Bab I

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes menyebabkan
kerusakan jaringan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (Gustaviani, 2007).
Klasifikasi DM menurut ADA (2005) yaitu DM tipe 1 atau Insulin Dependent
Diabetes Melitus/IDDM (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolut), DM tipe 2 atau Insulin Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (bervariasi
mulai dari predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai
yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin), DM tipe lain
dan DM gestasional (Zhafiraaulia, 2010).
Meskipun kedua tipe DM (tipe 1 dan tipe 2) memiliki patogenik dan
karakteristik metabolik yang berlainan, komplikasi jangka panjang di pembuluh
darah, ginjal, mata dan saraf terjadi pada kedua tipe dan merupakan penyebab
morbiditas dan kematian akibat diabetes (Kumar et al, 2007). Sehingga penyakit
DM
memerlukan
perhatian
dan
perawatan
mencegah komplikasi maupun perawatan sakit.
1
medis yang cukup lama untuk
2
Diabetes merupakan ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21.
WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas
umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian,
pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono,
2007).
Menurut data WHO,
Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam
jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000
terdapat sekitar 5,6
juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Pada tahun 2006 diperkirakan
jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, baru
50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang
datang berobat teratur (Soegondo, 2005).
Pilar utama pengelolaan DM menurut Perkeni (2006) adalah edukasi,
perencanaan makan, latihan jasmani dan obat-obatan. Pada dasarnya, pengelolaan
DM dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan latihan jasmani yang cukup
selama beberapa waktu (2-4 minggu). Bila setelah itu kadar glukosa darah masih
belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan
intervensi farmakologik dengan obat-obat anti diabetes oral atau suntikan insulin
sesuai dengan indikasi (Shahab, 2006).
Diabetes tergolong penyakit menahun, bahkan tidak jarang pasien penderita
kencing manis bergantung obat sepanjang hidupnya. Pengobatan DM sendiri
membawa dampak ekonomi selain efek sampingnya. Oleh karena itu tidak heran
3
banyak penderita diabete melirik penggunaan tanaman obat untuk mengontrol kadar
gula dalam darahnya (Ekasari, 2011).
Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung
meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan
yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat (Katno & Pramono, 2008).
Obat tradisional dan
tanaman obat banyak digunakan masyarakat menengah ke
bawah terutama dalam upaya preventif, promotif dan rehabilitatif.
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah
mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia
dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien (Brunner & Suddarth, 2002).
Berdasarkan
Permenkes
148
tahun
2010
Nomor
HK.02.02/MENKES/148/1/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek, pada
pasal 8 ayat 3 disebutkan bahwa praktik keperawatan dapat dilaksanakan melalui
kegiatan salah satunya pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer. Hal ini
aloe vera dapat dikembangkan sebagai obat komplementer bagi pasien diabetes.
Seiring dengan terus meningkatnya jumlah penderita DM yang diimbangi
dengan meningkatnya keilmuan manusia telah diteliti beberapa tumbuhan obat yang
dapat berperan sebagai tumbuhan antidiabetika, diantaranya : bawang putih (Alium
sativum), pare atau paria (Momordica charantia, L) dan lain-lain (Widowati, 1997).
Dengan fenomena tumbuhan herbal sebagai antidiabetika, peneliti merasa perlu
4
mengetahui manfaat tumbuhan aloe vera terhadap penurunan kadar glukosa darah
pada model tikus diabetes.
Menurut UU/23 tahun 1992 Bab I ketentuan umum pasal 1 butir ke 7
menyebutkan
bahwa : “pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau
perawatan dengan cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu pada pengalaman dan
ketrampilan turun – menurun, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat”. Sedangkan pada butir ke 10 disebutkan bahwa : “ obat tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (UU
No 23 tahun 1992).
Menurut POM (2004) aloe vera termasuk golongan tanaman sebagai
antidiabetika dengan mekanisme kerja mempercepat keluarnya glukosa melalui
peningkatan metabolisme atau memasukkan kedalam deposit lemak. Proses ini
melibatkan pankreas untuk memproduksi insulin. Kandungan kimia dalam aloe
vera antara lain antrakinon, barbaloin, isobarbaloin, aloe emodin, aloenin, aloesin,
hidroksialoin, acemanan, asam salisilat, saponin, sterol, triterpenoid, juga mineral
K, Ca, Zn, Co, dan Cr, vitamin A, B6, B12, C, E, dan sebagainya. Aloe vera
mengandung
mannose-phosphate, beta-1,4acetylated mannan, glucomannans,
alprogen glucoprotein dan glucosylchromone yang diduga mengandung efek
hipoglikemik (Afaf et al, 2008).
5
Aloe vera jenis Barbadensis Miller aman dikonsumsi, karena mengandung 72
zat yang dibutuhkan oleh tubuh, diantaranya 18 macam asam amino, karbohidrat,
lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan zat golongan obat. Mengingat
kandungan yang lengkap, lidah buaya bukan hanya berguna menjaga kesehatan,
namun juga mengatasi berbagai penyakit, misalnya aloe vera juga mampu
menurunkan kadar glukosa darah pada diabetisi yang tidak tergantung insulin dalam
waktu 10 hari gula darah bisa normal (Freddy, 2006; dalam Purwakarta, 2006).
Aloe vera sebagai antihiperglikemia menyebabkan peningkatan insulin plasma.
Aktivitas antihiperglikemia dari ekstrak gel aloe vera tersebut karena aktivitas
insulogenik di pankreas. Pemberian gel ekstrak aloe vera merangsang sekresi insulin
dari sel beta dan atau regenerasi sel beta (Pari & Latha, 2002; cit Rajasekaran, 2006).
Menurut Rajasekaran et al (2004) pemberian gel aloe vera diberikan pada
tikus diabetes yang diinduksi STZ
didapatkan hasil signifikan menurunkan kadar
glukosa darah puasa, meningkatkan jumlah insulin plasma, menurunkan kadar
kolesterol, trigliserid, dan asam lemak bebas dalam plasma, hati dan ginjal.
Hewan percobaan diabetes mellitus dapat dibuat dengan salah satu cara
induksi senyawa kimia (diabetogenik) misalnya dengan
aloksan salah satunya.
Mekanisme aloksan sebagai diabetogenik diperantarai oleh oksidasi senyawa dengan
gugus –SH (sulfidril), penghambatan glukokinase, pembangkitan radikal bebas dan
gangguan homeostatision kalsium intraseluler (Nugroho, 2006).
Pada penelitian ini digunakan dosis aloksan 130 mg/kg bb atau 26 mg/200gr
intra peritoneal pada tikus strain wistar. Dosis ini efektif mengiduksi diabetes dan
6
bertahan sampai 20 hari atau lebih setelah injeksi aloksan ( Qomariah dan Sarto,
2011).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan
masalah penelitian yaitu :
1. Apakah ekstrak etanol aloe vera dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa
pada tikus strain wistar yang diinduksi aloksan?
2. Apakah ada hubungan antara makin tinggi dosis ekstrak etanol aloe vera makin
menurunkan kadar glukosa darah puasa pada tikus strain wistar yang diinduksi
aloksan?
3. Apakah ada hubungan makin lama pemberian ekstrak etanol aloe vera makin
rendah kadar glukosa darah puasa pada tikus strain wistar yang diinduksi aloksan?
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum mengkaji pengaruh pemberian ekstrak etanol aloe vera terhadap
kadar glukosa darah puasa pada tikus strain wistar yang diinduksi aloksan.
2. Tujuan Khusus
Mengukur perubahan kadar glukosa darah puasa yang terjadi sebelum dan
sesudah perlakuan diberikannya ekstrak etanol aloe vera pada tikus strain wistar
yang diinduksi aloksan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
7
Kegunaan dari penelitian ini untuk selanjutnya aloe vera dapat dikembangkan
sebagai agen non farmakologik pada DM.
2. Manfaat Praktis
Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi pasien diabetes mellitus dalam memanfaatkan aloe vera sebagai
salah satu obat herbal untuk mengobati penyakit DM, dikarenakan aloe vera mudah
didapat dan murah.
E. Penelitian Terkait
Penelitian yang terkait dengan penelitian ini antaralain:
1.
Devarajet al, 2009, Effect of Aloe vera Supplements in Patients with PreDiabetes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aloe vera secara signifikan
mampu meningkatkan kontrol glikemik pada pasien dengan pre diabetes dengan
nilai P value < 0,05. Setelasi suplementasi aloe vera didapatkan penurunan
kadar kolesterol LDL dan glukosa dan nilai fruktosamin.
2.
Kim et al, 2009, Hypoglycemic and hypolipidemic effects of processed Aloe vera
gel in a mouse model of non-insulin-dependent diabetes mellitus. Hasil penelitian
menunjukkan pemberian aloe vera gel signifikan menurunkan kadar gula darah
puasa pada tikus NIDDM (P<0,05).
3.
Perez et al, 2007, Effect of a Polyphenol-Rich Extract from Aloe Vera Gel on
Experimentally Induced Insulin Resistance in Mice. Hasil penelitian pemberian
poliphenol kaya ekstra aloe vera signifikan (P < 0,05) menurunkan kadar gula
darah pada tikus yang resistan terhadap insulin.
8
4.
Qomariah Nur., Sarto Mulyati., (2011), Optimasi Dosis Aloksan Untuk Induksi
Diabetes Menggunakan Hewan Model Tikus Putih Betina. Hasil penelitian dosis
aloksan 130 mg/kgbb signifikan (P0<0,05) efektif mengiduksi diabetes dan
bertahan sampai 20 hari atau lebih setelah injeksi aloksan.
5.
Rajasekaran et al, 2006, Beneficial Effects of Aloe Vera Leaf Gel extract on
Lipid Profile Status in Rats with Aloksan Diabetes. Hasil penelitian pemberian
ekstrak aloe vera signifikan menurunkan kadar gula darah puasa pada tikus
(P<0,05).
6.
