PNC - dayoumungil

advertisement
PNC
Pengertian
Masa post partum (nifas) adalah masa sejak melahirkan sampai pulihnya alat-alat reproduksi &
anggota tubuh lainnya yg berlangsung sampai sekitar 40 hari (KBBI, 1990).
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya kembali alat-alat
kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu.
Pembagian masa nifas dalam 3 periode:
1.) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam Agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja dalan 40 hari.
2.) Peurperium intermedial : yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia eksterna dan interna
yang lamanya kurang lebih 6-8 minggu.
3.) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Periode pasca partum ialah masa enam minggu setelah bayi lahir sampai organ reproduksi
kembali ke keadaan normal sebelum hamil . Periode ini kadang disebut puerperium atau
trimester keempat kehamilan. Immediate post partum –> Berlangsung dlm 24 jam pertama, Early
post partum–>Berlangsung sampai minggu pertama, Late post partum –> Berlangsung sampai
masa post partum berakhir
Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas , walaupun dianggap normal dimana proses-proses
pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi dan tingkat
kenyamanan ,kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan profesional ikut mementuk respon ibu terhadap bayinya selama masa ini. Untuk
memberi perawatan yang menguntungkan ibu , bayi dan keluarganya, seorang perawat harus
memanfaatkan pengetahuannya tentang anatomi dan fisiologi ibu pada proses pemulihan ,
karakteristik fisik dan prilaku bayi baru lahir dan respon keluarga terhadap kelahiran seorang
anak.
PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA PERIODE PASCAPARTUM
Sistem Reproduksi
@ Uterus
Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses
ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Sedangkan
subinvolusi adalah penggagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil. Penyebab
subinvolusi yang paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi.
Pada akhir tahap ketiga persalinan besar uterus sama dengan sewaktu usia kehamilan 16 minggu
yaitu 1000g. dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilicus.
Fundus turun kira-kira 1-2 cm tiap 24 jam. Pada hari ke enam pascapartum fundus normal berada
di pertengahan umbilicus dan simfisis. Dan tidak bisa dipalpasi pada abdomen dihari ke
sembilan. Setelah 1 minggu melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati dan berinvolusi
menjadi kira-kira 500 g dan 350 g dua minggu setelah melahirkan. Pada masa pasca partum
penurunan kadar hormone ekstrogen dan progesterone menyebabkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan.
Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi
sebagai respon terhadap penurunan volume intra uteri yang sangat besar. Selama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.
Penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini, sehingga biasanya
diberikan suntikan oksitosin segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui
bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara karena isapan bayi pada payudara
merangsang pelepasan oksitosin.
Afterpains
Rasa nyeri menjadi lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang.
Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri karena keduanya merangsang
kontraksi uterus.
Tempat plasenta
Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ke 3 pasca partum, kecuali pada bekas
tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini biasanya tidak selesai sampai enam minggu setelah
melahirkan.
Lokia
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir sering kali disebut lokia, mula-mula berwarna merah
kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Lokia rubra pertama mengandung
darah dan debrus desidua serta debris trofob;lastik. Aliran menyembur menjadi merah muda atau
coklat setelah 3-4 hari (lokia serosa). Lokia serosa terdiri darah lama, serum, leukosit, dan debris
jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir warna cairan menjadi kuning sampai putih (lokia
alba).lokia alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum, dan bakteri.lokia alba
bisa bertahan selama 2-6 minggu setelah bayi lahir.
Batas waktu
Pengeluaran
tidak
Lochia sejak
Pengeluaran normal
normal
melahirkan
Darah dengan bekuan,
bau amis, meningkat Byk bekuan, bau busuk,
Rubra Hari 1-3
dengan
bergerak, pembalut penuh darah
meneteki dan peregangan
Pink atau coklat dengan
konsistensi,
Bau busuk, pembalut
Serosa Hari 4-9
serosanguineus,
bau penuh darah
amis.
Bau busuk, pembalut
penuh darah, lochea
serosa menetap, kembali
Alba
Hari 10
Kuning – putih, bau amis
ke pengeluaran pink atau
merah, pengeluaran lebih
dari 2-3 minggu.
@ Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum serviks memendek
dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.
@ Vagina dan perineum
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pengikisan mucosa vagina dan hilangnya
rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum
hamil sampai 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada minggu ke empat.
Pada awalnya introitus mengalami eritematosa dan udematosa terutama pada daerah episiotomi
atau jahitan laserasi. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak atau rabas). Atau tepian
insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam 2-3 minggu.
Hemoroid (varises anus) sering terjadi. Gejala yang sering dialami adalah seperti rasa gatal, tidak
Nyman dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu defecator. Ukuran hemoroid biasanya
mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir.
@ Topangan otot panggul
Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan
waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan
dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul.
Sistem Endokrin
@ Hormon plasenta
Selama periode pascapartum terjadi perubahan hormone yang besar. Kadar estrogen dan
progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terndahnya dicapai kirakira 1 minggu pascapartum. Penuruna kadar estrogen berkaitan dengan pembengkakan payudara
dan diuresis cairan ekstrasellular yang berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Pada
wanita yang tidak menyusui kadar estrogen mulai meniongkat pada minggu kedua setelah
melahirkan dan lebih tinggi daripada wanita yang menyusui pada pascapartum hari ke17 (bowes,
1991).
@ Hormone hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda.
Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan
ovulasi. Karena kadar follicle-stimulating hormone (FSH) terbukti sama pada wanita yang
menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH
ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991).
Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini, yakni da;lam 27 hari setelah melahirkan,
dengan waktu rata-rata 70-75 hari. Pada wanita menyusui, waktu rata-rata terjadinya ovulasi
sekitar 90 hari (Bowes, 1991). Diantara yang menyusui, 15% mengalami menstruasi dalam 6
minggu dan 45% dalam 12 minggu. Diantara wanita yang tidak menyusui, 40% mengalami
menstruasi dalam 6 minggu, 65% dalam 12 minggu dan 90% dalam 24 minggu. Pada wanita
menyusui, 80% siklus menstruasi pertama tidak mengandung ovum (anovulatory). Pada wanita
tidak menyusui, 50% siklus pertama menstruasi tidak mengandung ovum (Scott dkk, 1990).
Sistem Urinarius
@ Komponen urin
Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada ibu
menyusui merupakan hal yang normal. BUN (Blood Urea Nitrogen) yang meningkat selama
pascapartum merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi. Pemecahan kelebihan protein di
dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinurea ringan dan ( +1 ) selam satu atau dua hari
setelah wanita melahirkan
@ Diuresis pascapartum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di
jaringa selama ia hamil, salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama
masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari selama 2 – 3 hari pertama setelah
melahirkan. Diuresi pasca opartu, yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen hilangnya,
peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah
merupakan mekansime lain tubuh untuk megatasi kelebihan cairan
@ Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses malahirkan yakni sewaktu
bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemi dan edema sering
disertai dengan daerah – daerah kecil hemoragik.kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan
kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan
untuk berkemih menurun selain itu rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat
melahirkan , laserasi vagina atau episotomi juga menurunkan refleks bekemih pada masa pasca
partum tahap lanjut distensi berlebihan dapat mengakibatkan kandung kemih lebih peka terhadap
infeksi sehingga menganggu proses berkemih normal.
Sistem Pencernaan
@ Nafsu makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan.stelah benar- benar pulih dari efek analgesia,
anastesi dan keletihan kebanykan ibu merasakan sangat lapar.
@ Motilitas
Secara khas, penurunan motlitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah
bayi lahir, kelebihan anastesi dan anlgesi bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas
ke keadaan normal
@ Defekasi
BAB secara sponta bisa tertunda selama 2 – 3 hari setelah melahirkan. Ibu seringkali sudah
mengelukan nyeri saat defekasi karna nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episotomi.
Sistem Kardiovaskuler
@ Volume darah
Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai
mencapai volume sebelum hamil, hipervolemia yang diakibatkan kehamilan ( peningkatan ± 40
% lebih dari volume tidak hamil dan menyebabkan kebanyakan ibu bisa menoleransi kehilangan
darah saat melahirkan, banyk ibu yang kehilangan 300 – 400 ml darah sewaktu melahirkan bayi
tunggal pervaginam atau sekitar dua kali lipat pada saat operasi cesarea
@ Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat selama masa hamil, stelah
melahirkan keadaan ini meningkat lebih tinggi selama 30 – 60 menit karena darah biasanya
melintasi uteroplasenta tiba – tiba kembali ke sirkulasi umum.
@ Tanda-tanda vital
Selama 24 jam pertama suhu dapat meningkat sampai 380 C sebagai akibat efek dehidrasi.
Setelah 24 jam wanita harus tidak demam. Denyut nadi tetap tinggi selam jam pertama setelah
bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahuinya pada minggu
kedelapan dan kesepuluh denyut nadi kembali ke frekuens sebelum hamil.pernapasan harus
berada dalam rentang normal sebelum melahirkan , tekanan darah sedikit berubah atau menetap,
hipotensi ortostatik dapat timbul dalam 48 jam pertama akibat pembengkakan limpa yang terjadi.
@ Komponen darah
Selama 72 jam pertama volume plasma yang hilang lebih besar dari sel darah yang hilang
dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ke-3 sampai hari ke-7 post partum . selama
sepuluh sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir nilai leukosit antara 20000 dan 25000 /ml 3. .
keadaan hiperkoagulasi yang bisa diiringi kerusakan pembuluh darah dan immobilisasi dan
mengakibatkan peningkatan resiko tromboembolisme terutama setalah wanita melahirkan secar
sesar.
