BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan jumlah penduduk serta kemajuan pembangunan pada bidang teknologi, industri dan informasi membawa dampak terhadap meningkatnya kebutuhan energi. Hal ini tentunya akan menimbulkan permasalahan baru yaitu kekurangan sumber energi. Seperti yang diketahui bahwa selama ini kebutuhan energi masih mengandalkan bahan bakar fosil, namun disisi lain sumber energi fosil merupakan sumber energi yang tidak terbaharukan. Oleh karena itu diperlukan sumber energi alternatif yang dapat menggantikan sumber energi fosil. Sumber energi alternatif yang dapat dijadikan solusi adalah sistem konversi energi yang memanfaatkan sumber daya energi terbarukan, seperti: energi matahari, energi angin, energi air, biomassa, panas bumi [1,2]. Sumber energi matahari jumlahnya sangatlah besar dan melimpah, maka sangat memungkinkan jika energi matahari dijadikan sebagai sumber energi alternatif pengganti energi fosil. Dengan demikian maka diperlukan sistem yang dapat mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik [1,2,3]. Untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik, seorang peneliti bernama Michael Gratzel telah berhasil mengembangkan sistem sel surya tersintesa pewarna atau yang dikenal dengan Dye Sensitized Solar Cel (DSSC). Sistem sel surya DSSC ini menggunakan pigmen antosianin dari alam sebagai fotosensitizer sel surya [4,5]. 1.2 Antosianin Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan dan buah-buahan. Pigmen tersebut akan memberikan warna merah, biru dan ungu pada buah, bunga dan daun yang masuk dalam klas flavonoids. Senyawa antosionin yang paling banyak ditemukan adalah pelargonidin (orange), cyanidin (orange-merah), peonidin (orange-merah), delphinidin (biru-merah), petunidin (biru-merah) dan malvidin (biru-merah) [6]. Antosianin memiliki struktur kimia yang terdiri dari kation tujuh hydroxy flavilium, molekul ini berfungsi dalam penyerapan cahaya dan membentuk warna seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Antosianin yang terbentuk secara alami mempunyai group hydroxyl (HO-) pada posisi 3 dan selalu terhubung dengan molekul glukosa yang dibutuhkan untuk kesetimbangan termal dan posisi 5 terdapat satu atau lebih group hydroxyl atau methoxy (CH3O-) pada cincin B. Ragam warna yang diperlihatkan oleh antosianin tergantung pada nomor dan posisi dari gugusan yang ada [6]. 1 Gambar 1. a. Struktur kimia dasar dari antosianin, b. Dua macam struktur kimia antosianin dalam media asam dan basa, c. Rangkaian mekanisme antosianin dengan TiO2 [6]. 1.3 Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Struktur Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) terdiri dari sepasang substrat kaca berlapis TCO (Transparent Conducting Oxide) yang berperan sebagai elektroda dan counter elektroda. Pada elektroda dideposisikan lapisan nanokristal TiO2 berpori sebagai fotoanoda, dan disensitisasi dye antosianin sebagai fotosensitizer sel surya. Sedangkan untuk counter elektroda dilapisi katalis dengan dideposisi menggunakan lapisan karbon untuk mempercepat reaksi redoks. Kedua elektroda kemudian disusun dengan struktur sandwich dengan dipisahkan oleh elektrolit redoks (I-/I3-), seperti yang tunjukkan pada Gambar 2 [7,8]. Gambar 2. Skema Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) [9] dengan modifikasi gambar. Skema prinsip kerja dari Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) ditunjukkan pada gambar 3. Energi foton diserap oleh dye (D) sehingga elektron berpindah dari level energi terendah (HOMO) ke level energi tertinggi (LUMO). D + cahaya D* Pada keadaan tereksitasi (D*) dye menginjeksi elektron menuju pita konduksi (conduction band/CB) semi konduktor TiO2. Kemudian elektron tersebut melewati TiO2 menuju elektroda ITO dan selanjutnya elektron mengalir menuju elektroda lawan (counter elektroda) melalui rangkaian eksternal. e- (TiO2) + D+ D* + TiO2 2 Selanjutnya elektron masuk kembali ke dalam sel dan mereduksi (I+) yang ada pada elektrolit. Setelah itu dye teroksidasi (D+) menerima elektron dari (I3-) dan tergenerasi kembali menjadi (D) [7]. D+ + e- (TiO2) D + TiO2 2 2 D+ + 3I- 2D + I3- Gambar 3. Prinsip kerja sel surya nanopartikel TiO2 tersensitisasi dye [7] dengan modifikasi gambar. 1.4 Karakteristik Arus-Tegangan Sel Surya DSSC Pengukuran konversi energi cahaya menjadi energi listrik digambarkan dalam kurva arustegangan (I-V) seperti pada Gambar 4. Gambar 4. Kurva Arus-Tegangan (I-V) sel surya DSSC [10] dengan modifikasi gambar. 3 Gambar 4. menunjukkan tegangan rangkaian buka atau tegangan open circuit (Voc), tegangan maksimum (Vmax), arus rangkaian pendek atau arus sort circuit (Isc), dan arus maksimum (Imax). Tegangan rangkaian buka (Voc) dihasilkan ketika sel dalam kondisi open circuit sehingga tidak ada arus yang mengalir dalam rangkaian. Sedangkan arus rangkaian pendek (Isc) dihasilkan pada saat sel dalam kondisi sort circuit sehingga arus akan mengalir [3]. 