perubahan keberdayaan masyarakat kelompok tani bina avera di

advertisement
PERUBAHAN KEBERDAYAAN MASYARAKAT KELOMPOK
TANI BINA AVERA DI CILODONG, DEPOK
Skripsi
Diajukan kepada Fakulktas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
FACHRI
NIM. 1112054100043
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016
ABSTRAK
Indonesia dikenal sebagai negara agraris, karena mayoritas para
penduduknya adalah para petani yang identik dengan kemiskinan. Kehidupan para
petani tidak sesuai dengan hasil jerih payah yang mereka perjuangkan.
Bagaimanapun, harus ada pergerakan atau program pemberdayaan yang dilakukan
untuk meminimalisir permasalahan-permasalahan yang dialami para petani. Salah
satunya pemberdayaan yang dilakukan Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong
Depok. Pendiri dari kelompok tani ini sebenarnya sangat prihatin dengan warga
sekitar dan ada keinginan untuk mensejahterakan para petani lewat tanaman yang
bernama latin Aloevera. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tahapan Pemberdayaan Masyarakat Petani Lidah Buaya serta perubahan sosial,
budaya dan ekonomi dalam Kelompok Tani Bina Avera di Desa Cilodong,
Depok.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Sedangkan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses dan
Strategi pemberdayaan yang dilakukan Kelompok Tani Bina Avera serta
mengetahui Perubahan Sosial Ekonomi dan Budaya yang terjadi di dalam diri
Masyarakat Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok Adapun subyek
dalam penelitian ini adalah pengurus dan anggota kelompok tani yang berjumlah
6 orang
Proses pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera dilakukan melalui
pertemuan rutin, praktek di lapangan serta berkumpul/musyawarah sesama para
anggota kelompok. Dalam pertemuan rutin diharapkan anggota kelompok tani
memanfaatkan kelompok tani sebagai tempat belajar, bertukar pikiran, dan
mendapatkan informasi tentang pertanian Lidah Buaya. Praktik di lapangan bisa
mengasah kemampuan dalam memperdalam ilmu cara menanam Lidah Buaya
dengan baik dan benar. Sedangkan sebagai tempat berkumpul/musyawarah
dimaknai sebagai tempat untuk berinteraksi antar anggota dan pengurus kelompok
tani yang bertujuan untuk membicarakan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok. Dengan demikian,
bergabungnya para Petani Lidah Buaya bersama Kelompok Tani Bina Avera
dapat membantu dalam meningkatkan Kesejahteraan Sosial dan Ekonomi
Masyarakat di Cilodong, Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan ada beberapa
perubahan-perubahan yang terjadi terhadap Kelompok Tani Bina Avera, yaitu:
Sosial, Ekonomi dan Budaya.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW.
Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi merupakan salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar
Sarjana Kesejahteraan Sosial di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagian yang tidak ternilai bagi penulis secara
pribadi adalah dapat mempersembahkan hasil yang terbaik kepada kedua orang
tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian
karya ilmiah ini.
Sebagai bentuk penghargaan yang tidak tertuliskan, penulis sampaikan
ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Suparto, M.Ed Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik.
Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum.
Dr. Suhaemi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
ii
3. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si, selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta, Hj. Nunung Khoiriyah
M.A, Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
4. Dr. Tantan Hermansah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi peneliti
yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan
serta membantu literatur dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial yakni Ibu Siti Napsiyah
Arieffuzzaman, MSW, Ibu Ellies Sukmawati, M.Si, Ibu Nurhayati Nurbus,
Bapak Ismet Firdaus, M.Si dan lainnya yang telah memberikan berbagai
ilmu dan pengetahuan khususnya tentang ilmu Kesejahteraan Sosial.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta
jajarannya, yang senantiasa memberikan ilmu, membimbing, dan
memberikan pengarahan selama perkulihan.
7. Kedua orang tua saya H. Asmawih Buckhori dan Hj Manih Ferdiana,
terima kasih untuk semua doanya, untuk semua jasa-jasanya dan semua
pengorbanannya.
8. Pimpinan serta staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Dakwah
dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
fasilitas kepustakaan kepada peneliti.
9. Pihak Kelompok Tani Bina Avera yang telah banyak membantu dalam
memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan
skripsi.
iii
10. Kakak-kakak dan adik-adik saya Wita Puspita Sari, Panji Agung
Wicaksana, Fahmi dan si Kembar Kamal Kamil terima kasih atas
dukungan moril dan materiil dalam menempuh studi selama kuliah di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Sahabat dan teman-teman seperjuangan Jurusan Kesejahteraan Sosial
Angkatan 2012 (Wawan, Nikmal, Yoga, Yunus, Erik, Iqbal, Dado, Kiki,
Jeje, Onchu, Pak Yusuf dan lainnya), Sarah, Ican, Deblenk, Hari Tincle,
Mamat Buduk, yang terus memberikan dukungan dan support dalam
proses penyelesaian tugas akhir skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan kalian. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 16 Juni 2016
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................................. 8
1. Pembatasan Masalah ................................................................................. 8
2. Perumusan Masalah .................................................................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................................ 9
1. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
2. Manfaat Penelitian .................................................................................... 10
D. Metodologi Penelitian ..................................................................................... 11
1. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 11
2. Waktu Peneltian ........................................................................................ 11
3. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 11
4. Jenis Penelitian .......................................................................................... 13
5. Sumber data ............................................................................................... 13
6. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian ......................................................... 14
7. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 15
8. Teknik Analisa Data .................................................................................. 18
E. Teknik Penulisan ............................................................................................. 19
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 19
G. Sistematika Penulisan....................................................................................... 22
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................... 24
A. Pemberdayaan Masyarakat ..............................................................................
1. Pengertian Pemberdayaan ........................................................................
2. Strategi Pemberdayaan ..............................................................................
3. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan ............................................................
B. Perubahan Masyarakat ....................................................................................
1. Perubahan Sosial .......................................................................................
2. Perubahan Budaya ....................................................................................
3. Perubahan Ekonomi ...................................................................................
v
24
24
27
29
33
34
41
45
BAB III PROFIL KOMUNITAS .................................................................................. 46
A. Profesi Bisnis Lidah Buaya dan Perkembangan Petani Lidah Buaya di
Kota Depok ..................................................................................................... 47
B. Sejarah Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok .................................... 48
C. Visi dan Misi Kelompok Tani Bina Avera....................................................... 52
D. Daftar Pengurus / Anggota Kelompok Tani Bina Avera ................................. 52
E. Dari Pengusaha Lidah Buaya sampai Kelompok Tani Bina Avera ................. 54
F. Pertanian Kecamatan Cilodong Depok ............................................................ 58
G. Tanaman Lidah Buaya ..................................................................................... 61
1. Kronologi Sejarah pemanfaatan Lidah Buaya ........................................... 61
2. Tanaman Lidah Buaya di Indonesia ........................................................... 62
3. Penyakit-penyakit yang bisa di obati dengan Lidah Buaya ....................... 63
BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN LAPANGAN ................................................... 65
A. Pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera ..................................................... 65
1. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Tani Bina Avera ................................ 65
2. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Tani Bina Avera ................ 69
B. Perubahan Sosial dan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera ........................... 76
1. Perubahan Sosial Kelompok Tani Bina Avera............................................ 77
2. Perubahan Budaya Kelompok Tani Bina Avera ......................................... 87
3. Perubahan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera ....................................... 93
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 102
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 102
B. Saran.................................................................................................................. 104
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 106
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Rancangan Penelitian ......................................................................................... 15
Tabel 2
Definisi Perubahan Sosial Menurut Para Ahli .................................................... 35
Tabel 3
Definisi Perubahan Budaya Menurut Para Ahli ................................................. 42
Tabel 4
Database Holtikultura Petani di Kecamatan Cilodong ....................................... 60
Tabel 5
Perubahan Sosial Kelompok Tani Bina Avera ................................................... 85
Tabel 6
Perubahan Budaya Kelompok Tani Bina Avera................................................. 92
Tabel 7
Perubahan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera .............................................. 101
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Grafik Pekerjaan Penduduk.............................................................................. 3
Gambar 2 Grafik Jumlah Produksi Tanaman Pertanian .................................................... 56
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum kita dapat melihat bahwa pada saat ini kondisi rakyat
Indonesia sedang dihadapkan pada berbagai macam persoalan yang berantai,
seolah tidak diketahui pangkal dan kapan akan berujung. Salah satu dari
sekian banyak persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah masalah
kemiskinan. Di Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalah sosial
yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja karena
masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah
kita saat ini, melainkan pemecahan masalah kemiskinan identik dengan
meningkatkan pendapatan orang-orang miskin. Kenyataannya, mungkin saja
masalah kemiskinan yang sebenarnya berhubungan dengan keterpencilan
suatu wilayah atau tidak tersedianya sarana ekonomi masyarakat.1
Kota Depok yang merupakan salah satu kota besar di Provinsi Jawa
Barat, sejak ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 1999 tentang pembentukan Kota Depok sebagai wilayah administrasi
baru di Propinsi Jawa Barat mendorong Depok lahir dan tumbuh menjadi
kota baru. Letaknya yang sangat strategis, diapit oleh dua kota besar yaitu
Kota Jakarta dan Kota Bogor menyebabkan Kota Depok semakin
berkembang pesat sebagai Kota Satelit yaitu kota penunjang bagi kota-kota
1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), h. 76
1
2
besar di sekitarnya dan merupakan “jembatan” masuk atau akses untuk
menuju ke kota besar.
Kini Depok lahir menjadi kota metropolitan baru, warga urban yang
berdatangan telah mengubah kehidupan baru Depok menjadi lebih modern.
Tidak dapat dipungkiri, masalah baru mulai berdatangan. Urbanisasi sedikit
banyak
menyebabkan
lahirnya
masalah
ketimpangan-ketimpangan
pemerataan seperti ketidakmerataan jumlah dan kepadatan penduduk,
ketimpangan
pembangunan
antar
kecamatan,
perbedaan
kecepatan
perkembangan ekonomi, perbedaan tingkat SDM, serta ketimpangan
penyediaan sarana dan prasarana dan lain sebagainya yang pada akhirnyan
mengarah pada ketimpangan kemiskinan.2
Dampak dari berkembangnya Kota Depok menjadi kota primadona
tujuan
urbanisasi
secara
tidak
langsung
berimpliksi
pula
pada
keberlangsungan masyarakat minoritas di dalamnya. Hal tersebut bisa diukur
berdasarkan
bidang
pekerjaan
yang
ditekuni
oleh
masyarakatnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Depok pada tahun 2015, bidang
pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat Kota Depok antara lain yaitu bidang
jasa kemasyarakatan, bidang pertambangan dan penggalian, listrik, gas, air
minum, konstruksi dan usaha persewaan, bidang perdagangan, rumah makan,
hotel dan apartement, bidang industri pengolahan serta bidang pertanian,
kehutanan, perkebunan dan perikanan. Berikut ini adalah jumlah presentase
2
Widiyaningsih, “Analisis Tingkat Keberdayaan masyarakat melalui Program
Pengembanga komoditas Buah Belimbing pada kelompok tani Belimbing di Kecamatan Pancoran
Masm Kota Depok”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Depok, 2013), h. 4
3
bidang pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat kota Depok yang dijelaskan
dalam bentuk diagram.
Gambar 1.
pertanian,
kehutanan,
perkebunan dan
perikanan
8%
pertambangan
dan penggalian,
listrik, gas, dan
air minum,
konstruksi dan
usaha persewaan
25%
Industri
Pengolahan
15%
perdagangan,
rumah makan,
hotel dan
apartement
22%
Jasa
Kemasyarakatan
30%
Grafik Penduduk 15 tahun ke atas yang Bekerja Menurut Pekerjaan Utama
Sumber: BPS Depok, 2015
Berdasarkan diagram tersebut dapat dilihat bahwa masyarakat yang
berprofesi sebagai petani merupakan salah satu kelompok minoritas yang ada
di Kota Depok. Jumlah petani di Kota Depok hanya mencapai 8% dari
seluruh jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja. Sedangkan
bidang yang paling banyak diminati oleh masyarakat Kota Depok adalah jasa
kemasyarakatan yang mencapai 30%.
Di
negara
perekonomiannya
pembangunan
yang
sedang
berkembang,
umumnya
kegiatan
sangat ditujukan oleh sektor pertanian. Sehingga
yang
menonjol
juga
berada
pada
sektor
pertanian.
Pembangunan yang mendasar pada sektor pertanian sangat dibutuhkan,
4
karena hasilnya dapat meningkatkan mutu makanan penduduk dan
kesejahteraan para petani.3
Sudah sewajarnya para petani mendapatkan hak-hak mereka yang
telah di nobatkan sebagai pahlawan bangsa, karena hasil kerja keras mereka
lah kita mendapatkan sumber-sumber makanan yang menjadikan kita sebagai
orang yang berguna khususnya bagi keluarga sendiri. Tetapi mayoritas para
petani ini tidak ada yang merasakan kesejahteraan, baik secara ekonomi
maupun sosial. Karena pada saat ini, kualitas sumberdaya manusia yang
bekerja pada sektor pertanian masih rendah dibandingkan dengan sektor lain.4
Sesuai amanat yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, tujuan
negara adalah memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.5 Tujuan bernegara ini
diwujudkan dalam landasan sila kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Pencapaian tujuan negara tersebut dilakukan
dengan pembangunan berkelanjutan yang melibatkan seluruh masyarakat.
Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan diperlukan
kondisi yang mendukung produktivitas petani. Salah satunya diwujudkan
dengan adanya pihak yang berperan dalam memberikan pemberdayaan atau
penyuluhan kepada para petani. Penyuluhan ataupun pemberdayaan ditujukan
guna meningkatkan edukasi dan praktik di lapangan agar para petani di
Indonesia lebih maju dan sejahtera.
3
Kebijakan Pertanian Perlu dibenahi, Tabloid Agropolitan, Edisi I, 26 Desember 2015, h. 2
4
Dillon, “Pertanian Membangun Bangsa”, (Jakarta: Sinar Harapan, 1999), Cet 1, h. 32.
5
Pancasila Dasar 1945
5
Konsep kesejahteraan juga tertuang dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan Sosial, yang menjelaskan
bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.6
Sedangkan dalam Pasal 2 Ayat 1 UU Nomor 6 Tahun 1974 tentang
Ketentuan-Ketentuan
Pokok
Kesejahteraan
Sosial
ditegaskan
bahwa
kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial,
material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah
dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.7
Adapun dalam al-Quran juga terdapat perintah bagi manusia untuk bekerja
agar dapat menyejahterakan kehidupannya, yakni dalam sûrah at-Taubah/09 :
105 berikut.
"Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
6
Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial
7
6
(Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.8
Pada ayat diatas dijelaskan mengenai perintah bagi umat Islam untuk
melakukan aktivitas-aktivitas sebagaimana Allah SWT telah memberikan
rezeki kepada seluruh umat Islam yang beriman. Sebagai hambanya, manusia
hanya untuk disuruh mencari keridhaannya agar apa yang telah kita hasilkan
mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian yang perlu
diberdayakan agar mereka mampu menganalisa masalah dan peluang yang
ada serta mencari jalan keluar sesuai sumber daya yang dimilikinya. Konsep
yang digunakan dalam memberdayakan petani melalui konsep kelompok.
Pentingnya kelompok bagi kehidupan manusia bertumpu pada kenyataan
bahwa manusia adalah mahluk sosial. Artinya secara alamiah manusia tidak
dapat hidup sendirian. Dalam perjuangan hidupnya, guna memenuhi
kebutuhan hidup manusia tidak terlepas dari interaksinya dengan manusia
sekelilingnya. Dengan demikian, hampir dari seluruh waktu dalam kehidupan
sehari-hari dihabiskan melalui interaksi dalam kelompok, dapat dikatakan
bahwa pada setiap perkembangannya manusia membutuhkan kelompok.
Dengan adanya kelompok tani maka akan ada kemudahan petani dalam
meyelesaikan
permasalahan-permasalahan
yang
ada
pada
bidang
pertaniannya, selain itu juga dapat memberikan kelanggengan usaha pada
petani serta lebih terorganisir lagi terhadap petani. Sehingga petani dapat
8
Al Quran dan terjemah, Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012
7
lebih kreatif dan mandiri dalam pengelolahan pertanian serta petani dapat
meningkatkan produksi pertaniannya dengan semaksimal mungkin.9
Kota Depok berpeluang besar menjadi sentra usaha pembudidayaan,
baik tanaman dan perternakan. Bila dilihat dari banyaknya lahan yang bisa
dipakai untuk usaha pembudidayaan, ataupun menggunakan halaman
pekarangan rumah sebagai sarana pembudidayaan, seperti pembudidayaan
ikan hias, tanaman hias burung hias berkicau yang tersebar di seluruh penjuru
Kota Depok. Disisi lain, ada sebuah potensi unggulan Kota Depok yang
mempunyai prospek cerah di masa mendatang, yakni Aloevera atau sering
disebut lidah buaya.10
Demikian halnya yang terjadi pada kelompok tani yang dinamakan
“Bina Avera” berada pada Desa Cilodong, Kota Depok. Kelompok Bina
Avera
ini
fokus
terhadap
Tanaman
Lidah
Buaya
dari
mulai
membudidayakannya sampai menjadi barang yang bernilai tinggi, seperti
produk olahan yang berbahan baku lidah buaya. Kelompok yang berbasis
tanaman Aloevera ini sudah menggeluti pada sektor pertanian lidah buaya
kurang lebih 5 tahun. Berawal dari salah seorang pengurus yang terjun
terlebih dahulu yang bereksperimen dengan tanaman lidah buaya seperti
pembuatan minuman Aloevera dan hasil olahan produk beliau mendapat
respon positif dari masyarakat sekitar. Lalu beliau mengembangkan usahanya
sampai sukses seperti sekarang ini. Beliau pun berinisiatif untuk
memberdayakan masyarakat sekitar dan sudah ada 22 warga yang ikut
9
Bustanul Arifin, Pertanian Era Transisi, (Lampung: Universitas Lampung Press, 2001),
hlm 47.
10
2016
Hasil wawancara dengan Bu Tantri, Pendiri Kelompok Tani Bina Avera, 30 Maret
8
berpartisipasi dalam kelompok yang dinamakan “Kelompok Tani Bina
Avera”.
Apabila dilihat dari keberadaan kelompok tani Bina Avera, Cilodong
Depok, kelompok ini merupakan satu-satunya kelompok petani yang
menggunakan konsep pemberdayaan dibidang pertanian Lidah Buaya. Selain
itu, tanaman Lidah Buaya sendiri memiliki berbagai khasiat, yaitu mengobati
wasir, diabetes, mengatasi obesitas, hipertensi, AIDS, kanker, dan penyakit
lainnya. Oleh sebab itu, alasan penulis meneliti tentang kelompok tani Bina
Avera karena tanaman lidah buaya yang unik, memliki banyak khasiat dan
jarang di temukan dalam bentuk olahan seperti makanan dan minuman.
Sehingga
penulis
mengambil
judul
penelitian,
yaitu
“Perubahan
Keberdayaan Masyarakat Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong
Depok”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, supaya penelitian lebih
terarah sesuai dengan judul dan tujuan dilakukannya penelitian, maka
penulis memberikan batasan permasalahan ini hanya pada Perubahanperubahan Sosial dan Ekonomi serta proses pemberdayaan bagi
masyarakat Petani Lidah Buaya di Cilodong, Depok.
2. Perumusan Masalah
Untuk mempertajam kajian, perumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
9
a.
Bagaimana tahap-tahap pemberdayaan kelompok tani Bina Avera di
Cilodong, Depok?
b.
Bagaimana perubahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
kelompok tani Bina Avera di Cilodong, Depok?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui proses pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera
di Cilodong, Depok.
b. Untuk mengetahui Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Kelompok
Tani Bina Avera di Cilodong, Depok.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang Kelompok Tani
Lidah Buaya dan hubungannya dengan kesejahteraan sosial Ekonomi
bagi petani lidah buaya serta dapat dijadikan bahan untuk perbandingan
sebagai penelitian selanjutnya.
1) Untuk Para Petani Lidah Buaya
Dari hasil penelitian ini di harapkan para petani Lidah Buaya dapat
mengetahui arti penting keberadaan Kelompok tani dan terpacu
untuk berinovasi membangun sebuah usaha kreatifitas-kreatifitas
yang bernilai tinggi lainnya.
10
2) Untuk peneliti
Dari hasil penelitian ini di harapkan peneliti bisa menambah
pengetahuan dan wawasan dalam ilmu pengetahuan kesejahteraan
sosial yang nantinya ilmu tersebut bisa manfaat bagi orang lain dan
semoga peneliti tidak ada kata habis atau selesai dalam belajar dan
meneliti tentang lidah buaya pada khususnya.
3) Untuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau saran
dan sumbangan pemikiran kepada akademik maupun jurusan
Kesejahteraan Sosial, terutama pemikiran tentang pemberdayaan
petani lidah buaya.
b. Manfaat Praktis
Dapat memberikan informasi tentang Kelompok Tani Lidah Buaya
di sekitar serta bagaimana kontribusi
kelompok Tani dalam
kesejahteraan sosial ekonomi bagi petani lidah buaya.
1) Untuk kelompok Tani
Penelitian ini agar dapat memberikan masukan yang positif kepada
pengurus maupun pengelola, anggota kelompok tani, dalam
mengembangkan dan mengelola organisasi Kelompok Tani Bina
Avera sesuai dengan visi dan misi utama.
2) Untuk peneliti dan universitas
Dari hasil penelitian ini di harapkan peneliti dan pihak jurusan juga
tidak sekedar mengetahui teori namun juga bisa mempraktikannya
dalam kegiatan sehari-hari khususnya dalam bidang pertanian.
11
D. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian mengambil di Jalan H. Dimun Raya No.4 RT.5/6
Cilodong, Depok – Jawa Barat. Disana penulis melakukan penelitian
untuk mendapatkan informasi dari pengurus Kelompok Tani Bina Avera
dengan observasi terlebih dahulu, wawancara langsung untuk mengetahui
bagaimana tingkat Perubahan Sosial dan pendapatan ekonomi para petani
melalui program pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera.
Alasan penulis memilih lokasi penelitian di Kelompok Tani Bina
Avera Cilodong Depok ialah di kota Depok Sudah banyak kelompok tani
tetapi mereka hanya menanam tanaman-tanaman yang mainstream saja,
seperti halnya sayur-sayuran, umbi-umbian serta padi dan lain lain. Tetapi
jarang kelompok tani yang membudidayakan tanaman lidah buaya, dan
kelompok
tani
bina
avera
adalah
salah
satu
kelompok
yang
membudidayakan tanaman tersebut.
2. Waktu Peneltian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan
bulan Mei 2016
3. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian lapangan terdapat dua kelompok besar pendekatan
penelitian. Pendekatan tersebut yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
12
Pendekatan tersebut dapat membantu peneliti ketika melakukan penelitian
dengan jenis penelitian apapun.11
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif
deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar
dan bukan angka-angka. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan
menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari
pengukuran. Penelitian kualitatif secara umum bisa digunakan untuk
penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas
sosial, dan lain-lain. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data
untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut
mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,
videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi
lainnya.12
Jadi, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif dengan alasan karena penelitian kualitatif lebih mengena dengan
Kelompok Tani Bina Avera yang diamati oleh penulis, di mana penulis
berusaha menyelami kehidupan keseharian para anggota kelompok, dalam
rangka meningkatkan perubahan keberdayaan sosial ekonomi yang
dialami para anggota kelompok dalam bidang Pertanian Lidah Buaya di
Cilodong Depok.
11
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h..7.
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remeja Rosda
Karya, 2007), cet-23, h.11.
13
4. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu data
yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka.13
Dengan demikian, laporan penelitianakan berisi kutipan-kutipan dari
pengurus Kelompok Tani Bina Avera dan masyarakat petani serta
beberapa dokumen yang berkaitan dengan Lidah Buaya untuk memberikan
gambaran penyajian laporan program pemberdayaan yang dilakukan oleh
Kelompok Bina Avera Cilodong, Depok.
5. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua
macam, yaitu data primer dan data sekunder ;
a.
Data Primer
Data primer sendiri terbagi menjadi 2 sumber data yaitu :
1) Utama, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek
penelitian. Yaitu pengurus Kelompok Tani Bina Avera yang terkait
dalam pembudidayaan Lidah Buaya di Jalan H. Dimun Raya No.4
RT.5/6 Cilodong, Depok.
2) Pendukung, yaitu data yang diperoleh dari Anggota Kelompok
Tani Bina Avera di Jalan H. Dimun Raya No.4 RT.5/6 Cilodong,
Depok. Baik yang terlibat maupun yang tidak terlibat dalam
kegiatan pembudidayaan Lidah Buaya di Kelompok Tani Bina
Avera.
13
Imam Gunawan, Metodologi Penelitian Kualitatif :Teori dan praktik (Jakarta: PT Bumi
Ksara, 3013) h. 103.
14
b.
Data Sekunder
Sedangkan Data Sekunder merupakan data yang penulis peroleh
baik berupa dokumen, arsip-arsip, memo atau catatan tertulis lainnya
maupun gambar atau benda yang berkaitan dengan penelitian. Data
sekunder penulis peroleh dari media massa, jurnal, buku-buku dan
lain-lain.
6. Teknik Pemilihan Informan
Subyek dalam penelitian ini adalah Kelompok Tani Bina Avera
yang mengalami Perubahan keberdayaan masyarakat Petani melalui
Pembudidayaan Lidah Buaya di Cilodong, Depok.
Informan dalam penelitian ini adalah Ketua Pengurus Kelompok
Tani Bina Avera dan Masyarakat Petani Lidah Buaya terlibat dalam
Perubahan Keberdayaan Pembudidayaan Lidah Buaya di Kampung
Cilodong Depok. Alasan penulis menganggap orang-orang yang
disebutkan tadi adalah karena penelitian fokus kepada Masyarakat Petani
Lidah Buaya yang ikut dalam program pemberdayaan dari kelompok Tani
Bina Avera. Apakah melalui program tersebut Anggota Kelompok Tani
Bina Avera bisa berdampak positif seperti meningkatkan kesejahteraan
sosial dan ekonomi mereka. Termasuk ketua pengurus kelompok Bina
Avera yaitu Tantri Guntari yang ikut terlibat dalam proses antara dari hasil
wawancara penulis dengan para anggota Kelompok Tani Bina Avera di
Cilodong Depok.
15
Tabel 1
Rancangan Penelitian
Metode
Pengumpulan
Data
No.
Informan
Informasi yang dicari
Jumlah
1.
Ketua pengurus
kelompok Tani
Bina Avera
Gambaran
umum
tentang
Kelompok Tani Bina Avera,
Tahap-tahap
pemberdayaan
Kelompok Tani Bina Avera,
proses pembudidayaan lidah
buaya, kegiatan yang dilakukan
Kelompok Tani Bina Avera.
1
Wawancara bebas
terstruktur,
dokumentasi.
2.
Anggota
Kelompok Tani
Bina Avera
yang mengalami
Keberdayaan.
3
Wawancara bebas
terstruktur,
observasi dan
dokumentasi
3.
Anggota
Kelompok Tani
Bina Avera
yang belum
mengalami
Keberdayaan.
Perubahan dari segi sosial,
budaya dan ekonomi setelah
menjadi kelompok tani Bina
Avera, hambatan-hambatan yang
dirasakan, keberhasilan yang
dicapai.
