MATA KULIAH FONOLOGI

advertisement
MATA KULIAH FONOLOGI
OLEH
DIRMAN, M.Pd.
dirman
fonologi
1
Pengertian Fonologi
• Dari beberapa sumber, pengertian fonologi
dapat dikemukakan sebagai berikut
• 1) Fonologi ialah bagian dari tata bahasa
yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa
(Keraf, 1984: 30).
dirman
fonologi
2
pengertian
• 2) Fonologi ialah bidang dalam linguistik yang
menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya (Kridalaksana, 1995: 57).
• 3) Fonologi ialah bidang linguistik yang
mempelajari, menganalisis, dan membicarakan
runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara
etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan
logi yaitu ilmu (Chaer, 1994: 102).
dirman
fonologi
3
simpulan
• Berdasarkan beberapa sumber tersebut
dapatlah disimpulkan bahwa fonologi ialah
bidang linguisik atau lmu bahasa yang
menyelidiki, mempelajari, menganalisis,
dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi
bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia berserta fungsinya.
dirman
fonologi
4
Cabang Fonologi
• Cabang Fonologi
Fonologi
Fonetik
dirman
Fonemik
fonologi
5
Pengertian
• 1) Fonetik adalah cabang studi fonologi
yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
memperhatikan apakah bunyi-bunyi
tersebut mempunyai fungsi sebagai
pembeda makna atau tidak (Chaer, 1994:
102).
dirman
fonologi
6
Pengertian
• 2) Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki
dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang
dipakai dalam tutur, serta mempelajari
bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi
tersebut dengan alat ucap manusia (Keraf,
1984: 30).
dirman
fonologi
7
Pengertian
• Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki
penghasilan, penyampaian, dan
penerimaan bunyi bahasa; ilmu
interdisipliner linguistik dengan fisika,
anatomi, dan psikologi (Kridalaksana,
1995: 56).
dirman
fonologi
8
simpulan
• Dengan demikian, jelaslah bahwa fonetik
itu ialah cabang studi fonologi yang
menyelidiki, mempelajari, dan
menganalisis penghasilan, penyampaian,
dan penerimaan bunyi-bunyi
ujaran/bahasa yang dipakai dalam tutur
tanpa memperhatikan fungsinya sebagai
pembeda makna/arti, yang melibatkan
analisis ilmu fisika, anatomi, dan psikologi.
dirman
fonologi
9
Fonemik
• 1) Fonemik adalah cabang studi fonologi
yang mempelajari bunyi bahasa dengan
memperhatikan fungsi bunyi tersebut
sebagai pembeda makna. Untuk jelasnya
kalau kita perhatikan baik-baik ternyata
bunyi [i] yang terdapat pada kata-kata
[intan], [angin], dan [batik] adalah tidak
sama.
dirman
fonologi
10
• Begitu juga bunyi [p] pada kata inggris
[pace], [space], dan [map], juga tidak
sama. Ketidaksamaan bunyi [i] dan bunyi
[p] pada deretan kata-kata di atas itulah
salah satu contoh obyek atau sasaran
studi fonetik.
dirman
fonologi
11
• Dalam kajiannya, fonetik akan berusaha
mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu
serta menjelaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya,
perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat,
misalnya, pada kata [paru] dan [baru] adalah
menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab
perbedaan bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan
berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu
(Chaer, 1994: 102).
dirman
fonologi
12
Pengertian
• 2) fonemik adalah ilmu yang mempelajari
bunyi ujaran dalam fungsinya sebagai
pembeda arti (Keraf, 1984: 30).
• 3) Fonemik adalah penyelidikan mengenai
sistem fonem suatu bahasa (Kridalaksana,
1995: 56).
dirman
fonologi
13
simpulan
• Jadi, jelaslah bahwa fonemik itu adalah cabang studi
fonologi yang menyelidiki dan mempelajari bunyi
ujaran/bahasa atau sistem fonem suatu bahasa dalam
fungsinya sebagai pemdeda arti.
• Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam
bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta
bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam
fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinankemungkinan, bunyi ujaran/bahasa yang manakah dapat
mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
dirman
fonologi
14
Jenis-jenis Fonetik
• Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa, Chaer (1994: 103)
membedakan adanya tiga jenis fonetik, yaitu
Fonetik
Fonetik Artikulatoris
dirman
Fonetik Auditoris
Fonetik Akustik
fonologi
15
penjelasan
• fonetik artikulatoris, disebut juga fonetik
organis atau fonetik fisiologis, mempelajari
bagaimana mekanisme alat-alat bicara
manusia bekerja dalam menghasilkan
bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi
itu diklasifikasikan.
dirman
fonologi
16
penjelasan
• Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa
sebagai peristiwa fisis atau fenomena
alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi
getarannya, amplitudonya, intensitasnya,
dan timbrennya
• Fonetik auditoris mempelajari bagaimana
mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu
oleh telinga kita.
dirman
fonologi
17
• Kridalaksana (1995: 57) mengemukakan adanya fonetikfonetik sebagai berikut.
Fonetik
Fonetik instrumental
Fonetik terapan
Fonetik parametris
dirman
fonologi
18
penjelasan
• Fonetik instrumental adalah bagian dari
fonetik yang merekam, menganalisis, dan
mengukuur unsur-unsur bunyi dengan
mesin atau alat-alat elektronis seperti
spektograf, osiloskop, dan lai-lain.
dirman
fonologi
19
• Fonetik parametris adalah pendekatan dalam fonetik
yang memandang wicara sebagai sistem fisiologis
tunggal dengan variabel-variabel artikulasi dalam saluran
suara yang terus-menerus bergerak dan saling bekerja
sama dalam dimensi waktu untuk menghasilkan
kontinuum bunyi yang disegmentasikan oleh pendengar
menurut kaidah bahasa yang berlaku. Pandangan
dinamsis ini berbeda dari pandangan statsis yang
menganggap wicara sebagai urutan segmen-segmen
yang terurai sebagai kumpulan ciri-ciri yang dapat
dipisah-pisahkan (tempat artikulasi, artikulator, dan
sebagainya).
dirman
fonologi
20
• Fonetik terapan yaitu bidang linguistik
terapan yang mencakup metode dan
teknik pengucapan bunyi dengan tepat;
misalnya, untuk melatih orang yang
gagap, untuk melatih pemain drama, dan
sebagainya.
dirman
fonologi
21
• Ramelan (1985: 82) mengemukakan
adanya fonetik sebagai berikut:
fonetik
fonetik khusus
fonetik umum
dirman
fonologi
22
Penjelasan
• fonetik umum, yaitu fonetik yang membahas
•
bunyi bahasa yang dapat dihasilkan manusia
secara umum.
Fonetik khusus, yaitu fonetik yang
memfokuskan perhatiannya pada bunyi bahasa
tertentu, misalnya fonetik yang mempelajari
bunyi-bunyi bahasa Indonesia disebut fonetik
bahasa Indonesia.
dirman
fonologi
23
Alat Ucap
Alat Ucap
Udara, yang dialirkan keluar
dari paru-paru.
Artikulator, bagian dari alat ucap yang
dapat digerakkan atau atau digeserkan
untuk menimbulkan suatu bunyi.
dirman
fonologi
Titik artikulasi bagian
dari alat ucap
yang menjadi
tujuan sentuh dari
artikulator
24
Pita Suara
• Di ujung atas dari larynx terdapatlah dua
buah pita yang elastis yang disebut pita
suara. Letak pita suara itu horizontal.
Antara kedua pita suara itu terdapat suatu
celah yang disebut glottis.
dirman
fonologi
25
Vokal
• Vokal adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar
dari paru-paru tidak mendapat halangan (Keraf, 1984: 34).
Vokal
Posisi Bibir
Maju Mundurnya Lidah
Tinggi Rendahnya Lidah
dirman
fonologi
26
Diftong
Diftong
Diftong lebar
Diftong turun
Diftong sempit
Diftong naik
dirman
fonologi
27
Konsonan
• Konsonan adalah bunyi ujaran yang terjadi
karena udara yang keluar dari paru-paru
mendapat halangan. (Keraf, 1984: 35).
Konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan
dengan menghambat aliran udara pada satu
tempat di saluran suara di atas glottis; bunyi
bahasa yang dapat berada pada tepi suku kata
dan tidak sebagai inti suku kata; fonem yang
mewakili bunyi tersebut (Kridalaksana, 1993:
118).
dirman
fonologi
28
Berdasarkan artikulator dan
titik artikulasinya
• Konsonan-konsonan dapat dibagi atas:
• 1) Konsosnan bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan
•
dengan mempertemukan kedua belah bibir: p, b, m, w.
Karena kedua belah bibir sama-sama bergerak, serta
keduanya juga menjadi titik sentuh dari bibir yang
lainnya, maka sekaligus mereka bertindak sebagai
artikulator dan titik artikulasi.
2) Konsonan labiodental, yaitu bunyi yang dihasilkan
dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi
dan bibir bawah sebagai artikulatornya: f, v.
dirman
fonologi
29
• Konsonan apikointerdental, yaitu bunyi yang terjadi
•
dengan ujung lidah (apex) yang bertindak sebagai
artikulator dan daerah antargigi (dens) sebagai titik
artikulasinya. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat
konsonan t dan n. Dalam bahasa Jawa terdapat
konsonan t, d, dan n.
4) Konsonan apikoalveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan
oleh ujung lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki
gigi (alveolum) sebagai titik artikulasinya. Dalam bahasa
Indonesia hanya terdapat d dan n, sedangkan dalam
bahasa Jawa terdapat t, d, dan n.
dirman
fonologi
30
• Konsonan palatal, yaitu bunyi yang dihasilkan
•
oleh bagian tengah lidah sebagai artikulatror
dan langit-langit keras (palatum) sebagai titik
artikulasinya: c, j, ny.
6) Konsonan velar, yaitu bunyi yang dihasilkan
oleh belakang lidah sebagai artikulator dan
langit-langit lembut (velum) sebagai titik
artikulasinya, misalnya: k, g, ng, kh.
dirman
fonologi
31
• 7) Hamzah (glotalstop), yaitu bunyi yang
•
dihasilkan dengan posisi pita suara tertutup
sama sekali, sehinga sama sekali menghalangi
udara yang keluar dari paru-paru. Celah antara
kedua pita suara (sama dengan glottis) tertutup
rapat.
8) Laringal, yaitu bunyi yang terjadi karena pita
suara terbuka lebar. Bunyi ini dimasukkan dalam
konsonan karena udara yang keluar mengalami
gesekan
dirman
fonologi
32
Berdasarkan halangan yang dijumpai
udara waktu keluar dari paru-paru
konsonan
Getar atau tril
Konsonan hambat (stop)
Frikatif
dirman
Spiran
fonologi
Likuida atau disebut juga
lateral
33
Penjelasan
• 1) Konsonan hambat (stop), yaitu konsonan yang terjadi karena
udara yang keluar dari paru-paru sama sekali dihalangi, misalnya: p,
b, k, t, d, dan lai-lain. Dalam pelaksanaannya, konsonan hambat
dapat disudahi dengan suatu letusan; dalam hal ini konsonan
hambat itu tersebut: konsonan peletus atau konsonan eksplosif,
misalnya konsonan p dalam kata pukul, lapar. Atau konsonan
hambat itu dapat dilaksanakan dengan tidak ada letusan; maka
hambat itu bersifat implosif, misalnya t dalam kata berat, parit, dan
lai-lain. Dengan cara sederhana dapat dikatakan bahwa hambat
eksplosif terdapat bila suatu konsonan hambat diikuti vokal,
sedangkan konsonan hambat implosif terjadi bila konsonan hambat
itu tidak diikuti vokal.
dirman
fonologi
34
• 2) Frikatif, yaitu bila udara yang keluar dari
•
paru-paru digesekkan, terjadilah bunyi yang
disebut bunyi geser atau frikatif, misalnya f, v,
kh.
