MODUL PERKULIAHAN Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain (Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi liberalism) Modul 7 Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Mata Kuliah Umum Manajemen Tatap Muka 07 Kode MK Disusun Oleh MK Drs. Amiruddin, S.Pd. MM Abstract Kompetensi Setelah perkualiahan ini mahasiswa diharapan dapat menganalisis Pancasila dalam perbandingan dengan ideologi lain Setelah pembahasan dalam modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menganalisis Pancasila dalam perbandingan dengan ideologi lain - ‘13 2 PENDIDIKAN PANCASILA Drs. Amiruddin, S.Pd. MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pancasila dan Liberalisme Pancasila dengan Fasisme Pancasila dengan Komunis Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi liberalism Politik liberalisme berpengaruh terhadap perkembangan paham demokrasi dan nasionalisme atas bangsa-bangsa di dunia. Setiap individu mempunyai hak untuk menjalankan kepentingan yang diwujudkan dalam sistem demokrasi liberal sehingga melahirkan fungsi parlemen sebagai lembaga pemerintahan rakyat. Seterusnya, pemilihan umum dilakukan untuk memilih para anggota parlemen, dan setiap orang berhak memberikan satu suara. Dalam pemilu sering terjadi persaingan mencari kekuasaan politik. Masuknya seseorang menjadi anggota parlemen otomatis akan berpengaruh terhadap penetapan undang-undang atau jatuh bangunnya sebuah kabinet. Bagi bangsa yang sedang terjajah, liberalisme sejalan dengan pertumbuhan paham nasionalisme yang sama-sama menginginkan terbentuknya negara yang berpemerintahan sendiri. Kesadaran tersebut tumbuh karena setiap bangsa memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Dalam bidang agama, penerapan paham liberalisme berarti bahwa setiap individu bebas memilih dan menentukan agamanya sendiri. Hal ini sangat berbeda, misalnya situasi pada masa sebelum terjadinya Reformasi Gereja masyarakat Eropa diwajibkan untuk memeluk agama yang dianut rajanya. Selain itu, liberalisme di bidang agama ini menghendaki adanya kebebasan berfikir individu. Artinya, individu mempunyai hak untuk mengungkapkan ekspresinya dan bukan berdasar atas kehendak gereja. Gejala tersebut pada akhirnya melahirkan Reformasi Gereja yang kemudian memunculkan agama baru, yaitu Kristen Protestan. Di bidang pers, politik liberalis memungkinkan seorang wartawan bebas memuat berita apa pun yang ia ketahui, sementara para sastrawan bebas mengeluarkan pendapat dan ungkapan hatinya. Masyarakat umum berhak membaca dan menilai sendiri tulisan-tulisan para wartawan dan sastrawan tersebut. Demikian artikel yang menjelaskan definisi, ciri-ciri dan perkembangan paham liberalisme di dunia. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah: a. Apabila sekumpulan warganegara atau disuatu daerah merasa pemerintahan tidak memperhatikan mereka maka mereka berhak untuk membentuk suatu Negara baru atau untuk memisah dengan Negara tersebut dan menyatu dengan Negara lain dengan syarat penduduk di daerah tersebut menyetujui dan Negara yang akan di jadikan Negara baru mereka juga menerima mereka. b. seorang wartawan/pers bebas memuat suatu berita baik itu berita yang berbau porno maupun berita-berita yang bohong sebagai contoh di AmerikaSerikat ada seorang yang memuat berita- ‘13 3 PENDIDIKAN PANCASILA Drs. Amiruddin, S.Pd. MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berita bohong seperti mengabarkan tentang hidup kembali raja pop dunia yaitu micheal Jackson dan banyak lagi dimuat hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan dan situs web itu sangat popular dinegaranya dan bahkan di Indonesia juga sering membuka situs itu dengan tidak disengaja maupun disengaja dan membaca berita bohong tersebut,namun dalam Negara tersebut tidak pernah membatasi apa yang mereka muat tersebut. Mengenai konsep liberalisme, dapat kita tarik beberapa pokok pemikiran yang terkandung di dalamnya, sebagai berikut: 1. inti pemikiran : kebebasan individu 2. perkembangan : berkembang sebagai respons terhadap pola kekuasaan negara yang absolut, pada tumbuhnya negara otoriter yang disertai dengan pembatasan ketat melalui berbagai undang-undang dan peraturan terhadap warganegara. 3. landasan pemikirannya adalah bahwa menusia pada hakikatnya adalah baik dan berbudipekerti, tanpa harus diadakannya pola-pola pengaturan yang ketat dan bersifat memaksa terhadapnya. 4. system pemerintahan (harus): demokrasi. Sedangkan ciri-ciri Ideologi Liberalisme adalah: 1. Negara sebagai penjaga malam . Rakyat atau warganya mempunyai kebebasan untuk berbuat atau bertindak apa saja asal tidak melanggar tata tertib hukum . 2. Kepentingan dan hak warganegara lebih diutamakan daripada kepentingan Negara . Negara didirikan untuk menjamin kebebasan dan kepentingan warga Negara. 3. Negara tidak mencampuri urusan agama . Agama menjadi urusan pribadi setiap warganegaranya .Negara terpisah dengan agama . Warganegara bebas beragama , tetapi bebas juga tidak beragama. Contoh dalam kehidupan sehari-hari: a. Seorang warga Negara bebas melakukan hubungan intim dengan syarat mereka telah berumur 18 tahun keatas(karena orang tersebut dianggap sudah dewasa setelah berumur 18 tahun). b. Seorang warga Negara di perbolehkan memakai/menyimpan senjata berbahaya seperti pistol dengan tujuan untuk berjaga jaga/untuk melindungi diri mereka.terkecuali mereka berada di dalam tempat keramayan seperti di pesawat terbang(bandara),didalam kereta api,dll. c. Seorang warganegara bebas untuk berkreasi sesuai dengan kemauan meraka walaupun hal itu jika di Indonesia tergolong perbuatan yang sangat dilarang, sebagai contoh seseorang membuat website tentang video2 porno online yang sangat banyak kita temui di situs-situs luar negri seperti Negara amerika, namun hal tersebut di Negara mereka tidak dilarang karena ‘13 4 PENDIDIKAN PANCASILA Drs. Amiruddin, S.Pd. MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menurut pandangan Negara pekerjaan tersebut tidak melanggar undang-undang dan tidak pernah yang merasa rugi dengan adanya situs tersebut. Periode 1950-1959 disebut periode pemerintahan demokrasi liberal. Sistem parlementer dengan banyak partai politik memberi nuansa baru sebagaimana terjadi di dunia Barat. Ketidakpuasan dan gerakan kedaerahan cukup kuat pada periode ini, seperti PRRI dan Permesta pada tahun 1957 (Bourchier dalam Dodo dan Endah (ed), 2010: 40). Keadaan tersebut mengakibatkan perubahan yang begitu signifikan dalam kehidupan bernegara. Pada 1950-1960 partai-partai Islam sebagai hasil pemilihan umum 1955 muncul sebagai kekuatan Islam, yaitu Masyumi, NU dan PSII, yang sebenarnya merupakan kekuatan Islam di Parlemen tetapi tidak dimanfaatkan dalam bentuk koalisi. Meski PKI menduduki empat besar dalam Pemilu 1955, tetapi secara ideologis belum merapat pada pemerintah. Mengenai Pancasila itu dalam posisi yang tidak ada perubahan, artinya Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia meski dengan konstitusi 1950 (Feith dalam Dodo dan Endah (ed.), 2010: 40). Indonesia tidak menerima liberalisme dikarenakan individualisme Barat yang mengutamakan kebebasan makhluknya, sedangkan paham integralistik yang kita anut memandang manusia sebagai individu dan sekaligus juga makhluk sosial (Alfian dalam Oesman dan Alfian, 1990: 201). Negara demokrasi model Barat lazimnya bersifat sekuler, dan hal ini tidak dikehendaki oleh segenap elemen bangsa Indonesia (Kaelan, 2012: 254). Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Kaelan yang menyebutkan bahwa negara liberal memberi kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing. Namun dalam negara liberal diberikan kebebasan untuk tidak percaya terhadap Tuhan atau atheis, bahkan negara liberal memberi kebebasan warganya untuk menilai dan mengkritik agama. Berdasarkan pandangan tersebut, hampir dapat dipastikan bahwa sistem negara liberal membedakan dan memisahkan antara negara dan agama atau bersifat sekuler (Kaelan, 2000: 231). Berbeda dengan Pancasila, dengan rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa telah memberikan sifat yang khas kepada negara Indonesia, yaitu bukan merupakan negara sekuler yang memisah-misahkan agama dengan negara (Kaelan, 2000: 220). Tentang rahasia negara-negara liberal, Soerjono Poespowardojo mengatakan bahwa kekuatan liberalism terletak dalam menampilkan individu yang memiliki martabat transenden dan bermodalkan kebendaan pribadi. Sedangkan kelemahannya terletak dalam pengingkaran terhadap dimensi sosialnya sehingga tersingkir tanggung jawab pribadi terhadap kepentingan umum (Soeprapto dalam Nurdin, 2002: 40-41). Karena alasan-alasan seperti itulah antara lain kenapa Indonesia tidak cocok menggunakan ideologi liberalisme. A. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi sosialisme Sejarah umat manusia memberikan suatu bukti secara jelas bahwa abad XX terjadi suatu persaingan yang ketat antara ideologi liberal kapitalistik yang dimotori oleh Amerika Serikat dan ideologi ‘13 5 PENDIDIKAN PANCASILA Drs. Amiruddin, S.Pd. MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet. Persaingan tersebut berkembang menjadi perang dingin, dan dunia terpecah menjadi blok barat dan blok timur. Mengantisipasi situasi tersebut, pada tahun 1955 beberapa pemimpin Negara Asia dan Afrika, yang dimotori Bung Karno, menyelenggarakan konferensi negara-negara yang tidak terlibat blok barat atau blok timur di Bandung dan melahirkan organisasi negara-negara non-blok. Tujuan organisasi ini adalah menuntut terciptanya dunia yang adil sejahtera dan damai. Apabila kita cermati maka tujuan tersebut tiada lain adalah tujuan yang ingin diwujudkan oleh Pancasila. Sebagai langkah lebih lanjut dari perjuangan negara non-blok tersebut, pada tahun 1960-an Bung Karno berpidato di depan PBB, dengan menawarkan suatu ideologi yang diharapkan dapat memberikan keadilan dan kedamaian dunia. Ideologi tersebut adalah Pancasila, yang oleh bung Karno disebut sebagai hogere optrekking dari Declaration of Independence USA dan Manifesto Partai Komunis yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Ternyata memasuki tahun 1990-an ideologi komunis mengalami kemerosotan yang luar biasa, atau mungkin suatu kehancuran, hal ini disebabkan oleh sifat tertutupnya ideologi yang tidak mungkin bertahan di era globalisasi. Sementara ini ideologi liberalisme yang memiliki ciri kebebasan dan kesetaraan masih dapat bertahan serta tersebar di se-antero dunia. Namun perlu dicatat bahwa masuknya liberalisme di beberapa negara berkembang menimbulkan kesukaran tersendiri, seperti terjadinya kebebasan yang tidak terkendali. Sekularisme yang biasanya menyertai faham liberal ini di beberapa