Perubahan dari segi sosial,
budaya dan ekonomi setelah
menjadi kelompok tani Bina
Avera, hambatan-hambatan yang
dirasakan, keberhasilan yang
dicapai.
2
Wawancara bebas
terstruktur,
observasi.
7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan informasi dilakukan dengan wawancara,
observasi dan studi dokumentasi, berikut penjelasannya:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
16
(interviewer)
yang
mengajukan
pertanyaan
dan
terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.14
Ada salah satu metode ketika melakukan wawancara. Yaitu
metode wawancara mendalam. Metode wawancara mendalam secara
umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan
informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan
demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya
dalam kehidupan informan. serta kapan dimulai dan diakhiri. Namun,
kadang kala informan pun dapat menentukan perannya dalam hal
kesepakatan mengenai kapan waktu wawancara mulai dilaksanakan dan
diakhir.15
Informan yang penulis wawancarai ialah Bu Tantri selaku ketua
kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok. Karena Bu Tantri adalah
sosok yang telah membuat perubahan bagi para anggota kelompok tani
khususnya dalam bidang Pertanian Lidah Buaya dan sekaligus Pendiri
dari Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong Depok. Penulis sudah
mewawancarai beliau sebanyak 2 kali yang bertempatan di perkebunan
Bu Tantri. Informan selanjutnya ialah para anggota Kelompok Tani
14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Bandung: PT. Remeja
Rosda Karya, 2007), h. 186
15
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), h. 108
17
Bina Avera yang sudah mengalami perubahan dan yang belum
mengalami perubahan dalam Pemberdayaan di Pertanian Lidah Buaya.
b. Observasi
Sedangkan Observasi atau pengamatan adalah metode pertama
yang digunakan dalam sebuah penelitian ilmiah. Observasi berarti
pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomena-fenomena
yang di selidiki. Dalam hal ini, aktifitas pengamatan meliputi kegiatan
manusia dan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan
seluruh indera, terutama indera pengelihatan untuk melihat segala
aktifitas di lokasi penelitian, dan telinga sebagai indera pendengaran
untuk mendengar segala bentuk aktifitas di lokasi penelitian.16
Pengamatan yang penulis lakukan adalah terhadap fenomena
dari Pekerjaan Bu Tantri yang masih beraktifitas dalam kegiatan
usahanya yaitu Tanolavera. Home Industri Bu Tantri sendiri yaitu
berada di dalam rumahnya, disana terdapat karyawan yang sedang
menjalankan proses usah Bu Tantri. seperti, pembuatan Minuman Lidah
Buaya dan lain-lain. Sedangkan perkebunan Lidah Buaya milik Bu
Tantri terdapat di depan Kantor Kecamatan Cilodong yang letaknya tak
jauh dari rumah Bu Tantri. disana terdapat karyawan lainnya yang
sedang mengurusi Tanaman Lidah Buaya dan Tanaman Hias seperti
Bunga Kamboja Jepang, Bunga Tulip, dan masih banyak bunga
lainnya.
16
Suhartini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), h. 145.
18
Sedangkan anggota dari Kelompok Tani Bina Avera lainnya
sedang sibuk terhadap urusannya masing-masing. Seperti halnya
dengan Bu Wiyah yang sedang menjaga warung kecil miliknya, Bu
Dewi yang sedang menjaga anaknya, hanya Pak Muhayar saja yang
terlihat masih mengurusi Pertanian Lidah Buaya miliknya di Daerah
Cilodong.
c. Dokumentasi
Studi Dokumentasi adalah data-data yang tertulis yang
mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang
fenomena yang masih aktual.17 Dokumen resmi yang digunakan penulis
adalah buku harian yang bermanfaat dengan ditulis memberikan
tanggapan tentang peristiwa-peristiwa disekitar penulis yang berisikan
informasi dari Kelompok Tani Bina Avera.
8. Teknik Analisa Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya
adalah penyusunan data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah
dan
tujuan
penelitian.
Dalam
melakukan
analisa
data,
penulis
menggunakan sistem kategorisasi. Kategorisasi berarti penyusunan
kategori, dan kategori tidak lain adalah salah satu tumpukan dari
seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pikiran, intuisi, pendapat,
atau kriteria tertentu.18 Sistem kategorisasi ini adalah Perubahan
17
Lexi.J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosda Karya
2001) Cet. Ke-15, h. 13.
18
Ibid., hlm. 252.
19
Keberdayaan kelompok tani terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi
masyarakat petani Lidah Buaya.
9. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian ini, diperlukan
teknik pemeriksaan, dimana teknik pemeriksaan dalam penulisan skripsi
ini penulis menggunakan kriteria derajat kepercyaan dan kriteria kepastian.
E. Teknik Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang disusun oleh Tim
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, 2007,
cetakan ke-2.
F. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini, penulis melakukan kajian kepustakaan dengan
tujuan untuk memperoleh data dari beberapa sumber tertulis baik berupa
buku-buku bacaan ataupun sumber lainnya. Setelah melakukan penelusuran
koleksi skripsi pada Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
ada beberapa skripsi yang fokusnya sama, yaitu tentang Pemberdayaan
melalui kelompok Tani, salah satunya skripsi yang di tulis oleh :
a.
Syaiful, mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN
Jakarta dengan judul: “Upaya Kelompok Tani Sakati Makmur Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Petani Pasir Putih Melalui Pertanian
20
Jambu Merah.” Isi skripsi yang ditulis oleh syaiful ialah mengenai
Program
Pemberdayaan
Ekonomi
Petani
dalam
Meningkatkan
Pengetahuan dan Keterampilan Petani melalui Sekolah Lapang (SL)
dimana dalam skripsi ini membahas tentang program pemberdayaan
Ekonomi para petani jambu merah, sedangkan peneliti menggambarkan
perubahan keberdayaan masyarakat kelompok tani lidah buaya dari segi
sosial ekonomi dan budaya.
b.
Yati Reni, mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam UIN Jakarta
dengan judul: “Evaluasi Terhadap Upaya Sekretariat Bina Desa
Jakarta dalam Meningkatkan Kesejahteraan kelompok Tani
Organik Bakti Lestari Desa Paseh, Kec. Banjarmangu, kab.
Banjarnegara, Jawa Tengah.” Isi skripsi yang di tulis oleh Yati ialah
untuk mengetahui evaluasi kegiatan Bina Desa Jakarta dengan kelompok
Tani organik Bakti Lestari dan menilai sejauh mana efektivitas kegiatan
dilihat dari hasil program tersebut, sedangkan peneliti membahas tentang
bagaimana proses keberdayaan masyarakat petani lidah buaya Kota
Depok yang terdiri dari tahap-tahap serta strategi pemberdayaan.
c.
Widiyaningsih, mahasiswa Ilmu Administrasi Negara UI Depok dengan
judul: “Analisis Tingkat Keberdayaan Masyarakat melalui Program
Pengembangan Komoditas Buah Belimbing pada Kelompok Tani
Belimbing di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok.” Isi skripsi
yang di tulis oleh Widiyaningsih ialah Untuk mengetahui dampak dan
perubahan sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat Situ setelah
adanya musibah Situ Gintung. Seperti apa Dampak pada pekerjaan
21
masyarakat situ gintung, dampak pada kelembagaan sosialnya, serta
dampak pada nilai sistem nilai yang terkandung pada masyarakat sosial
di sekitar situ gintung. Sedangkan peneliti membahas tentang perubahan
dari segi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat kelompok tani Bina
Avera di Cilodong, Depok.
d.
Hindrina Perdhama Sari, mahasiswa Biologi UI Depok dengan Judul:
“Pertumbuhan Lidah Buaya (Aloe Chinensis Baker) Pada Media
Tanam Campuran Tanah dan Kompos.” Isi Skripsi yang di tulis oleh
Sari ialah bagaimana pertumbuhan suatu tanaman Lidah Buaya jika
melalui media tanam campuran antara tanah dan kompos. Serta apakah
tanaman lidah buaya bisa tumbuh sesuai dengan yang di ekspetasi kan
seperti jenis tanaman lidah buaya lainnya. Berbeda dengan penelitian
skripsi ini yang lebih membahas tentang bagaimana proses keberdayaan
petani lidah buaya serta perubahan sosial, budaya dan ekonominya.
e.
Linda, mahasiswa Teknik Industri UI Depok dengan Judul: “Studi
Kelayakan Pengembangan Usaha Minuman Lidah Buaya Avera.” Isi
Skripsi yang di tulis oleh Linda ialah tentang cara mengembangkan usaha
yang berkaitan dengan lidah buaya, dan menjadikan produk yang
berbahan baku dari tanaman lidah buaya menjadi produk olahan yang
bernilai tinggi yaitu minuman lidah buaya. Serta cara memasarkan
produk olahan tersebut ke masyarakat dengan kualitas tinggi yang tidak
kalah dengan produk olahan minuman yang sudah terjun duluan di
pasaran. Sedangkan skripsi yang di teliti oleh penulis ialah program
pemberdayaan kelompok tani yang lebih fokus terhadap Perubahan
22
dalam kesejahteraan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat petani di
kampung Sukamaju Cilodong Depok.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka penulis membagi
sistematika penulisan ke dalam lima bab yang mana rinciannya sebagai
berikut :
BAB I :
Pendahuluan, Bab ini berisi tentang latar belakang
masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
Teknik Penulisan, Tinjauan pustaka serta sistematika
penulisan.
BAB II :
Landasan Teori, Bab ini berisi tentang teori-teori yang
berkaitan dengan penelitian ini, yang terdiri dari Pengertian
Pemberdayaan,
Pemberdayaan,
Proses
dan
Pemberdayaan,
Tahapan-tahapan
Strategi
Pemberdayaan.
Pengertian Perubahan, Perubahan Sosial, ekonomi dan
Budaya, Faktor pendukung Perubahan Sosial, Faktor
perubahan Budaya dan Pendapatan Ekonomi.
BAB III :
Profil Komunitas, Bab ini berisi tentang profil dari
kelompok Tani Bina Avera, yang terdiri sejarah singkat,
visi dan misi, Daftar Pengurus Kelompok Tani Bina Avera,
Dari Pengusaha Lidah Buaya sampai Kelompok Tani Bina
23
Avera, Pertanian Kecamatan Cilodong Depok, tentang
Lidah Buaya.
BAB IV :
Analisis Hasil Temuan di Lapangan, Bab ini berisi
tentang
Perubahan
Sosial,
Ekonomi
dan
Budaya
masyarakat petani melalui pemberdayaan Kelompok Tani
Bina Avera di Cilodong, Depok.
BAB V :
Penutup, Bab ini berisi tentang kesimpulan dan Saran
penulis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PEMBERDAYAAN
1.
Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan sebagai suatu program biasanya dilihat dari tahapan
tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya sudah
ditentukan jangka waktunya. Jika pemberdayaan dilihat sebagai suatu
proses yang berkesinambungan (on-going) sepanjang komunitas itu
masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan, dan tidak hanya
terpaku pada suatu program saja.18
Menurut Soetomo, Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
pendekatan yang memberikan kesempatan, wewenang yang lebih besar
kepada masyarakat terutama masyarakat lokal untuk mengelola proses
pembangunannya. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya memberi
wewenang terhadap masyarakat, tetapi juga meningkatkan kapasitas yang
ada di masyarakat.19
Edi Soeharto berpendapat bahwa, pemberdayaan adalah sebuah
proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian
kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan keiornpok
lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami
18
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002), h. 162.
19
Soetomo, Pemberdayaan Masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 69.
24
25
masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk
pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial;
yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya.20
Sedangkan pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan suatu
proses meningkatkan keterampilan hidup sekumpulan orang yang masuk
kategori fakir miskin atau dhuafa agar dapat memiliki mata pencaharian
yang membuat kondisi hidupnya masuk kategori muzakki.21
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka
memiliki
kebebasan
(freedom),
dalam
arti
bukan
saja
bebas
mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari
kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber
produktif
yang
memungkinkan
mereka
dapat
meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang
mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
20
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), h. 60
21
Ismet Firdaus, dkk, Pengamalan Al-Qur’an tentang Pemberdayaan Dhu’afa (Jakarta:
Dakwah Press Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 226
26
keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Beberapa ahli
dibawah ini mengemukakan definisi pemberdayaan di lihat dari tujuan,
proses, cara-cara pemberdayaan:
 Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang
yang lemah atau tidak beruntung
 Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas, dan
mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga
yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan
bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan,
yang cukupuntuk mempangaruhi kehidupannya dan kehidupan orang
lain yang menjadi perhatiannya.
 Pemberdayaan
menunjuk
pada
usaha
pengalokasian
kembali
kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.
 Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan
komunitas di arahkan agar mampu menguasai kehidupannya. 22
Pada hakekatnya upaya-upaya pembangunan di tingkat komunitas
memfokuskan pada pemberdayaan warga komunitas dengan melakukan
power sharing agar masyarakat memiliki kemampuan dan kesetaraan
dengan beragam stakeholders lainnya. Oleh karena itu, semua
stakeholders sebagai pelaku perubahan dalam proses pembangunan
berupaya memberdayakan warga komunitas (dari kurang berdaya
22
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), h. 58-59.
27
menjadi lebih berdaya) baik pada tingkat individu, keluarga, kelompokkelompok sosial, ataupun komunitas guna mencapai kehidupan lebih
baik.23
Dari beberapa pandangan menurut para ahli, dapat disimpulkan
bahwa pemberdayaan masyarakat bagian dari proses dan tujuan
pengembangan masyarakat yang harus di optimalkan sebaik mungkin.
Karena Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau cara untuk
meningkatkan potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat.
Dalam pemberdayaan masyarakat lebih menekankan kepada proses
bukan hasil akhir. Didalam proses pemberdayaan, masyarakat menjadi
subyek bukan objek. Maka dari itu dibutuhkan partisipasi dari
masyarakat itu sendiri.
2.
Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Parsons menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya
dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang
mengatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan
satu antara pekerja sosial dan klien dalam settingan pertolongan
perseorangan. Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja
dilakukan secara individual, meskipun pada gilirannya strategi ini
berkaitan dengan kolektifitas, dalam arti mengaitkan klien dengan
sumber atau sistem lain di luar dirinya. Menurut Edi Suharto Dalam
23
Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2015), h. 89.
28
konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras
atau matra pemberdayaan, yaitu:
a. Aras Mikro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui
bimbingan, konseling, stress management, crisis intervension. Tujuan
utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan
tugas-tugas kehidupannya.
b. Aras Mezzo
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien sebagai
media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,
biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki
kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
c. Aras Makro
Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar
(Large-system strategy), karena sasaran perubahan di arahkan pada
system
lingkungan
yang
lebih
luas.
Perumusan
kebijakan,
perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian
masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam
pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang
yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka
29
sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk
bertindak.24
3.
Tahap-tahap Pemberdayaan
Pemberdayaan Masyarakat merupakan suatu proses intervensi
sosial (perubahan sosial yang terencana). perubahan sosial terencana
pada level komunitas pada Ilmu Kesejahteraan Sosial, sering kali tidak
dapat dilepaskan dari model intervensi pemberdayaan masyarakat. Oleh
karena itu, setiap bentuk pemberdayaan masyarakat dapat dijelaskan
dalam beberapa tahap, sebagaimana yang dikembangkan oleh Isbandi
Rukminto (2002), terdiri dari 6 tahapan, yakni tahap persiapan
(Engagement), tahap pengkajian (Assessment), tahap perencanaan
alternatif program atau kegiatan (designing), tahap pelaksanaan program
(Implementation), tahap evaluasi (Evaluation) dan tahap terminasi
(Disengagement), tahapan tersebut sebagai berikut:25
a.
Tahap persiapan (Engagement)
Pada tahap persiapan ini meliputi sekurangnya dua tahapan
yang harus di kerjakan, yaitu:
 Tahap
penyiapan
petugas
(Community
Worker)
untuk
menyamakan persepsi antar anggota tim agen perubahan (Change
agent) mengenai pendekatan apa yang akan di pilih dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat. Terutama apabila agen
24
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika
Aditama, 2005), h. 66-67
25
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Pembangunan Kesejahteraan Sosial
(Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002), h. 182
30
perubahan berasal dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda.
Misalnya saja, ada petugas yang berlatar belakang sarjana Agama,
sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, sarjana Pendidikan dan sarjana
Sastra.
Sehingga
menyamakan
perlu
persepsi
dilakukan
mengenai
pelatihan
program
awal
untuk
pemberdayaan
masyarakat yang akan dikerjakan di daerah tersebut, serta
bagaimana teknik-teknik yang akan dilakukan dalam melakukan
perubahan di masyarakat.
 Tahap penyiapan lapangan dimana petugas (Community Worker)
pada awalnya melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang
akan dijadikan sasaran, baik dilakukan secara informal maupun
formal. Bila sudah ditemukan daerah yang ingin dikembangkan,
community worker harus mencoba menerobos jalur formal untuk
mendapatkan dari pihak yang terkait. Pada tahap inilah terjadi
kontak dan kontrak awal dengan kelompok sasaran. Komunikasi
yang baik pada tahap awal biasanya akan mempengaruhi
keterlibatan warga pada fase berikutnya. Fase ini juga dikenal
sebagai fase engagement dalam suatu proses pemberdayaan
masyarakat.
b. Tahap Pengkajian (Assessment)
Proses assessment yang dilakukan disini dapat dilakukan
secara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat. Pada tahap ini,
petugas sebagai agen perubahan berusaha mengidentifikasi masalah
(kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki
31
masyarakat. Dalam proses Assessment ini masyarakat sudah
dilibatkan secara aktif agar mereka dapat merasakan bahwa
permasalahan permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar
permasalahan yang keluar dari
pandangan mereka
sendiri.
Disamping itu, pada tahap ini pelaku perubahan juga memfasilitasi
warga untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang akan
ditindaklanjuti pada tahap berikutnya, yaitu tahap perencanaan.
c.
Tahap Perencanaan Alternatif Progream atau Kegiatan
(Designing)
Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubahan secara
partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang
masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
Dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada pada masyarakat
diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan
kegiatan yang dapat mereka lakukan.
d. Tahap Pelaksanaan (Implementation)
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang
paling penting dalam program pemberdayaan masyarakat, karena
sesuatu yang sudah di rencanakan dengan baik akan dapat
melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak kerja sama
antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerjasama antar
Tokoh Masyarakat.
Dalam
upaya
melaksanakan
program
pengembangan
masyarakat, peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat
32
menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kader
ini biasanya dipilih dari ibu-ibu rumah tangga ataupun pemudi yang
masih memiliki waktu luang dan mau melibatkan diri dalam kegiatan
tersebut.
e.
Tahap Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas
terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan
sebaiknya di lakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan
warga pada tahap ini di harapkan akan terbentuk suatu sistem dalam
komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga
dalam jangka panjang di harapkan akan dapat membentuk suatu
sistem dalam masyarakat yang lebih mandiri dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada.
Tidak jarang juga dari hasil pemantauan dan evaluasi ternyata
yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bila hal ini
terjadi maka evaluasi proses diharapkan akan dapat memberikan
umpan baik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun
kegiatan. Sehingga apabila diperlukan dapat dilakukan kembali
assessment terhadap permasalahan yang dirasakan masyarakat.
Karena pelaku perubahan juga menyadari bahwa tolak ukur suatu
masyarakat juga dapat berkembang sesuai dengan pemenuhan
kebutuhan yang sudah terjadi.
33
f.
Tahap Terminasi (Disengagement)
Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal
dengan komunitas sasaran, terminasi dalam suatu
program
pemberdayaan masyarakat, tidak jarang dilakukan bukan karena
masyarakat sudah dianggap mandiri, tetapi lebih karena proyek
sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang
ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak
ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan.
B. PERUBAHAN MASYARAKAT
Siapa yang akan membuat perubahan? Apakah perubahan akan terjadi
dengan paksaan satu kelompok atas kelompok lain atau melalui partisipasi
semua orang yang terlibat? Persoalan ini berkaitan dengan target yang harus
di capai. Di tingkat individual, ahli terapi menggunakan teknik otoriter dan
partisipatif. Di tingkat kelompok dan struktural, telah digunakan elitis dan
demokratis. Elitnya mungkin ahli dibidang tertentu, misalnya pengusaha,
intelektual, atau politisi kawakan. Tugas elit adalah untuk mempengaruhi
perubahan dengan atau tanpa keinginan orang lain yang terlibat dalam
perubahan itu. Menurut strategi demokratis, mungkin masih terdapat elit ahli
tetapi mereka bekerja dengan rakyat sehingga semua orang yang di pengaruhi
oleh perubahan itu berpeluang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.26
26
h. 491
Robert H. Lauer, Perspektif tentang Perubahan Sosial (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003),
34
1.
Perubahan Sosial
Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang
terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat
perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu yang
berlainan. Untuk itu, konsep dasar mengenai perubahan sosial menyangkut
3 hal, yaitu:

Studi mengenai perbedaan, maksudnya bahwa untuk dapat melakukan
studi perubahan sosial, kita harus melihat adanya perbedaan ataupun
perubahan kondisi objek yang menjadi fokus studi.

Studi harus dilakukan pada waktu yang berbeda, maksudnya studi
perubahan harus di lihat dalam konteks yang berbeda, dengan kata
lain kita harus melibatkan studi komparatif dalam dimensi waktu yang
berbeda.

Pengamatan pada sistem sosial yang sama, maksudnya objek yang
menjadi fokus studi komparasi tersebut haruslah objek yang sama. 27
Sekitar tahun 1971, lebih sedikit orang laki-laki yang bersikap
negatif terhadap wanita yang bekerja di berbagai jenis pekerjaan. Apakah
itu suatu perubahan? Beberapa orang mengatakan “Yaa” ; sementara itu
menganut paham feminisme mungkin akan mengatakan sebenarnya tidak
ada perubahan karena sikap laki-laki tidak mencerminkan kesempatan
kerja yang diperoleh wanita di pasar tenaga kerja. Lalu apa yang kita
artikan dengan perubahan sosial itu? Kebanyakan definisi membicarakan
perubahan dalam arti yang sangat luas. Wilbert Moore misalnya,
27
h. 2-3
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012),
35
mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari struktur
sosial”, dan yang di maksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola
perilaku dan interaksi sosial”. Moore memasukan ke dalam definisi
perubahan sosial sebagai ekspresi mengenai Struktur seperti Norma, nilai
dan fenomena Kultural.28
a.
Pengertian Perubahan Sosial
Adapun definisi-definisi perubahan sosial yang di kemukakan
oleh beberapa tokoh:
Tabel 2
Definisi Perubahan Sosial Menurut Para Ahli
No.
Tokoh
1.
Munandar
2.
3.
4.
5.
28
h. 4
Definisi
Perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi
dalam struktur dan fungsi dari bentuk-bentuk
masyarakat.
Selo Sumardjan dan Perubahan sosial meliputi segala perubahanSoelaiman Sumardji
perubahan
pada
lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk
didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku
diantara
kelompok-kelompok
didalam
masyarakat.
Kingsley
Perubahan sosial ialah perubahan-perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat
Mac Iver
Perubahan sosial ialah perubahan yang terjadi
dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan
terhadap keseimbangan
Gillin
Perubahan sosial ialah suatu variasi cara-cara
hidup yang telah di terima, baik karena
perubahan-perubahan
kondisi
geografis,
kebudayaan materil, komposisi penduduk,
ideologi maupun karena adanya difusi ataupun
Robert H. Lauer, Perspektif tentang Perubahan Sosial (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003),
36
6.
Koenig
7.
Hawley
8.
Macionis
9.
Ritzer
10.
Lauer
b.
penemuan-penemuan dalam masyarakat
Perubahan sosial ialah modifikasi-modifikasi
yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia
Perubahan sosial merupakan setiap perubahan
yang tidak terulang dari sistem sosial sebagai
satu kesatuan
Perubahan sosial ialah transformasi dalam
organisasi masyarakat dalam pola berpikir dan
dalam perilaku pada waktu tertentu
Perubahan sosial mengacu pada variasi
hubungan antar individu, kelompok, organisaisi,
kultur dan masyarakat pada waktu tertentu
Perubahan sosial di maknai sebagai perubahan
fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan
manusia, mulai dari tingkat individu-individu
sampai dengan tingkat dunia.29
Faktor Pendorong dan penghambat Perubahan Sosial
1) Faktor yang mempercepat proses perubahan sosial
 Kontak dengan budaya lain. Bertemunya budaya yang berbeda
menyebabkan
manusia
saling
berinteraksi
dan
mampu
menghimpun berbagai penemuan yang telah di hasilkan, baik
dari budaya asli maupun budaya asing dan bahkan hasil
perpaduannya. Hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan
dan tentu saja akan memperkaya kebudayaan yang ada.
 Sistem pendidikan formal yang maju. Pendidikan merupakan
salah satu faktor yang dapat mengukur tingkat kemajuan suatu
masyarakat.
Pendidikan
telah
membuka
pikiran
dan
membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini
29
h. 4-5
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012),
37
akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah
kebudayaan
masyarakatnya
mampu
memenuhi
tuntutan
perkembangan zaman, dan memerlukan suatu perubahan atau
tidak.
 Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk
maju. Sebuah hasil karya dapat memotivasi seseorang untuk
mengikuti jejak karya orang lain. Orang yang berpikiran dan
berkeingin maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan
diri.30
 Adanya
toleransi
terhadap
perbuatan-perbuatan
yang
menyimpang. Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar
hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal
bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi
dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
 Sistem stratifikasi masyarakat yang terbuka. Sistem stratifikasi
yang terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal dan
horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat.
Masyarakat tidak lagi mempersalahkan status sosial dalam
menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka
kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan
kemampuan dirinya.
 Pembangunan dan pengembangan jaringan, pengorganisasian
kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan
30
h. 18-21.
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012),
38
peningkatan kemampuan para anggotanya untuk membangun
dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial
disekitarnya.
 Penduduk yang Heterogen. Masyarakat yang heterogen dengan
latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan
mudah
terjadi
pertentangan
yang
dapat
menimbulkan
kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong
terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk
mencapai keselarasan sosial.
 Ketidakpuasan masyarakat pada bidang-bidang tertentu. Rasa
tidak
puas
dapat
Ketidakpuasan
pertentangan
menjadi
menimbulkan
dan
berbagai
sebab terjadinya
reaksi
berupa
gerakan
perubahan.
perlawanan,
revolusi
untuk
mengubahnya.
 Adanya orientasi masa depan. Kondisi yang senantiasa
merangsangorang untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan
perubahan.
 Adanya nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk
memperbaiki kehidupannya. 31
2) Faktor yang menghambat proses perubahan sosial
 Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. Apabila sebuah
masyarakat tidak melakukan kontak sosial dengan masyarakat
31
h. 18-21.
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial , (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012),
39
lain, maka tidak akan terjadi tukar informasi, atau tidak akan
terjadi proses asimilasi, akulturasi yang mampu mengubah
kondisi masyarakat tersebut.
 Perkembangan
ilmu
pengetahuan
yang
lambat.
Ilmu
pengetahuan adalah kunci perubahan yang akan membawa
masyarakat menuju pada peradaban yang lebih baik.
 Sikap masyarakat yang sangat tradisional. Sikap tradisional akan
mengagung-agungkan kepercayaan yang telah di ajarkan nenek
moyangnya yang dianggap sebagai sebuah kebenaran mutlak
yang tidak dapat di ubah.