@ Varises
Varises Bahkan varises vulva akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir
Sistem Neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan adaptasi neurobiologis yang terjdi saat
wanita hamil dan disebabkan oleh trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan, rasa
tidak Nyman neurologist yang diinduksi kehamilan akan menghilang setalah wanita melahirkan.
Sistem Muskuluskeletal
Adaptasi system musculoskeletal ibu yang terjadi slema masa hamil berlangsung secara terbalik
selama masa pasca partum adaptasi ini mencakup hal –hal yang membantu relaksasii dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim .
Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di aeorola dan line nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir, kulit
yang meregang pada payudara , abdomen, paha dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang
seluruhnya pada beberapa wanita spider nevi mentap, rambut halus yang tumbuh dengan lebat
pada wanita biasanya menghilang tapi rambut kasar menetap. Diaforesis ialah perubahan yang
paling jelas pada system, integument.
Sistem Kekebalan
Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinasi rubella atau untuk mencegah
ditetapkan.
Waktu sejak melahirkan
Posisi fundus uteri
isoimunisasi Rh
1-2 jam
12 jam
3 hari
9 hari
5-6 minggu
Pertengahan, antara pusat-simfisis
1 cm bawah pusat
3 cm bawah pusat (terus menurun 1
cm/hari)
Tidak teraba
Tdk teraba, sdkt lbh besar drpd multipara
Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan abdomennya menonjol dan membuat
wanita tersebut tampak masih seperti hamil diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen
kembali ke keadaan semula. Ada keadan tertentu seperti bayi besar atau hamil kembar otot –
otot dinding abdomen memisah suatu keadaan yang dinamai diatsasis rektiabdominis.
Payudara
@ Ibu menyusui
Sebelum laktasi dimulai payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan yakni kolostrum
dikeluarkan. Stelah laktasi payudara teraba hangat den keras ketika disentuh rasa nyeri akan
menetap selam asekitar 28 jam.
@ Ibu tidak menyusui
Payudara ibu tidak menyusui biasa teraba nodular pada hari ke – 3 dan ke- 4 bisa terjadi
pembengkakan ( engorgement ). Distensi payudara terutama disebabkan oleh kongesti vena dan
limfatik bukan akibat penimbunan air susu. Pembengkanan dapat hilang dengan sendirinya dan
rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 – 36 jam.
PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA PASCAPARTUM
Perkenalan, ikatan dan kasih sayang dalam menjadi orangtua
Walaupun sudah banyak riset dilakukan untuk membuka tabir proses orangtua bisa mengasihi
dan menerima orangtuanya, para ahli masih tidak mengetahui apa motivasi dan komitmen
orangtua dan anak-anaknya selama bertahun-tahun dalam saling mendukung dan merawat satu
dan yang lain. Proses ini disebut attachment (kasih sayang) atau bonding (ikatan),istilah yang
sering tertukar pemakaiannya walaupun sebenarnya memiliki definisi yang berbeda. Bonding,
didefinisikan Brazelton (1978) sebagai suatu ketertarikan mutual pertama antara individu,
misalnya antara orang tua dan anak saat pertama kali bertemu. Attachment terjadi pada periode
kritis, pada kelahiran atau adopsi. Hal ini menjelaskan suatu perasaan menyayangi atau loyalitas
yang mengikat individu dengan individu lain.
Menurut stainton (1983), ikatan ialah pertukaran perasaan karna adanya ketertarikan, respons,
dan kepuasan dan intetensitasnya bisa berubah bila keadaan berubah seiring dengan perjalanan
waktu. Ikatan berkembnag dan dipertahankan oleh kedekatan dan interaksi.Seperti halnya setiap
proses perkembangan ikatan ditandai oleh adanya periode kemajuan dan regresi dan bisa juga
terhenti sementara atau permanent.
Komunikasi orang tua
Ikatan diperkuat dengan penggunaan respon sensual atau kemampuan oleh kedua pasangan
dalam melakukan interaksi orang tua-anak.Komunikasi antara orang tua anak terdiri dari:
@ Sentuhan
Sentuhan atau indra peraba dipakai secara intensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai
suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir. Begitu anak dekat dengan ibunya, mereka memulai
proses eksplorasi dengan ujung jarinya,salah satu daerah tubuh yang paling sensitive. Ibu
menepuk atau mengusap lembut bayi mereka dipunggung setelah menyusuinya. Bayi menepuk
nepuk dada ibunya sewaktu meyusui.Ibu dan ayah ingin menyentuh,mengangkat dan memeluk
bayi mereka.
@ Kontak mata
Kesenagan untuk melakukan kontak mata diperlakukan berulang-ulang. Beberapa ibu berkata,
begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya
(Klaus,kennel,1982). Orang tua mengahbiskan waktu yang lama untuk membuat bayinya
membuka mata dan melihat mereka. ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional
mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan mengguanakan lebih banyak waktu
untuk saling memandang seringa kali dalam posisi bertatapan.En face ialah suatu posisi dimana
kedua wajah terpisah kira-kira 20 cm pada bidang pandang yang sama.
@ Suara
Saling mendengar dan berespon suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua
menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Saat suara yang membuat mereka yakin
bayinya dalam keadaan sehat terdengar, mereka mulai melakukan tindakan utnuk
menghibur.Sewaktu orang tua berbicara dengan suara bernada tinggi, bayi menjadi tenag dan
berpaling kearah mereka.
@ Aroma
Prilaku lain yang terjadi antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap aroma/bau masingmasing. Ibu berkomentar terhadap aroma bayi mereka ketika baru lahir dan mengetahui bahwa
setiap anak memiliki aroma yang unik (porter,cernoch,perry,1983). Bayi belajar dengan cepat
untuk membedakan aroma susu ibu nya(stainton,1985).
@ Entrainment
Bayi baru lahit bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa
(condon,sander,1974). Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-
nendangkan kaki, seperti sedang berdangsa mengikuti nada suara orang tuannya.Hal in berarti
bayi telah mengembangkan irama muncul akibat kebiasaan jauh sebelum ia mampu
berkomunikasi dengan kata-kata. Entariment terjadi saat anak mulai berbicara.
@ Bioritme
Anak yang belum lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya, misalnya pada
denyut jantung. Setelah lahir, bayi yang menangis, dapat ditenagkan dengan dipeluk dalam posisi
sedemikian sehingga ia dapat mendengar denyut jantung ibunya atau mendengar sura denyut
jantung yang direkam. Salah satu tugas bayi ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang
tua dapat membantu proses ini dengan memberikan kasih saying dengan konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan prolaku yang responsive.
Penyesuaian maternal, paternal, saudara kandung serta kakek-nenek.
Penyesuaian maternal
@ Fase dependent
Selama 1 sampai 2 hari pertama setelah melahirkan, ketergantunganm ibu menonjol. Pada waktu
ini ibu mengharapkan segala kebutuhanya dapat dipenuhi orang lain. Ibu memindahkan energi
psikologisnya kepada anaknya. Rubbin (1961) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase
menerima,( Taking-in phase) suatu waktu dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan
perawatan. Fase dependen ialah suatu waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orang tua
sangat suka mengkomunikasikannya. Pemusatan analisis dan sikap yang menerima pengalaman
ini membnatu orang tua untuk berpindah kefase berikutnya. Beberapa oaring tua dapat
menganggap petugas atau ibu yang lain sebagai pendengarnya. Kecemasakan dan keasikan
terhadap peran barunya sering mempersempint lapang persepsi ibu oleh karena itu informasi
yang diberikan pada waktu ini mengkin perlu diulang.
@ Fase dependent mandiri
Dalam fase ini secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan
dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ia berespon
dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara
perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu yang gesit, ia akan memiliki keinginan untuk
merawat bayinya secara langsung. Rubbin (1961) menjelaskan keadaan ini sebagai fase takinghold yang berlangsung kira-kira 10 hari. Keletihan setelah melahirkan diperburuk oleh tuntutan
bayi yang bayakn sehimngga dengan mudah timbul perasaan depresi. Dikatakan pada masa
puerprium ini kadar glukorkotikoid dalam sirkulasi dapat menjadi rendah atau terjadi hipotiroid
subklinis. Keadaan fisiologis ini dapt menjelaskan depresi pasca partum ringan( Baby blues ).
@ Fase interdependent
Pada fase ini perilaku interdependent muncul ibu dan keluarganya maju sebagai suatu system
dengan para anggota saling berinteraksi. Hubungan antar pasangan, walaupun sudah berubah
dengan adanya seorang anak, kembali menunjukkan karakteristik awal. Fase interdependent (
letting go ) merupakan fase yang penuh stress bagi orang tuanya. Kesenangean dan kebutuhan
sering terbagi dalam amsa ini. Pria danm wanita harus menyelesaikan efek dari perannya
masing-masing dalam hal mengasuh anak, mengatur rumah dan membina karier. Suatu upaya
khusus harus dilakuakn untuk memperkuat hubungan orang dewasa dengan orang dewasa
sebagai dasar kesatuan keluarga.
