survei pasar terhadap makanan yang mengandung protein susu sapi

advertisement
SURVEI PASAR TERHADAP MAKANAN YANG
MENGANDUNG PROTEIN SUSU SAPI
Arifianto – 20070702
Mazdar Helmy – 20070709
Madya Nutrisi dan Metabolik
Periode 15 Juli 2009 – 12 Agustus 2009
Divisi Nutrisi & Penyakit Metabolik
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2009
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Alergi makanan merupakan masalah penting pada anak karena makanan merupakan zat yang
mutlak diperlukan pada tumbuh kembang. Reaksi simpang terhadap makanan atau reaksi
hipersensitivitas makanan merupakan semua reaksi yang terjadi akibat ingesti makanan
tertentu. Reaksi ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu intoleransi makanan dan alergi makanan.
Reaksi intoleransi makanan disebabkan oleh komponen spesifik dari suatu makanan,
misalnya efek farmakologi dari zat penambah rasa, atau disebabkan oleh aktivasi sel mast
non spesifik akibat zat aditif makanan. Faktor pejamu, seperti defisiensi enzim tertentu juga
dapat menyebabkan reaksi intoleransi makanan. Reaksi alergi makanan disebabkan oleh
reaksi imun terhadap protein dalam makanan, dapat diperantarai oleh antibodi IgE maupun
tidak diperantarai antibodi IgE.1
Alergi susu sapi merupakan alergi makanan yang sering terjadi pada bayi dan anak,
dengan prevalensi sekitar 2-7%. Alergi susu sapi dapat terjadi pada bayi yang mendapat air
susu ibu (ASI) ataupun yang mendapat susu formula.2,3 Diagnosis dini dan tatalaksana yang
tepat sangat penting untuk mencegah penurunan kualitas tumbuh kembang anak. Eliminasi
diet merupakan tata laksana baku pada alergi susu sapi. Ibu yang sedang memberikan ASI
pada anak yang terdiagnosis alergi susu sapi dianjurkan melakukan eliminasi diet terhadap
semua makanan yang mengandung protein susu sapi. Demikian pula pada bayi yang tidak
mendapat ASI, harus dilakukan eliminasi diet terhadap semua produk makanan yang
mengandung protein susu sapi, baik susu formula atau makanan pendamping. 1,2
Keluarga perlu mengetahui produk makanan yang potensial mengandung protein susu
sapi agar dapat menghindari produk makanan tersebut dan mencegah timbulnya reaksi alergi
pada bayi dan anak yang telah terdiagnosis alergi susu sapi. Saat ini banyak produk makanan
yang sebagian besar mengandung protein susu sapi. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu
survei pasar mengenai produk-produk makanan yang mengandung protein susu sapi.
2
I.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah:
1. Produk makanan apa yang perlu dihindari oleh ibu yang sedang menyusui bayi yang
mempunyai alergi susu sapi?
2. Produk makanan apa yang perlu dihindari oleh bayi atau anak yang mempunyai alergi
susu sapi?
I.3
Tujuan
I.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui tata laksana alergi susu sapi, terutama eliminasi diet sebagai tata laksana
utama alergi makanan.
I.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui produk makanan yang harus dihindari oleh ibu yang sedang menyusui
bayi yang telah terdiagnosis alergi susu sapi.
2. Mengetahui produk makanan yang harus dihindari oleh bayi dan anak yang telah
terdiagnosis alergi susu sapi dan pilihan makanan yang dapat diberikan.
I.4
Manfaat
I.4.1
Bidang Pendidikan
Memperoleh pengalaman dalam membuat penelitian survei sederhana.
I.4.2
Bidang Pengabdian Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai produk makanan yang
mengandung protein susu sapi sebagai bagian dari langkah eliminasi diet dalam tata
laksana alergi susu sapi.
