STRATEGI KOMUNIKASI KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU

advertisement
STRATEGI KOMUNIKASI KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) PROVINSI
JAWA TENGAH DALAM PROSES SOSIALISASI PEMILIHAN UMUM
GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013
(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Strategi Komunikasi Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Jawa Tengah Dalam Proses Sosialisasi Pemilihan Umum
Gubernur Dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2013)
Disusun Oleh:
EKA SULISTIANA
KANDYAWAN
JURNAL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas Dan Melengkapi Syarat-Syarat Guna
Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
STRATEGI KOMUNIKASI KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) PROVINSI
JAWA TENGAH DALAM PROSES SOSIALISASI PEMILIHAN UMUM
GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013
(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Strategi Komunikasi Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Jawa Tengah Dalam Proses Sosialisasi Pemilihan Umum
Gubernur Dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2013)
Eka Sulistiana
Kandyawan
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
In the regulations No. 22 in 2007 about Election Organizer regulated on General
Election Commission, Provincial Election Commission and Regional Election
Commission as the permanent institution of election orginazer and Election
Supervisory Board (Bawaslu) as the institution of election supervisor. In running the
duty, General Election Commission is reponsible based to the regulation of
legislation and in organizing all stages of election and other duty. The regulations
No. 22 in 2007 about Election Orginizer also regulate the potition of election
committee comprises District of Supervisory Committee (PPK), Voting Committee
(PPS), Voting Orginizer Grup (KPPS), and Election Committee of Foreign Affairs
(PPLN) and Voting Orginizer Grup of Foreign Affairs (KPPSLN).
In this research, the researcher try to find out how The Communication Strategy of
Central Java General Election Commission in Socialization Process of Central Java
Governor and Vice Governor Election in 2013. This research is qualitative
descriptive research. From the result of research communication strategy which is
used by the Central Java General Election Commission has done through some
stages arranged according to the time set. The result of communication process
achievement done in socializing Governor and Vice Governor Election in 2013 is
analyzed through communication elements using theory of Harold lasswell (1972) in
his work The Structure and Fuction of Communication in Society cited by Onong,
that Communication is process to answer Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect, which consists of communicator, message, media,
communicant, and effect.
Keywords: Governor and Vice Governor Election in 2013, Communication Strategy
1
Pendahuluan
Indonesia adalah salah satu negara demokrasi. Demokrasi sendiri berasal dari
bahasa Yunani. Demos artinya rakyat dan kratos artinya pemerintahan. Jadi,
demokrasi merupakan pemerintahan rakyat, dimana kekuasaan tertinggi berada
ditangan rakyat. Salah satu perwujudan demokrasi di Indonesia ialah dengan
dilaksanakannya pemilihan umum atau pemilu.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa
pelaksanaan pemilu di Indonesia dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil yang dilaksanakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Pemilu di Indonesia dilaksanakan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu).
KPU sebagai penyelenggara Pemilu dan sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 dalam menyelenggarakan Pemilu
berkomitmen dan berpedoman pada azas mandiri, jujur, adil, tertib dalam
menyelenggarakan Pemilu, terbuka, profesional, efisien dan efektif mengingat tugas
KPU adalah menyelenggarakan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang diselenggarakan
secara langsung oleh rakyat. Disamping tugas tersebut juga
melaksanakan
penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah (Pemilukada) yaitu untuk memilih Gubernur
dan Wakil Gubernur dan Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil
Walikota secara langsung,
sehingga untuk melaksanakan tugas tersebut maka
dibentuk pula KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Memasuki tahun pemilihan kepala daerah di Indonesia pada tahun 2013, yang
dilakukan setiap lima tahun sekali, dimulai dengan Pilkada DKI Jakarta yang
diselenggarakan pada akhir tahun 2012. Dilanjutkan dengan Pemilihan Gubernur
Jawa Barat pada tanggal 4 Februari 2013, kemudian dilanjutkan oleh Pemilihan
Gubernur Sulawesi Selatan pada tanggal 11 Maret 2013, dan Pemilihan Gubernur
Jawa Tengah yang dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2013.
2
Proses penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah
diberitakan oleh media-media baik lokal maupun nasional sejak akhir tahun 2012.
Banyak upaya yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Jawa Tengah untuk
mensosialisasikan Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah ini,
salah satunya dengan melibatkan masyarakat umum oleh Komisi Pemilihan Umum
Provinsi Jawa Tengah, salah satunya adalah dengan digelarnya Lomba Cipta Maskot
dan Jingle.
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah 2013 sangat
dikhawatirkan akan kembali meningkatnya angka golput karena masih minimnya
pengetahuan masyarakat Jawa Tengah itu sendiri terhadap penyelenggaraan pemilu.