@ Penyesuaian Paternal
Para ahli melukiskan bebagai karakteristik engrossment.beberapa respon sensual, seperti
sentuhan dan kontak mata. Keinginan ayah untuk menemukan hal-hal yang unik maupun yang
sama derngan dirinya merupakan karakteristik lain yang berkaitan dengan kebutuhan ayah untuk
merasakan bahwa bayi ini adalah miliknya. Respon yang jelas ialah adanya daya tarik yang kuat
dari bayi yang baru lahir.Menurut Henderson dan bruse (1991) tentang pengalaman para ayah
baru selama tiga minggu pertama kehidupan bayi menyatakan bahwa para ayah baru menjalani
tiga tahapa proses yaitu Tahap pertama meliputi pengalaman prakonsepsi yakni akan seperti apa
rasanya ketika membawa pulang bayi kerumah . Tahap kedua meliputi Realitas yang tidak
menyenangkan menjadi ayah baru .Beberapa ayah mulai menyadari bahwa harapan mereka
sebelumnya tidak didasarkan pada kenyataan. Perasaan sedih dan ragu sering sekali menyertai
realitas. Tahap ketiga meliputi keputusan yang dilakukan dengan sadar unutk mengontrol dan
menjadi lebih aktif terlibat didalam kehidupan bayi mereka.
@ Penyesuaian saudara kandung
Memperkenalkan bayi kepada suatu keluarga dengan satu anak atau lebih bisa menjadi persoalan
bagi orang tua.Orang tua perlu membagi perhatian mereka dengan adil. Anak yang lebih tua
harus menyusun posisi baru didalam hirarki keluarga. Anak yang lebih tua harus tetap berada
dalam posisi sebagai pemimpin. Anak berikutnya dalam urutan tanggal lahir harus berada pada
posisi yang lebih superior dari adiknya yang baru. Kelakuan mundur keusia yang jauh lebih
muda bisa terlihat pada beberapa anak. Mereka bisa kembali ngompol, merengek-rengek dan
tidak mau makan sendiri, reaksi kecemburuan dapat muncul ketika suaka cita akan kehadiran
bayi dirumah mulai pudar.Penyesuaian awal anak yang lebih tua terhadap bayi baru lahir
membutuhkan waktu.Anak harus diperbolehkan berinteraksi atas kemauannya sendiri dan jangan
dipaksa.
@ Penyesuaian kakek dan nenek
Jumlah keterlibatan kakak dan nenek dalam merawat bayi baru lahir tergantung pada banyak
factor misalnya keinginan kakek-nenek untuk terlibat, kedekatan hubungan kakek-dan nenek dan
peran kakek dan nenek dalam konteks budaya dan etnik yang bersangkutan (grosso,dkk:1981).
Nenek dari ibu ialah model yang penting dalam praktik perawatan bayi (rubin,1975). Ia
bertindak sebagai sumber pengetahuan dan sebagai individu pendukung. Sering kali nenek dan
kakek mengatakan bahwa cucu membantu mereka mengatasi rasa sepi dan kebosanan. Dukungan
kakek dan nenek dapat menjadi pengaruh yang menstabilkan keluarga yang sedang mengalami
krisis perkembangan seperti seperti kehamilan dan menjadi orang tua baru .Kakek dan nenek ini
dapat membantu anak-anak mereka mempelajari keterampilan menjadi orangtua dan
mempertahankan tradisi budaya.
Faktor yang mempengaruhi respon orang tua
Usia
Masalah dan kekhawatiran ibu yang terkait dengan kelompok ibu yang berusia 35 tahun
semakin banyak muncul pada decade terakhir kali dimana pada usia ini para ibu sudah
mengalami keletihan dan lelah merawat bayi . dalam hal ini para ibu sangat membutuhkan
kegiatan yang dapat membnatu ibu untuk memperoleh kembali kekuatan tonus dan tonus otot
(seperti latihan senam prenatal dan pascapartum)
Jaringan social
Primipara dan multipara memiliki kebutuhan yang berbeda.Multipara lebih realistis terhadap
terhapat keterbatasan fisik dan mudah beradaptasi terhadap peran dan interaksi sosialnya.
Sedangkan primipara membutuhkan dukungan dan tindak lanjut yang mencakup rujukan
kebadan bantuan dalam masyarakat. Jaringan social meningkatkan potensi pertumbuhan anak
dan mencegah kekeliruan dalam memperlakukan anak.
Budaya
Kepercayaan dan praktek budaya menjadi determinan penting dalam prilaku orang tua. Kedua
hal tersebut mempengaruhi interaksi orang tua dengan bayi , demikian juga dengan orang tua
atau keluarga yang mengasuh bayi karna setiap orang memiliki kepercayaan terhadap budaya
berbeda beda.
Kondisi social ekonomi
Kondisi social ekonomi seringkali menjadi jalan untuk mendapatkan bantuan. Keluarga yang
mampu membayar pengeluaran tambahan dengan hadirnya bayi baru ini pengeluaran tambahan
dengan hadirnya bayi baru ini mungkin hamper tidak merasakan beban keuangan tetapi dilain
pihak keluarga yang menemukan kalahiran seorang bayi suatu beban financial dapat mengalami
peningkatan stress dan stess ini bisa mengganggu interaksi orang tua terhapat bayinya
Aspirasi personal
Bagi beberapa wanita, menjadi orang tua mengganggu kebebasan pribadi dan kemajuan
berkariernya kekecewaan yang timbul akibat tidak mencapai kenaikan jabatan,kalo masalah ini
tidak diselesaikan hal tersebut akan berdampak pada cara mereka merawat dan mengasuh bayi
dan bahkan mereka bisa menelantarkan bayinya
1. A. PERAWATAN IBU DAN BAYI
2. PERAWATAN PERINEUM
1. Pengertian
Membersihkan dan merawat area genitalia bagian luar setelah melahirkan
1. Tujuan:
?
Memberikan rasa nyaman
?
Mengurangi resiko infeksi
?
Menjaga kebersihan vulva dan perineum
?
Memperlancar keluarnya lokhea (darah nifas)
1. c.
Alat-alat yg digunakan
Softex atau pembalut wanita yg bersiAir hangat atau cairan antiseptik (betadine yang
diencerkan, sublimat, detol yang diencerkan, sabun, dll).
-
Tissue atau handuk kecil
-
Celana dalam bersih
1. Cara Perawatan Perineum







II.
Mencuci tangan
Memindahkan / mengangkat softex yang telah digunakan dari depan ke belakang
Perhatikan warna, bau dan banyaknya cairan di softek, sesuai dengan keadaan normal
Bersihkan perineum dengan menyiramnya dengan air hangat / antiseptik di bagian atas
vulva
Keringkan area perineum dengan tissue atau handuk kecil kering dari depan ke belakang
(pengusapan berulang – ulang dihindari untuk mencegah menyebarnya kuman dan
menjaga kenyamanan)
Tempatkan softex mulai dari depan ke belakang (jangan sentuh permukaan softex yang
akan menyentuh ke perineum / genitalia) kemudian pasang celana.
Cuci tangan kembali dengan menggunakan sabun
SENAM NIFAS
1. Pengertian
Senam / gerakan yang dilakukan setelah melahirkan. Dilakukan segera setelah melahirkan
sampai 7 minggu dan dilakukan 2 kali dalam sehari
1. Tujuan


Memperbaiki sirkulasi darah
Memperbaiki postur tubuh




Memperbaiki tonus otot panggul
Memperbaiki regangan otot tungkai bawah
Memperbaiki regangan otot perut
Meningkatkan kesadaran untuk mlakukan relaksasi
otot panggul.
1. Cara Senam Nifas
Latihan Penguatan Otot Perut
Tahap 1: Pernafasan perut
1. Tidur terlentang dgn lutut ditekuk
2. 2. Tarik nafas dalam dari hidung, usahakan rongga dada tetap dan rongga perut
mengembang
3. 3. Keluarkan udara perlahan – lahan dengan menggunakan otot – otot perut.
Tahap 2: Kombinasi pernafasan perut dengan pengerutan panggul
1. Tidur terlentang dengan lutut ditekuk
2. Sambil menarik napas dalam kerutkan sekitar anus dengan pinggang mendatar pada
tempat tidur
3. Keluarkan udara perlahan – lahan dorong dengan kekuatan perut dan bokong
4. Tahan 3-5 detik, lalu istirahat
5. Lakukan latihan ini sebanyak 10 kali
Tahap 3: Menggapai lutut
1. Tidur terlentang dengan lutut ditekuk
2. Sambil menarik napas dalam tarik dagu ke arah dada
3. Ambil mengeluarkan udara, angkat kepala dan bahu perlahan – lahan. Regangkan tangan
sampai menyentuh lutut. Tubuh boleh diangkat setinggi 15-20 cm.
4. Perlahan – lahan kepala dan bahu diturunkan seperti posisi semula
5. Lakukan latihan ini sebanyak 10 kali.
Latihan Penguatan Pinggang
Tahap 1: Memutar kedua lutut
1. Tidur terlentang dengan kedua lutut ditekuk
2. Pertahankan bahu tetap lurus, telapak kaki tetap dan secara perlahan – lahan putar kedua
lutut sehingga menyentuh sisi kanan tempat tidur
3. Pertahankan gerakan yang halus, putar kedua lutut kembali sampai menyentuh sisi
kanan tempat tidur
4. Kembali ke posisi semula dan istirahat
5. Lakukan latihan sebanyak 10 kali.
Tahap 2: Memutar satu kaki
1. Tidur terlentang dengan kedua lutut kiri ditekuk
2. Pertahankan bahu tetap datar, secara perlahan – lahan putar lutut kiri sampai menyentuh
sisi kanan tempat tidur dan kembali ke posisi semula
3. Ganti posisi kaki, sentih sisi kiri tempat tidur dengan menggunakan lutut sebelah kanan
lalu kembali ke posisi semula dan istirahat
4. Lakukan latihan sebanyak 10 kali
Tahap 3: Memutar tungkai
1. Tidur terlentang dengan posisi lurus
2. Pertahankan bahu tetap datar, secara perlahan – lahan tungkai kiri diangkat dalam
keadaan lurus dan putar sampai menyentuh sisi kanan tempat tidur, lalu kembali ke posisi
semula.