1.5 Derajat Keasaman (pH) pH atau derajat keasaman merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan keasaman atau kebasaan suatu zat. Besarnya nilai pH bervariasi, yaitu dari 1 hingga 14. Larutan yang netral memiliki pH bernilai 7, sedangkan larutan asam memiliki nilai pH ˂ 7, dan larutan basa memiliki nilai pH ˃ 7. Kondisi pH sangat mempengaruhi stabilitas/kesetimbangan dari larutan ekstrak antosianin. Larutan antosianin memiliki lima bentuk kesetimbangan yang bergantung pada kondisi pH, yaitu kation flavilium, basa karbinol, kalkon, basa quinonoidal, dan quinonoidal anionik. Ketika dalam kondisi pH yang sangat asam, antosianin memiliki bentuk kation flavilium, dimana antosianin berada pada kondisi paling stabil dan paling berwarna. Sedangkan pada pH yang lebih basa, antosianin akan berwarna kuning (bentuk kalkon), berwarna biru (bentuk quinouid), atau tidak berwarna (basa karbinol) [11]. DAFTAR PUSTAKA [1]. Lidya Pancaningtyas dan Syafsir Akhlus.Peranan Elektrolit pada Performa Sel Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT). ITS : Surabaya. [2]. Hardeli,dkk. Pembuatan Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ubi Jalar Ungu, Wortel dan Kunyit Sebagai Sumber Zat Warna. UNP: Padang. [3]. Maya Sukma Widya Kumara dan Gontjang Prajitno, 2012. Studi Awal Fabrikasi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) dengan Menggunakan Ekstraksi Daun Bayam (Amaranthus Hybridus L.) sebagai Dye Sensitizer dengan Variasi Jarak Sumber Cahaya pada DSSC. Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya. [4]. Grätzel, Michael, 2003. Dye-Sensitised Solar Cells, journal of Photochemistry and Photobiology. Vol.4, 145-153. [5]. Grätzel, Michael, 2005. Photovoltaic performance and long-term stability of dye-sensitized meosocopic solar cells. C. R. Chimie 9 (2006) 578–583. [6]. J. M. R. C. Fernando, G.K.R. Senadeera, 2008. Natural anthocyanins as photosensitizer for dye-sensitized solar devices. Current Science, Vol. 95, No.5. [7]. Akhiruddin Maddu, Mahfuddin Zuhri, dan Irmansyah, 2007. Penggunaan Ekstrak Antosianin Kol Merah sebagai Fotosensitizer pada Sel Surya TiO2 Nanokristal Tersensitisasi Dye, Makara, Teknologi, Vol. 11 No. 2. [8]. Wilman Septina,dkk., 2007. Pembuatan Prototipe Solar Cell Murah dengan Bahan OrganikInorganik (Dye-sensitized Solar Cell). Institut Teknologi Bandung : Bandung. [9]. Smestad, G.P., dan Gratzel, M., 1998. Demonstrating electron Transfer and Nanotechnology : A Natural Dye-Sensitized Nanocrystalline energy Converter. J.Chem. Educ., 75, 752-756. [10]. Marinado,T., 2009. Photoelectrochemical studies of dye sensitized solar cells using organic dyes. Kungliga Tekniska Högskolan : Stockholm. [11]. Seafast Center, 2012. Merah-Ungu Antosianin, Pewarna Alami untuk Pangan (23-43). 4 BAB II STUDI AWAL EKSTRAK ANTOSIANIN STRAWBERRY SEBAGAI FOTOSENSITIZER DALAM PEMBUATAN PROTOTIPE DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) Mochamad Choirul Misbachudin1,2,Suryasatriya Trihandaru1,2, Adita Sutresno1,2 E-mail : [email protected] 1 Progam Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika 2 Progam Studi Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jln. Diponegoro No. 52-60 Salatiga Abstrak-Berbagai penelitian telah dikembangkan guna mencari sumber energi alternatif yang dapat menjadi solusi pengganti sumber energi tak terbaharukan yang semakin lama semakin menipis. Sumber energi alternatif terbaharukan yang sangat mungkin untuk dikembangkan salah satunya adalah Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) yang menggunakan pigmen antosianin sebagai dye sensitizernya. Dalam penelitian ini telah dilakukan ekstraksi antosianin strawberry dengan perbandingan campuran pelarut antara metanol, asam asetat, dan aquades yang berbeda. Perbandingan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades dalam ekstraksi antosianin strawberry ini, yaitu 20:4:26; 25:4:21 dan 30:4:16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades yang terbaik adalah 25:4:21 dengan hasil konsentrasi antosianin strawberry tertinggi yaitu sebesar 11,5 mg/100 gr. Sedangkan konsentrasi terendah didapatkan dari campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades dengan perbandingan 30:4:16, yaitu dengan hasil konsentrasi antosianin strawberry sebesar 6,4 mg/100 gr. Dari data tersebut menunjukkan bahwa perbandingan campuran pelarut untuk ekstraksi antosianin strawberry yang paling efektif adalah dengan perbandingan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades 25:4:21. Kata kunci : antosianin, dye-sensitizer, Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), sel surya. 