Sebelumnya bahkan beberapa pengamat politik memprediksi angka golput dalam
Pilgub Jateng tahun 2013 lebih dari 40 persen. Pengamat politik dari Unwahas
Semarang, Joko Prihatmoko juga mempridiksi hal yang sama. Ini disebabkan masih
banyak masyarakat yang tak mengetahui Pilgub digelar 26 Mei 2013. Hasil penelitian
tahun 2013 yang digelar oleh Tim Komunikasi Partai Gerindra menyebutkan
masyarakat yang belum mengetahui kapan Pilgub digelar bahkan mencapai 61,6
persen.
Dikutip dari media online www.suaramerdeka.com pada 1 Maret 2013, ketua
Tim Komunikasi DPD Partai Gerindra Jateng Dwi Yasmanto, menyatakam bahwa
mereka melakukan penjajagan kepada masyarakat secara acak melalui telepon selama
empat hari, dan hasilnya mengejutkan. Masyarakat masih banyak yang tidak tahu
kapan Pilgub digelar. Dwi Yasmanto menyatakan penelitian tersebut dilakukan secara
sampling pada masyarakat yang berumur 17 tahun ke atas di 35 kabupaten/kota di
Jateng. Hasilnya, dari 500 orang yang dilakukan penjajagan tercatat 61,6 persen atau
sekitar 308 warga menyatakan tidak tahu dan sisanya, 38,4 persen atau sebanyak 192
orang yang menyatakan tahu. Fakta ini sangat memprihatinkan mengingat jumlah
penduduk Jateng yang mempunyai hak pilih mencapai sekitar 27 juta jiwa. Artinya
Pilgub Jateng belum dikenal masyarakat sehingga potensi golput sangat tinggi.
3
Hal ini sangatlah mengkhawatirkan. Dengan adanya strategi komunikasi yang
tepat dan masif dalam hal sosialisasi akan membantu dalam menekan potensi jumlah
masyarakat pemilih untuk golput ataupun tidak memilih karena ketidaktahuan
mereka.
Jika berkaca pada Pilgub Jateng tahun 2008 lalu, Lingkaran Survei Indonesia
(LSI) mengungkapkan, angka golput dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
(Pilgub) Jawa Tengah 2008, berdasarkan hasil perhitungan cepat, mencapai 45,25
persen.
Direktur Riset LSI, Eka Kusmayadi, di Semarang, mengatakan, angka golput
pada pilkada di Jateng termasuk cukup tinggi jika dibandingkan dengan golput pada
pilkada di provinsi lain yang rata-rata 30-35 persen. Ia menduga penyebab tingginya
angka golput karena faktor teknis sehingga menyebabkan calon pemilih tidak datang
ke tempat pemungutan suara (TPS). Selain itu, faktor ekonomi yang menyebabkan
pemilih lebih mengutamakan pekerjaannya daripada waktunya untuk mencoblos.
Faktor lainnya, adalah pelaksanaan pilgub yang kurang gereget sehingga
menyebabkan keengganan calon pemilih menggunakan hak pilihnya. Adapun hasil
perhitungan Pilgub Jateng melalui penghitungan cepat yang dilakukan LSI, pasangan
yang diusung PDI Perjuangan, Bibit Waluyo-Rustriningsih paling unggul dengan
meraih 44,42 persen suara. Posisi kedua diduduki pasangan yang diusung Partai
Golkar, Bambang Sadono-M.Adnan 22,46 persen suara, menyusul pasangan Sukawi
Sutarip-Sudharto 15,80 persen, M.Tamzil-Rozaq Rais 11,20 persen, dan Agus
Suyitno-Kholiq Arif 6,11 persen.
Eka Kusmayadi juga berpendapat bahwa keberhasilan pasangan Bibit-Rustri
memenangi pilkada ini, antara lain kemampuan mesin politik PDI Perjuangan untuk
memobilisasi massa hingga ke tingkat akar rumput. Adapun perhitungan cepat ini,
menggunakan metode Multistage Random Sampling, dengan 400 TPS yang dijadikan
sebagai sampel.
Melihat hasil pemaparan diatas, penulis ingin menjadikan hal-hal tersebut
sebagai hal yang melatarbelakangi untuk melakukan penelitian di wilayah KPU
4
Provinsi Jawa Tengah. Jika masih banyak masyarakat yang belum mengetahui kapan
Pilgub digelar, hal ini tentunya juga akan mempengaruhi tingkat partisipasi publik
pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah karena kurangnya
sosialiasi kepada masyarakat.
