotivasi agar bisa mengikuti jejak Bu Tantri menjadi Pengusaha petani Lidah Buaya yang sukses. Bu Wiyah adalah salah satu anggota Kelompok Tani Bina Avera yang sudah tidak menggeluti pertanian lidah buaya. Karena hasil yang ia dapat selama menjadi petani lidah buaya tidak seberapa. Dia mengandalkan usahanya dan nafkah dari suaminya yang bekerja sebagai karyawan biasa. Seperti yang dikatakan Bu Wiyah. 97 “Saya mah de cape doang klo ngurusin lidah buaya, soalnya hasilnya gak nentu kadang cuma dapet dua ratus ribu sampe tiga ratus ribu dalam sebulanan. Mendingan saya ngurusin dagangan saya buka warung kecilkecilan, minimal kebutuhan anak bisa terpenuhi”.118 Pendapatan bu wiyah selama sebulan yaitu Rp.2.200.000 dari usaha nya membuka warung. Pengeluaran bu Wiyah selama sebulan pun sangat minim sekali, seperti uang jajan anaknya sebesar Rp.4.000 x 30 hari menjadi Rp.120.000 sebulan, kebutuhan dapur biasanya bu Wiyah membeli seperti sayur asem, tempe, tahu dan lain-lain di tukang sayur seharga Rp. 35.000/hari x 30 hari menjadi Rp.1.050.000, kalau pun untuk kebutuhan cuci, mandi, gas dan lain-lain biasanya bu Wiyah bisa mengambil dari warungnya sendiri, untuk biaya bulanan bayar listrik dan air seharga Rp. 500.000, SPP anak sekolah Rp. 300.000, iuran lingkungan Rp.10.000, kredit motor seharga Rp.769.000. Total pengeluaran selama satu bulan sebesar Rp.2.749.000, pengeluaran lebih besar dari apa yang didapat oleh bu Wiyah selama satu bulan dan bu Wiyah pun di kategorikan sebagai petani lidah buaya yang gagal. Sama halnya dengan bu Tantri anggota lain Pak Muhayar, pendapatannya sebelum bergabung dengan kelompok tani hanya sebesar Rp.3.500.000 selama sebulan. Setelah bergabung pendapatan Pak Muhayar selalu meningkat dan dari hasil pertanian ini pun cukup fantastis bagi seorang petani yaitu Rp.7.000.000 selama sebulan, tetapi kehidupan beliau pun terbilang sederhana berbeda dengan bu Tantri yang menikmati uangnya dengan penuh kemewahan. Seperti yang di katakan Pak Muhayar. 118 Wawancara pribadi dengan Wiyah, Depok, 17 April 2016. 98 “Pengeluaran harian yang saya keluarkan seperti membeli rokok, memberikan uang jajan anak, bensin motor dan buat belanja dapur yang saya berikan kepada istri saya. Adapun juga keperluan mingguan seperti beli galon, gas, peralatan mandi dan nyuci sepenuhnya saya kasih oleh istri. Begitu pun juga bulanan bayar lsitrik/air/telpon, kredit motor, bayar tukang kebun satu orang.119 Jika di rinciin pengeluaran harian pak Muhayar seperti rokok seharga Rp.18.000 x 30 hari menjadi Rp.540.000 karena rokoknya pak Muhayar Sampoerna Mild. Uang jajan anak Rp.15.000 x 30 hari menjadi Rp.450.000 untuk ketiga anaknya. Motor sehari bisa menghabiskan 2 liter bensin premium Rp.14.800 x 30 hari menjadi Rp.444.000 tergantung pemakaian sehari-hari nya pak Muhayar. Adapun keperluan mingguan seperti gas Rp.19.000 x 4 menjadi Rp.76.000, galon isi ulang Rp.4.500 x 4 menjadi Rp.18.000. begitu pun juga bulanan listrik dan air sebesar Rp.400.000, kredit motor Rp.600.000, gaji tukang kebun sebesar Rp.1.200.000, untuk keperluan dapur, alat cuci dan mandi sepenuhnya pak Muhayar memberikan kepada istrinya sebesar Rp.1.500.000 selama satu bulan. Asset perkebunan lidah buaya pak muhayar seluas 4.000 meter persegi di wilayah Cilodong. Jika di total pengeluaran pak Muhayar selama sebulan adalah Rp.5.228.000 untuk kebutuhan pribadinya dan keluarganya. Dengan pengeluaran yang lebih rendah dari pendapatannya ini membuat pak Muhayar menjadi petani yang sejahtera di banding dengan para anggota kelompok lainnya. Seperti yang di Ungkapkan oleh Pak Muhayar. “Dari hasil panen lidah buaya lumayan saya bisa memenuhi kebutuhan keluarga, saya juga udeh bisa kredit motor, makan juga udeh enak, dulu mah setiap hari ada kali makan make nasi ama tempe doangan, sekarang udeh 119 Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016. 99 bisa makan make ayam. Untung aja SPP anak gratis karena program dari dinas pendidikan jadi bisa nabung buat masa depan keluarga”120 Berbeda dengan anggota kelompok lainnya yang bernama Bapak Asmawi Buchori, beliau masih aktif dalam pertanian Lidah Buaya dari awal terbentuknya kelompok sampai sekarang. Karena dari hasil lidah buaya Pak Asmawi bisa menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak-anaknya. Sebulan saja Pak Asmawi bisa mendapatkan Rp.2.800.000 semenjak masuk anggota pendapatannya meningkat Rp.4.500.000 dari hasil panen lidah buaya. Pengeluaran yang pak Asmawi seperti uang jajan anak sekolah Rp.10.000 x 30 hari menjadi Rp.300.000, uang belanja dapur yang diberikan istri sebanyak Rp.20.000 x 30 hari Rp.600.000, adapun uang bulanan yang diberikan kepada istri sebesar Rp.2.000.000 untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Jika di Total pengeluaran pak Asmawi selama sebulan sebesar Rp.2.900.000, dan ini membuktikan keuangan pak Asmawi tetap stabil dengan pengeluaran lebih rendah dari pendapatan.121 Begitu pun sama halnya dengan Pak Asmawi, anggota lainnya yang bernama Bu Manih Ferdiana juga masih aktif dalam budidaya lidah buaya. Seperti yang di ungkapkan oleh Bu Manih. “...sebelumnya pendapatan saya hanya sebesar Rp.1.200.000, setelah bergabung dengan kelompok tani bina averanya bu Tantri pendapatan saya selalu meningkat, dari hasil panen lidah buaya saya mendapatkan kurang lebih Rp.2.600.000 selama sebulan...”.122 120 Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016. Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016. 122 Wawancara pribadi dengan Manih ferdiana, Depok, 18 April 2016. 121 100 Pendapatan bu Manih dari lidah buaya memang tidak terlalu besar akan tetapi dari sini lah dia merasa akan kehidupan yang lebih layak dari sebelumnya. Pendapatan bu Manih hanya sebesar Rp.2.600.000 dari penjualan bibit dan pelepah lidah buaya. Hasil yang cukup mengesankan di banding bu dewi dan bu wiyah yang di anggap gagal dalam menekuni pertanian lidah buaya ini. Adapun pengeluaran harian bu Manih seperti uang jajan anak sebesar Rp.10.000 x 30 hari menjadi Rp.300.000, uang belanja masak Rp. 15.000 x 30 hari menjadi Rp.450.000, uang mingguan seperti beli gas, galon, alat cuci dan mandi sebesar bisa mencapai Rp.60.000 x 4 menjadi Rp.240.000, kalaupun untuk bulanannya seperti bayar listrik/air/telepon mencapai Rp.400.000, Arisan keluarga sebesar Rp.300.000. jika di total pengeluaran Bu Manih selama sebulan yaitu sebesar Rp.1.750.000, pengeluaran yang cukup stabil dengan pendapatan yang masih tinggi dari pengeluaran. Di samping itu adanya Kelompok Tani Bina Avera ini cukup memberikan dampak positif bagi para anggota nya. Dengan pendapatan ratarata diatas sebesar Rp.6.450.000 serta rata-rata pengeluaran yang di keluarkan oleh kelompok sebesar Rp.6.282.000/bulan. Dengan demikian kesejahteraan ekonomi yang dialami Kelompok Tani Bina Avera meningkat, sesuai dengan pendapatan para petani yang lebih besar daripada pengeluaran mereka. 101 Tabel 7 Pendapatan Ekonomi Petani Sukses Tani Bina Avera No. 1. 