3. Ulangi gerakan kedua dengan menggunakan kaki kanan sehingga menyentuh sisi kiri.
4. Lakukan latihan sebanyak 10 kali.
Istirahat dgn Posisi Telungkup
Tidur dengan posisi telungkup dengan kaki lurus, posisi ini dapat membantu mengembalikan
rahim dalam posisi normal dan dapat mencegah kekakuan pada punggung dan bokong.
1. B. TEHNIK MENYUSUI
1. 1. Manfaat menyusui dengan benar:







Nutrisi bayi terpenuhi
Bayi mendapatkan imunitas yang cukup
Mencegah bengkak pada payudara
Mencegah nipple pecah – pecah
Memperkuat tulang rahang bayi
Mengurangi penggunaan tenaga yang berlebihan pada bayi
Memberikan kenyamanan pada ibu dan bayi
1. Cara Menyusui dengan Benar
-
Bibir bayi berbentuk huruf C. Otot pipi berkontraksi
-
Lidah bayi ke depan memegang nipple dan areola
-
Nipple dimasukkan saat lidah mendorong ke belakang dan membawa areola ke mulut.
-
Bag bibir menjepit areola dan menghisap susu ke bagian akhir tenggorokan
-
Posisi Menghisap dengan Botol
Karet nipple botol masuk ke rahang atas sesuai pergerakan lidah. Lidah bergerak ke depan
melawan bibir untuk mengontrol aliran susu berlebih yang masuk ke esofagus.
1. C. TEKHNIK PERAWATAN TALI PUSAT
Setelah persalinan

Alat dan bahan
-
Plastic disposable clamps atau benang kasa steril
-
Aseptic antiseptic ( alkohol dan betadin )
-
Kasa steril
-
Handscoon

Cara pelaksanaan:
1. Ikat tali pusat dengan plastic disposable clamps atau benang kasa steril
2. Pengikatan dilakukan dengan kuat yang mana sebelumnya harus memakai handscoon,
ikatan pertama 5 cm dari dinding perut ikatan kedua 2 cm dari pusat
3. Monitor ikatan tali pusat tiap 4 jam selama 48 jam
4. Rawat tali pusat dengan larutan aseptic antiseptic ( alkohol dan betadin )
5. Tutup tai pusat dengan kasa steril dan difiksasi dengan baik
6. Monitor balutan tali pusat, kulit sekitar umbilical diobservasi dari tanda infeksi
Perawatan sehari-hari

Alat dan bahan
-
Kain kasa
-
Betadin atau alkohol 70 %
-
Kapas lidi
-
Hanscoon

Cara pelaksanaan
o Langkah pertama yang dilakukan adalah memakai handscoon
o Basahi kapas lidi dengan betadin atau alkohol 70 % dan usapkan pada tali pusat
bayi
o Balut dengan kain kasa tanpa menggunakan plester.
o
Popok tidak boleh menutupi tali pusat. Popok yang basah dan kotor akan
memperlambat pengeringan tali pusat dan mempermudah timbulnya infeksi.
1. D. MEMANDIKAN BAYI
Sebelum memandikan bayi, kita harus memperhatikan :
1. 1. Suhu bayi. Bayi dimandikan setelah dilahirkan pada saat suhu tubuhnya sama
dengan suhu ruangan: 36º C atau 36,5º C
2. 2. Memakai Handscoon, untuk bayi yang pertama kali dimandikan
Alat dan bahan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Celemek
Washlap 2 buah
Sabun
Shampo
Baby Oil
Bedak
Cottonbad
Baju
Baskom 2 buah : 1 untuk air hangat dan 1 untuk pakaian kotor
Cara memandikan Bayi :
-
Memakai celemek
-
Memakai washlap yang sudah dicelupkan ke dalam air hangat
-
Mengusap kepala bayi, membersihkan kotoran-kotoran di kepala bayi
-
Memakai washlap yang lain yang diberi sampo
-
Usap kepala bayi dengan sampo, bersihkan kemudian keringkan dengan handuk
Bersihkan mata bayi dengan kapas basah, dari kantus ke luar,
wajah, telinga, dan bagian leher.
-
kemudian bersihkan
Bersihkan dengan handuk kering
Lepaskan pakaian bayi, letakkan pada baskom yang telah
balutan tali pusat.
disediakan. Lepaskan juga
Bersihkan seluruh badan bayi, pergelangan tangan, sela-sela jari, sela-sela kaki,
punggung (balikkan bayi)
-
Bersihkan dengan sabun (memakai washlap yang untuk shampo tadi)
Bersihkan kembali dengan washlap, untuk bayi yang suster terlepas tali pusatnya, dibilas
di air hangat di dalam baskom.
-
Diseka dengan handuk halus.
-
Letakkan bayi di handuk /selimut yang sudah ada baju dan popok bayi
-
Memakaikan bedak/minyak talon
-
Memakaikan popok dan baju
-
Selimuti bayi
1. E. PERAWATAN PAYUDARA
Tujuan :
1. memperlancar sirkulasi/aliran darah
2. mencegah terjadinya bendungan ASI
3. memperlancar pengeluaran ASI
Perawatan payudara ibu post partum t.d.a :
Membersihkan puting susu
Persiapan alat :
-
kapas lembab
-
air dalam kom
-
handuk bersih
Cara kerja :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
-
Kapas direndam dalam air masak
putting susu dibersihkan dengan kapas
keringkan dgn handuk
lakukan sebelum dan sesudah menyusui
Untuk puting susu yg cekung dan datar dilakukan
Perawatan dgn tiga tahap :
meregangkan putting susu
-
memutar putting susu
-
menarik putting susu
Pengurutan/masase payudara :
Persiapan alat :






minyak kelapa 10 cc dl tempatnya ( hindari penggunaan baby oil, minyak kayu putih
atau minyak tawon )
handuk besar 2 buah
washlap 2 buah
breast pump dan gelas atau botol susu
air dingin dan air hangat dlm Waskom
tuple hudge
Cara kerja :
-
Jelaskan tujuan tindakan
-
cuci tangan
satu tangan diletakkan di punggung dan satu handuk diletakkan di bawah payudara ibu
atau daerah paha
-
kedua telapak tangan diberi minyak
payudara kiri diurut dengan tangan kiri dan payudara kanan ( jika ibu melakukan sendiri
).bila dilakukan oleh perawat àpayudara kiri diurut dengan tangan kanan dan payudara kanan
diurut dengan tangan kiri, dgn cara pengurutan dari tengah berputar ke samping terus ke bawah,
secara perlahan dan halus sambil mengobservasi ibu dan pengeluaran ASI ( ada/tidak ) dilakukan
10 – 15 kali.
Tangan kiri menopang/menyangga payudara kiri . lakukan pengurutan dgn bagian pinggir
telapak tangan kanan mulai dari pangkal sampai aerola mammae. Selanjutnya tangan kanan
menopang/menyangga payudara kanan dan lakukan pengurutan dgn bag.pinggiran telapak
tangan kiri muali pangkal sampai aerola mammae, dilakukan 10-15 kali.posisi sama, pengurutan
menggunakan ruas jari dilakukan 10-15 kali.
-
Posisi sama, pengurutan menggunakan ruas jari dilakukan 10 – 15 kali
Lakukan mandi dgn air hangat dgn menggunakan washlap ( satu washlap dimasukkan
dalam air hangat, peras ). Usap kedua payudara selanjutnya ganti dgn air dingin ( satu washlap
masukkan dlm air dingin, peras ).usap kedua payudara, lakukan 6-10 kali secara bergantian dan
diakhiri dgn air dingin
Payudara dikeringkan /lap dgn menggunakan handuk yang berada pada bagian bawah
payudara
-
Handuk di daerah punggung dan bawah payudara dilipat dan alat lain dibereskan
-
Ibu pakai baju sendiri sendiri atau dibantu perawat
KONSEP KEPERAWATAN
1. A. PENGKAJIAN






?
Merujuk pada catatan riwayat keperawatan pada masa prenatal dan intrapartal.
Melakukan pemeriksaan fisik dan pengkajian psikososial terhadap ibu, ayah dan anggota
keluarga
Perawat mendeteksi adanya penyimpangan dari kondisi yang normal
Dari masa prenatal, kaji masalah kesehatan selama kehamilan yang pernah timbul,
seperti: anemia, hipertensi dalam kehamilan dan diabetes.
Kaji proses persalinan, lama dan jenis persalinan, kondisi selaput dan cairan ketuban,
respon bayi terhadap persalinan, obat-obatan yang digunakan, respon keluarga khususnya
ayah pada persalinan dan kelahiran.
Dilakukan segera pada masa immediate postpartum, seperti: observasi tanda vital,
keseimbangan cairan, pencegahan kehilangan darah yang abnormal dan eliminai urin.
Biodata Klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No.
Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal
Pengkajian.
?
Keluhan Utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
?
Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid,
hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
?
Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan sah atau tidak, atau
tidak direstui orang tua ?
?