Sujono dan Wahyuni, 2005, Pengaruh Decocta Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L)
Terhadap Kadar Glukosa Darah Kelinci Yang Dibebani Glukosa. Hasil
penelitian bahwa pemberian decocta lidah buaya segar konsentrasi 400 %b/v
mampu menurunkan secara bermakna (P < 0,05) kadar glukosa darah kelinci.
7.
Wuliyani, 2009, Pengaruh Jus Lidah Buaya (Aloe Chinensis Linn) Terhadap
Penurunan Kadar Gula darah pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Strain
Wistar. Hasilnya ada pengaruh pemberian jus lidah buaya terhadap penurunan
kadar gula darah.
8.
Dalam penelitian ini ditujukan untuk membuktikan kegunaan ekstrak etanol aloe
vera
terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa tikus yang diinduksi
aloksan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Definisi
Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner &
Suddarth, 2002). Kondisi tersebut bisa diakibatkan tubuh kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif.
DM adalah gangguan kronis metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Insufisiensi relatif atau absolut dalam respon sekretorik insulin, yang didefinisikan
menjadi gangguan pemakaian karbohidrat (glukosa) merupakan gambaran khas pada
diabetes mellitus, demikian juga hiperglikemia yang terjadi (Kumar et al, 2007)
Dalam diagnosis dan klasifikasi DM oleh Gustaviani (2007), menyatakan
bahwa DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terjadi karena sekresi insulin,
kerja insulin atau gabungan dari keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
menyebabkan
kerusakan
jaringan jangka panjang, disfungsi atau
kegagalan
beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
Tingginya kadar glukosa darah pada penderita diabetes disebabkan oleh
terganggunya organ pankreas sehingga hormon insulin yang dihasilkan jumlahnya
bisa sedikit bahkan tidak mencukupi untuk menurunkan kadar gula darah. Sebab
9
10
insulin disini berperan dalam mendorong glukosa darah ke sel tertentu untuk diubah
menjadi energi dan mengubah kelebihan glukosa darah menjadi glikogen yang
disimpan di hati dan otot sebagai timbunan energi (Abuaqila,2008).
Maulana (2008) mengemukakan bahwa penyakit DM juga disebut sebagai the
great imitator, yaitu penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan
menimbulkan berbagai keluhan.
Penyakit
ini timbul secara perlahan-lahan,
sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya.
Perubahan seperti, minum menjadi lebih banyak, buang air kecil
menjadi lebih
sering, dan berat badan yang terus menurun, berlangsung cukup lama dan biasanya
cenderung tidak diperhatikan, hingga seseorang pergi ke dokter dan memeriksakan
kadar glukosa darahnya.
2. Klasifikasi
a. DM yang tergantung insulin (IDDM atau DM Tipe I)
DM tipe I dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulaupulau
langerhans pankreas
sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe I adalah kesalahan
reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas
tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh (Maulana, 2008).
Diabetes bentuk ini terjadi akibat destruksi autoimun sel beta. Terdapat tiga
mekanisme yang saling terkait yang berperan dalam destriksi sel islet diantaranya :
kerentanan genetik, autoimunitas, dan gangguan lingkungan (Kumar et al, 2007).
11
Etiologi DM tipe 1 menurut Brunner & Suddart (2002) antara lain : faktorfaktor genetik, faktor imunologik dan faktor lingkungan eksternal yang dapat memicu
destruksi sel beta. Faktor genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Sembilan
puluh lima persen orang kulit putih
(Caucaisan) dengan diabetes tipe 1
memperlihatkan tipe HLA yang spesifik (DR3 dan DR4).
Faktor imunologik ini merupakan respons autoimun abnormal dimana
antibody
terarah
pada jaringan
normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Autoantibodi
terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen internal terdeteksi pada saat
diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis
diabetes tipe 1.
b. DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM atau Diabetes tipe II)
Menurut Brunner & Suddarth (2002) menyatakan bahwa pada diabetes tipe II
terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin
akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
12
Dua defek metabolik menandai diabetes tipe 2 adalah gangguan sekresi insulin
pada sel beta dan ketidakmampuan jaringan perifer berespons terhadap insulin
(resistensi
insulin).
Resistensi
insulin merupakan
faktor utama dalam
menimbulkan diabetes tipe 2 (Kumar et al, 2007).
Obesitas umumnya
merupakan
menyebabkan
gangguan kerja insulin, sehingga
faktor resiko pada diabetes tipe ini, sebagian besar pasien dengan
diabetes tipe II bertubuh gemuk (Katzung, 2002). Diabetes tipe II paling sering
terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas.
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan
progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi.
Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh-
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat
tinggi) (Brunner & Sudarth, 2002).
c. Diabetes Mellitus Gestasional
Menurut Suyono (2007) diabetes gestasional merupakan diabetes yang terjadi
selama
kehamilan. Angka kejadiannya meliputi 2-5 % dari seluruh diabetes.
Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila
tidak ditangani dengan benar.
Diabetes gestasional terjadi pada wanita
yang
tidak menderita diabetes
sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan sebagai akibat
sekresi hormon-hormon plasenta (Brunner & Suddarth, 2002).
13
d. Diabetes Mellitus tipe lain
Jenis ini sering ditemukan di daerah tropis dan negara berkembang. Bentuk
ini biasanya disebabkan oleh adanya malnutrisi disertai kekurangan protein yang
nyata. Diduga zat sianida yang terdapat pada cassava atau singkong yang
menjadi sumber karbohidrat dibeberapa kawasan di Asia dan Afrika berperan dalam
patogenesisnya (Suyono, 2007).
3. Penyebab
Penyebab pasti terjadinya diabetes mellitus sampai saat ini belum diketahui
dengan jelas. Diabetes tipe I mempunyai dasar adanya kelainan proses auto imun
yang
menyebabkan
kerusakan
sel
beta pada pankreas, namun mekanisme
terjadinya kelainan tersebut hingga saat ini juga belum jelas (Waspadji, 2007).
Maulana (2008) mengatakan ada beberapa faktor pemicu yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya diabetes mellitus, yaitu : a) genetik atau faktor
keturunan, b) Virus atau bakteri, virus penyebab DM diantaranya : rubella, mumps,
dan human coxsackie virus B4, c) bahan toksik atau beracun, diantaranya yang
dapat merusak sel beta secara langsung adalah aloksan, Pyrinuron (rodentisida),
dan streptozoctin (dari jenis jamur), d) nutrisi yang berlebihan sehingga menyebabkan
kegemukan (obesitas), e) kadar kortikosteroid yang tinggi, f) kehamilan diabetes
gestasional, g) obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
Faktor-faktor
penyebab diabetes diantaranya : a) keturunan, orang yang
memiliki historiy keluarga yang pernah mengalami diabetes memiliki resiko terkena
diabetes yang lebih tinggi, b) usia, semakin dewasa seseorang maka resikonya
14
terkena diabetes akan semakin tinggi, c) jenis kelamin, prevalensi wanita terkena
diabetes lebih tinggi dibandingkan prevalensi pada pria, d) obesitas, semakin besar
kelebihan berat badan maka prevalensi terganggunya kerja insulin akan semakin
besar, karena kelebihan lemak dapat menyebabkan gangguan kerja hormon insulin,
e) aktivitas fisik, semakin jarang kita melakukan aktivitas fisik maka gula yang
dikonsumsi juga akan semakin lama terpakai, akibatnya prevalensi peningkatan
kadar gula dalam darah juga akan semakin tinggi, f) pola makan, pola makanan
berlemak dan karbohidrat yang berlebihan akan meningkatkan resiko terkena
diabetes,
g) stress, merupakan
salah satu faktor pemicu meningkatnya resiko
diabetes
4. Gejala-gejala
Penyakit diabetes mellitus ditandai poliuria (banyak berkemih), polidipsia
(banyak minum), dan polifagia (banyak makan), walaupun banyak makan tetapi
berat
tubuh menurun, hiperglikemia, glikosuria, ketosis dan asidosis (Ganong,
1998).
5. Diagnosis
Menurut Gustaviani (2007), diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan
bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polifagia, polidipsia, dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin
dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada pasien wanita. Jika keluhan khas,
15
pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl juga
digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM,
hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat
untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan
pemastian lebih lanjut dengan
mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl,
kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes
toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan
≥ 200 mg/dl.
Tabel. 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa
Bukan DM
Belum pasti
DM
DM
Kadar Glukosa
Plasma Vena
< 110
110 – 199
≥ 200
Darah Sewaktu
Darah Kapiler
< 90
90 – 199
≥ 200
Plasma Vena
< 110
110 – 125
≥ 126
Darah Kapiler
< 90
90 – 109
≥ 110
(mg/d)
Kadar Glukosa
Darah
Puasa
(mg/dl)
Sumber : Gustaviani, 2007
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah
16
mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia
dan gangguan serius pola aktivitas pasien (Brunner & Suddarth, 2002).
Pilar utama pengelolaan DM menurut Konsensus Pengelolan dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia (2006) adalah edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani dan Intervensi farmakologis. Pengelolaan DM dimulai dengan
pengaturan
makan disertai dengan latihan jasmani yang cukup selama beberapa
waktu (2-4 minggu). Apabila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat
memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan intervensi
farmakologik dengan obat-obat
anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai
dengan indikasi.
a. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku
telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan
partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi
pasien dalam menuju
perubahan
perubahan perilaku. Untuk
perilaku, dibutuhkan
edukasi
yang
mencapai
keberhasilan
komprehensif dan
upaya
peningkatan motivasi.
b. Terapi gizi medis
Terapi gizi medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes
secara total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari
anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri).
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :
17
1) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65 % total asupan energi
2) Lemak dianjurkan sekitar 20-25 % kebutuhan kalori, tidak diperkenankan
melebihi 30 % total asupan energi
3) Protein dibutuhkan sebesar 10-20 % total asupan energi
4) Natrium, anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran
untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 607
g (1 sendok teh) garam dapur
5) Serat, seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan
mengkonsumsi serat dari kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber
karbohidrat yang tinggi serat dan bahan lain yang baik untuk kesehatan. Anjuran
konsumsi serat adalah ± 25g/1000 kkal/hari.