Rumusan Masalah
Bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Jawa Tengah dalam melakukan proses sosialisasi Pemilihan Umum Gubernur
dan Wakil Gubernur Jawa Tengah 2013?
Tujuan Penelitian
Mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh KPU Jawa
Tengah dalam mensosialisasikan Pemilihan Umum Gubernur Jawa Tengah 2013.
Tinjauan Pustaka
a. Demokrasi
Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari dua kata Yunani, yaitu demos,
yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan cratein atau cratos, yang
berarti kekuasaan atau kedaulatan. Gabungan dua kata demos-cratein atau demoscratos (demokrasi) memiliki arti suatu system pemerintahan dari, oleh, dan untuk
rakyat.
Sedangkan pengertian demokrasi secara terminologi adalah seperti yang
dinyatakan oleh para ahli tentang demokrasi: (a) Joseph A. Schmeter mengatakan,
demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan
politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara
perjuangan kompetitif atas suara rakyat; (b) Sidney Hook berpendapat, demokrasi
adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang
penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan
mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa; (c) Philippe C.
5
Schmitter menyatakan, demokrasi sebagai suatu system pemerintahan di mana
pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah
public oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi
dan kerja sama dengan para wakil mereka yang terpilih; dan (d) Henry B. Mayo
menyatakan, demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakilwakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala
yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana
terjaminnya kebebasan politik.
Dari beberapa pendapat di atas, dapatlah disimpulkan bahwa hakikat
demokrasi adalah peran utama rakyat dalam proses sosial dan politik. Dengan
kata lain, pemerintahan demokrasi adalah pemerintahan di tangan rakyat yang
mengandung pengertian tiga hal: pemerintahan dari rakyat (government of the
people), pemerintahan oleh rakyat (government for the people); dan pemerintahan
untuk rakyat (government for the people). Tiga faktor ini merupakan tolok ukur
umum dari suatu pemerintahan yang demokratis.
Namun demikian, demokrasi tidak sekedar wacana yang mengandung prinsipprinsip diatas, ia mempunyai parameternya sebagai ukuran apakah suatu negara
atau pemerintahan bisa dikatakan demokratis atau sebaliknya. Sedikitnya tiga
aspek dapat dijadikan landasan untuk mengukur sejauh mana demokrasi itu
berjalan dalam suatu negara. Ketiga aspek tersebut adalah pemilihan umum,
susunan kekuasaan negara, kontrol rakyat.
b. Pemilihan Umum
Pemilu adalah sebuah mekanisme politik untuk mengartikulasikan aspirasi
dan kepentingan warga negara. Setidaknya ada empat fungsi Pemilu yang
terpenting: legitimasi politik, terciptanya perwakilan politik, sirkulasi elite politik,
dan pendidikan politik. Melalui Pemilu, legitimasi pemerintah/penguasa
dikukuhkan karena ia adalah hasil pilihan warga negara yang memiliki
6
kedaulatan. Keberadaan serta kebijaksanaan yang dibuat pemerintah akan
memperoleh dukungan dan sanksi yang kuat karena keduanya berlandaskan
sepenuhnya pada aspirasi rakyat dan bukan karena pemaksaan dari atas.
Selanjutnya, melalui Pemilu seleksi kepemimpinan dan perwakilan dapat
dilakukan secara fair karena keterlibatan warga negara. Praktek demokrasi
modern, yaitu melalui perwakilan dapat dilakukan sepenuhnya disini. Dengan
Pemilu pula maka akan terjadi pergantian elite kekuasaan secara lebih adil karena
warga negaralah yang langsung menentukan siapa yang masih dianggap
memenuhi syarat elite dan siapa yang tidak. Secara tidak langsung, ini berarti pula
bahwa Pemilu adalah alat kontrol warga negara kepada penguasa apakah yang
terakhir itu masih dipercayai atau tidak.
Akhirnya, Pemilu adalah sebuah alat untuk melakukan pendidikan politik bagi
warga negara agar mereka memahami hak dan kewajibannya. Dengan terlibat
dalam proses pelaksanaan Pemilu, diharapkan bahwa warga negara akan
mendapatkan pengalaman langsung bagaimana selayaknya seorang warga negara
berkiprah dalam sistem demokrasi. Ia akan mengerti dan memahami posisinya
sebagai pemegang kedaulatan yang sangat menentukan gerak serta perjalanan
bangsa dan negaranya.
c. Strategi Komunikasi
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi
tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan
harus menunjukkan
bagaimana taktik
operasionalnya.Suatu
strategi
juga
merupakan keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan
dijalankan
guna mencapai
tujuan.