-
Riwayat Obstetri
Riwayat Kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG, Darah, Urine, keluhan
selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan
dan pengobatan yang diperoleh
-
Riwayat Persalinan
1. 1. Riwayat Persalinan Lalu
Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis
persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
1. 2. Riwayat Nifas pada Persalinan Lalu
Pernah mengalami demam, keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas
setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi,
keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga.
1. 3. Riwayat Persalinan Saat Ini
Kapan mulai timbulnya his, pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan, dengan
episiotomi atau tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi atau
tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan placenta, jumlah perdarahan.
1. 4. Riwayat New Born
Apakah bayi lahir spontan atau dengan induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir
(langsung menangis atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis
kelamin Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan bonding attatchment
secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau susu formula.
?
Riwayat KB dan Perencanaan Keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang pernah
digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana penambahan anggota keluarga
dimasa mendatang.
?
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani, dimana
mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulangulang ?
?
Riwayat Psikososial-Kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan, apakah ibu pasif
atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan suami, hubungan dengan bayi,
hubungan dengan anggota keluarga lain, dukungan social dan pola komunikasi termasuk potensi
keluarga untuk memberikan perawatan kepada klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak
mampuan
merawat
bayi
baru
lahir,
krisis
keluarga.
Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis.
Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya
emosi yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan pada dirinya atau
bayinya, sering cemas saat hamil, bayi rewel, perkawinan yang tidak bahagia, suasana hati yang
tidak bahagia, kehilangan kontrol, perasaan bersalah, merenungkan tentang kematian, kesedihan
yang
berlebihan,
kehilangan
nafsu
makan,
insomnia,
sulit
berkonsentrasi.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan budaya pada perawatan
post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila menyusui, pola seksual, kepercayaan dan
keyakinan, harapan dan cita-cita.
?
Riwayat kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic, menular,
kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga.
?
Profil Keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type rumah, community
seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.
?
Kebiasaan Sehari-Hari
1. a. Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori,
protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan,
pola minum, jumlah, frekuensi,
2. b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang
mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap,
apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada
perineum).
3. c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia
(hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass
atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat
BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet
4. d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah
5. e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
6. f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
?
Seksual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus atau
hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks,
continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse pasca
partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada
akhir minggu ke 3). Bagaimana cara memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya,
nilai yang dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman, ketawa,
gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi
untuk kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat menyusui
apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor pengganggu ekspresi seksual : bayi
menangis, perubahan mood ibu, gangguan tidur, frustasi yang disebabkan penurunan libido.
?
Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu tentang tubuhnya
terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien bila mengalami opresi SC
karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.
?
Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-tugas perkembangan
kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan fungsi blass dan bowel.
Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi,
kebutuhan emosional
dan kenyamanan,
kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene, payu dara) dan
kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui, memandikan dan
mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi
dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan,
mengeluarkan secret dan perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan
infeksi dan jadwal imunisasi.
?
Pemeriksaan Fisik
1. 1. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2. 2. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi cardy, suhu
36,2-38, Respirasi 16-24)
3. 3. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan;
pendengaran, dan leher.
4. 4. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting susu,
stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi
laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
5. 5. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal utuh
(intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras,
lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
6. 6.
Anogenital
Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin, kendur/lemah)
adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema,
kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi
, 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7. 7. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan
otot.
?
Pemeriksaan laboratorium
Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g% dibutuhkan
suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit
-
Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
1. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola eliminasi buang air kecil, retensi urine berhubungan dengan
berakhirnya proses persalinan dan proses kehamilan.
2. Gangguan pola eliminasi buang air besar, berhubungan dengan rasa nyeri pada
perineum dan menurunnya peristaltik usus.
3. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus dan ruptur perineum.
4. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan post
partum.
5. Resiko tinggi infeksi perineum dan jalan lahir berhubungan dengan luka perineum
yang masih basah dan post partum.
6. Resiko gangguan pola istirahat/ tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan dan
jadwal makan bayi.
7. Kurangnya pengetahuan ibu tentang tindak lanjut keperawatan post partum (nifas)
berhubungan dengan baru pertama kali melahirkan.
1. C. PERENCANAAN
1. Perubahan pola eliminasi buang air kecil, retensi urine berhubungan dengan
berakhirnya proses kehamilan dan persalinan.
1)
Tujuan: tidak terjadi gangguan pola eliminasi buang air kecil.
2)
Kriteria : -
Ibu tidak merasa nyeri pada saat buang air kecil.
-
Pengeluaran urine 1000-1500 cc/ hari.
-
Frekuensi miksi 4-5 kali/ hari.
-
Expresi wajah tenang.
3)
Rencana Tindakan:
a)
Catat intake dan out put cairan.
b)
Berikan rangsangan pada daerah atas symphisis dengan air dingin.
c)
Katerisasi bila tidak miksi dalam 8 jam habis melahirkan.
4)
Rasional:
a)
Untuk mengetahui fungsi ginjal.
b)
Rangsangan pada simphisis dengan air dingin dapat meningkatkan tonus otot spincter dan
buli-buli.
c)
Bila 8 jam tidak miksi dapat menggangu involutio uteri.
1. Gangguan pola eliminasi buang air besar berhubungan dengan rasa nyeri pada luka
perineum dan dan menurunnya peristaltik usus.
1)
Tujuan: tidak terjadi gangguan pola eliminasi buang air besar.
2)
Kriteria :
-
Perut tidak tegang.
-
Frekuensi 1-2 kali/ hari.
3)
Rencana Tindakan:
a)
kaji pola buang air besar.
b)
Berikan makanan yang banyak mengandung serat.
c)
Anjurkan pada ibu untuk banyak minum.
d)
Berikan penyuluhan pada ibu untuk tidak takut buang air besar.
e)
Kolaborasi pemberian obat laxantia
4)
Rasional:
a)
Untuk mengetahui pola bab klien.
b)
Makanan yang berserat dapat merangsang peristaltik usus.
c)
Dengan minum yang banyak akan membantu melunakkan faeces.
d)
Rasa takut dapat mempengaruhi syaraf sympatis sehingga otot spincter menjadi lemah.
e)
Obat laxantia dapat merangsang peristaltik usus.
-
Buang air besar lancar.
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus dan ruptur perineum.
1)
Tujuan: nyeri hilang.
2)
Kriteria :
-
Proses involutio normal.
-
Expresi wajah tenang.
-
Ibu mengatakan nyeri kurang.
3). Rencana Tindakan:
a)
kaji intensitas dan karakteristik dari nyeri.
b)
berikan posisi yang menyenangkan.
c)
ajarkan tehnik relaksasi.
d)
kolaborasi pemberian analgesik.
e)
berikan penjelasan mengenai timbulnya nyeri.
f)
ajarkan tehnik destraksi.
4). Rasional:
a)
Untuk mengetahui tingkat dan karakteristik nyeri, agar mempermudah memberikan
intervensi yang tepat.
b)
Dengan posisi yang menyenangkan membuat klien merasa nyaman dan dapat beradaptasi
dengan nyeri.
c)
Relaksasi dapat mengendorkan otot-otot sehinnga nyeri dapat berkurang.
d)
Menjelaskan kepada ibu tentang nyeri agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri.
e)
Untuk mengalihkan perhatian ibu agar tidak terfokus pada bayi.
f)
Analgesik dapat menekan rangsangan nyeri sehingga nyeri tidak dipresepsikan.
1. Resiko kekurangan volume cairan berhungan dengan perdarahan post partum.
1)
Tujuan: tidak terjadi perdarahan yang berlebihan.
2)
Kriteria :
- Proses involutio lancar.
-
perdarahan tidak lebih dari 400 cc.
-
pengeluaran lokhia lancar.
3)
Rencana Tindakan:
a)
Observasi perdarahan dan monitor pengeluaran lokhia.
b)
Observasi kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri setiap hari.
c)
Observasi tanda-tanda vital.
d)
Observasi keadaan umum.
e)
Beri pengetahuan pada ibu tentang ambulasi dini pada ibu nifas.
f)
Ajarkan pada ibu untuk mengetahui tanda-tanda perdarahan yang berlebihan.
g)
Monitor kadar haemoglobin.
4)
Rasional:
a)
Untuk mengetahui jumlah perdarahan.
b)
Kontraksi uterus yang lemah dapat menyebabkan perdarahan.
c)
Perubahan tanda vital indikasi adanya perdarahan.
d)
Keadaan umum dapat menggambarkan adanya perdarahan.
e)
Ambulasi secara dini dapat memperlancar proses involutio.
f)
Kadar haemoglobin yang rendah indikasi terjadi perdarahan.
1. Resiko tinggi infeksi perineum dan jalan lahir berhubungan dengan luka perineum yang
masih basah dan post partum.
1)
Tujuan: Tidak terjadi infeksi pada luka perineum dan jalan lahir.
2)
Kriteria :
3)
Rencana Tindakan:
a)
Observasi tanda-tanda infeksi dan tanda vital.
b)
Rawat luka perineum setiap hari dengan teknik septik dan aseptik
- Tanda-tanda infeksi tidak ada.
c)
Anjurkan pada ibu untuk mengganti duk yang basah.
d)
Observasi pengeluaran lokhia.
e)
Kolaborasi pemberian antibiotik.
4)
Rasional:
a)
Untuk mendeteksi secara dini adanya infeksi.
b)
Luka yang bersih dapat mencegah timbulnya infeksi.
c)
Duk yang basah tempat berkembang biak mikroorganisme.
d)
Keadaan lokhia yang tidak normal menandakan adanya infeksi jalan lahir.
e)
Antibiotik dapat menghambat dan membunuh mikroorganisme.
