SURVEI PASAR TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG PROTEIN SUSU SAPI Arifianto – 20070702 Mazdar Helmy – 20070709 Madya Nutrisi dan Metabolik Periode 15 Juli 2009 – 12 Agustus 2009 Divisi Nutrisi & Penyakit Metabolik Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2009 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Alergi makanan merupakan masalah penting pada anak karena makanan merupakan zat yang mutlak diperlukan pada tumbuh kembang. Reaksi simpang terhadap makanan atau reaksi hipersensitivitas makanan merupakan semua reaksi yang terjadi akibat ingesti makanan tertentu. Reaksi ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu intoleransi makanan dan alergi makanan. Reaksi intoleransi makanan disebabkan oleh komponen spesifik dari suatu makanan, misalnya efek farmakologi dari zat penambah rasa, atau disebabkan oleh aktivasi sel mast non spesifik akibat zat aditif makanan. Faktor pejamu, seperti defisiensi enzim tertentu juga dapat menyebabkan reaksi intoleransi makanan. Reaksi alergi makanan disebabkan oleh reaksi imun terhadap protein dalam makanan, dapat diperantarai oleh antibodi IgE maupun tidak diperantarai antibodi IgE.1 Alergi susu sapi merupakan alergi makanan yang sering terjadi pada bayi dan anak, dengan prevalensi sekitar 2-7%. Alergi susu sapi dapat terjadi pada bayi yang mendapat air susu ibu (ASI) ataupun yang mendapat susu formula.2,3 Diagnosis dini dan tatalaksana yang tepat sangat penting untuk mencegah penurunan kualitas tumbuh kembang anak. Eliminasi diet merupakan tata laksana baku pada alergi susu sapi. Ibu yang sedang memberikan ASI pada anak yang terdiagnosis alergi susu sapi dianjurkan melakukan eliminasi diet terhadap semua makanan yang mengandung protein susu sapi. Demikian pula pada bayi yang tidak mendapat ASI, harus dilakukan eliminasi diet terhadap semua produk makanan yang mengandung protein susu sapi, baik susu formula atau makanan pendamping. 1,2 Keluarga perlu mengetahui produk makanan yang potensial mengandung protein susu sapi agar dapat menghindari produk makanan tersebut dan mencegah timbulnya reaksi alergi pada bayi dan anak yang telah terdiagnosis alergi susu sapi. Saat ini banyak produk makanan yang sebagian besar mengandung protein susu sapi. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu survei pasar mengenai produk-produk makanan yang mengandung protein susu sapi. 2 I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah: 1. Produk makanan apa yang perlu dihindari oleh ibu yang sedang menyusui bayi yang mempunyai alergi susu sapi? 2. Produk makanan apa yang perlu dihindari oleh bayi atau anak yang mempunyai alergi susu sapi? I.3 Tujuan I.3.1 Tujuan Umum Mengetahui tata laksana alergi susu sapi, terutama eliminasi diet sebagai tata laksana utama alergi makanan. I.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui produk makanan yang harus dihindari oleh ibu yang sedang menyusui bayi yang telah terdiagnosis alergi susu sapi. 2. Mengetahui produk makanan yang harus dihindari oleh bayi dan anak yang telah terdiagnosis alergi susu sapi dan pilihan makanan yang dapat diberikan. I.4 Manfaat I.4.1 Bidang Pendidikan Memperoleh pengalaman dalam membuat penelitian survei sederhana. I.4.2 Bidang Pengabdian Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai produk makanan yang mengandung protein susu sapi sebagai bagian dari langkah eliminasi diet dalam tata laksana alergi susu sapi. I.4.3 Bidang Pengembangan Penelitian Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai pendekatan praktis dalam menangani bayi dan anak dengan alergi susu sapi. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Alergi susu sapi merupakan alergi makanan yang sering terjadi pada bayi dan anak, karena protein susu sapi merupakan protein asing yang pertama kali dikenal oleh bayi. Selain itu, sistem imun bayi masih belum matur dan masih rentan terhadap sensitisasi terhadap antigen asing.1,4 Sebagian besar anak akan menunjukkan gejala sebelum usia 12 bulan, terutama dalam 1 minggu setelah pengenalan terhadap formula berbasis protein susu sapi.1,3 Risiko alergi susu sapi meningkat dengan adanya riwayat atopi pada keluarga, yaitu sekitar 20-30% bila salah satu orang tua mempunyai atopi, dan 40-60% bila kedua orang tua mempunyai atopi.2 Pada alergi susu sapi yang diperantarai oleh IgE, reaksi alergi terjadi melalui reaksi hipersensitivitas tipe I, yaitu antigen terikat dengan antibodi IgE yang terikat pada sel mast. Ikatan silang antara 2 buah antibodi IgE akan menyebabkan sel mast melepaskan mediator inflamasi. Pada alergi susu sapi yang tidak diperantarai IgE, reaksi alergi melibatkan kompleks imun antara antibodi IgA atau IgG dengan protein susu sapi (reaksi hipersensitivtas tipe 3) atau stimulasi langsung sel T oleh antigen protein susu sapi (reaksi hipersensitivtas tipe 4). Interaksi tersebut akan menyebabkan pelepasan sitokin dan peningkatan produksi antibodi yang berperan dalam kaskade inflamasi. 1-3 Alergi susu sapi juga kadang disalahartikan dengan intoleransi susu/laktosa. Perbedaannya dijelaskan dalam gambar di bawah. Reaksi simpang susu sapi Intoleransi susu sapi Alergi susu sapi - masalah sistem imun reaksi terhadap protein susu Diperantarai IgE - Antibodi IgE Sel mast dan basofil - intoleransi laktosa defisiensi enzim laktase Diperantarai non IgE - Mekanisme belum jelas Kemungkinan diperantarai sel Th1 Gambar 1. Perbedaan antara alergi susu sapi dengan intoleransi laktosa4 4 Reaksi alergi yang diperantarai IgE dapat bermanifestasi klinis di kulit (dermatitis atopi, urtikaria, angioedema), respiratorius (asma, rinokonjungtivitis), gastrointestinal (diare, kolik), ataupun reaksi anafilaksis. Sedangkan reaksi yang tidak diperantarai IgE sering bermanifestasi klinis di gastrointestinal, sebagai refluks gastroesofagus, kolitis, konstipasi, atau protein-losing enteropathy.1-3 Gejala-gejala tersebut dijelaskan dalam tabel di bawah. Tabel 1. Manifestasi klinis alergi protein susu dan diagnosis bandingnya3 Tipe reaksi Manifestasi Diagnosis banding Rinokonjungtivitis Penyebab primer dari saluran napas Diperantarai IgE Saluran napas Asma (mengi, batuk) Edema laring Otitis media dengan efusi Kulit Gastrointestinal Dermatitis atopi Alergi makanan Urtikaria Alergi polutan lingkungan Angioedema Atopi primer Sindrom alergi oral Alergi makanan atau lingkungan Mual dan muntah Infeksi, pengosongan lambung yang lambat, malrotasi, penyakit seliak, fibrosis kistik Kolik, diare Diperantarai non IgE Saluran napas Hemosiderosis pulmonal (sindrom Heiner) Kulit Ruam kontak Alergi makanan atau lingkungan Dermatitis atopi Atopi primer Refluks gastroesofageal Refluks fisiologis, pengosongan kambung yang lambat, penyakit seliak, fibrosis kistik Gastontestinal Enteropati transien Enteropati protein-losing Sindrom enterokolitis Fisura ani Gagal tumbuh Hiperkalsemia, penyakit Hirschprung, hipotiroid, gangguan fungsional Anemia (tanpa kolitis) Banyak kemungkinan Kolitis, konstipasi Lain-lain Tidak diklasifikasikan Artritis Purpura Henoch-Schonlein 5 Diagnosis baku alergi susu sapi adalah melalui uji provokasi makanan buta ganda atau double-blind placebo-controlled food challenge (DBPCFC) pada bayi dan anak yang diduga mempunyai gejala klinis alergi susu sapi dan riwayat atopi pada keluarga. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain uji kulit (skin prick test) dan pemeriksaan kadar antibodi IgE serum, terutama pada reaksi alergi yang diperantarai IgE. Namun kedua pemeriksaan penunjang tersebut hanya menunjukkan adanya sensitivitas terhadap suatu protein makanan, tanpa melihat adanya gejala klinis, sehingga uji eliminasi dan provokasi makanan tetap diperlukan.1,3 Tata laksana alergi susu sapi adalah eliminasi diet, yaitu penghindaran susu sapi dan semua produk turunannya. Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif selama 4-6 bulan merupakan cara yang terbaik untuk mengurangi risiko alergi susu sapi dan sebagian besar manifestasi alergi selama masa bayi.1,2 Pada bayi yang mendapat ASI dan telah terdiagnosis alergi susu sapi, dianjurkan pada ibu untuk melakukan eliminasi diet terhadap produk makanan yang mengandung protein susu sapi. Alergen protein susu sapi dapat diekskresi dalam ASI dan dapat menyebabkan reaksi alergi pada bayi.2,4 Apabila ibu berniat untuk menyapih ASI, maka dianjurkan untuk pemberian formula protein hidrolisat sempurna (extensively hydrolised formula) atau formula elemental (formula asam amino) pada bayi. Apabila bayi akan diperkenalkan makanan padat, maka diet yang diberikan harus bebas dari protein susu sapi. Pada bayi yang tidak mendapatkan ASI dan telah terdiagnosis alergi susu sapi, dianjurkan untuk memberikan formula protein hidrolisat sempurna atau formula asam amino. Apabila bayi akan diperkenalkan makanan padat, maka diet yang diberikan juga harus bebas dari protein susu sapi.2,3 Tabel di bawah menerangkan komposisi protein dalam ASI dan susu sapi. 6 Tabel 2. Komposisi protein utama dalam air susu manusia dan sapi4 Protein Manusia (mg/mL) Sapi (mg/mL) α-laktalbumin 2,2 1,2 α-s1-kasein 0 11,6 α-s2-kasein 0 3,0 β-kasein 2,2 9,6 κ-kasein 0,4 3,6 γ-kasein 0 1,6 imunoglobulin 0,8 0,6 laktoferin 1,4 0,3 β-laktoglobulin 0 3,0 lisozim 0,5 trace albumin serum 0,4 0,4 dll 0,8 0,6 Perbandingan protein kasein:whey di dalam susu sapi adalah 80:20. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa rasio ini menentukan tingkat alergenisitasnya. Penelitian yang dilakukan terhadap tikus ini memodifikasi rasio kasein:whey menjadi 40:60 dan menunjukkan alergenisitas berkurang. Dalam praktiknya, penelitian semacam ini menjadi dasar untuk membuat formula yang tepat bagi bayi dengan alergi protein susu sapi.5 Keluarga harus mengetahui kandungan bahan yang terdapat dalam suatu produk makanan dalam menyiapkan makanan untuk bayi dan anak, yaitu melalui label makanan. Produk makanan yang mencantumkan bahan susu sapi atau produk turunan susu sapi dalam labelnya harus dihindari.1-3 Tabel berikut merupakan beberapa daftar bahan makanan yang mengandung protein susu sapi. Tabel 3. Bahan makanan yang mengandung protein susu sapi3,6 Susu, susu skim, dadih (buttermilk) Krim, mentega, margarin, susu padat Whey, kasein, kaseinat, laktosa, laktalbumin Keju, yogurt, sour cream Pemberian susu berbasis protein kedelai tidak dianjurkan karena masih adanya kemungkinan reaksi alergi terhadap protein kedelai dan kandungan nutrisi yang kurang. Waktu yang tepat untuk pengenalan kembali protein susu sapi (reintroduksi) menjadi faktor yang penting dalam tata laksana alergi susu sapi. Eliminasi diet dilakukan minimal selama 6 bulan atau sampai anak berusia 9-12 bulan. Sebagian besar alergi susu sapi akan menghilang 7 pada usia 2-3 tahun. Eliminasi diet pada ibu dan bayi sebaiknya dilakukan dibawah