5 I. PENDAHULUAN Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk serta peningkatan pembangunan di bidang teknologi, industri dan informasi membuat kebutuhan energi juga akan semakin meningkat. Peningkatan ini tentunya akan menimbulkan permasalahan baru yaitu kekurangan sumber energi. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh para ahli mengenai masalah terbesar yang akan dihadapi manusia untuk 50 tahun mendatang, ternyata energi menduduki peringkat pertama [1]. Selama ini kebutuhan energi listrik masih mengandalkan bahan bakar fosil dan pembangkit listrik lainnya, sehingga berdampak semakin berkurangnya ketersedianan sumber daya energi fosil khususnya minyak bumi. Namun disisi lain jumlah cadangan sumber energi fosil terus berkurang, sementara proses pembentukannya dibutuhkan waktu yang sangat lama bahkan bertahun-tahun. Saat ini semakin gencar dilakukan berbagai penelitian guna mencari sumber energi alternatif yang dapat menjadi solusi dari permasalahan ini. Sistem penyediaan energi listrik yang dapat dijadikan solusi adalah sistem konversi energi yang memanfaatkan sumber daya energi terbarukan, seperti: energi matahari, energi angin, energi air, biomassa, panas bumi [2,3]. Energi matahari merupakan sumber energi yang tersedia dalam jumlah yang sangat besar dan melimpah, sehingga sangat memungkinkan untuk dijadikan sebagai solusi pengganti dari sumber daya energi fosil. Seorang peneliti, Michael Gratzel telah berhasil mengembangkan sistem sel surya tersintesa pewarna ( Dye Sensitized Solar Cell) [4,5]. Keunggulan dari bio sel surya yang dikembangkan Gratzel ini diantaranya yaitu proses pembuatannya yang mudah dan tidak terlalu rumit. Selain itu, karena bahan dasarnya banyak tersedia di pasaran maka biaya pembuatannya juga relatif murah [6]. Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) terdiri dari sepasang substrat kaca berlapis bahan TCO (Transparent Conducting Oxide) yang saling berhadapan. Kaca tersebut berperan sebagai elektroda dan counter elektroda dan dipisahkan oleh elektrolit redoks yang kemudian disusun dengan struktur sandwich, seperti yang dilihatkan pada Gbr. 1. Pasangan redoks yang sering kali digunakan yaitu I-/I3- (iodide/triiodide). Pada TCO counter elektroda dilapisi katalis berupa lapisan karbon untuk mempercepat reaksi redoks. Sedangkan pada elektroda dideposisikan lapisan nanokristal TiO2 berpori sebagai fotoanoda, serta disensitisasi dye antosianin sebagai fotosensitizer [6,7]. Gbr. 1. Skema SDye Sensitized Solar Cell (DSSC) [8]. 6 Pada penelitian ini dilakukan kajian terhadap karakteristik ekstrak antosianin strawberry sebagai fotosensitizer dalam pembuatan prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC). Antosianin ini sendiri merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan. Pigmen tersebut akan memberikan warna merah, biru dan ungu pada buah, bunga dan daun yang masuk dalam klas flavonoids. Senyawa antosionin yang paling banyak ditemukan adalah pelorgonidin (orange), cyanidin (orange-merah), peonidin (orange-merah), delphinidin (biru-merah), petunidin (biru-merah) dan malvidin (biru-merah) [9]. Antosianin memiliki struktur kimia yang terdiri dari kation tujuh hydroxyflavilium, molekul ini berfungsi dalam penyerapan cahaya dan membentuk warna seperti ditunjukkan pada Gbr. 2. Antosianin yang terbentuk secara alami mempunyai group hydroxyl (HO-) pada posisi 3 dan selalu terhubung dengan molekul glukosa yang dibutuhkan untuk kesetimbangan termal dan posisi 5 terdapat satu atau lebih group hydroxyl atau methoxy (CH3O-) pada cincin B. Ragam warna yang diperlihatkan oleh antosianin tergantung pada nomor dan posisi dari gugusan yang ada [9]. Gbr. 2. a. Struktur kimia dasar dari antosianin, b. Dua macam struktur kimia antosianin dalam media asam dan basa, c. Rangkain mekanisme antosiani dengan TiO2 [9]. II. METODOLOGI A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah buah strawberry, sedangkan bahan kimia yang digunakan yaitu methanol, asam asetat, aquades, KCL, CH3CO2Na.3H2O, HCL. Alat yang digunakan untuk ekstraksi adalah erlenmeyer, beaker glass, pipet, mortar, pisau, kertas saring, corong, alumunium foill, kertas tisu, timbangan digital, gelas ukur. Sedangkan alat yang digunakan untuk analisa adalah kuvet, pipet ukur, pH Indikator Acilit, Spektrofotometer UV-Vis Optizen 2120 UV. B. Ekstraksi Antosianin Strawberry Buah strawberry yang masih segar ditimbang sebanyak 40 gram dan ditumbuk dengan mortar sampai halus. Kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer dan selanjutnya direndam dengan campuran pelarut 40 ml metanol, 8 ml asam asetat, dan 52 ml aquades selama 24 jam. Selama ekstraksi dilakukan erlenmeyer dilapisi dengan alumunium foil. Setelah disimpan 7 selama 24 jam, ekstrak antosianin disaring dengan menggunakan kertas saring (filter) dan dimasukkan ke dalam botol gelap atau botol yang telah dilapisi dengan alumunium foil. Dengan cara yang sama, ekstraksi dilakukan lagi sebanyak 2 kali dengan menggunakan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades dengan perbandingan masing-masing 50:8:42 dan 60:8:32. Ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali dengan perbandingan campuran pelarut yang berbeda-beda dengan tujuan agar mendapatkan campuran pelarut yang terbaik untuk ekstraksi antosianin strawberry. C. Analisa Ekstraksi Antosianin Strawberry dengan Spektrofotometer UV-Vis Ekstrak antosianin strawberry kemudian diuji spektrum absorpsinya dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Larutan hasil ekstraksi antosianin strawberry yang telah didapat di masukkan dalam kuvet dan diukur spektrum serapan optiknya dengan spektrofotometer UVVis pada panjang gelombang (wavelength) 400-700 nm. Gbr. 3. Hasil ekstrak antosianin strawberry Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap ekstrak antosianin strawberry dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, maka didapatkan spektrum serapan dari ekstrak antosianin strawberry dengan berbagai perbandingan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades. Untuk perbandingan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades 20:4:26 (sampel 1), terlihat bahwa spektrum serapan maksimum ekstrak antosianin strawberry terletak pada panjang gelombang (λmax) 510 nm dengan absorbansi sebesar 2,7959. Kemudian untuk hasil pengukuran ekstrak antosianin dengan perbandingan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades 25:4:21 (sampel 2), terlihat bahwa spektrum serapan maksimum ekstrak antosianin strawberry terletak pada panjang gelombang (λmax) 510 nm dengan absorbansi sebesar 3,1549. Sedangkan untuk hasil pengukuran ekstrak antosianin dengan perbandingan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades 30:4:16 (sampel 3), diketahui bahwa spektrum serapan maksimum ekstrak antosianin strawberry terletak pada panjang gelombang (λmax) 510 nm dengan absorbansi sebesar 1,9747. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Konsentrasi Antosianin Strawberry dengan Spektrofotometer UV-Vis Analisa ekstrak antosianin strawberry dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dilakukan untuk menguji spektrum absorpsinya sehingga dapat diketahui daerah serapan panjang gelombang maksimum dan konsentrasi antosianin yang terkandung dalam ekstrak strawberry [10]. 8 Untuk pengukuran jumlah konsentrasi antosianin dilakukan dengan cara mengambil beberapa mililiter larutan ekstrak antosianin, yang kemudian diencerkan dengan larutan pH 1.0 dan pH 4.5. Larutan pH 1.0 dibuat dengan campuran 1,86 gram KCL dan 980 ml aquades, yang selanjutnya diukur dan diatur pH nya dengan larutan HCL sehingga didapatkan larutan pH 1.0. Untuk pH 4.5 dibuat dengan campuran 54,43 gram CH3CO2Na.3H2O dan 980 ml aquades, kemudian diukur dan diatur pH nya dengan larutan HCL sehingga didapatkan larutan pH 4.5. Setelah larutan antosianin diencerkan dengan larutan pH 1.0 dan pH 4.5 kemudian diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-700. Hasil pengukuran untuk pengenceran dengan larutan pH 1.0 seperti ditunjukkan pada Gbr. 5. Gbr. 4. Hasil pengenceran ekstrak antosianin strawberry dengan pengenceran pH 1.0 1.2 1 1 2 Abs 3 0.5 0 400 500 600 700 Wavelength (nm) Gbr. 5. Spektrum absorbansi ekstrak antosianin strawberry dengan pengenceran pH 1.0. (1). sampel 1, (2). sampel 2, (3). sampel 3. Sedangkan hasil pengukuran untuk pengenceran dengan larutan pH 4.5 seperti ditunjukkan pada Gbr. 7. Gbr. 6. Hasil pengenceran ekstrak antosianin strawberry dengan pengenceran pH 4.5 9 0.4 Abs 0.3 0.2 0.1 2 1 3 0 -0.1 400 500 600 700 Wavelength (nm) Gbr. 7. Spektrum absorbansi ekstrak antosianin strawberry dengan pengenceran pH 4.5. (1). sampel 1, (2). sampel 2, (3). sampel 3. Data hasil pengukuran spektrofotometer UV-Vis selanjutnya dianalisa dengan perumusan yang digunakan oleh Giusti et.al. [11] sehingga didapatkan jumlah konsentrasi antosianin yang terkandung dalam larutan. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa perbandingan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades yang terbaik untuk ekstraksi antosianin strawberry adalah 25:4:21, dengan hasil konsentrasi antosianin strawberry tertinggi yaitu sebesar 11,5 mg/100 gr. Untuk perbandingan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades 20:4:26 menghasilkan konsentrasi antosianin strawberry sebesar 10,25 mg/100 gr. Sedangkan konsentrasi terendah didapatkan dari campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades dengan perbandingan 30:4:16, yaitu dengan hasil konsentrasi antosianin strawberry sebesar 6,4 mg/100 gr. Dari data tersebut menunjukkan bahwa perbandingan campuran pelarut untuk ekstraksi antosianin strawberry yang paling efektif adalah dengan perbandingan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades 25:4:21. B. Analisa Ekstrak Antosianin dengan Sel Surya Ekstrak antosianin strawberry (sampel 1, sampel 2, dan sampel 3) kemudian diujikan pada rangkaian sel surya. Hasil pengujian masing-masing sampel pada sel surya ( Gbr. 8 ) dengan menggunakan sumber cahaya lampu halogen disajikan dengan grafik hubungan tegangan terhadap waktu seperti pada Gbr. 9. Gbr. 8. Rangkaian Sel SuryaDSSC 10 520 500 480 460 Tegangan (mV) 440 420 400 380 360 340 320 300 280 260 240 0 20 sampel 1 40 60 Waktu (menit) sampel 2 80 100 sampel 3 Gbr. 9. Hubungan Tegangan terhadap Waktu Dari grafik hubungan antara tengangan terhadap waktu, terlihat bahwa ketiga sampel yang diujikan pada sel surya memiliki tegangan keluaran yang berbeda-beda. Pengujian terhadap sampel 1, didapatkan tegangan rata-rata sebesar 420,1 mV. Untuk pengujian terhadap sampel 2 menghasilkan tegangan rata-rata paling tinggi yaitu sebesar 516,6 mV. Sedangkan pengujian terhadap sampel 3 menghasilkan tegangan rata-rata paling rendah yaitu sebesar 271,3 mV. IV. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstraksi antosianin strawberry menggunakan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades dengan perbandingan 25:4:21 dapat menghasilkan konsentrasi antosianin yang paling baik yaitu sebesar 11,5 mg/100 gr. Setelah dilakukan pengujian pada solar sel untuk ekstrak antosianin strawberry dengan konsentrasi 11,5 mg/100 gr menghasilkan tegangan rata-rata sebesar 516,6 mV. Hasil pengujian terhadap ekstrak antosianin dengan Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) tersebutmenunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi antosianin, maka semakin tinggi pula tegangan keluaran yang dihasilkan. DAFTAR PUSTAKA [1]. [2]. [3]. [4]. Pengembangan Energi Terbarukan Sebagai Energi Aditif di Indonesia.http://www.elektroindonesia.com/elektro/energi5a.html. Lidya Pancaningtyas dan Syafsir Akhlus. Peranan Elektrolit pada Performa Sel Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT). ITS : Surabaya. Hardeli,dkk. Pembuatan Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ubi Jalar Ungu, Wortel dan Kunyit Sebagai Sumber Zat Warna. UNP: Padang. Grätzel, Michael, 2003. Dye-Sensitised Solar Cells, journal of Photochemistry and Photobiology. Vol.4, 145-153. 11 [5]. [6]. [7]. [8]. [9]. [10]. [11]. Grätzel, Michael, 2005. Photovoltaic performance and long-term stability of dyesensitized meosocopic solar cells. C. R. Chimie 9 (2006) 578–583. Akhiruddin Maddu, Mahfuddin Zuhri, dan Irmansyah, 2007. Penggunaan Ekstrak Antosianin Kol Merah sebagai Fotosensitizer pada Sel Surya TiO2 Nanokristal Tersensitisasi Dye, Makara, Teknologi, Vol. 11 No. 2. Smestad, G.P., dan Gratzel, M., 1998. Demonstrating electron Transfer and Nanotechnology : A Natural Dye-Sensitized Nanocrystalline energy Converter. J.Chem. Educ., 75, 752-756. Wilman Septina,dkk., 2007. Pembuatan Prototipe Solar Cell Murah dengan Bahan Organik-Inorganik (Dye-sensitized Solar Cell). Institut Teknologi Bandung : Bandung. J. M. R. C. Fernando, G.K.R. Senadeera, 2008, Natural anthocyanins as photosensitizer for dye-sensitized solar devices, Current Science, Vol. 95, No.5. Maya Sukma Widya Kumara dan Gontjang Prajitno, 2012. Studi Awal Fabrikasi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) dengan Menggunakan Ekstraksi Daun Bayam (Amaranthus Hybridus L.) sebagai Dye Sensitizer dengan Variasi Jarak Sumber Cahaya pada DSSC. Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya. M. Monica Giusti and Ronald E. Wrolstad, 2001.Characterization and Measurement of Anthocyanin by UV-Visible Spectroscopy. Current Protocols in Food Analytical Chemistry. 12 BAB III PEMBUATAN PROTOTIPE DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN MEMANFAATKAN EKSTRAK ANTOSIANIN STRAWBERRY Mochamad Choirul Misbachudin1,2, Suryasatriya Trihandaru1,2, Adita Sutresno1,2 1 Progam Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika 2 Progam Studi Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jln. Diponegoro No. 52-60 Salatiga [email protected] ABSTRAK Telah dilakukan pembuatan prototipe Dye Sensitized Solar Cell(DSSC) dengan fotosensitizer ekstrak antosianin strawberry. Sel surya tersensitisasi dye ini terdiri dari sepasang substrat kaca yang telah dilapisi oleh TCO (Transparent Conducting Oxide) yang saling berhadapan. Kaca tersebut berperan sebagai elektroda dan counter elektroda dan dipisahkan oleh elektrolit redoks (I-/I3-) yang kemudian disusun dengan struktur sandwich. Pada elektroda dideposisikan lapisan nanokristal TiO2 berpori sebagai fotoanoda, serta disensitisasi dye antosianin sebagai