6) Pemanis alternatif, fruktosa tidak dianjurkan digunakan
pada
penyandang
diabetes karena efek samping pada lemak darah. Pemanis tidak bergizi termasuk
aspartam, sakarin, acesulfame potassium, sukralose, neotame. Pemanis aman
digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily Intake/ADI)
c. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit, merupakan salah satu pilar dalam
pengobatan DM tipe 2. Kegiatan
sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan (lihat tabel 2.2). Latihan
jasmani selain menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki
kendali
glukosa
18
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik
seperti : jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka
yang relative sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang
sudah mendapat komplikasi DM dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang
kurang gerak atau bermalas-malasan.
Tabel. 2.2 Aktivitas Fisik Sehari-hari
Kurangi Aktivitas
Misalnya : menggunakan internet, main
Hindari aktivitas sedenter
game komputer
Persering Aktivitas
Misalnya : jalan cepat, golf, olah otot,
Mengikuti olahraga rekreasi dan
bersepeda, sepak bola
beraktivitas fisik tinggi waktu liburan
Aktivitas Harian
Misalnya : berjalan kaki ke pasar (tidak
Kebiasaan bergaya hidup sehat
menggunakan
tangga
menemui
mobil),
(tidak
rekan
menggunakan
menggunakan
kerja
(tidak
lift),
hanya
melalui telepon internal), jalan dari parkir
Sumber : Perkeni, 2006
d. Intervensi farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.
1). Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasar cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan :
a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue); sulfoniluera dan glinid
19
1.1 Sulfonilurea : tolbutamida, klorpropamida, glibenklamida, gliklazida,
glipizida, glikidon dan glimepirida
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat
badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan
kepada pasien
dengan berat badan lebih.
Untuk menghindari
seperti
hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaan
orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang
nutrisi serta
penyakit kardivaskuler, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja
panjang.
1.2 Glinid
Glinid merupakan obat dengan cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan
penekanan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu : Repaglinid (derivat asam
benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat
setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati.
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin; metformin, tiazolidindion
Tiazolidindion
Tiazolidindion (rosigliatzon dan pioglitazon) berikatan pada Peroxisome
Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-ɣ), suatu reseptor inti di sel
otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi
insulin dengan meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindion
20
dikontraindikasikan pada pasien gagal jantung klas I-IV karena dapat
memperberat edema /resistensi cairan dan juga gangguan faal hati. Pada
pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal
hati secara berkala.
c. Penghambat glukoneogenesis ; metformin
Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis),
Terutama
di samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer.
dipakai
pada
penyandang
diabetes
gemuk.
Metformin
dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum
kreatinin > 1,5 mg/dl) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan
hipoksemia (misalnya penyakit serebro-vaskuler, sepsis, renjatan,gagal
jantung).
Metformin dapat
memberikan efek
mual, untuk mengurangi
keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan.
d. Penghambat absorbsi glukosa; penghambat glukosidase alfa (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus halus, sehingga
mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose
tidak menimbulkan efek samping yang
paling
sering ditemukan ialah
kembung dan flatulens.
Mekanisme OHO, efek samping utama, serta pengaruh obat terhadap
penurunan Hb-A1C dapat dilihat pada tabel 2.3, sedangkan nama obat, berat
21
bahan aktif (mg) per tablet, dosis harian, lama kerja, dan waktu pemberian
dapat dilihat pada tabel 2.4.
Cara pemberian OHO, terdiri dari :
a. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai
respons, kadar glukosa darah, dapat diberikan dosis hampir maksimal
b. Sulfonilurea generasi I dan II : 15-30 menit sebelum makan
c. Glimepirid : sebelum/sesaat sebelum makan
d. Repaglinid, Nateglinid : sesaat/sebelum makan
e. Metformin : sebelum/pada saat/sesudah makan
f. Penghambat glukosidase α (Acarbose) : bersama makan suapan pertama
g. Tiazolidindion : tidak tergantung pada jadwal makan.
2). Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
a. Penurunan berat badan yang cepat
b. Hiperglikemia berat disertai ketosis
c. Ketoasidosis diabetik
d. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
e. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
f. Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
g. Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
h. Kehamilan dengan DM/diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perncanaan makan
22
i. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
j. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Jenis dan lama kerja insulin
Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi 4 jenis, yaitu :
a. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
b. Insulin kerja pendek (short acting insulin)
c. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
d. Insulin kerja panjang (long acting insulin)
Tabel 2.3. Mekanisme kerja, efek samping utama dan pengaruh terhadap
penurunan Hb-A1C (Hb-glikosilat)
Nama Obat
Cara kerja utama
Sufonilurea
Meningkatkan sekresi insulin
Glinid
Meningkatkan sekersi insulin
Metformin
Menekan produksi glukosa hati
dan menambah sensitivitas
terhadap insulin
Menghambat absorbsi glukosa
Penghambat
glukosidase alfa
Tiazolidindion
Insulin
Efek samping
utama
BB naik,
hipoglikemia
BB naik,
Hipoglikemia
Diar, dispepsia,
asidosis laktat
Flatulens, tinja
lembek
Edema
Menambah sensitivitas
terhadap insulin
Menekan produksi glukosa hati, Hipoglikemia,
stimulasi pemanfaatan glukosa BB naik
Sumber : Perkeni 2006
Penurunan
A1C
1,5-2%
?
1,5-2%
0,5-1,0%
1,3%
Potensial
sampai
normal
23
Tabel 2.4. Obat Hipoglikemik Oral
Golongan
Generik
Nama
Mg/tab
Dagang
Dosis
Lama
Frek
harian
Kerja
/
(mg)
(jam)
hari
Waktu
Klorpropamid
Diabenase
100 – 250
100-500
24-36
1
Glibenklamid
Daonil
2,5 – 5
2,5-15
12-24
1-2
Miniab
5 – 10
5-20
10-16
1-2
Glucotrol-
5 – 10
5-20
12-16**
1
Diamicron
80
80-320
10-20
1-2
Diamicron-
30
30-120
24
1
Glurenom
30
30-120
6-8
2-3
Amaryl
1,2,3,4
0,5-6
24
1
Gluvas
1,2,3,4
1-6
24
1
Amadiab
1,2,3,4
1-6
24
1
Metrix
1,2,3,4
1-6
24
1
Repaglinid
NovoNorm
0,5,1,2
1,5-6
-
3
Nateglinid
Starlix
120
360
-
3
Rosiglitazon
Avandia
4
4-8
24
1
Tidak
Pioglitazon
Actos
15,30
15-45
24
1
tergantung
Deculin
15,30
15-45
24
1
jadwal
Glipizid
XL
Sulfonilurea
Glikazid
MR
Glikuidon
Glimepirid
Glinid
Tiazolidindio
n
Sebelum
makan
makan
Penghambat
Acarbose
Glucobay
50 – 100
100-300
3
Glukosidase α
Bersama
suapan
pertama
Biguanid
Metformin
Glucophag
500-850
250-
6-8
1-3
Bersama/
24
e
Glumin
3000
500
500-
sesudah
6-8
2-3
24
1
12-24
1-2
makan
3000
Metformin
Glucophag
XR
e-XR
500-750
Glumin-XR 500
5002000
Metformin +
Glucovance 250/1,25
Glibenklamid
Total
Bersama /
500/2,5
glibencla
sesudah
500/5
mid
makan
20mg/ha
ri
Obat
Rosiglitazon
Avandame
2mg/500mg 8mg/200
+ Metformin
nt
4mg/500mg 0mg
2
-
2
24
1
(dosis
Kombinasi
Tetap
12
maks)
Glimepirid +
Amaryl-
1mg/250mg 2mg/500
Metformin
Met FDC*
2mg/500mg mg
4mg/100
0mg
Rosiglitazon
Avandaryl* 4mg/1mg
8mg/4m
+ Glimepirid
4mg/2mg
g (dosis
sesudah
4mg/4mg
maks)
makan
Sumber : Perkeni 2006
Bersama /
25
7. Komplikasi
Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun.
Penyulit akut : ketosis diabetik, hiperosmolar non ketotik, hipoglikemia dan penyulit
menahun : makroangiopati dan mikroangiopati (Perkeni, 2006).
Komplikasi-komplikasi pada diabetes mellitus dapat dibagi menjadi: 1)
kompliksai metabolit akut, seperti ketoasidosis diabetik
hiperosmolaritas (Silnernagl dan Lang, 2006);
dan
hiperglkemia,
2) komplikasi vaskular jangka
panjang, melibatkan pembuluh-pembuluh kecil (mikroangiopati), dan pembuluhpembuluh sedang dan
besar (makroangiopati). Mikroangiopati merupakan
lesi
spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopatidiabetik),
glomerulus
ginjal
(nefropatidiabetik),
otot-otot dan
kulit. Makroangiopati
diabetik mempunyai gambaran histopatologi berupa aterosklerosis (Price dan
Wilson,1995).
Gejala lainnya adalah berupa impotensi, infeks stafilokok pada kulit dan
keluhan claudicatio ditungkai yang berciri kejang-kejang sangat nyeri di betis
setelah berjalan beberapa meter. Infark jantung dapat juga terjadi akibat dinding
arteri timbul benjolan-benjolan yang mengganggu sirkulasi darah (Tjay dan
Rahardja, 2002).
8. Fisiologi Insulin Normal
Insulin diperlukan untuk : (1) pengangkutan glukosa dan asam amino melewati
membran, (2) pembentukan glikogen dalam hati dan otot rangka, (3) perubahan
26
glukosa menjadi trigliserida, (4) sintesis asam nukleat, dan (5) sintesis protein.