3) Spiran, yaitu bila udara yang keluar dari
paru-paru mendapat halangan berupa
pengadukan, sedangkan sementara itu
terdengar bunyi desis, maka konsonan itu
disebut spiran; s, z, sy.
dirman
fonologi
35
• 4) Likuida atau disebut juga lateral, yaitu
bunyi yang dihasilkan dengan mengangkat
lidah ke langit-langit sehingga udara
terpaksa diaduk dan keluar melalui kedua
sisi (sisi = latin: latus) lidah: l.
dirman
fonologi
36
• 5) Getar atau tril, yaitu bunyi yang dihasilkan
dengan mendekatkan lidah ke alveolum atau
pangkal gigi, kemudian lidah itu menjauhi lagi
alveolum, dan seterusnya terjadi lagi seperti tadi
berulang-ulang dengan cepat, sehingga udara
yang keluar digetarkan. Bunyi ini, yang
dihasilkan dengan ujung lidah sebagai
artikulator disebut getar apical (apical tril).
dirman
fonologi
37
• Di samping itu dalam ilmu bahasa dikenal pula
semacam bunyi getar lain yang mempergunakan
anak tekak sebagai artikulatornya, dan yang
bertindak sebagai titik artikulasinya adalah
belakang lidah. Konsonan getar macam ini
disebut: getar uvular (uvular tril). Getar apical
dilambangkan dengan /r/, sedangkan getar
uvular secara fonetis dilambangkan dengan /R/.
dirman
fonologi
38
Berdasarkan turut tidaknya pita suara
bergetar, konsonan dapat dibagi atas:
• 1) Konsonan bersuara, yaitu bila pita suara
turut bergetar: b, d n. g, w, dan
sebagainya.
• 2) konsonan tak bersuara, yaitu bila pita
suara tidak bergetar: p, t, c, k, dan
sebagainya
dirman
fonologi
39
Berdasarkan jalan yang diikuti arus udara ketika
keluar dari rongga ujaran, konsonan dapat dibedabedakan atas:
• 1) Konsonan oral, yaitu bila udaranya
keluar melalui rongga mulut (mulut =
Latin: os, -oris), misalnya p, b, k, d, w,
dan sebagainya.
• 2) konsonan nasal, yaitu bila udaranya
keluar melalui rongga hidung (hidung =
Latin: nasus), misalnya: m. n, ny, ng.
dirman
fonologi
40
Intonasi
Intonas
i
Tekanan (Stress)
Durasi
Nada
dirman
Perhentian
fonologi
41
tekanan
tekanan
Tekanan Kalimat
Tekanan Distingtif
dan Nondistingtif
dirman
Tekanan dalam
Bahasa Indonesia
fonologi
42
Penjelasan
• Intonasi adalah kerja sama antara nada,
tekanan, durasi, dan perhentianperhentian yang menyertai suatu tutur,
dari awal hingga ke perhentian terakhir
(Keraf,1984: 38). Intonasi adalah pola
perubahan nada yang dihasilkan
pembicara pada waktu mengucapkan
ujaran atau bagian-bagiannya
(Kridalaksana, 1993: 85).
dirman
fonologi
43
tekanan
• 1) Pengertian Tekanan
Yang dimaksud dengan tekanan (stress) adalah suatu
jenis unsur supra segmental yang ditandai oleh keras
lembutnya arus ujaran. Arus ujaran yang lebih keras
atau lebih lembut ditentukan oleh amlpitudo getaran,
yang dihasilkan oleh tenaga yang lebih kuat atau lebih
lemah. Bila kita mengucapkan sepatah kata secara
nyaring, misalnya kata /perumahan/, maka akan
terdengar bahwa dalam arus ujaran itu ada bagian yang
lebih keras diucapkan dari bagian yang lain
dirman
fonologi
44
• Jadi, dalam hal ini dapat dibeda-bedakan
beberapa macam tekanan yang bertalian
dengan tingkatan keras-lembutnya, yaitu:
• Tekanan paling keras
• Tekanan keras
• Tekanan lembut
• Tekanan paling lembut
dirman
fonologi
45
Penjelasan
• 1) Pengertian Tekanan
• Yang dimaksud dengan tekanan (stress)
adalah suatu jenis unsur supra segmental
yang ditandai oleh keras lembutnya arus
ujaran. Arus ujaran yang lebih keras atau
lebih lembut ditentukan oleh amlpitudo
getaran, yang dihasilkan oleh tenaga yang
lebih kuat atau lebih lemah.