1. Resiko gangguan pola istirahat/ tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan dan jadwal
makan bayi.
1)
Tujuan: ibu dapat tidur/ kebutuhan istirahat tidur terpenuhi.
2)
Kriteria :
-
penampilan menunjukkan istirahat yang
-
cukup
-
ibu tidak merasa lelah.
3)
Rencana tindakan:
a)
bayinya. Kaji pola tidur klien.
b)
Ciptakan lingkungan yang tenang.
c)
Beri penyuluhan kepada ibu agar memenuhi kebutuhan bayinya tepat pada waktunya.
d)
Anjurkan kepada ibu agar menidurkan bayinya dalam dalam keadaan kenyang.
- Tidur cukup (7-9 jam/hari).
e)
Bila asi kurang, berikan susu tambahan pengganti asi sebanyak 30 cc/ 3 jam dengan sendok
atau dok.
f)
Ajarkan ibu untuk mengenali kebiasaan
4)
Rasional:
a)
Untuk mengenali jumlah tidur klien.
b)
Lingkungan yang tenang dapat mendukung untuk beristirahat.
c)
Dengan memenuhi kebutuhan bayinya tepat pada waktunya bayi akan tenang.
d)
Bila bayi dalam keadaan kenyang, bayi akan tidur nyenyak.
e)
Pemberian air susu sebanyak 30 cc dan diperkirakan dalam 3 jam lambung sudah kosong.
f)
Dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan bayi, ibu dapat mengatur waktu istirahatnya.
1. Kurangnya pengetahuan ibu tentang tindak lanjut keperawatan post partum aterm (nifas)
berhubungan dengan baru pertama kali lahir.
1)
Tujuan: pengetahuan ibu tentang perawatan lanjut bertambah.
2)
Kriteria : - Pasien dapat menyebutkan saat yang tepat untuk melakukan hubungan
suami istri post partum.
-
pasien dapat menyebutkan pentingnya
-
pemeriksaan secara dini dan berkala di rumah sakit.
3)
Rencana tindakan:
a)
Kaji tingkat pengetahuan ibu.
b)
Beri HE kepada ibu bahaya melakukan hubungan suami istri selama dalam masa nifas.
c)
Beri penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya pemeriksaan diri dan bayi secara berkala di
rumah sakit/ puskesmas.
4)
Rasional:
a)
Dapat mengambil tindakan selanjutnya.
b)
Dengan melakukan hubungan suami istri selama masa nifas akan menyebabkan perdarahan
yang banyak/ berat.
c) Pemeriksaan diri dan bayi secara berkala dapat mengetahui tingkat kesehatan ibu dan bayi.
1. D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada pasien.
Kkegiatan ini meliputi pelaksanaan rencana pelayanan keperawatan dan rencana pernyataan
medis. Pada tahap perawat menerapkan pengetahuan dan keterampilan berdasarkan ilmu-ilmu
keperawatan dan ilmu-ilmu keperawatan lainnya yang terkait secara terintegrasi. Pada waktu
perawat memberi pelayanan keperawatan, proses pengumpulan dan analisa data berjalan terus
menerus, guna perubahan atau penyesuaian tindakan keperawatan. Beberapa faktor dapat dapat
mempengaruhi pelaksanaan rencana pelayanan. Keperawatan antara lain sumber-sumber yang
ada, pekerjaan perawat serta lingkungan fisik untuk pelayanan keperawatan dilakukan.
Dalam pelaksanaan perawat melakukan fungsinya secara indefenden, defenden, dan
interdefenden. Fungsi indefenden yaitu perawat melakukan tindakan sendiri atas dasar inisiatif
sendiri. Fungsi defenden yaitu fungsi tambahan dilakukan untuk menjalankan program dari tim
kesehatan lain. Fungsi interdefenden yaitu perawat melakukan fungsi kolaborasi dengan
pelaksanaan fungsi bersama-sama dengan tim kesehatan lainnya.
1. E. EVALUASI
1. Periode post partum dini.
Tanda vital, keadaan luka episiotomi jika ada dan mencocokkan dengan parameter yang
diharapkan.
Toleransi klien terhadap intake makanan, intake cairan dan keinginan klien mengenali
makanan dan cairan.
-
Kemampuan klien untuk pengosongan kandung kemih secara teratur.
-
Beri kesempatan kepada klien beristirahat yang cukup.
-
Kemampuan klien untuk menggendong dan merawat bayinya.
1. Periode post partum lanjut.
Tanda vital, berat badan, payudara, proses involutio, penyembuhan luka episiotomi jika ada
dengan parameter yang diharapkan.
-
Kemampuan klien untuk merawat payudara, perawatan perineum.
Kemampuan klien untuk menunjukkan kesanggupan dalam perawatan diri sendiri dan
perawatan bayinya.
1. Periode persiapan pulang ke rumah.
-
Klien mendemostrasikan kemampuan merawat bayinya.
Klien memperlihatkan keingintahuan tentang pentingnya perawatan lanjutan bagi ibu serta
bayinya.
Kemampuan klien untuk menentukan waktu untuk konsultasi dengan dokter, bidan/
perawat.
Respon klien dengan suami terhadap adanya perubahan pola aktifitas seksual serta perlunya
menggunakan alat kontrasepsi untuk memberi rasa aman dan bagi ibu.
1. Periode 6 minggu (saat chek-up).
Tanda vital, penurunan payudara, proses involutio dan penyembuhan luka episiotomi
dibandingkan parameter yang diharapkan.
-
Kembalinya organ reproduksi seperti keadaan sebelum hamil.
-
Kemampuan menunjukkan fungsi keluarga dengan baik dan adaptasi positif.
-
Keluarga menyepakati penggunaan salah satu jenis kontrasepsi yang cocok bagi ibu.
LAPORAN KASUS
1. a. Pengkajian

Pengumpulan Data
ü Identitas Klien
Nama : Ny.T
Umur : 39 tahun
ü Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Post partum hari ke dua. TFU ½ simfisis pusat, berat uterus 500 gram, terjadi after pain
pada saat ibu menyusui bayinya, kondisi payudara bengkak dan terjadinya bendungan ASI.
Riwayat Kesehatan lalu :
Riwayat rupture tingkat 2, nyeri , gatal, dan merah pada daerah vagina. Klien riwayat G11P8A3.
Klien pernah mengalami peradangan panggul dan dispareunia
ü Pemeriksaan Fisik
TTV :
TD = 150/100 mmHg, S= 38,5oC, N= 72 x/menit.

Validasi Data
ü Data Subyektif :
Klien mengatakan terjadi after pain pada saat ibu menyusui bayinya. Klien pernah mengalami
peradangan panggul dan dispareunia
ü Data Obyektif :
Post partum hari ke dua. TFU ½ simfisis pusat, berat uterus 500 gram, kondisi payudara bengkak
dan terjadinya bendungan ASI.
TD = 150/100 mmHg, S= 38,5oC, N= 72 x/menit.

Analisa data
NO DATA
1
DS :
ETIOLOGI
Proses persalinan
MASALAH
Nyeri
Klien mengeluh nyeri ¯
pada daerah abdomen
Terjadi proses involutio
Klien mengeluh nyeri
bila berjalan/bergerak
¯
DO :
-
Kontraksi Uterus
Ekspresi wajah meringis ¯
Klien nampak istirahat Nyeri
ditempat tidur
-
Kontraksi uterus baik
DS :
2
Klien mengeluh nyeri
pada perineum
Robekan jalan lahir
Klien mengeluh nyeri ¯
bila bergerak / berjalan
Terputusnya kontinuitas jaringan
DO :
Nyeri
NO DATA
ETIOLOGI
Ekspresi wajah meringis ¯
Nampak luka hecting Jaringan
melepaskan
pada perineum
bradikinin dan histamin
MASALAH
zat-at
Klien nampak istirahat ¯
di tempat tidur.
Merangsang syaraf perifer
¯
Dihantarkan melalui spinal cord
menuju thalamus
¯
Korteks cerebri
¯
DS :
-
Nyeri di persepsikan
Klien malas bergerak
Klien
selama 2 hari
belum
BAB Nyeri
¯
DO :
3
Takut bergerak / aktifitas kurang
Peristalik usus kurang (3
– 4 x/menit)
¯
Klien
istirahat.
lebih
banyak Mobilisasi usus dan diafragma
menurun
¯
Faeces bertahan lama diusus besar
dan tidak bisa dikeluarkan
¯
Konstipasi
Konstipasi
NO DATA
DS : -
ETIOLOGI
DO :
MASALAH
Nyeri
¯
ada
ASI/colostrum belum Ibu malas menyusui bayinya
¯
Payudara teraba keras /
padat.
Bayi jarang menetek
4.
Kondisi
bengkak
Penimbunan
ASI
payudara ¯
Kurangnya
rangsangan
pituitary anterior prolaktin
pada
¯
Penimbunan ASI
DS :
-
Nyeri pada perineum
DO :
-
5.
Proses persalinan
Lochia rubra.
¯
Nampak luka heacting Perlukaan jalan lahir
pada perineum
¯
Tanda-tanda vital :
Merupakan media berkembang- Resiko in-feksi
TD = 150/100 mmHg, S= biaknya kuman phatogen
38,5oC, N= 72 x/menit.