pengawasan dokter atau ahli gizi untuk memastikan kebutuhan gizi ibu dan bayi tetap tercukupi.1-3 8 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan melalui survei pasar ke beberapa supermarket dan hipermarket di Jakarta Pusat dan Timur selama periode Agustus 2009. III.3 Populasi dan Sampel Populasi target adalah semua produk makanan yang mengandung bahan susu sapi atau produk turunannya. Populasi terjangkau adalah semua produk makanan yang mengandung bahan susu sapi atau produk turunannya adalah yang beredar di pasaran selama periode Agustus 2009. Sampel penelitian adalah semua produk makanan yang mengandung bahan susu sapi atau produk turunannya yang berhasil dikumpulkan dan diobservasi oleh peneliti dalam kurun waktu penelitian 9 BAB IV HASIL PENELITIAN Berdasarkan survei pasar yang telah dilakukan, didapatkan sebagian besar produk makanan jadi yang beredar mengandung bahan susu sapi atau turunannya. Pada label makanan yang tercantum dalam produk-produk makanan tersebut, sebagian besar tertulis bubuk susu, susu skim, mentega, atau whey. Produk-produk ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (1) makanan yang dikonsumsi oleh ibu (yang sedang menyusui anak dengan alergi susu sapi) dan (2) makanan (MPASI) yang dikonsumsi oleh bayi dan anak dengan alergi susu sapi. Daftar yang ada disajikan dalam tabel-tabel di bawah. Tabel 4. Makanan yang mengandung protein susu sapi yang harus dihindari oleh ibu menyusui anak dengan alergi susu sapi No. Nama produk Kategori Protein susu sapi Produsen yang dikandung 1. Mio stick wafer rasa Biskuit/wafer vanila Tepung whey PT. Ultra Prima Abadi 2. Chocho wafer stik rasa Biskuit/wafer stroberi Tepung whey PT. Dolphin 3. Rocky XXX-tra wafer Biskuit/wafer stik rasa coklat Whey PT. Dolphin 4. Good Time assorted Biskuit/wafer cookies aneka rasa Whey PT. Arnott’s Indonesia 5. Peptisol Makanan cair Konsentrat susu skim whey, Kalbe Farma 6. Entrasol Makanan cair Konsentrat susu skim whey, Kalbe Farma 7. Diabetasol Makanan cair Konsentrat susu skim whey, Kalbe Farma 8. Ensure Makanan cair Natrium kaseinat, PT. Abbott Indonesia protein whey 9. Glucerna CS Makanan cair Natrium kaseinat, PT. Abbott Indonesia protein whey 10. Maxcreamer Krimer Whey Indofood 11. Indocreamer Krimer Whey Indofood 12. Haan Ice Cream rasa Bubuk instan coklat, stroberi, vanila Susu bubuk full Haan krim, bubuk whey 13. Astra stik wafer coklat Biskuit/wafer Susu bubuk, whey PT. Arnott’s Indonesia 14. Loacker Biskuit Susu skim, whey Loacker 15. Nestle Milo Sereal Susu bubuk bubuk whey skim, Nestle 10 Produk-produk yang disebutkan dalam tabel 4 menyimpulkan jenis biskuit, wafer, makanan cair, krimer, es krim, dan sereal mengandung protein susu sapi. Masih ada produkproduk lain yang belum disebutkan, seperti produk coklat, mentega, keju, yogurt, dan sirup yang mengandung protein susu sapi. Fakta ini menunjukkan banyaknya produk pangan di pasaran yang harus dicermati secara hati-hati oleh ibu yang menyusui bayi/anak dengan alergi susu sapi. Produk yang harus dihindari oleh bayi/anak dengan alergi protein susu sapi disebutkan dalam tabel 5. Tabel 5. Makanan pendamping ASI (MPASI) yang mengandung protein susu sapi yang harus dihindari oleh bayi/anak dengan alergi susu sapi No. Nama produk Kategori Protein susu sapi Produsen yang dikandung 1. Milna Bubur Bayi Bubur bayi Protein whey Kalbe Nutritionals Penambah Berat Badan (bubuk instan) semua rasa 2. Milna Toddler Biskuit Biskuit untuk 1-5 Konsentrat protein Kalbe Nutritionals rasa coklat dan keju 3. tahun whey Promina Bubur Khusus Bubur bayi Protein whey Indofood for Gaining Weight 4. 