Pandangan ini lah yang dapat
menghambat, karena apabila mereka mencoba untuk mengubah
nilai-nilai yang sudah diajarkan secara turun temurun tersebut,
dapat di percaya akan menimbulkan malapetaka.
 Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan
kuat
atau
versted
interest.
Dalam
setiap
kehidupan
bermasyarakat, akan ada sekelompok individu yang ingin
mempertahankan atau hanya sekedar mewujudkan ambisinya
dalam meraih tujuan pribadi atau golongannya.
 Rasa takut akan terjadi kegoyahan pada integrasi kebudayaan.
Untuk itu, suatu kelompok masyarakat seringkali membatasi diri
untuk menerima unsur-unsur budaya dari luar.
 Prasangka terhadap hal-hal baru atau sikap yang tertutup. Sikap
demikian akan dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah
masyarakat lain. Hal ini kemudian memunculkan prasangka
40
ketika masyarakat tersebut berinteraksi dengan masyarakat yang
dudlu
pernah
menjajah
mereka,
karena
dikhawatirkan
masyarakat tersebut memiliki rencana kembali untuk menjajah
mereka.
 Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. Setiap upaya untuk
mengubah masyarakat , adakalanya harus bertentangan dengan
ideologi yang telah di anut oleh kelompok masyarakat selama
ini. Apabila nilai-nilai yang akan di ubah tersebut bertentangan
dengan ideologi yang dianut selama ini maka dipastikan
perubahan tersebut tidak akan berjalan.
 Adat atau kebiasaan. Faktor ini merupakan pola-pola perilaku
bagi anggota masyarakat didalam memenuhi segala kebutuhan
pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-pola tersebut tidak
efektif lagi dalam memenuhi kebutuhan, maka akan terjadi
krisis. Misalnya dalam proses adopsi inovasi ini mampu
meningkatkan efisiensi produksi, namun disisi lain, adopsi ini
justru dapat memunculkan masalah baru, yaitu bertambahnya
pengangguran.
 Adanya nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak
mungkin di perbaiki. Sikap pasrah ini menyebabkan masyarakat
enggan untuk melakukan perubahan.32
32
h. 18-21.
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012),
41
2. Perubahan Budaya
Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan berbeda. Dalam
perubahan sosial terjadi perubahan struktur sosial dan pola-pola
hubungan sosial, antara lain sistem status, hubungan-hubungan di
dalam keluarga, sistem politik dan kekuasaan, serta persebaran
penduduk. Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan
ialah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama
oleh para warga atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan,
antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai
pegangan dalam kehidupan, juga teknologi selera, rasa keindahan
(kesenian) dan bahasa. Walaupun perubahan sosial dan perubahan
budaya itu berbeda, pembahasan kedua perubahan itu tak akan
mencapai suatu pengertian yang benar tanpa mengaitkan keduanya. 33
a. Pengertian Budaya
Budaya dalam bentuk jamak dari kata Budi dan daya yang
berarti Cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya berasal dari bahasa
Sanskerta budhayah yang berarti budi dan akal. Kemudian
pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala
daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Berikut pengertian budaya menurut para ahli.
33
M. Munandar Sulaeman, MS, Ilmu Budaya Dasar (Bandung: PT. Eresco, 1998), h. 30
42
Tabel 3
Definisi Budaya Menurut Para Ahli
No.
Tokoh
1.
B. Tylor
Definisi
Budaya ialah suatu keseluruhan komplex yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan yang lain serta kebiasaan yang
didapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat
Koentjaningrat
Budaya termasuk sistem keseluruhan yang
digagas, milik diri manusia dengan belajar
Selo Soemardjan dan Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan
Soelaiman Soemardji cipta masyarakat
Herkovits
Kebudayaan merupakan bagian dari lingkungan
hidup yang diciptakan oleh manusia
2.
3.
4.
Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini
kemungkinan
besar
sangat
di
pengaruhi
oleh
pandangan
evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa
kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana
menuju tahapan yang lebih kompleks.34
b. Penyebab Perubahan Budaya
Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan mengalami
perkembangan (dinamis) seiring dengan perkembangan manusia itu
sendiri, oleh karenanya tidak ada kebudayaan yang bersifat statis.
Dengan demikian kebudayaan akan mengalami perubahan.35
34
Elly M. Setiadi dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Prenada Media Group,
2006), h. 27.28
35
Elly M. Setiadi dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Prenada Media Group,
2006), h. 44
43
Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam
keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif
yang terisolasi jauh dari berbagai perhubungan dengan masyarakat
yang lainnya. Dan terjadinya perubahan kebudayaan di sebabkan
oleh beberapa hal, yaitu:

Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan
kebudayaan sendiri, misalkan perubahan ajaran nilai agama.
Setiap kelompok masyarakat mempunyai nilai budaya. Nilai
Budaya ini mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang
dianggap penting, berlaku dalam kehidupan. Nilai budaya
berasal dari ide-ide, gagasan, pola pikir, yang mengarah pada
hal yang baik, terus di kembangkan dan di lestarikan oleh
generasi berikutnya. Dalam pengembangan selanjutnya hal-hal
yang baik dan di patuhi oleh masyarakat. Akhirnya kebiasaan
tadi akan mengikat bagi anggota-anggota masyarakat sehingga
menjadi dasar untuk berperilaku. Dengan demikian nilai
budaya tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai norma.36

Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat
mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada
dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan
lain, cenderung untuk berubah secara lebih cepat, seperti gaya
hidup.37
36
Sujarno, dkk, Pemberdayaan nilai budaya dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera
di daerah istimewa Yogyakarta (Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000), h.
92
37
M. Munandar Sulaeman, MS, Ilmu Budaya Dasar (Bandung: PT. Eresco, 1998), h. 29
44
Gaya Hidup also known as (Life Style) berbeda dengan cara
hidup (way of life). Cara hidup di tampilkan dengan ciri-ciri, seperti
norma, ritual, pola-pola tatanan sosial, dan mungkin juga suatu
komunitas dialek atau cara berbicara yang khas. Sementara itu gaya
hidup di ekspresikan melalui apa yang dikenakan seseorang, apa
yang ia konsumsi, dan bagaimana ia bersikap atau berprilaku ketika
ada di hadapan orang lain. Gaya hidup bukan sekedar aktivitas atau
mengisi waktu luang. Gaya hidup tumbuh dan di kembangkan oleh
kekuatan kapital untuk kepentingan membangun pangsa pasar,
memperbesar keuntungan dan menghela agresivitas masyarakat
dalam mengkonsumsi berbagai produk industri Budaya. 38

Perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara
hidupnya
dengan
mengadopsi
suatu
pengetahuan
atau
kepercayaan baru, atau karena perubahan dalam pandangan
hidup dan konsepsinya tentang realitas.

perubahan karena adanya penemuan baru discovery.
Namun, perubahan kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa, dan rasa
manusia adalah tentu saja perubahan yang memberi nilai manfaat bagi
manusia dan kemanusiaan, bukan sebaliknya, yaitu yang akan
memusnahkan manusia sebagai pencipta kebudayaan tersebut.39
38
Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi: kapitalisme dan konsumsi di Era Masyarakat Post
Modernisme (Jakarta: Kencana, 2014), h. 137
39
Elly M. Setiadi dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Prenada Media Group,
2006), h. 44
45
3.
Perubahan Ekonomi
Ilmu Ekonomi mempelajari perilaku individu dan masyarakat
dalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya-sumber
daya yang langka (dengan dan tanpa uang), dalam upaya meningkatkan
kualitas hidupnya.40
Pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu serta
menunjukan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang selama
jangka waktu tertentu.41 Pendapatan yang terdiri dari:
 Pendapatan upah tenaga kerja
 Pendapatan dari kekayaan, seperti sewa, bunga dan deviden

Pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah, seperti
tunjangan sosial dan asuransi pengangguran.
Berdasarkan penjelasan di atas pendapatan ekonomi ialah
penghasilan individu atau masyarakat yang diterima dalam jumlah nilai
dari suatu badan usaha baik barang maupun jasa selama jangka waktu
tertentu guna memperbaiki kualitas hidup di masyarakat. Penghasilan
tinggi ialah pendapatan lebih tinggi dari pengeluaran. Jika pendapatan
lebih rendah dari pengeluaran maka masyarakat tersebut belum bisa
dikatakan sejahtera.
40
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi
dan Makro Ekonomi) Edisi Ketiga (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2008), h. 3.
41
Nur atikah nasution, “Dampak perubahan pemanfaatan tanah situ kuru terhadap
pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar”, (Skripsi S1 fakultas ilmu dakwah dan ilmu
komunikasi, Universitas syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 35
BAB III
PROFIL KOMUNITAS
A. Profesi Bisnis Lidah Buaya dan Perkembangan Petani Lidah Buaya di
Depok
Aloe vera atau yang biasa dikenal dengan nama lidah buaya
merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup laris di dunia karena
banyak diminati dan dicari oleh para pelaku industri. Lidah buaya telah
dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri makanan dan
minuman kesehatan di berbagai negara, termasuk di Indonesia yang juga
sudah banyak industri yang mengembangkan tanaman tersebut. Saat ini
permintaan lidah buaya di Indonesia meningkat pesat, bahkan petani lidah
buaya belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama pasokan ke
sejumlah pasar modern dan toko-toko buah. Saat ini eksportir terbesar lidah
buaya di Asia Tenggara adalah Malaysia dan Thailand. Sedangkan di
Indonesia belum banyak daerah yang melakukan ekspor lidah buaya, hanya
Kalimantan saja yang sudah melakukan ekspor lidah buaya karena
perkembangan lidah buaya di Kalimantan lebih unggul dibandingkan daerahdaerah lain di Indonesia. Namun saat ini, daerah lain masih terus
mengembangkan dan mengimpor usaha dari hasil olahan lidah buaya seperti
sabun, sampo, powder, makanan, minuman dan olahan lainnya. Salah satu
daerah penghasil lidah buaya beserta olahannya adalah di kota Depok, yaitu
di daerah Cilodong. Masyarakat Cilodong sebagian besar memiliki mata
pencaharian sebagai petani lidah buaya. Mereka telah meminta kepada
Pemerintah Kota Depok agar menjadikan Cilodong sebagai sentra lidah
47
48
buaya. Namun para petani lidah buaya ini hanya membudidayakan tanaman
lidah buaya tetapi tidak mengolahnya menjadi sesuatu yang bernilai tinggi.
Melihat peluang tersebut, para pelaku usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM)
mulai
bermunculan
dan
memanfaatkannya
dengan
baik.
Bermodalkan pengetahuan dan keahlian mengolah lidah buaya yang
didapatkan dari berbagai pelatihan teknologi tepat guna, mereka membuat
komunitas atau kelompok tani yang membudidayakan dan mengolah lidah
buaya menjadi tanaman yang bernilai guna lebih tinggi. Salah satu pelaku
usaha lidah buaya yang terbilang sukses adalah Bu Tantri Guntari. Hasil
olahan lidah buayanya adalah seperti teh kulit lidah buaya, kerupuk lidah
buaya dengan berbagai varian rasa, serta minuman lidah buaya dalam botol
dan cup.
B. Sejarah Kelompok Tani Bina Avera Cilodong Depok
Berawal dari tahun 2004 seorang mantan pegawai swasta di salah satu
perusahaan asing di Jakarta yaitu Ibu Tantri (Pendiri Kelompok Lidah Buaya)
yang terjun langsung terlebih dahulu untuk ber eksperimen dengan tanaman
yang berbahan dasar Lidah Buaya. Seperti yang dikatakan Bu Tantri:
“Saya tuh dulu hanya karyawan swasta di salah satu perusahan
asing, waktu itu ada seminar tentang lidah buaya gitu kan saya
tertarik lalu saya mengikuti pelatihannya yang di adakan di depok,
Waktu itu tahun 2004 di UI ama dinas kota Depok selama beberapa
hari”.42
Bu Tantri mengikuti pelatihan teknologi budidaya tepat guna yang
diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Depok, Jawa Barat, serta
42
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
49
Universitas Indonesia. Dari sana, Tantri kemudian terinspirasi untuk
memulai usaha pengolahan lidah buaya, khususnya jenis chinensis yang
dapat dikonsumsi dan berpelepah besar. Seperti yang dikatakan oleh Bu
Tantri berikut.
“Karena ada dua jenis utama dari tanaman lidah buaya yaitu lidah
buaya barbadensis miller dan aloe vera chinensis. Kalau barbadensis
miller itu dari Eropa dan biasanya jenis ini banyak permintaan dari
industri kosmetik & farmasi sedangkan aloe vera chinensis dari Asia
diperuntukan menjadi berbagai produk olahan makanan seperti yang
saya budidaya itu jenisnya Cinensis”.43
Setelah itu Bu Tantri menguji Lidah Buaya tersebut yang
bermodalkan 10 kilogram pelepah lidah buaya yang ia beli di pasar kembang.
“....Bu Tantri dulu awalnya penjual minuman Lidah Buaya keliling, kadang
nitip barang dagangannya itu ke warung-warung kecil disekitar Desa....”44,
ungkap Pak Asmawi. Seperti yang dikatakan oleh Bu Tantri:
“Saya olah awalnya di jadiin es mambo lidah buaya, terus saya jualin
ke SD-SD, anak-anak pada seneng kan, saya suruh orang untuk jualin
Ke SD rutin, lalu saya buat olahan seperti minuman nata de coco
dalam bentuk gelas saya pasarin ke masyarakat disini dan responnya
bagus”.45
Pembuatan olahan minuman yang berbahan dasar lidah buaya yang ia
buat pertama adalah es mambo. Es mambo itu kemudian dipasarkan di
sekolah-sekolah
dan
ternyata
laku
keras
dengan
harga
Rp
1.000 per buah.
Dan hasil eksperimennya ini lama-lama membuahkan hasil serta
mendapatkan respon positif dari masyarakat setempat. Maka bu Tantri sendiri
membentuk suatu usaha home industry yang berbasis Lidah Buaya yang
43
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016.
45
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
44
50
dinamai “Tanolavera”. “... Mulai dari situ lah saya mendapatkan hasil yang
cukup Lumayan besar serta memperkerjakan empat karyawan yang
membantu dalam usaha Lidah Buaya ini....”,46 ungkap Bu Tantri. Semakin
berkembangnya usaha yang ia geluti selama beberapa tahun belakangan ini,
Bu Tantri tidak hanya membuat yang berbahan dasar Lidah Buaya ini
menjadi minuman saja tetapi telah mengubah Tanaman ini menjadi Olahan
produk lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Bu Tantri berikut.
“Selain minuman Lidah Buaya saya membuat produk olahan lainnya
seperti Krupuk Libuy (Lidah Buaya), krupuk ini saya inovasi
sedemikian rupa agar bisa diterima ke konsumen seperti saya berikan
bumbu-bumbu pedas, asin bahkan ada yang keju. Dan saya juga
menjual krupuk-krupuk mentah ini yang berbahan dasar Lidah Buaya
yang dikemas dalam plastik, agar penjual juga bisa memasaknya
sendiri di rumah dengan menambahkan varian lainnya”.47
Selain minuman dan krupuk yang Bu Tantri buat ada lagi suatu
produk olahan beliau yang cukup unik yaitu membuat Teh Lidah Buaya.
“....selain produk olahan minuman dan krupuk ini, saya juga membuat teh
celup dari kulit Lidah Buaya, teh celup ini cukup digemari oleh masyarakat
cilodong sendiri....”,48 ungkap Bu Tantri. Produk-produk tersebut merupakan
hasil olahan unggulan yang dan juga unik bagi seorang petani seperti Bu
Tantri, tetapi ini suatu terobosan yang bagus bagi para Petani lainnya untuk
terus mengembangkan usaha pertanian.
Berawal dari modal 10 kilogram lidah buaya yang di produksi hingga
kini setiap bulan beliau mengolah hampir 800 kilogram lidah buaya untuk di
46
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
48
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
47
51
jadikan olahan seperti minuman, krupuk dan Teh yang siap untuk di
pasarkan. Seperti yang dijelaskan oleh Bu Tantri berikut.
“Harga satu cup minuman lidah buaya yang saya jual di pasaran bisa
mencapai dua ribu lima ratus rupiah, perbulan Usaha Bisnis saya ini
bisa memproduksi hingga 500 duz yang per duz nya berisi 24 cup
minuman lidah buaya untuk di supply ke warung-warung kecil sampai
super market besar seperti hypermart dan supermarket besar se
jabodetabek”.49
Dari hasil usaha olahan Lidah Buaya yang sudah meluas ini Bu Tantri
berinisiatif untuk membentuk sebuah kelompok masyarakat petani yang
berbasis Tanaman yang mempunyai nama latin Aloevera ini. Seperti yang
dikatakan Bu Tantri.
“Berawal dari kumpul ibu-ibu disini kan waktu itu hanya berkumpul
bagi para ibu-ibu PKK, lalu saya tuh ada inisiatif ngajak mereka
untuk membentuk kelompok tani Lidah Buaya. yaa lumayan kan selain
menghasil kan juga menambah ilmu bagi mereka”.50
Berawal dari perkumpulan ibu-ibu di desa Cilodong bu Tantri
mempersentasikan tanaman tersebut serta memberikan pelatihan-pelatihan
kepada para ibu-ibu tersebut terhadap tanaman Lidah Buaya untuk di jadikan
barang yang bernilai tinggi.
Dalam Pembinaan tersebut Bu Tantri memberikan beberapa Tanaman
Lidah Buaya kepada Masyarakat Cilodong serta mengajarkan kepada mereka
bagaimana cara berbudi daya lidah Buaya sampai mengolah tanaman ini
menjadi suatu produk yang siap di pasarkan ke masyarakat setempat. Dan
dalam tahapan pembentukan kelompok tersebut Bu Tantri Menjalin Relasi ke
berbagai kelompok petani baik yang berbasis lidah buaya maupun kelompk
Petani Tanaman lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Bu Tantri:
49
50
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
52
“Sebelum pembentukan kelompok saya sudah berkoordinasi dengan
pihak-pihak terkait baik dari pemerintahan setempat maupun dari
kelompok tani lainnya seperti Kelompok Tanaman Hias, Kelompok
Tanaman Belimbing serta kelompok petani se daerah Kota Depok”.51
Maka di tahun 2009 kelompok ini terbentuk dengan nama “Kelompok
Bina Avera” dan diresmikan oleh kelurahan setempat. Serta sampai saat ini
kelompok tersebut beranggotakan 22 orang dengan bimbingan bu Tantri
sebagai Pembina kelompok di wilayah Cilodong.
C. Visi dan Misi Kelompok Tani Bina Avera
1. Visi Kelompok Bina Avera.
Menjadikan kelompok tani yang bermanfaat dalam membangun potensi
masyarakat serta berkontribusi guna menumbuhkan ketrampilan dalam
bidang pertanian yang produktif dan inovatif.
2. Misi Kelompok Bina Avera
a. Meningkatkan penghasilan anggota Kelompok
b. Memupuk kerjasama dan kekompakan antar anggota kelompok
c. Meningkatkan Produktivitas budidaya lidah buaya dari anggota
kelompok
d. Meningkatkan keterampilan budidaya dan berwirausaha dari anggota
kelompok52
51
52
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
Proposal kelompok tani Bina Avera, Depok, 30 Maret 2016, h. 11
53
D. Daftar Pengurus / Anggota Kelompok Tani Bina Avera
Berikut adalah susunan para anggota kelompok tani Bina Avera yang
terdiri dari:53
Ketua
: Tanti Guntari
Sekretaris
: Dewi Utari
Bendahara
: Hj Manih Ferdiana
Anggota
:
1.
H. Asmawi Buchori
11. Sri Susanti
2.
Wiyah Sanawiyah
12. Purwiyati
3.
Atminingsih
13. Saemah
4.
Pardi
14. Marja Subarkah
5.
Elly Saini
15. Siti Aisyah
6.
Rimin
16. Anah
7.
Tinoh
17. Hayati
8.
Anar
18. Neman
9.
Yahya
19. Karpasih
10. Muhayar
53
20. Bahrudin
Proposal kelompok tani Bina Avera, Depok, 30 Maret 2016, h. 15
54
E. Dari Pengusaha Lidah Buaya sampai Kelompok Tani Bina Avera
Sosok Bu Tantri ialah salah satu wanita inspiratif yang patut untuk
dicontoh dan diteladani. Tetapi tidak hanya dilihat ketika Bu Tantri sukses
saja tetapi pas beliau dari bawah lah juga harus diikuti bagaimana proses dia
menjadi seperti sekarang ini. Seperti yang dikatakan Bu Tantri:
“Saya tuh dulu hanya karyawan swasta di salah satu perusahan
asing, waktu itu ada seminar tentang lidah buaya gitu kan saya
tertarik lalu saya mengikuti pelatihannya yang di adakan di depok,
Waktu itu tahun 2004 di UI ama dinas kota Depok selama beberapa
hari”.54
Ketertarikannya tersebut membawa berkah tersendiri bagi Bu Tantri,
karena dari situ lah cikal bakal Bu Tantri dalam meraih kesuksesan.
“....berapa kali saya gagal dalam bereksperimen pada tanaman Lidah Buaya
ini, tak sedikit juga saya menghabiskan dana sendiri dalam percobaan saya
waktu itu.....”55. Hampir seluruh hidupnya ia fokuskan dalam usaha nya ini
dan akhirnya membuahkan hasil. Seperti yang dikatakan Bu Tantri berikut.
“Sekitar waktu tahun 2005 saya membuat produk pertama saya yaitu
Es Mambo Lidah Buaya, dan saya jajakin ke orang-orang supaya
dapat hasil yang memuaskan terutama para anak SD ya namanya
juga anak-anak pasti suka sama Es”.56
Ketika mendapat respon yang positif dari masyarakat, Bu Tantri tidak
puas dengan hasil yang di dapat segitu-segitu saja. Lalu Bu Tantri mengkreasi
kan dengan berinovasi dari bahan dasar Lidah Buaya, seperti krupuk dan Teh
akhirnya hasilnya pun sangat di terima khalayak banyak dari warga setempat.
Seperti yang dikatakan Bu Tantri:
54
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
56
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
55
55
“Pada tahun 2007 saya meresmikan usaha Home Industri Lidah
Buaya, yang saya namakan Tanolavera. Tanolavera itu sendiri
singkatan dari Tantri dan aloevera, karena nama saya Tantri
sedangkan aloevera itu nama latin dari Lidah Buaya. tahun 2008 saya
baru memperluas usaha saya dengan menjual tanaman hias lainnya
seperti anggrek, kaktus, sampai kamboja jepang karena disini belum
ada yang menjual tanaman hias seperti itu”.57
Pada periode ini Bu Tantri sudah meresmikan serta memperbesar
Usaha nya dengan menjual hasil tanaman yang ia kembangkan seperti
anggrek, kaktus, kamboja, bahkan waktu saya kesana pun sudah banyak
tanaman lainnya yang juga Bu Tantri jual ada bunga Lavender, Lotus, Teratai
dan banyak lagi yang lainnya.
Tetapi kesuksesan Bu Tantri ini ingin sekali dia bagikan kepada
masyarakat setempat, khususnya bagi warga Cilodong. Lalu dia mulai
mempersentasikan kepada warga sekitar, awalnya hanya menjelaskan
beberapa manfaat dari isi kandungan dari tanaman Lidah Buaya itu sendiri
sampai peluang tanaman ini di kalangan masyarakat. Akhirnya warga
setempat tertarik dan ikut berpartisipasi dalam mendirikan kelompok tani
Bina Avera ini. Seperti yang dikatakan Bu Tantri.
“Karena saya ada keinginan untuk mengajak para warga sekitar
untuk ikut membudidayakan Lidah Buaya. jika kita explore hasil
Lidah Buaya itu sendiri, ini akan menjadi suatu barang yang bernilai
tinggi. Dan lagi ada beberapa petani Lidah Buaya disini yang perlu
untuk diberdayakan”.58
Seperti yang dikatakan Pak Asmawi.
“Memang benar de, kelompok Bina Avera ini terbentuk pada tahun
2009. Karena beberapa dari kami sebagai petani Lidah Buaya juga
ingin mengembangkan usaha kami seperti yang dialami oleh Bu
57
58
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
56
Tantri. lalu kami sepakat untuk membentuk suatu kelompok yang
bernama Bina Avera”.59
Ketika sudah terbentuk Bu Tantri pun langsung mengajak para
anggota nya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas
Pertanian Kota Depok seperti yang dialami oleh Bu Tantri sendiri ketika
waktu pertama kali mengenal Lidah Buaya ini. Seperti yang dikatakan oleh
BuTantri.
“Pada awal terbentuknya kelompok saya langsung mengajak para
anggota saya untuk mengikuti program pelatihan yang diadakan
Dinas Pertanian Kota Depok tahun 2009. Agar mereka paham dengan
tanaman Lidah Buaya dan ini juga menjadi kegiatan tahunan bagi
program Kota Depok, sama saya juga waktu itu kenal Lidah Buaya
dari Dinas Pertanian Depok.”60
Ini menandakan bahwa sosok Bu Tantri di Desa Cilodong itu
mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat setempat.
Khusunya bagi perubahan sosial masyarakat Cilodong, dari awalya mereka
tidak mengetahui adanya kegiatan seperti itu jadi mereka tahu peran-peran
dari pemerintah salah satunya melalui pelatihan kegiatan dari Dinas Pertanian
Depok.
Selain dari Dinas Pemerintahan dari Institusi lainnya juga mengetahui
sosok Bu Tantri yaitu Universitas Indonesia Depok. Bu Tantri pernah mengisi
seminar dan diundang menjadi narasumber oleh pihak Universitas Indonesia
tentang Pemanfaatan Lidah Buaya bagi kesehatan. Tak jarang juga Bu Tantri
dipanggil untuk menjadi dosen tamu di beberapa Universitas di Tanah air.
Seperti yang dikatakan oleh Bu Tantri:
59
60
Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016.
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
57
“Tahun 2010 saya waktu itu pernah ngisi seminar kampus di UI
Depok tentang pemanfaatan Lidah Buaya Bagi Kesehatan dan waktu
itu saya mengajak para anggota saya buat ikut berpartisipasi juga
dalam pelaksaan acara seminar itu. Semenjak itu saya sering
diundang jadi Dosen tamu di IPB, UI, sampai UNBRAW juga saya
juga pernah diundang menjadi Dosen tamu disana”.61
Di tahun 2011 Bu Tantri menjalin hubungan kerja sama dengan
KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) di Kota Depok. Atas keberhasilan
Bu Tantri dibidang pertanian, serta aktif di Organisasi di Kelompok Tani
Nelayan Andalan. KTNA pun langsung memilih Bu Tantri sebagai Ketua
KTNA di Kecamatan Cilodong. “.....saya di percaya oleh KTNA (Kelompok
Tani Nelayan Andalan) Depok untuk menjabat sebagai ketua KTNA khusus di
kecamatan cilodong....”. ini adalah suatu Prestasi yang membanggakan bagi
kelompok tani Bina Avera khususnya bagi Bu Tantri sendiri. Seperti yang
dikatakan oleh Bang Yunus selaku anggota KTNA di Kecamatan Cilodong:
“Iya Benar, Bu Tantri menjabat sebagai ketua di KTNA Cilodong dari
periode 2014 dan masih di percaya untuk menjadi Ketua KTNA
Cilodong sampai sekarang. Soalnya di bawah kepemimpinannya
KTNA Cilodong menjadi lebih hidup di banding sebelumnya”.62
Di akhir tahun 2014 Bu Tantri meresmikan dengan membuka kebun
lidah buayanya di Cilodong, Depok, seluas 2.000 meter persegi, menjadi
kebun edukasi yang terbuka untuk siapa pun yang ingin berkunjung. Seperti
yang dikatakan oleh Bu Tantri.