2. Nama Kelompok Tani Bina Avera Tantri Guntari Pak Muhayar Kegiatan Produksi Modal Awal 1000 bibit x Rp.1500,Biaya Perawatan: 10 Pupuk Kambing Rp 100.000,2 liter bensin selama 4 kali penyiiraman Rp.60.000,4 pegawai Rp. 4.800.000 Hasil Penjualan Produksi Olahan Lidah Buaya Modal Awal 500 bibit x Rp.1500,Biaya Perawatan: 5 Pupuk Kambing Rp 50.000,1 liter bensin selama 4 kali penyiiraman Rp.30.000,1 pegawai Rp. 1.200.000 Hasil Penjualan Tanaman Lidah Buaya Jumlah Pengeluaran Rp. 1.500.000 Jumlah Pendapatan Keuntungan Rp. 4.960.000 Rp.22.700.000 Rp. 16. 240.000 Rp. 750.000 Rp. 1.280.000,- Rp. 7.000.000 Rp. 5.720.000 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan mengenai Perubahan Keberdayaan Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok. Maka selanjutnya peneliti akan mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses Pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera Proses pemberdayaan kelompok tani Bina Avera dibagi ke dalam dua hal yaitu strategi dan tahap-tahap. Strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh kelompok tani Bina Avera Cilodong, Depok ialah menggunakan strategi pemberdayaan aras mezzo karena pemberdayaan yang dilakukan menggunakan kelompok sebagai alat perubahan bagi masyarakat petani Lidah Buaya di Cilodong, Depok. Adapun perubahan-perubahan yang dialami para anggota kelompok tani yaitu peningkatan pengetahuan tentang informasi seputar pertanian melalui pertemuan rutin bulanan. Selanjutnya para petani langsung terjun untuk praktik di lapangan setelah mendapatkan informasi yang cukup. Sedangkan tahap-tahap pemberdayaan yang dilakukan kelompok tani Bina Avera yaitu berawal dari tahapan persiapan, dimana Bu Tantri telah mengikuti Pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pertanian Kota Depok dan menuangkannya sehingga terbentuk lah kelompok tani ini dengan baik. Tahapan assessment dimana para anggota kelompok tani mulai mengidentifikasi permasalahan yang mereka hadapi, seperti belum mengetahui cara menanam Lidah Buaya yang baik dan benar sehingga masih banyak 102 103 tanaman yang pada mati. Lalu, tahap perencanaan kegiatan para kelompok tani merumuskan kegiatan-kegiatan yang akan mereka jalankan selama proses pemberdayaan berlangsung. Selanjutnya, tahapan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani bina avera salah satunya yaitu berkoordinasi dengan kelompok lain seperti KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan), Depok dalam meningkatan kerjasama antara kelompok tani. Setelah itu, tahapan evaluasi dimana para anggota dan pengurus Kelompok Tani Bina Avera melakukan evaluasi setiap kali pertemuan diadakan. Tujuan dari evaluasi ini untuk meningkatkan kualitas usaha tani dari para anggota supaya kedepannya menjadi petani yang lebih baik. Terakhir, tahapan terminasi pada tahapan ini para anggota sudah memutuskan untuk bergerak sendiri dan saling membangun usaha nya masing-masing. 2. Perubahan Sosial dan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera Setelah para petani Lidah Buaya bergabung bersama kelompok tani Bina Avera di Cilodong, Depok, peningkatan kesejahteraan sosial, budaya maupun ekonomi setiap para anggota petani selalu meningkat. Seperti halnya dengan dengan perubahan sosial, budaya dan ekonomi yang dialami oleh para anggota Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong Depok menjadi lebih baik. Dengan bergabungnya bersama Kelompok Tani Bina Avera pendapatan para anggota kelompok tani telah meningkat, bisa membiayai pendidikan anak sekolah, serta kebutuhan rumah tangga yang selalu terpenuhi. Hal ini menjadi salah satu dampak positif yang dialami oleh setiap para anggota Kelompok Tani Bina Avera 103 104 di Cilodong ini agar selalu bersyukur dengan apa yang sudah didapat oleh mereka. Kesejahteraan sosial para anggota juga sudah meningkat hal ini berdasarkan para anggota kelompok yang sudah dihargai dan dihormati oleh para warga desa lainnya padahal sebelum bergabung mereka hanya dipandang sebelah mata oleh warga, para anggota kelompok mempunyai keinginan untuk maju seperti salah satu anggota ada yang menjadi ketua Ibu-Ibu PKK di wilayah Cilodong, mempunyai visi dan misi serta rencana ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang, serta menjalin hubungan atau jaringan terhadap sesama para petani Lidah Buaya agar kehidupan Sosialnya terus berkembang dan menjadi lebih luas. Perubahan Budaya yang terjadi dalam Kelompok Tani Bina Avera Cilodong, Depok meliputi gaya hidup yang meningkat, nilai-nilai keagamaan yang tinggi, dan menjunjung tinggi emansipasi wanita didalam Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok. B. Saran 1. Pengurus Kelompok Tani Bina Avera harus menyiapkan suatu wadah seperti tempat pemasaran hasil panen para anggota kelompok tani ke media-media online, seperti OLX, Kaskus, dan situs penjualan lainnya. Agar konsumen para anggota kelompok tani tidak hanya di sekitar Wilayah Cilodong Depok dan sekitarnya saja tetapi bisa mencakup penjualan sampai ke seluruh Wilayah di Indonesia. 2. Bagi kelompok tani yang sudah sukses harus senantiasa meningkatkan sinergi dan kerjasama terhadap kelompok tani yang lain, ketua kelompok tani mempunyai fungsi sebagai pemimpin yang punya wewenang dalam 104 105 menentukan struktur dan pencapaian tujuan kelompok agar kelompok bisa tetap eksis dan terus berkembang sebagai suatu perkumpulan yang bisa membanggakan di Wilayah Cilodong Depok. Bagi kelompok tani biasa, mereka harus lebih berinovasi dan mengembangkan ide-ide baru dalam membudidayakan dan mengolah lidah buaya tersebut. Bagi kelompok tani yang tidak berhasil, akan lebih baik jika mereka tidak berputus asa dan terus melanjutkan usaha lidah buaya dengan cara yang lebih baik lagi agar tidak gagal dikemudian hari. 3. Lidah Buaya adalah tanaman yang unik dan langka serta mempunyai manfaat bagi kesehatan dan kehidupan manusia. Kelompok Tani Bina Avera diharapkan mampu mengeksplorasi tanaman ini menjadi suatu terobosan atau produk-produk yang lebih menjanjikan agar bisa diterima oleh konsumen dalam negeri maupun luar negeri. 4. Bagi penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar dibuat perbandingan yang signifikan antara Kelompok Tani Bina Avera di Kota Depok dengan kelompok tani lainnya yang menggeluti bidang yang sama sehingga dapat terlihat kekurangan serta kelebihan dari kelompok tani tersebut dan nantinya akan menjadi bahan evaluasi bagi masing-masing kelompok demi peningkatan dan keberhasilan usahanya. 105 DAFTAR PUSTAKA Buku-buku Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002. Arifin, Bustanul. Pertanian Era Transisi. Lampung: Universitas Lampung Press, 2001. Arikunto, Suhartini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1996 Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Dillon. HS., Pertanian Membangun Bangsa. Jakarta: Sinar Harapan, 1999. Firdaus, Ismet. dkk. Pengamalan Al-Qur’an tentang Pemberdayaan Dhu’afa. Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Gunawan, Imam. Metodologi Penelitian Kualitatif :Teori dan praktik. Jakarta: PT Bumi Ksara, 2013. Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Lauer, Robert H. Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003. Machendrawaty, Nanih dan Safei, Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial. Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remeja Rosda Karya, 2007. Nasdian, Fredian Tonny. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015. Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makro Ekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008. Rostita. Sehat, Cantik, dan Penuh Vitalitas Berkat Lidah Buaya. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008. 106 107 Setiadi, Elly M. dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Prenada Media Group, 2006. Soetomo, Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT Refika Aditama, 2005. Sujarno, dkk. Pemberdayaan Nilai Budaya dalam Rangka Mewujudkan Keluarga Sejahtera di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000. Sulaeman, M. Munandar. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT. Eresco, 1998. Suyanto, Bagong. Sosiologi Ekonomi: Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post Modernisme. Jakarta: Kencana, 2014. Tabloid Agropolitan. Kebijakan Pertanian Perlu dibenahi. Edisi I. 26 Desember 2015. Undang-undang Dasar 1945. Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Wawancara Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari. Ketua Kelompok Tani Bina Avera Depok. Pada tanggal 30 Maret 2016. Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori. Anggota Kelompok Tani Bina Avera Depok. Pada tanggal 18 April 2016. Wawancara pribadi dengan Dewi Utari. Sekretaris Kelompok Tani Bina Avera Depok. Pada tanggal 12 April 2016. Wawancara pribadi dengan Hj Manih Ferdiana. Bendahara Kelompok Tani Bina Avera Depok. Pada tanggal 18 April 2016. Wawancara pribadi dengan Muhayar. Anggota Kelompok Tani Bina Avera Depok. Pada tanggal 17 April 2016. Wawancara pribadi dengan Wiyah. Anggota Kelompok Tani Bina Avera Depok. Pada tanggal 17 April 2016. Wawancara pribadi dengan ketua RT. Depok, 18 April 2016. 107 108 Internet Gaya hidup masa kini Femina. “Trend Lidah Buaya.” Artikel di akses pada tanggal 10 April 2016 dari http://www.femina.co.id/article/lidah-buaya Pemerintah Kota Depok. “Aloevera potensi unggulan lain kota Depok.” artikel di akses pada tanggal 24 januari 2016 dari http://www.depok.go.id/31/03/2011/01-berita-depok/aloevera-potensiunggulan-lain-kota-depok BPS Dinas Pertanian dan perikanan pemerintah kota Depok, 2015 Skripsi Syaiful. “Upaya Kelompok Tani Sakati Makmur Dalam Pemberdayaan Ekonomi Petani Pasir Putih Melalui Pertanian Jambu Merah.” Skripsi S1 fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, Universitas syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Nasution, Nur atikah. “Dampak perubahan pemanfaatan tanah situ kuru terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar.” Skripsi S1 fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, Universitas syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Sari, Hindrina Perdhama. “Pertumbuhan lidah buaya (Aloe Chinensis Baker) pada media tanam campuran tanah dan kompos.” Skripsi S1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok, 2005. Linda. “Studi kelayakan pengembangan usaha minuman lidah buaya avera.” Skripsi S1 Fakultas Teknik, Universitas Indonesia Depok, 2004. Widiyaningsih. “Analisis Tingkat Keberdayaan masyarakat melalui Program Pengembanga komoditas Buah Belimbing pada kelompok tani Belimbing di Kecamatan Pancoran Masm Kota Depok.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Depok, 2013. 108 TRANSKRIP WAWANCARA Wawancara I Wawancara dengan Ibu Tantri Guntari selaku pendiri dari kelompok tani bina avera yang dilakukan hari rabu dan minggu pada tanggal 30 maret dan 17 April 2016 di kediaman rumah Bu Tantri. Peneliti : “Assalamualaikum Bu Tantri?” Bu Tantri : “wa’alaikum salam wr wb, kamu yang waktu itu kemari kan bersama teman kamu yang katanya ingin penelitian disini?” Peneliti : “iya bu benar itu saya, oiya nama saya fachri bu”. Bu Tantri : “kamu dari kampus mana?” Peneliti : “saya dari Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta bu, yang kampus nya di ciputat hehe”. Bu Tantri : “ ohhh.... tapi kamu tinggalnya di Ciputat Juga?” Peneliti : “enggak bu saya tinggal di Krukut yang deket Gandul cinere”. Bu Tantri : “ya lumayan jauh lah, kamu ngambil apa di UIN?” Peneliti : “saya ngambil Kesejahteraan Sosial bu, saya sih niatnya ingin meneliti kelompok tani bina avera ibu”. Bu Tantri : “terus kamu ingin meneliti tentang apanya tuh?” Peneliti : “saya ingin meneliti tentang kesejahteraan para anggota kelompok tani bina avera ibu dan bagaimana perubahan sosial mereka gitu bu”. Bu Tantri : “yahhhhh itu mahh kegampangan, kenapa kamu gak ngambil tentang manfaat dari pengolahan lidah buaya atau kesejahteraan seluruh para pengolah produksi lidah buaya di depok ??? terus kamu menggunakan teori struktural saya ada tuhh bukunya” Peneliti : “karena itu terlalu luas bu, penelitian saya sendiri itu konsep nya tentang kelompok tani lidah buaya, dan mengambil lokasi penelitiannya di wilayah ibu teori yang saya gunakan juga tentang pemberdayaan masyarakat”. Bu Tantri : “bener sihh saya punya kelompok namanya itu Bina Avera tapi beberapa bulan belakangan ini kelompok ibu gak aktif gak ada kegiatan juga, karena mayoritas kan anggota nya ibu-ibu, ada yang ngurusin anak, ya intinya udeh panya kesibukan masing-masing gitu”. Peneliti : “oh gitu bu, yaa mungkin saya tetap mengambil tema kelompok ibu tapi dari awalnya terbentuk sampai vacum gitu bu”. Bu Tantri : “yasudah kalau begitu, padahal bagus loh budidaya lidah buaya ini, selain banyak manfaat nya jika bisa ngolahnya jadi barang bernilai tinggi ini, saya juga sudah memberikan pelatihan kepada ibu-ibu disini cara budidaya nya sampai cara mengolahnya. Saya juga memberikan kebebasan kepada mereka jika ingin menjual di luar kelompok juga boleh, kan kita punya khas kelompoknya sendiri gitu”. Peneliti : “bagus bu bener itu, kalau boleh tau ibu mulai terjun di dunia pertanian ini sejak kapan?” Bu Tantri : “saya tuh dulu hanya karyawan swasta di salah satu perusahan asing, waktu itu ada seminar tentang lidah buaya gitu kan saya tertarik lalu saya mengikuti pelatihannya yang di adakan di depok waktu itu tahun 2004 di UI ama dinas kota Depok. Saya coba-coba tuh membeli bahan baku nya 10 kilo gram berapa kali saya gagal dalam bereksperimen pada tanaman Lidah Buaya ini, tak sedikit juga saya menghabiskan dana sendiri dalam percobaan saya waktu itu. Peneliti : “terus bu?” Bu Tantri : “awalnya sekitar waktu tahun 2005 saya membuat produk pertama saya yaitu Es Mambo Lidah Buaya, dan saya jajakin ke orang-orang supaya dapat hasil yang memuaskan terutama para anak SD ya namanya juga anak-anak pasti suka sama Es. lalu saya buat olahan seperti minuman nata de coco dalam bentuk gelas saya pasarin ke masyarakat disini dan responnya bagus”. Peneliti : “serius bu awal-awal ibu jualin ke SD?” Bu Tantri : “seriusan, saya waktu itu jualin harganya Rp.1.000 satunya, sampai