5. Gizi Kita Gizi Tabur 2-5 Bubuk tabur Protein whey tahun (sprinkles) Pediasure Makanan cair Natrium Sari Husada kaseinat, Abbott protein whey caseinat 6. SGM Bubur Susu Bayi Bubur susu Konsentrat protein Sari Husada 8+ whey, susu bubuk skim 7. Nestle Cerelac Bubur susu “Dapat Nestle mengandung sekelumit susu” protein (tidak dijelaskan) 8. Milna Biskuit Bayi 6+ Biskuit bayi “may contain Kalbe Nutritionals traces of dairy” 11 Sebagian besar produk susu bayi dan anak mengandung bahan susu sapi, kecuali Isomil® dan Nutrilon Soya® yang mengandung protein kedelai. Sebagian besar makanan pendamping bayi juga mengandung bubuk susu, susu skim, atau whey, baik dalam bentuk bubur susu, bubur bayi, nasi tim, atau sereal. Namun terdapat beberapa produk makanan pendamping bayi yang tidak mengandung bahan susu sapi, dan memang ditujukan untuk bayi yang mempunyai alergi susu sapi, antara lain Nestle Cerelac® beras merah dan kacang hijau, bubur bayi Milna Goodmil® dengan label bebas kasein dan glutein, dan biskuit Milna® untuk usia 6 bulan. Beberapa produk tidak jelas menyebutkan kandungan protein susu sapi, dengan mencantumkan “dapat mengandung sekelumit protein susu” atau “may contain traces of dairy”. 12 BAB V DISKUSI Eliminasi diet merupakan langkah utama dalam tata laksana alergi susu sapi. Ibu yang menyusui bayi dengan alergi susu sapi harus mengetahui bahan-bahan makanan yang harus dihindari selama menyusui bayinya. Keluarga juga harus mengetahui bahan-bahan makanan yang harus dihindari oleh bayi dan anak untuk mencegah timbulnya reaksi alergi. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan sebagian besar produk makanan jadi yang beredar, termasuk produk susu bayi dan anak serta makanan pendamping ASI, mengandung protein susu sapi. Dengan adanya fakta tersebut, seorang ibu yang menyusui atau keluarga dengan bayi atau anak yang mempunyai alergi susu sapi harus melakukan konsultasi dengan dokter atau ahli gizi dalam melakukan eliminasi diet, agar kebutuhan nutrisi ibu dan bayinya tetap terpenuhi. Pemberian suplemen, terutama suplemen kalsium, dapat diberikan pada ibu menyusui yang sedang melakukan eliminasi diet.1,2 Bahan-bahan makanan mentah, seperti beras, daging, ikan, ayam, telur, kentang, sayuran, dan buah dapat dijadikan sebagai sumber nutrisi ibu dan bayinya (home-made food). Formula protein hidrolisat sempurna (extensively hydrolised formula) atau formula asam amino dapat diberikan pada bayi yang tidak mendapat ASI. Formula tersebut terbukti dapat ditoleransi oleh 90% bayi dengan alergi susu sapi (tingkat kepercayaan 95%).2 Susu Pregestimil® merupakan salah satu contoh formula protein hidrolisat sempurna yang beredar di pasar. Pemberian susu berbasis protein kedelai tidak direkomendasikan karena masih adanya kemungkinan reaksi alergi silang dengan protein susu sapi. Selain itu, formula berbasis protein kedelai mempunyai kandungan fitat, aluminium dan fitoestrogen dalam jumlah tinggi yang dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan.1,2 Berdasarkan hasil penelitian di atas, juga didapatkan beberapa makanan pendamping ASI yang tidak mengandung bahan susu sapi, yaitu Nestle Cerelac® beras merah dan kacang hijau dan bubur bayi Milna Goodmil®. Makanan pendamping tersebut dapat diberikan pada bayi berusia 6-9 bulan yang mempunyai alergi susu sapi. Edukasi atau reassurance perlu dilakukan pada orang tua dan keluarga, terutama mengenai prognosis alergi susu sapi yang dapat menghilang pada usia 2-3 tahun dan pentingnya reintroduksi protein susu sapi setelah eliminasi diet selama 6 