Jadi
dalam merumuskan
strategi
komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama
memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. Ada empat tujuan dalam
strategi komunikasi
sebagai berikut : (1) To Secure Understanding yaitu
7
untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi. (2)
To Establish Acceptance, yaitu bagaimana cara penerimaan itu terus dibina
dengan baik. (3) To Motivate Action yaitu penggiatan untuk memotivasinya, dan
(4) To Goals
Which Communicator Sought To Achieve
yaitu bagaimana
mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses
komunikasi tersebut.
Menurut Harold Laswell (1972) dalam karyanya The Structure and Function
of Communication in Society dikutip oleh Onong, komunikasi merupakan proses
yang menjawab pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect. Ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi semua unsure yakni :
1. Komunikator ( communication, source, sender)
2. Pesan (message)
3. Media (channel, media)
4. Komunikan ( communicant, communicatee, receiver, recipient)
5. Efek (effect, impact, influence)
Jadi berdasar paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan
makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain, komunikasi
adalah proses membuat sebuah pesan setala (tuned) bagi komunikator dan
komunikan.
d. Komunikasi Pembangunan
Setiap kegiatan komunikasi bertujuan mengubah sikap dan mengharapkan
suatu tindakan dari pihak komunikan. Komunikasi dikatakan berhasil apabila
komunikasi yang terjadi dapat mengubah sikap dan tindakan seseorang. Pasti ada
tujuan tertentu dari diadakannya suatu proses komunikasi, tak terkecuali dalam
komunikasi pembangunan. Komunikasi sebagai alat untuk menyampaikan pesan,
ide dan gagasan khususnya tentang pembangunan telah menjadi salah satu alat
8
pembaharu
menuju
perkembangan,
perubahan,
kemajuan,
ataupun
pembangunan.1Definisi komunikasi pembangunan dijelaskan menurut Kaplan dan
Laswell dikutip oleh Astrid L Susanto sebagai berikut :
“Komunikasi pembangunan adalah kegiatan penyebaran dari nilai –nilai
sejahtera (welfare values) dan nilai-nilai sosial bagi anggota masyarakat
(deference values”
Nilai-nilai sejahtera di sini merupakan nilai dalam mencapai keperluan seharihari demi pertahanan kelanjutan hidup seseorang dapat meliputi nilai tentang
kesejahteraan, kekayaan, kecakapan, dan keahlian seseorang. Sedangkan nilai
sosial adalah nilai yang ditentukan oleh suatu kelompok khususnya dalam
hubungan dan sikap individu dalam kelompok terhadap anggota sesama
kelompoknya, misalnya nilai-nilai orang tentang politik.
Dalam hal ini, kegiatan pemilu sebagai suatu kegiatan pembangunan yang
bernilai politik. Dimana setiap individu memiliki peran dalam upaya memberikan
pendidikan politik agar terbentuknya pembangunan negara di bidang politik yang
juga termasuk dalam nilai-nilai sejahtera. KPU merupakan salah satu unsur
lembaga negara yang memiliki peran secara konstitusi untuk melakukan
komunikasi pembangunan di bidang politik.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang menghasilkan
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, Bogdan
& Taylor dalam Moeloeng (2002 : 3). Penelitian ini menggunakan metode
wawancara mendalam dan observasi sebagai instrumen pengumpulan data primer,
selanjutnya dari hasil temuan data disajikan secara deskriptif berdasarkan kategorisasi
9
yang sebelumnya telah dibuat oleh peneliti. Dalam upaya mendapatkan validitas data,
hasil temuan dianalisis dengan menggunakan trianggulasi sumber, dengan
membandingkan dengan literature lain (dokumentasi, buku, jurnal, artikel, surat
kabar, majalah, internet, dsb).
Pemilihan informan (sample) sebagai sumber data penelitian menggunakan
teknik purposive sampling yang melibatkan sample penelitian pada seseorang yang
diyakini mengetahui persoalan penelitian (Pawito, 2007: 88). Bungin (2003: 107)
juga mengungkapkan, purposive sampling adalah menentukan kelompok peserta
yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah
penelitian. Dengan teknik penarikan sampel ini, maka sample yang diambil untuk
menjawab rumusan masalah tentang penelitian strategi komunikasi yang dilakukan
oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Tengah.