negara berkembang yang berorientasi pada agama tertentu menjadi penghalang. Oleh karena itu Pancasila yang merupakan ideologi terbuka dan memberikan peluang untuk beribadah sesuai dengan agama masing-masing memberikan suatu solusi terhadap permasalahan tersebut. Hal-hal pokok yang terkandung dalam Sosialisme, adalah: a. inti pemikiran : kolektifitas (kebersamaan) (gotong royong) b. filsafatnya : pemerataan dan kesederajatan bahwa pengaturan agar setiap orang diperlakukan sama dan ada pemerataan dalm berbagai hal (pemerataan kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha,dll) c. landasan pemikiran : bahwa masyarakat dan juga negara adalah suatu pola kehidupan bersama. Manusia tidak bisa hidup sendiri-sendiri, dan manusia akan lebih baik serta layak kehidupannya jika ada kerja sama melalui fungsi yang dilaksanakan oleh Negara. d. sistem pemerintahan (boleh): demokrasi, otoriter Sosialisme sebagai suatu ideologi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Mementingkan kekuasaan dari kepentingan Negara 2) Kepentingan Negara lebih diutamakan daripada kepentingan warga Negara. 3) Kebebasan atau kepentingan warga negara dikalahkan untuk kepentingan Negara 4) Kehidupan agama juga terpisah dengan Negara .warga negara bebas beragama , bebas tidak beragama dan bebas pula untuk propaganda (anti-agama) . ‘13 6 PENDIDIKAN PANCASILA Drs. Amiruddin, S.Pd. MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah: a. Apabila seorang warga Negara merasa tidak yakin akan semua agama karena mereka lebih meyakini kepercayaan mereka bebas untuk tidak beragama karena disini Negara tidak mengurus seorang warga Negara untuk harus memiliki satu agama. b. Apabila dalam ada suatu warga Negara yang keadaannya terpuruk karena kemiskinan dan mereka menderita penyakit parah Negara bisa menolong dengan program berobat gratis tapi Negara tersebut akan mempertimbangkan apakah ada kepentingan Negara yang lebih dianggap penting untuk mengeluarkan dana,jika ada maka Negara akan di utamakan terlebih dahulu setelah itu baru suatu warga Negara. Sedangkan ideologi Pancasila adalah: 1) Hubungan antara warga Negara dengan Negara adalah seimbang Artimya, tidak mengutamakan Negara tetapi juga tidak mengutamakan warganegara. 2) Kepentingan Negara dan warganegara sama-sama di pentingkan. 3) Agama erat hubungannya dengan Negara. Setiap warganegara dijamin pula kebebasannya untuk memilih salah satu agama yang ada dan di akui oleh pemerintah.Setiap orang harus beragama, tetapi agama yang dipilih di serahkan kepada masing-masing warganegara. Atheis atau tidak mengaku adanya tuhan tidak diperbolehkan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari: a. Seorang warga Negara di Indonesia harus memiliki agama sesuai dengan agama yang telah di akui oleh pemerintah. b. Setiap warganegara diberikan jaminan keamanan dan hak untuk hidup tentram dengan syarat setiap warganegara tersebut juga harus memenuhi apa yang telah di programkan atau peraturan-peraturan pemerintah seperti setiap warganegara wajib untuk membayar pajak bumi dan bangaunan. Ideologi Pancasila memiliki arti bahwa pancasila adalah penjelmaan filsafat pancasila itu sendiri. Maka pancasila sebagai ideologi negara dalam arti cita-cita negara, atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian, yakni asas yang memiliki derajat tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan. Maka dengan demikian Pancasila yang merupakan asas kerokhanian harus menjadi pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban. ‘13 7 PENDIDIKAN PANCASILA Drs. Amiruddin, S.Pd. MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Gelombang komunisme abad kedua puluh ini, tidak bisa dilepaskan dari kehadiran Partai Bolshevik di Rusia. Gerakan-gerakan komunisme international yang tumbuh sampai sekarang boleh dikatakan merupakan perkembangan dari Partai Bolshevik yang didirikan oleh Lenin, yaitu: 1. inti pemikiran: perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas dimasyarakat, sehingga negara hanya sasaran antara. 