fotosensitizer sel surya. Sedangkan pada counter elektroda dilapisi dengan lapisan karbon. Ekstraksi antosianin strawberry dilakukan dengan menggunakan perbandingan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades (25:4:21). Pada penelitian ini dilakukan perendaman sel dalam larutan dye antosianin dengan konsentrasi yang berbeda-beda, masingmasing 100% (larutan yang tidak diencerkan), 50% (larutan yang diencerkan 2 kali), dan 25% (larutan yang diencerkan 4 kali). Pengujian sel surya dilakukan dengan penyinaran menggunakan lampu halogen 50 Watt pada jarak 30 cm. Hasil pengujian sel-sel tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi larutan dye antosianin berpengaruh terhadap keluaran dari sel surya. Semakin tinggi konsentrasi larutan dye antosianin maka tegangan dan arus keluaran sel surya akan semakin besar. Kata kunci : antosianin, dye-sensitizer, Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), sel surya. 13 D. PENDAHULUAN Dewasa ini di Indonesia maupun dunia sedang gencar dilakukan berbagai penelitian guna mencari sumber energi alternatif sebagai pengganti energi fosil. Seperti yang diketahui bahwa jumlah energi matahari sangatlah besar dan melimpah. Dengan jumlahnya yang sangat besar dan melimpah, maka sangat memungkinkan jika energi matahari dijadikan sebagai sumber energi listrik alternatif pengganti energi fosil. Untuk mewujudkannya maka perlu dikembangkan sistem yang dapat mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik [4,5,6]. Sebagai sistem yang dapat mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik, seorang peneliti yang bernama Michael Gratzel telah berhasil mengembangkan sistem sel surya tersintesa pewarna atau yang dikenal dengan Dye Sensitized Solar Cel (DSSC). Sistem sel surya yang dikembangkan Gratzel ini menggunakan pigmen antosianin dari alam sebagai fotosensitizer sel surya [2,3]. Pada penelitian ini dilakukan kajian terhadap pembuatan prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) dengan memanfaatkan ekstrak antosianin strawberry sebagai dye sensitizernya. Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) ini terdiri dari sepasang substrat kaca berlapis bahan TCO (Transparent Conducting Oxide) yang saling berhadapan. Kaca tersebut berperan sebagai elektroda dan counter elektroda dan dipisahkan oleh elektrolit redoks yang kemudian disusun dengan struktur sandwich, seperti yang dilihatkan pada gambar 1. Pasangan redoks yang sering kali digunakan yaitu I-/I3- (iodide/triiodide). Pada TCO counter elektroda dilapisi katalis berupa lapisan karbon untuk mempercepat reaksi redoks. Sedangkan pada elektroda dideposisikan lapisan nanokristal TiO2 berpori sebagai fotoanoda, serta disensitisasi dye antosianin sebagai fotosensitizer [1,9]. Gambar 1. Skema Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) [8] dengan modifikasi gambar. Skema prinsip kerja dari Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) ditunjukkan pada gambar 2. Energi foton diserap oleh dye (D) sehingga elektron berpindah dari level energi terendah (HOMO) ke level energi tertinggi (LUMO). D* D + cahaya Pada keadaan tereksitasi (D*) dye menginjeksi elektron menuju pita konduksi (conduction band/CB) semi konduktor TiO2. Kemudian elektron tersebut melewati TiO2 menuju elektroda TCO dan selanjutnya elektron mengalir menuju elektroda lawan (counter elektroda) melalui rangkaian eksternal. e- (TiO2) + D+ D* + TiO2 14 Selanjutnya elektron masuk kembali ke dalam sel dan mereduksi (I+) yang ada pada elektrolit. Setelah itu dye teroksidasi (D+) menerima elektron dari (I3-) dan tergenerasi kembali menjadi (D) [1]. D+ + e- (TiO2) D + TiO2 2 D+ + 3I- 2D + I3- Gambar 2. Prinsip kerja sel surya nanopartikel TiO2 tersensitisasi dye [1]. II. METODOLOGI PENELITIAN 1. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah buah strawberry, substrat kaca berlapis TCO (Transparent Conducting Oxide), Titanium dioxide (TiO2), aseton, metanol, asam asetat, aquades, Potassium Iodide (KI), Iodine (I2), Polyethylene Glycol (PEG). Alat yang digunakan antara lain adalah multimeter digital, cermet, Magnetic Stirrer, isolatipe, pensil, erlenmeyer, beaker glass, pipet, mortar, pisau, kertas saring, corong, alumunium foill, kertas tisu, timbangan digital, gelas ukur. 2. Preparasi Elektroda TiO2 Substrat kaca berlapis TCO (Transparent Conducting Oxide) diukur resistansinya dengan menggunakan multimeter digital. Selanjutnya pada sisi kaca berlapis TCO ditutup dengan menggunakan isolatipe seperti pada gambar 3. Untuk pembuatan larutan TiO2 dilakukan dengan menambahkan 2 ml asetilaseton pada 2 gr koloid TiO2, lalu ditambahkan beberapa tetes detergen (Triton X-100) untuk memfasilitasi penyebaran koloid pada substrat. Selanjutnya dilakukan deposisi TiO2 pada substrat kaca berlapis TCO yang sebelumnya telah dibilas dengan aseton. Setelah kering, isolatipe dibuka dan kemudian kaca TCO dipanaskan dengan suhu 3000C selama ±30 menit. 