“Kebun itu diharapkan mampu membuka wawasan bagi siapa pun,
termasuk anak-anak jika ingin mengenal lebih jauh tentang tanaman
ini. Dan juga memberitahukan bahwa lidah buaya bukan sekadar
tanaman hias, tetapi juga sangat bermanfaat bagi kehidupan seharihari”.63
61
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
Wawancara dengan Mahmud Yunus, Depok, 30 Maret 2016.
63
Wawancara dengan Tantri Guntari, Depok, 30 Maret 2016.
62
58
Perjalanan kehidupan yang dilalui Bu Tantri dari awal sampai sukses
sekarang ini membuat penulis menjadi termotivasi. Karena beliau lah yang
membuat masyarakat Cilodong menjadi sedikit lebih maju dan sejahtera.
Bukan tidak mungkin sosok nya Bu Tantri akan selalu dihormati dan
dikenang bagi masyarakat Luas khususnya di wilayah Cilodong Depok.
F. Pertanian Kecamatan Cilodong Depok
Kecamatan Cilodong sebenarnya salah satu kecamatan di Kota Depok
yang tidak berpotensi dalam bidang pertanian. Hal tersebut dapat terlihat dari
produksi tanaman yang dihasilkan dari Kecamatan Cilodong, seperti padi
sawah. Setiap tahunnya hasil produksi dan luas panennya semakin berkurang
dikarenakan banyak terjadi alih fungsi lahan yang sebelumnya dari lahan
pertanian berubah menjadi pemukimanan, hal ini yang menyebabkan
kelompok-kelompok pertanian yang berada di desa Cilodong itu mengalami
penurunan di beberapa komoditi.64
64
Tata Djumantara, “Statistik Daerah Kecamatan Cilodong 2015” (Depok: BPS Kota
Depok, 2015), h. 24
59
Gambar 2.
Grafik Jumlah Produksi Tanaman Pertanian di Cilodong Depok Tahun 2015
6
5
4
2015
3
2014
2
2013
1
2013
2014
0
Jatimulya
Kalibaru
2015
Sukamaju
Cilodong
sumber:Statistik Daerah Kecamatan Cilodong 2015
Seperti yang tertera dalam grafik diatas di wilayah kecamatan
Cilodong juga masih ditemukan beberapa lahan pertanian yang memproduksi
selain tanaman lidah buaya seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang
tanah. Disamping itu, berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2015
ditemukan bahwa produktifitas tanaman Pertanian juga semakin berkurang,
hal ini juga disebabkan sudah beralih fungsinya lahan pertanian menjadi
lahan perumahan.
Diharapkan kedepannya pemerintah memberikan program-program
yang terkait dalam pengembangan kualitas produksi pertanian dan bisa
meningkatkan kesejahteraan para petani agar lebih meningkat lagi dari tahun
sebelumnya. Sehingga tidak terjadi lagi perubahan konversi lahan pertanian
menjadi
lahan
pemukiman
karena
para
petani
semakin
menurun
produktifitasnya dan melihat disektor pertanian kedepannya tidak menjamin
60
untuk kelangsungan hidup para petani. Dan ini merupakan salah satu
pekerjaan rumah untuk kita bersama, agar terjadi kesinambungan dari
produktifitas petani kedepanya menjadi lebih baik lagi.65 Berikut daftar
kelompok-kelompok yang berada di Cilodong Depok:
Tabel 4
Database Holtikultura kelompok Petani di Kecamatan Cilodong
Kelurahan
Nama Kelompok
Jatimulya
Poktan Cinta Tani 1
Poktan Cinta Tani 2
Cilodong
Sukamaju
Alamat
Kelompok
Komoditas
Kp. Sawah
Padi, Jambu Biji,
Sayuran
Jatimulya
Padi, Jambu Biji,
Sayuran
Lidah Buaya,
Olahan Hasil
Pertanian Lidah
Buaya
Poktan Bina Avera
Cilodong
Poktan Lestari
Mandiri
Cilodong Rt.
01/06
Sayuran
KWT Lotuse
Komplek Tirta
Mandala Rt.02/04
Sayuran
sumber: Dinas Pertanian dan perikanan pemerintah kota Depok, 2015
Menurut Widyati Riyandani Plt.Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan
Depok:
“Tanaman lidah buaya jika dibudidayakan dengan baik, maka
tanaman yang tumbuh subur di udara lembab tersebut dapat
memberikan keuntungan bagi para petani. Selain banyak manfaatnya
65
Tata Djumantara, “Statistik Daerah Kecamatan Cilodong 2015” (Depok: BPS Kota
Depok, 2015), h. 28
61
untuk kesehatan, tanaman tersebut juga bisa memberikan pendapatan
yang baik bagi petaninya”.66
Ini membuktikan bahwa pembudidayaan tanaman lidah buaya cukup
memberikan peran besar terhadap perkembangan pertanian di Kota Depok
khususnya masyarakat Petani di Cilodong.
G. Tanaman Lidah Buaya
Lidah buaya adalah satu-satunya tanaman di dunia yang secara alami
mengandung vitamin B 12. Dan juga sebagai tanaman yang di sebut
“tanaman keabadian” oleh bangsa mesir, karena gambar lidah buaya juga
ditemukan di situs makam Raja-Raja Mesir dahulu.
1. Sejarah Pemanfaatan Lidah Buaya
Al-Kindi seorang filsuf, Dokter, dan ilmuwan Arab abad ke 9
menyatakan bahwa lidah buaya manjur untuk mengobati sakit akibat
radang, borok pada mata, dan masalah kesehatan lain. Di tambahkan, lidah
buaya di gunakan masyrakat Iran sebagai pencahar, sementara di Mesir
sebagai detersive untuk membersihkan sistem pencernaan dan membasmi
racun pada tubuh. Setelah itu pemanfaatan lidah buaya makin meluas, di
abad 16-17 tanaman lidah buaya di kembangkan secara komersial di
Pulau Barbados, Karibia, oleh bangsa Spanyol dan oleh petani Belanda di
Pulau Curacao. Dan hasilnya di ekspor ke seluruh Eropa. Pada tahun 1720,
untuk kali pertama tanaman lidah buaya di beri nama Aloe Vera oleh Carl
66
Pemerintah Kota Depok, “Aloevera potensi unggulan lain kota Depok”, artikel di akses
pada tanggal 24 januari 2016 dari http://www.depok.go.id/31/03/2011/01-berita-depok/aloeverapotensi-unggulan-lain-kota-depok
62
Von Linne. Dan secara resmi tanaman ini di publikasikan oleh para Dokter
sebagai tanaman obat untuk pelindung kulit oleh Badan Farmasi Amerika
Serikat (USP). Lalu di abad 19 barulah tanaman ini di budidayakan di
seluruh dunia sebagai tanaman obat dan untuk kepentingan Komersil. 67
2. Tanaman Lidah Buaya di Indonesia
Sejalan perkembangan pengetahuan dan teknologi, lidah buaya
(dari jenis Aloe barbadensis Milleer) dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri farmasi dan kosmetik, serta sebagai bahan makanan dan minuman
kesehatan. Secara umum, lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis
tanaman terlaris di dunia yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
tanaman obat dan bahan baku industri.
Mengutip data dari artikel femina68 tentang Lidah buaya, tanaman
ini kaya kandungan zat seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin,
polisakarida, dan komponen lain yang bermanfaat bagi kesehatan. Selain
itu, juga menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes,
mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi kekebalan tubuh terhadap
serangan penyakit kanker.
Tak cuma negara-negara di Eropa, Amerika dan Australia,
Indonesia pun sudah sejak lama memanfaatkan lidah buaya. Pontianak di
Kalimantan Barat misalnya, sejak tempo doeloe dikenal sebagai kota
penghasil olahan lidah buaya. Di pinggiran kota ini, ladang-ladang lidah
67
Rostita, Sehat, Cantik, dan penuh Vitalitas berkat Lidah Buaya (Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2008), h. 12
68
Gaya hidup masa kini Femina. “Trend Lidah Buaya.” Artikel di akses pada tanggal 10
April 2016 dari http://www.femina.co.id/article/lidah-buaya
63
buaya menghampar. Di pasar-pasar ataupun kios pinggir jalan, penjual es
lidah buaya merupakan komoditas yang mudah ditemukan. Bahkan ada
juga pusat penelitian dan pengembangan lidah buaya, lengkap dengan
pabrik pengaleng dan toko ragam produk camilan dari lidah buaya. Tak
hanya di Pontianak kalimantan saja trend Lidah Buaya menjadi hangat di
perbincangkan, tetapi ada juga di Palembang dan Depok yang sudah
menghasilkan tanaman yang bernama Latin Aloe Vera ini untuk dijadikan
barang komersil.
3. Penyakit-penyakit yang bisa di obati dengan Lidah Buaya
Selain Lidah Buaya bisa dijadikan tanaman hias di pekarangan
rumah, tanaman ini bisa juga di jadikan obat. Hampir semua orang
mengetahui bahwa Tanaman Lidah Buaya bisa menyembuhkan segala
penyakit yang di derita manusia, penyakit-penyakit tersebut antara lain:69
 Batuk yang membandel
 Diabetes
 Radang tenggorokan
 Kadar kolestrol tinggi
 Infeksi lambung dan usus
 Sakit otot sendi
 Menurunkan kadar kolestrol dan kadar lemak
 Menurunkan kadar gula dalam darah
69
Rostita, Sehat, Cantik, dan penuh Vitalitas berkat Lidah Buaya (Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2008), h. 24-25
64
 Mengatasi obesitas
 Ambeien
 Rematik
 Kencing manis
 Buang air kecil berdarah
 Hipertensi
 Batu empedu
 Muntah darah
 Pusing
 Radang usus dan lambung
 Amandel
 Radang gusi
 Haid tidak lancar
 Nyeri saraf
 Mabuk kendaraan
 Luka dalam dan luar
 Aids
 Kanker
 Menjaga stamina pada orang lanjut usia dan membuat tubuh lebih
segar, dan lain-lain.
BAB IV
ANALISIS HASIL TEMUAN LAPANGAN
A. Pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera
Kelompok Tani Bina Avera Desa Cilodong merupakan wadah atau
tempat berpadunya kesadaran yang tumbuh dari bawah (petani) untuk bersatu
dan bekerja keras meraih kesejahteraannya. Kelompok Tani Bina Avera ini
adalah menjadi salah satu asset pembangunan SDM pertanian di desa
Cilodong, Kecamatan Cilodong, Kota Depok. Kelompok tani yang diketuai
oleh Tantri Guntari ini berdiri sejak Tahun 2009, ia menyadari betul bahwa
masih membutuhkan bimbingan dari para pelaku Petani Lidah Buaya lainnya.
kelompok tani ini sendiri sudah lama memproklamirkan diri sebagai
kelompok tani Lidah Buaya. Dalam pelaksanaannya, kelompok tani ini
menghadapi beberapa kendala baik dari perseorangan maupun dari kelompok.
Meskipun begitu, kelompok tani Bina Avera ini telah memberdayakan
masyarakat kota Depok dari aspek sosial, ekonomi serta budaya. Dalam
menjabarkan proses pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera, peneliti
membagi ke dalam dua hal yaitu, strategi dan tahapan pemberdayaan
Kelompok Tani Bina Avera.
1.
Strategi Pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera
Strategi pemberdayaan Mezzo seperti yang dijelaskan oleh Suharto
(2005) ialah pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok
sebagai media intervensi. Adapun strategi yang digunakan oleh
65
66
Kelompok Tani Bina Avera dalam memberdayakat Masyarakat Tani
Lidah Buaya Cilodong Depok adalah sebagai berikut:
a.
Strategi Pemberdayaan melalui Pertemuan Kelompok
Kelompok tani Bina Avera memiliki kegiatan pertemuan rutin
setiap satu bulan sekali. Pertemuan rutin yang diadakan merupakan
kegiatan yang berkelanjutan. Pihak-pihak yang turut hadir dalam
pertemuan rutin setiap bulan tersebut meliputi ketua kelompok tani,
pengurus, dan anggota tetap. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Pak
Asmawi.
“Pertemuan setiap bulan, para anggota kelompok tani harus hadir
disetiap pertemuan untuk melakukan diskusi kegiatan kelompok, yang
pertama membahas kebutuhan kelompok tani. Seperti pupuk, obatobatan. Terus ditunjang kalo musim kemarau, itu seksi pengairan,
menginformasikan kalo saluran kotor segera dibersihkan”.70
Untuk komoditas Lidah Buaya, Bu Tantri selalu hadir dalam
pertemuan, memberikan saran atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh anggota kelompok tani yang ingin bertanya seputar pertanian Lidah
Buaya. Hal ini dikatakan oleh Pak Muhayar.
“Kalo Lidah Buaya, Bu Tantri memberitahu semua masalah teknik
budidayanya. Bu Tantri memberikan solusi kepada petani Lidah Buaya,
kalo masalahnya ini obatnya ini. Sebagai petani disamping itu kan kita
perlu belajar. Itulah gunanya diadakan pertemuan rutin bulanan di
kelompok ini”.71
Menurut hasil penelitian, adanya pertemuan rutin mampu
memberikan pengetahuan kepada anggota petani mengenai cara bertanam
Lidah Buaya. Seperti mengatasi permasalahan dalam bertani serta
70
71
Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016.
Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016.
67
penanganan hama-hama yang mengganggu tumbuh kembangnya
tanaman Lidah Buaya. Sehingga kegiatan keseharian para petani dalam
bertanam Lidah Buaya mengalami perubahan yang lebih baik dan secara
tidak langsung mempengaruhi produktivitas SDM mereka.
b.
Strategi Pemberdayaan melalui Praktik di Lapangan
Kelompok Tani Bina Avera tak lepas dari kegiatan langsung di
lapangan, untuk mengetahui bagaimana proses masalah yang terjadi dan
mengetahui bagaimana cara mengatasi polemik dalam Pertanian Lidah
Buaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai informan dapat
diketahui usaha pemberdayaan yang dilakukan oleh kelompok tani Bina
Avera. Seperti yang dikatakan oleh Bu Tantri.
“Kegiatan yang pertama seperti gotong royong, membersihkan selokanselokan. Irigasi lah di lahan pertanian lidah buaya. Yang kedua
bilamana media tanah rusak bisa diperbaiki sendiri. Terus membuat
bedengan, gotong royong urunan (iuran). Kalo iuran tidak mesti,
bilamana ada keperluan musyawarah dan dibantu kas kelompok tani,
kemudian kegiatan lainnya seperti perbaikan dam”.72
Dapat diketahui penuturan dari informan bahwa pemberdayaan
yang dilakukan kelompok tani Bina Avera yaitu mengadakan kegiatan
gotong royong oleh anggota kelompok tani. Dalam gotong royong
tersebut termasuk membersihkan irigasi, adanya membuat mediasi tanah.
Adanya kegiatan gotong royong diarahkan pada pemberdayaan tingkat
psikologis-masyarakat yang memiliki arti menumbuhkan masyarakat
untuk memiliki rasa gotong royong tinggi rasa memiliki, mutual trust.
72
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
68
Pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera melalui kegiatan
seperti membangun irigasi akan menggunakan dana kas kelompok tani
dan apabila memerlukan biaya yang cukup banyak maka menggunakan
iuran dari anggota.
Selain itu, seperti yang disampaikan oleh Bu Tantri, pemerintah
pernah memberikan bantuan kepada kelompok tani Bina Avera berupa
sarana produksi sumur bor. Sumur bor dibuat dengan bantuan alat bor
untuk mencapai kedalaman sumur yang cukup sehingga akan bertemu
dengan sumber air dalam tanah.
Adanya bantuan sarana tersebut mampu membantu memenuhi
sistem irigasi para anggota dengan harga lebih rendah dibanding membeli
pengairan pada petani lain yang menyediakan pengairan. Sebagaimana
diungkapkan oleh Bu Tantri.
“Sampai saat ini sudah dikasih sumur bor kok, Untuk mengairi tanaman
Lidah buaya, karena waktu itu pernah kemarau berkepanjangan, jadi
untuk masalah pengairan kita membutuhkan air yang banyak dan sumur
bor tersebut sangat membantu untuk mengairi tanaman lidah buaya yang
kita tanam di lahan”.73
Menurut hasil penelitian penulis dengan adanya program praktik
di lapangan mampu membuat para anggota kelompok tani menjadi lebih
bersatu dan kompak dalam kerjasama atau menjalani program-program
yang telah direncanakan. Selain itu faktor eksternal juga meringankan
Kelompok Tani Bina Avera ini, seperti Pemberian bantuan dari
pemerintah berupa sumur bor yang mampu memberikan kemudahan
dalam penyediaan sarana yang dibutuhkan oleh para petani. Hal-hal
73
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
69
seperti itu sangat diperlukan dalam keberlangsungan kegiatan-kegiatan
pertanian Lidah Buaya para anggota Kelompok Tani Bina Avera menjadi
lebih baik.
2.
Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Tani Bina Avera
Tahapan-tahapan pemberdayaan adalah salah satu yang terpenting
dalam pemberdayaan yang berbasis masyarakat. Oleh karena Kelompok
Tani Bina Avera melakukan tahapan-tahapan pemberdayaan Masyarakat
Tani sebagai berikut:
a.
Tahap persiapan (Engagement)
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Suharto (2005) bahwa proses
yang dilakukan pada tahap engagement adalah dengan melakukan
persiapan petugas dan persiapan lapangan. Pada tahap persiapan ini
meliputi sekurangnya dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu:

Pada tahap penyiapan petugas ini, agen perubahan yaitu Bu Tantri
yang
telah
mempersatukan
pandangan
bersama
anggota
kelompoknya, supaya terjadi keselarasan dalam melakukan program
pemberdayaan Masyarakat Tani Cilodong. Seperti hal yang
dikatakan Bu Tantri.
“Berawal dari kumpul ibu-ibu disini kan waktu itu hanya berkumpul
bagi para ibu-ibu PKK, lalu saya tuh ngajak mereka untuk
membentuk kelompok tani Lidah Buaya. Dengan ilmu yang saya
miliki, saya ada keinginan untuk memberdayakan masyarakat Tani
Cilodong agar supaya ada perubahan terhadap kesejahteraan
mereka. yaa lumayan kan selain menghasil kan juga menambah ilmu
bagi mereka”.74
Seperti hal yang dikatakan Pak Asmawi:
74
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
70
“Sebenernya pada ikut-ikutan de orang-orang disini, ngeliat bu
Tantri sukses jadi pengen ikutan kaya bu Tantri gitu nanem lidah
buaya. Dan kami akhirnya membentuk sebuah kelompok Tani Bina
Avera yang diketuai langsung oleh Bu Tantri, sekertarisnya Bu Dewi
dan Bendaharanya Bu Manih sisanya menjadi anggota”.75

Tahap penyiapan lapangan dimana petugas pada awalnya melakukan
studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik
dilakukan secara informal maupun formal. Bu Tantri menganggap
bahwa masyarakat Cilodong perlu untuk diberdayakan melalui Lidah
Buaya. Selain itu informasi yang telah didapat oleh Bu Tantri
mengenai manfaat Lidah Buaya juga menjadi salah satu kesiapan Bu
Tantri sebagai petugas dalam melakukan pemberdayaan tersebut.
Seperti yang di katakan Bu Tantri.
“Saya ada keinginan untuk mengajak para warga sekitar untuk ikut
membudidayakan Lidah Buaya. jika kita explore hasil Lidah Buaya
itu sendiri, ini akan menjadi suatu barang yang bernilai tinggi. Saya
tahu informasi tersebut sejak saya mengikuti pelatihan yang
diadakan Dinas Pertanian Kota Depok mengenai manfaat Lidah
Buaya. Dan lagi ada beberapa petani Lidah Buaya disini yang perlu
untuk diberdayakan”.76
Dari hasil pengamatan77 ini menunjukan bahwa terbentuknya
kelompok berawal dari para perkumpulan ibu-ibu di Desa Cilodong. Dan
juga ada hal yang memotivasi para warga untuk terjun usaha bisnis lidah
buaya. Sedangkan Ibu Tantri menganggap bahwa masyarakat tani lidah
buaya di sekitar perlu di berdayakan, karena jika tanaman lidah buaya ini
di kelola dengan baik bisa meningkatkan tanaman lidah buaya yang
berkualitas.
75
Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016.
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
77
Observasi Peneliti terhadap Kelompok Tani Bina Avera pada tanggal 30 Maret 2016.
76
71
b.
Tahap Pengkajian (Assessment)
Proses pengkajian atau mengidentifikasi masalah yang dilakukan
disini dapat dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat.
Pada tahap ini, Bu Tantri sebagai agen perubahan berusaha
mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber
daya yang dimiliki para anggota kelompok Tani Bina Avera. Seperti
yang dikatakan Bu Tantri.
“Para anggota mayoritas banyak yang belum tahu bagaimana cara
budidaya lidah buaya, bibit lidah buaya seperti apa yang bagus, media
tanah juga, lalu pupuk nya yang bagus itu dari kotoran apa, dan
sebagainya. Tetapi ada juga anggota kelompok yang sudah paham
dengan tanaman ini”.78
Sama hal yang dikatakan Bu Manih:
“Kami tuh belum sangat paham tentang tanaman lidah buaya ini, dan bu
Tantri menjelaskan kepada kami para anggota sampai mengerti. Dulu itu
saya nanem lidah buaya sampai ada yang layu bahkan ada yang mati
karena waktu itu gak dikasih pupuk makanya sampai ada yang mati”.79
Berbeda dengan Pak Muhayar yang mengatakan:
“Saya itu selalu mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
kelompok, karena itu penting bagi kelangsungan budidaya lidah buaya
yang saya tanam, seperti halnya di musim kering kan tanaman ini harus
terkena air yang cukup tak jarang juga kalau musim kemarau banyak
tanaman yang mati, jadi kami membeli mesin pompa air agar mudah
melakukan penyiraman”.80
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa pada tahap ini kelompok
tani Bina Avera melakukan identifikasi masalah dan kebutuhan yang
dirasakan oleh anggota kelompok tani dan juga sumber daya yang
dimiliki kelompok tani. Dalam tahap ini masyarakat tani sudah terlibat
78
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
Wawancara pribadi dengan Manih Ferdiana, Depok, 18 April 2016.
80
Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016.
79
72
secara aktif dan langsung agar mereka merasakan sendiri bahwa
permasalahan yang ada benar-benar bisa di atasi.
Sistem
mengumpulkan
pelaksanaannya
semua
dalam
anggota
tahap ini,
untuk
kelompok
membicarakan
tani
dan
memprediksikan kebutuhan-kebutuhan kelompok tani, seperti kebutuhan
akan transformasi teknologi pertanian, pupuk dan bibit.
c.
Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan (Designing)
Pada tahap ini, Bu Tantri sebagai agen perubahan secara
partisipatif mencoba melibatkan anggota kelompok nya untuk berfikir
tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
Dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada pada Kelompok
diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan
yang dapat mereka lakukan. Seperti yang dikatakan oleh Bu Tantri.
“Awalnya saya hanya memberikan kepada para anggota yaitu lima bibit
untuk setiap anggota, dari situ banyak yang mati terus bilang ke saya,
“kok bu tanaman saya pada mati yaa?” dari situ lah saya merencanakan
kegiatan kelompok bersama para anggota agar mereka semua paham
tentang Budidaya Lidah Buaya”.81
Dari hasil pengamatan peneliti82 pada tahap ini kelompok tani
Bina Avera melibatkan para anggotanya dalam memikirkan masalahmasalah yang dihadapinya dan mencari pemecahan masalah yang tepat.
Dalam pemecahan atau mengatasi masalah disini diharapkan menjadi
dasar dari kegiatan yang akan dilaksanakan Kelompok Tani Bina Avera.
Rencana kegiatan tersebut harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi
81
82
2016.
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
Observasi Peneliti terhadap Permasalahan Kelompok Tani Bina Avera, tanggal 12 April
73
dilapangan, serta harus disesuaikan dengan tujuan yang bermanfaat bagi
anggotanya.
d.
Tahap Performulasian Rencana Aksi (Implementasi)
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling
penting dalam program pemberdayaan masyarakat. Bu Tantri dan
anggota kelompok Bina Avera sudah merencanakan beberapa kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh kelompok. Kegiatan yang direncanakan
tersebut seperti pertemuan rutin kelompok di minggu pertama setiap
bulan, pelatihan untuk meningkatkan edukasi, melakukan kegiatan usaha
kelompok, peningkatan kelompok tani lidah buaya dengan kelompok
lainnya. Hal ini dinyatakan oleh Bu Tantri.
“Ya seperti kelompok tani biasa pada umunya, kegiatan kami yaitu
Pertemuan rutin anggota kelompok tani yang dilaksanakan tiap minggu
pertama tiap bulannya, Melaksanakan pelatihan-pelatihan pertanian,
Melakukan kegiatan usaha kelompok, Berkoordinasi dengan kelompok
lain dalam peningkatan sesama kelompok tani lidah buaya, Menerima
kunjungan Mahasiswa-mahasiswi untuk melakukan penelitian. Sudah
banyak mahasiwa seperti kamu penelitian disini, ada anak IPB, UI, ada
yang dari brawijaya malang juga dll”.83
Dari hasil pengamatan peneliti84, pada tahap ini pengurus
Kelompok Tani Bina Avera dan anggotanya melaksanakan kegiatan yang
sudah direncanakan sebelumnya, karena tahap ini paling penting dalam
pengembangan
masayarakat
kelompok
tani.
Walaupun
biasanya
perencanaan kegiatan telah disusun dengan baik bisa saja menemui
kendala atau hambatan bila tidak ada kerjasama dengan baik antar
pengurus kelompok tani dan anggotanya. Hambatan tersebut seperti
83
84
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
Observasi Peneliti terhadap cara membudidayakan lidah buaya, 27 April 2016
74
kurangnya konsistensi dari anggota kelompok tani dan kas keuangan
kelompok yang tidak berjalan dengan lancar. Hal ini dikemukakan oleh
Bu Tantri.
“Yang paling saya tidak suka dari para anggota kelompok itu tidak
adanya konsisten dari mereka, misalkan sudah kita sepakati kalau
pertemuan mingguan untuk hadir, tapinya banyak yang gak hadir.
Alasannya banyak entah itu mengurusi rumah, atau apalah itu. Dan lagi
kalau untuk bayar iuran khas kelompok dari hasil penjualan masingmasing anggota itu dikenakan dua setengah persen intinya untuk
kegiatan amal dan juga kebutuhan kelompok, tetapi banyak yang gak
bayar”.85
e.
Tahap Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari anggota kelompok dan
Bu Tantri terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang
berjalan sebaiknya di lakukan dengan melibatkan kelompok. pada tahap
ini Bu Tantri sudah melibatkan para anggotanya dalam melakukan
pengawasan secara internal agar kegiatan ke depannya berjalan dengan
lebih baik dari sebelumnya. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan
akan dapat membentuk suatu program dalam kelompok yang lebih
mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Seperti yang
dikatakan Bu Tantri.