2. landasan pemikiran : a. penolakan situasi dan kondisi masa lampau, baik secara tegas ataupun tidak, b. analisa yang cendrung negatif terhadap situasi dan kondisi yang ada, c. berisi resep perbaikan untuk masa depan dan, d. rencana-rencana tindakan jangka pendek yang memungkinkan terwujudnya tujuan-tujuan yang berbeda-beda. 3. system pemerintahan (hanya): otoriter/totaliter/dictator. Dalam periode 1945-1950 kedudukan Pancasila sebagai dasar negara sudah kuat. Namun, ada berbagai faktor internal dan eksternal yang memberi nuansa tersendiri terhadap kedudukan Pancasila. Faktor eksternal mendorong bangsa Indonesia untuk menfokuskan diriterhadap agresi asing apakah pihak Sekutu atau NICA yang merasa masih memiliki Indonesia sebagai jajahannya. Di pihak lain, terjadi pergumulan yang secara internal sudah merongrong Pancasila sebagai dasar negara, untuk diarahkan ke ideologi tertentu, yaitu gerakan DI/TII yang akan mengubah Republik Indonesia menjadi negara Islam dan Pemberontakan PKI yang ingin mengubah RI menjadi negara komunis (Marwati Djoned Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1982/83 kemudian dikutip oleh Pranoto dalam Dodo dan Endah (ed.), 2010: 39). Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali ke UUD 1945, berarti kembali ke Pancasila. Pada suatu kesempatan, Dr. Johanes Leimena pernah mengatakan, “Salah satu factor lain yang selalu dipandang sebagai sumber krisis yang paling berbahaya adalah komunisme. Dalam situasi di mana kemiskinan memegang peranan dan dalam hal satu golongan saja menikmati kekayaan alam, komunisme dapat diterima dan mendapat tempat yang subur di tengahtengah masyarakat”. Oleh karena itu, menurut Dr. Johanes Leimena, harus ada usahausaha yang lebih keras untuk meningkatkan kemakmuran di daerah pedesaan. Cara lain memberantas komunisme ialah mempelajari ajaran-ajaran komunisme agar tidak dijebak oleh rayuan-rayuan komunisme. Selain itu, ideologi komunis juga tidak menghormati manusia sebagai makhluk individu. Prestasi dan hak milik individu tidak diakui. Ideologi komunis bersifat totaliter, karena tidak membuka pintu sedikit pun terhadap alam pikiran lain. Ideologi semacam ini bersifat otoriter dengan menuntut penganutnya bersikap dogmatis, suatu ideology yang bersifat tertutup. Berbeda dengan Pancasila yang bersifat terbuka, Pancasila memberikan kemungkinan dan bahkan menuntut sikap kritis dan rasional. Pancasila bersifat dinamis, yang mampu memberikan jawaban atas tantangan yang berbeda-beda dalam zaman sekarang (Poespowardojo, 1989: 203-204). Pelarangan penyebaran ideologi komunis ditegaskan dalam Tap MPR No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI, pernyataan sebagai ‘13 8 PENDIDIKAN PANCASILA Drs. Amiruddin, S.Pd. MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id organisasi terlarang di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran komunisme/marxisme dan leninisme yang diperkuat dengan Tap MPR No. IX/MPR/1978 dan Tap MPR No VIII/MPR/1983. B. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi fasisme Fasisme merupakan sebuah bentuk ideologi nasionalis yang radikal dan otoritarian. Paham ini berkembang luas di Eropa pada kurun waktu di antara dua Perang Dunia. Dengan kekalahan blok Faxis dalam PD II, fasisme menjadi istilah dengan konotasi negatif untuk berbagai rezim otoriter. Kaum fasis meyakini bahwa suatu kebangsaan adalah komunitas organik yang membutuhkan kepemimpinan kuat, perasaan memiliki identitas yang tunggal, disamping itu juga percaya bahwa kekerasan dan perang melawan musuh bersama diperlukan untuk menjaga vitalitas bangsa tetap kuat. Mereka memperjuangkan dibentuknya negara satu-partai dan menolak oposisi dalam bentuk apapun. Kaum fasis merupakan penentang paling kuat prinsip-prinsip utama Pencerahan Eropa berikut berbagai ideologi yang mengikutinya baik liberalisme dan sistem pasar bebasnya, maupun sosialisme. Fasisme menolak pembagian sosial berdasarkan kelas ekonomi ataupun suatu perjuangan berbasis kelas. Mereka yakin bahwa paham mereka (fasisme) adalah suatu gerakan yang akan mengakhiri konflik kelas demi menyatukan seluruh bangsa. Model ekonomi fasis disebut sebagai “jalan ketiga” antara kapitalisme dan komunisme melalui semacam korporatisme, dimana hak milik pribadi dijamin selama tidak berlawanan dengan dan bersifat melayani negara / bangsa. Asal mula ideologi fasis berasal dari gerakan nasionalis-sindikalis pada masa Perang Dunia I (‘sindikalisme’ adalah salah satu gerakan sosialis kaum buruh di Eropa). Beberapa aspek paling mendasar fasisme adalah : 1) Nasionalisme Fasisme melihat perjuangan bangsa dan ras adalah mendasar bagi masyarakat, dan menolak konsep perjuangan kelas kaum Marxis. Benito Mussolini (pemimpin fasis Italia) menyatakan bahwa : “Bangsa bukan sekedar teritori, melainkan sesuatu yang spiritual. Suatu bangsa itu hebat apabila ia berhasil mewujudkan spirit itu menjadi kekuatan” 2) Ekspansi imperialis sebagai dasar politik luar negeri, karena percaya bahwa perang dan ekspansi adalah bukti ketangguhan bangsa 3) Otoritarianisme. Kaum fasis mengidealkan negara totaliter – meliputi semua aspek nilai dalam masyarakat – dan kepemimpinan yg kuat. Kultus terhadap pemimpin lazim terjadi di negara2 fasis seperti pemberian gelar il duce bagi Mussolini dan fuhrer bagi diktator Nazi, Adolf Hitler, 4) Darwinisme sosial. Kaum fasis umumnya mengadopsi pandangan darwinis sosial tentang ‘seleksi alamiah’ dari ras dan bangsa. Kekuatan suatu bangsa teruji melalui perang dan bahwa bangsa harus mengeliminasi unsur2 degeneratif (yang melemahkan atau membawa ‘13 9 PENDIDIKAN PANCASILA Drs. Amiruddin, S.Pd. MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kemerosotan) dalam dirinya. Berdasarkan doktrin ini, secara khusus kaum Nazi melihat bangsa Yahudi sebagai parasit dalam peradaban bangsa Jerman Aria. 5) Intervensi sosial dalam bentuk indoktrinasi secara massif untuk menanamkan ideologi negara, pengendalian populasi dan program ‘penyehatan’ ras melalui eugenika, pelegalan aborsi dalam kasus kelahiran yg cacat, dan ‘pembasmian’ orang2 cacat dan berpenyakit melalui euthanasia. Lahirnya fasisme dilatarbelakangi oleh perubahan yang terjadi pasca Perang Dunia I seperti : a) Runtuhnya negara-negara dinastik yg masih bertahan (kecuali Inggris) b) Revolusi Bolshevik (komunis) di Rusia, 1917 c) Kehancuran ekonomi sebagai akibat perang, khususnya bagi negara-negara yang kalah. d) Adanya kekecewaan di negara-negara yang kalah perang (khususnya Jerman) dalam mematuhi syarat-syarat perdamaian. Pusat gerakan fasis adalah partai fasis Italia (Benito Mussolini) dan Partai Sosialis Nasional Jerman (Nazi / Adolf