BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hopanoid merupakan senyawa metabolit sekunder golongan terpena yang pertama kali dikenal sebagai triterpenoid pentasiklik yang berasal dari tanaman tingkat tinggi, namun kemudian diketahui bahwa penyebaran hopanoid sangat luas dan merupakan kelompok biolipid utama di bumi. Hal ini didasarkan atas banyak ditemukannya hopanoid dalam mikroorganisme (Ourisson, Albrecth dan Rohmer,1984). Hopanoid yang disintesa oleh bakteri sebagai komponen penstabil membran, mempunyai kerangka karbon yang kuat sehingga dapat tersimpan dalam kondisi yang baik dalam tanah dan sedimen, dan pada akhirnya akan meninggalkan catatan geologis. Meskipun hopanoid terdapat dimana-mana dalam geosfer bumi, hanya sedikit yang diketahui tentang komposisi prekursor hopanoid dalam lingkungan modern, dan bagaimana senyawa ini dapat tetap tersimpan dalam kondisi yang baik dalam sedimen (Ourisson dan Rohmer, 1982). Hopanoid adalah kelompok triterpen pentasiklik, yang dapat dibagi menjadi dua kelompok yang didasarkan pada ada tidaknya atom oksigen pada atom karbon C3. Keberadaan atom oksigen pada posisi tersebut kebanyakan ditemukan pada hopanoid dari tumbuhan tingkat tinggi dan sedikit pada lumut kerak. Hopanoid tanpa atom oksigen banyak ditemukan dalam tumbuhan paku dan lumut, beberapa jamur dan bakteri (Rohmer, 1998). Hopanoid bakteri dikarakteristikkan dengan adanya ikatan karbon-karbon antara kerangka triterpen dengan penambahan rantai samping C-5 yang berupa polihidroksi. Selain itu hopanoid bakteri juga dikarakterisasikan oleh adanya keragaman struktur berdasarkan jenis bakterinya. Variasi struktur yang diperoleh meliputi struktur triterpen dengan tambahan gugus metil pada posisi C-2α, C-2β atau C-3α, juga adanya tambahan ikatan rangkap pada posisi C-6 atau C-11 dan 1 terdapatnya perbedaan stereokimia pada C-22. Variasi struktur lainnya terdapat pada rantai sampingnya dimana pada rantai samping terdapat gugus fungsi yang berbeda, yaitu adanya gugus hidroksi atau amino pada atom karbon terminal C-35, tambahan gugus metil pada atom karbon C-31 atau sruktur polar dari hopanoid yang diperoleh dari turunan ribosa dan asam amino dengan C-35 (Rohmer, 1998). Peranan hopanoid dapat sebagai penstabil membran dimana hopanoid mengatur permeabilitas membran dan fluiditas membran plasma bakteri, yang secara kualitatif sama seperti sterol dalam plasma eukariot (Rohmer, 1998). Selain itu hopanoid sebagai acuan penyusunan kemotaksonomi. Dalam perkembangan kemotaksonomi, perhatian besar tertuju pada perbedaan-perbedaan kimia yang ditemukan di dinding sel bakteri, lipid dan kuinon. Diharapkan hopanoid yang merupakan lipid kelas baru pada bakteri, berperan besar dalam penyusunan kemotaksonomi. Bacteriohopane-32-ol (Monol) adalah molekul semisintetik turunan dari hopanepolyls yang menunjukkan efisiensi dalam modulasi fluiditas dan stabilitas membran. Ini ditunjukkan pada pengujiannya, Bacteriohopane-32-ol (Monol) mempunyai efek citotoxic dengan mencegah dua lines sel leukemia (Nagumo, 1991). Pada penelitian Chen, 1994 menunjukkan bahwa beberapa hopanoid seperti bakteriohopan-32,33,34,35-tetrol (Tetrol), bakteriohopan-32-ol (Monol), diplopten, diplopterol dan Monol terasetilasi yang diisolasi dari bakteri Acetobacter aceti mempunyai efek citotoksik terhadap sel leukemia L1210 dan P388. Beberapa turunan hopanoid yang berbeda terdeteksi dalam Zymomonas mobilis antara lain diplopten (0,2mg/g berat sel kering), diplopterol (0,8 mg/g), bakteriohopanetetrol (1 mg/g), bakteriohopanotetrol eter (1,7 mg/g) (Sahm,1991). Berdasarkan kandungan yang ada dalam Zymomonas mobilis ini selanjutnya diuji aktivitas biologinya. Sehingga diharapkan Zymomonas mobilis dapat digunakan sebagai sumber bioaktif. Untuk menguji kemampuan Zymomonas mobilis sebagai sumber bioaktif, dilakukan uji bioaktifitas ekstrak lipid yang diharapkan banyak mengandung 2 hopanoid. Uji bioaktifitas yang dilakukan uji antitoksin dengan BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) sebagai uji pendahuluannya. Metode BSLT menggunakan Artemia salina karena mempunyai keunggulan seperti perkembangbiakannya cepat, harganya murah, metode percobaannya mudah, sampel yang diperlukan sedikit, tidak memerlukan laboratorium yang khusus dan hasilnya dapat dipercaya (Steven dan Russel, 1993). Uji ini tidak dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari meskipun uji yang didapatkan positif. Ekstrak positif tersebut masih memerlukan tahapan yang panjang untuk bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ekstrak lipid diharapkan akan mempunyai aktifitas yang positif sebagai antitoksin sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan. Dalam penelitian ini analisis kandungan hopanoid dalam Zymomonas mobilis ditentukan dengan menggunakan metode H5IO6/NaBH4. Melalui metode ini, lipid total yang diduga mengandung hopanoid diekstraksi dari sel kering dengan kloroform/metanol (2:1 v/v). Kemudian hopanoid kompleks didegradasi menggunakan H5IO6/NaBH4. Pemisahan fraksi alkohol dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kolom. Hopanoid dideteksi dengan menggunakan KG-MS dalam bentuk alkohol terasetilasi. Dan uji bioaktifitas dilakukan pada hopanoid kompleks. Metode yang digunakan untuk uji bioaktifitas adalah BSLT. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana aktifitas ekstrak lipid dari Zymomonas mobilis ETH 209? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh LC50 ekstrak lipid Zymomonas mobilis ETH 209 pada Artemia salina dan senyawa-senyawa yang terdapat dalam ekstrak lipid. 3 ” halaman ini sengaja dikosongkan” 4