“Waktu dulu masih fresh nya kelompok kami para anggota setiap ada
permasalahan pasti di bicarakan, dari masalah sepele sampai yang
rumit disetiap para anggota terus bagaimana ini bisa terjadi sampai kita
menyikapinya itu seperti apa, itu ada dulu dalam rangka pertemuan
mingguan kelompok”.86
Dari hasil wawancara peneliti, pada tahap ini tim kelompok tani
Bina Avera dan para anggotanya harus mengadakan evaluasi internal
85
86
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
75
terhadap usaha tani yang mereka lakukan agar dalam jangka panjang para
petani mampu mengembangkan potensi dan sumber daya yang ada untuk
mengatasi masalah dan mengembangkan usaha taninya agar meraka
mampu menjadi petani yang lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber
daya yang ada.
f.
Tahap Terminasi (Disengagement)
Sampai saat ini Kelompok Tani Bina Avera sedang dalam tahap
terminasi. Ada beberapa anggota yang sudah keluar dari kelompok Lidah
Buaya di Cilodong ini karena ada yang ingin membuka rumah industri
sendiri seperti Bu Tantri dan ada juga yang sudah bisa menjalankan
usaha sendiri. namun walaupun sudah tidak menjadi anggota Kelompok
Tani Bina Avera Bu Tantri tetep bersedia menolong mereka dan
memberikan informasi seputar tentang Lidah Buaya. Seperti yang di
katakan oleh Pak Muhayar:
“Saya sudah tidak ikut lagi pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh
kelompok tani Bina Avera karena saya udah bisa menerapkan sendiri di
sawah. Tapi terkadang jika saya mengalami kesulitan di sawah, saya
tetap meminta bantuan kepada lainnya, termasuk Bu Tantri sendiri”.87
Sama halnya dengan Bu Manih katakan yaitu:
“Karena pertemuan-pertemuan dengan kelompok sudah jarang jadi
melakukan budidaya tanaman lidah buaya ini sendiri, saya juga sudah
menguasai ilmu-ilmu yang sudah diberikan kelompok, tinggal saya
kembangkan lagi nantinya tetapi komunikasi kita tetap berjalan dengan
yang lainnya”.88
87
88
Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016.
Wawancara pribadi dengan Manih Ferdiana, Depok, 18 April 2016.
76
Seperti yang dikatakan Pak Asmawi:
“Saya ini lagi mencari-cari pabrik di banten sampe bekasi, untuk hasil
olahan lidah buaya yang saya budidaya. Saya tinggal cari karyawan
kalau udeh menemukan pabrik nya. Ini rencana jangka pendek saya,
saya juga udeh berkonsultasi dengan bu Tantri, dan alhamdulillah bu
Tantri support”.89
Jadi, semua tahapan-tahapan tersebut merupakan sebuah proses
agar kelompok tani bina Avera maupun anggota selalu menjadi petani
yang bisa mandiri dan bisa menjadikan hidupnya agar lebih baik. Hal ini
terbukti dengan meningkatnya hasil kemampuan pertanian mereka. Serta
tidak meninggalkan atau melupakan apa yang telah ia pelajari selama
menjadi anggota kelompok.
B. Perubahan Sosial, Budaya dan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera
Masyarakat Cilodong mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam. Kehidupan sehari-hari masyarakat Cilodong terbentuk atas dasar
sistem kekeluargaan. Pada umumnya kehidupan mereka berasal dari pertanian
dan perkebunan. Apalagi ditinjau dari segi mata pencaharian, sangat terikat
dan sangat tergantung dari tanah. Karena sama-sama tergantung pada tanah,
maka kepentingan pokok juga sama, sehingga mereka juga akan bekerja sama
untuk mencapai kepentingan-kepentingan bersama.
Dan pada dasarnya masyarakat petani Lidah Buaya di Cilodong
merupakan masyarakat yang kuat terhadap nilai-nilai kebersamaan,
kehidupan mayarakat tani di Cilodong masih terbilang normal bagi
masyarakat pada umumnya. Begitu pun juga dengan perubahan yang cukup
89
Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016.
77
besar mengarah ke kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat sekitar,
khususnya masyarakat petani lidah buaya.
Memang tidak bisa di pungkiri terbentuknya kelompok tani Bina
Avera membuat dampak yang postif bagi anggotanya. Kehadiran kelompok
tani bina avera ini cukup berpengaruh bagi perubahan sosial, budaya dan
ekonomi masyarakat petani Cilodong. Bila di lihat dari kacamata ekonomi,
memang pemberdayaan
kelompok
tani
bina
Avera
ini
mengubah
perekonomian masyarakat petani menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seiring
berjalannya waktu karena perubahan ekonomi yang meningkat, secara
otomatis akan berpengaruh bagi perubahan lainnya seperti perubahan prilaku,
sosial maupun budaya.
Untuk mengetahui lebih jauh perubahan-perubahan yang terjadi bagi
masyarakat tani Bina Avera, dibawah ini penulis akan memaparkan hasil
penelitian tentang perubahan sosial, ekonomi dan budaya bagi para petani
Lidah Buaya.
1.
Perubahan Sosial Kelompok Tani Bina Avera
Seperti yang dijelaskan oleh Nanang Martono (2012) bahwa
perubahan sosial meliputi segala perubahan-perubahan pada lembagalembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi
sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku
diantara kelompok-kelompok didalam masyarakat.
Desa Cilodong merupakan salah satu desa yang mempunyai
keuntungan yang cukup besar karena di desa itu terdapat lahan pertanian,
78
seperti Padi, Lidah buaya, sayur-sayuran dan sebagainya. Kehadiran
kelompok Tani Bina Avera ini cukup berpengaruh terhadap kehidupan sosial
masyarakat tani lidah buaya. Oleh karena itu menimbulkan perubahan sosial
terhadap kehidupan di masyarakat Desa Cilodong. Dari hasil penelitian yang
dilakukan melalui wawancara dan observasi dengan masyarakat tani lidah
buaya, penulis mendapat banyak informasi bahwa ternyata ada perubahan
sosial yang mempengaruhi kehidupan sosial terhadap para anggotanya.
Untuk mengetahui adanya perubahan sosial yang mempengaruhi
kehidupan sosial masyarakat tani Cilodong, di bawah ini penulis akan
memaparkan hasil penelitian mengenai perubahan sosial yang terjadi.
a.
Tumbuhnya Nilai bahwa Manusia Harus Selalu Berusaha Untuk
Memperbaiki Kehidupannya
Masyarakat tani Cilodong pada umumnya sangat antusias untuk
hadir dalam rapat-rapat desa yang bertujuan untuk kepentingan bersama.
karena hal ini sangat penting agar kemajuan desa bisa tercapai. Menurut
para warganya, hal itu seakan menambah informasi dalam hal apapun.
Disamping mereka sangat sibuk dalam melakukan aktivitas sehari-hari
seperti di sawah atau pun di kebun, bisa menghadiri rapat adalah suatu
progres perubahan ke arah yang lebih baik. Seperti yang di katakan oleh
ketua RT setempat.
“Para warga disini walaupun pada punya kesibukan masing-masing,
mereka tetap menyempatkan waktu untuk datang jika ada undangan dari
kelurahan atau kecamatan. jangankan untuk rapat resmi dari
79
kelurahan... kumpul warga se RT juga pada antusias warga disini
mah”.90
Seperti yang di Ucapkan Pak Muhayar:
“Saya sudah berapa kali menghadiri rapat, banyak de tidak terhitung.
Pokoknya jika bu Tantri di Undang di acara-acara penting pasti saya di
suruh untuk menemani beliau sebagai perwakilan kelompok tani bina
avera”.91
Seperti yang di ucapkan Pak Asmawi:
“Kalau saya sih cuma beberapa kali ngikutin rapat-rapat gitu, tapi jika
wajib untuk hadir misalkan acara peresmian pak lurah, saya harus
datang kan saya mantan Sekdes (sekertaris desa) disini de waktu periode
1999-2004”.92
Seperti yang dijelaskan menurut Bu Manih:
“Pertemuan terhadap para warga di Cilodong adalah hal yang sangat
penting karena dengan pertemuan-pertemuan seperti itu bisa menghidupi
keharmonisan antar warga dan juga mempererat hubungan tali
silaturahmi di desa ini”.93
Berbeda dengan masyarakat tani Lidah Buaya yang gagal seperti
bu Wiyah dan bu Dewi yang tidak suka dengan acara musyawarah atau
rapat-rapat bersama warganya. Menurut mereka itu adalah hal yang
buang-buang waktu, dan mereka lebih baik mengurusi rumah tangganya
karena lebih berguna.
Menurut hasil penelitian saya sebagian besar perubahan sosial
yang terjadi di masyarakat tani Lidah Buaya Cilodong terbilang naik
walaupun hanya berperan aktif dalam menghadiri rapat maupun
musyawarah yang baik di adakan di desa atau di luar desa. Ini
90
Wawancara pribadi dengan ketua RT, Depok, 18 April 2016.
Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016.
92
Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016.
93
Wawancara pribadi dengan Manih Ferdiana, Depok, 18 April 2016.
91
80
membuktikan bahwa masyarakat di Cilodong mengetahui pentingnya
kesadaran demi kemajuan bersama.
b.
Sikap Menghargai Hasil Karya Seseorang dan Keinginan untuk Maju
Di sisi lain dengan antusiasnya masyarakat tani Lidah Buaya
Cilodong dalam menghadiri musyawarah, ada yang lebih membanggakan
dari itu karena ada beberapa anggota dari kelompok tani Bina Avera yang
menjabat di lembaga-lembaga kemasyarakatan. Seperti halnya yang di
peroleh bu Tantri yaitu sebagai ketua KTNA (Kelompok Tani Nelayan
Andalan) di Kecamatan Cilodong. Seperti yang di ucapkan oleh Bu
Tantri.
“Saya di percaya oleh KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) Depok
untuk menjabat sebagai ketua KTNA khusus di kecamatan cilodong.
Karena saya aktif dalam menjalin hubungan terhadap sesama para
petani, baik itu petani padi, petani sayur, semua petani di Wilayah
Depok”.94
Seperti halnya yang di ucapkan oleh Bu Manih:
“Alhamdulillah semenjak bergabung dengan kelompoknya bu Tantri,
saya mendapat banyak masukan dari beliau. Bahkan bukan saya saja
tetapi anggota lainnya mendapatkan ilmu-ilmu yang bermanfaat dari
bergabung nya menjadi anggota kelompok tani ini. Saya sendiri di
percaya sebagai ketua ibu-ibu PKK di Cilodong, ini adalah amanah
yang di berikan para ibu-ibu kepada saya dan saya harus menjalankan
sebaik-baiknya”.95
Begitu pun juga hal yang senada di ucapkan oleh Pak Muhayar:
“Tak jarang juga saya untuk di undang ke acara-acara majlis ta’lim,
ibu-ibu PKK untuk memipin pengajian yang di selenggarakan setiap
seminggu sekali. Terkadang juga saya mengisi khutbah jumat di masjidmasjid Depok untuk berceramah”.96
94
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
Wawancara pribadi dengan Manih Ferdiana, Depok, 18 April 2016.
96
Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016.
95
81
Menurut hasil penelitian saya hal ini membuat kepercayaan diri
para anggota kelompok tani Bina Avera menjadi termotivasi dan ingin
untuk menjadi seperti Bu Tantri. Menjadi pemimpin atau pun mengisi
acara itu tidak lah mudah, karena butuh keikhlasan hati yang tulus dalam
mengemban amanah yang di berikan. Seperti halnya bu Tantri yang
menjadi ketua KTNA Cilodong, bu Manih sebagai ketua ibu-ibu PKK
setempat dan pak Muhayar yang di percaya untuk mengisi pengajian dan
sidang khutbah di majlis ta’lim ataupun masjid-masjid. Ini membuktikan
bahwasannya
ada
perubahan
sosial
yang
terjadi
dalam
diri
bermasyarakat.
c.
Ketidakpuasan Masyarakat Pada Bidang-Bidang Tertentu
Perkembangan informasi dan komunikasi membuat akses
terhadap informasi yang di dapat masyarakat tani Cilodong menjadi
semakin mudah. Informasi tersebut bisa didapatkan dari berbagai media
komunikasi, seperti koran, televisi, internet, dan lain-lain. Hal tersebut
membuat masyarakat tani lidah buaya semakin cerdas dan kritis, seperti
halnya
dengan
masyarakat
tani
yang ikut
berpendapat
dalam
musyawarah/rapat-rapat yang di adakan dalam desa, tak jarang juga
mereka selalu mengomentari kebijakan-kebijakan yang dilakukan
pemerintah untuk daerah Cilodong, terlebih jika kebijakan tersebut tidak
populis dimata warga. Seperti yang di ucapkan oleh Pak Asmawi:
“Saya tuh sebenarnya tidak suka dengan kepemimpinan lurah sekarang,
karena kebijakan-kebijakan yang di buat tidak pro ke rakyat, jalan aja
sekarang masih banyak yg rusak belon di bener-benerin, berbeda dengan
82
lurah sebelumnya yang selalu bersosialisasi dengan warganya, jika klo
ada aspirasi dari masyarakat pak lurah cepat tanggap”.97
Seperti yang di ucapkan oleh Pak Muhayar:
“Saya senang jika di undang ke rapat-rapat warga, jadi saya bisa
mengemukakan aspirasi saya. karena sudah seharusnya tugas
pemerintah untuk menampung pendapat-pendapat dari warga seperti
kami ini”.98
Sama seperti yang di ucapkan oleh Bu Tantri:
“Saya tuh selalu mengajarkan kepada para anggota saya cara
bagaimana berdiskusi di dalam suatu forum, dengan melakukan
pertemuan kelompok setiap seminggu sekali. kita selalu berdiskusi
tentang masalah organisasian, administrasi kelompok dan banyak lagi,
agar mereka semua terbiasa serta mempunyai mental yang kuat dan
terlebih lagi kita juga akan siap jika di undang ke forum-forum resmi”.99
Menurut hasil peneliti, hal ini membuktikan jika masyarakat tani
lidah buaya Cilodong telah menjadi masyarakat yang kritis. Karena
dengan mengemukakan pendapat di dalam suatu rapat-rapat menjadi
suatu kebanggaan bagi dirinya sendiri.
d.
Adanya Orientasi Masa Depan
Adapun visi dari kelompok tani Bina Avera ini adalah
menjadikan kelompok tani yang bermanfaat dalam membangun potensi
masyarakat serta berkontribusi guna menumbuhkan ketrampilan dalam
bidang pertanian yang produktif dan inovatif. Sudah sewajarnya suatu
perkumpulan atau pun kelompok yang bertaraf kecil sampai yang besar
itu mempunyai visi dan misi. Visi bukan semata-mata hanya di jadikan
hiasan di suatu kelompok, tetapi juga harus di aplikasikan sebagaimana
mestinya. Seperti halnya visi dari Bu Tantri.
97
Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016.
Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016.
99
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
98
83
“Saya menjadi wirausaha seperti sekarang ini karena ada keinginan
tersendiri, yaitu menyekolahkan anak sampai setinggi mungkin. Karena
fondasi dalam kehidupan itu berawal dari pendidikan, bagaimana
terbentuk baik atau pun buruknya anak, itu dari hal yang namanya
pendidikan. Sukur-sukur anak bisa ke luar negeri amin”.100
Sama halnya juga yang disampaikan oleh Pak Muhayar:
“Sebagai orang tua kan saya harus memberikan pendidikan lebih untuk
anak, karena apa? Saya ingin anak tidak ada yang seperti saya tamatan
SD, Minimal itu saya memberikan pendidikan yang tinggi agar dia bisa
berguna bagi dirinya sendiri”.101
Berbeda dengan hal yang disampaikan Bu Dewi:
“Yaaaa de buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau entar juga nganggur,
lagian kami hidup secara pas-pasan de gimana caranya nyekolahin
anak, saya mah kepingin anak itu bantuin bapak nya di Terminal, yaa
untuk makan sehari-hari ama buat nambahin uang jajannya dia sendiri.
Biar dia juga bisa belajar bagaimana susahnya cari uang”.102
Senada dengan Bu Dewi yaitu Bu Wiyah yang mengatakan:
“Tujuan saya bergabung dalam kelompok tani bina avera ini karena
ingin membantu keluarga, paling enggak kebutuhan dapur terpenuhi.
Tetapi lama kelamaan yang di dapet hanya cape, karena hasil dari kerja
keras nanem lidah buaya sampai panen itu tidak sebanding. Jadi saya
memutuskan untuk fokus di warung kecil-kecilan saya, semoga aja
lancar”.103
Berbeda dengan Pak Asmawi yang mengatakan:
“Saya ini lagi mencari-cari pabrik di Banten sampe Bekasi, untuk hasil
olahan lidah buaya yang saya budidaya. Saya tinggal cari karyawan
kalau udeh menemukan pabrik nya. Ini rencana jangka pendek saya,
saya juga udeh berkonsultasi dengan bu Tantri, dan alhamdulillah bu
Tantri support”.104
Menurut hasil penelitian saya bukan tidak mungkin visi dari para
anggota kelompok tani Bina Avera ini bisa terealisasikan dengan baik.
100
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016.
102
Wawancara pribadi dengan Dewi Utari, Depok, 12 April 2016.
103
Wawancara pribadi dengan Wiyah, Depok, 17 April 2016.
104
Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016.
101
84
Karena suatu perubahan sosial cenderung ikut berubah asal ada tujuan
dan ambisi dari manusianya itu sendiri. Seperti pepatah mengatakan
gapailah cita-cita mu setinggi langit, jika kita tidak mempunyai cita-cita
bagaimana kita bisa menggapai langit.
e.
Pembangunan dan Pengembangan Jaringan
Jaringan atau hubungan itu penting bagi manusia, karena manusia
adalah makhluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri. Itu artinya kita
tidak dapat melakukan segala hal apapun itu dengan sendiri, karena kita
pasti membutuhkan orang lain. Begitu pun juga dengan kelompok yang
pastinya membutuhkan jaringan agar bisa tetap eksis. Seperti yang di
ucapkan oleh Bu Tantri:
“Saya mendirikan kelompok ini atas bantuan dari pemerintah Cilodong
sampai ada SK dari kelurahan yang berlakukan untuk meresmikan
kelompok tani bina avera ini. Sampai sejauh ini saya sudah menjalin
hubungan dengan KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) kota Depok,
APEBEDE Depok (Asosiasi Petani Belimbing Dewa), sampai kelompok
tanaman hias kota Depok”.105
Menurut hasil penelitian saya masyarakat tani Cilodong
mempunyai ikatan batin yang kuat dengan masyarakat di sekitarnya.
Perubahan sosial masyarakat desa Cilodong Tengah terjalin dengan baik
dan kehidupan bertetangga sesama warga sekitar sangat terjalin secara
kekeluargaan. Bahkan diluar kegiatan kelompok tani, ibu-ibu disana
selalu ada aktifitas tertentu yang berkaitan dengan kepentingan bersama,
seperti pengajian Majlis Ta’lim, kegiatan ibu-ibu PKK, kerja bakti
seluruh warga di Desa, dan sebagainya. Mereka secara serempak tanpa
membedakan status dan kependudukan, Selain itu hubungan satu
105
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
85
kampung dengan kampung yang lain mempunyai ikatan yang sangat
kental dan saling kenal-mengenal antara satu dengan yang lainnya.
No.
1.
2.
Tabel 5
Perubahan Sosial Kelompok Tani Bina Avera
Sebelum terbentuk
Setelah terbentuk
Aspek Perubahan
Kelompok Tani Bina
Kelompok Tani Bina
Avera
Avera
Tumbuhnya Nilai
Sebelum adanya
Berkat adanya
bahwa Manusia Harus
komunitas-komunitas
kelompok Tani Bina
Selalu Berusaha Untuk yang berfungsi sebagai Avera, masyarakat
Memperbaiki
penyalur aspirasi
Cilodong, Depok
Kehidupannya
masyarakat dan sarana
mulai menyadari
untuk bertukar
pentingnya peran serta
pendapat, maka
masyarakat dalam
masyarakat Cilodong,
musyawarah desa
Depok cenderung pasif ataupun rapat-rapat
dan acuh. Mereka sibuk yang di adakan.
dengan urusan dan
Kesadaran tersebut
aktivitas kesehariannya tumbuh karena
masing-masing tanpa
mereka ingin lebih
berpikir akan perubahan maju dan
ke arah yang lebih baik. memperbaiki
kehidupan dari waktu
ke waktu.
Sikap Menghargai Hasil Sebelum terbentuknya
Sosok inspiratif dari
Karya Seseorang dan
komunitas ini,
ketua Kelompok Tani
Keinginan untuk Maju
masyarakat Cilodong
Bina Avera telah
hanya menjadi
memberikan banyak
masyarakat biasa yang
teladan, motivasi serta
tidak memiliki peran
kepercayaan diri bagi
penting dalam suatu
masyarakat Cilodong
kelompok. Mereka
untuk menjadi bagian
tidak termotivasi untuk dari suatu kelompok
menjadi seseorang yang dan memiliki peran
lebih dihargai di
penting bagi
masyarakat dengan
kelompok tersebut.
perannya yang penting. Mereka ingin lebih
bermanfaat bagi diri
sendiri serta
masyarakat luas.
86
3.
Ketidakpuasan
Masyarakat Pada
Bidang-bidang Tertentu
4.
Orientasi Masa Depan
5.
Pembangunan dan
Pengembangan
Jaringan
Sebelum bergabung
dengan komunitas
tersebut, masyarakat
Cilodong cenderung
pasif dan tidak peduli
terhadap hal-hal
ataupun informasi baru
yang muncul di
masyarakat. Mereka
terlihat individual dan
kurang peka terhadap
lingkungan sosialnya.
Setelah bergabung
dengan kelompok tani
Bina Avera, mereka
lebih sadar dan kritis
terhadap informasi
ataupun kebijakankebijakan yang dibuat
untuk masyarakat. Hal
tersebut dibuktikan
dengan semakin
banyak masyarakat
tani yang ikut aktif
dalam rapat dan
memberikan berbagai
pendapatnya demi
kemajuan bersama.
Sebelum dibentuknya
Setelah adanya
komunitas untuk
komunitas atau
bertukar inspirasi dan
kelompok tani Bina
pendapat, mindset
Avera, masyarakat
masyarakat Cilodong,
Cilodong jadi lebih
Depok masih terbilang
sering bertukar pikiran
rendah dan cenderung
sehingga cara pandang
bersifat pesimis.
mereka pun perlahanMisalnya dalam hal
lahan mulai berubah.
pendidikan untuk anak, Mereka ingin terus
sebagian berpikir untuk berinovasi untuk
tidak menyekolahkan
mengembangkan
anak hingga ke jenjang usaha tersebut agar
yang lebih tinggi karena tidak tertinggal,
nantinya hanya akan
sehingga mereka bisa
jadi pengangguran.
memperbaiki hidup ke
arah lebih baik lagi.
Sebelum bergabung
dengan kelompok tani
Bina Avera ini,
masyarakat tani
Cilodong hanya
mengenal orang-orang
dari satu wilayah saja,
mereka tidak memiliki
mitra ataupun jaringan
sosial dari wilayah lain.
Setelah bergabung
dengan kelompok
Tani Bina Avera,
masyarakat Cilodong
kini telah menjalin
hubungan kemitraan
dengan berbagai
kelompok tani yang
lain, dimana hal
tersebut sangat baik
bagi perkembangan
usaha.
87
2.
Perubahan Budaya Kelompok Tani Bina Avera
Seperti yang dijelaskan Sulaeman (1998) perubahan budaya yaitu
perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh sejumlah
warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan dan normanorma yang digunakan sebagai pedoman hidup. Di era teknologi modern
seperi saat ini masyarakat dapat dengan mudah menjangkau informasi baik
dalam maupun luar negeri. Dengan adanya Internet masyarakat Indonesia
dapat mengetahui, mengamati, mempelajari perilaku orang asing, bahkan
tidak mustahil untuk berinteraksi atau malah meniru perilaku orang asing.
inilah yang biasa kita sebut globalisasi atau modernisasi. Dampak langsung
dari globalisasi dan modernisasi di Indonesia adalah perubahan sosial budaya
itu ada di dalam kehidupan masyarakat. Ini lah yang sebagian besar
Masyarakat Tani Bina Avera alami di era digital seperti sekarang.
Untuk mengetahui adanya perubahan budaya yang mempengaruhi
kehidupan sosial masyarakat tani Cilodong, di bawah ini penulis akan
memaparkan hasil penelitian mengenai perubahan budaya yang terjadi.
a.
Gaya Hidup
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Suyanto (2014) lifestyle adalah
perubahan gaya hidup masa sekarang yang tengah di nikmati masyarakat
banyak. Salah satu perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat
tani lidah buaya Cilodong adalah dari segi gaya hidup. Sejak bergabung
dalam kelompok tani Bina Avera, masyarakat petani lidah buaya lebih
berkembang dalam hal perekonomian sehingga turut merubah kebiasaan
dan gaya hidup yang semula biasa saja menjadi lebih baik. Salah satu
88
contonya adalah gaya hidup sang pelopor kelompok tani Bina Avera
yaitu Bu Tantri, dan juga para anggotanya. Dengan penghasilan lidah
buaya yang cukup besar, gaya hidup Bu Tantri bisa dibilang sudah
berkecukupan. Beliau bisa memenuhi kebutuhan primer, sekunder
bahkan tersier dengan hasil usahanya tersebut. Salah satu contoh
pemenuhan kebutuhan tersier misalnya seperti berbelanja ke Mall dan
makan di restoran mewah seperti McD, KFC dan lain lain. Seperti yang
di ucapkan Bu Tantri.
“Saya selalu menyempatkan waktu kepada anak-anak untuk jalan-jalan
biar gak bosan dirumah terus, minimal di akhir pekan kita harus
refreshing bersama keluarga. Kadang shopping ke Mall beli pakaian
anak, terus pergi tempat rekreasi, agar kita bisa liburan untuk
menghilangkan kejenuhan”.106
Kebutuhan untuk rekreasi tersebut sebelumnya tidak di dapatkan
ketika beliau masih menjadi pegawai perusahaan. Karena setiap hari
beliau harus berangkat ke kantor dan tidak punya waktu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Namun setelah beralih menjadi
pengusaha lidah buaya, beliau bisa meluangkan waktunya untuk
berekreasi bersama keluarga. Perubahan gaya hidup ini juga dirasakan
oleh anggota kelompok tani Bina Avera yaitu Bu Manih. Setelah
bergabung dengan Bina Avera, beliau bisa membeli dan mencoba
makanan-makanan yang belum pernah dicoba, seperti penuturannya
berikut.
“Anak saya suka banget makan chiken-chikenan itu ayam yang ditepung
terus pake saos, bapaknya sihh yang suka beliin klo saya sih suka –suka
aja”.107
106
107
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
Wawancara pribadi dengan Manih Ferdiana, Depok, 18 April 2016.
89
Begitu pula dengan Pak Asmawi yang telah bergabung dengan
kelompok Tani Bina Avera dan bisa membeli kebutuhan-kebutuhan
tersier seperti alat komunikasi yaitu telpon seluler.108
“Dari hasil panen itu uangnya saya gunakan untuk keperluan rumah
tangga, jika ada sisa bisa saya kumpulin untuk membeli Handphone.
Soalnya udeh banyak orang make Handphone sekarang lebih praktis
mudah di bawa kemana-mana”.109
Sama halnya dengan Pak Muhayar yang saat ini mampu
memenuhi kebutuhan tersiernya yaitu dengan menyicil kendaraan
bermotor. Seperti penuturannya berikut.