¯
Resiko terjadi infeksi
DS :
NO DATA
ETIOLOGI
Ibu mengatakan kalau
bias ini kehamilan yang
terakhir
Klien tidak
menjadi akseptor KB
MASALAH
pernah
Kurangnya informasi tentang KB
DO :
¯
-
Umur 39 th G11P8A3
Ketidaktahuan tentang KB
¯
Kurang pengetahuan tentang KB
Kurang
pengetahuan
tentang KB
6
1. b. Diagnosa Keperawatan
-
Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
-
Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan aki-bat ruptur perineum
-
Gangguan eliminasi BAB konstipasi b/d pe-nurunan peristaltic usus
-
Penimbunan ASI b/d kurangnya rangsangan pada priutary anterior prolaksin
-
Resiko terjadi infeksi puorperalis b/d luka pada perineum
-
Kurang pengetahuan ten-tang KB b/d kurang informasi tentang KB
1. c. Perencanaan
NO DIAGNOSA
RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI RASIONAL
1.
Nyeri b/d kontraksi Nyeri
1.Kaji
tingkat 1.Agar dapat menguterus ditandai dengan : berkurang/hilang
loka-si dan sifat inden-tifikasi kebutuhan
dengan criteria
nyeri.
pera-watan
dan
pemberian askep yang
DS :
tepat.
Klien
tidak
Klien mengeluh
nyeri
pada
abdomen
daerah menge-luh nyeri
2.Perubahan tanda vital
Ekspresi wajah 2.Observasi
menunjukkan terjadinya
Klien mengeluh cerah
tanda-tanda vital rangsangan nyeri
nyeri
bila
berjalan/bergerak
- Tanda vital dalam
3.Nafas dalam dapat
batas normal.
melan-carkan suplay 02
DO :
sehingga
3.Anjurkan klien kejari-ngan
relaksasi
di
T : 110-120 / mmHg tehnik relaksasi terjadi
jaringan obat yang dapat
Ekpresi
wajah
napas dalam.
menyebabkan
nyeri
meringis
S : 56 – 37 oC
berkurang.
Kontraksi uterus N : 80 x /menit
4.Posisi nyaman sesuai
baik
ke-inginan klien dapat
mem-peringan nyeri.
Klien
banyak
istirahat ditempat tidur.
4.Berikan posisi
yang
nyaman
sesuai keinginan 5.Dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat
klien.
beradaptasi
5.Jelaskan penyebab
terjadinya 6.Untuk mengurangi rasa
nyeri dengan memblok
nyeri
infuls nyeri.
6.Penatalaksanaan
obat analgetilc
1.
Agar
dapat
mengidenti-fikasikan
kebutuhan
pera-watan
dan pemberian as-kep
1.Kaji tingkat, lo- yang tepat.
kasi dan sifat
2. Perubahan tanda vital
nyeri
menunjukkan terjadinya
rangsangan nyeri.
2.
Nyeri b/d terputusnya
3. Dapat menunjukkan
2.Observasi
kontinuitas
jaringan
trauma
tanda-tanda vital. ada-nya
aki-bat ruptur perineum Nyeri
berlebihan/ komplikasi
ditandai dengan :
berkurang/hilang
yang
me-merlukan
dengan kriteria :
intervensi
lebih
lajut.
DS :
1. Klien
tidak 3.Observasi
keadaan
luka 4. Dapat mengurangi
Klien mengeluh
menge-luh
nyeri pada perineum
- Klien menyatakan
nyeri bila berjalan/
beraktifitas.
nyeri
perineum
2. Ekspresi
wajah ce-rah
3. Tanda
vital
dalam batas
normal.
teka-nan langsung pada
peri-neum.
5.
Meningkatkan
sirkulasi pada perineum,
T: 110-120/80mmHg
mening-katkan
Ekspresi wajah
4.Anjurkan untuk oksigenasi dan nutrisi
N: 80 x /menit
jaringan
meri-ngis
duduk
dengan pada
otot
gluteal menurunkan edema dan
meningkatkan
Nampak
luka S : 36 – 37 oC
terkon-traksi
penyembuhan.
heching pada perineum
1. Luka kering 5.Beri kompres
Klien
istirahat
panas
lembab
ditem-pat tidur.
(rendam
duduk
antara 38oC s/d 1. Dapat mengetahui
42oC selama 20 adanya kelainan pada
menit – setelah 24 proses eliminasi klien
jam pertama.
2. Dapat mempermudah
dalam pemberian intervensi
1. Kaji pola eliminasi BAB klien 3. Dapat memperlancar
metabolisme dalam usus
sehingga eliminasi lancar
DO :
2. Kaji penyebab
konstipasi klien
4. Dapat merangsang
peris-taltic usus sehingga
BAB lancar.
Gangguan
eliminasi
BAB konstipasi b/d penurunan peristaltic usus
ditandai dengan :
3. Anjurkan klien
untuk
makan
makanan
yang
berserat
4. Anjurkan klien 5. Akan merangsang dan
proses
untuk melaku-kan mempercepat
kreaktifitas ringan defekasi.
Klien
malas
bergerak
Eliminasi BAB terpe- dan ber-tahap
nuhi dengan criteria
5. Pentalaksanaan
- Klien belum BAB
1.
Membantu
selama 2 hari
- Klien telah BAB 1 pemberian
mengembang-kan
DS :
3.
DO :
x 2 /hari
dulcolaks sup
rencana
selanjutnya
perawatan
Peristaltic usus Peristaltik usus
kurang 3-4x/menit
nor-mal 5-35x/i
- Klien lebih banyak
istirahat.
Penimbunan ASI b/d
kurangnya rangsangan
pada priutary anterior
prolaksin ditandai dengan :
1. Kaji tingkat pengetahuan
dan
pengalaman klien
tentang menyusui 2. Agar lactasi lanar dan
sebelumnya.
terhindar dari kesulitan
saat menyusui
2.
Lakukan
perawa-tan buah 3. Untuk merangsang
dada
hor-mon prolaktif untuk
memproduksi ASI.
3. Anjurkan klien
untuk tetap menyusui
bayinya
walaupun
ASI 4. Posisi yang tepat dapat
tidak ada.
mencegah luka pada
putting susu dan anak
4. Ajarkan cara dapat menolak dengan
menyusui
yang baik
benar.
DS :
-
1. Untuk mengetahui
tanda/
gejala
awal
terjadinya infeksi
1. Kaji tanda2. Perubahan tanda vital
ASI dapat diproduksi tanda infeksi
dijadikan indicator adaASI / colostrum dengan criteria
nya proses peradangan
belum ada
ASI/ Colostrum
2.
Ukur
dan 3. Vulva yang kotor dan
- Payudara teraba ke- ada
obser-vasi tanda- lembab dapat dijadikan
ras/padat.
tempat berkembang biakPayudara tanda vital
nya kuman.
Kondisi payudara kenyal.
3. lakukan vulva
bengkak
hygiene
4. Bethadine membunuh
kuman dan mempercepat
proses penyembuhan
DO :
4.
5.
Untuk
mencegah
terkon-taminasinya
4. Bekerja dengan kuman pada klien
tehnik septik dan
anti septik
6. Untuk mempercepat
pro-ses
penyembuhan
5. Kompres luka luka atau mencegah
hecting
dengan infeksi
bethadine
6. HE kepada lien
untuk
menjaga 7. Dapat menghambat
personal hygi-ene pem-bentukan
dinding
sel
bakteri
dan
7.
membunuh
kuman
Penatalaksanaan patogen.
pemberian
antibiotik.
Resiko terjadi infeksi
puorperalis b/d luka
pada perineum ditandai
de-ngan :
DS :
- Nyeri pada daerah
pe-rineum
1.Dapat mengetahui dan
memudahkan
dalam
pem-berian
intervensi
selan-jutnya.
DO :
Nampak
luka
heacting pada perineum
1. Kaji tingkat pengetahuan klien 2.Agar
klien
dapat
tentang KB
mengerti dan bersedia
menjadi akseptor KB
3.agar
klien
dapat
Infeksi tidak terjadi
metode
2. HE tentang memilih
dengan kriteria
kontrasepsi yang sesuai,
man-faat KB
dan cocok untuk klien.
Luka nampak
kering
5.
- Tanda vital dalam 3. HE tentang metode kontrasepsi,
batas normal
keuntungan dan
- Tidak ada tanda- kerugiannya.
tanda infeksi
- Rubor
- Color
- Dolor
- Fungsilesia
- Vital Sign
T : 110/70 mmHg
S : 36.4 oC
N : 80 x /menit
D : 20 x /menit
Kurang
pengetahuan
ten-tang KB b/d kurang
informasi tentang KB
ditandai dengan
DS :
- Klien tidak pernah
menjadi akseptor KB.
DO :
Umur
G11P8A3
39
th,
Klien dapat mengerti
tentang KB dengan
kriteria
Ibu bersedia
men-jadi askeptor KB
setelah lepas masa
nifas.
6.
KONTRASEPSI “TUBEKTOMI”
Dahulu tubektomi dilakukan dengan jalan laparotomi atau pembedahan vaginal. Sekarang,
dengan alat-alat dan teknik baru, tindakan ini di selenggarakan secaara lebih ringan dan tidak
memerlukan perawatan di rumah sakit.
Dalam tahun-tahun terakhir ini tubektomi telah merupakan bagian yang penting dalam program
keluarga berencana di banyak Negara di dunia. Di Indonesia sejak tahun 1947 telah berdiri
perkumpulan yang sekarang bernama Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI), yang
membina perkembangan metode dengan operasi (M.O) atau kontrasepsi mantap secara sukarela,
tetapi secara resmi tubektomi tidak termasuk ke dalam program nasional keluarga berencana di
Indonesia.