sekarang saya bisa mengolah hampir 800 kg buat di jadiin minuman, krupuk dulu sempet ada permen tapi udeh gak produksi lagi. Saya kasih tau kamu ada dua jenis utama dari tanaman lidah buaya yaitu lidah buaya barbadensis miller dan aloe vera chinensis. Kalau barbadensis miller itu dari Eropa dan biasanya jenis ini banyak permintaan dari industri kosmetik dan farmasi sedangkan aloe vera chinensis dari Asia diperuntukan menjadi berbagai produk olahan makanan seperti yang saya budidaya itu jenisnya Chinensis”. Peneliti : “terus ibu mulai meresmikan usaha nya sejak kapan? Bu Tantri : “pada tahun 2007 saya meresmikan usaha Home Industri Lidah Buaya, yang saya namakan Tanolavera. Tanolavera itu sendiri singkatan dari Tantri dan aloevera, karena nama saya Tantri sedangkan aloevera itu nama latin dari Lidah Buaya. Lalu, sekitar tahun 2008 saya baru memperluas usaha saya dengan menjual tanaman hias lainnya seperti anggrek, kaktus, sampai kamboja jepang karena disini belum ada yang menjual tanaman hias seperti itu Peneliti : “Oh gitu bu, selain minuman ibu memproduksi apa lagi? Bu Tantri : “selain minuman Lidah Buaya saya membuat produk olahan lainnya seperti Krupuk Libuy (Lidah Buaya), krupuk ini saya inovasi sedemikian rupa agar bisa diterima ke konsumen seperti saya berikan bumbu-bumbu pedas, asin bahkan ada yang keju. Dan saya juga menjual krupuk-krupuk mentah ini yang berbahan dasar Lidah Buaya yang dikemas dalam plastik, agar penjual juga bisa memasaknya sendiri di rumah dengan menambahkan varian lainnya”. Peneliti : “banyak juga yaa produk yang ibu buat?” Bu Tantri : “iya de soalnya kan klo minuman saja orang-orang bosan, jadi saya membuat yang beda. Satu lagi selain produk olahan minuman dan krupuk ini, saya juga membuat teh celup dari kulit Lidah Buaya, teh celup ini cukup digemari oleh masyarakat cilodong sendiri”. Peneliti : “kalau untuk harga ibu memasarkannya berapa?” Bu Tantri : “Harga satu cup minuman lidah buaya yang saya jual di pasaran bisa mencapai dua ribu lima ratus rupiah, perbulan Usaha Bisnis saya ini bisa memproduksi hingga 500 duz yang per duz nya berisi 24 cup minuman lidah buaya untuk di supply ke warung-warung kecil sampai super market besar seperti hypermart dan supermarket besar se jabodetabek”. Peneliti : “itu bu yang di depan kantor kecamatan cilodong kebun ibu?” Bu Tantri : “iya itu kebun ibu, banyak kunjungan-kunjungan anak sekolah soalnya yang ingin mengetahui tentang tanaman lidah buaya jadi saya buka untuk umum untuk di jadikan taman edukasi semacam itu dan diharapkan mampu membuka wawasan bagi siapa pun, termasuk anak-anak jika ingin mengenal lebih jauh tentang tanaman ini. Dan juga memberitahukan bahwa lidah buaya bukan sekadar tanaman hias, tetapi juga sangat bermanfaat bagi kehidupan seharihari”. Peneliti : “bu dari penjualan produksi olahan, terus buka perkebunan pendidikan sampai tanaman hias, kira-kira klo boleh tau pendapatan ibu sebulannya berapa? Bu Tantri : “Saya ada usaha sampingan seperti menjual Tanaman hias seperti pohon kaktus, pohon kamboja jepang, anggrek, dan lain-lain. Pendapatan yang bisa saya terima itu bisa mencapai Rp.20.000.000 lebih, tergantung orderan penjualan dari hasil olahan lidah buaya dan tanaman hias selama sebulan.” Peneliti : “sebelum ibu bisnis ini, di pekerjaan ibu sebagai karyawan berapa?” Bu Tantri :“sewaktu saya menjadi karyawan di perusahan asing saya hanya mendapatkan gaji selama sebulan Rp.6.200.000 di tahun 2000an, saya berpikir waktu itu tidak ingin terus-terusan menerima gaji, maka akhirnya saya keluar dan terjun di usaha lidah buaya ini, dan membuahkan hasil. Ya lumayan saya bisa memperkerjakan orang lain juga bisa memenuhi kebutuhan pribadi”. Peneliti : “kalau untuk pengeluaran ibu seperti harian, mingguan terus bulanan itu ibu apa saja? Bu Tantri : “kalau itu sih saya biasa ngasih ke bibi untuk beli ini beli itu, jadi saya palingan ngasih harian seperti untuk masak saya kasih biasanya Rp.100.000 terus uang jajan anak saya kasih Rp.50.000 berdua. Terus kalau mingguan palingan beli gas, galon terus peralatan nyuci si bibi saya kasih Rp.200.000 saya juga ikut perawatan mingguan sekali konsul ama nebus obat itu bisa sampai Rp.500.000, kalau untuk bulanan bayar SPP itu Rp.2.000.000, bayar les anak Rp.750.000, bayar Ac/listrik/air, saya selalu menyempatkan waktu kepada anak-anak untuk jalan-jalan biar gak bosan dirumah terus, minimal di akhir pekan kita harus refreshing bersama keluarga. Kadang shopping ke Mall beli pakaian anak, terus pergi tempat rekreasi, agar kita bisa liburan untuk menghilangkan kejenuhan”. Peneliti : “ada lagi bu pengeluarannya?” Bu Tantri : “kredit mobil Rp.4.400.000 belum lunas, bayar pembantu Rp.1.200.000 ama pegawai Rp.6.000.000 sebulan”. Peneliti : “tujuan ibu kedepannya apa?” Bu Tantri : “Saya menjadi wirausaha seperti sekarang ini karena ada keinginan tersendiri, yaitu menyekolahkan anak sampai setinggi mungkin. Karena fondasi dalam kehidupan itu berawal dari pendidikan, bagaimana terbentuk baik atau pun buruknya anak, itu dari hal yang namanya pendidikan. Sukursukur anak bisa ke luar negeri amin”. Peneliti : “semoga tujuan ibu bisa tercapai dengan baik, amin. kalau terbentuknya kelompok tani bina avera kapan bu?” Bu Tantri : “berawal dari kumpul ibu-ibu disini kan waktu itu hanya berkumpul bagi para ibu-ibu PKK, lalu saya tuh ngajak mereka untuk membentuk kelompok tani Lidah Buaya. Dengan ilmu yang saya miliki, saya ada keinginan untuk memberdayakan masyarakat Tani Cilodong agar supaya ada perubahan terhadap kesejahteraan mereka. yaa lumayan kan selain menghasil kan juga menambah ilmu bagi mereka. Peneliti : “ohh gitu bu...” Bu Tantri : “disini para warga sebelumnya tidak senang dengan kehadiran saya disini karena saya itu pendatang dulunya saya asli Bogor. Tetapi karena hasil kerja keras saya selama ini dan dukungan dari para petani, saya bisa menjadi Pemimpin KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) dan juga membina kelompok tani bina avera di Kecamatan Cilodong”. Peneliti : “Tujuan awal ibu membuat kelompok ini apa?” Bu Tantri : “karena saya ada keinginan untuk mengajak para warga sekitar untuk ikut membudidayakan Lidah Buaya. jika kita explore hasil Lidah Buaya itu sendiri, ini akan menjadi suatu barang yang bernilai tinggi. Dan lagi ada beberapa petani Lidah Buaya disini yang perlu untuk diberdayakan”. Peneliti : “seperti apa sihh ibu dulunya mengajarkan budidaya lidah buaya kepada para anggota ibu?” Bu Tantri : “awalnya saya hanya memberikan kepada para anggota yaitu 5 bibit untuk setiap anggota, dari situ banyak yang mati terus bilang ke saya, “kok bu tanaman saya pada mati yaa?” dari situ lah saya merencanakan kegiatan kelompok bersama para anggota” Peneliti : “kegiatan kelompok itu sendiri ngapain aja bu?” Bu Tantri : “ya seperti kelompok tani biasa pada umunya, yaitu Pertemuan rutin anggota kelompok tani yang dilaksanakan tiap minggu pertama tiap bulannya, Melaksanakan pelatihan-pelatihan pertanian, Melakukan kegiatan usaha kelompok, Berkoordinasi dengan kelompok lain