Insulin berinteraksi dengan sel
insulin. Reseptor
sasarannya mula-mula berikatan dengan reseptor
insulin adalah suatu tirosin kinase yang memicu sejumlah
respon intrasel yang mempengaruhi jalur metabolisme. Salah satu respon dini
yang penting terhadap insulin adalah translokasi glucose transport unit (GLUTs,
yang memiliki banyak tipe spesifik-jaringan)
dari aparatus Golgi ke membran
plasma, yang mempermudah penyerapan glukosa oleh sel. Sehingga hasil utama
kerja insulin adalah dibersihkannya glukosa dari sirkulasi kedalam sel (Kumar et al,
2007).
B. Aloe vera / lidah buaya
Gambar lidah buaya (aloe vera)
Asal mula aloe vera diduga dari Kepulauan Canary, barat Afrika. Nama Aloe
vera sendiri berasal dari bahasa Arab “aloeh” yang artinya zat pahit yang mengilap.
Tanaman aloe vera masuk ke Indonesia karena dibawa petani Cina pada abad ke-17.
Salah satu jenis tanaman aloe vera yang unggul di Indonesia adalah jenis yang
27
tumbuh
di Pontianak, Kalimantan Barat, yaitu A vera barbadensis dan A vera
sinensis (Erlin, 2007; dalam Vinosa 2007).
Aloe vera adalah salah satu tanaman obat yang berkhasiat menyembuhkan
berbagai penyakit. Tanaman ini sudah digunakan bangsa Samaria sekitar tahun 1875
SM. Selain menyuburkan rambut,
aloe
vera juga dikenal berkhasiat untuk
mengobati sejumlah penyakit. Di antaranya diabetes melitus dan serangan jantung
(Purwakarta, 2006 ).
Pemanfaatan dan ekplorasi aloe vera di Indonesia masih jauh tertinggal
dibandingkan negara-negara Barat yang mendatangkan aloe vera dari Afrika serta
negara tropis lainnya. Di Barat, aloe vera digunakan untuk bahan kosmetik dan
produk makanan-minuman. Sebagai suplemen kesehatan, aloe vera juga dijadikan
cairan ekstrak, kapsul, hingga tepung (Erlin, 2007; dalamVinosa,2007).
Aloe vera digunakan dalam kosmetik, makanan, dan industri farmasi. Dalam
industry kosmetik dan toilet, digunakan sebagai bahan dasar untuk pelembab kulit,
sabun, shampoo, lotion matahari, krim make up, parfum, krim cukur, alat bantu
mandi, dan banyak produk lainnya (Eshun & He2004; Boudreau & Beland, 2006,
cit Foster et al 2011).
1 Kandungan aloe vera
Tanaman aloe vera mengandung dua jenis cairan, yakni cairan bening seperti
jeli dan cairan berwarna kekuningan yang mengandung
aloin. Gel aloe vera
diperoleh dengan membelah batang aloe vera. Jeli mengandung zat antibakteri dan
28
anti jamur yang dapat menstimulasi fibroblast, yaitu sel-sel kulit yang berfungsi
menyembuhkan luka (Astawan, 2008).
Aloe vera jenis Barbadensis Miller aman dikonsumsi, karena mengandung 72
zat yang dibutuhkan oleh tubuh, diantaranya 18 macam asam amino, karbohidrat,
lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan zat golongan obat. Mengingat
kandungan yang lengkap, aloe vera bukan hanya berguna menjaga kesehatan, tapi
juga mengatasi berbagai penyakit, misalnya aloe vera juga mampu menurunkan
kadar gula darah pada diabetisi yang tidak tergantung insulin dalam waktu 10 hari
gula darah bisa normal (Freddy, 2006; Purwakarta, 2006).
Jumlah asam amino, vitamin, enzim, anthraquinone, dan unsur lainnya tidak
terdapat dalam jumlah besar, tetapi karena digabungkan menjadi satu, membuahkan
hasil yang menakjubkan. Hal ini disebabkan unsur yang terdapat di dalam aloe
vera ini menstimulasi macropage di dalam tubuh. Macropage adalah salah satu sel
darah yang mengendalikan system kekebalan tubuh (Furnawanthi, 2004).
Aloe vera diyakini sangat mujarab karena mengandung salisilat, yaitu zat
peredam
sakit dan anti
berwarna kekuningan
bengkak yang juga terdapat dalam aspirin. Cairan
mengandung
aloin berasal dari lateks
yang terdapat di
bagian luar kulit lidah buaya. Cairan ini tidak sama dengan jeli aloe vera,
dianggap cukup aman dan banyak manfaat sebagai obat pencahar komersial
(Furnawanthi, 2004).
29
2. Manfaat dan Khasiat Aloe Vera
Daun Aloe vera L mengandung lemak tak jenuh Arachidonic acid dan
Phosphatidylcholine dalam jumlah relatif besar (Furnawanti, 2002). Daun dan akar
mengandung
saponin dan flavonoid, disamping
itu daunnya juga mengandung
tannin dan polifenol. Kandungan yang lain barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin,
aloenin,
aloesin,
aloin, aloeemodin, antrakinon, resin, polisakarida kromium,
inositol (Duke, 2002; dalam Sujono, 2005).
Anthroquinone dan anthrone dalam
lateks aloe dapat menghasilkan efek
laksatif melalui peningkatan gerak peristaltic kolon. Gel aloe vera mengandung
mannose-phosphate,
glucoprotein
dan
beta-1,4 acetylated mannan, glucomannans,
glucosylchromone
yang
alprogen
diduga mengandung efek
hipoglikemik (Afaf et al, 2008).
Menurut Rajasekaran et al (2004) pemberian gel aloe vera diberikan pada
tikus diabetes yang di induksi STZ
didapatkan hasil signifikan menurunkan
kadar glukosa darah puasa, meningkatkan jumlah insulin plasma, menurunkan
kadar kolesterol, trigliserid, dan asam lemak bebas dalam plasma, hati dan ginjal.
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Kim et al (2009)
melaporkan
efek
antidiabetik dari gel aloe vera yang diberikan per oral pada tikus yang di induksi diet
obesitas signifikan menurunkan insulin plasma, dan penurunan tingkat trigliserid
pada hati dan plasma tikus.
Aloe vera sebagai antihiperglikemia dikaitkan aktivitas insulogenik ekstrak
gel dengan merangsang sekresi insulin dari sel beta dan atau regenerasi sel beta(Pari
30
& Latha, 2002; Rajasekaran et al, 2006; Ramachandraiahgari et al, 2012). Penelitian
terkait yang dilakukan Jafri (2011) didapatkan hasil pemberian ekstrak aloe vera
signifikan menurunkan kadar glukosa darah, dengan menstimulasi sel beta pankreas
meningkatkan pelepasan insulin atau melalui mekanisme lain yang melibatkan
penggunaan glukosa.
Pada penelitian oleh Rajasekaran (2005); cit Jones (2007) studi klinis pasien
diabetes dan hewan menunjukkan bahwa dengan pemberian aloe vera mampu
menurunkan kadar glukosa darah dan trigliserid plasma, serta menurunkan gejala
skunder diabetes berkaitan dengan stres oksidatif. Hal ini menunjukkan bahwa gel
aloe vera signifikan menurunkan stres oksidatif, dengan mengaktifkan sistem
antioksidan endogen, dan melalui kandungan antioksidan yang ada dalam gel aloe
vera.
Antioksidan pada aloe vera diantaranya glutathione aktivitas peroxidise,
enzim superoksida dismutase dan fenolik, yang bertanggung jawab untuk efek
antioksidan (Hamman, 2008). Pemberian aloe vera meningkatkan aktivitas
superoksida dismutase dan catalase.
Pemberian ekstrak aloe vera meningkatkan aktivitas enzim antioksidan
SOD (superoksida dismutase) dan CAT (catalase) pada tikus diabetes.
Hasil
aktivitas SOD dan CAT dalam kandungan aloe vera terhadap aktivitas radikal
bebas akan menimbulkan reaksi menguntungkan dengan melawan perubahan
patologis
yang
diakibatkan oleh ROS (Reactive Oxygen Species). Pada tikus
diabetes yang diberi dengan ekstrak
etanol aloe vera signifikan meningkatkan
31
enzim. Hal ini mencerminkan potensi antioksidan dari ekstrak etanol aloe vera dapat
menurunkan kadar glukosa darah dengan cara mencegah glikasi dan inaktivasi
enzim (Ramachandraiahgari et al, 2012).
Enzim SOD dapat mencegah terjadinya reaksi antara O2-
dengan
NO-
yang dapat menghasilkan ONOO- yang merupakan radikal bebas sangat toksik.
Dengan meningkatnya aktivitas SOD, meningkat pula jumlah H2O2 sebagai
konsekuensinya. Namun hal ini tidak menjadi
suatu
masalah,
karena GPx
(glutation) dan catalase akan bertindak menetralisir H2O2 menjadi air (H2O). Hal
ini yang menyebabkan konsentrasi intraseluler H2O2 lebih stabil dan mencegah
kemungkinan berubah menjadi OH- yang sangat berbahaya
pankreas. Jika senyawa
radikal bebas dapat
bagi sel-sel beta
dicegah maka sel beta dapat
memproduksi insulin untuk menjaga konsentrasi kadar glukosa darah agar tidak
mengalami perubahan (Reiter et al, 2006; dalam Wardhana, 2010).
Pemberian antioksidan dan komponen senyawa polifenol menunjukkan
dapat menangkap radikal bebas, mengurangi stres oksidatif, menurunkan ekspresi
TNF-α. Senyawa fitokimia ternyata mampu memanipulasi dengan berbagai
mekanisme sehingga dapat mengurangi komplikasi diabetes melalui pengurangan
stres oksidatif, ROS dan TNF-α (Tiwari, 2002; dalam Widowati, 2008).