“Saya sudah bisa membeli motor X (salah satu motor yang bermerek
mahal) walaupun kredit, jika ada rezeki lebih lagi saya ada keinginan
untuk membeli mobil”.110
Menurut hasil penelitian saya perubahan gaya hidup yang di
rasakan masyarakat tani Cilodong tergolong dalam kebutuhan Tersier,
yaitu untuk kebutuhan menengah ke atas. karena masih belum
dibutuhkan sekali keperluan seperti kendaraan mewah, handphone atau
pun jalan-jalan bagi masyarakat tani. Tetapi Bukan tidak mungkin faktor
gaya hidup seperti ini akan menjamur terhadap masyarakat tani bina
avera cilodong Depok.
b.
Nilai-Nilai Keagamaan
Masyarakat tani Cilodong mayoritas mempunyai nilai-nilai
keagamaan yang tinggi, mereka tidak terpengaruh oleh maraknya budaya
asing yang tengah merajalela di negeri ini. Ini suatu modal yang sangat
108
Observasi Peneliti terhadap Kehidupan Anggota Kelompok Tani Bina Avera, 18 April
109
Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016.
Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016.
2016
110
90
penting dan pantas untuk di pertahankan agar kita tetap di berikan
keberkahan oleh Allah SWT. Seperti yang dikatakan Bu Manih.
“Kegiatan keagamaan masyarakat tani Cilodong masih terus berjalan,
kegiatan ya seperti pengajian-pengajian yang di adakan oleh warga
sini”....111
Sama dengan yang di ucapkan oleh Pak Muhayar.
“Kalau disini rata-rata warga sangat antusias dalam mengikuti kegiatan
kerohanian. saya kan pengelola pengajian yang biasanya mengisi di
pengajian ibu-ibu dan menjelang malam pengajian bapak-bapak. Selain
di daerah sendiri saya juga mengisi pengajian di luar Cilodong”.112
Nilai-nilai keagamaan masyarakat Tani Cilodong tergolong
bagus, Seperti
halnya
dengan perubahan nilai-nilai
keagamaan
masyarakat tani Cilodong yang masih kental dengan keislamannya.
karena didikan masyarakat Tani yang lebih mengutamakan agama
daripada
kehidupan
duniawi. Seperti
solat
yang tidak
pernah
ditinggalkan, pengajian yang selalu diikuti serta sosok Ustadz yang
masih banyak di Cilodong. Dan ini menjadikan masyarakat Cilodong
selalu meningkat nilai-nilai keagamaannya dalam kelompok Tani Bina
Avera.
c.
Emansipasi Wanita
Salah satu bentuk perubahan budaya yang terjadi dimasyarakat
Indonesia adalah emansipasi wanita, artinya wanita memiliki derajat
yang sama dengan pria. Dahulu jarang sekali melihat wanita yang
111
112
Wawancara pribadi dengan Manih Ferdiana, Depok, 18 April 2016.
Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016.
91
menjadi pimpinan, bahkan ada kalimat orang tua yang menyatakan
bahwa kehidupan wanita adalah disekitar dapur, sumur, dan kasur. Saat
ini tentu berbeda, banyak wanita yang menjabat peran penting dinegeri
ini seperti anggota parlemen, pimpinan perusahaan, dan lain-lain. Begitu
pula yang di rasakan masyarakat Cilodong, banyak yang meremehkan
tentang posisi perempuan di masyarakat. Sama seperti yang di Ucapkan
Pak Asmawi:
“Para warga disini dulunya itu banyak yang memandang sebelah mata
bu Tantri. soalnya dahulu bu Tantri hanya seorang pendatang di daerah
Cilodong. Karena bu Tantri gigih dan tekun dalam usaha lidah
buayanya akhirnya dia jadi salah satu petani berhasil di daerah
Cilodong. para warga disini pun memberikan apresiasi yang lebih
terhadap beliau karena sudah mengharumkan nama Cilodong”.113
Senada dengan yang di ucapkan oleh Bu Tantri:
“Para warga sebelumnya tidak senang dengan kehadiran saya disini
karena saya itu pendatang dulunya saya asli Bogor. Tetapi karena hasil
kerja keras saya selama ini dan dukungan dari para petani, saya bisa
menjadi Pemimpin KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) dan juga
membina kelompok tani bina avera di Kecamatan Cilodong”.114
Di era digital seperti sekarang ini sosok wanita di kalangan
masyarakat tidak bisa di pandang sebelah mata lagi. Karena sudah
banyak wanita yang berperan penting dalam kemajuan Desa seperti bu
Tantri. Bu Tantri yang sebelumnya di ragukan kapasitasnya dalam
pertanian sekarang sudah banyak warga yang menimba ilmu dengan
beliau. Hal ini menjadikan perubahan budaya gender telah terbentuk ke
arah yang positif, sudah seharusnya sosok wanita harus di sejajarkan
dengan para laki-laki. Bukan tidak mungkin peran wanita akan
113
114
Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016.
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
92
menggeser para kaum laki-laki jika bermunculan sosok wanita seperti bu
Tantri di generasi yang akan datang.
No.
1.
Tabel 6
Perubahan Budaya Kelompok Tani Bina Avera
Sebelum terbentuk
Setelah terbentuk
Aspek Perubahan
Kelompok Tani Bina
Kelompok Tani Bina
Avera
Avera
Gaya Hidup
Masyarakat Cilodong,
Masyarakat tani yang
Depok memiliki gaya
tergabung dalam
hidup yang sederhana
Kelompok tani Bina
bahkan cenderung biasa Avera, memiliki gaya
saja. Karena
hidup yang
penghasilan yang paskecukupan. Mereka
pasan, mereka tidak
juga bisa memenuhi
bisa menerapkan gaya
kebutuhan tersier
hidup mewah, karena
seperti handphone,
mereka lebih
motor, mobil dan
mendahulukan
sebagainya.
kebutuhan sehari-hari.
2.
Nilai-nilai Keagamaan
Pada aspek keagamaan,
masyarakat Cilodong
memang terlihat masih
menjunjung tinggi nilainilai keislaman. Mereka
sering
mengadakan
pengajian-pengajian
yang
diikuti
oleh
masyarakat sekitar.
Setelah terbentuk
komunitas lain seperti
kelompok Tani Bina
Avera ini, masyarakat
Cilodong lebih aktif
dalam menghadiri
kegiatan-kegiatan
yang diadakan.
Apalagi partisipasi
dalam bidang
keagamaan yang
semakin meningkat.
3.
Emansipasi Wanita
Pemikiran yang
menganggap remeh
atau memandang
sebelah mata kaum
wanita masih terlihat
pada masyarakat
Cilodong. Mereka
Dengan adanya sosok
inspiratif dari ketua
kelompok tani Bina
Avera dimana beliau
adalah seorang wanita,
masyarakat Cilodong
jadi lebih menghargai
93
berpikir bahwa wanita
tidak terlalu berperan
penting dibandingkan
dengan laki-laki.
3.
dan menghormati
perbedaan gender.
Mereka menyadari
bahwa sosok wanita
kini telah sejajar
dengan laki-laki.
Perubahan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera
Sebagimana yang dijelaskan oleh Nasution (2011) bahwa Pendapatan
merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan
usaha dalam suatu periode tertentu serta menunjukan jumlah seluruh uang
yang diterima oleh seseorang selama jangka waktu tertentu. Kondisi ekonomi
para anggota kelompok petani lidah buaya cilodong ada yang mengandalkan
pendapatan di luar usaha pertanian lidah buaya. pendapatan dari suami menjadi
hal yang wajib bagi mereka karena mayoritas ibu-ibu, atau pun profesi lainnya
seperti menjadi petani padi bahkan ada yang menjadi Broker (perantara
tanah/rumah) dan lain-lain. Tetapi ada juga yang masih aktif dalam usaha
pertanian lidah buaya seperti halnya dengan Bu Tantri selaku pendiri kelompok
tersebut. Perubahan ekonomi yang di alami oleh bu Tantri cukup mengalami
kenaikan yang signifikan, karena dia yang mengelola tanaman lidah buaya
menjadi barang yang bernilai tinggi.
Seperti yang dikatakan Bu Tantri:
“Saya ada usaha sampingan seperti menjual Tanaman hias seperti pohon
kaktus, pohon kamboja jepang, anggrek, dan lain-lain. Pendapatan yang bisa
saya terima itu bisa mencapai dua puluh juta lebih, tergantung orderan
94
penjualan dari hasil olahan lidah buaya dan tanaman hias selama
sebulan.”115
Pengeluaran Bu Tantri selama sebulan penuh cukup terbilang banyak
seperti pengeluaran harian, untuk uang jajan anak saja Bu Tantri
Rp.50.000/hari x 30 hari menjadi Rp.1.500.000 selama sebulan untuk kedua
anaknya. Adapun untuk kebutuhan pangan Bu Tantri mengeluarkan
Rp.100.000/hari x 30 hari menjadi Rp.3.000.000 kepada pembantunya.
Untuk pengeluaran mingguan seperti gas, galon, dan alat cuci pakaian bu
Tantri memberikan Rp.200.000/minggu x 4 menjadi Rp. Rp.800.000 untuk
penggunaan selama satu bulan. Belum lagi perawatan mingguan seperti
tempat kecantikan untuk konsul dan beli obatnya bisa mencapai
Rp.500.000/pertemuan x 4 menjadi Rp.2.000.000. Untuk pengeluaran
bulanan seperti membeli kebutuhan anak (pakaian dan makanan ringan) dan
peralatan mandi biasanya pergi ke Mall itu bisa menghabiskan Rp.1.000.000.
Bayar SPP sekolah anak itu Rp.2.000.000/bulan untuk berdua, karena
anaknya bu Tantri sekolah pada institusi pendidikan yang bertaraf
Internasional, serta biaya les musik anaknya itu Rp.750.000/bulan. untuk
bayar
listrik/telpon/air/AC
Rp.800.000/bulan,
iuran
lingkungan
Rp.50.000/bulan, arisan keluarga Rp.200.000/bulan, Cicilan mobil sebesar
Rp.4.400.000. Gaji pembantu dan empat karyawannya itu Rp.1.200.000
untuk pembantunya dan Rp.6.000.000 untuk ke empat karyawannya. Bu
Tantri juga memiki asset tanah perkebunan lidah buaya seluas 2.000 meter
persegi tepat di depan kantor Cilodong Depok. Seperti yang di ungkapkan
oleh Bu Tantri.
115
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
95
“sewaktu saya menjadi karyawan di perusahan asing saya hanya
mendapatkan gaji selama sebulan enam juta dua ratus ribu di tahun 2000,
saya berpikir waktu itu tidak ingin terus-terusan menerima gaji, maka
akhirnya saya keluar dan terjun di usaha lidah buaya ini, dan membuahkan
hasil. Ya lumayan saya bisa memperkerjakan orang lain juga bisa memenuhi
kebutuhan pribadi”.116
Jika di total pengeluaran bu Tantri selama sebulan yaitu sebesar
Rp.22.700.000 selama sebulan. Angka yang cukup besar bagi masyarakat
biasa, tetapi wajar untuk seorang wirausaha seperti bu Tantri. Perubahan
ekonomi yang di alami oleh bu Tantri naik secara drastis dari seorang
karyawan menjadi pengusaha sukses.
Berbeda dengan perubahan kondisi ekonomi yang di alami oleh bu
Dewi selaku anggota kelompok tani bina avera yang telah fokus terhadap
urusan rumah tangganya. Bu Dewi sudah tidak mendapatkan pemasukan
Selama tidak berjalannya lagi kegiatan kelompok Bina avera dan juga tidak
menekuni usaha lidah buayanya. Kalo pun dahulu bu Dewi bisa mendapatkan
Rp.300.000 – Rp.600.000 selama sebulan dari hasil penjualan bibit dan pohon
lidah buaya, sekarang bu Dewi hanya mengandalkan pendapatan dari
suaminya yang hanya seorang sopir angkutan umum yang pendapatannya
tidak menentu.
Seperti halnya dikatakan oleh Bu Dewi.
“Saya mah de sebenarnya hanya untuk mengisi waktu luang dengan ikut
bersama kelompoknya bu Tantri, soalnya gak ada kerjaan juga kalo
dirumah, anak pada sekolah, suami kerja, dari pada gak ngapa-ngapain
mendingan ikutan jadi anggota kelompok, bisa ngisi waktu luang bareng ama
ibu-ibu disini de”.117
Rata-rata pendapatan harian suami dari Bu Dewi mencapai Rp.80.000
jika di total perbulan pendapatan sang suami mencapai angka Rp. 2.400.000.
116
117
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016
Wawancara pribadi dengan Dewi Utari, Depok, 12 April 2016.
96
Pengeluaran bu dewi selama satu bulan pun terbilang cukup rendah sama
halnya dengan pengeluaran harian, seperti kebutuhan uang jajan anak sebesar
Rp. 10.000/hari x 30 menjadi Rp. 300.000, belanja kebutuhan dapur Bu Dewi
mematok harga sampai Rp. 30.000/hari x 30 menjadi Rp.900.000 itu juga
keseringan makan tempe tahu ama sayur asem kata beliau, untuk pengeluaran
mingguan seperti membeli Galon Rp. 15.000 x 4 sebulan bisa mengeluarkan
Rp.60.000, Gas elpiji yang ukuran kecil sebesar Rp. 19.000 x 4 menjadi
Rp.76.000, alat cuci pakaian dan mandi Rp. 55.000 x 4 menjadi Rp. 220.000,
adapun pengeluaran bulanan yaitu membayar listrik/air/telpon Rp. 600.000,
iuran sekolah anak sebesar Rp.200.000, iuran keamanan siskamling
Rp.10.000, jika di total secara keseluruhan pengeluaran bu Dewi sebesar
Rp.2.366.000 selama satu bulan. Tak jarang juga bu Dewi meminjam uang
kepada tetangga untuk kebutuhan sehari-hari bersama keluarga.
Menurut hasil penelitian saya Bu Dewi adalah salah satu anggota
kelompok tani lidah buaya yang gagal, karena tidak sungguh-sungguh dalam
menggeluti usaha tani lidah buaya dan faktor kemiskinan yang menyebabkan
Bu dewi tidak mengalami perubahan. Seharusnya sosok Bu Tantri dijadikan
panutan bagi para anggotanya supaya termotivasi agar bisa mengikuti jejak
Bu Tantri menjadi Pengusaha petani Lidah Buaya yang sukses.
Bu Wiyah adalah salah satu anggota Kelompok Tani Bina Avera yang
sudah tidak menggeluti pertanian lidah buaya. Karena hasil yang ia dapat
selama menjadi petani lidah buaya tidak seberapa. Dia mengandalkan
usahanya dan nafkah dari suaminya yang bekerja sebagai karyawan biasa.
Seperti yang dikatakan Bu Wiyah.
97
“Saya mah de cape doang klo ngurusin lidah buaya, soalnya hasilnya gak
nentu kadang cuma dapet dua ratus ribu sampe tiga ratus ribu dalam
sebulanan. Mendingan saya ngurusin dagangan saya buka warung kecilkecilan, minimal kebutuhan anak bisa terpenuhi”.118
Pendapatan bu wiyah selama sebulan yaitu Rp.2.200.000 dari usaha nya
membuka warung. Pengeluaran bu Wiyah selama sebulan pun sangat minim
sekali, seperti uang jajan anaknya sebesar Rp.4.000 x 30 hari menjadi
Rp.120.000 sebulan, kebutuhan dapur biasanya bu Wiyah membeli seperti
sayur asem, tempe, tahu dan lain-lain di tukang sayur seharga Rp. 35.000/hari
x 30 hari menjadi Rp.1.050.000, kalau pun untuk kebutuhan cuci, mandi, gas
dan lain-lain biasanya bu Wiyah bisa mengambil dari warungnya sendiri,
untuk biaya bulanan bayar listrik dan air seharga Rp. 500.000, SPP anak
sekolah Rp. 300.000, iuran lingkungan Rp.10.000, kredit motor seharga
Rp.769.000. Total pengeluaran selama satu bulan sebesar Rp.2.749.000,
pengeluaran lebih besar dari apa yang didapat oleh bu Wiyah selama satu
bulan dan bu Wiyah pun di kategorikan sebagai petani lidah buaya yang
gagal.
Sama halnya dengan bu Tantri anggota lain Pak Muhayar,
pendapatannya sebelum bergabung dengan kelompok tani hanya sebesar
Rp.3.500.000 selama sebulan. Setelah bergabung pendapatan Pak Muhayar
selalu meningkat dan dari hasil pertanian ini pun cukup fantastis bagi seorang
petani yaitu Rp.7.000.000 selama sebulan, tetapi kehidupan beliau pun
terbilang sederhana berbeda dengan bu Tantri yang menikmati uangnya
dengan penuh kemewahan. Seperti yang di katakan Pak Muhayar.
118
Wawancara pribadi dengan Wiyah, Depok, 17 April 2016.
98
“Pengeluaran harian yang saya keluarkan seperti membeli rokok,
memberikan uang jajan anak, bensin motor dan buat belanja dapur yang
saya berikan kepada istri saya. Adapun juga keperluan mingguan seperti beli
galon, gas, peralatan mandi dan nyuci sepenuhnya saya kasih oleh istri.
Begitu pun juga bulanan bayar lsitrik/air/telpon, kredit motor, bayar tukang
kebun satu orang.119
Jika di rinciin pengeluaran harian pak Muhayar seperti rokok seharga
Rp.18.000 x 30 hari menjadi Rp.540.000 karena rokoknya pak Muhayar
Sampoerna Mild. Uang jajan anak Rp.15.000 x 30 hari menjadi Rp.450.000
untuk ketiga anaknya. Motor sehari bisa menghabiskan 2 liter bensin
premium Rp.14.800 x 30 hari menjadi Rp.444.000 tergantung pemakaian
sehari-hari nya pak Muhayar. Adapun keperluan mingguan seperti gas
Rp.19.000 x 4 menjadi Rp.76.000, galon isi ulang Rp.4.500 x 4 menjadi
Rp.18.000. begitu pun juga bulanan listrik dan air sebesar Rp.400.000, kredit
motor Rp.600.000, gaji tukang kebun sebesar Rp.1.200.000, untuk keperluan
dapur, alat cuci dan mandi sepenuhnya pak Muhayar memberikan kepada
istrinya sebesar Rp.1.500.000 selama satu bulan. Asset perkebunan lidah
buaya pak muhayar seluas 4.000 meter persegi di wilayah Cilodong. Jika di
total pengeluaran pak Muhayar selama sebulan adalah Rp.5.228.000 untuk
kebutuhan pribadinya dan keluarganya. Dengan pengeluaran yang lebih
rendah dari pendapatannya ini membuat pak Muhayar menjadi petani yang
sejahtera di banding dengan para anggota kelompok lainnya. Seperti yang di
Ungkapkan oleh Pak Muhayar.
“Dari hasil panen lidah buaya lumayan saya bisa memenuhi kebutuhan
keluarga, saya juga udeh bisa kredit motor, makan juga udeh enak, dulu mah
setiap hari ada kali makan make nasi ama tempe doangan, sekarang udeh
119
Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016.
99
bisa makan make ayam. Untung aja SPP anak gratis karena program dari
dinas pendidikan jadi bisa nabung buat masa depan keluarga”120
Berbeda dengan anggota kelompok lainnya yang bernama Bapak
Asmawi Buchori, beliau masih aktif dalam pertanian Lidah Buaya dari awal
terbentuknya kelompok sampai sekarang. Karena dari hasil lidah buaya Pak
Asmawi bisa menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak-anaknya.
Sebulan saja Pak Asmawi bisa mendapatkan Rp.2.800.000 semenjak masuk
anggota pendapatannya meningkat Rp.4.500.000 dari hasil panen lidah buaya.
Pengeluaran yang pak Asmawi seperti uang jajan anak sekolah
Rp.10.000 x 30 hari menjadi Rp.300.000, uang belanja dapur yang diberikan
istri sebanyak Rp.20.000 x 30 hari Rp.600.000, adapun uang bulanan yang
diberikan kepada istri sebesar Rp.2.000.000 untuk membeli kebutuhan rumah
tangga. Jika di Total pengeluaran pak Asmawi selama sebulan sebesar
Rp.2.900.000, dan ini membuktikan keuangan pak Asmawi tetap stabil
dengan pengeluaran lebih rendah dari pendapatan.121
Begitu pun sama halnya dengan Pak Asmawi, anggota lainnya yang
bernama Bu Manih Ferdiana juga masih aktif dalam budidaya lidah buaya.
Seperti yang di ungkapkan oleh Bu Manih.
“...sebelumnya pendapatan saya hanya sebesar Rp.1.200.000, setelah
bergabung dengan kelompok tani bina averanya bu Tantri pendapatan saya
selalu meningkat, dari hasil panen lidah buaya saya mendapatkan kurang
lebih Rp.2.600.000 selama sebulan...”.122
120
Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016.
Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016.
122
Wawancara pribadi dengan Manih ferdiana, Depok, 18 April 2016.
121
100
Pendapatan bu Manih dari lidah buaya memang tidak terlalu besar akan
tetapi dari sini lah dia merasa akan kehidupan yang lebih layak dari
sebelumnya. Pendapatan bu Manih hanya sebesar Rp.2.600.000 dari
penjualan bibit dan pelepah lidah buaya. Hasil yang cukup mengesankan di
banding bu dewi dan bu wiyah yang di anggap gagal dalam menekuni
pertanian lidah buaya ini.
Adapun pengeluaran harian bu Manih seperti uang jajan anak sebesar
Rp.10.000 x 30 hari menjadi Rp.300.000, uang belanja masak Rp. 15.000 x
30 hari menjadi Rp.450.000, uang mingguan seperti beli gas, galon, alat cuci
dan mandi sebesar bisa mencapai Rp.60.000 x 4 menjadi Rp.240.000,
kalaupun untuk bulanannya seperti bayar listrik/air/telepon mencapai
Rp.400.000, Arisan keluarga sebesar Rp.300.000. jika di total pengeluaran Bu
Manih selama sebulan yaitu sebesar Rp.1.750.000, pengeluaran yang cukup
stabil dengan pendapatan yang masih tinggi dari pengeluaran.
Di samping itu adanya Kelompok Tani Bina Avera ini cukup
memberikan dampak positif bagi para anggota nya. Dengan pendapatan ratarata diatas sebesar Rp.6.450.000 serta rata-rata pengeluaran yang di keluarkan
oleh kelompok sebesar Rp.6.282.000/bulan. Dengan demikian kesejahteraan
ekonomi yang dialami Kelompok Tani Bina Avera meningkat, sesuai dengan
pendapatan para petani yang lebih besar daripada pengeluaran mereka.
101
Tabel 7
Pendapatan Ekonomi Petani Sukses Tani Bina Avera
No.
1.
2.
Nama Kelompok
Tani Bina Avera
Tantri Guntari
Pak Muhayar
Kegiatan
Produksi
Modal Awal
1000 bibit x
Rp.1500,Biaya
Perawatan:
10 Pupuk
Kambing Rp
100.000,2 liter bensin
selama 4 kali
penyiiraman
Rp.60.000,4 pegawai Rp.
4.800.000
Hasil
Penjualan
Produksi
Olahan Lidah
Buaya
Modal Awal
500 bibit x
Rp.1500,Biaya
Perawatan:
5 Pupuk
Kambing Rp
50.000,1 liter bensin
selama 4 kali
penyiiraman
Rp.30.000,1 pegawai Rp.
1.200.000
Hasil
Penjualan
Tanaman
Lidah Buaya
Jumlah
Pengeluaran
Rp. 1.500.000
Jumlah
Pendapatan
Keuntungan
Rp. 4.960.000
Rp.22.700.000 Rp. 16. 240.000
Rp. 750.000
Rp. 1.280.000,-
Rp. 7.000.000
Rp. 5.720.000
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan mengenai Perubahan
Keberdayaan Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok. Maka
selanjutnya peneliti akan mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Proses Pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera
Proses pemberdayaan kelompok tani Bina Avera dibagi ke dalam dua hal
yaitu strategi dan tahap-tahap. Strategi pemberdayaan yang dilakukan
oleh kelompok tani Bina Avera Cilodong, Depok ialah menggunakan
strategi pemberdayaan aras mezzo karena pemberdayaan yang dilakukan
menggunakan kelompok sebagai alat perubahan bagi masyarakat petani
Lidah Buaya di Cilodong, Depok. Adapun perubahan-perubahan yang
dialami para anggota kelompok tani yaitu peningkatan pengetahuan
tentang informasi seputar pertanian melalui pertemuan rutin bulanan.
Selanjutnya para petani langsung terjun untuk praktik di lapangan setelah
mendapatkan
informasi
yang
cukup.
Sedangkan
tahap-tahap
pemberdayaan yang dilakukan kelompok tani Bina Avera yaitu berawal
dari tahapan persiapan, dimana Bu Tantri telah mengikuti Pelatihan yang
diadakan oleh Dinas Pertanian Kota Depok dan menuangkannya
sehingga terbentuk lah kelompok tani ini dengan baik. Tahapan
assessment dimana para anggota kelompok tani mulai mengidentifikasi
permasalahan yang mereka hadapi, seperti belum mengetahui cara
menanam Lidah Buaya yang baik dan benar sehingga masih banyak
102
103
tanaman yang pada mati. Lalu, tahap perencanaan kegiatan para
kelompok tani merumuskan kegiatan-kegiatan yang akan mereka
jalankan selama proses pemberdayaan berlangsung. Selanjutnya, tahapan
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani bina avera
salah satunya yaitu berkoordinasi dengan kelompok lain seperti KTNA
(Kelompok Tani Nelayan Andalan), Depok dalam meningkatan
kerjasama antara kelompok tani. Setelah itu, tahapan evaluasi dimana
para anggota dan pengurus Kelompok Tani Bina Avera melakukan
evaluasi setiap kali pertemuan diadakan. Tujuan dari evaluasi ini untuk
meningkatkan kualitas usaha tani dari para anggota supaya kedepannya
menjadi petani yang lebih baik. Terakhir, tahapan terminasi pada tahapan
ini para anggota sudah memutuskan untuk bergerak sendiri dan saling
membangun usaha nya masing-masing.
2.
Perubahan Sosial dan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera
Setelah para petani Lidah Buaya bergabung bersama kelompok tani Bina
Avera di Cilodong, Depok, peningkatan kesejahteraan sosial, budaya
maupun ekonomi setiap para anggota petani selalu meningkat. Seperti
halnya dengan dengan perubahan sosial, budaya dan ekonomi yang
dialami oleh para anggota Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong
Depok menjadi lebih baik. Dengan bergabungnya bersama Kelompok
Tani Bina Avera pendapatan para anggota kelompok tani telah
meningkat, bisa membiayai pendidikan anak sekolah, serta kebutuhan
rumah tangga yang selalu terpenuhi. Hal ini menjadi salah satu dampak
positif yang dialami oleh setiap para anggota Kelompok Tani Bina Avera
103
104
di Cilodong ini agar selalu bersyukur dengan apa yang sudah didapat
oleh mereka. Kesejahteraan sosial para anggota juga sudah meningkat hal
ini berdasarkan para anggota kelompok yang sudah dihargai dan
dihormati oleh para warga desa lainnya padahal sebelum bergabung
mereka hanya dipandang sebelah mata oleh warga, para anggota
kelompok mempunyai keinginan untuk maju seperti salah satu anggota
ada yang menjadi ketua Ibu-Ibu PKK di wilayah Cilodong, mempunyai
visi dan misi serta rencana ke arah yang lebih baik di masa yang akan
datang, serta menjalin hubungan atau jaringan terhadap sesama para
petani Lidah Buaya agar kehidupan Sosialnya terus berkembang dan
menjadi lebih luas. Perubahan Budaya yang terjadi dalam Kelompok
Tani Bina Avera Cilodong, Depok meliputi gaya hidup yang meningkat,
nilai-nilai keagamaan yang tinggi, dan menjunjung tinggi emansipasi
wanita didalam Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok.