dalam peningkatan sesama kelompok tani lidah buaya, Menerima kunjungan Mahasiswa-mahasiswi untuk melakukan penelitian. Sudah banyak mahasiwa seperti kamu penelitian disini, ada anak IPB, UI, ada yang dari UNBRAW malang juga dll”. Peneliti : “hambatan selama ibu membina para anggota itu apa aja bu?” Bu Tantri : “yang paling saya tidak suka dari para anggota kelompok itu tidak adanya konsisten dari mereka, misalkan sudah kita sepakati kalau pertemuan mingguan untuk hadir, tapinya banyak yang gak hadir. Alasannya banyak entah itu mengurusi rumah, atau apalah itu. Dan lagi kalau untuk bayar iuran khas kelompok dari hasil penjualan masing-masing anggota itu di kenakan 2,5% intinya untuk kegiatan amal dan juga kebutuhan kelompok, tetapi banyak yang gak bayar”. Peneliti : “kalau untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti itu apa yang biasanya di lakukan bu?” Bu Tantri : “waktu dulu masih fresh nya kelompok kami para anggota setiap ada permasalahan pasti di bicarakan, bagaimana ini bisa terjadi sampai kita menyikapinya itu seperti apa, itu ada dulu dalam rangka pertemuan mingguan kelompok”. Peneliti : “kalau sekarang? Bu Tantri : “sudah tidak ada lagi, ya itu tadi karena punya urusan masing-masing mereka”. Peneliti : “kalau untuk budidaya tanaman lidah buaya harus punya sawah kan bu?” Bu Tantri : “tidak harus, saya sudah menginstruksikan kepada anggota saya bahwa menanam lidah buaya tidak harus mempunyai lahan tanah yang luas, karena di perkarangan rumah juga bisa, menggunakan polibag sebagai wadah dari tanaman lidah buaya. Soalnya para anggota mayoritas banyak yang belum tahu bagaimana cara budidaya lidah buaya, bibit lidah buaya seperti apa yang bagus, media tanah juga, lalu pupuk nya yang bagus itu dari kotoran apa, dan sebagainya. Tetapi ada juga anggota kelompok yang sudah paham dengan tanaman ini”. Peneliti : “apa bu biasanya yang dibahas dalam pertemuan kelompok? Bu Tantri : “Pertemuan setiap bulan, yang pertama membahas kebutuhan kelompok tani. Seperti pupuk, obat-obatan. Terus ditunjang kalo musim kemarau, itu seksi pengairan, menginformasikan kalo saluran kotor segera dibersihkan” Peneliti : “kegiatan lainnya itu seperti apa bu?” Bu Tantri : “Kegiatan yang pertama seperti gotong royong, membersihkan selokanselokan. Irigasi lah di lahan pertanian lidah buaya. Yang kedua bilamana media tanah rusak bisa diperbaiki sendiri. Terus membuat bedengan, gotong royong urunan (iuran). Kalo iuran tidak mesti, bilamana ada keperluan musyawarah dan dibantu kas kelompok tani, kemudian perbaikan dam”. Peneliti : “itu semua untuk pembudidayaan lidah buaya bu?” Bu Tantri : “iya bener, klo untuk pembudidayaan itu sendiri awalnya dari lingkungan dahulu, karena Lidah Buaya ini dapat ditanam pada jenis tanah yang gembur dan kandungan bahan organiknya tinggi, jika tanah yang ditanami lidah buaya kandungan organik nya rendah harus menggunakan pupuk organik agar pertumbuhannya cepat dan bagus”. Peneliti : “setelah itu bu?” Bu Tantri : “harus terkena sinar matahari yang cukup karena tanaman ini termasuk tanaman yang membutuhkan cahaya dari sinar matahari penuh, oleh karena itu kelembapan tanahnya pun harus tinggi, disekitar 16-30 derajat Celcius Barulah tanaman ini bisa tumbuh dengan normal”. Peneliti : “klo untuk pembibitannya itu seperti apa bu?” Bu tantri : “klo bibit itu ambilnya dari induk lidah buaya dan bibit yang diambil dari tanaman induk harus yang berusia 2 tahun keatas. anakan yang digunakan untuk bibit diusahakan yang sudah cukup besar, diusia 1-2 bulanan lah, sampai memiliki 1-2 daun dengan panjang 3-5 cm. Lalu Bibit yang di ambil harus dengan cara mencongkel anakan dan akarnya jangan sampai terputus jika sampai terputus bibit yang di cabut akan mati”. Peneliti : “nanem bibitnya itu langsung ke lahan bu?” Bu Tantri : “itu bisa juga tetapi lebih baik jika nanamnya itu di polibag karena pembibitan di polibag bisa dilakukan dengan media tanah dicampur pupuk kandang seperti tai kambing jika ingin subur. Kemudian, tambahkan NPK 5 gram/ polibag setiap 2 minggu. Setelah itu, polibag ditaruh di tempat yang cukup terkena sinar matahari supaya tanaman yang dihasilkan bisa berkembang dengan maksimal.” Peneliti : “lalu?” Bu Tantri : “Tanah yang ingin ditanami lidah buaya bisa dibajak beberapa kali sampai gembur, kemudian dibuat bedengan agar tanah tetap lembap ama saluransaluran drainase yang berguna untuk mengontrol jika airnya luber. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 1-2 m, tinggi 30-40 cm, dan panjang disesuaikan di lapangan. Lalu bibit ditanam dalam lubang tanam dengan kedalaman 10 cm, dan diberi pupuk kandang sekitar 1,5 kg per lubang, setelah itu sampai lidah buaya benar-benar berkembang.” Peneliti : “untuk masalah hama dari taneman ini gimana bu?” Bu Tantri : “pembersihan hama seperti rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman lidah buaya perlu dibuang, daunnya juga jangan sampai tertimbun sama tanah dan juga daun-daun bagian bawah yang telah berwarna kuning juga dibuang, klo tidak dibuang lidah buayanya bisa mati karena mengalami pembusukan akibat serangan jamur”. Peneliti : “jadi hama nya seperti rumput liar bu bukan binatang?” Bu Tantri : “bukan mana ada binatang yang makan lidah buaya, orang dagingnya juga pahit. Jika Pemeliharaan untuk memperbesar dan menggemukan daging lidah buaya di perlukan pemangkasan pada bagian ujung daun ketika lidah buaya berumur 12 bulan. karena jika tidak dipangkas bisa menyebabkan penurunan kualitas pada lidah buayanya ama air juga bisa mempengaruhi keadaan lidah buaya itu sendiri. jika tidak diperhatikan selama proses penanaman bisa-bisa lidah buaya yang ditanam akan layu”. Peneliti : “panennya kapan bu?” Bu Tantri : “Lidah Buaya sudah bisa dipanen pada umur 12-18 bulan setelah tanam dan panen berikutnya dilakukan setiap sebulan sekali. Panen dimulai dari pelepah yang paling bawah dengan cara menyobek sedikit bagian pangkal daun lalu di tarik keluar dengan hati-hati. Setiap pohon itu bisa menghasilkan 1-2 pelepah lidah buaya yang siap untuk diolah maupun dijual. Biasanya sih para petani disini dijual karena tidak mau repot dalam pengolahan lidah buaya”. Peneliti : “kalau untuk kerjasama dengan instansi lain ada gak bu?” Bu Tantri: : “tahun 2010 saya waktu itu pernah ngisi seminar kampus di UI Depok tentang pemanfaatan Lidah Buaya Bagi Kesehatan dan waktu itu saya mengajak para anggota saya buat ikut berpartisipasi juga dalam pelaksaan acara seminar itu. Semenjak itu saya sering diundang jadi Dosen tamu di IPB, UI, sampai UNBRAW juga saya juga pernah diundang menjadi Dosen tamu disana. Peneliti : “selain itu bu?” Bu Tantri : “saya juga di percaya oleh KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) Depok untuk menjabat sebagai ketua KTNA khusus di kecamatan cilodong. Karena saya aktif dalam menjalin hubungan terhadap sesama para petani, baik itu petani padi, petani sayur, semua petani di Wilayah Depok saya mendirikan kelompok ini atas bantuan dari pemerintah Cilodong sampai ada SK dari kelurahan yang berlakukan untuk