Pengambilan data di lapangan dilakukan oleh peneliti dengan menyusun
kategorisasi yang dituangkan dalam interview guide. Data yang sudah terkumpul
kemudian dianalisis dengan menggunakan model Interaktif Miles dan Huberman
yang menurut Pawito (2007: 105) terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi dalam suatu
analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
Sajian dan Analisis Data
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai tujuan. Strategi komunikasi yang merupakan paduan
perencanaan komunikasi (management communication) untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara praktik harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan
(approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi. yang
dilakukan oleh KPU Provinsi Jawa Tengah dalam melakukan proses sosialisasi.
Strategi komunikasi Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Tengah tahun 2013, dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang telah dibuat oleh
10
KPU Provinsi Jawa Tengah. Tahapan-tahapan tersebut adalah Tahapan Persiapan,
Tahapan Pelaksanaan, dan Tahapan Penyelesaian. Serangkaian tahapan-tahapan
program dan jadwal penyelenggaraan pemilihan umum gubernur dan wakil gubernur
tahun 2013 ini dimulai sejak bulan Januari 2012 hingga bulan Agustus 2013.
Seperti yang di sampaikan oleh Siti Malikhatun, sebagai salah satu anggota
Komisi Pemilihan Umum Jawa Tengah 2013:
“Sosialisasi itu dilakukan dengan beberapa tahapan, jadi mulai
persiapan, pelaksanaan, pasca pelaksanaan ketika hasilnya sudah ada
itu juga di sosialisasikan, jadi semua tahapan itu pasti di
sosialisasikan.”
M. Fajar Subhi A.K Arif, SH, salah satu anggota KPU Provinsi Jateng juga
menjelaskan :
“Jadi, kalo bicara pemilu, kita bicara tahapan, tahapan pilgub itu kita
mulai sejak September, khusus untuk sosialisasi KPU Jateng mulai
sejak Juni 2012. Dimulai dengan tahapan sosialisasi calon
perseorangan, karena calon perseorangan ini jumlah minimal KTP nya
besar, satu juta lebih, hamper 1,2 juta KTP. Bulan Juni, kami sudah
turun, dengan system membuat acara mengundang tokoh…”
(wawancara 23 November 2013)
Drs. Andreas Pandiangan, M. M.si, yang juga anggota KPU Provinsi Jateng juga
menjelaskan :
“…Jadi, jadwalnya tahapan kita sudah sangat awal. Jadwalnya kita
mulai sejak Oktober 2012, namun sebenarnya itu baru tahapan tapi
kalau persiapan sebenernya udah kita mulai sejak bulan Juni tahun
2012. Tahapan itu kita tandai dengan apa yang disebut dengan
launching maskot dan jingle itu kita mulai sejak tanggal 26 September
2012.” (wawancara 5 Desember 2013)
Strategi komunikasi yang dilakukan oleh KPU Provinsi Jawa Tengah dalam
mensosialisasikan Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur tahun 2013 ini
melalui unsur-unsur komunikasi yaitu, komunikator, pesan, media, komunikan, serta
efek
A. Komunikator merupakan pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam
sebuah komunikasi. Dalam hal ini berperan sebagai pelaksana sosialisasi,
yang terdiri dari KPU Provinsi Jawa Tengah, KPU Kabupateng/Kota se Jawa
11
Tengah, PPK, PPS, KPPS, pihak lain yang dapat menjadi mitra bagi KPU
Jateng dan KPU Kabupateng/Kota se Jawa Tengah, yang diwujudkan dalam
naskah kerjasama (MoU), serta pemangku kepentingan lainnya.
Seperti yang dikatakan oleh Siti Malikhatun Badriyah, SH, M. Hum, selaku
anggota KPU Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 dalam wawancaranya pada
tanggal 20 November 2013 :
“Kalau proses sosialisasi semua KPU bertanggungjawab, mulai dari
KPU Jateng, KPU Kabupateng/Kota, PPK, PPS, semua
bertanggungjawab, jika ingin dilihat siapa yang berkewajiban
mensosialisasikan tidak hanya penyelenggara, namun juga seluruh
masyarakat, pemerintah sebagai pemangku kepentingan juga
berkewajiban mensosialisasikan.”
B. Pesan yang disampaikan atau di sosialisasikan ke masyarakat, menggunakan
teknik persuasi, dimana bahasa-bahasa yang digunakan bersifat ajakan, bukan
instruksi, atau sebatas pemberitahuan belaka. Isi pesan yang disampaikan
kepada masyarakat sebagai bentuk sosialisasi harus jelas, sehingga mampu
dipahami oleh masyarakat dengan mudah. M. Yusuf A.R menjelaskan bahwa
berbagai aspek yang harus di sosialisasikan kepada masyarakat pemilih
berkaitan dengan Pemilu diantaranya yaitu: manfaat pemilu, nama-nama
peserta pemilu, ajakan untuk memberikan suara nanti pada saat pemungutan
suara, tata cara pemilu, jadwal pemilu, khususnya pada tahap kampanye, tata
cara pencoblosan, jadwal pemungutan suara dan pengumuman hasil
perhitungan suara. Pesan-pesan dalam kegiatan sosialisasi perlu dilakukan
secara menarik, informatif, sederhana, dan mudah dipahami. Mengajak
kepada seluruh masyarakat Jawa Tengah untuk turut serta dalam memberikan
hak suaranya pada Pilgub Jateng 2013 yang diselenggarakan pada tanggal 26
Mei 2013. Hal ini terlihat dari gaya bahasa iklan, baik di spanduk, baliho,
pamflet, dan lain-lain. Drs. Andreas Pandiangan, M. M.si selaku
penanggungjawab divisi sosialisasi KPU Provinsi Jateng ini menyampaikan :
12
“…sosialisasi lewat stiker yang berbunyi “saya sudah terdaftar sebagai
pemilih”, dirumah-rumah. Di spanduk juga dibuat dengan kalimat
provokatif. Bukan dengan kalimat “pastikan anda sudah terdaftar”.
Menurut kami ini kurang provokatif. Kami saat itu memakai kalimat
“tunggu kedatangan kami ditempat anda untuk mendata”, jadi itu
seperti filosofi jemput bola...” (Wawancara 5 Desember 2013)
C. Media yang digunakan oleh KPU Provinsi Jateng dan KPU Kabupaten/ Kota,
untuk mensosialisasikan Pilgub Jateng 2013, menggunakan metode sosialisasi
yang meliputi : Media Komunikasi Tatap Muka, hal ini diharapkan mampu
lebih memberikan efek perubahan tingkah laku (behavioral change) dari
komunikan. Pada komunikasi tatap muka inilah terjadi umpan balik langsung
(immediate feedback). Dalam metode ini dilakukan melalui media antara lain
seperti bimbingan teknis, cermah, simulasi, seminar, diskusi, dan sarasehan.
Dalam pemberitaan yang dimuat oleh timlo.net terkait sosialisasi yang
dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Klaten untuk
menekan angka golput pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah 26
Mei 2013. Salah satunya dengan menggelar sosialisasi tata cara pencoblosan
di dalam lembaga pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Klaten pada 22 Mei
2013, yang diikuti oleh 382 warga Binaan Lapas Klaten. Serta pemberitaan
metro.sindonews.com memberitakan tentang Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Kabupaten Tegal yang juga memberikan sosialisasi Pemilihan Gubernur
(Pilgub) Jawa Tengah terhadap Perempuan Seks Komersial (PSK) dan
mucikari di sebuah rumah makan di kabupaten setempat. Sekitar 100 orang
PSK dan mucikari yang biasa beroperasi di sejumlah lokalisasi di kabupaten
itu terlihat antusias mengikuti kegiatan tersebut.
D. Metode sosialisasi lainnya adalah komunikasi melalui media massa cetak dan
elektronik, media cetak yang digunakan berupa iklan di surat kabar harian
atau koran baik lokal maupun nasional, pamflet, leaflet, dan spanduk. Adanya
iklan dan dialog yang rutin diadakan selama empat bulan, setiap dua minggu
sekali di radio RRI terkait Pilgub Jateng 2013. Situs suarapembaruan.com
13
memberitakan tentang kerjasama dalam penyelenggaraan debat calon
Gubernur dan Wakil Gubernur yang di tayangkan oleh Tv One, Metro Tv, dan
Kompas Tv.
M. Fajar Subhi, salah satu anggota KPU Provinsi Jateng, dalam
wawancaranya tanggal 23 November 2013 :
.” “Kami memiliki kerja sama dengan RRI jaringan Se-Jawa Tengah,
baik kerjasama sosialisasi dalam bentuk iklan maupun dialog, selama
kurang lebih empat bulan, dialognya dilakukan setiap seminggu sekali,
dan iklannya ditampilkan setiap hari. Lalu juga dengan media televisi,
kami bekerjasama dengan tiga media, Tv One, Metro Tv, dan Kompas
Tv”
E. Metode sosialisasi lainnya adalah komunikasi melalui mobilisasi massa,
dengan melibatkan masyarakat serta pemangku kepentingan lainnya, seperti
yang tercantum dalam situs resmi kpu-surakartakota.go.id , penyelenggaraan
lomba cerdas cermat tingkat SLTA se-Jateng untuk pendidikan bagi pemilih
pemula yang dilaksanakan di Kota Surakarta pada tanggal 16 Mei 2013. Serta
lomba cipta Maskot dan Jingle, yang mampu menyentuh keterlibatan secara
aktif mahasiswa di seluruh perguruan tinggi di Jawa Tengah, dengan
segmentasi pemuda, serta menjangkau masyarakat luas. M. Fajar Subhi A.K
Arif, SH, menjelaskan dalam wawancaranya pada tanggal 23 November 2013:
“…kami juga mengadakan perlombaan pembuatan jingle dan maskot,
yang digelar sebelum tahapan, sekitar bulan Agustus 2012. Itu juga
digunakan untuk menghidupkan suasana, karena waktu itu cenderung
tenang sekali, partai-partai belum meramaikan. Kita berharap dengan
adanya lomba jingle dan maskot ini menggerakkan semua elemen,
semua perguruan tinggi se-Jawa Tengah dikirim informasinya agar
mengikuti perlombaan ini untuk meramaikan juga…”
F. Metode sosialisasi lainnya adalah sosialisasi melalui kesenian tradisional.
KPU Provinsi Jateng serta KPU Kabupaten/ Kota, mengunakan kesenian
tradisional khas masing-masing daerah, agar mampu menarik minat
masyarakat yang berada dipedesaan yang cenderung masih kuat secara
kebudayaannya. Kesenian tradisional yang digunakan seperti kesenian
14
barongsai, wayang kulit, dan tari-tarian. M. Fajar Subhi, selaku anggota KPU
Provinsi Jateng 2013 dalam wawancara nya pada tanggal 23 November 2013,
yaitu:
“KPU Kabupaten/ Kota yang lebih menyentuh ranah masyarakat
pedesaan, seperti Klaten, mereka membuat wayang kulit, Cilacap juga
menggunakan wayang juga untuk sosialisasi di masyarakat pedesaan.
Karena ternyata, wayang itu masih banyak yang mendengarkan,
sehingga kita menggunakan itu, menggunakan kesenian tradisional…”
G. Metode sosialisasi lainnya adalah sosialisasi melalui komunikasi media sosial.
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota memiliki akun media sosial yang
diharapkan mampu memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi
terkait Pilgub 2013, seperti web resmi KPU Provinsi Jateng yang dapat di
akses di www.kpu-jatengprov.go.id ,
salah satu contoh web resmi KPU
Kabupaten/Kota adalah KPU Kota Surakarta, yang dapat di akses di
www.kpu-surakarta.go.id , akun Facebook yang juga bisa diakses dengan
nama “KPU Jawa Tengah”, serta Twitter resmi KPU Provinsi Jateng dengan
akun @KPUJateng.
H. Komunikan yang merupakan kelompok sasaran sosialisasi Pilgub Jateng 2013
merupakan seluruh lapisan masyarakat Jawa Tengah, seperti masyarakat
umum, pemilih pemula, perempuan, petani, buruh, wartawan, pemerintah
daerah, TNI/Polisi, LSM/Ormas, dan lain-lain.
I. Strategi komunikasi yang dilakukan oleh KPU Provinsi Jateng pada Pilgub
Jateng tahun 2013, setidak nya mengalami peningkatan meskipun tidak
signifikan. Pada Pilgub tahun 2008 partisipasi pemilih sebanyak 55,05 persen,
sedangkan pada Pilgub tahun 2013 menjadi 55,73 persen, mengalami
peningkatan sebanyak 0,7 persen. Ketidakhadiran pemilih dalam Pilgub
Jateng tahun 2013 ini dibagi dalam tujuh kategori, yakni kategori merantau
32,64 persen, bekerja 15,81 persen dan kategori sekolah sebanyak 1,57
persen. Sejumlah kategori lain yakni terdaftar namun meninggal, sakit serta
15
sudah tidak tinggal di tempat semula dengan persentase di bawah satu persen,
dan tertinggi yakni pada kategori lain-lain yang mencapai 48,46 persen.
Anggota KPU Jateng Andreas Pandiangan mengatakan :
“…jumlah DPT tersebut sudah melalui sejumlah tahap. Sebelumnya
KPU Provinsi Jateng menerima Daftar Penduduk Potensial Pemilih
Pemilu (DP4) Pilgub 2013 sebanyak 29.629.952 pemilih. Kemudian
dilakukan pencocokan dan penelitian menjadi sebanyak 27.415.706
pemilih yang masuk dalam daftar pemilih sementara (DPS). Hingga
akhirnya turun menjadi 27,3 juta pemilih untuk DPT. Dari jumlah
tersebut untuk pemilih pemula biasanya hanya 10 sampai 15 persen,
tapi kita memang tidak ada data pasti, jumlah tersebut mengalami
penurunan karena ada identitas pemilih yang diketahui ganda, fiktif,
telah meninggal dunia atau pindah dari Jawa Tengah.”
Saran
1. Sosialisasi
yang
dilakukan
oleh
KPU
Provinsi
Jateng
dan
KPU
Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah, harus lebih memberi perhatian khusus
dalam menjangkau seluruh wilayah sosialisasi agar merata ke seluruh wilayah
di Jawa Tengah, hal ini dikarenakan Provinsi Jawa Tengah masih banyak
wilayah pedesaan yang harus dijangkau. Dengan penggunaan metode
sosialisasi yang tepat dan mudah dipahami oleh masyarakat pedesaan, serta
melibatkan perangkat desa yang dianggap dekat dengan masyarakat, seperti
lurah, kepala desa, ketua RT, tokoh masyarakat atau pemuka agama setempat,
agar mampu mengajak serta menggerakkan masyarakatnya, untuk turut serta
dalam setiap pemilihan umum tidak hanya pemilihan gubernur dan wakil
gubernur, melainkan juga pemilihan umum lainnya.
2. Optimalisasi penggunaan media sosial dalam penyebaran informasi secara
aktif terkait pemilihan umum ini, agar memudahkan khalayak dalam mencari
informasi.
3. Tugas sosialisasi tidak hanya dilakukan oleh KPU Provinsi Jateng dan KPU
Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah, melainkan juga oleh seluruh elemen
masyarakat Jawa Tengah yang juga harus berperan aktif untuk turut
16
mensukseskan pesta demokrasi yang diselenggarakan oleh negara, tidak hanya
pemilihan umum untuk gubernur dan wakil gubernur, melainkan juga
pemilihan umum lainnya.
4. KPU Provinsi Jateng membuat program sosialisasi yang lebih beragam
dengan menyesuaikan target sasaran masyarakat yang berbeda latar belakang,
dengan menyesuaikan tiap-tiap kelompok sasaran yang dituju.
Daftar Pustaka
A.R, Yusuf. Peran Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam Pendidikan Politik.
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas 45 Mataram Jurnal Ganec
Swara Volume 4 Nomor 1 Februari 2010 hal. 15
Astrid Susanto.(1988). Komunikasi dalam: Komunikasi Teori dan Praktek Jilid II
Pembangunan dan Masalahnya, Binacipta, Jakarta,
H.A.W. Widjaja. (2000). Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta, hal. 125, PT.
Rineka Cipta,.
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah Nomor : 01/Kpts/KPUProv-012/2012. Tentang Penetapan Hari dan Tanggal Pemungutan Suara
Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2013,
Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kudus Tahun 2013, Serta
Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Temanggung Tahun 2013.
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah Nomor : 02/Kpts/KPUProv-012/2012. Tentang Tahapan Program Dan Jadwal Penyelenggaraan
Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2013.
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah Nomor : 06/Kpts/KPUProv-012/2012. Tentang Pedoman Teknis Sosialisasi Penyelenggaraan
Pilgub Jateng 2013
Onong Uchjana Effendi. (1990). Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Remaja,
Rosdakarya, Bandung.
Pawito.(2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta : Lkis.
Ubaedillah, Rozak, dkk., (ed.), 2008.Pendidikan Kewarganegaraan : DEMOKRASI,
HAK ASASI MANUSIA, DAN MASYARAKAT MADANI Edisi Ketiga,
Jakarta; Kencana Prenada Media Group.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu.
Riyono Pratikto. (1986). Komunikasi Pembangunan, Alumni, Bandung,
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/03/21/149878/Masyara
kat-Buta-Pilgub-Golput-Diprediksi-Tinggi (diakses pada 1 Maret 2013
pukul 22.00)
17
http://www.muslimdaily.net/berita/lokal/golput-pilgub-jateng-capai-4525-persenkata-lsi.html#.UZIS1Xkjjw4 (diakses pada 14 Mei 2013 pukul 17.43)
http://www.timlo.net/baca/72230/tekan-angka-golput-382-warga-binaan-lapas-klatenikuti-simulasi-pilgub/ (diakses pada 1 Mei 2014 pukul 20.00 WIB)
http://metro.sindonews.com/read/2013/05/09/28/747031/kpu-sosialisasi-pilgubjateng-ke-penjaja-seks-komersial (diakses pada 5 Mei 2014 pukul 10.00
WIB)
http://www.suarapembaruan.com/home/debat-cagub-jateng-ditayangkan-tiga-stasiuntelevisi/35237. (diakses pada 1 Mei 2014 pukul 20.00 WIB)
18
Download