dirman
fonologi
46
• Bila kita mengucapkan sepatah kata
secara nyaring, misalnya kata
/perumahan/, maka akan terdengar
bahwa dalam arus ujaran itu ada bagian
yang lebih keras diucapkan dari bagian
yang lain. Jadi, dalam hal ini dapat
dibeda-bedakan beberapa macam tekanan
yang bertalian dengan tingkatan keraslembutnya, yaitu:
dirman
fonologi
47
• Tekanan paling keras
• Tekanan keras
• Tekanan lembut
• Tekanan paling lembut
dirman
fonologi
48
• 2) Tekanan Distingtif dan Nondistingtif
• Dalam beberapa bahasa Barat, misalnya Inggris
•
•
dan Belanda, tekanan dapat berfungsi untuk
membedakan arti (distingtif). Berarti bila
tekanan keras pada suatu bagian (segmen) dari
kata dipindahkan ke bagian yang lain maka
makna kata berubah, misalnya:
Inggris :
refuse
= sampah
refuse
= menolak
dirman
fonologi
49
• 3) Tekanan dalam Bahasa Indonesia
• Walapun tekanan dalam bahasa Indonesia
tidak bersifat distingtif, itu tidak berarti
bahwa kata-kata dalam bahasa Indonesia
tidak mengandung tekanan. Seperti dalam
ilustrasi dengan kata /prumahan/, jelas
ada tekanan dalam bahasa Indonesia.
dirman
fonologi
50
• Tetapi yang menimbulkan persoalan adalah di mana
letak tekanan keras pada kata-kata bahasa Indonesia?
Bangsa Indonesia yang memiliki bermacam-macam
bahasa daerah dan dialek, memiliki pola intonasi yang
berbeda ragamnya. Keanekaan intonasi itu dibawa serta
ke dalam bahasa Indonesia, hingga mempengaruhi pula
intonasi bahasa Indonesia. Dalam pergaulan kita seharihari, kita menjumpai bermacam-macam orang yang
mempergunakan bahasa Indonesia, tetapi betapa beda
intonasi yang digunakan oleh seorang Jawa dari seorang
Batak, seorang Minang dari seorang Sunda, Ambon atau
Flores
dirman
fonologi
51
• Tetapi katakanlah manakah dari semua
intonasi itu yang benar? Ukuran-ukuran
manakah yang dipakai untuk menetapkan
intonasi yang benar? Hingga kini belum
ada ketentuan resmi mengenai hal itu.
dirman
fonologi
52
• 4) Tekanan Kalimat
• Walaupun tekanan yang distingtif dalam
bidang kata tidak ada dalam bahasa
Indonesia dalam bidang kalimat tekanan
yang distingtif itu ada. Tekanan semacam
itu biasanya disebut empasis.
dirman
fonologi
53
• Tekanan itu dibuat antara lain kalau ada kata
•
•
•
•
•
atau bagian tertentu dari kalimat dipentingkan
atau dipertentangkan dengan bagian lain.
Misalnya:
Anak itu memukul adikku.
Anak itu memukul adikku.
Anak itu memukul adikku.
Anak itu memukul adikku
Anak itu memukul adikku.
dirman
fonologi
54
Nada
Nada
Nada yang Distingtif
dan Nondistingtif
dirman
Nada dalam Kalimat
fonologi
55
Penjelasan
• 1) Pengertian Nada
• Yang dimaksud dengan nada (pitch)
adalah suatu jenis unsur
suprasegmental yang ditandai oleh
tinggi rendahnya arus ujaran (Keraf,
1984: 42).
dirman
fonologi
56
• Tinggi rendahnya arus ujaran terjadi
karena frekuensi getaran yang berbeda
antara segmen. Bila seorang berada dalam
kesedihan ia akan berbicara dengan nada
yang rendah.
dirman
fonologi
57
• Sebaliknya berada dalam keadan gembira atau
marah, nada tinggilah yang dipergunakan orang.