meresmikan kelompok tani bina avera ini. Sampai sejauh ini saya sudah menjalin hubungan dengan KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) kota Depok, APEBEDE Depok (Asosiasi Petani Belimbing Dewa), sampai kelompok tanaman hias kota Depok”. Peneliti : “ada bu bantuan dari pemerintah?” Bu Tantri : “ada kok bantuan dari pemerintah, waktu itu kan kemarau panjang, jadi harus butuh air yang banyak untuk menghidupi lidah buaya yang pada kekeringan. Sebelumnya kita juga sudah buat saluran irigasi bersama kelompok, tetapi tidak cukup untuk mengairi tanaman lidah buaya yang pada hampir mati. Sampai saat ini sudah dikasih sumur bor kok, Untuk mengairi tanaman Lidah buaya, karena waktu itu pernah kemarau berkepanjangan, jadi untuk masalah pengairan kita membutuhkan air yang banyak dan sumur bor tersebut sangat membantu untuk mengairi tanaman lidah buaya yang kita tanam di lahan”. Wawancara II Wawancara dengan ibu manih Ferdiana selaku anggota dari kelompok tani bina avera yang dilakukan hari senen pada tanggal 18 april 2016 di kediaman bu Manih ferdiana. Peneliti : “assalamualaikum bu, saya fachri dari mahasiswa UIN Jakarta ingin mewawancarai masalah kelompok bina avera, saya juga sudah ngobrol banyak sama bu Tantri kemarin bu tentang seputar kelompok”. Bu Manih : “wa’alaikum salam, iya saya juga sudah dikasih tahu oleh bu Tantri klo ada anak mahasiswa yang ingin neliti tentang kelompok bina avera,” Peneliti : “ibu masuk kelompok bina avera tahun berapa?” Bu manih : “saya sudah bergabung pas awal-awalnya terbentuknya kelompok, tahun 2010 saya udeh aktif dengan bu Tantri”. Peneliti : “itu ibu awal nya sebelum bergabung dengan kelompok bina avera emang sudah menjadi petani lidah buaya?” Bu Manih : “bisa di bilang seperti itu, tapi hanya sekedar menanam lidah buaya saja, itu juga di kasih sama bu Tantri”. Peneliti : “apa saja sih bu kegiatan yang di lakukan semasa kelompok aktif?” Bu Manih : “banyak de, ikut dengan pelatihan bersama dinas pertanian depok, silaturahmi sesama komunitas kelompok lain dan lain-lain. Sebenarnya dulu kami tuh belum sangat paham tentang tanaman lidah buaya ini, dan bu Tantri menjelaskan kepada kami para anggota sampai mengerti. Dulu itu saya nanem lidah buaya sampai ada yang layu bahkan ada yang mati karena waktu itu gak dikasih pupuk makanya sampai ada yang mati”. Peneliti : “oh gitu bu, beda yaa bu dengan sekarang?” Bu Manih : “iya beda,” Peneliti : “kalau untuk pendapatan ibu selama jadi anggota berapa bu?” Bu Manih : “setelah bergabung dengan kelompok tani bina averanya bu Tantri pendapatan saya selalu meningkat, dari hasil panen lidah buaya saya mendapatkan kurang lebih Rp.2.600.000 selama sebulan”. Peneliti : “apa aja sih bu pengeluaran selama sebulan bu seperti harian, mingguan?” Bu manih : “uang jajan anak saya sisihkan Rp.10.000 perhari, belanja dapur seperti sayur asem, tempe, tahu ikan asin, cabe, garem, tergantung pengen nya bapak mao makan apa sihh de, terus beli gas, galon, sampo, sabun, rinso, pewangi pakaian, bayar lsitrik/aer/telepon, biaya arisan keluarga Rp.300.000 mungkin itu aja”. Peneliti : “anggota kelompok bina avera itu sendiri seperti apa bu, apakah aktif sekarang?” Bu Manih : “aktif sih sewaktu dulu pas kelompok masih berjalan, soalnya semua program otomatis berjalan yang pasti juga ada aktivitas kelompok. Seperti pertemuan terhadap para warga di Cilodong adalah hal yang sangat penting karena dengan pertemuan-pertemuan seperti itu bisa menghidupi keharmonisan antar warga dan juga mempererat hubungan tali silaturahmi di desa ini”. Peneliti : “terus semenjak sudah tidak berjalannya ini ibu bagaimana?” Bu Manih : “karena pertemuan-pertemuan dengan kelompok sudah jarang jadi melakukan budidaya tanaman lidah buaya ini sendiri, saya juga sudah menguasai ilmu-ilmu yang sudah diberikan kelompok, tinggal saya kembangkan lagi nantinya”. Peneliti : “manfaat apa yang ibu dapatkan semenjak bergabung nya dengan kelompok tani bina avera dalam kehidupan sosial ibu?” Bu Manih : “alhamdulillah semenjak bergabung dengan kelompoknya bu Tantri, saya mendapat banyak masukan dari beliau. Bahkan bukan saya saja tetapi anggota lainnya mendapatkan ilmu-ilmu yang bermanfaat dari bergabung nya menjadi anggota kelompok tani ini. Saya sendiri di percaya sebagai ketua ibu-ibu PKK di Cilodong, ini adalah amanah yang di berikan para ibu-ibu kepada saya dan saya harus menjalankan sebaik-baiknya” Peneliti : “klo faktor kebudayaan disini bu gimana, seperti agama nya anggota kelompok bina avera?” Bu manih : “kegiatan keagamaan masyarakat tani Cilodong masih terus berjalan, kegiatan ya seperti pengajian-pengajian yang di adakan oleh warga sini” Peneliti : “hubungan dengan warga lain seperti apa bu?” Bu Manih : “baik warga sini sangat menghormati satu sama lain tanpa beda-beda orang, saya juga jadi banyak di kenal orang semenjak masuk menjadi anggota kelompok Bina Avera, dulu mahh gak terlalu lebih di kenal seperti sekarang ini de”. Peneliti : “ohh gitu bu, emang di kenal seperti apa bu sekarang?” Bu Manih : “yaa saya sudah di percaya menjadi anggota ibu-ibu PKK seperti yang saya jelasin tadi, terus kalau untuk di Undang ke acara-acara resmi sudah banyak, terakhir belom lama saya di Undang ama pak camat untuk hadir di Rapat kantor Camat sebagai perwakilan desa Cilodong”. Peneliti : “bagus dong bu sekarang ibu sudah di hargai sama pejabat-pejabat setempat hehe”. Bu Manih : “yaa enggak lahh saya mah tetap bersyukur dengan apa yang saya capai sekarang ini,” Peneliti : “mungkin itu aja bu selebih nya mohon maaf, terima kasih atas waktunya yang ibu berikan” Bu manih : “sama-sama de, lain kali mampir aja de kalau kemari”. Peneliti : “iya bu Insya allah”. Wawancara III Wawancara dengan Bapak Asmawi Buckhori salah anggota dari kelompok tani bina avera yang dilakukan hari senen pada tanggal 18 april 2016 di kediaman beliau. Peneliti : “assalamualaikum pak, saya fachri dari kampus UIN ciputat, mau nanyananya sedikit tentang kelompok bina avera” Pak asmawi : “wa’alaikum salam wr wb, iya de bisa di bantu?” Peneliti : “gini pak mau tau tanya, semenjak kapan bapak bergabung dengan kelompok tani bina avera?” Pak asmawi : “sudah terbentuk itu kelompok saya udeh ada de”. Peneliti : “emang sejarah nya dulu seperti apa pak itu kelompok, kata Bu Tantri tahun 2009 didirikan kelompok ini pak?” Pak asmawi : “memang benar de, kelompok Bina Avera ini terbentuk pada tahun 2009. Karena beberapa dari kami sebagai petani Lidah Buaya juga ingin mengembangkan usaha kami seperti yang dialami oleh Bu Tantri. sebenernya dulu itu pada ikut-ikutan de orang-orang disini, ngeliat bu Tantri sukses jadi pengen ikutan kaya bu Tantri gitu nanem lidah buaya. Jadi gini de para warga disini dulunya itu banyak yang memandang sebelah mata bu Tantri. soalnya bu Tantri hanya seorang pendatang di daerah Cilodong. Karena bu Tantri gigih dan tekun dalam usaha lidah buayanya akhirnya dia jadi salah satu petani berhasil di daerah Cilodong. para warga disini pun memberikan apresiasi yang lebih terhadap beliau karena sudah mengharumkan