Menurut Wahjono dan Koesnandar (2002) bahwa salah satu zat yang
terkandung
pada
tanaman
aloe vera
bernama aloe emodin. Aloe emodin
merupakan sejenis senyawa organik dari golongan antrokuinon yang fungsinya dapat
32
mengaktivasi jenjang sinyal insulin seperti penyerap insulin-beta -substrat 1,
fosfatidil inositol-3 kinase dan meningkatkan laju sintesis glikogen dengan cara
menghambat glikogen sintase kinase 3 beta.
Bagian-bagian dari tanaman aloe vera yang umum dimanfaatkan adalah : (a)
daun, yang dapat digunakan langsung, baik secara tradisional maupun dalam bentuk
ekstrak, (b) eksudat (getah daun yang keluar bila dipotong, berasa pahit dan kental),
secara tradisional biasanya digunakan langsung untuk pemeliharaan rambut,
penyembuhan luka, dan sebagainya, (c) gel (bagian berlendir yang diperoleh dengan
menyayat bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan), bersifat mendinginkan
dan mudah rusak karena oksidasi, sehingga dibutuhkan proses pengolahan lebih
lanjut agar diperoleh gel yang stabil dan tahan lama (Sudarto, 2007).
Manfaat aloe vera beragam disebabkan kandungan bahan aktif yang
dimiliknya, seperti terlihat tabel 2.5
Tabel. 2.5 Kandungan Aloe vera dan manfaatnya
Zat
Kegunaan
Lignin
Mempunyai
yang
tinggi,
kemampuan
sehingga
penyerapan
memudahkan
peresapan gel ke kulit
Saponin
-
Mempunyai kemampuan membersihkan
dan bersifat antiseptik.
-
Sebagai bahan pencuci yang sangat baik
Komplek Anthraquinone aloin, barbaloin, Bahan laksatif.
iso-barbaloin, anthranol, aloe emodin, Penghilang rasa sakit, mengurangi racun.
33
anthrancene, aloetic acid, ester asam Senyawa antibakteri.
sinamat, asam krisophanat, eteral oil, Mempunyai kandungan antibiotik.
resistanol
Vitamin B1, B2, niacinamida, B6, cholin, Bahan penting untuk menjalankan fungsi
asam folat
Mono
dan
glukosa,
tubuh secara normal dan sehat.
polisakarida,
mannose,
selulosa, Memenuhi
kebutuhan
metabolisme
aldopentosa, tubuh. Berfungsi untuk memproduksi
rhamnosa
mucopolisakarida
Sumber, Furnawanthi, 2004
3. Cara meramu aloe verauntuk menurunkan kadarglukosadarah
Cara meramu aloe vera untuk menurunkan kadarglukoa darah, yaitu satu
pelepah aloe vera ukuran
besar (kira-kira seukuran telapak tangan) dibersihkan
terlebih dahulu dengan mengupas kulit dan durinya. Kemudian rendam sekitar 30
menit dalam air garam dengan takaran 1 sendok makan garam dapur biasa yang
dicampur 1 liter air. Selanjutnya remas sebentar secara perlahan lalu bilas dengan
air yang mengalir (air kran). Kemudian rebus dengan 3 gelas air hingga mendidih.
Lalu didinginkan dan diminum sebanyak setengah gelas 2 sampai 3 kali sehari
selama 10 hari berturut-turut.
C.
Aloksan
Aloksan (2,4,5,6- tetraoksipirimidin; 5,6-dioksiurasil) merupakan
senyawa
hidrofilik dan tidak stabil. Waktu paro pada suhu 37°C dan pH netral adalah 1,5menit
dan bias lebih lama pada suhu yang lebih rendah. Sebagai diabetogenik, aloksan
dapat digunakan secara intravena, intraperitoneal dan subkutan. Dosis intravena
34
yang digunakan biasanya 65mg/kgBB, dosis intraperitoneal dan subkutan adalah
2-3kalinya (Szkudelski, 2001).
Meningkatnya kadar glukosa darah pada pemberian aloksan melalui dua
mekanisme yang berbeda. Mekanisme pertama yaitu aloksan secara selektif
menghambat sekresi insulin yang di induksi oleh glukosa melalui penghambatan
spesifik pada glukokinase yang merupakan sensor glukosa dari sel β pankreas.
Mekanisme kedua yaitu melalui kemampuan aloksan menginduksi pembentukan
Reactive oxygen Species (ROS) yang menghasilkan nekrosis selektif dari sel β
pankreas (Lenzen, 2008).
Hiperglikemia akan memperburuk dan memperparah pembentukan ROS
melalui beberapa mekanisme. ROS akan meningkatkan pembentukan ekspresi
Tumour necrosis factor-α (TNF- α) dan memperparah stres oksidatif. TNF- α dapat
mengakibatkan
phosphorylation)
resistensi
dari
insulin
reseptor
melalui
penurunan
insulin, perubahan
autofosforilasi
(auto-
reseptor insulin substrat1
menjadi inhibitor insuline reseptor tyrosine kinase activity, penurunan insulinesensitive glucose transporter (GLUT-4) meningkatkan
sirkulasi asam lemak,
merubah fungsi sel β, meningkatkan trigliserida dan menurunkan kadar HDL
(Tiwaro, 2002; dalam Widowati, 2008).
Stress oksidatif pada penderita diabetes akan meningkatkan pembentukan
ROS di dalam
mitokondria yang akan
mengakibatkan
berbagai
kerusakan
oksidatif berupa komplikasi diabetes dan akan memperparah kondisi penderita
diabetes. Untuk
mencegah
kondisi
tersebut perlu menormalkan ROS
di
35
mitokondria untuk mencegah kerusakan oksidatif (Tiwaro, 2002; dalam Widowati,
2008).
Setelah pemberian aloksan akan terjadi beberapa perubahan kadar glukosa
darah yang berfluktuasi. Fase pertama akan terjadi hiperglikemia dalam waktu
30 menit setelah
pemberian
aloksan. Fase ke dua dimulai peningkatan kadar
glukosa darah dan penurunan dari kadar insulin plasma, sekitar 1 jam setelah
pemberian aloksan dan bertahan kurang lebih 2-4 jam. Fase selanjutnya terjadi
hipoglikemia kembali, biasanya terjadi 4 – 8 jam setelah pemberian dan bertahan
sampai beberapa jam. Fase terakhir terjadi hiperglikemia diabetikum, terlihat
pada 12 – 48 jam setelah pemberian (Lenzen, 2008, cit Rohilla 2012).
Aloksan dapat membangkitkan reactive oxygen species (ROS) yang hasil
reduksinya berupa asam dialurik. Asam dialurik ini akan mengalami siklus redoks
dan
membentuk
menjadi
radikal superoksida. Kemudian
radikal
ini akan
dismutase
hidrogen peroksida (H2O2) dan pada tahap akhir mengalami reaksi
katalisasi besi (reksi fenton) membentuk radikal hidroksil yang
sangat reaktif.
Radikal hidroksil yang sangat reaktif inilah yang berperan terhadap kerusakan
sel beta (Szkudelski, 2001).
Faktor
lain selain pembentukan oksigen
reaktif adalah gangguan pada
homeostatis kalsium intraseluler. Aloksan dapat meningkatkan konsentrasi ion
kalsium bebas sitosolik pada sel β langerhans pankreas. Efek tersebut diikuti oleh
beberapa kejadian: influx kalsium dari cairan ekstraseluler, mobilisasi kalsium dari
36
simpanannya secara berlebihan, dan eliminasinya yang terbatas dari sitoplasma.
Influks kalsium akibat aloksan
tersebut
mengakibatkan depolarisasi sel β
Langerhans, lebih lanjut membuka kanal kalsium
tergantung voltase dan
semakin
Pada
menambah masuknya ion kalsium ke sel.
kondisi
tersebut,
konsentrasi insulin meningkat sangat cepat, dan secara signifikan mengakibatkan
gangguan pada sensitivitas insulin perifer dalam waktu singkat. Selain kedua faktor
tersebut di atas, aloksan juga diduga berperan dalam penghambatan glukokinase
dalam proses metabolisme energi (Szkudelski, 2001, dalam Nugroho, 2006).
Aloksan
merupakan
diabetogenik terkenal yang umum digunakan pada
induksi diabetes tipe 2 pada hewan (Viana et al 2004; cit Etuk, 2010). Pemberian
aloksan dengan berbagai dosis akan memberikan hasil yang berbeda berdasar
keparahan penyakit. Glukosa darah puasa misal pada kelinci dengan diabetes
sedang gula darah puasa 180-250 mg/dl dan yang berat > 250 mg/dl (Huralikuppi,
1991; cit Etuk 2010).
Kadar
glukosa
puasa yang
direkomendasikan dalam
pengujian obat pada hewan uji DM tipe 2 adalah diabetes sedang dengan
didapatkan kadar glukosa puasa sekitar 180-250 mg/dl (Williamson et al 1996; cit
Etuk 2010).
Pemberian aloksan dan STZ diketahui dapat menghasilkan diabetes secara
selektif menghancurkan sel beta pankreas. Hewan model percobaan NIDDM
dapat dibuat dengan obat ini dengan memanipulasi dosis dan waktu pemberian
untuk merusak sebagian sel beta pankreas ( Portha et al. 1989; Beppu et al. 1993
Serradas et al. 1991 cit Kim et al. 2009).
37
D. Kerangka Teori
Penatalaksanaan DM :
1. Penyuluhan
2. Diet
Terkontrol
3. Latihan Fisik
Faktor risiko :
4. Terapi farmakologi :
1. Keturunan
a. OHO
2. Jenis kelamin
b. Insulin
1. Akut
3. Usia
a. Ketoasidosis diabetik
4. Kegemukan
5. Stress
Tidak terkontrol komplikasi :
DM
b. Hiperosmolar non ketotik
c. Hipoglikemia
6. Pola makan
2. Menahun
7. Kurang aktivitas
a. Makroangiopati
Terapi herbal :
Aloe vera
b. Mikroangiopati
c. Neuropati
38
E. Kerangka Konsep
Pemberian ekstrak
etanol aloe vera
Perubahan Glukosa darah
Puasa :
Tikus galur wistar di
induksi aloksan
a. Naik ?
b. Tetap ?
c. Turun ?