Hitler), kemudian menyebar ke berbagai negara lain . Hitler mengungkapkan pemikirannya tentang konsep negara yg ideal dan pemikiran antiYahudinya dalam buku ‘Mein Kampf’ (Perjuanganku). Ia sempat ditahan karena mencoba melakukan kudeta (1923), akan tetapi akhirnya berhasil menjadi kanselir Jerman (1933). Negara-negara fasis mengadakan aliansi (khusunya Jerman, Italia dan Jepang), dan melakukan ekspansi militer. Penganut fasisme lainnya adalah Francisco Franco dari Spanyol yg berhasil berkuasa setelah perang saudara (1936-1939). Ekspansi militer kaum fasis secara langsung menyebabkan Perang Dunia II di Eropa (1939-45) dan di Asia-Pasifik (1941-45). Selama peperangan terjadi pemusnahan massal terhadap warga Yahudi (holocaust), yang masih diperdebatkan skala dan dampaknya (Catatan : penyangkalan holocaust melihat kasus ini sebagai mitos pembenaran bagi berdirinya negara Yahudi di Palestina). Perang Dunia II dimulai dengan adanya penyerbuan tentara Nazi Jerman ke Polandia (1 September 1939) yg disusul pernyataan perang oleh Inggris dan Perancis terhadap Jerman. Pada 3 tahun pertama peperangan, aliansi Jerman-Italia unggul dan berhasil menguasai sebagian besar daratan Eropa, kecuali kepulauan Inggris. Pada awalnya antara pemimpin blok fasis (Hitler) dan kubu komunis (Stalin) mengadakan kesepakatan untuk tidak saling menyerang (Pakta non-agresi, Agustus 1939). Kemudian setelah Uni Soviet menyerang negara2 Skandinavia dan Eropa Timur terjadi perpecahan dalam aliansi tsb. Pada Juni 1941, Hitler mengumumkan perang terhadap Uni Soviet dan menyerbu daratan Rusia. Perang di Rusia merupakan salah satu titik balik peperangan di Eropa dan awal kekalahan Jerman. Perang di Eropa kemudian menjadi berskala global ketika Jepang menyerang pangkalan AS di Pearl Harbor (7 Desember 1941), sehingga di samping membuka front baru di Asia-Pasifik, AS juga terlibat peperangan di Eropa. Keterlibatan AS segera mengubah jalannya perang menjadi menguntungkan pihak sekutu. Setelah Jerman mulai kalah dalam peperangan di Eropa, pada Juni 1944 diadakan serangan umum oleh tentara sekutu terhadap Normandia (Perancis), yg merupakan ‘13 10 PENDIDIKAN PANCASILA Drs. Amiruddin, S.Pd. MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id awal dari pembebasan Eropa dari pendudukan Jerman. Jerman akhirnya bertekuk lutut setelah ibukotanya direbut dan Hitler melakukan bunuh diri di ruang bawah tanah (30 April 1945). Perang di Asia-Pasifik berakhir dengan dijatuhkannya bom atom di Hiroshima & Nagasaki yang menyebabkan menyerahnya Jepang (Agustus 1945). Perbandingan fasis dengan Pancasila adalah dimana ideologi fasis kekuasaan dipegang oleh pemerintah yang dapat berupa koalisi sipil, militer, atau partai yang berkuasa saat itu, rakyat diperintah dengan intimidasi agar patuh terhadap Negara dan pemerintah mengatur segala yang boleh maupun tidak boleh dilakukan oleh rakyatnya. Sedangkan Pancasila adalah Nilai-nilai dan cita-cita digali dari kekayaan adat istiadat, budaya dan religius masyarakatnya, Menerima reformasi, penguasa bertanggung jawab pada masyarakat sebagai pengemban amanah rakyat, mengakomodasi nilai-nilai dan cita-cita yang bersifat menyeluruh tanpa berpihak pada golongan tertentu atau melakukan transformasi sosial secara besar-besaran menuju bentuk tertentu, negara mengakomodasi berbagai idealisme yang berkembang dalam masyarakat yang bersifat majemuk. Daftar Pustaka Pendidikan Pancasila, 2015. Ghraha Ilmu ‘13 11 PENDIDIKAN PANCASILA Drs. Amiruddin, S.Pd. MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id