B. Saran
1. Pengurus Kelompok Tani Bina Avera harus menyiapkan suatu wadah
seperti tempat pemasaran hasil panen para anggota kelompok tani ke
media-media online, seperti OLX, Kaskus, dan situs penjualan lainnya.
Agar konsumen para anggota kelompok tani tidak hanya di sekitar
Wilayah Cilodong Depok dan sekitarnya saja tetapi bisa mencakup
penjualan sampai ke seluruh Wilayah di Indonesia.
2. Bagi kelompok tani yang sudah sukses harus senantiasa meningkatkan
sinergi dan kerjasama terhadap kelompok tani yang lain, ketua kelompok
tani mempunyai fungsi sebagai pemimpin yang punya wewenang dalam
104
105
menentukan struktur dan pencapaian tujuan kelompok agar kelompok bisa
tetap eksis dan terus berkembang sebagai suatu perkumpulan yang bisa
membanggakan di Wilayah Cilodong Depok. Bagi kelompok tani biasa,
mereka harus lebih berinovasi dan mengembangkan ide-ide baru dalam
membudidayakan dan mengolah lidah buaya tersebut. Bagi kelompok tani
yang tidak berhasil, akan lebih baik jika mereka tidak berputus asa dan
terus melanjutkan usaha lidah buaya dengan cara yang lebih baik lagi agar
tidak gagal dikemudian hari.
3. Lidah Buaya adalah tanaman yang unik dan langka serta mempunyai
manfaat bagi kesehatan dan kehidupan manusia. Kelompok Tani Bina
Avera diharapkan mampu mengeksplorasi tanaman ini menjadi suatu
terobosan atau produk-produk yang lebih menjanjikan agar bisa diterima
oleh konsumen dalam negeri maupun luar negeri.
4. Bagi
penelitian
selanjutnya,
peneliti
menyarankan
agar
dibuat
perbandingan yang signifikan antara Kelompok Tani Bina Avera di Kota
Depok dengan kelompok tani lainnya yang menggeluti bidang yang sama
sehingga dapat terlihat kekurangan serta kelebihan dari kelompok tani
tersebut dan nantinya akan menjadi bahan evaluasi bagi masing-masing
kelompok demi peningkatan dan keberhasilan usahanya.
105
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Adi,
Isbandi Rukminto. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2002.
Arifin, Bustanul. Pertanian Era Transisi. Lampung: Universitas Lampung Press,
2001.
Arikunto, Suhartini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 1996
Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009.
Dillon. HS., Pertanian Membangun Bangsa. Jakarta: Sinar Harapan, 1999.
Firdaus, Ismet. dkk. Pengamalan Al-Qur’an tentang Pemberdayaan Dhu’afa.
Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Gunawan, Imam. Metodologi Penelitian Kualitatif :Teori dan praktik. Jakarta: PT
Bumi Ksara, 2013.
Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif.
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Lauer, Robert H. Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2003.
Machendrawaty, Nanih dan Safei, Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat
Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial. Depok: PT Rajagrafindo Persada,
2012.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remeja Rosda
Karya, 2007.
Nasdian, Fredian Tonny. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2015.
Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikroekonomi dan Makro Ekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008.
Rostita. Sehat, Cantik, dan Penuh Vitalitas Berkat Lidah Buaya. Bandung: PT
Mizan Pustaka, 2008.
106
107
Setiadi, Elly M. dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Prenada Media
Group, 2006.
Soetomo, Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT
Refika Aditama, 2005.
Sujarno, dkk. Pemberdayaan Nilai Budaya dalam Rangka Mewujudkan Keluarga
Sejahtera di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 2000.
Sulaeman, M. Munandar. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT. Eresco, 1998.
Suyanto, Bagong. Sosiologi Ekonomi: Kapitalisme dan Konsumsi di Era
Masyarakat Post Modernisme. Jakarta: Kencana, 2014.
Tabloid Agropolitan. Kebijakan Pertanian Perlu dibenahi. Edisi I. 26 Desember
2015.
Undang-undang Dasar 1945.
Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial.
Wawancara
Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari. Ketua Kelompok Tani Bina Avera
Depok. Pada tanggal 30 Maret 2016.
Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori. Anggota Kelompok Tani Bina
Avera Depok. Pada tanggal 18 April 2016.
Wawancara pribadi dengan Dewi Utari. Sekretaris Kelompok Tani Bina Avera
Depok. Pada tanggal 12 April 2016.
Wawancara pribadi dengan Hj Manih Ferdiana. Bendahara Kelompok Tani Bina
Avera Depok. Pada tanggal 18 April 2016.
Wawancara pribadi dengan Muhayar. Anggota Kelompok Tani Bina Avera
Depok. Pada tanggal 17 April 2016.
Wawancara pribadi dengan Wiyah. Anggota Kelompok Tani Bina Avera Depok.
Pada tanggal 17 April 2016.
Wawancara pribadi dengan ketua RT. Depok, 18 April 2016.
107
108
Internet
Gaya hidup masa kini Femina. “Trend Lidah Buaya.” Artikel di akses pada
tanggal 10 April 2016 dari http://www.femina.co.id/article/lidah-buaya
Pemerintah Kota Depok. “Aloevera potensi unggulan lain kota Depok.” artikel di
akses
pada
tanggal
24
januari
2016
dari
http://www.depok.go.id/31/03/2011/01-berita-depok/aloevera-potensiunggulan-lain-kota-depok
BPS Dinas Pertanian dan perikanan pemerintah kota Depok, 2015
Skripsi
Syaiful. “Upaya Kelompok Tani Sakati Makmur Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Petani Pasir Putih Melalui Pertanian Jambu Merah.” Skripsi S1 fakultas
ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, Universitas syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013.
Nasution, Nur atikah. “Dampak perubahan pemanfaatan tanah situ kuru terhadap
pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar.” Skripsi S1 fakultas ilmu
dakwah dan ilmu komunikasi, Universitas syarif Hidayatullah Jakarta,
2011.
Sari, Hindrina Perdhama. “Pertumbuhan lidah buaya (Aloe Chinensis Baker) pada
media tanam campuran tanah dan kompos.” Skripsi S1 Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Depok,
2005.
Linda. “Studi kelayakan pengembangan usaha minuman lidah buaya avera.”
Skripsi S1 Fakultas Teknik, Universitas Indonesia Depok, 2004.
Widiyaningsih. “Analisis Tingkat Keberdayaan masyarakat melalui Program
Pengembanga komoditas Buah Belimbing pada kelompok tani Belimbing
di Kecamatan Pancoran Masm Kota Depok.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu
sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Depok, 2013.
108
TRANSKRIP WAWANCARA
Wawancara I
Wawancara dengan Ibu Tantri Guntari selaku pendiri dari kelompok tani bina avera
yang dilakukan hari rabu dan minggu pada tanggal 30 maret dan 17 April 2016 di kediaman
rumah Bu Tantri.
Peneliti
: “Assalamualaikum Bu Tantri?”
Bu Tantri
: “wa’alaikum salam wr wb, kamu yang waktu itu kemari kan bersama teman
kamu yang katanya ingin penelitian disini?”
Peneliti
: “iya bu benar itu saya, oiya nama saya fachri bu”.
Bu Tantri
: “kamu dari kampus mana?”
Peneliti
: “saya dari Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta bu, yang kampus nya di
ciputat hehe”.
Bu Tantri
: “ ohhh.... tapi kamu tinggalnya di Ciputat Juga?”
Peneliti
: “enggak bu saya tinggal di Krukut yang deket Gandul cinere”.
Bu Tantri
: “ya lumayan jauh lah, kamu ngambil apa di UIN?”
Peneliti
: “saya ngambil Kesejahteraan Sosial bu, saya sih niatnya ingin meneliti
kelompok tani bina avera ibu”.
Bu Tantri
: “terus kamu ingin meneliti tentang apanya tuh?”
Peneliti
: “saya ingin meneliti tentang kesejahteraan para anggota kelompok tani bina
avera ibu dan bagaimana perubahan sosial mereka gitu bu”.
Bu Tantri
: “yahhhhh itu mahh kegampangan, kenapa kamu gak ngambil tentang manfaat
dari pengolahan lidah buaya atau kesejahteraan seluruh para pengolah
produksi lidah buaya di depok ??? terus kamu menggunakan teori struktural
saya ada tuhh bukunya”
Peneliti
: “karena itu terlalu luas bu, penelitian saya sendiri itu konsep nya tentang
kelompok tani lidah buaya, dan mengambil lokasi penelitiannya di wilayah ibu
teori yang saya gunakan juga tentang pemberdayaan masyarakat”.
Bu Tantri
: “bener sihh saya punya kelompok namanya itu Bina Avera tapi beberapa
bulan belakangan ini kelompok ibu gak aktif gak ada kegiatan juga, karena
mayoritas kan anggota nya ibu-ibu, ada yang ngurusin anak, ya intinya udeh
panya kesibukan masing-masing gitu”.
Peneliti
: “oh gitu bu, yaa mungkin saya tetap mengambil tema kelompok ibu tapi dari
awalnya terbentuk sampai vacum gitu bu”.
Bu Tantri
: “yasudah kalau begitu, padahal bagus loh budidaya lidah buaya ini, selain
banyak manfaat nya jika bisa ngolahnya jadi barang bernilai tinggi ini, saya
juga sudah memberikan pelatihan kepada ibu-ibu disini cara budidaya nya
sampai cara mengolahnya. Saya juga memberikan kebebasan kepada mereka
jika ingin menjual di luar kelompok juga boleh, kan kita punya khas
kelompoknya sendiri gitu”.
Peneliti
: “bagus bu bener itu, kalau boleh tau ibu mulai terjun di dunia pertanian ini
sejak kapan?”
Bu Tantri
: “saya tuh dulu hanya karyawan swasta di salah satu perusahan asing, waktu
itu ada seminar tentang lidah buaya gitu kan saya tertarik lalu saya mengikuti
pelatihannya yang di adakan di depok waktu itu tahun 2004 di UI ama dinas
kota Depok. Saya coba-coba tuh membeli bahan baku nya 10 kilo gram berapa
kali saya gagal dalam bereksperimen pada tanaman Lidah Buaya ini, tak
sedikit juga saya menghabiskan dana sendiri dalam percobaan saya waktu itu.
Peneliti
: “terus bu?”
Bu Tantri
: “awalnya sekitar waktu tahun 2005 saya membuat produk pertama saya yaitu
Es Mambo Lidah Buaya, dan saya jajakin ke orang-orang supaya dapat hasil
yang memuaskan terutama para anak SD ya namanya juga anak-anak pasti
suka sama Es. lalu saya buat olahan seperti minuman nata de coco dalam
bentuk gelas saya pasarin ke masyarakat disini dan responnya bagus”.
Peneliti
: “serius bu awal-awal ibu jualin ke SD?”
Bu Tantri
: “seriusan, saya waktu itu jualin harganya Rp.1.000 satunya, sampai sekarang
saya bisa mengolah hampir 800 kg buat di jadiin minuman, krupuk dulu
sempet ada permen tapi udeh gak produksi lagi. Saya kasih tau kamu ada dua
jenis utama dari tanaman lidah buaya yaitu lidah buaya barbadensis miller dan
aloe vera chinensis. Kalau barbadensis miller itu dari Eropa dan biasanya jenis
ini banyak permintaan dari industri kosmetik dan farmasi sedangkan aloe vera
chinensis dari Asia diperuntukan menjadi berbagai produk olahan makanan
seperti yang saya budidaya itu jenisnya Chinensis”.
Peneliti
: “terus ibu mulai meresmikan usaha nya sejak kapan?
Bu Tantri
: “pada tahun 2007 saya meresmikan usaha Home Industri Lidah Buaya, yang
saya namakan Tanolavera. Tanolavera itu sendiri singkatan dari Tantri dan
aloevera, karena nama saya Tantri sedangkan aloevera itu nama latin dari
Lidah Buaya. Lalu, sekitar tahun 2008 saya baru memperluas usaha saya
dengan menjual tanaman hias lainnya seperti anggrek, kaktus, sampai kamboja
jepang karena disini belum ada yang menjual tanaman hias seperti itu
Peneliti
: “Oh gitu bu, selain minuman ibu memproduksi apa lagi?
Bu Tantri
: “selain minuman Lidah Buaya saya membuat produk olahan lainnya seperti
Krupuk Libuy (Lidah Buaya), krupuk ini saya inovasi sedemikian rupa agar
bisa diterima ke konsumen seperti saya berikan bumbu-bumbu pedas, asin
bahkan ada yang keju. Dan saya juga menjual krupuk-krupuk mentah ini yang
berbahan dasar Lidah Buaya yang dikemas dalam plastik, agar penjual juga
bisa memasaknya sendiri di rumah dengan menambahkan varian lainnya”.
Peneliti
: “banyak juga yaa produk yang ibu buat?”
Bu Tantri
: “iya de soalnya kan klo minuman saja orang-orang bosan, jadi saya membuat
yang beda. Satu lagi selain produk olahan minuman dan krupuk ini, saya juga
membuat teh celup dari kulit Lidah Buaya, teh celup ini cukup digemari oleh
masyarakat cilodong sendiri”.
Peneliti
: “kalau untuk harga ibu memasarkannya berapa?”
Bu Tantri
: “Harga satu cup minuman lidah buaya yang saya jual di pasaran bisa
mencapai dua ribu lima ratus rupiah, perbulan Usaha Bisnis saya ini bisa
memproduksi hingga 500 duz yang per duz nya berisi 24 cup minuman lidah
buaya untuk di supply ke warung-warung kecil sampai super market besar
seperti hypermart dan supermarket besar se jabodetabek”.
Peneliti
: “itu bu yang di depan kantor kecamatan cilodong kebun ibu?”
Bu Tantri
: “iya itu kebun ibu, banyak kunjungan-kunjungan anak sekolah soalnya yang
ingin mengetahui tentang tanaman lidah buaya jadi saya buka untuk umum
untuk di jadikan taman edukasi semacam itu dan diharapkan mampu membuka
wawasan bagi siapa pun, termasuk anak-anak jika ingin mengenal lebih jauh
tentang tanaman ini. Dan juga memberitahukan bahwa lidah buaya bukan
sekadar tanaman hias, tetapi juga sangat bermanfaat bagi kehidupan seharihari”.
Peneliti
: “bu dari penjualan produksi olahan, terus buka perkebunan pendidikan
sampai tanaman hias, kira-kira klo boleh tau pendapatan ibu sebulannya
berapa?
Bu Tantri
: “Saya ada usaha sampingan seperti menjual Tanaman hias seperti pohon
kaktus, pohon kamboja jepang, anggrek, dan lain-lain. Pendapatan yang bisa
saya terima itu bisa mencapai Rp.20.000.000 lebih, tergantung orderan
penjualan dari hasil olahan lidah buaya dan tanaman hias selama sebulan.”
Peneliti
: “sebelum ibu bisnis ini, di pekerjaan ibu sebagai karyawan berapa?”
Bu Tantri
:“sewaktu saya menjadi karyawan di perusahan asing saya hanya mendapatkan
gaji selama sebulan Rp.6.200.000 di tahun 2000an, saya berpikir waktu itu
tidak ingin terus-terusan menerima gaji, maka akhirnya saya keluar dan terjun
di usaha lidah buaya ini, dan membuahkan hasil. Ya lumayan saya bisa
memperkerjakan orang lain juga bisa memenuhi kebutuhan pribadi”.
Peneliti
: “kalau untuk pengeluaran ibu seperti harian, mingguan terus bulanan itu ibu
apa saja?
Bu Tantri
: “kalau itu sih saya biasa ngasih ke bibi untuk beli ini beli itu, jadi saya
palingan ngasih harian seperti untuk masak saya kasih biasanya Rp.100.000
terus uang jajan anak saya kasih Rp.50.000 berdua. Terus kalau mingguan
palingan beli gas, galon terus peralatan nyuci si bibi saya kasih Rp.200.000
saya juga ikut perawatan mingguan sekali konsul ama nebus obat itu bisa
sampai Rp.500.000, kalau untuk bulanan bayar SPP itu Rp.2.000.000, bayar
les anak Rp.750.000, bayar Ac/listrik/air, saya selalu menyempatkan waktu
kepada anak-anak untuk jalan-jalan biar gak bosan dirumah terus, minimal di
akhir pekan kita harus refreshing bersama keluarga. Kadang shopping ke Mall
beli pakaian anak, terus pergi tempat rekreasi, agar kita bisa liburan untuk
menghilangkan kejenuhan”.
Peneliti
: “ada lagi bu pengeluarannya?”
Bu Tantri
: “kredit mobil Rp.4.400.000 belum lunas, bayar pembantu Rp.1.200.000 ama
pegawai Rp.6.000.000 sebulan”.
Peneliti
: “tujuan ibu kedepannya apa?”
Bu Tantri
: “Saya menjadi wirausaha seperti sekarang ini karena ada keinginan
tersendiri, yaitu menyekolahkan anak sampai setinggi mungkin. Karena
fondasi dalam kehidupan itu berawal dari pendidikan, bagaimana terbentuk
baik atau pun buruknya anak, itu dari hal yang namanya pendidikan. Sukursukur anak bisa ke luar negeri amin”.
Peneliti
: “semoga tujuan ibu bisa tercapai dengan baik, amin. kalau terbentuknya
kelompok tani bina avera kapan bu?”
Bu Tantri
: “berawal dari kumpul ibu-ibu disini kan waktu itu hanya berkumpul bagi
para ibu-ibu PKK, lalu saya tuh ngajak mereka untuk membentuk kelompok
tani Lidah Buaya. Dengan ilmu yang saya miliki, saya ada keinginan untuk
memberdayakan masyarakat Tani Cilodong agar supaya ada perubahan
terhadap kesejahteraan mereka. yaa lumayan kan selain menghasil kan juga
menambah ilmu bagi mereka.
Peneliti
: “ohh gitu bu...”
Bu Tantri
: “disini para warga sebelumnya tidak senang dengan kehadiran saya disini
karena saya itu pendatang dulunya saya asli Bogor. Tetapi karena hasil kerja
keras saya selama ini dan dukungan dari para petani, saya bisa menjadi
Pemimpin KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) dan juga membina
kelompok tani bina avera di Kecamatan Cilodong”.
Peneliti
: “Tujuan awal ibu membuat kelompok ini apa?”
Bu Tantri
: “karena saya ada keinginan untuk mengajak para warga sekitar untuk ikut
membudidayakan Lidah Buaya. jika kita explore hasil Lidah Buaya itu sendiri,
ini akan menjadi suatu barang yang bernilai tinggi. Dan lagi ada beberapa
petani Lidah Buaya disini yang perlu untuk diberdayakan”.
Peneliti
: “seperti apa sihh ibu dulunya mengajarkan budidaya lidah buaya kepada para
anggota ibu?”
Bu Tantri
: “awalnya saya hanya memberikan kepada para anggota yaitu 5 bibit untuk
setiap anggota, dari situ banyak yang mati terus bilang ke saya, “kok bu
tanaman saya pada mati yaa?” dari situ lah saya merencanakan kegiatan
kelompok bersama para anggota”
Peneliti
: “kegiatan kelompok itu sendiri ngapain aja bu?”
Bu Tantri
: “ya seperti kelompok tani biasa pada umunya, yaitu Pertemuan rutin anggota
kelompok tani yang dilaksanakan tiap minggu pertama tiap bulannya,
Melaksanakan pelatihan-pelatihan pertanian, Melakukan kegiatan usaha
kelompok, Berkoordinasi dengan kelompok lain dalam peningkatan sesama
kelompok tani lidah buaya, Menerima kunjungan Mahasiswa-mahasiswi untuk
melakukan penelitian. Sudah banyak mahasiwa seperti kamu penelitian disini,
ada anak IPB, UI, ada yang dari UNBRAW malang juga dll”.
Peneliti
: “hambatan selama ibu membina para anggota itu apa aja bu?”
Bu Tantri
: “yang paling saya tidak suka dari para anggota kelompok itu tidak adanya
konsisten dari mereka, misalkan sudah kita sepakati kalau pertemuan
mingguan untuk hadir, tapinya banyak yang gak hadir. Alasannya banyak
entah itu mengurusi rumah, atau apalah itu. Dan lagi kalau untuk bayar iuran
khas kelompok dari hasil penjualan masing-masing anggota itu di kenakan
2,5% intinya untuk kegiatan amal dan juga kebutuhan kelompok, tetapi banyak
yang gak bayar”.
Peneliti
: “kalau untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti itu apa yang biasanya
di lakukan bu?”
Bu Tantri
: “waktu dulu masih fresh nya kelompok kami para anggota setiap ada
permasalahan pasti di bicarakan, bagaimana ini bisa terjadi sampai kita
menyikapinya itu seperti apa, itu ada dulu dalam rangka pertemuan mingguan
kelompok”.
Peneliti
: “kalau sekarang?
Bu Tantri
: “sudah tidak ada lagi, ya itu tadi karena punya urusan masing-masing
mereka”.
Peneliti
: “kalau untuk budidaya tanaman lidah buaya harus punya sawah kan bu?”
Bu Tantri
: “tidak harus, saya sudah menginstruksikan kepada anggota saya bahwa
menanam lidah buaya tidak harus mempunyai lahan tanah yang luas, karena di
perkarangan rumah juga bisa, menggunakan polibag sebagai wadah dari
tanaman lidah buaya. Soalnya para anggota mayoritas banyak yang belum tahu
bagaimana cara budidaya lidah buaya, bibit lidah buaya seperti apa yang
bagus, media tanah juga, lalu pupuk nya yang bagus itu dari kotoran apa, dan
sebagainya. Tetapi ada juga anggota kelompok yang sudah paham dengan
tanaman ini”.
Peneliti
: “apa bu biasanya yang dibahas dalam pertemuan kelompok?
Bu Tantri
: “Pertemuan setiap bulan, yang pertama membahas kebutuhan kelompok tani.
Seperti pupuk, obat-obatan. Terus ditunjang kalo musim kemarau, itu seksi
pengairan, menginformasikan kalo saluran kotor segera dibersihkan”
Peneliti
: “kegiatan lainnya itu seperti apa bu?”
Bu Tantri
: “Kegiatan yang pertama seperti gotong royong, membersihkan selokanselokan. Irigasi lah di lahan pertanian lidah buaya. Yang kedua bilamana
media tanah rusak bisa diperbaiki sendiri. Terus membuat bedengan, gotong
royong urunan (iuran). Kalo iuran tidak mesti, bilamana ada keperluan
musyawarah dan dibantu kas kelompok tani, kemudian perbaikan dam”.
Peneliti
: “itu semua untuk pembudidayaan lidah buaya bu?”
Bu Tantri
: “iya bener, klo untuk pembudidayaan itu sendiri awalnya dari lingkungan
dahulu, karena Lidah Buaya ini dapat ditanam pada jenis tanah yang gembur
dan kandungan bahan organiknya tinggi, jika tanah yang ditanami lidah buaya
kandungan organik nya rendah harus menggunakan pupuk organik agar
pertumbuhannya cepat dan bagus”.
Peneliti
: “setelah itu bu?”
Bu Tantri
: “harus terkena sinar matahari yang cukup karena tanaman ini termasuk
tanaman yang membutuhkan cahaya dari sinar matahari penuh, oleh karena itu
kelembapan tanahnya pun harus tinggi, disekitar 16-30 derajat Celcius Barulah
tanaman ini bisa tumbuh dengan normal”.
Peneliti
: “klo untuk pembibitannya itu seperti apa bu?”
Bu tantri
: “klo bibit itu ambilnya dari induk lidah buaya dan bibit yang diambil dari
tanaman induk harus yang berusia 2 tahun keatas. anakan yang digunakan
untuk bibit diusahakan yang sudah cukup besar, diusia 1-2 bulanan lah, sampai
memiliki 1-2 daun dengan panjang 3-5 cm. Lalu Bibit yang di ambil harus
dengan cara mencongkel anakan dan akarnya jangan sampai terputus jika
sampai terputus bibit yang di cabut akan mati”.
Peneliti
: “nanem bibitnya itu langsung ke lahan bu?”
Bu Tantri
: “itu bisa juga tetapi lebih baik jika nanamnya itu di polibag karena
pembibitan di polibag bisa dilakukan dengan media tanah dicampur pupuk
kandang seperti tai kambing jika ingin subur. Kemudian, tambahkan NPK 5
gram/ polibag setiap 2 minggu. Setelah itu, polibag ditaruh di tempat yang
cukup terkena sinar matahari supaya tanaman yang dihasilkan bisa
berkembang dengan maksimal.”
Peneliti
: “lalu?”
Bu Tantri
: “Tanah yang ingin ditanami lidah buaya bisa dibajak beberapa kali sampai
gembur, kemudian dibuat bedengan agar tanah tetap lembap ama saluransaluran drainase yang berguna untuk mengontrol jika airnya luber. Bedengan
dibuat dengan ukuran lebar 1-2 m, tinggi 30-40 cm, dan panjang disesuaikan
di lapangan. Lalu bibit ditanam dalam lubang tanam dengan kedalaman 10 cm,
dan diberi pupuk kandang sekitar 1,5 kg per lubang, setelah itu sampai lidah
buaya benar-benar berkembang.”
Peneliti
: “untuk masalah hama dari taneman ini gimana bu?”
Bu Tantri
: “pembersihan hama seperti rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman lidah
buaya perlu dibuang, daunnya juga jangan sampai tertimbun sama tanah dan
juga daun-daun bagian bawah yang telah berwarna kuning juga dibuang, klo
tidak dibuang lidah buayanya bisa mati karena mengalami pembusukan akibat
serangan jamur”.
Peneliti
: “jadi hama nya seperti rumput liar bu bukan binatang?”
Bu Tantri
: “bukan mana ada binatang yang makan lidah buaya, orang dagingnya juga
pahit. Jika Pemeliharaan untuk memperbesar dan menggemukan daging lidah
buaya di perlukan pemangkasan pada bagian ujung daun ketika lidah buaya
berumur 12 bulan. karena jika tidak dipangkas bisa menyebabkan penurunan
kualitas pada lidah buayanya ama air juga bisa mempengaruhi keadaan lidah
buaya itu sendiri. jika tidak diperhatikan selama proses penanaman bisa-bisa
lidah buaya yang ditanam akan layu”.
Peneliti
: “panennya kapan bu?”
Bu Tantri
: “Lidah Buaya sudah bisa dipanen pada umur 12-18 bulan setelah tanam dan
panen berikutnya dilakukan setiap sebulan sekali. Panen dimulai dari pelepah
yang paling bawah dengan cara menyobek sedikit bagian pangkal daun lalu di
tarik keluar dengan hati-hati. Setiap pohon itu bisa menghasilkan 1-2 pelepah
lidah buaya yang siap untuk diolah maupun dijual. Biasanya sih para petani
disini dijual karena tidak mau repot dalam pengolahan lidah buaya”.
Peneliti
: “kalau untuk kerjasama dengan instansi lain ada gak bu?”