------------ : tidak diteliti
________ : diteliti
F. Hipotesis
1. Ekstrak etanol aloe vera menurunkan kadar glukosa darah puasa pada tikus
strain wistar yang diinduksi aloksan.
2. Semakin tinggi dosis ekstrak etanol aloe vera` yang diberikan pada tikus
strain wistar yang diinduksi aloksan semakin menurunkan kadar glukosa
darah puasa.
39
3. Semakin lama pemberian ekstrak etanol aloe vera yang diberikan pada
tikus
strain
wistar yang
glukosa darah puasa.
diinduksi aloksan semakin menurunkan kadar
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian eksperimen murni karena dalam desain ini peneliti dapat
mengontrol semua variabel
luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen
(Sugiyono, 2011). Dalam desain ini semua kelompok dipilih secara random dengan
pretest – posttest control group design terhadap tikus putih jantan galur wistar.
Pengambilan sampel
dengan random sampling dan sesuai dengan
kriteria inklusi penelitian. Sampel terdiri dari 33 ekor tikus jantan galur wistar
usia 3 bulan dengan berat badan 150-250 gram yang dibagi menjadi 5 kelompok,
yaitu K1: kelompok kontrol negatif hanya diberi pelet dan air putih selama
penelitian berlangsung, K2: kelompok kontrol positif dengan diinduksi aloksan
tanpa pemberian ekstrak etanol aloe vera, K3: k e l o m p o k p e r l a k u a n diberi
ekstrak etanol aloe vera dosis I (150mg/kgBB/hr) selama 14 hari setelah diinduksi
aloksan dan terjadi hiperglikemi, K4 yang diberi ekstrak etanol aloe vera dosis II
(300mg/kgBB/hr)
selama 14 hari
setelah
diinduksi aloksan
dan terjadi
hiperglikemi, K5 yang diberi ekstrak etanol aloe vera dosis III (600mg/kgBB/hr)
selama 14 hari setelah diinduksi aloksan dan terjadi hiperglikemi. Sebelum diinduksi
aloksan, serta sebelum dan sesudah perlakuan pemberian ekstrak etanol aloe vera
40
41
dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa tikus. Kadar glukosa darah puasa
pada tikus diperiksa pada hari ke 7, 10, 17 dan 24.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah tikus putih jantan galur
wistar yang diperoleh dari laboratorium FK UMY.
2. Sampel
a. Pengambilan sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006).
Teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan teknik
random. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang
digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil
secara random dari populasi tertentu (Sugiyono, 2011). Pengambilan
sampel dengan cara random dari 33 tikus yang diambil kemudian
dikelompokkan menjadi 5 kelompok.
b. Dalam pengambilan sampel yang digunakan tikus putih (strain wistar)
jantan berumur 3 bulan dg BB 150-250 gr sebanyak 25 ekor. Sampel
dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok.
c. Kriteria sampel
1. Kriteria inklusi :
Menurut Sastroasmoro (2006), kriteria inklusi adalah karakteristik
umum subyek penelitian pada populasi target dan pada populasi
42
terjangkau. Sedangkan menurut Nursalam (2003) kriteria inklusi
adalah
karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteia inklusi pada
penelitian ini : (1) subyek peneletian adalah tikus putih (strain wistar)
jantan, (2) berjenis kelamin jantan, (3) berumur 3 bln, (4) berat
badan berkisar 150-250 gr.
2. Kriteria eksklusi :
Menurut Nursalam (2003) kriteria eksklusi adalah
pada subyek
penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian. Penelitian ini kriteria eksklusi yang
ditegakkan adalah : tikus sakit sebelum perlakuan, tikus mati selama
perlakuan.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian
ini dilaksanakan di Laboratorium FK UMY selama 24 hari.
Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan di LPPT UGM.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Juni s/d 27 Juni 2013.
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas : Ekstrak etanol aloe vera yang dibuat ekstrak etanol 70 %
dengan tiga dosis
43
Variabel tergantung : kadar glukosa darah
puasa
pada
masing-masing
subyek
Varaiabel terkendali :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Berat badan
d. Tempat penelitian
E. Definisi Operasional
F. Tabel. 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
1
Kadar
glukosa
darah puasa
Definisi Operasional
Cara ukur
Hasil
Merupakan kadar
GOD-PAP
Hasil
Skala
ukur Interval
glukosa darah yang
dengan satuan
sebelumnya subyek
mg/dl.
dipuasakan 8 – 12 jam
2
Pemberian
Ekstrak
Pemberian obat
etanol tradisional dengan
Aloe vera
Pengenceran
Sonde perhari Interval
ekstrak pada labu dengan dosis :
menggunakan ekstrak
takar setiap dosis -
etanol 70 % aloe vera
yang diberikan
untuk menurunkan
Dosis
150
mg/kgbb
-
kadar glukosa darah
Dosis
300
mg/kgbb
-
Dosis
600
mg/kgbb
3
Diabetes Mellitus
Perubahan kadar gula
Pengukuran kadar Kadar glukosa
darah pada tikus lebih
gula darah puasa
dari normal
darah puasa
> 140 mg/dl.
44
4
Aloksan
Suatu racun yang
Pengukuran
merusak sebagian sel
dengan timbangan intraperitonial
beta pulau langerhans
miligram
pankreas
Disuntikkan
dengan
dosis
130 mg/kg BB
G. Instrumen penelitian
Pengukuran data dilakukan dengan cara sebagai berikut : Serum yang
diperoleh diambil sebanyak 10 µl kemudian ditambahkan 1ml reagen GOD-PAP
(Glukosa Oksidase – Phenol Amino Peroksidase), divertek selama 5 detik kemudian
diinkubasi pada suhu 37 C selama 10 menit. Absorbansi diukur dengan
0
spektrofotometer pada panjang gelombang 505 nm. Hasil dinyatakan normal bila
kadar glukosa darah 50-135 mg/dl. .
H. Bahan Dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan
1. Bahan :
a. ekstrak etanol aloe vera dosis : 150 mg/kgbb, 300 mg/kgbb dan 600
mg/kgbb
b. Aloksan 130 mg/kgbb
c. larutan garam fisologis
d. Air putih sebagai pengencer
e. Reagent GOD-PAP
45
2. Alat yang digunakan :
a. Kandang tikus
b. Timbangan
c. Sonde oral tikus
d. Sentrifuse
e. Spektrofotometer
f. Mikropipet
g. Vortex
h. Opendorf
CARA KERJA :
1. Penyediaan dan persiapan hewan uji:
a. Pemilihan 33 tikus yang sehat.
b. Aklimatisasi tikus sebelum perlakuan selama 7 hari. Selama
aklimatisasi tikus hanya diberi air putih dan pelet.
c. Pemeriksaan glukosa darah puasa pertama kali sebelum pemberian
aloksan. Sebelum diambil darahnya tikus dipuasakan terlebih dahulu
selama 8-12 jam.
d. Tikus diinduksi aloksan dengan dosis 130 mg/kgbb atau 26mg/200gr.
e. Untuk melihat reaksi yang ditimbulkan, setelah pemberian aloksan,
tikus hanya diberi air putih dan pelet selama 3 hari.
f. Pemeriksaan glukosa darah puasa kedua kalinya yaitu pemeriksaan
setelah di induksi aloksan, sebelum
diambil darahnya tikus
46
dipuasakan selama 8 -12 jam terlebih dahulu. Jika kadar glukosa
darah puasa kurang dari 140 mg/dl tidak memenuhi criteria dan tikus
dikeluarkan dari sampel. Semua tikus yg diinduksi aloksan menjadi
diabetes.
g. Pemeriksaan glukosa darah puasa ketiga kalinya yaitu pemeriksaan
hari ketujuh setelah pemberian ekstrak etanol
aloe vera, sebelum
diambil darahnya tikus dipuasakan selama 8-12 jam terlebih dahulu.
h. Pemeriksaan glukosa darah puasa keempat kalinya yaitu pemeriksaan
setelah hari keempat belas setelah pemberian ekstrak etanol aloe
vera, sebelum diambil darahnya tikus dipuasakan 8-12 jam
sebelumnya.
2. Pengelompokan hewan uji
Hewan uji sebanyak 33 ekor dibagi secara acak menjadi 5 kelompok
perlakuan. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 7 ekor tikus
kecuali kelompok kontrol 5 ekor tikus..
Kelompok 1 : Kelompok kontrol negatif . hanya diberi air putih dan pelet
saja tanpa diinduksi aloksan selama penelitian berlangsung.
Kelompok 2 : kelompok kontrol positif ; hewan uji diinduksi aloksan
tanpa diberi ekstrak etanol aloe vera
Kelompok 3 : hewan uji diinduksi aloksan dan diberi ekstrak etanol aloe
vera dosis 150 mg/kgbb perhari selama 14 hari
47
Kelompok 4 : hewan uji diinduksi aloksan dan diberi ekstrak etanol aloe
vera dosis 300 mg/kgbb perhari selama 14 hari
Kelompok 5 : hewan uji diinduksi aloksan dan diberi ekstrak etanol aloe
vera dosis 600 mg/kgbb perhari selama 14 hari
3. Penyediaan ekstrak etanol aloe vera
Pembuatan ekstrak etanol aloe vera dilakukan di laboratorium farmasi
UGM dengan dosis 150 mg, 300 mg dan 600 mg.
4. Pemberian ekstrak etanol aloe vera dilakukan satu kali sehari dengan
dosis
sesuai
kelompok
perlakuan
masing-masing dengan lama
perlakuan 14 hari setelah induksi aloksan dan tikus menjadi diabetes.
5. Hari ke 17 dan ke 24 semua kelompok hewan uji diambil darahnya untuk
diperiksa kadar glukosa darah puasa.
