GAYA RETORIKA JOKOWI DALAM PROGRAM DEBAT KANDIDAT PUTARAN KEDUA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA DI JAK TV Tuty Mutiah Program Studi Penyiaran Akom BSI Jakarta Jl. Kayu Jati V No 2, Pemuda Rawamangun, Jakarta-Timur [email protected] Abstract In the course of the second round of candidate debates sharpening vision and mission candidates gurbenur vice ggovernor in Jak Jakarta tv. Jokowi convey their vision and mission in the field of infrastructure. His appearance was full of simplicity and use words that are easy to digest. When it Jokowi dealing with panelists Fauzi Bowo, who served as an incumbent. Interesting to examine the rhetoric Jokowi style at the time. The method used in this research is descriptive qualitative. In this study found Jokowi not wear too much theory, pragmatic language he was using, discuss the people, then he also mengguankan visual language, visual, and do not use the language of the theory of rhetoric, he's more use of concrete languages what the problem is what is his form solution ear so the layman language used him easier to understand . Keywords: rhetoric style, television program Abstraksi Dalam program debat kandidat putaran kedua penajaman visi misi calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta di Jak TV. Jokowi menyampaikan visi misinya dalam bidang infrastruktur. Penampilannya penuh kesedarhanan dan menggunakan kata-kata yang mudah dicerna. Saat itu Jokowi berhadapan dengan panelis Fauzi Bowo yang menjabat sebagai incumbent. Menarik untuk meneliti gaya Jokowi dalam beretorika saat itu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini ditemukan Jokowi tidak pakai terlalu banyak teori. Ia menggunakan bahasa pragmatis, bahasa rakyat, kemudian dia juga menggunakan bahasa gambar, visual, dan tidak menggunakan bahasa teori retorika yang berbasa basi, dia lebih banyak menggunakan bahasa-bahasa yang konkret apa masalahnya apa solusinya ini wujudnya jadi secara telinga awam bahasa yang digunakannya lebih mudah dimengerti”. Kata kunci: gaya retorika, program televisi I. PENDAHULUAN Pemilihan Gubernur Jakarta merupakan fenomena besar dalam sejarah. Ketika itu calon Gubernur Joko Widodo atau yang akrab dipanggil Jokowi dan calon wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab dipanggil Ahok menjadi pasangan yang paling diperhitungkan. Jokowi adalah Wali Kota Solo selama dua periode 2005 - 2010 dan 2010 – 2015, sedangkan Ahok adalah mantan Bupati Belitung Timur. Gaya retorika Jokowi dalam program debat kandidat putaran kedua penajaman visi misi calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta di Jak TV, membangun perhatian publik dan citra pasangan tersebut di mata masyarakat. Berbagai ulasan tentang gaya retorika Jokowi disadari atau tidak, menjadi daya tarik dan dapat mengarahkan pada pemberitaan media massa. Media massa merupakan sarana penunjangnya proses komunikasi massa, oleh karena itu, kebutuhan adanya media massa sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. 12 Salah satu program talk show di Jak TV yang menjadi perhatian khalayak yaitu debat kandidat putaran kedua penajaman visi misi calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta di Jak TV. Program talk show ini merupakan kerjasama antara Jak TV dan pihak KPUD DKI Jakarta mengetahui dan memahami visi dan misi dua calon pasangan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang lolos ke putaran kedua yaitu pasangan incumbent Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli dan pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama. Dalam komunikasi memiliki peran penting. Khususnya dalam penyampaian pesan-pesan. Kegiatan komunikasi kerap menggunakan media massa untuk menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak, selain itu kehadiran media massa juga dimanfaatkan untuk membentuk atau memodifikasi pandangan terhadap suatu permasalahan. Dalam menyampaikan visi dan misi terdapat beberapa gaya atau khususnya gaya bahasa yang dikenal dalam retorika. Gagasan utama dari tradisi retorika adalah penemuan, penyusunan, gaya, penyampaian dan daya ingat. Semua ini adalah elemen-elemen dalam mempresentasikan sebuah pidato. Sedangkan gaya berhubungan dengan semua anggapan yang terkait dalam penyajian