15 Gambar 3. Skema Deposisi TiO2 pada Kaca TCO. 3. Ekstraksi Dye Antosianin Buah strawberry yang masih segar ditimbang sebanyak 40 gram dan ditumbuk dengan mortar sampai halus. Kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer dan selanjutnya direndam dengan campuran pelarut 50 ml metanol, 8 ml asam asetat, dan 42 ml aquades selama 24 jam. Selama ekstraksi dilakukan erlenmeyer dilapisi dengan alumunium foil. Setelah disimpan selama 24 jam, ekstrak antosianin disaring dengan menggunakan kertas saring (filter) dan dimasukkan ke dalam botol gelap atau botol yang telah dilapisi dengan alumunium foil [1]. 4. Preparasi Elektrolit Pembuatan elektrolit terdiri dari 8,30 gr Potassium Iodide (KI) dan 1,26 gr Iodine (I2) yang kemudian dilarutkan dalam 100 ml Polyethylene Glycol (PEG). Selanjutnya larutan elektrolit tersebut diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer. Larutan elektrolit yang sudah jadi kemudian disimpan dalam botol berwarna gelap atau botol yang telah dlapisi dengan alumunium foil. 5. Preparasi Elektroda Karbon Kaca berlapis TCO diukur resistansiya dengan menggunakan multimeter digital. Kemudian diarsir dengan menggunakan pensil 8b. Selanjutnya kaca tersebut dibakar dengan menggunakan api lilin hingga terbentuk lapisan karbon [5,6]. 6. Pembuatan Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Elektroda TiO2 yang telah dibuat kemudian direndam dalam larutan ekstrak antosianin, masing-masing pada konsentrasi 100% (larutan yang tidak diencerkan), konsentrasi 50% (larutan yang diencerkan 2 kali), dan konsentrasi 25% (larutan yang diencerkan 4 kali). Setelah masing-masing elektroda TiO2 direndam dalam larutan ekstrak antosianin, kemudian diangkat dan dikeringkan dengan kertas tisu. Selanjutnya elektroda TiO2 - elektrolit - elektroda karbon, disusun dengan struktur sandwich seperti pada gambar 4. 16 Gambar 4. Struktur sandwich DSSC 7. Karakterisasi Dye Sensitized SolarCell (DSSC) Sel surya yang telah dibuat kemudian diukur arus dan tegangannya (I-V) dengan menggunakan multimeter digital untuk menganalisis karakteristik hasil keluaran dari sel surya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sumber cahaya lampu halogen 50 Watt pada jarak 30 cm. Untuk mengatur arus keluaran pada sel surya maka dipasang potensiometer (cermet) pada rangkaian pengukur (Gambar 5). Gambar 5. Rangkaian pengukuran DSSC [8] dengan modifikasi gambar. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Absorbansi Ekstrak Antosianin Strawberry Ekstrak antosianin strawberry diukur spektrum absorbsinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran spektrum absorbsi antosianin dilakukan dengan cara mengencerkan beberapa mililiter larutan ekstrak antosianin dengan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades (25:4:21). Untuk pengenceran larutan ekstrak antosianin yang pertama, yaitu dilakukan pengenceran 2 kali sehingga dihasilkan larutan dengan konsentrasi 50%. Selanjutnya dilakukan pengenceran 4 kali sehingga dihasilkan larutan dengan konsentrasi 25%. Kemudian masing-masing sampel, yaitu larutan dengan konsentrasi 100%, konsentrasi 50%, dan kosnsentrasi 25% diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-700 nm [7]. Hasil pengukuran spektrum absorbsi dari masing-masing larutan ditunjukkan pada gambar 6. 17 a 1.2 Abs 1 b 0.5 c 0 400 500 600 700 Wavelength (nm) Gambar 6. Spektrum absorbsi ekstrak antosianin strawberry dengan konsentrasi a. 100% (tanpa pengenceran), b. 50% (pengenceran 2 kali), dan c. 25% (pengenceran 4 kali). Dari hasil pengukuran spektrum absorbsi memperlihatkan bahwa ketiga larutan memiliki absorbansi yang berbeda-beda. Larutan (a) dengan konsentrasi 100% (tanpa pengenceran) memilki absorbansi paling besar, sedangkan larutan (c) dengan konsentrasi 25% (pengenceran 4 kali) memiliki absorbansi paling rendah. Masing-masing larutan memiliki panjang gelombang maksimum 510 nm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak antosianin strawberry menyerap spektrum hijau (500-560 nm). Arus (µA) 2. Karakteristik Arus dan Tegangan Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Sel surya DSSC yang sudah jadi diuji karakteristik arus dan tegangannya (I-V) dengan multimeter digital. Pengujian dilakukan dengan menggunakan sumber cahaya lampu halogen 50 Watt pada jarak 30 cm. Hasil pengujian masing-masing sel surya dengan menggunakan sumber cahaya lampu halogen disajikan dengan grafik hubungan arus terhadap tegangan seperti pada gambar 7. 