Suatu perintah atau pertanyaan selalu disertai
nada yang khas. Nada dalam ilmu bahasa
biasanya dilambangkan dengan angka misalnya
/232/ yang berarti segmen pertama lebih rendah
bila dibandingkan dengan segmen kedua,
sedangkan segmen ketiga lebih rendah dari
segmen kedua.
dirman
fonologi
58
• Kata /bangsat/ akan diucapkan dengan nada
•
•
•
yang berbeda kalau situasi yang dimasuki itu
berbeda:
4
3
3. . 2
/bang – sat/ dan
/bang – sat/
Nada dalam tutur yang pertama melukiskan
kemarahan atau kekecewaan. Tutur yang kedua
terjadi waktu seorang berkelakar dengan
kawannya.
dirman
fonologi
59
• Nada yang Distingtif dan Nondistingtif
•
Dalam bahasa German, demikian juga dalam
bahasa nusantara, nada dalam bidang kata tidak
diakui sebagai fonem, yaitu bahwa tidak ada
nada yang bersifat distingtif. Sebaliknya, ahli-ahli
bahasa mengakui bahwa nada (pitch) dalam
bahasa Yunani dan Cina mempunyai fungsi
distingtif, yaitu peranan untuk membedalkan
arti.
dirman
fonologi
60
• Dalam bahasa Cina terdapat empat
kesatuan nada yang dilambangkan dengan
tanda-tanda tertentu, yaitu:
• Nada menurun
=
• Nada rata
=
• Nada menurun lalu naik
=
• Nada mendaki
=
dirman
fonologi
61
Durasi dalam Kalimat
• Sebagai sudah dikatakan di atas durasi
dalam bidang kata tidak terdapat dalam
bahasa Indonesia. Namun dalam bidag
kalimat terdapat durasi yang distingtif.
Sebuah segmen dalam sebuah kalimat
dapat diucapkan dalam waktu yang relatif
lama dari segmen-segmen lain dalam
kalimat, untuk menekan segmen itu.
dirman
fonologi
62
• Misalnya:
• /pakaian yang dipakainya itu maha..l
sekali/
dirman
fonologi
63
• Atau apabila seorang lagi berpidato atau
berbicra akan mengucapkan bagian tertentu dari
pidatonya, entah berwujud klausa, kalimat, atau
rangkaian kalimat-kalimat dalam waktu yang
lebih lambat dari bagian-bagian lainnya. Dan
dalam banyak hal cara ini sering digunakan
bagian yang tidak penting diucapkan cepetcepet. Sementara bagian yang penting
diucapkan lambat-lambat
dirman
fonologi
64
Perhentian
• Perhentian macam yang pertama disebut
perhentian antara koma atau perhentian
nonfinal atau jeda. Perhentian ini biasanya
dilambangkan dengan tanda koma (,).
Sedangkan perhentian macam yang kedua
disebut perhentian akhir/pinal. Perhentian
ini biasanya dilambangkan dengan titik (.)
atau titik koma (;)
dirman
fonologi
65
• Bila suaranya merendah, dan akan
dilambangkan dengan tanda tanya (?).
Kalau suaranya menaik, dan akan
dilambangkan dengan tanda seru (!).Kalau
suaranya lebih keras kedengaran dengan
suara yang menurun.
dirman
fonologi
66
• Perhatikan macam-macam kalimat dengan
•
•
macam-macam perhentian di bawah ini:
/Saya pergi ke Bogor/ hanya ada perhentian
akhir.