Keuntungan tubektomi ialah:
1. Motivasi hanya dilakukan satu kali saja,sehingga tidak di perlukan motivasi berulangulang
2. Efektifitas hamper 100%
3. Tidak mempengaruhi libido seksualis
4. Kegagalan dari pihak pasien (patient’s failure) tidak ada.
Sehubungan dengan waktu melakukan metode dengan operasi, dapat dibedakan antara m.o
postpartum dan m.o dalam interval. Tubektomi postpartum dilakukan satu hari setelah partus.
Tindakan yang di lakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba Fallopii terdiri
atas pembedahan transbdominal seperti laparatomi, mini laparatomi, laparaskopi; serta
pembedahan transsevikal (trans-uterin), seperti penutupan lumen tuba histeroskopik.
Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba dengan bebagai macam
tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara Uchida, cara Kroener, cara Aldridge.
Pada cara Madlener tuba tidak dipotong. Di samping cara-cara tersebut di atas, penutupan tuba
dapat pula dilakukan dengan jalan kauterisasi tuba, penutupan tuba dengan clips, Falopering,
Yoon ring, dan lain-lain.
Indikasi metode dengan operasi (M.O)
Metode dengan operasi dewasa ini di jalankan atas dasar sukarela dalam rangka keluarga
berencana. Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel, walaupun
sekarang ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang akhirnya masih
menginginkan anak lagi dengan operasi rekanalisasi. Oleh karena itu, penutupan tuba hanya
dapat dikerjakan pada mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
Seminar Kuldoskopi Indonesia pertama di Jakarta (18-19 Desember 1972) mengambil
kesimpulan, sebaikanya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat-syarat
berikut:
1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
2. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup
3. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup
Pada umur konperensi khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia di medan (3-5
Juni 1976) dianjurkan pada umur antara 25-40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut:
1. Umur antara 25-30 tahun dengan 3 anak atau lebih
2. Umur antara 30-35 tahun dengan 2 anak atau lebih
3. Umur antara 35-40 tahun dengan 1 anak atau lebih
Umur suami hendaknya sekurang-kurangnya 30 tahun, kecuali apabila jumlah anak telah
melebihi jumlah yang diinginkan oleh pasangan itu.
Di bagian Obstetri/Ginekologi Fakultas Kedokteran USU/RSUPP Medan, berhubungan dengan
tingginya angka kematian perinatal dan bayi, serta pentingnya anak lelaki bagi beberapa suku di
Sumatra Utara, di gunsksn rumus 120 yang disesuaikan dengan persyaratan sterilisasi sukarela.
Dengan ini, syarat untuk sterilisasi ialah umur wanita x jumlah anak hidup dengan paling sedikit
1 anak laki-laki, harus tidak kurang dari 120, dengan umur wanita terendah 25 tahun. Rumus 120
tersebut, dewasa ini tidak begitu di pegang teguh lagi sehubungan dengan beratnya tekanan
pertumbuhan penduduk.
v Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba
Laparatomi
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna tubektomi. Di sini penutupan
tuba dijalankan sebagai tindakan tambahan apabila wanita yang perlu dilakukan seksio sesarea,
kadang-kadang tuba kanan dan kiri ditutup apabila tidak diinginkan bahwa ia hamil lagi.
Laparatomi postpartum
Laparatomi ini dilakukan satu hari postpartum. Keuntungannya ialah bahwa waktu perawatan
nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan pascaoperasi, dan oleh karena uterus masih
besar, cukup dilakukan sayatan kecil dekat fundus uteri untuk mencapai tuba kanan dan kiri.
Sayatan dilakukan dengan sayatan semi lunar (bulan sabit) di garis tengah distal dari pusat
dengan panjang kurang-lebih 3 cm dan penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengan cara
Pomeroy.
Minilaporotomiomi
Laporotomi mini dilakukan dalam masa interval. Sayatan yang dibuat di garis tengah di atas
simfisis sepanjang 3 cm sampai menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba dimasukkan alat
khusus (elevator uterus) ke dalam kavum uteri. Dengan bantuan alat ini uterus bilamana dalam
retrofleksi dijadikan letak antarfleksi dahulu dan kemudian didorong ke arah lubang sayatan.
Kemudian, dilakukan penutupan tuba dengan salah satu cara.
Laparaskopi
Mula-mula dipasangcunam serviks pada bibir depan porsio uteri, dengan maksud supaya kelak
dapat menggerakan uterus jika hal itu diperlukan pada waktu laparaskopi. Setelah dilakukan
persiapan seperlunya, dibuat sayatan kulit di bawah pusat sepanjang 1cm. Kemudian, di tempat
luka tersebut dilakukan pungssi sampai rongga peritoneum dengan jarum khusus (jarum Veres),
dan melalui jarum itu pneumoperitoneum dengan memasukan CO2 sebanyak 1 sampai 3 liter
dengan kecepatan rata-rata 1 liter per menit. Setelah pneumoperitoneum dirasa cukup, jarum
Veres dikeluarkan dan sebagai gantinya dimasukkan troika (dengan tabungnya). Sesudah itu,
troikar diangkat dan dimasukkan laparoskop melalui tabung. Untuk memudahkan penglihatan
uterus dan adneks, penderita diletakkan dalam posisi Trendelenburg dan uterus digerakkan
melalui cunam serviks pada porsio uteri. Kemudian, dengan cuman yang masuk dalam rongga
peritoneum besama-sama dengan laparoskop, tuba dijepit dan dilakukan penutupan tuba dengan
kauterisasi, atau dengan memasang pada tuba cincin Yoon atau cincin Falope atau clip Hulka.
Berhubungan pada kemungkinan komplikasi yang lebih besar pada kauterisasi, sekarang lebih
banyak digunakan cara-cara lain.
Kuldoskopi
Wanita ditempatkan pada posisi menungging (posisi genupektoral) dan setelah speculum
dimasukkan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uterus ditarik ke luar dan agak ke atas,
tampak kavum Douglasi mekar di antara ligamentum sakro-uterinum kanan dan kiri sebagai
tanda bahwa tidak ada perlekatan. Dilakukan pungsi dengan jarum Touhy di belakang uterus,
dan melalui jarum tersebut udara masuk dan usus-usus terdorong ke rongga perut. Setelah jarum
diangkat, lubang diperbesar, sehingga dapat dimasukkan kuldoskop. Melalui kuldoskop
dilakukan pengamatan adneksa dan dengan cunam khusus tuba dijepit dan ditarik ke luar untuk
dilakukan penutupannya dengan cara Pomeroy, cara Kroener, kauterisasi, atau pemasangan
cincin Falope.
v Cara penutupan tuba
Cara Madlener
Bagian tengah dari tuba diangkat dengan cunam Pean, sehingga terbentuk suatu lipatan terbuka.
Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat, dan selanjutnya dasar itu
diikat dengan benang yang tidak dapat diserap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotingan tuba.
Sekarang cara Madlener tidak dilakukan lagi oleh karena angka kegagalannya relatif tinggi, yaitu
1% sampai 3%.
Cara Pomeroy
Cara pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah dari tuba
sehingga membentuk lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang yang dapat
diserap, tuba di atas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap , maka ujung-ujung tuba
akhirnya terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0-0,4%.
Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap, ujung proksimal dari
tuba ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
Cara Aldrige
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal bersama-sama
dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.
Cara Uchida
Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (minilaparotomi) di atas
simfisis pubis. Kemudian di daerah ampulla tuba dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin
dalam air garam di bawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut
mengembung. Lalu, di buat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan
dari tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu
digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa,
sedangkan ujung yang distal dibiarkan berada di luar serosa. Luka sayatan dijahit secara kantong
tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.
Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan benang sutera
dibuat melalui bagian mesosalping di bawah fimbria. Jahitan ini diikat dua kali, satu
mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya.
Seluruh fimbria dipotong. Setelah pasti tidak ada pendarahan, maka tuba dikembalikan kedalam
rongga perut.
Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah sangat kecilnya
kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%.
{ Keuntungan Tubektomi
-
Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
-
Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
-
Tidak bergantung pada faktor senggama
-
Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risik kesehatan yang serius
-
Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local
-
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium)
{ Keterbatasan Tubektomi
Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan
kembali), kecuali dengan rekanalisasi
-
Klien dapat menyesal di kemudian hari
-
Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
-
Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi untuk proses
laparoskopi)
-
Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
{ Isu-Isu Klien
-
Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini
Informed consent harus diperoleh dan standard consent form harus ditanda-tangani oleh
klien sebelum prosedur dilakukan
{ Yang Perlu Dilakukan Tubektomi
-
Usia > 26 tahun
-
Paritas (jumlah anak) minimal 2 dengan umur anak terkecil > 2 thn
-
Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
-
Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
-
Pascapersalinan dan atau pasca keguguran
-
Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
{ Yang Tidak Boleh Dilakukan Tubektomi
-
Hamil
-
Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
-
Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
-
Tidak boleh menjalani proses pembedahan
-
Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
-
Belum memberikan persetujuan tertulis
{ Waktu dilakukan
-
Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak hamil
-
Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
Pascapersalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu,
laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan
saja)
Pascakeguguran; Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua (minilap
DAFTAR PUSTAKA
Bobak,dkk. 2004. Keperawatan maternitas. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan
dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Hamilton, C.Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC.
Kumala, Poppy. Et. Al. 2004. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Sylvia, dkk. 2006. Patofisiologi edisi 6. Jakarta : EGC.
Download