nama Cilodong”. Peneliti : “emangnya bu Tantri asli orang mana pak?” Pak Asmawi : “asli bogor de, itu Bu Tantri dulu awalnya penjual minuman Lidah Buaya keliling, kadang nitip barang dagangannya itu ke warung-warung kecil disekitar Desa”. Peneliti : “berarti bagus dong pak, ada perubahan positif bagi warga atas kedatangan bu Tantri?” Pak asmawi : “yaa begitu lahh, tetapi ada juga yang ngiri ama keberhasilan bu Tantri, maklum lahh namanya juga di kampung”. Peneliti : “hubungan masyarakat disini terhadap para anggota kelompok tani bina avera itu seperti apa pak disini?” Pak Asmawi : “baik disini para warganya, rukun semua, setiap minggu sekali kan disini ada kegiatan kerja bakti para warga kampung Cilodong tiap minggu”. Peneliti : “tujuannya apa tuh pak?” Pak Asmawi : “untuk menjalin silaturahmi aja para warga disini, kan kesehariaannya pada sibuk dengan urusan masing. Nahh kita pengen warga disini tetep kompak dalam hubungan satu sama laennya”. Peneliti : “ohh gitu yaa pak, kalau untuk mayoritas warga disini seperti apa pak? Seperti gaya hidupnya atau budaya disini gitu pak? Pak Asmawi : “wahh disini mah warga nya ramah-ramah gak ada yang macem-macem, anak muda nya aja palingan klo malem suka keluyuran gak jelas di jalan, terus pada ngerokok mabok-mabok an, untung aja gak ada anak saya ikutaan mereka.” Peneliti : “parah juga yaa pak, emangnya bapak orang mana klo boleh tau? Pak Asmawi : “saya orang betawi asli, disini juga mayoritas orang betawi, ada juga orang Sunda kaya Bu Tantri”. Peneliti : “ada peningkatan gak pak selama bapak menjadi anggota kelompok Tani Bina Avera?” Pak Asmawi : “peningkatan sih sudah pasti ada, saya kan juga termasuk petani lidah buaya yang lama juga, saya Cuma belon ada ilmunya gak kaya bu Tantri yang sudah menguasai bener lidah buaya, tetapi hasil lidah buaya cukup untuk keseharian”. Peneliti : “ngomong-ngomong pendapatan bapak sebulan berapa sih pak? Pak asmawi : “lumayan de buat kebutuhan sehari-hari dirumah, sekitar Rp.4.500.000 sebulan, dari hasil penjualan olahan lidah buaya yang penting anak bisa sekolah.” Peneliti : “pengeluaran bapak apa aja sih pak, seperti harian, mingguan ama bulanannya?” Pak asmawi : “harian palingan jajan anak sekolah Rp.10.000, ngasih istri buat belanja harian Rp.20.000, ama ngasih istri buat bulanannya Rp.2.000.000 buat beli gas, kebutuhan mandi segala macem dah”. Peneliti : “itu klo lebih uang nya untuk apa pak?” Pak asmawi : “Dari hasil panen itu uangnya saya gunakan untuk keperluan rumah tangga, jika ada sisa bisa saya kumpulin untuk membeli Handphone. Soalnya udeh banyak orang make Handphone sekarang lebih praktis mudah di bawa kemana-mana” Peneliti : “oh gitu pak, klo tentang masyarakat disini sering gak sih pak ada rapat-rapat desa disini? Terus bapak gmn tuh? Pak asmawi : “kalau saya sih Cuma beberapa kali ngikutin rapat-rapat gitu, tapi jika wajib untuk hadir misalkan acara peresmian pak lurah, saya harus datang kan saya mantan Sekdes (sekertaris desa) disini de waktu periode 1999-2004” Peneliti : “wah bapak mantan pejabat daerah nih jamannya walikota nya pak Badrul Kamal klo gak salah yaa pak?” Pak asmawi : “iya betul, dulu mah ama sekarang beda de, saya tuh sebenarnya tidak suka dengan kepemimpinan lurah sekarang, karena kebijakan-kebijakan yang di buat tidak pro ke rakyat, jalan aja sekarang masih banyak yg rusak belon di bener-benerin, berbeda dengan lurah sebelumnya yang selalu bersosialisasi dengan warganya, jika klo ada aspirasi dari masyarakat pak lurah cepat tanggap”. Peneliti : “sama pak jalan deket rumah saya juga belon pada bener, nambah ancur malahan, tapi mau gimana lagi itu lah pemimpin sekarang pak. Kalau untuk kedepannya bapak ada rencana gitu pak?” Pak asmawi : “saya ini lagi mencari-cari pabrik di banten sampe bekasi, untuk hasil olahan lidah buaya yang saya budidaya. Saya tinggal cari karyawan kalau udeh menemukan pabrik nya. Ini rencana jangka pendek saya, saya juga udeh berkonsultasi dengan bu Tantri, dan alhamdulillah bu Tantri support”. Peneliti : “klo begitu semoga tercapai pak rencana bapak, semoga dapat berkah dari Allah swt amin klo gitu saya permisi dulu yaa pak makasih atas waktunya”. Pak asmawi : “iya amin de sama-sama, nanti klo perlu apa-apa lagi tinggal kesini aja lagi de hehe”. Penelti : “iya pak”. Wawancara IV Wawancara dengan Bapak Muhayar salah anggota dari kelompok tani bina avera yang dilakukan hari minggu pada tanggal 17 april 2016 di kediaman beliau. Peneliti : “assalamualaikum wr wb pak muhayar, saya fachri dari kampus UIN Ciputat yang sedang melakukan penelitian di kelompok Bina Avera, maaf ganggu yaa pak...” Pak muhayar : “tidak apa-apa kok de, kebetulan saya juga lagi gak ngapa-ngapain, kemaren udeh ketemu bu tantri dong?” Peneliti : “sudah pak, saya sudah ngobrol banyak juga dengan bu Tantri, saya juga harus memwawancarai anggota kelompok yang lain seperti bapak”. Pak Muhayar : “ ohh ywdh mau nanya apa?” Peneliti : “sudah berapa lama pak menjadi petani lidah buaya?” Pak muhayar : “saya hampir 10 tahun menjadi petani lidah buaya”. Peneliti : “klo untuk profesi sebelumnya apa pak?” Pak muhayar : “saya itu sebelumnya seorang petani padi, untuk panen saja membutuhkan waktu 3 bulanan, bersih yang saya dapatkan Cuma 3 jutaan, jadi saya mencoba ladang saya untuk di tanami lidah buaya dan hasilnya pun cukup memuaskan tanamanannya tumbuh subur panen nya pun setiap ada orderan bibit dan pelepah jika ada orderan setiap hari saya sibuk pasti di sawah”. Peneliti : “kalau untuk pendapatan setelah menjadi petani lidah buaya gmn pak?” Pak muhayar : “saya hampir perbulannya itu mendapatkan Rp.7.000.000 jadi saya beralih ke lidah buaya dan saya fokus di tanaman ini. dari hasil panen lidah buaya lumayan saya bisa memenuhi kebutuhan keluarga, saya juga udeh bisa kredit motor, makan juga udeh enak, dulu mah setiap hari ada kali makan make nasi ama tempe doangan, sekarang udeh bisa makan make ayam. Untung aja SPP anak gratis karena program dari dinas pendidikan jadi bisa nabung buat masa depan keluarga”. Peneliti : “kalau hadir di rapat-rapat bapak sering?” Pak muhayar : “saya sudah berapa kali menghadiri rapat, banyak de tidak terhitung. Pokoknya jika bu Tantri di Undang di acara-acara penting pasti saya di suruh untuk menemani beliau sebagai perwakilan kelompok tani bina avera”. Peneliti : “kenapa bapak sering untuk hadir di acara-acara musyawarah?” Pak muhayar : “saya senang jika di undang ke rapat-rapat warga, jadi saya bisa mengemukakan aspirasi saya. karena sudah seharusnya tugas pemerintah untuk menampung pendapat-pendapat dari warga seperti kami ini” Peneliti : “kesibukan bapak selain di sawah ngapain pak biasanya?” Pak muhayar : “tak jarang juga saya untuk di undang ke acara-acara majlis ta’lim, ibu-ibu PKK untuk memipin pengajian yang di selenggarakan setiap seminggu sekali. Terkadang juga saya mengisi khutbah jumat di masjid-masjid Depok untuk berceramah” Peneliti : “ada gak pak keinginan gitu kedepannya?” Pak muhayar : “sebagai orang tua kan saya harus memberikan pendidikan lebih untuk