6. Analisis statistik
I. Cara Pengumpulan Data
1. Menentukan subyek penelitian
- Subyek memenuhi kriteria penelitian
2. Membagi subyek penelitian menjadi 5 kelompok
Jumlah sampel dalam penelitian dibagi 5 kelompok yaitu menjadi 3 kelompok
perlakuan dan 1 kelompok kontrol negatif dan 1 kelompok kontrol positif dalam
jarak waktu penelitian 14 hari.
3. Pemeriksaan kadar
glukosa darah puasa sebelum dan sesudah pemberian
perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
48
Jalannya penelitian
NI
NI
Random
TA
33 tikus
A 150 mg/kgbb
mgmg/kgbb
A 300 mg/kgbb
A 600 mg/kgbb
__________________________________________________________________
Hari ke-1
ke - 7
P1
ke - 10
P2
ke – 17
P3
ke - 24
P4
Aloksan 130 mg
Pengambilan sampel yang sesuai kriteria inklusi sejumlah 33 ekor selanjutnya
dibagi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor kecuali
kelompok kontrol negatif hanya terdiri dari 5 ekor. Selanjutnya aklimatisasi
selama 7 hari, dilanjutkan dengan induksi aloksan 130 mg/kgbb pada kelompok
perlakuan. Dalam penelitian ini ada tikus yang mati pada hari ke 9 sejumlah
1 ekor , pada hari ke 11 sejumlah 2 ekor dan pada hari ke 14 sejumlah 1 ekor .
49
J. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan keaslian
dalam suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid dan sahih mempunyai
validitas tinggi, dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan
(Arikunto, 2006).
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat dapat
dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2002). Instrumen yang digunakan
untuk mengukur kadar glukosa darah dengan GOD PAP. Dalam penelitian
ditentukan oleh ketepatan alat ukur yang sudah di kalibrasikan, ketepatan
jumlah darah yang diukur dan ketepatan cara pengambilan darah. Dalam
pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dilakukan di LPPT UGM.
K. Analisis Data
Setelah didapatkan data kadar glukosa darah pada masing-masing kelompok
sample, dengan menggunakan alat bantu olah data SPSS versi 15 kemudian dilakukan
uji normalitas dengan Shapiro- Wilk test karena ukuran sampel ≤ 50 (Dahlan,
2011). Untuk
mengetahui perbedaan kadar glukosa darah puasa sebelum dan
sesudah perlakuan tersebut bermakna secara statistic maka dilakukan uji paired
t-test antar masing-masing kelompok. Karena didapatkan distribusi normal (P>0,05)
dan varians data homogen (P>0,05)
maka diuji parametrik dengan One Way
ANOVA dan dilanjutkan dengan analisis Post Hoc LSD.
50
L. Etika Penelitian
1. Freedom from hunger and thirst (bebas dari rasa lapar dan haus)
Selama penelitian semua tikus diberi makan yang sebelumnya ditakar dengan
timbangan dan minum yang memadai untuk memenuhi kebutuhan.
2. Freedom from discomfort (bebas dari ketidaknyamanan)
Melakukan pembersihan kandang tiap hari sehingga lingkungan bersih serta
ruangan diatur cukup pencahayaaan , suhu, dan kelembaban lingkungan serta
fasilitas fisik seperti ukuran kandang dan komposisi kelompok.
3. Freedom from pain, injury, and disease (bebas dari rasa sakit, trauma, dan
penyakit)
Selama penelitian diutamakan untuk meminimalkan penderitaan hewan dan
memperlakukan dengan baik secara manusiawi.
4. Freedom from fear and distress (bebas dari ketakutan dan stress jangka panjang)
Sebelum perlakuan semua tikus diberi kesempatan beradaptasi dengan
memberikan
masa
adaptasi selama 7 hari. Semua prosedur pada hewan
dilakukan oleh personil yang kompeten, terampil dan terlatih.
5. Freedom to express natural behavior (bebas mengekspresikan tingkah laku
alami)
Tikus dikelompokkan dan diberikan pada satu tempat guna semua tikus dapat
bebas bersosialisasi dan berkembang.
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sebelum dilakukan induksi aloksan semua tikus dirandom dikelompokkan
menjadi 5 kelompok dan dilakukan pengukuran glukosa darah puasa dan 3 hari
setelah induksi aloksan. Setelah tikus di induksi aloksan maka tiap tikus strain wistar
diberi perlakuan sesuai kelompok masing-masing selama 14 hari: kelompok 1 (K1)
yang berlaku kelompok kontrol negatif hanya diberi pelet dan air putih, kelompok 2
(K2) yang berlaku kelompok kontrol positif tanpa di beri ekstrak etanol aloe vera
hanya pelet dan air putih, kelompok 3 (K3) yang diberikan ekstrak etanol aloe vera
150 mg/kgbb/hr, kelompok 4 (K4) yang diberikan ekstrak etanol aloe vera 300
mg/kgbb/hr, kelompok 5 (K5) yang diberikan ekstrak etanol aloe vera 600
mg/kgbb/hr. Tabe 4.1 menunjukkan perbandingan kadar glukosa darah puasa pra
dan pasca di induksi aloksan.
Tabel 4.1 Rerata kadar glukosa darah puasa pra dan pasca induksi aloksan
No
Kelompok
Sebelum (mg/dl)
Sesudah (mg/dl)
1.
K1
81,54
81,54
2.
K2
80,74
206,70
3.
K3
81,26
204,24
4.
K4
82,32
212,44
5.
K5
84,54
210,66
51
52
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan kadar glukosa darah puasa awal
didapatkan hasil antara 80,74 – 84,54 mg/dl, hal ini menunjukkan semua tikus
kadar gula darah puasa
dalam batas normal. Pada kelompok perlakuan setelah
diinduksi aloksan hari ke 3 diperiksa kadar glukosa darah puasanya mengalami
peningkatan rata-rata antara 204,24 – 212,44 mg/dl. Hal ini menunjukkan semua
kelompok induksi aloksan telah menjadi diabetes.
Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar glukosa darah puasa setelah
pemberian perlakuan pada hari ke 17 dan ke 24. Pada Tabel 4.2 menunjukkan rerata
kadar glukosa darah puasa hari ke 10, hari ke 17 dan hari ke 24 .
Tabel 4.2 Rerata kadar glukosa darah puasa hari ke 10, ke 17 dan ke 24 (mg/dl)
No
Kelompok
Hari ke 10
Hari ke-17
Hari ke- 24
1.
K1
81,54
83,14
84,12
2.
K2
206,70
227,06
251,18
3.
K3
204,24
191,04
170,08
4.
K4
212,44
163,22
125,78
5.
K5
210,66
140,56
93,08
_____________________________________________________
Berdasar tabel 4.2 menunjukkan terjadi perubahan kadar glukosa darah
puasa pada hari ke 17 dan ke 24 setelah pemberian ekstrak aloe vera. Dari hasil
pengukuran didapatkan penurunan kadar glukosa darah puasa hari ke 17 dan ke 24
terhadap K3, K4 dan K5. Kelompok K2 sebagai kontrol positif yang tidak diberi
53
ekstrak aloe vera menunjukkan adanya peningkatan kadar glukosa darah puasa.
Prosentase rata-rata perubahan kadar glukosa darah puasa pada masingmasing kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Rerata perubahan prosentase (%) kadar glukosa darah puasa
Prosentase hari ke
Prosentase Hari ke
Prosentase Hari ke
10
17
24
K1
100
101,96
103,16
2.
K2
100
109,85
121,51
3.
K3
100
93,53
83,27
4.
K4
100
76,83
59,20
5.
K5
100
66,72
44,18
No
Kelompok
1.
__________________________________________________
Berdasar tabel 4.3 prosentase perubahan kadar glukosa darah beragam dari
masing-masing kelompok. Pada kelompok 5 (K5) menunjukkan penurunan
prosentase paling besar kadar glukosa darah puasanya pada hari ke 14 yaitu
55,82%. Pada K4 terjadi penurunan 40,80%, K3 terjadi penurunan 16,73%.
Kelompok yang
mengalami kenaikan pada K1 sekitar 3,16% dan pada K2
mengalami kenaikan 21,51%.
Selanjutnya hasil pengukuran glukosa darah dianalisis untuk mengetahui
adanya perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah perlakuan tersebut
bermakna secara statistik maka dilakukan uji paired t-test antar masing- masing
kelompok. Setelah dilakukan analisis statistik, diperoleh hasil sebagai berikut:
54
Tabel 4.4.Nilai Rerata Kadar glukosa darah puasa sebelum dan sesudah perlakuan
Kelompok
K1
Mean
N
IK 95 %
Sebelum perlakuan
81,54
5
-5,67471
Sesudah perlakuan
84,12
5
,51471
Sebelum perlakuan
206,70
5
-49,91318
Sesudah perlakuan
251,18
5
-39,04682
Sebelum perlakuan
204,24
5
6,89472
Sesudah perlakuan
170,08
5
61,42528
Sebelum perlakuan
212,44
5
81,74985
Sesudah perlakuan
125,78
5
91,57015
Sebelum perlakuan
210,66
5
109,74550
Sesudah perlakuan
93,08
5
125,41450
K2
P
.082
.000
K3
.025
K4
.000
K5
.000
Pada tabel 4.4 dapat dilihat perbedaan rerata antara kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan baik sebelum maupun sesudah perlakuan. Setelah dilakukan
analisis statistik, diperoleh hasil perbedaan penurunan rerata yang bermakna
pada kelompok 2, kelompok 3 , kelompok 4 dan kelompok 5, dengan nilai
signifikansi P<0,05. Kelompok 1 tidak memperlihatkan adanya perbedaan rerata
yang bermakna antara kelompok sebelum dan sesudah perlakuan yang dapat
ditunjukkan dengan hasil uji statistik P>0.05.