Bu Tantri:
: “tahun 2010 saya waktu itu pernah ngisi seminar kampus di UI Depok
tentang pemanfaatan Lidah Buaya Bagi Kesehatan dan waktu itu saya
mengajak para anggota saya buat ikut berpartisipasi juga dalam pelaksaan
acara seminar itu. Semenjak itu saya sering diundang jadi Dosen tamu di IPB,
UI, sampai UNBRAW juga saya juga pernah diundang menjadi Dosen tamu
disana.
Peneliti
: “selain itu bu?”
Bu Tantri
: “saya juga di percaya oleh KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) Depok
untuk menjabat sebagai ketua KTNA khusus di kecamatan cilodong. Karena
saya aktif dalam menjalin hubungan terhadap sesama para petani, baik itu
petani padi, petani sayur, semua petani di Wilayah Depok saya mendirikan
kelompok ini atas bantuan dari pemerintah Cilodong sampai ada SK dari
kelurahan yang berlakukan untuk meresmikan kelompok tani bina avera ini.
Sampai sejauh ini saya sudah menjalin hubungan dengan KTNA (Kelompok
Tani Nelayan Andalan) kota Depok, APEBEDE Depok (Asosiasi Petani
Belimbing Dewa), sampai kelompok tanaman hias kota Depok”.
Peneliti
: “ada bu bantuan dari pemerintah?”
Bu Tantri
: “ada kok bantuan dari pemerintah, waktu itu kan kemarau panjang, jadi harus
butuh air yang banyak untuk menghidupi lidah buaya yang pada kekeringan.
Sebelumnya kita juga sudah buat saluran irigasi bersama kelompok, tetapi
tidak cukup untuk mengairi tanaman lidah buaya yang pada hampir mati.
Sampai saat ini sudah dikasih sumur bor kok, Untuk mengairi tanaman Lidah
buaya, karena waktu itu pernah kemarau berkepanjangan, jadi untuk masalah
pengairan kita membutuhkan air yang banyak dan sumur bor tersebut sangat
membantu untuk mengairi tanaman lidah buaya yang kita tanam di lahan”.
Wawancara II
Wawancara dengan ibu manih Ferdiana selaku anggota dari kelompok tani bina avera
yang dilakukan hari senen pada tanggal 18 april 2016 di kediaman bu Manih ferdiana.
Peneliti
: “assalamualaikum bu, saya fachri dari mahasiswa UIN Jakarta ingin
mewawancarai masalah kelompok bina avera, saya juga sudah ngobrol banyak
sama bu Tantri kemarin bu tentang seputar kelompok”.
Bu Manih
: “wa’alaikum salam, iya saya juga sudah dikasih tahu oleh bu Tantri klo ada
anak mahasiswa yang ingin neliti tentang kelompok bina avera,”
Peneliti
: “ibu masuk kelompok bina avera tahun berapa?”
Bu manih
: “saya sudah bergabung pas awal-awalnya terbentuknya kelompok, tahun
2010 saya udeh aktif dengan bu Tantri”.
Peneliti
: “itu ibu awal nya sebelum bergabung dengan kelompok bina avera emang
sudah menjadi petani lidah buaya?”
Bu Manih
: “bisa di bilang seperti itu, tapi hanya sekedar menanam lidah buaya saja, itu
juga di kasih sama bu Tantri”.
Peneliti
: “apa saja sih bu kegiatan yang di lakukan semasa kelompok aktif?”
Bu Manih
: “banyak de, ikut dengan pelatihan bersama dinas pertanian depok,
silaturahmi sesama komunitas kelompok lain dan lain-lain. Sebenarnya dulu
kami tuh belum sangat paham tentang tanaman lidah buaya ini, dan bu Tantri
menjelaskan kepada kami para anggota sampai mengerti. Dulu itu saya nanem
lidah buaya sampai ada yang layu bahkan ada yang mati karena waktu itu gak
dikasih pupuk makanya sampai ada yang mati”.
Peneliti
: “oh gitu bu, beda yaa bu dengan sekarang?”
Bu Manih
: “iya beda,”
Peneliti
: “kalau untuk pendapatan ibu selama jadi anggota berapa bu?”
Bu Manih
: “setelah bergabung dengan kelompok tani bina averanya bu Tantri
pendapatan saya selalu meningkat, dari hasil panen lidah buaya saya
mendapatkan kurang lebih Rp.2.600.000 selama sebulan”.
Peneliti
: “apa aja sih bu pengeluaran selama sebulan bu seperti harian, mingguan?”
Bu manih
: “uang jajan anak saya sisihkan Rp.10.000 perhari, belanja dapur seperti sayur
asem, tempe, tahu ikan asin, cabe, garem, tergantung pengen nya bapak mao
makan apa sihh de, terus beli gas, galon, sampo, sabun, rinso, pewangi
pakaian, bayar lsitrik/aer/telepon, biaya arisan keluarga Rp.300.000 mungkin
itu aja”.
Peneliti
: “anggota kelompok bina avera itu sendiri seperti apa bu, apakah aktif
sekarang?”
Bu Manih
: “aktif sih sewaktu dulu pas kelompok masih berjalan, soalnya semua
program otomatis berjalan yang pasti juga ada aktivitas kelompok. Seperti
pertemuan terhadap para warga di Cilodong adalah hal yang sangat penting
karena dengan pertemuan-pertemuan seperti itu bisa menghidupi
keharmonisan antar warga dan juga mempererat hubungan tali silaturahmi di
desa ini”.
Peneliti
: “terus semenjak sudah tidak berjalannya ini ibu bagaimana?”
Bu Manih
: “karena pertemuan-pertemuan dengan kelompok sudah jarang jadi
melakukan budidaya tanaman lidah buaya ini sendiri, saya juga sudah
menguasai ilmu-ilmu yang sudah diberikan kelompok, tinggal saya
kembangkan lagi nantinya”.
Peneliti
: “manfaat apa yang ibu dapatkan semenjak bergabung nya dengan kelompok
tani bina avera dalam kehidupan sosial ibu?”
Bu Manih
: “alhamdulillah semenjak bergabung dengan kelompoknya bu Tantri, saya
mendapat banyak masukan dari beliau. Bahkan bukan saya saja tetapi anggota
lainnya mendapatkan ilmu-ilmu yang bermanfaat dari bergabung nya menjadi
anggota kelompok tani ini. Saya sendiri di percaya sebagai ketua ibu-ibu PKK
di Cilodong, ini adalah amanah yang di berikan para ibu-ibu kepada saya dan
saya harus menjalankan sebaik-baiknya”
Peneliti
: “klo faktor kebudayaan disini bu gimana, seperti agama nya anggota
kelompok bina avera?”
Bu manih
: “kegiatan keagamaan masyarakat tani Cilodong masih terus berjalan,
kegiatan ya seperti pengajian-pengajian yang di adakan oleh warga sini”
Peneliti
: “hubungan dengan warga lain seperti apa bu?”
Bu Manih
: “baik warga sini sangat menghormati satu sama lain tanpa beda-beda orang,
saya juga jadi banyak di kenal orang semenjak masuk menjadi anggota
kelompok Bina Avera, dulu mahh gak terlalu lebih di kenal seperti sekarang
ini de”.
Peneliti
: “ohh gitu bu, emang di kenal seperti apa bu sekarang?”
Bu Manih
: “yaa saya sudah di percaya menjadi anggota ibu-ibu PKK seperti yang saya
jelasin tadi, terus kalau untuk di Undang ke acara-acara resmi sudah banyak,
terakhir belom lama saya di Undang ama pak camat untuk hadir di Rapat
kantor Camat sebagai perwakilan desa Cilodong”.
Peneliti
: “bagus dong bu sekarang ibu sudah di hargai sama pejabat-pejabat setempat
hehe”.
Bu Manih
: “yaa enggak lahh saya mah tetap bersyukur dengan apa yang saya capai
sekarang ini,”
Peneliti
: “mungkin itu aja bu selebih nya mohon maaf, terima kasih atas waktunya
yang ibu berikan”
Bu manih
: “sama-sama de, lain kali mampir aja de kalau kemari”.
Peneliti
: “iya bu Insya allah”.
Wawancara III
Wawancara dengan Bapak Asmawi Buckhori salah anggota dari kelompok tani bina
avera yang dilakukan hari senen pada tanggal 18 april 2016 di kediaman beliau.
Peneliti
: “assalamualaikum pak, saya fachri dari kampus UIN ciputat, mau nanyananya sedikit tentang kelompok bina avera”
Pak asmawi
: “wa’alaikum salam wr wb, iya de bisa di bantu?”
Peneliti
: “gini pak mau tau tanya, semenjak kapan bapak bergabung dengan kelompok
tani bina avera?”
Pak asmawi
: “sudah terbentuk itu kelompok saya udeh ada de”.
Peneliti
: “emang sejarah nya dulu seperti apa pak itu kelompok, kata Bu Tantri tahun
2009 didirikan kelompok ini pak?”
Pak asmawi
: “memang benar de, kelompok Bina Avera ini terbentuk pada tahun 2009.
Karena beberapa dari kami sebagai petani Lidah Buaya juga ingin
mengembangkan usaha kami seperti yang dialami oleh Bu Tantri. sebenernya
dulu itu pada ikut-ikutan de orang-orang disini, ngeliat bu Tantri sukses jadi
pengen ikutan kaya bu Tantri gitu nanem lidah buaya. Jadi gini de para warga
disini dulunya itu banyak yang memandang sebelah mata bu Tantri. soalnya
bu Tantri hanya seorang pendatang di daerah Cilodong. Karena bu Tantri gigih
dan tekun dalam usaha lidah buayanya akhirnya dia jadi salah satu petani
berhasil di daerah Cilodong. para warga disini pun memberikan apresiasi yang
lebih terhadap beliau karena sudah mengharumkan nama Cilodong”.
Peneliti
: “emangnya bu Tantri asli orang mana pak?”
Pak Asmawi : “asli bogor de, itu Bu Tantri dulu awalnya penjual minuman Lidah Buaya
keliling, kadang nitip barang dagangannya itu ke warung-warung kecil
disekitar Desa”.
Peneliti
: “berarti bagus dong pak, ada perubahan positif bagi warga atas kedatangan
bu Tantri?”
Pak asmawi
: “yaa begitu lahh, tetapi ada juga yang ngiri ama keberhasilan bu Tantri,
maklum lahh namanya juga di kampung”.
Peneliti
: “hubungan masyarakat disini terhadap para anggota kelompok tani bina avera
itu seperti apa pak disini?”
Pak Asmawi : “baik disini para warganya, rukun semua, setiap minggu sekali kan disini ada
kegiatan kerja bakti para warga kampung Cilodong tiap minggu”.
Peneliti
: “tujuannya apa tuh pak?”
Pak Asmawi : “untuk menjalin silaturahmi aja para warga disini, kan kesehariaannya pada
sibuk dengan urusan masing. Nahh kita pengen warga disini tetep kompak
dalam hubungan satu sama laennya”.
Peneliti
: “ohh gitu yaa pak, kalau untuk mayoritas warga disini seperti apa pak?
Seperti gaya hidupnya atau budaya disini gitu pak?
Pak Asmawi : “wahh disini mah warga nya ramah-ramah gak ada yang macem-macem,
anak muda nya aja palingan klo malem suka keluyuran gak jelas di jalan, terus
pada ngerokok mabok-mabok an, untung aja gak ada anak saya ikutaan
mereka.”
Peneliti
: “parah juga yaa pak, emangnya bapak orang mana klo boleh tau?
Pak Asmawi : “saya orang betawi asli, disini juga mayoritas orang betawi, ada juga orang
Sunda kaya Bu Tantri”.
Peneliti
: “ada peningkatan gak pak selama bapak menjadi anggota kelompok Tani
Bina Avera?”
Pak Asmawi : “peningkatan sih sudah pasti ada, saya kan juga termasuk petani lidah buaya
yang lama juga, saya Cuma belon ada ilmunya gak kaya bu Tantri yang sudah
menguasai bener lidah buaya, tetapi hasil lidah buaya cukup untuk
keseharian”.
Peneliti
: “ngomong-ngomong pendapatan bapak sebulan berapa sih pak?
Pak asmawi
: “lumayan de buat kebutuhan sehari-hari dirumah, sekitar Rp.4.500.000
sebulan, dari hasil penjualan olahan lidah buaya yang penting anak bisa
sekolah.”
Peneliti
: “pengeluaran bapak apa aja sih pak, seperti harian, mingguan ama
bulanannya?”
Pak asmawi
: “harian palingan jajan anak sekolah Rp.10.000, ngasih istri buat belanja
harian Rp.20.000, ama ngasih istri buat bulanannya Rp.2.000.000 buat beli
gas, kebutuhan mandi segala macem dah”.
Peneliti
: “itu klo lebih uang nya untuk apa pak?”
Pak asmawi
: “Dari hasil panen itu uangnya saya gunakan untuk keperluan rumah tangga,
jika ada sisa bisa saya kumpulin untuk membeli Handphone. Soalnya udeh
banyak orang make Handphone sekarang lebih praktis mudah di bawa
kemana-mana”
Peneliti
: “oh gitu pak, klo tentang masyarakat disini sering gak sih pak ada rapat-rapat
desa disini? Terus bapak gmn tuh?
Pak asmawi
: “kalau saya sih Cuma beberapa kali ngikutin rapat-rapat gitu, tapi jika wajib
untuk hadir misalkan acara peresmian pak lurah, saya harus datang kan saya
mantan Sekdes (sekertaris desa) disini de waktu periode 1999-2004”
Peneliti
: “wah bapak mantan pejabat daerah nih jamannya walikota nya pak Badrul
Kamal klo gak salah yaa pak?”
Pak asmawi
: “iya betul, dulu mah ama sekarang beda de, saya tuh sebenarnya tidak suka
dengan kepemimpinan lurah sekarang, karena kebijakan-kebijakan yang di
buat tidak pro ke rakyat, jalan aja sekarang masih banyak yg rusak belon di
bener-benerin, berbeda dengan lurah sebelumnya yang selalu bersosialisasi
dengan warganya, jika klo ada aspirasi dari masyarakat pak lurah cepat
tanggap”.
Peneliti
: “sama pak jalan deket rumah saya juga belon pada bener, nambah ancur
malahan, tapi mau gimana lagi itu lah pemimpin sekarang pak. Kalau untuk
kedepannya bapak ada rencana gitu pak?”
Pak asmawi
: “saya ini lagi mencari-cari pabrik di banten sampe bekasi, untuk hasil olahan
lidah buaya yang saya budidaya. Saya tinggal cari karyawan kalau udeh
menemukan pabrik nya. Ini rencana jangka pendek saya, saya juga udeh
berkonsultasi dengan bu Tantri, dan alhamdulillah bu Tantri support”.
Peneliti
: “klo begitu semoga tercapai pak rencana bapak, semoga dapat berkah dari
Allah swt amin klo gitu saya permisi dulu yaa pak makasih atas waktunya”.
Pak asmawi
: “iya amin de sama-sama, nanti klo perlu apa-apa lagi tinggal kesini aja lagi
de hehe”.
Penelti
: “iya pak”.
Wawancara IV
Wawancara dengan Bapak Muhayar salah anggota dari kelompok tani bina avera
yang dilakukan hari minggu pada tanggal 17 april 2016 di kediaman beliau.
Peneliti
: “assalamualaikum wr wb pak muhayar, saya fachri dari kampus UIN Ciputat
yang sedang melakukan penelitian di kelompok Bina Avera, maaf ganggu yaa
pak...”
Pak muhayar : “tidak apa-apa kok de, kebetulan saya juga lagi gak ngapa-ngapain, kemaren
udeh ketemu bu tantri dong?”
Peneliti
: “sudah pak, saya sudah ngobrol banyak juga dengan bu Tantri, saya juga
harus memwawancarai anggota kelompok yang lain seperti bapak”.
Pak Muhayar : “ ohh ywdh mau nanya apa?”
Peneliti
: “sudah berapa lama pak menjadi petani lidah buaya?”
Pak muhayar : “saya hampir 10 tahun menjadi petani lidah buaya”.
Peneliti
: “klo untuk profesi sebelumnya apa pak?”
Pak muhayar : “saya itu sebelumnya seorang petani padi, untuk panen saja membutuhkan
waktu 3 bulanan, bersih yang saya dapatkan Cuma 3 jutaan, jadi saya mencoba
ladang saya untuk di tanami lidah buaya dan hasilnya pun cukup memuaskan
tanamanannya tumbuh subur panen nya pun setiap ada orderan bibit dan
pelepah jika ada orderan setiap hari saya sibuk pasti di sawah”.
Peneliti
: “kalau untuk pendapatan setelah menjadi petani lidah buaya gmn pak?”
Pak muhayar : “saya hampir perbulannya itu mendapatkan Rp.7.000.000 jadi saya beralih ke
lidah buaya dan saya fokus di tanaman ini. dari hasil panen lidah buaya
lumayan saya bisa memenuhi kebutuhan keluarga, saya juga udeh bisa kredit
motor, makan juga udeh enak, dulu mah setiap hari ada kali makan make nasi
ama tempe doangan, sekarang udeh bisa makan make ayam. Untung aja SPP
anak gratis karena program dari dinas pendidikan jadi bisa nabung buat masa
depan keluarga”.
Peneliti
: “kalau hadir di rapat-rapat bapak sering?”
Pak muhayar : “saya sudah berapa kali menghadiri rapat, banyak de tidak terhitung.
Pokoknya jika bu Tantri di Undang di acara-acara penting pasti saya di suruh
untuk menemani beliau sebagai perwakilan kelompok tani bina avera”.
Peneliti
: “kenapa bapak sering untuk hadir di acara-acara musyawarah?”
Pak muhayar : “saya senang jika di undang ke rapat-rapat warga, jadi saya bisa
mengemukakan aspirasi saya. karena sudah seharusnya tugas pemerintah
untuk menampung pendapat-pendapat dari warga seperti kami ini”
Peneliti
: “kesibukan bapak selain di sawah ngapain pak biasanya?”
Pak muhayar : “tak jarang juga saya untuk di undang ke acara-acara majlis ta’lim, ibu-ibu
PKK untuk memipin pengajian yang di selenggarakan setiap seminggu sekali.
Terkadang juga saya mengisi khutbah jumat di masjid-masjid Depok untuk
berceramah”
Peneliti
: “ada gak pak keinginan gitu kedepannya?”
Pak muhayar : “sebagai orang tua kan saya harus memberikan pendidikan lebih untuk anak,
karena apa? Saya ingin anak tidak ada yang seperti saya tamatan SD, Minimal
itu saya memberikan pendidikan yang tinggi agar dia bisa berguna bagi dirinya
sendiri”.
Peneliti
: “saya setuju pak itu kalau masalah pendidikan, saya aja ini ingin melanjutkan
S2 insya allah pak hehe”. Oiya pak makasih ya pak atas waktunya”.
Pak muhayar : “sama-sama de”.
Wawancara V
Wawancara dengan Ibu Dewi salah anggota dari kelompok tani bina avera yang
dilakukan hari selasa pada tanggal 12 april 2016 di rumah bu dewi.
Peneliti
: “assalamualaikum wr wb bu dewi, saya fachri dari mahasiswa UIN Ciputat,
boleh ibu minta waktunya sebentar untuk ngobrol-ngobrol”.
Bu dewi
: “wa’alaikum salam wr wb iya de silahkan, emang mau apa de?”
Peneliti
: “ini bu saya ada tugas penelitian dari universitas, saya ingin meneliti tentang
kelompok tani bina avera nya bu Tantri”.
Bu dewi
: “ohh gitu de, saya mah sudah lama tidak ikut kegiatan kelompok lagi de”.
Peneliti
: “emang kenapa bu tidak ikut lagi? Alasan dulu ikut kelompok apa bu?”
Bu dewi
: “saya mah de sebenarnya hanya untuk mengisi waktu luang dengan ikut
bersama kelompoknya bu Tantri, soalnya gak ada kerjaan juga kalo dirumah,
anak pada sekolah, suami kerja, dari pada gak ngapa-ngapain mendingan
ikutan jadi anggota kelompok, bisa ngisi waktu luang bareng ama ibu-ibu
disini de”
Peneliti
: “kalau boleh tau pendapatan selama menjadi petani lidah buaya berapa bu?”
Bu dewi
: “saya Cuma dapet kisaran Rp.300.000 – Rp.600.000 doang de, soalnya saya
kan juga gak punya lahan pertanian jadi gak banyak gitu de nanemnya”.
Peneliti
: “emang suami kerja apa bu?”
Bu dewi
: “suami hanya supir angkot de pendapatan juga gak nentu kadang bawa
pulang Rp.80.000 aja udeh bersyukur kita de, anak masih sekolah”.
Peneliti
: “pengeluaran ibu selama sebulan berapa bu? Kaya harian, mingguan ama
bulanannya?”
Bu dewi
: “uang jajan anak Rp.10.000, kebutuhan dapur bisa mencapai Rp.30.000
seharinya, terus beli gas, galon, odol, sabun mandi, peralatan nyuci, bayar
lsitrik/aer, iuran sekolah anak Rp.200.000, ama bayar keamanan ceban.
Peneliti
: “ibu keinginan ibu seperti apa?
Bu dewi
: “pengennya gak punya utang de ama orang, bisa makan enak walau gak tiap
hari”.
Peneliti
: “emang ibu gak pengen anak nya sekolah sampai universitas gitu bu?”
Bu dewi
: “yaaaa de buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau entar juga nganggur, lagian
kami hidup secara pas-pasan de gimana caranya nyekolahin anak, saya mah
kepingin anak itu bantuin bapak nya di Terminal, yaa untuk makan sehari-hari
ama buat nambahin uang jajannya dia sendiri. Biar dia juga bisa belajar
bagaimana susahnya cari uang”
Peneliti
: “ohhh oke bu terima kasih atas waktunya”
Bu dewi
: “sama-sama de”
Wawancara VI
Wawancara dengan Ibu Wiyah salah anggota dari kelompok tani bina avera yang
dilakukan hari minggu pada tanggal 17 april 2016 di warung tempat dia berjualan.
Peneliti
: “assalamualaikum wr wb bu wiyah, maaf ganggu, boleh minta waktunya
sebentar bu?”
Bu wiyah
: “iyaa de gpp, ada apa ya?”
Peneliti
: “ini bu saya dari mahasiswa UIN yang sedang melakukan penelitian di
kelompok bina avera nya bu Tantri”.
Bu wiyah
: “ohhh bu Tantri, iya de sudah lama emang aktivitas kelompok itu tidak
berjalan hampir setahun lahh de klo di hitung-hitung”.
Peneliti
: “emang gak berjalannya kenapa bu?”
Bu wiyah
: “karena pada punya kesibukannya masing-masing de, udeh gitu bu Tantri
juga fokus ama usaha nya sendiri, jadi kami sebagai anggota sudah tidak di
bimbing lagi”.
Peneliti
: “klo ibu sendiri kenapa tidak meneruskan budidaya lidah buaya kembali bu?”
Bu wiyah
: “saya mahhh de cape doang klo ngurusin lidah buaya, soalnya hasilnya gak
nentu kadang cuma dapet Rp.200.000 sampe Rp.300.000 sebulanan.
Mendingan saya ngurusin dagangan saya buka warung kecil-kecilan, minimal
kebutuhan anak terpenuhi”.
Peneliti
: “emang dari warung bu wiyah mendapatkan omset berapa perbulan?”
Bu wiyah
: “pendapatan saya sebulan Rp.2.200.000 jika ramai pengunjung,”
Peneliti
: “kalau untuk pengeluaran selama sebulan apa aja bu?”
Bu wiyah
: “saya biasa ngasih jajan anak itu Rp.4.000, kebutuhan masak seperti beli
tahu, tempe, sayur asem, ayam klo ada duit lebih. Kalau peralatan mandi,
nyuci,gas dll saya tinggal ngambil dari warung, palingan saya bayar bulanan
seperti aer/listrik/telepon, bayar spp anak Rp. 300.000, iuran lingkungan
Rp.10.000, bayar kredit motor seharga Rp.769.000 bulanannya”.
Peneliti
: “tujuan awal ibu sebenernya apa dengan bergabungnya bersama kelompok
bina avera?”
Bu wiyah
: “tujuan saya bergabung dalam kelompok tani bina avera ini karena ingin
membantu keluarga, paling enggak kebutuhan dapur terpenuhi. Tetapi lama
kelamaan yang di dapet hanya cape, karena hasil dari kerja keras nanem lidah
buaya sampai panen itu tidak sebanding. Jadi saya memutuskan untuk fokus di
warung kecil-kecilan saya, semoga aja lancar”.
Peneliti
: “ohh gitu yaa bu, mungkin emang ibu rezeki nya di warung, kalau gitu terima
kasih nih bu atas waktunya, semoga ibu selalu di berikan keberkahan”.
Bu wiyah
: “amin de, sama-sama lain kali mampir lagi aja de jangan sungkan”.
Peneliti
: “insya allah bu, nanti ngerepotin lagi bu saya klo kesini, permisi bu”.
Observasi di Lapangan
No
1
Tanggal
Kegiatan
Tempat
30 Maret
Berkunjung ke rumah Bu Tantri tempat Rumah Bu Tantri
2016
berkumpulnya para anggota Kelompok
Tani Bina Avera, serta berbincangbincang dengan Beliau untuk meminta
ijin melakukan penelitian.
2
12 April
Berkunjung
2016
Kelompok Tani Bina Avera Bu Dewi,
untuk
ke
meminta
rumah
anggota Rumah Bu Dewi
informasi
terkait
permasalahan di kelompok tersebut.
3
17 April
Mengamati cara bertani tanaman Lidah Sawah Cilodong
2016
Buaya
yang
dilakukan
oleh
Pak
Muhayar di sawah beliau. Ada satu
karyawan
Pak
Muhayar
yang
ditugaskan untuk merawat tanaman
Lidah Buaya ini dari Hama.
4
18 April
Mengamati
2016
kelompok tani yaitu Pak Asmawi dan Asmawi dan Bu
Bu
Manih
menafkahi
penjualan
kehidupan
Ferdiana
keluarganya
tanaman
anggota Rumah
yang
dari
Lidah
Bapak
telah Manih ferdiana
hasil
Buaya.
Perubahan seperti apa yang mereka
alami sebelum dan sesudah bergabung
dengan Kelompok Tani Bina Avera
yang di bentuk oleh Bu Tantri.
5
22 April
Berkunjung
ke
Sekretariat
KTNA Sekertariat KTNA
2016
(Kelompok Tani Nelayan Andalan) Cabang Cilodong
Cilodong Depok, berdialog dengan Depok
para anggota KTNA terkait keberadaan
Kelompok
Tani
Bina
Avera
di
Cilodong.
6
27 April
Mengamati
cara
2016
Buaya yang baik dan benar setiap Buaya di Cilodong
langkah-langkahnya.
Budidaya
Melihat
Lidah Perkebunan Lidah
dan
mendokumentasikan Kelompok Tani
Bina Avera
Lidah Buaya.
yang sedang memanen
DOKUMENTASI
Bu Tantri saat dengan hasil produk
unggulannya yaitu minuman Lidah Buaya
Pusat Pelatihan Kelompok
Tani Bina Avera Cilodong
Tempat Musyawarah Kelompok Tani Bina
Avera Cilodong Depok
Perkebunan Kelompok Tani Bina
Avera Cilodong Depok
Peneliti sedang melakukan penanaman Lidah
Buaya di kebun salah satu anggota Bina Avera
Pengurus Kelompok Tani Bina
Avera Cilodong Depok
Download