/7menurut laporan FBI tahun 1981, sepertiga
peristiwa pembunuhan di florida ada
hubungannya dengan narkotika /ada satu
perhentian antara dan satu perhentian final.
dirman
fonologi
67
• /bahwa kecanduan narkotika merusak
manusia, baik pisik maupun mental, sudah
sering dikemukakan, dan bukti-buktinya
pun banyak /ada lebih dari satu
perhentian antara dan satu perhentian
akhir.
dirman
fonologi
68
Pengertian Fonem
• Objek penelitian fonetik adalah fon, yaitu
bunyi bahasa pada umumnya tanpa
memperhatikan apakah bunyi tersebut
mempunyai fungsi sebagai pembeda
makna kata atau tidak. Sebaliknya, objek
penelitian fonemik adalah fonem, yakni
bunyi bahasa yang dapat atau
berfungsi membedakan makna kata.
dirman
fonologi
69
• Kalau dalam fonetik, misalnya kita meneliti
bunyi-bunyi /a/ yang berbeda pada katakata seperti lancar, laba, dan lain; atau
meneliti perbedaan bunyi /i/ seperti yang
terdapat pada kata ini, intan, dan pahit:
maka dalam fonemik kita meneliti apakah
perbedan bunyi itu mempunyai fungsi
sebagai pembeda makna atau tidak.
dirman
fonologi
70
• Jika bunyi itu membedakan makna, maka
bunyi tersebut kita sebut fonem, dan jika
tidak membedakan makna adalah bukan
fonem.
dirman
fonologi
71
• Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat
membedakan arti, sedangkan huruf
adalah lambang bunyi atau lambang
fonem (Finoza, 2005: 61). Fonem tidak
sama dengan huruf. Fonem adalah bunyi
dari huruf, dan huruf adalah lambang dari
bunyi. Jumlah huruf ada 26, jumlah
fonem lebih dari 26.
dirman
fonologi
72
• Ada fonem yang dilambangkan oleh dua
huruf seperti /kh/, /ng/, dan /sy/. Ada
beberapa huruf yang dilambangkan oleh
satu fonem seperti /e/ pada kata /sate/,
/pedas/, dan /enak/.
dirman
fonologi
73
• Klasifikasi Fonem
• Fonem dapat diklasifikasi atau digolongkan atas:
• Fonem Segmental
Fonem segmental ialah fonem yang dapat
dianalisis, karena merupakan bagian dari unsur
segmental bahasa. Jenis fonem ini disebut juga
fonem primer, misalnya /a/, /b/, /c/, /d/, dan
sebagainya. Fonem segmental ini dibagi atas
vokal, diftong, dan konsonan.
dirman
fonologi
74
• Fonem Suprasegmental
• Fonem suprasegmental yaitu fonem
yang kehadirannya menyertai fonem
segmental. Jenis fonem ini disebut juga
fonem sekunder, misalnya tekanan, nada,
intonasi, dan sebagainya.
dirman
fonologi
75
• 1)Tekanan adalah kuat lemahnya suara
ketika suatu bunyi bahasa diucapkan
(difonasikan).
• 2) Nada adalah tinggi rendahnya atau naik
turunnya suatu arus ujaran atau bunyi
bahasa. Dalam bahasa Cina dan
Muangthai nada ini sangat menentukan
makna leksis.
dirman
fonologi
76
• 3) Durasi adalah panjang pendeknya
waktu yang diperlukan untuk
mengucapkan sebuah bunyi, misalnya
/lembab/ diucapkan dengan /lem/ lebih
panjang daripada /bab/.
• 4) Jeda adalah perhentian di antara arus
ujaran, baik di antara fonem dan fonem
maupun di antara kata dan kata.
dirman
fonologi
77
Alofon
• Alofon adalah varian fonem berdasarkan
posisi. Misalnya, fonem /i/ pada kata
ingkar, cita, dan tari, masing-masing /i/
tersebut merpakan alofon dari /i/; fonem
/o/ mempunyai alofon seperti pada kata
tokoh dan toko, dan sebagainya.
dirman
fonologi
78
Perubahan Fonem
• Dalam pelaksanaan bunyi-bunyi ujaran,
terjadlah pengaruh timbal balik antara
bunyi-bunyi ujaran yang berdekatan.
Karena adanya pengaruih timbal balik itu
terjadilah perubahan-perubahan bunyi
ujaran; ada perubahan yang jelas
kedengaran, ada yang kurang jelas
kedengaran.
dirman
fonologi
79
• Perubahan yang tidak jelas misalnya:
fonem /a/ yang berada dalam suku kata
terbuka kedengarannya lebih nyaring, bila
dibandingkan dengan fonem /a/ yang
terdapat dalam suku kata tertutup;
bandingkan antara: pada, kata, rata,
dengan bedak, tidak, sempat, dan lainlain.
dirman
fonologi
80
• Perubahan-perubahan yang jelas kedengaran dan yang
•
•
terpenting, yang biasa terdapat dalam bahasa adalah:
Asimilasi
Asimilasi dalam pengertian biasa berarti penyamaan.
Dalam ilmu bahasa asimilasi berarti proses dua bunyi
yang tidak sama disamakan atau dijadikan hampir
bersamaan. Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa
segi, yaitu berdasarkan tempat dari fonem yang
diasimilasikan, dan berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri.
dirman
fonologi
81
Berdasarkan tempat dari fonem yang
diasimilasikan, asimilasi dapat dibadi atas:
• Asimilasi progresif: bila bunyi yang
•
•
dirman
diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang
mengasimilasikan. Contoh dalam bahasa
Indonesia sejauh ini belum dapat ditemukan.
Tetapi untuk memperjelas proses ini dapat
diambil suatu contoh asing:
Latin Kuno: colnis > Latin: collies.
Dalam contoh di atas fonem /n/ diasimilasikan
dengan fonem /i/ yang mendahuluinya.
fonologi
82
• Asimilasi regresif: bila bunyi yang diasimilaskan
•
•
•
•
dirman
mendahului bunyi
misalnya:
al salam (Arab)
in + perfect
ad + similatio
in + moral
yang mengasimilasikan,
-
assalam
imperfect
assimilasi
immoral
fonologi
>
>
>
>
asalam
imperfek
asimilasi
imoral
83
berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri,
asmilasi dapat dibedakan atas:
• 1) Asimilasi total: bila dua fonem yang
disamakan itu dijadikan serupa betul:
• ad + similatio - assimilasi> asimilasi
• in + moral
- immoral > imoral
• al + salam
- assalam > asalam
dirman
fonologi
84
• 2) Asimilasi parsial: bila kedua fonem yang
disamakan itu, hanya disamakan sebagian
saja, misalnya:
• in + perfect- imperfect> imperfek
• in + post - import > impor, dan lainlain.
dirman
fonologi
85
• Disimilasi
• Kebalikan dari asimilasi adalah disimilasi, yaitu
•
•
•
•
•
•
proses dimana dua bunyi yang sama dijadikan
tidak sama. Contoh:
saj- jana Skt
- sarjana
kolonel
- kornel
prakrti
Skt.
- pekerti
lauk-lauk
- lauk-pauk
sayur-sayur
- sayur-mayur
citta Skt.
- cipta
dirman
fonologi
86
Suara Bakti
• Dalam mengucapkan kata-kata seperti: gurauan,
kepulauan, pakaian, putra, putri, bahtra, dan
lain-lain, kedengaran bahwa dalam hubungan
fonem-fonem itu timbul lagi bunyi w atau y,
an/tara u-a, dan antara i-a. sedangkan pada
kata-kata putra, putri, dan bahtra diselipkan
bunyi e (pepet) antara t-r bunyi ini sama sekali
tidak mempunyai fungsi untuk membedakan
arti; gunanya hanya sebagai pelancar ucapan
saja.
dirman
fonologi
87
• Bunyi-bunyi semacam itu disebut suara
bakti.
• Jadi, suara bakti adalah bunyi yang timbul
antara dua fonem, dan mempunyai fungsi
untuk melancarkan ucapan suatu kata.
dirman
fonologi
88
DAFTAR PUSTAKA
• Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa.
•
•
•
•
•
•
Surabaya: Airlangga University Press.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Depdikbud. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Finoza, Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi
Insan Mulia.
Keraf, Gorys. 1994. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Ramelan. 1985. English Phonetics. Semarang: IKIP Semarang press.
dirman
fonologi
89
TERIMA KASIH
dirman
fonologi
90
Download