dari semua simbol tersebut. (Hart, 1997 ). Selain itu menurut Keraf (2004) retorika adalah suatu istilah yang secara tradisional diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni, yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik atau dengan istilah style. Menurut Keraf (2004) kata style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Begitu juga dalam debat kandidat putaran kedua penajaman visi misi calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, gaya retorika Joko widodo merupakan fenomena baru dalam panggung politik di tanah air. Menurut Liliweri (2001) gaya komunikasi adalah membimbing, mengarahkan, dan mengubah gaya dalam perilaku. Sehingga gaya komunikasi yang sederhana menurut Keraf (2004) cocok untuk memberi instruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan, dan sejenisnya. Sebab itu untuk menggunakan gaya ini secara efektif, dengan visi misi secara umum yakni ingin menjadikan sebuah perubahan Jakarta yang lebih baik. Selain itu gaya retorika Jokowi dalam program debat kandidat putaran kedua penajaman visi misi calon gubenur dan wakil gubenur DKI Jakarta di Jak TV, tidak pernah tampil emosi dalam menyikapi serangan dari pihak lain. Hal tersebut semakin membangun citra Jokowi sebagai pemimpin yang tenang dan sabar dalam menghadapi segala persoalan. Dalam program debat ini calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta menyampaikan visi misinya dalam bidang infrastruktur yakni penjarangan hunian yang ada di kampung-kampung, membuat kampung yang sehat, hunian kampung deret, hunian kampung susun, transportasi berupa monorel kapsul, water injections, water strip, ekonomi kesejahteraan rakyat yaitu membangun lokasi-lokasi usaha yang komsumtif dan produktif, pasar tradisional, kartu sehat, kartu Jakarta pintar), tata kelola pemerintah dan birokrasi serta keamanan lalu sistem birokrasi yang benar, transparansi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil, disiplin anggaran, sosial budaya dan keagamaan yang menjadikan Jakarta pusat kebudayaan nusantara dan tuan rumah Betawi. Lalu pelestarian peraturan daerah budaya Betawi melalui sanggar-sanggar budaya yang ada di lingkungan kampung-kampung dihidupkan kembali dengan dasar budaya Betawi. Mall, perkantoran harus diperbanyak ornamen-ornamen aksen budaya Betawi, PNS setiap hari Kamis harus memakai baju Betawi. Dalam program debat kandidat putaran kedua penajaman visi misi calon gubenur dan wakil gubenur DKI Jakarta di Jak TV. Jokowi mengampanyekan apabila warga DKI Jakarta mempercayai Jokowi – Basuki menjadi gubernur dan wakil gubenur maka akan melakukan sebuah gebrakan perubahan. Mereka akan bekerja keras selalu turun ke bawah selalu ada dan bersama rakyat, seolah menjadi magnet bagi warga Jakarta menengah kebawah. Dengan adanya tayangan debat ini, penulis tertarik untuk meneliti judul gaya retorika Jokowi dalam program debat kandidat putaran kedua penajaman visi misi calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta di Jak TV. II. KAJIAN LITERATUR 2.1. Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy. 2004). Dari pengertian itu penulis memahami apabila ada dua orang terlibat dalam proses komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan perkataan lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila keduanya mengerti bahasa yang dipergunakan serta mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. Akan tetapi, pengertian komunikasi di atas masih mendasar. Menurut Bernard Barelson dan Gary A. Steiner, komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi ( Mulyana. 2001). Dalam hal ini dipahami pada hakikatnya proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan), pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dengan menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan. 13 Sehingga dipahami bahwa program televisi adalah satu bagian atau segmen dari isi siaran radio maupun Ada banyak definisi komunikasi massa dian- televisi secara keseluruhan dan susunan kesatuan actaranya merujuk pada pendapat Tan dan Wright, da- ara dalam satu hari. lam Erdinaya dan Elvinaro (2004), komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan 2.5. Talk Show saluran (media) dalam menggabungkan komunikaTalk Show (obrolan, bincang-bincang, dialog tor dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat het- interaktif) biasanya mendatangkan narasumber atau erogen, dan menimbulkan efek. Sedangkan komu- bintang tamu untuk bincang-bincang tentang sebuah nikasi massa adalah sebuah proses ketika pesan-pesan tema atau topik hangat (Syamsul, 2009). Semenyang diproduksi secara massal / tidak sedikit itu di- tara menurut Naratama (2004) talk show atau acara sebarkan kepada penerima pesan yang luas, anonim, yang isinya dialog atau debat atau adu argumentasi. dan heterogen (Nurudin, 2004). Sehingga dipahami Sang pembicara bebas membantah, sang narasumber bahwa komunikasi massa adalah komunikasi melalui mengkritik, sang bintang tamu boleh menangis bila media massa untuk menyampaikan pesan kepada ko- perlu. Talk show dipahami sebagai program bincangbincang atau dialog membahas tema atau topik denmunikan. gan menghadirkan narasumber dan sang pembicara bisa bebas membantah atau mengkritik. 2.3. Televisi 2.2. Komunikasi Massa Menurut Cangara (2007), televisi memiliki sejumlah kelebihan, terutama kemampuannya dalam menyatukan antar fungsi audio dan visual, ditambah dengan kemampuannya memainkan warna. Selanjutnya menurut Sumadiria (2006), televisi adalah media elektronik audio visual, atau televisi merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologikal dan dimensi dramatikal. Verbal berhubungan dengan katakata yang disusun secara singkat, padat, dan efektif. Visual, lebih banyak menekankan pada bahasa gambar yang tajam, jelas, hidup dan memikat. Teknologikal berkaitan dengan jangkauan siaran, kualitas suara dan gambar yang dihasilkan serta diterima oleh pesawat televisi penerima di rumah-rumah. Dramatikal, bersinggungan dengan aspek serta nilai dramatik yang dihasilkan secara simultan. 2.6. Debat Debat berasal dari bahasa Inggris, yaitu debate. Istilah tersebut identik dengan istilah sawala yang berasal dari bahasa kawi yang berarti berpegang teguh pada argumen tertentu dalam strategi bertengkar atau beradu pendapat untuk saling mengalahkan atau memenangkan lidah. Jadi, definisi dari debat sendiri adalah suatu cara untuk menyampaikan ide secara logika dalam bentuk argumen disertai bukti-bukti yang mendukung kasus dari masing-masing pihak yang berdebat. Jadi dipahami debat adalah argumen tertentu untuk mengalahkan atau memenangkan pembicaraan. Sedangkan arti debat menurut dipodjojo (1982) adalah proses komunikasi lisan yang dinyatakan dengan bahasa untuk mempertahankan pendapat. Tiap pihak yang berdebat akan menyatakan argumen, memberikan alasan dengan cara tertentu agar pihak 2.4. Program Televisi lawan berdebat atau pihak lain yang mendengarkan Menurut Soenarto (2007:1) Program adalah perdebatan itu menjadi yakin dan berpihak padanya. susunan kesatuan acara dalam sehari. Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (programming 2.7. Retorika television) diartikan sebagai penjadwalan atau peRetorika (Rhetoric) di definisikan sebarencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical program- gai kemampuan yang dimiliki oleh pembicara unming) setiap harinya. Media televisi hanya mengisti- tuk mempengaruhi khalayaknya. Definisi ini telahkan programming atau pemrograman (Soenarto, lah dikembangkan bertahun-tahun yang lalu oleh 2007:1). Adapun menurut Djamal (2011:160) Pro- Aristoteles. Retorika digambarkan sebagai suatu gram siaran dapat didefinisikan sebagai satu bagian seni yang dapat menyatukan baik pembicara mauatau segmen dari isi siaran radio ataupun tele- pun khalayak. (Hart, 1997 ). Titik tolak retorika visi secara keseluruhan, sehingga memberi- adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kan pernyataan bahwa, dalam siaran keseluru- kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelomhan terdapat beberapa program yang di udarakan. pok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu 14 Debat Kandidat Cagub-Cawagub putaran kedmisalnya memberikan informasi atau memberi moua adalah sebuah tayangan tematik, tidak selalu ada tivasi (Wuwur, 1991). Jadi dapat dipahami pada hakikatnya berbicara adalah salah satu kemampuan disetiap minggu atau tahunnya, Program ini diadakan saat pemilihan calon gubernur DKI jakarta. Jadi sifat khusus pada manusia. dari program ini adalah temporer, sebelumnya program menuju jakarta satu juga merupakan salah satu bagian dari program debat yang ada di Jak TV ini. III. METODE PENELITIAN Akhir dari proses ini adalah program debat kandidat Metode penelitian yang penulis lakukan ini cagub dan cawagub inilah yang diadakan pada tangbersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan gal 14 september 2012 lalu. Program ini diselenggakualitatif. Menurut Hadi (2010) penelitian kualitatif rakan atas dasar kerjasama antara KPUD dan KPU didefinisikan sebagai kegiatan terencana untuk me- Provinsi. Keduanya membuat tender dalam menyuknangkap praktik penafsiran responden dan informan seskan pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Dalam proyek ini ternyata dimenangkan oleh terhadap dunia. Penelitian kualitatif (qualitative research) sebuah perusahaan agensi AHA Communica. Dimana adalah suatu penelitian yang ditunjuk untuk mend- telah disepakati bahwa yang berhak memilih stasiun eskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, televisi sebagai oficial broadcaast Pilgub DKI 1 adaaktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pe- lah pemenang tender, yaitu pihak AHA Communica. mikiran orang secara invidual maupun kelompok. Se- Namun pada saat penyelenggaraannya pihak KPUD lain itu penelitian kualitatif bersifat individual artinya menyatakan bahwa jika terjadi dua putaran pemilihan gubernur DKI Jakarta ini, pada putaran pertama dipenelitian membiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang sek- laksanakan hanya di satu stasiun TV swasta nasional, sama, mencakup deskripsi dalam konteks mendetail sedangkan di putaran kedua akan dilaksanakan prodisertai catatan-catatan hasil wawancara yang men- gram acara debat di stasiun TV lokal Jakarta dan juga dalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-cata- stasiun TV swasta nasional. Jak TV menjadi salah satu stasiun TV yang tan. aktif berkomunikasi dengan KPUD dan dalam menDalam rangka melengkapi data, maka dilakusosialisasikan program kampanye pilgub ini KPUD kan wawancara mendalam terhadap Yayat Supriyatna pengamat tata kota yang juga panelis pada program mempercayakan kepada Jak TV sebagai official Debat Kandidat Putaran Kedua Penajaman Visi Misi broadcast pilgub DKI dalam program menuju Jakarta Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di satu. Sehingga pada saat pelaksanaan debat kandidat putaran kedua Jak TV memiliki kesempatan menjadi Jak TV. Analisis data dalam pendekatan kualitatif di- penyelenggara acara debat cagub-cawagub DKI jadahului oleh upaya mengungkap Pemaknaan Gaya karta bekerjasama dengan agensi yang memenangRetorika Jokowi Dalam Program “Debat Kandidat kan proyek. Program debat ini diselenggarakan atas Pemilu Cagub Dan Cawagub DKI Jakarta Putaran Ke kerjasama KPUD, agency AHA Communica dan juga Dua Di Jak TV Pemaknaan Gaya Retorika Jokowi Jak TV sebagai media siarannya. Program debat kandidat cagub-cawagub DKI Dalam Program “Debat Kandidat Pemilu Cagub Dan Cawagub DKI Jakarta Putaran Ke Dua Di Jak ini diselenggarakan pada 14 September 2012. Proses TV”. Dengan menguji jawaban-jawaban pertanyaan pembuatan program ini melalui rangkaian diskusi berkaitan dengan pengalaman dan pengetahuan mer- dan juga rapat antara KPUD (Komisi Pemilihan eka yang khas. Berikutnya adalah menguji dan mem- Umum Daerah). Setiap detail pembuatan produkfasilitasi pengungkapan yang lebih detail. Selanjut- sinya harus melalui persetujuan dari KPUD. karena nya menganalisis jawaban pengamat tata kota yang yang memilki kendali atas penyelenggaraan ini merujuga panelis program debat tersebut, dengan meneliti pakan bagian dari tugas KPUD DKI Jakarta. Dalam berdasarkan data empiris yang ada. Sehingga teruji Program “Debat Kandidat Putaran Kedua Penajakeabsahan setiap jawaban berdasarkan data yang lo- man Visi Misi Calon Gubenur Dan Wakil Gubenur gis. Tahap berikutnya adalah melakukan analisa se- DKI Jakarta“ Di Jak TV. Menggunakan Debat Amerika, dimana Dalam Debat Amerika dua regu berhmua pandangan, pendapat dari Yayat Supriyatna. adapan, dan pasangan patahena (incumbent) Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli dan pasangan Joko Widodo IV. PEMBAHASAN 4.1. Profil Program Debat Kandidat Putaran Kedua – Basuki Tjahaja Purnama masing-masing regu menyiapkan tema melalui pengumpulan bahan secara Cagub-Cawagub DKI Jakarta 15 teliti dan penyusunan argumentasi yang cermat. Para anggota kelompok debat ini orang-orang yang berlatih dengan seni berbicara mereka berdebat di depan sekelompok juri dan publik, selain itu setiap pembicara harus menyampaikan pandangannya mengenai tema dan tesis yang diperdebatkan. Debat memiliki karakter pembinaan yang tinggi, sebab lewat debat orang dilatih dan dibina untuk menyiapkan bahan diskusi secara teliti, berpikir rasional dan tajam, merumuskan pikiran secara teliti dan tepat sasaran, mengajak pendengar yang bakal ditarik untuk menerima kebijaksanaan kelompok. Sehingga pada program debat yang diadakan pada 14 september 2012. Dapat dilihat pengaruh program debat pemilihan Gubenur DKI Jakarta terhadap popularitas Jokowi. Seperti yang dikutip dari perkataan yang menjadi narasumber pada saat itu yakni Yayat Supriatna yang kesehariannya menjabat sebagai pengamat perkotaan sekaligus dosen Trisakti. Pengaruh debat yang di ekspos media menjadi satu nilai tambah informasi bagi khalayak warga Jakarta untuk memahami para kandidat, terutama bagi kandidat seperti Jokowi dan Alex Noerdin yang selama ini dikenal masyarakat hanya melalui media. Dalam debat, kesuksesan seseorang untuk mempengaruhi lawannya diperlukan gaya berbicara atau gaya komunikasi yang bisa meyakinkan seseorang untuk mencapai apa yang menjadi tujuan. Maka Jokowi memfokuskan dalam menyampaikan visi dan misi terdapat beberapa gaya atau khususnya gaya bahasa yang dikenal dalam retorika. Gagasan utama dari tradisi retorika adalah pusat dari tradisi retorika ialah ke-lima karya agung retorika, penemuan, penyusunan, gaya, penyampaian dan daya ingat. Semua ini adalah elemen-elemen dalam mempresentasikan sebuah pidato, sedangkan gaya berhubungan dengan semua anggapan yang terkait dalam penyajian dari semua anggapan yang terkait dalam penyajian dari semua simbol tersebut. Retorika adalah suatu istilah yang secara tradisional diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. Begitupun dalam debat kandidat putaran kedua penajaman visi misi calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, gaya retorika Jokowi merupakan fenomena baru dalam panggung politik di tanah air. Pasangan yang dijagokan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Gerindra ini mengusung visi misi berjudul ‘Jakarta Baru’ pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2012. Jargon yang diusung pasangan ini terus-menerus diulang sebagai pesan politik kepada khalayak calon pemilihnya. Jokowi lebih banyak menggunakan 16 bahasa-bahasa yang konkret apa masalahnya apa solusianya ini wujudnya jadi secara telinga awam bahasa yang digunakannya lebih mudah dimengerti. Pengetahuan tentang retorika dan ilmu komunikasi yang memadai akan membawa keuntungan bagi pribadi bersangkutan dalam kemampuan pribadi, keberhasilan pribadi, tugas dan jabatan serta kehidupan pada umumnya. Bagi para pemimpin, retorika adalah alat penting untuk mempengaruhi dan menguasai manusia. Pada debat ini Jokowi menyampaikan visi misinya dalam bidang Infrastruktur yang diadakan pada 14 september 2012. Seperti yang dikutip dari perkataan Narasumber, yaitu Yayat Supriatna menjelaskan bahwa Jokowi tidak pakai terlalu banyak teori, ia gunakan bahasa pragmatis, bahasa rakyat, tidak basa-basi. Kemudian dia juga menggunakan bahasa gambar, visual, dan tidak menggunakan bahasa teori retorika yang berbasa basi, dia lebih banyak menggunakan bahasa-bahasa yang konkret apa masalahnya apa solusinya ini wujudnya jadi secara telinga awam bahasa yang digunakannya mudah dimengerti. Gaya berbicara atau gaya berkomunikasi terbagi menjadi beberapa bagian, namun yang sering digunakan dalam debat adalah gaya retorika, karena gaya retorika merupakan gaya bicara yang menggunakan bahasa lisan yang indah. Dalam program debat pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta putaran ke dua yang disiarkan langsung di Jak-Tv, gaya retorika Jokowi mampu meyakinkan publik bahwa dirinya mampu menyelesaikan berbagai masalah Jakarta. Retorika adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia. Selain itu retorika adalah ilmu bicara yang diperlukan setiap orang. Retorika merupakan komunikasi dua arah atau lebih yang masing-masing berusaha dengan sadar untuk mempengaruhi pandangannya. Retorika juga merupakan seni berbicara yang memiliki daya tinggi dengan menggunakan bahasa lisan yang indah. Retorika juga bagian dari ilmu bahasa (Linguistik), khususnya ilmu bina bicara (sprecherziehung). Gaya retorika Jokowi adalah membimbing, mengarahkan, dan mengubah gaya dalam perilaku. Sehingga gaya retorika yang sederhana cocok untuk memberi intruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan, dan sejenisnya, untuk menggunakan gaya ini secara efektif, dengan visi misi secara umum yaitu ingin menjadikan sebuah perubahan Jakarta yang lebih baik. Selain itu gaya retorika Jokowi dalam program debat kandidat putaran kedua penajaman visi misi calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta di Jak TV tidak pernah tampil emosi dalam menyikapi serangan dari pihak lain. Hal tersebut semakin membangun citra Jokowi sebagai pemimpin yang tenang dan sabar dalam menghadapi segala persoalan. V. PENUTUP Dalam panggung politik pemilihan gubernur DKI Jakarta, keberhasilan Jokowi dalam meraih dukungan masyarakat tidak lepas dari gaya komunikasi atau retorika yang dia lakukan di atas panggung debat. Dengan bahasa yang lugas, mudah dipahami saat menyampaikan berbagai program untuk menjadikan Jakarta lebih baik oleh masyarakat menengah kebawah yang memang menjadi lumbung suara dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Keberhasilan Jokowi juga tak lepas dari penguasaan medan pertarungan politik di lapangan, dengan mengetahui siapa target untuk mendulang suara dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, sesungguhnya Jokowi telah menguasai medan pretarungan. Gaya retorika yang digunakan Jokowi, merupakan retorika yang sederhana, mudah dimengerti, mudah dipahami oleh masyarakat, se-hingga apa yang menjadi tujuan maupun program kerja yang akan dilakukan Jokowi menjadi daya tariknya. Gaya retorikanya sederhana, mudah dimengerti, membimbing, mengarahkan, mengubah gaya dalam perilaku dan mudah dipahami oleh masyarakat. Sehingga gaya retorikanya itu cocok untuk memberi instruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan, dan sejenisnya, untuk menggunakan gaya ini secara efektif, dengan visi misi secara umum yaitu ingin menjadikan sebuah perubahan Jakarta yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa Suatu pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media. Arifin, Amwar. 2011. Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Yogyakarta. Graha Ilmu. Baskin, Askurifai. Jurnalistik Televisi (Teori dan Praktik). Bandung. Simbiosa Rekatama Media. Cangara, Hafied, 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Djamal, Hidajanto, dan Andi Fachruddin. 2011. Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta. Kencana Prenada Media Grup. Effendi, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsat Komunikasi. Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. Effendy, Onong Uchayana. 2004. Ilmu Komunikasi Teori & Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hadi, Ariesto, dan Andrianus Arief. 2010. Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan Nvivo. Kencana Prenada Media Grup. Keraf, Gorys. 2004. Diskusi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group. Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi, Serba AdabSerba Makna. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Morrisan. 2008. Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola radio dan Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Naratama. 2004. Menjadi Sutrada Televisi dengan Single dan Multi Camera. Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi. Nazzir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Prakosa, Adi. 2006. Komunikasi Massa. Jakarta: FISIP UNAS. Rakhmat, Jalaludin. 2001. Retorika Moderen, Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaludi. 2012. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Usman, Husaini., Setiyadi. 2011, Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Askara. Wuwor, Hendrikus. 1991, Retorika. Yogyakarta: Kanisius. Wiryanto. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta, PT Gramedia Widia Sarana Indonesia. 17