I.4.3
Bidang Pengembangan Penelitian
Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai pendekatan praktis dalam
menangani bayi dan anak dengan alergi susu sapi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alergi susu sapi merupakan alergi makanan yang sering terjadi pada bayi dan anak, karena
protein susu sapi merupakan protein asing yang pertama kali dikenal oleh bayi. Selain itu,
sistem imun bayi masih belum matur dan masih rentan terhadap sensitisasi terhadap antigen
asing.1,4 Sebagian besar anak akan menunjukkan gejala sebelum usia 12 bulan, terutama
dalam 1 minggu setelah pengenalan terhadap formula berbasis protein susu sapi.1,3 Risiko
alergi susu sapi meningkat dengan adanya riwayat atopi pada keluarga, yaitu sekitar 20-30%
bila salah satu orang tua mempunyai atopi, dan 40-60% bila kedua orang tua mempunyai
atopi.2
Pada alergi susu sapi yang diperantarai oleh IgE, reaksi alergi terjadi melalui reaksi
hipersensitivitas tipe I, yaitu antigen terikat dengan antibodi IgE yang terikat pada sel mast.
Ikatan silang antara 2 buah antibodi IgE akan menyebabkan sel mast melepaskan mediator
inflamasi. Pada alergi susu sapi yang tidak diperantarai IgE, reaksi alergi melibatkan
kompleks imun antara antibodi IgA atau IgG dengan protein susu sapi (reaksi hipersensitivtas
tipe 3) atau stimulasi langsung sel T oleh antigen protein susu sapi (reaksi hipersensitivtas
tipe 4). Interaksi tersebut akan menyebabkan pelepasan sitokin dan peningkatan produksi
antibodi yang berperan dalam kaskade inflamasi.
1-3
Alergi susu sapi juga kadang
disalahartikan dengan intoleransi susu/laktosa. Perbedaannya dijelaskan dalam gambar di
bawah.
Reaksi simpang susu sapi
Intoleransi susu sapi
Alergi susu sapi
-
masalah sistem imun
reaksi terhadap protein susu
Diperantarai IgE
-
Antibodi IgE
Sel mast dan basofil
-
intoleransi laktosa
defisiensi enzim
laktase
Diperantarai non IgE
-
Mekanisme belum jelas
Kemungkinan diperantarai sel Th1
Gambar 1. Perbedaan antara alergi susu sapi dengan intoleransi laktosa4
4
Reaksi alergi yang diperantarai IgE dapat bermanifestasi klinis di kulit (dermatitis
atopi, urtikaria, angioedema), respiratorius (asma, rinokonjungtivitis), gastrointestinal (diare,
kolik), ataupun reaksi anafilaksis. Sedangkan reaksi yang tidak diperantarai IgE sering
bermanifestasi klinis di gastrointestinal, sebagai refluks gastroesofagus, kolitis, konstipasi,
atau protein-losing enteropathy.1-3 Gejala-gejala tersebut dijelaskan dalam tabel di bawah.
Tabel 1. Manifestasi klinis alergi protein susu dan diagnosis bandingnya3
Tipe reaksi
Manifestasi
Diagnosis banding
Rinokonjungtivitis
Penyebab primer dari saluran
napas
Diperantarai IgE
Saluran napas
Asma (mengi, batuk)
Edema laring
Otitis media dengan efusi
Kulit
Gastrointestinal
Dermatitis atopi
Alergi makanan
Urtikaria
Alergi polutan lingkungan
Angioedema
Atopi primer
Sindrom alergi oral
Alergi makanan atau lingkungan
Mual dan muntah
Infeksi, pengosongan lambung
yang lambat, malrotasi, penyakit
seliak, fibrosis kistik
Kolik, diare
Diperantarai non IgE
Saluran napas
Hemosiderosis
pulmonal (sindrom Heiner)
Kulit
Ruam kontak
Alergi makanan atau lingkungan
Dermatitis atopi
Atopi primer
Refluks gastroesofageal
Refluks fisiologis, pengosongan
kambung yang lambat, penyakit
seliak, fibrosis kistik
Gastontestinal
Enteropati transien
Enteropati protein-losing
Sindrom enterokolitis
Fisura ani
Gagal tumbuh
Hiperkalsemia, penyakit
Hirschprung, hipotiroid, gangguan
fungsional
Anemia (tanpa kolitis)
Banyak kemungkinan
Kolitis, konstipasi
Lain-lain
Tidak diklasifikasikan
Artritis
Purpura Henoch-Schonlein
5
Diagnosis baku alergi susu sapi adalah melalui uji provokasi makanan buta ganda atau
double-blind placebo-controlled food challenge (DBPCFC) pada bayi dan anak yang diduga
mempunyai gejala klinis alergi susu sapi dan riwayat atopi pada keluarga. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan antara lain uji kulit (skin prick test) dan pemeriksaan kadar
antibodi IgE serum, terutama pada reaksi alergi yang diperantarai IgE. Namun kedua
pemeriksaan penunjang tersebut hanya menunjukkan adanya sensitivitas terhadap suatu
protein makanan, tanpa melihat adanya gejala klinis, sehingga uji eliminasi dan provokasi
makanan tetap diperlukan.1,3
Tata laksana alergi susu sapi adalah eliminasi diet, yaitu penghindaran susu sapi dan
semua produk turunannya. Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif selama 4-6 bulan
merupakan cara yang terbaik untuk mengurangi risiko alergi susu sapi dan sebagian besar
manifestasi alergi selama masa bayi.1,2 Pada bayi yang mendapat ASI dan telah terdiagnosis
alergi susu sapi, dianjurkan pada ibu untuk melakukan eliminasi diet terhadap produk
makanan yang mengandung protein susu sapi. Alergen protein susu sapi dapat diekskresi
dalam ASI dan dapat menyebabkan reaksi alergi pada bayi.2,4 Apabila ibu berniat untuk
menyapih ASI, maka dianjurkan untuk pemberian formula protein hidrolisat sempurna
(extensively hydrolised formula) atau formula elemental (formula asam amino) pada bayi.