bulan atau saat anak berusia 9-12 bulan. Proses reintroduksi ini sebaiknya juga dilakukan dibawah pengawasan dokter.1-3 13 Label makanan yang dicantumkan dalam produk makanan hasi survei penelitian sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun, dalam peraturan pemerintah mengenai label dan iklan pangan tidak dibahas secara spesifik mengenai ketentuan label makanan pada kasus alergi makanan.7 Hal ini berbeda dengan ketentuan yang berlaku di Amerika Serikat melalui The Food Allergen Labeling and Consumer Protection Act (FALCPA) yang membahas penulisan label makanan yang mengandung alergen makanan.6 Dalam usaha eliminasi diet, orang tua dan keluarga harus belajar cara membaca label makanan dan mengetahui bahan-bahan makanan yang menjadi sumber protein susu sapi. Kelemahan penelitian ini adalah penelitian ini merupakan survei sederhana yang dilakukan oleh seorang peneliti di area tertentu, sehingga akan menimbulkan bias seleksi, waktu dan produk. Selain itu, penelitian ini tidak dapat menelusuri lebih lanjut produk makanan yang diproduksi oleh industri rumah tangga, karena tidak ada label makanan yang tercantum, sehingga kandungan bahan susu sapi atau produk turunannya tidak dapat ditentukan. 14 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN V.1 1. Simpulan Sebagian besar produk makanan jadi yang beredar di pasar, termasuk produk susu untuk bayi dan anak serta makanan pendamping ASI untuk bayi, mengandung protein susu sapi. 2. Sebagian besar produk tersebut sudah mencantumkan kandungan protein susu sapi, seperti whey dan kasein, namun sebagian kecil tidak jelas menyebutkan kandungan susu sapinya, padahal berpotensi untuk mengandung protein susu sapi. 3. Dalam usaha eliminasi diet, perlu dilakukan konseling diet terhadap ibu yang menyusui bayi dengan alergi susu sapi dan anak yang mempunyai alergi susu sapi. 4. Terdapat formula khusus dan produk makanan khusus yang tersedia bagi bayi dengan alergi susu sapi. 5. Keluarga harus mengetahui cara membaca label makanan dan mengetahui bahan-bahan yang menjadi sumber protein susu sapi. V.2 Saran 1. Sosialisasi daftar makanan yang mengandung protein susu sapi dan bahan makanan yang menjadi sumber protein susu sapi, terutama pada keluarga yang mempunyai bayi atau anak dengan alergi susu sapi. 2. Pemantauan teratur dalam hal status nutrisi terhadap ibu, bayi, dan anak yang melakukan eliminasi diet terhadap protein susu sapi. 3. Kerjasama antara pemerintah dengan produsen formula atau makanan pendamping ASI untuk membuat formula atau makanan pendamping ASI yang bebas protein susu sapi dengan harga yang terjangkau. 15 DAFTAR PUSTAKA 1. Benhamou AH, Tempia MG, Belli DC, Eigenmann PA. An overview of cow's milk allergy in children. Swiss Med Wkly 2009;139:300-7. 2. Vandenplas Y, Brueton M, Dupont C, Hill D, Isolauri E, Koletzko S, et al. Guidelines for the diagnosis and management of cow's milk protein allergy in infants. Arch Dis Child 2007;92:9028. 3. Brill H. Approach to milk protein allergy in infants. Can Fam Physician 2008;54:1258-64. 4. Crittenden RG, Bennett LE. Cow's milk allergy : a complex disorder. J Am Col Nutr 2005;24:528S-591S. 5. Lara-Villoslada F, Olivares M, Xaus J. The balance between caseins and whey proteins in cow’s milk determines its allergenicity. J Dairy Sci 2005;88:1654-60. 6. Connolly MV. Special diets. Dalam: Duggan C, Watkins JB, Walker WA, penyunting. Nutrition in pediatrics. Edisi ke-3. Ontario: BC Decker Inc; 2008. h. 801-3. 7. Presiden Republik Indonesia. Label dan Iklan Pangan. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999. 16