20 15 10 5 0 0 200 400 600 800 Tegangan (mV) Gambar 7. Hubungan Arus terhadap Tegangan Gambar 7 menunjukkan hubungan antara arus terhadap tegangan (I-V). Dari kurva I-V yang diperoleh terlihat bahwa ketiga sel surya yang diuji memiliki arus maupun tegangan keluaran yang berbeda-beda. Untuk sel surya yang direndam dalam ekstrak antosianin dengan konsentrasi 100% (tanpa pengenceran) menghasilkan arus dan tegangan keluaran paling besar, yaitu menghasilkan Isc sebesar 19 µA dan Voc sebesar 576 mV. Kemudian untuk sel surya yang direndam dalam ekstrak antosianin dengan konsentrasi 50% (pengenceran 2 kali) menghasilkan arus dan tegangan keluaran yaitu Isc sebesar 14,5 µA dan Voc sebesar 390 mV. 18 Sedangkan untuk sel surya yang direndam dalam ekstrak antosianin dengan konsentrasi 25% (pengenceran 4 kali) menghasilkan arus dan tegangan keluaran paling rendah, yaitu Isc sebesar 7,2 µA dan Voc sebesar 373 mV. Karakteristik Hubungan Tegangan terhadap Waktu Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Berdasarkan pengujian sel surya dengan menggunakan sumber cahaya lampu halogen, didapatkan hubungan tegangan terhadap waktu yang ditunjukkan pada gambar 8. Tegangan (mV) 3. 800 600 400 200 0 0 50 100 Waktu (menit) Gambar 8. Hubungan Tegangan terhadap Waktu Dari grafik hubungan antara tengangan terhadap waktu (Gambar 8), terlihat bahwa ketiga sel surya memiliki tegangan keluaran yang berbeda-beda. Pengujian terhadap sel surya yang direndam dalam larutan dengan konsentrasi 100% (tanpa pengenceran) menghasilkan tegangan rata-rata paling besar, yaitu sebesar 595,6 mV. Kemudian untuk pengujian terhadap sel surya yang direndam dalam larutan dengan konsentrasi 50% (pengenceran 2 kali) menghasilkan tegangan rata-rata sebesar 423,8 mV. Sedangkan pengujian sel surya yang direndam dalam larutan dengan konsentrasi 25% (pengenceran 4 kali) menghasilkan tegangan rata-rata sebesar 392,6 mV. IV. KESIMPULAN Dalam penelitian ini telah dilakukan kajian serta fabrikasi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) dengan memanfaatkan ekstrak antosianin strawberry sebagai dye sensitizer. Hasil karakterisasi arus dan tegangan sel surya menunjukkan bahwa perendaman sel dalam ekstrak antosianin dengan konsentrasi 100% (larutan yang tidak diencerkan) menghasilkan arus rangkaian pendek (Isc) paling besar, yaitu 19 µA dan tegangan rangkaian buka (Voc) sebesar 576 mV. Untuk karakterisasi hubungan tegangan terhadap waktu menunjukkan bahwa sel yang direndam dalam ekstrak antosianin dengan konsentrasi 100% (larutan yang tidak diencerkan) menghasilkan tegangan rata-rata yang paling besar yaitu sebesar 595,6 mV. [1]. [2]. DAFTAR PUSTAKA Akhiruddin Maddu, Mahfuddin Zuhri, dan Irmansyah, 2007. Penggunaan Ekstrak Antosianin Kol Merah sebagai Fotosensitizer pada Sel Surya TiO2 Nanokristal Tersensitisasi Dye, Makara, Teknologi, Vol. 11 No. 2 Grätzel, Michael, 2003. Dye-Sensitised Solar Cells, journal of Photochemistry and Photobiology. Vol.4, 145-153. 19 [3]. [4]. [5]. [6]. [7]. [8]. [9]. Grätzel, Michael, 2005. Photovoltaic performance and long-term stability of dyesensitized meosocopic solar cells. C. R. Chimie 9 (2006) 578–583. Hardeli,dkk. Pembuatan Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ubi Jalar Ungu, Wortel dan Kunyit Sebagai Sumber Zat Warna. UNP: Padang. Lidya Pancaningtyas dan Syafsir Akhlus. Peranan Elektrolit pada Performa Sel Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT). ITS : Surabaya. Maya Sukma Widya Kumara dan Gontjang Prajitno, 2012. Studi Awal Fabrikasi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) dengan Menggunakan Ekstraksi Daun Bayam (Amaranthus Hybridus L.) sebagai Dye Sensitizer dengan Variasi Jarak Sumber Cahaya pada DSSC. Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya. M. Monica Giusti and Ronald E. Wrolstad, 2001.Characterization and Measurement of Anthocyanin by UV-Visible Spectroscopy. Current Protocols in Food Analytical Chemistry. Smestad, G.P., dan Gratzel, M., 1998. Demonstrating electron Transfer and Nanotechnology : A Natural Dye-Sensitized Nanocrystalline energy Converter. J.Chem. Educ., 75, 752-756. Wilman Septina,dkk., 2007. Pembuatan Prototipe Solar Cell Murah dengan Bahan Organik-Inorganik (Dye-sensitized Solar Cell). Institut Teknologi Bandung : Bandung. 20 BAB IV KESIMPULAN Telah dilakukan kajian serta fabrikasi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) dengan memanfaatkan ekstrak antosianin strawberry sebagai dye sensitizer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi antosianin strawberry menggunakan campuran pelarut metanol, asam asetat, dan aquades dengan perbandingan 25:4:21 dapat menghasilkan konsentrasi antosianin yang paling baik yaitu sebesar 11,5 mg/100 gr, dengan menghasilkan tegangan rata-rata sebesar 516,6 mV. Hasil pengujian karakteristik arus terhadap tegangan Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi antosianin, maka semakin tinggi pula arus dan tegangan keluaran yang dihasilkan. 21