Apabila bayi akan diperkenalkan makanan padat, maka diet yang diberikan harus bebas dari
protein susu sapi. Pada bayi yang tidak mendapatkan ASI dan telah terdiagnosis alergi susu
sapi, dianjurkan untuk memberikan formula protein hidrolisat sempurna atau formula asam
amino. Apabila bayi akan diperkenalkan makanan padat, maka diet yang diberikan juga harus
bebas dari protein susu sapi.2,3 Tabel di bawah menerangkan komposisi protein dalam ASI
dan susu sapi.
6
Tabel 2. Komposisi protein utama dalam air susu manusia dan sapi4
Protein
Manusia (mg/mL)
Sapi (mg/mL)
α-laktalbumin
2,2
1,2
α-s1-kasein
0
11,6
α-s2-kasein
0
3,0
β-kasein
2,2
9,6
κ-kasein
0,4
3,6
γ-kasein
0
1,6
imunoglobulin
0,8
0,6
laktoferin
1,4
0,3
β-laktoglobulin
0
3,0
lisozim
0,5
trace
albumin serum
0,4
0,4
dll
0,8
0,6
Perbandingan protein kasein:whey di dalam susu sapi adalah 80:20. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa rasio ini menentukan tingkat alergenisitasnya. Penelitian yang dilakukan
terhadap tikus ini memodifikasi rasio kasein:whey menjadi 40:60 dan menunjukkan
alergenisitas berkurang. Dalam praktiknya, penelitian semacam ini menjadi dasar untuk
membuat formula yang tepat bagi bayi dengan alergi protein susu sapi.5
Keluarga harus mengetahui kandungan bahan yang terdapat dalam suatu produk
makanan dalam menyiapkan makanan untuk bayi dan anak, yaitu melalui label makanan.
Produk makanan yang mencantumkan bahan susu sapi atau produk turunan susu sapi dalam
labelnya harus dihindari.1-3 Tabel berikut merupakan beberapa daftar bahan makanan yang
mengandung protein susu sapi.
Tabel 3. Bahan makanan yang mengandung protein susu sapi3,6
Susu, susu skim, dadih (buttermilk)
Krim, mentega, margarin, susu padat
Whey, kasein, kaseinat, laktosa, laktalbumin
Keju, yogurt, sour cream
Pemberian susu berbasis protein kedelai tidak dianjurkan karena masih adanya
kemungkinan reaksi alergi terhadap protein kedelai dan kandungan nutrisi yang kurang.
Waktu yang tepat untuk pengenalan kembali protein susu sapi (reintroduksi) menjadi faktor
yang penting dalam tata laksana alergi susu sapi. Eliminasi diet dilakukan minimal selama 6
bulan atau sampai anak berusia 9-12 bulan. Sebagian besar alergi susu sapi akan menghilang
7
pada usia 2-3 tahun. Eliminasi diet pada ibu dan bayi sebaiknya dilakukan dibawah
pengawasan dokter atau ahli gizi untuk memastikan kebutuhan gizi ibu dan bayi tetap
tercukupi.1-3
8
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei.
III.2
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan melalui survei pasar ke beberapa supermarket dan hipermarket
di Jakarta Pusat dan Timur selama periode Agustus 2009.
III.3
Populasi dan Sampel
Populasi target adalah semua produk makanan yang mengandung bahan susu sapi
atau produk turunannya. Populasi terjangkau adalah semua produk makanan yang
mengandung bahan susu sapi atau produk turunannya adalah yang beredar di pasaran
selama periode Agustus 2009. Sampel penelitian adalah semua produk makanan yang
mengandung bahan susu sapi atau produk turunannya yang berhasil dikumpulkan dan
diobservasi oleh peneliti dalam kurun waktu penelitian
9
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan survei pasar yang telah dilakukan, didapatkan sebagian besar produk makanan
jadi yang beredar mengandung bahan susu sapi atau turunannya. Pada label makanan yang
tercantum dalam produk-produk makanan tersebut, sebagian besar tertulis bubuk susu, susu
skim, mentega, atau whey. Produk-produk ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (1)
makanan yang dikonsumsi oleh ibu (yang sedang menyusui anak dengan alergi susu sapi) dan
(2) makanan (MPASI) yang dikonsumsi oleh bayi dan anak dengan alergi susu sapi. Daftar
yang ada disajikan dalam tabel-tabel di bawah.
Tabel 4. Makanan yang mengandung protein susu sapi yang harus dihindari oleh ibu menyusui anak
dengan alergi susu sapi
No. Nama produk
Kategori
Protein susu sapi Produsen
yang dikandung
1.
Mio stick wafer rasa Biskuit/wafer
vanila
Tepung whey
PT. Ultra Prima Abadi
2.
Chocho wafer stik rasa Biskuit/wafer
stroberi
Tepung whey
PT. Dolphin
3.
Rocky XXX-tra wafer Biskuit/wafer
stik rasa coklat
Whey
PT. Dolphin
4.
Good Time assorted Biskuit/wafer
cookies aneka rasa
Whey
PT. Arnott’s Indonesia
5.
Peptisol
Makanan cair
Konsentrat
susu skim
whey, Kalbe Farma
6.
Entrasol
Makanan cair
Konsentrat
susu skim
whey, Kalbe Farma
7.
Diabetasol
Makanan cair
Konsentrat
susu skim
whey, Kalbe Farma
8.
Ensure
Makanan cair
Natrium
kaseinat, PT. Abbott Indonesia
protein whey
9.
Glucerna CS
Makanan cair
Natrium
kaseinat, PT. Abbott Indonesia
protein whey
10.
Maxcreamer
Krimer
Whey
Indofood
11.
Indocreamer
Krimer
Whey
Indofood
12.
Haan Ice Cream rasa Bubuk instan
coklat, stroberi, vanila
Susu bubuk full Haan
krim, bubuk whey
13.
Astra stik wafer coklat
Biskuit/wafer
Susu bubuk, whey
PT. Arnott’s Indonesia
14.
Loacker
Biskuit
Susu skim, whey
Loacker
15.
Nestle Milo
Sereal
Susu bubuk
bubuk whey
skim, Nestle
10
Produk-produk yang disebutkan dalam tabel 4 menyimpulkan jenis biskuit, wafer,
makanan cair, krimer, es krim, dan sereal mengandung protein susu sapi. Masih ada produkproduk lain yang belum disebutkan, seperti produk coklat, mentega, keju, yogurt, dan sirup
yang mengandung protein susu sapi. Fakta ini menunjukkan banyaknya produk pangan di
pasaran yang harus dicermati secara hati-hati oleh ibu yang menyusui bayi/anak dengan
alergi susu sapi.
Produk yang harus dihindari oleh bayi/anak dengan alergi protein susu sapi
disebutkan dalam tabel 5.
Tabel 5. Makanan pendamping ASI (MPASI) yang mengandung protein susu sapi yang harus
dihindari oleh bayi/anak dengan alergi susu sapi
No. Nama produk
Kategori
Protein susu sapi Produsen
yang dikandung
1.
Milna
Bubur
Bayi Bubur
bayi Protein whey
Kalbe Nutritionals
Penambah Berat Badan (bubuk instan)
semua rasa
2.
Milna Toddler Biskuit Biskuit untuk 1-5 Konsentrat protein Kalbe Nutritionals
rasa coklat dan keju
3.
tahun
whey
Promina Bubur Khusus Bubur bayi
Protein whey
Indofood
for Gaining Weight
4.
5.
Gizi Kita Gizi Tabur 2-5 Bubuk
tabur Protein whey
tahun
(sprinkles)
Pediasure
Makanan cair
Natrium
Sari Husada
kaseinat, Abbott
protein
whey
caseinat
6.
SGM Bubur Susu Bayi Bubur susu
Konsentrat protein Sari Husada
8+
whey, susu bubuk
skim
7.
Nestle Cerelac
Bubur susu
“Dapat
Nestle
mengandung
sekelumit
susu”
protein
(tidak
dijelaskan)
8.
Milna Biskuit Bayi 6+
Biskuit bayi
“may
contain Kalbe Nutritionals
traces of dairy”
11
Sebagian besar produk susu bayi dan anak mengandung bahan susu sapi, kecuali
Isomil® dan Nutrilon Soya® yang mengandung protein kedelai. Sebagian besar makanan
pendamping bayi juga mengandung bubuk susu, susu skim, atau whey, baik dalam bentuk
bubur susu, bubur bayi, nasi tim, atau sereal. Namun terdapat beberapa produk makanan
pendamping bayi yang tidak mengandung bahan susu sapi, dan memang ditujukan untuk bayi
yang mempunyai alergi susu sapi, antara lain Nestle Cerelac® beras merah dan kacang hijau,
bubur bayi Milna Goodmil® dengan label bebas kasein dan glutein, dan biskuit Milna®
untuk usia 6 bulan. Beberapa produk tidak jelas menyebutkan kandungan protein susu sapi,
dengan mencantumkan “dapat mengandung sekelumit protein susu” atau “may contain traces
of dairy”.
12
BAB V
DISKUSI
Eliminasi diet merupakan langkah utama dalam tata laksana alergi susu sapi. Ibu yang
menyusui bayi dengan alergi susu sapi harus mengetahui bahan-bahan makanan yang harus
dihindari selama menyusui bayinya. Keluarga juga harus mengetahui bahan-bahan makanan
yang harus dihindari oleh bayi dan anak untuk mencegah timbulnya reaksi alergi.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan sebagian besar produk makanan jadi yang
beredar, termasuk produk susu bayi dan anak serta makanan pendamping ASI, mengandung
protein susu sapi. Dengan adanya fakta tersebut, seorang ibu yang menyusui atau keluarga
dengan bayi atau anak yang mempunyai alergi susu sapi harus melakukan konsultasi dengan
dokter atau ahli gizi dalam melakukan eliminasi diet, agar kebutuhan nutrisi ibu dan bayinya
tetap terpenuhi. Pemberian suplemen, terutama suplemen kalsium, dapat diberikan pada ibu
menyusui yang sedang melakukan eliminasi diet.1,2 Bahan-bahan makanan mentah, seperti
beras, daging, ikan, ayam, telur, kentang, sayuran, dan buah dapat dijadikan sebagai sumber
nutrisi ibu dan bayinya (home-made food).
Formula protein hidrolisat sempurna (extensively hydrolised formula) atau formula
asam amino dapat diberikan pada bayi yang tidak mendapat ASI. Formula tersebut terbukti
dapat ditoleransi oleh 90% bayi dengan alergi susu sapi (tingkat kepercayaan 95%).2 Susu
Pregestimil® merupakan salah satu contoh formula protein hidrolisat sempurna yang beredar
di pasar. Pemberian susu berbasis protein kedelai tidak direkomendasikan karena masih
adanya kemungkinan reaksi alergi silang dengan protein susu sapi. Selain itu, formula
berbasis protein kedelai mempunyai kandungan fitat, aluminium dan fitoestrogen dalam
jumlah tinggi yang dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan.1,2 Berdasarkan hasil
penelitian di atas, juga didapatkan beberapa makanan pendamping ASI yang tidak
mengandung bahan susu sapi, yaitu Nestle Cerelac® beras merah dan kacang hijau dan bubur
bayi Milna Goodmil®. Makanan pendamping tersebut dapat diberikan pada bayi berusia 6-9
bulan yang mempunyai alergi susu sapi. Edukasi atau reassurance perlu dilakukan pada
orang tua dan keluarga, terutama mengenai prognosis alergi susu sapi yang dapat menghilang
pada usia 2-3 tahun dan pentingnya reintroduksi protein susu sapi setelah eliminasi diet
selama 6 bulan atau saat anak berusia 9-12 bulan. Proses reintroduksi ini sebaiknya juga
dilakukan dibawah pengawasan dokter.1-3
13
Label makanan yang dicantumkan dalam produk makanan hasi survei penelitian
sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun, dalam peraturan pemerintah mengenai
label dan iklan pangan tidak dibahas secara spesifik mengenai ketentuan label makanan pada
kasus alergi makanan.7 Hal ini berbeda dengan ketentuan yang berlaku di Amerika Serikat
melalui The Food Allergen Labeling and Consumer Protection Act (FALCPA) yang
membahas penulisan label makanan yang mengandung alergen makanan.6 Dalam usaha
eliminasi diet, orang tua dan keluarga harus belajar cara membaca label makanan dan
mengetahui bahan-bahan makanan yang menjadi sumber protein susu sapi.
Kelemahan penelitian ini adalah penelitian ini merupakan survei sederhana yang
dilakukan oleh seorang peneliti di area tertentu, sehingga akan menimbulkan bias seleksi,
waktu dan produk. Selain itu, penelitian ini tidak dapat menelusuri lebih lanjut produk
makanan yang diproduksi oleh industri rumah tangga, karena tidak ada label makanan yang
tercantum, sehingga kandungan bahan susu sapi atau produk turunannya tidak dapat
ditentukan.
14
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
V.1
1.
Simpulan
Sebagian besar produk makanan jadi yang beredar di pasar, termasuk produk susu untuk
bayi dan anak serta makanan pendamping ASI untuk bayi, mengandung protein susu
sapi.
2.
Sebagian besar produk tersebut sudah mencantumkan kandungan protein susu sapi,
seperti whey dan kasein, namun sebagian kecil tidak jelas menyebutkan kandungan susu
sapinya, padahal berpotensi untuk mengandung protein susu sapi.
3.
Dalam usaha eliminasi diet, perlu dilakukan konseling diet terhadap ibu yang menyusui
bayi dengan alergi susu sapi dan anak yang mempunyai alergi susu sapi.
4.
Terdapat formula khusus dan produk makanan khusus yang tersedia bagi bayi dengan
alergi susu sapi.
5.
Keluarga harus mengetahui cara membaca label makanan dan mengetahui bahan-bahan
yang menjadi sumber protein susu sapi.
V.2
Saran
1. Sosialisasi daftar makanan yang mengandung protein susu sapi dan bahan makanan yang
menjadi sumber protein susu sapi, terutama pada keluarga yang mempunyai bayi atau
anak dengan alergi susu sapi.
2. Pemantauan teratur dalam hal status nutrisi terhadap ibu, bayi, dan anak yang melakukan
eliminasi diet terhadap protein susu sapi.
3. Kerjasama antara pemerintah dengan produsen formula atau makanan pendamping ASI
untuk membuat formula atau makanan pendamping ASI yang bebas protein susu sapi
dengan harga yang terjangkau.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Benhamou AH, Tempia MG, Belli DC, Eigenmann PA. An overview of cow's milk allergy in
children. Swiss Med Wkly 2009;139:300-7.
2. Vandenplas Y, Brueton M, Dupont C, Hill D, Isolauri E, Koletzko S, et al. Guidelines for the
diagnosis and management of cow's milk protein allergy in infants. Arch Dis Child 2007;92:9028.
3. Brill H. Approach to milk protein allergy in infants. Can Fam Physician 2008;54:1258-64.
4. Crittenden RG, Bennett LE. Cow's milk allergy : a complex disorder. J Am Col Nutr
2005;24:528S-591S.
5. Lara-Villoslada F, Olivares M, Xaus J. The balance between caseins and whey proteins in cow’s
milk determines its allergenicity. J Dairy Sci 2005;88:1654-60.
6. Connolly MV. Special diets. Dalam: Duggan C, Watkins JB, Walker WA, penyunting. Nutrition
in pediatrics. Edisi ke-3. Ontario: BC Decker Inc; 2008. h. 801-3.
7. Presiden Republik Indonesia. Label dan Iklan Pangan. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999.
16
Download