Selanjutnya data yang diperoleh kemudian dilakukan uji
sebaran data dengan
normalitas
menggunakan uji Shaphiro-Wilk dan didapatkan hasil
bahwa data terdistribusi normal (P>0,05) (lampiran 5). Dilanjutkan uji varians dan
55
didapatkan hasil varians homogen (P>0,05) (lampiran 5). Karena data terdistribusi
normal dan varians homogen maka dilanjutkan uji parametrik dengan One-way
ANOVA yang bertujuan untuk mengetahui adanya penurunan kadar glukosa darah
yang bermakna diantara masing-masing kelompok uji. Hasil uji One-way ANOVA
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik P<0,005
(lampiran 6). Untuk
mengetahui
lebih
lanjut
kelompok
mana saja yang
mempunyai perbedaan rerata yang bermakna maka dilanjutkan uji analisis Post
Hoc antar kelompok (lampiran 6).
Hasil analisis Post Hoc menunjukkan ada perbedaan yang bermakna pada
semua kelompok yang ditunjukkan dengan nilai signifikan P<0,001. Secara statistik
ada 2 kelompok yang memberikan perbedaan tidak bermakna yaitu antara kelompok
K1 kontrol negatif yang dibandingkan dengan kelompok K5 yaitu perlakuan
pemberian ekstrak etanol aloe vera 600 mg/kgbb. Dibandingkan dengan kelompok
yang lain terdapat perbedaan yang bermakna dimana nilai signifikansinya p<0,001
(lampiran 6).
B. Pembahasan
Pada penelitian ini digunakan dosis aloksan 130 mg/kg bb atau 26 mg/200gr
intra peritoneal pada tikus strain wistar. Dosis ini efektif mengiduksi diabetes dan
bertahan sampai 20 hari atau lebih setelah injeksi aloksan ( Qomariah dan Sarto,
2011). Dilaporkan bahwa dosis aloksan 100 dan 110 mg/kgbb tidak menghasilkan
kondisi diabetes, dosis 120 mg/kgbb dapat
menginduksi diabetes tetapi tidak
mampu bertahan lebih dari 7 hari, dosis 130 mg/kgbb dapat menginduksi diabetes
56
dapat bertahan sampai pada hari ke 20 atau bahkan lebih. Dosis aloksan 140, 150
dan 160 mg/kgbb dapat
menginduksi diabetes
tetapi
terjadi
peningkatan
mortalitas antara 60 – 80%.
Hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa pada hari ke 10 sudah
menunjukkan bahwa
tikus
telah
disebabkan pengaruh aloksan yang
mengalami d iabetes (tabel 4.1).
menimbulkan hiperglikemi yang
Hal ini
permanen
dalam waktu dua sampai tiga hari (Suharmiati,2003). Menurut Qomariah & Sarto
(2011) diabetes dapat dipertahankan sampai hari ke 20, dan ini masih dalam suasana
diabetes karena perlakuan
dalam penelitian
sampai hari ke 14 setelah injeksi
aloksan.
Meningkatnya
kadar
glukosa
darah
puasa
pada
tikus
kelompok
pemberian aloksan di akibatkan oleh dua mekanisme yang berbeda. Mekanisme
pertama yaitu aloksan secara selektif menghambat sekresi insulin yang dirangsang
oleh glukosa melalui penghambatan spesifik pada glukokinase yang merupakan
sensor glukosa dari sel β pankreas. Mekanisme kedua yaitu melalui kemampuan
aloksan menginduksi pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) yang
menghasilkan nekrosis selektif dari sel β pankreas (Lenzen, 2008). Faktor lain
selain pembentukan oksigen reaktif adalah gangguan pada homeostatis kalsium
intraseluler. Aloksan dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium bebas sitosolik
pada sel β Langerhans pankreas.
Efek tersebut diikuti oleh beberapa kejadian:
influks kalsium dari cairan ekstraseluler, mobilisasi kalsium dari simpanannya
secara berlebihan, dan eliminasinya yang terbatas dari sitoplasma. Influks kalsium
57
akibat aloksan tersebut mengakibatkan depolarisasi sel β Langerhans, lebih lanjut
membuka kanal kalsium
tergantung voltase dan semakin menambah masuknya
ion kalsium ke sel. Pada kondisi tersebut, konsentrasi insulin meningkat sangat
cepat, dan secara signifikan mengakibatkan
gangguan pada sensitivitas insulin
perifer dalam waktu singkat. Selain kedua faktor tersebut di atas, aloksan juga diduga
berperan dalam penghambatan glukokinase dalam proses
metabolisme energi
(Szkudelski, 2001; dalam Nugroho, 2006).
Berdasar tabel 4.2 hasil pengukuran kadar glukosa puasa hari ke 17 dan ke
24 pada K3, K4 dan K5 mengalami penurunan kadar glukosa darah puasa yang
signifikan karena telah diberi perlakuan pemberian ekstrak etanol aloe vera. Hal
ini diperkirakan aloe vera sebagai antihiperglikemia dikaitkan dengan aktivitas
insulogenik ekstrak gel aloe vera. Pemberian gel ekstrak aloe vera merangsang
sekresi insulin dari sel beta dan atau regenerasi sel beta (Pari & Latha, 2002; cit
Rajasekaran et al, 2006; Ramachandraiahgari et al, 2012). Hal terkait studi klinis
pasien diabetes dan hewan menunjukkan bahwa dengan
pemberian
aloe vera
mampu menurunkan kadar glukosa darah dan trigliserid plasma, serta mengurangi
gejala skunder diabetes berkaitan dengan stres oksidatif. Pemberian gel aloe vera
signifikan menurunkan stres oksidatif, dengan mengaktifkan sistem antioksidan
endogen, dan melalui kandungan antioksidan yang ada dalam gel aloe vera
(Rajasekaran, 2005; cit Jones (2007).
Pemberian ekstrak aloe vera meningkatkan aktivitas SOD (superoksida
dismutase)dan CAT (catalase) pada tikus diabetes. Hasil aktivitas SOD dan CAT
58
dapat diperlihatkan dari kandungan aloe vera terhadap aktivitas radikal bebas yang
menimbulkan reaksi menguntungkan dengan melawan perubahan patologis yang
diakibatkan oleh ROS (Reactive Oxygen Species) (Ramachandraiahgari et al, 2012).
Dengan
aktivitas antioksidan
dalam
aloe vera akan melindungi sel-sel beta
pankreas dari kerusakan yang diakibatkan radikal bebas. Sehingga insulin akan
cukup tersedia guna membantu masuknya glukosa darah masuk kedalam sel, hasil
akhirnya glukosa darah akan turun.
Pada penelitian ini ditemukan adanya penurunan kadar glukosa darah
puasa, prosentase perubahan kadar glukosa puasa pada hari ke 10, ke 17 dan ke 24
menunjukkan bahwa semakin bertambah lama pemberian ekstrak aloe vera semakin
menurunkan kadar glukosa puasa tikus yang diinduksi aloksan (tabel 4.3). Pada
penelitian ini semakin lama
ekstrak
aloe vera diberikan dan
semakin
besar
dosisnya semakin menurunkan kadar glukosa darah puasa, seperti pada penelitian
Rajasekaran (2006) & Ramachandraiahgari (2012).
Aloe vera yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis aloe vera
Barbadensis Miller, menurut Wahjono dan Koesnandar (2002) bahwa salah satu zat
yang terkandung pada tanaman aloe vera bernama aloe emodin. Aloe emodin
merupakan sejenis senyawa organik dari golongan antrokuinon yang fungsinya dapat
mengaktivasi jenjang sinyal insulin seperti penyerap insulin-beta -substrat 1,
fosfatidil inositol-3 kinase dan meningkatkan laju sintesis glikogen dengan cara
menghambat glikogen sintase kinase 3 beta.
C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian
59
1. Kekuatan
a. Desain penelitian eksperimen murni, pre post test control group design
merupakan rancangan eksperimental yang menjamin validitas internal
dapat menjadi tinggi karena dapat mengontrol semua variabel luar
yang mempengaruh i jalannya eksperimen (Sugiyono, 2011).
b. Tehnik pengambilan
sampel
pada penelitian ini adalah random
sampling karena populasi dianggap homogen.
c. Metode analisa data menggunakan
uji paired t-tes dan One Way
ANOVA
d. Merupakan
penelitian
mengembangkan
yang
penelitian
dapat
lanjut
diaplikasikan
sehingga
aloe
dengan
vera
dapat
dikembangkan sebagai agen non farmakologik pada DM.
e. Dapat s ebagai bahan pertimbangan alternatif pengobatan herbal pada
DM
2. Kelemahan
a. Dalam penelitian ini tidak memakai kelompok kontrol dengan pemberian
obat antidiabetik oral karena belum ada obat spesifik untuk diabetes pada
tikus yang diinduksi aloksan.
b. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran kadar insulin plasma
karena dalam
tujuan penelitian ini hanya meneliti tentang perubahan
kadar glukosa darah puasanya.
60
c. Ekstrak etanol aloe vera yang diberikan pada tikus masih merupakan
aloe vera lengkap tidak berdasar zat aktif yang terkandung dalam aloe
vera.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan penelitian tentang
pemberian ekstrak etanol aloe vera menurunkan kadar glukosa darah puasa
pada tikus strain wistar yang diinduksi aloksan yang telah diuraikan sebelumnya
dan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian ekstrak etanol aloe vera menurunkan kadar glukosa darah
puasa pada tikus strain wistar yang di induksi aloksan.
2. Semakin tinggi dosis pemberian ekstrak etanol
aloe
vera semakin
menurunkan kadar glukosa darah puasa tikus yang diinduksi aloksan.
3. Semakin lama pemberian ekstrak etanol
aloe vera
semakin menurunkan
kadar glukosa darah puasa tikus yang diinduksi aloksan
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis ingin
memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai gambaran histologi sel beta
pankreas untuk
menentukan derajat regenerasi sel-sel beta pankreas akibat
pemberian ekstrak etanol aloe vera.
61
62
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan mekanisme
dasar zat aktif aloe vera yang berperan dalam menurunkan kadar
glukosa darah puasa.
3. Perlu dilakukan penelitian klinis pada pasien DM dengan pemanfaatan
aloe vera sebagai obat herbal.
Download