anak, karena apa? Saya ingin anak tidak ada yang seperti saya tamatan SD, Minimal itu saya memberikan pendidikan yang tinggi agar dia bisa berguna bagi dirinya sendiri”. Peneliti : “saya setuju pak itu kalau masalah pendidikan, saya aja ini ingin melanjutkan S2 insya allah pak hehe”. Oiya pak makasih ya pak atas waktunya”. Pak muhayar : “sama-sama de”. Wawancara V Wawancara dengan Ibu Dewi salah anggota dari kelompok tani bina avera yang dilakukan hari selasa pada tanggal 12 april 2016 di rumah bu dewi. Peneliti : “assalamualaikum wr wb bu dewi, saya fachri dari mahasiswa UIN Ciputat, boleh ibu minta waktunya sebentar untuk ngobrol-ngobrol”. Bu dewi : “wa’alaikum salam wr wb iya de silahkan, emang mau apa de?” Peneliti : “ini bu saya ada tugas penelitian dari universitas, saya ingin meneliti tentang kelompok tani bina avera nya bu Tantri”. Bu dewi : “ohh gitu de, saya mah sudah lama tidak ikut kegiatan kelompok lagi de”. Peneliti : “emang kenapa bu tidak ikut lagi? Alasan dulu ikut kelompok apa bu?” Bu dewi : “saya mah de sebenarnya hanya untuk mengisi waktu luang dengan ikut bersama kelompoknya bu Tantri, soalnya gak ada kerjaan juga kalo dirumah, anak pada sekolah, suami kerja, dari pada gak ngapa-ngapain mendingan ikutan jadi anggota kelompok, bisa ngisi waktu luang bareng ama ibu-ibu disini de” Peneliti : “kalau boleh tau pendapatan selama menjadi petani lidah buaya berapa bu?” Bu dewi : “saya Cuma dapet kisaran Rp.300.000 – Rp.600.000 doang de, soalnya saya kan juga gak punya lahan pertanian jadi gak banyak gitu de nanemnya”. Peneliti : “emang suami kerja apa bu?” Bu dewi : “suami hanya supir angkot de pendapatan juga gak nentu kadang bawa pulang Rp.80.000 aja udeh bersyukur kita de, anak masih sekolah”. Peneliti : “pengeluaran ibu selama sebulan berapa bu? Kaya harian, mingguan ama bulanannya?” Bu dewi : “uang jajan anak Rp.10.000, kebutuhan dapur bisa mencapai Rp.30.000 seharinya, terus beli gas, galon, odol, sabun mandi, peralatan nyuci, bayar lsitrik/aer, iuran sekolah anak Rp.200.000, ama bayar keamanan ceban. Peneliti : “ibu keinginan ibu seperti apa? Bu dewi : “pengennya gak punya utang de ama orang, bisa makan enak walau gak tiap hari”. Peneliti : “emang ibu gak pengen anak nya sekolah sampai universitas gitu bu?” Bu dewi : “yaaaa de buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau entar juga nganggur, lagian kami hidup secara pas-pasan de gimana caranya nyekolahin anak, saya mah kepingin anak itu bantuin bapak nya di Terminal, yaa untuk makan sehari-hari ama buat nambahin uang jajannya dia sendiri. Biar dia juga bisa belajar bagaimana susahnya cari uang” Peneliti : “ohhh oke bu terima kasih atas waktunya” Bu dewi : “sama-sama de” Wawancara VI Wawancara dengan Ibu Wiyah salah anggota dari kelompok tani bina avera yang dilakukan hari minggu pada tanggal 17 april 2016 di warung tempat dia berjualan. Peneliti : “assalamualaikum wr wb bu wiyah, maaf ganggu, boleh minta waktunya sebentar bu?” Bu wiyah : “iyaa de gpp, ada apa ya?” Peneliti : “ini bu saya dari mahasiswa UIN yang sedang melakukan penelitian di kelompok bina avera nya bu Tantri”. Bu wiyah : “ohhh bu Tantri, iya de sudah lama emang aktivitas kelompok itu tidak berjalan hampir setahun lahh de klo di hitung-hitung”. Peneliti : “emang gak berjalannya kenapa bu?” Bu wiyah : “karena pada punya kesibukannya masing-masing de, udeh gitu bu Tantri juga fokus ama usaha nya sendiri, jadi kami sebagai anggota sudah tidak di bimbing lagi”. Peneliti : “klo ibu sendiri kenapa tidak meneruskan budidaya lidah buaya kembali bu?” Bu wiyah : “saya mahhh de cape doang klo ngurusin lidah buaya, soalnya hasilnya gak nentu kadang cuma dapet Rp.200.000 sampe Rp.300.000 sebulanan. Mendingan saya ngurusin dagangan saya buka warung kecil-kecilan, minimal kebutuhan anak terpenuhi”. Peneliti : “emang dari warung bu wiyah mendapatkan omset berapa perbulan?” Bu wiyah : “pendapatan saya sebulan Rp.2.200.000 jika ramai pengunjung,” Peneliti : “kalau untuk pengeluaran selama sebulan apa aja bu?” Bu wiyah : “saya biasa ngasih jajan anak itu Rp.4.000, kebutuhan masak seperti beli tahu, tempe, sayur asem, ayam klo ada duit lebih. Kalau peralatan mandi, nyuci,gas dll saya tinggal ngambil dari warung, palingan saya bayar bulanan seperti aer/listrik/telepon, bayar spp anak Rp. 300.000, iuran lingkungan Rp.10.000, bayar kredit motor seharga Rp.769.000 bulanannya”. Peneliti : “tujuan awal ibu sebenernya apa dengan bergabungnya bersama kelompok bina avera?” Bu wiyah : “tujuan saya bergabung dalam kelompok tani bina avera ini karena ingin membantu keluarga, paling enggak kebutuhan dapur terpenuhi. Tetapi lama kelamaan yang di dapet hanya cape, karena hasil dari kerja keras nanem lidah buaya sampai panen itu tidak sebanding. Jadi saya memutuskan untuk fokus di warung kecil-kecilan saya, semoga aja lancar”. Peneliti : “ohh gitu yaa bu, mungkin emang ibu rezeki nya di warung, kalau gitu terima kasih nih bu atas waktunya, semoga ibu selalu di berikan keberkahan”. Bu wiyah : “amin de, sama-sama lain kali mampir lagi aja de jangan sungkan”. Peneliti : “insya allah bu, nanti ngerepotin lagi bu saya klo kesini, permisi bu”. Observasi di Lapangan No 1 Tanggal Kegiatan Tempat 30 Maret Berkunjung ke rumah Bu Tantri tempat Rumah Bu Tantri 2016 berkumpulnya para anggota Kelompok Tani Bina Avera, serta berbincangbincang dengan Beliau untuk meminta ijin melakukan penelitian. 2 12 April Berkunjung 2016 Kelompok Tani Bina Avera Bu Dewi, untuk ke meminta rumah anggota Rumah Bu Dewi informasi terkait permasalahan di kelompok tersebut. 3 17 April Mengamati cara bertani tanaman Lidah Sawah Cilodong 2016 Buaya yang dilakukan oleh Pak Muhayar di sawah beliau. Ada satu karyawan Pak Muhayar yang ditugaskan untuk merawat tanaman Lidah Buaya ini dari Hama. 4 18 April Mengamati 2016 kelompok tani yaitu Pak Asmawi dan Asmawi dan Bu Bu Manih menafkahi penjualan kehidupan Ferdiana keluarganya tanaman anggota Rumah yang dari Lidah Bapak telah Manih ferdiana hasil Buaya. Perubahan seperti apa yang mereka alami sebelum dan sesudah bergabung dengan Kelompok Tani Bina Avera yang di bentuk oleh Bu Tantri. 5 22 April Berkunjung ke Sekretariat KTNA Sekertariat KTNA 2016 (Kelompok Tani Nelayan Andalan) Cabang Cilodong Cilodong Depok, berdialog dengan Depok para anggota KTNA terkait keberadaan Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong. 6 27 April Mengamati cara 2016 Buaya yang baik dan benar setiap Buaya di Cilodong langkah-langkahnya. Budidaya Melihat Lidah Perkebunan Lidah dan mendokumentasikan Kelompok Tani Bina Avera Lidah Buaya. yang sedang memanen DOKUMENTASI Bu Tantri saat dengan hasil produk unggulannya yaitu minuman Lidah Buaya Pusat Pelatihan Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Tempat Musyawarah Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok Perkebunan Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok Peneliti sedang melakukan penanaman Lidah Buaya di kebun salah satu anggota Bina Avera Pengurus Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok