1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes menyebabkan kerusakan jaringan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (Gustaviani, 2007). Klasifikasi DM menurut ADA (2005) yaitu DM tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut), DM tipe 2 atau Insulin Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (bervariasi mulai dari predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin), DM tipe lain dan DM gestasional (Zhafiraaulia, 2010). Meskipun kedua tipe DM (tipe 1 dan tipe 2) memiliki patogenik dan karakteristik metabolik yang berlainan, komplikasi jangka panjang di pembuluh darah, ginjal, mata dan saraf terjadi pada kedua tipe dan merupakan penyebab morbiditas dan kematian akibat diabetes (Kumar et al, 2007). Sehingga penyakit DM memerlukan perhatian dan perawatan mencegah komplikasi maupun perawatan sakit. 1 medis yang cukup lama untuk 2 Diabetes merupakan ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2007). Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur (Soegondo, 2005). Pilar utama pengelolaan DM menurut Perkeni (2006) adalah edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani dan obat-obatan. Pada dasarnya, pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2-4 minggu). Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan intervensi farmakologik dengan obat-obat anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi (Shahab, 2006). Diabetes tergolong penyakit menahun, bahkan tidak jarang pasien penderita kencing manis bergantung obat sepanjang hidupnya. Pengobatan DM sendiri membawa dampak ekonomi selain efek sampingnya. Oleh karena itu tidak heran 3 banyak penderita diabete melirik penggunaan tanaman obat untuk mengontrol kadar gula dalam darahnya (Ekasari, 2011). Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat (Katno & Pramono, 2008). Obat tradisional dan tanaman obat banyak digunakan masyarakat menengah ke bawah terutama dalam upaya preventif, promotif dan rehabilitatif. Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien (Brunner & Suddarth, 2002). Berdasarkan Permenkes 148 tahun 2010 Nomor HK.02.02/MENKES/148/1/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek, pada pasal 8 ayat 3 disebutkan bahwa praktik keperawatan dapat dilaksanakan melalui kegiatan salah satunya pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer. Hal ini aloe vera dapat dikembangkan sebagai obat komplementer bagi pasien diabetes. Seiring dengan terus meningkatnya jumlah penderita DM yang diimbangi dengan meningkatnya keilmuan manusia telah diteliti beberapa tumbuhan obat yang dapat berperan sebagai tumbuhan antidiabetika, diantaranya : bawang putih (Alium sativum), pare atau paria (Momordica charantia, L) dan lain-lain (Widowati, 1997). Dengan fenomena tumbuhan herbal sebagai antidiabetika, peneliti merasa perlu 4 mengetahui manfaat tumbuhan aloe vera terhadap penurunan kadar glukosa darah pada model tikus diabetes. Menurut UU/23 tahun 1992 Bab I ketentuan umum pasal 1 butir ke 7 menyebutkan bahwa : “pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu pada pengalaman dan ketrampilan turun – menurun, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat”. Sedangkan pada butir ke 10 disebutkan bahwa : “ obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (UU No 23 tahun 1992). Menurut POM (2004) aloe vera termasuk golongan tanaman sebagai antidiabetika dengan mekanisme kerja mempercepat keluarnya glukosa melalui peningkatan metabolisme atau memasukkan kedalam deposit lemak. Proses ini melibatkan pankreas untuk memproduksi insulin. Kandungan kimia dalam aloe vera antara lain antrakinon, barbaloin, isobarbaloin, aloe emodin, aloenin, aloesin, hidroksialoin, acemanan, asam salisilat, saponin, sterol, triterpenoid, juga mineral K, Ca, Zn, Co, dan Cr, vitamin A, B6, B12, C, E, dan sebagainya. Aloe vera mengandung mannose-phosphate, beta-1,4acetylated mannan, glucomannans, alprogen glucoprotein dan glucosylchromone yang diduga mengandung efek hipoglikemik (Afaf et al, 2008). 5 Aloe vera jenis Barbadensis Miller aman dikonsumsi, karena mengandung 72 zat yang dibutuhkan oleh tubuh, diantaranya 18 macam asam amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan zat golongan obat. Mengingat kandungan yang lengkap, lidah buaya bukan hanya berguna menjaga kesehatan, namun juga mengatasi berbagai penyakit, misalnya aloe vera juga mampu menurunkan kadar glukosa darah pada diabetisi yang tidak tergantung insulin dalam waktu 10 hari gula darah bisa normal (Freddy, 2006; dalam Purwakarta, 2006). Aloe vera sebagai antihiperglikemia menyebabkan peningkatan insulin plasma. Aktivitas antihiperglikemia dari ekstrak gel aloe vera tersebut karena aktivitas insulogenik di pankreas. Pemberian gel ekstrak aloe vera merangsang sekresi insulin dari sel beta dan atau regenerasi sel beta (Pari & Latha, 2002; cit Rajasekaran, 2006). Menurut Rajasekaran et al (2004) pemberian gel aloe vera diberikan pada tikus diabetes yang diinduksi STZ didapatkan hasil signifikan menurunkan kadar glukosa darah puasa, meningkatkan jumlah insulin plasma, menurunkan kadar kolesterol, trigliserid, dan asam lemak bebas dalam plasma, hati dan ginjal. Hewan percobaan diabetes mellitus dapat dibuat dengan salah satu cara induksi senyawa kimia (diabetogenik) misalnya dengan aloksan salah satunya. Mekanisme aloksan sebagai diabetogenik diperantarai oleh oksidasi senyawa dengan gugus –SH (sulfidril), penghambatan glukokinase, pembangkitan radikal bebas dan gangguan homeostatision kalsium intraseluler (Nugroho, 2006). Pada penelitian ini digunakan dosis aloksan 130 mg/kg bb atau 26 mg/200gr intra peritoneal pada tikus strain wistar. Dosis ini efektif mengiduksi diabetes dan 6 bertahan sampai 20 hari atau lebih setelah injeksi aloksan ( Qomariah dan Sarto, 2011). B. Rumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan masalah penelitian yaitu : 1. Apakah ekstrak etanol aloe vera dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa pada tikus strain wistar yang diinduksi aloksan? 2. Apakah ada hubungan antara makin tinggi dosis ekstrak etanol aloe vera makin menurunkan kadar glukosa darah puasa pada tikus strain wistar yang diinduksi aloksan? 3. Apakah ada hubungan makin lama pemberian ekstrak etanol aloe vera makin rendah kadar glukosa darah puasa pada tikus strain wistar yang diinduksi aloksan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum mengkaji pengaruh pemberian ekstrak etanol aloe vera terhadap kadar glukosa darah puasa pada tikus strain wistar yang diinduksi aloksan. 2. Tujuan Khusus Mengukur perubahan kadar glukosa darah puasa yang terjadi sebelum dan sesudah perlakuan diberikannya ekstrak etanol aloe vera pada tikus strain wistar yang diinduksi aloksan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis 7 Kegunaan dari penelitian ini untuk selanjutnya aloe vera dapat dikembangkan sebagai agen non farmakologik pada DM. 2. Manfaat Praktis Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pasien diabetes mellitus dalam memanfaatkan aloe vera sebagai salah satu obat herbal untuk mengobati penyakit DM, dikarenakan aloe vera mudah didapat dan murah. E. Penelitian Terkait Penelitian yang terkait dengan penelitian ini antaralain: 1. Devarajet al, 2009, Effect of Aloe vera Supplements in Patients with PreDiabetes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aloe vera secara signifikan mampu meningkatkan kontrol glikemik pada pasien dengan pre diabetes dengan nilai P value < 0,05. Setelasi suplementasi aloe vera didapatkan penurunan kadar kolesterol LDL dan glukosa dan nilai fruktosamin. 2. Kim et al, 2009, Hypoglycemic and hypolipidemic effects of processed Aloe vera gel in a mouse model of non-insulin-dependent diabetes mellitus. Hasil penelitian menunjukkan pemberian aloe vera gel signifikan menurunkan kadar gula darah puasa pada tikus NIDDM (P<0,05). 3. Perez et al, 2007, Effect of a Polyphenol-Rich Extract from Aloe Vera Gel on Experimentally Induced Insulin Resistance in Mice. Hasil penelitian pemberian poliphenol kaya ekstra aloe vera signifikan (P < 0,05) menurunkan kadar gula darah pada tikus yang resistan terhadap insulin. 8 4. Qomariah Nur., Sarto Mulyati., (2011), Optimasi Dosis Aloksan Untuk Induksi Diabetes Menggunakan Hewan Model Tikus Putih Betina. Hasil penelitian dosis aloksan 130 mg/kgbb signifikan (P0<0,05) efektif mengiduksi diabetes dan bertahan sampai 20 hari atau lebih setelah injeksi aloksan. 5. Rajasekaran et al, 2006, Beneficial Effects of Aloe Vera Leaf Gel extract on Lipid Profile Status in Rats with Aloksan Diabetes. Hasil penelitian pemberian ekstrak aloe vera signifikan menurunkan kadar gula darah puasa pada tikus (P<0,05). 6. Sujono dan Wahyuni, 2005, Pengaruh Decocta Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L) Terhadap Kadar Glukosa Darah Kelinci Yang Dibebani Glukosa. Hasil penelitian bahwa pemberian decocta lidah buaya segar konsentrasi 400 %b/v mampu menurunkan secara bermakna (P < 0,05) kadar glukosa darah kelinci. 7. Wuliyani, 2009, Pengaruh Jus Lidah Buaya (Aloe Chinensis Linn) Terhadap Penurunan Kadar Gula darah pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Strain Wistar. Hasilnya ada pengaruh pemberian jus lidah buaya terhadap penurunan kadar gula darah. 8. Dalam penelitian ini ditujukan untuk membuktikan kegunaan ekstrak etanol aloe vera terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa tikus yang diinduksi aloksan. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & Suddarth, 2002). Kondisi tersebut bisa diakibatkan tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. DM adalah gangguan kronis metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Insufisiensi relatif atau absolut dalam respon sekretorik insulin, yang didefinisikan menjadi gangguan pemakaian karbohidrat (glukosa) merupakan gambaran khas pada diabetes mellitus, demikian juga hiperglikemia yang terjadi (Kumar et al, 2007) Dalam diagnosis dan klasifikasi DM oleh Gustaviani (2007), menyatakan bahwa DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terjadi karena sekresi insulin, kerja insulin atau gabungan dari keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes menyebabkan kerusakan jaringan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. Tingginya kadar glukosa darah pada penderita diabetes disebabkan oleh terganggunya organ pankreas sehingga hormon insulin yang dihasilkan jumlahnya bisa sedikit bahkan tidak mencukupi untuk menurunkan kadar gula darah. Sebab 9 10 insulin disini berperan dalam mendorong glukosa darah ke sel tertentu untuk diubah menjadi energi dan mengubah kelebihan glukosa darah menjadi glikogen yang disimpan di hati dan otot sebagai timbunan energi (Abuaqila,2008). Maulana (2008) mengemukakan bahwa penyakit DM juga disebut sebagai the great imitator, yaitu penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya. Perubahan seperti, minum menjadi lebih banyak, buang air kecil menjadi lebih sering, dan berat badan yang terus menurun, berlangsung cukup lama dan biasanya cenderung tidak diperhatikan, hingga seseorang pergi ke dokter dan memeriksakan kadar glukosa darahnya. 2. Klasifikasi a. DM yang tergantung insulin (IDDM atau DM Tipe I) DM tipe I dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulaupulau langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe I adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh (Maulana, 2008). Diabetes bentuk ini terjadi akibat destruksi autoimun sel beta. Terdapat tiga mekanisme yang saling terkait yang berperan dalam destriksi sel islet diantaranya : kerentanan genetik, autoimunitas, dan gangguan lingkungan (Kumar et al, 2007). 11 Etiologi DM tipe 1 menurut Brunner & Suddart (2002) antara lain : faktorfaktor genetik, faktor imunologik dan faktor lingkungan eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Faktor genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Sembilan puluh lima persen orang kulit putih (Caucaisan) dengan diabetes tipe 1 memperlihatkan tipe HLA yang spesifik (DR3 dan DR4). Faktor imunologik ini merupakan respons autoimun abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Autoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen internal terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes tipe 1. b. DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM atau Diabetes tipe II) Menurut Brunner & Suddarth (2002) menyatakan bahwa pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. 12 Dua defek metabolik menandai diabetes tipe 2 adalah gangguan sekresi insulin pada sel beta dan ketidakmampuan jaringan perifer berespons terhadap insulin (resistensi insulin). Resistensi insulin merupakan faktor utama dalam menimbulkan diabetes tipe 2 (Kumar et al, 2007). Obesitas umumnya merupakan menyebabkan gangguan kerja insulin, sehingga faktor resiko pada diabetes tipe ini, sebagian besar pasien dengan diabetes tipe II bertubuh gemuk (Katzung, 2002). Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh- sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi) (Brunner & Sudarth, 2002). c. Diabetes Mellitus Gestasional Menurut Suyono (2007) diabetes gestasional merupakan diabetes yang terjadi selama kehamilan. Angka kejadiannya meliputi 2-5 % dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar. Diabetes gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan sebagai akibat sekresi hormon-hormon plasenta (Brunner & Suddarth, 2002). 13 d. Diabetes Mellitus tipe lain Jenis ini sering ditemukan di daerah tropis dan negara berkembang. Bentuk ini biasanya disebabkan oleh adanya malnutrisi disertai kekurangan protein yang nyata. Diduga zat sianida yang terdapat pada cassava atau singkong yang menjadi sumber karbohidrat dibeberapa kawasan di Asia dan Afrika berperan dalam patogenesisnya (Suyono, 2007). 3. Penyebab Penyebab pasti terjadinya diabetes mellitus sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Diabetes tipe I mempunyai dasar adanya kelainan proses auto imun yang menyebabkan kerusakan sel beta pada pankreas, namun mekanisme terjadinya kelainan tersebut hingga saat ini juga belum jelas (Waspadji, 2007). Maulana (2008) mengatakan ada beberapa faktor pemicu yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes mellitus, yaitu : a) genetik atau faktor keturunan, b) Virus atau bakteri, virus penyebab DM diantaranya : rubella, mumps, dan human coxsackie virus B4, c) bahan toksik atau beracun, diantaranya yang dapat merusak sel beta secara langsung adalah aloksan, Pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (dari jenis jamur), d) nutrisi yang berlebihan sehingga menyebabkan kegemukan (obesitas), e) kadar kortikosteroid yang tinggi, f) kehamilan diabetes gestasional, g) obat-obatan yang dapat merusak pankreas. Faktor-faktor penyebab diabetes diantaranya : a) keturunan, orang yang memiliki historiy keluarga yang pernah mengalami diabetes memiliki resiko terkena diabetes yang lebih tinggi, b) usia, semakin dewasa seseorang maka resikonya 14 terkena diabetes akan semakin tinggi, c) jenis kelamin, prevalensi wanita terkena diabetes lebih tinggi dibandingkan prevalensi pada pria, d) obesitas, semakin besar kelebihan berat badan maka prevalensi terganggunya kerja insulin akan semakin besar, karena kelebihan lemak dapat menyebabkan gangguan kerja hormon insulin, e) aktivitas fisik, semakin jarang kita melakukan aktivitas fisik maka gula yang dikonsumsi juga akan semakin lama terpakai, akibatnya prevalensi peningkatan kadar gula dalam darah juga akan semakin tinggi, f) pola makan, pola makanan berlemak dan karbohidrat yang berlebihan akan meningkatkan resiko terkena diabetes, g) stress, merupakan salah satu faktor pemicu meningkatnya resiko diabetes 4. Gejala-gejala Penyakit diabetes mellitus ditandai poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak makan), walaupun banyak makan tetapi berat tubuh menurun, hiperglikemia, glikosuria, ketosis dan asidosis (Ganong, 1998). 5. Diagnosis Menurut Gustaviani (2007), diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polifagia, polidipsia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada pasien wanita. Jika keluhan khas, 15 pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan ≥ 200 mg/dl. Tabel. 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Bukan DM Belum pasti DM DM Kadar Glukosa Plasma Vena < 110 110 – 199 ≥ 200 Darah Sewaktu Darah Kapiler < 90 90 – 199 ≥ 200 Plasma Vena < 110 110 – 125 ≥ 126 Darah Kapiler < 90 90 – 109 ≥ 110 (mg/d) Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl) Sumber : Gustaviani, 2007 6. Penatalaksanaan Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah 16 mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pola aktivitas pasien (Brunner & Suddarth, 2002). Pilar utama pengelolaan DM menurut Konsensus Pengelolan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia (2006) adalah edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan Intervensi farmakologis. Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan intervensi farmakologik dengan obat-obat anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi. a. Edukasi Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perubahan perilaku. Untuk perilaku, dibutuhkan edukasi yang mencapai keberhasilan komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. b. Terapi gizi medis Terapi gizi medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri). Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari : 17 1) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65 % total asupan energi 2) Lemak dianjurkan sekitar 20-25 % kebutuhan kalori, tidak diperkenankan melebihi 30 % total asupan energi 3) Protein dibutuhkan sebesar 10-20 % total asupan energi 4) Natrium, anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 607 g (1 sendok teh) garam dapur 5) Serat, seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan mengkonsumsi serat dari kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat dan bahan lain yang baik untuk kesehatan. Anjuran konsumsi serat adalah ± 25g/1000 kkal/hari. 6) Pemanis alternatif, fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena efek samping pada lemak darah. Pemanis tidak bergizi termasuk aspartam, sakarin, acesulfame potassium, sukralose, neotame. Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily Intake/ADI) c. Latihan Jasmani Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit, merupakan salah satu pilar dalam pengobatan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan (lihat tabel 2.2). Latihan jasmani selain menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa 18 darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti : jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relative sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan. Tabel. 2.2 Aktivitas Fisik Sehari-hari Kurangi Aktivitas Misalnya : menggunakan internet, main Hindari aktivitas sedenter game komputer Persering Aktivitas Misalnya : jalan cepat, golf, olah otot, Mengikuti olahraga rekreasi dan bersepeda, sepak bola beraktivitas fisik tinggi waktu liburan Aktivitas Harian Misalnya : berjalan kaki ke pasar (tidak Kebiasaan bergaya hidup sehat menggunakan tangga menemui mobil), (tidak rekan menggunakan menggunakan kerja (tidak lift), hanya melalui telepon internal), jalan dari parkir Sumber : Perkeni, 2006 d. Intervensi farmakologis Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. 1). Obat hipoglikemik oral (OHO) Berdasar cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan : a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue); sulfoniluera dan glinid 19 1.1 Sulfonilurea : tolbutamida, klorpropamida, glibenklamida, gliklazida, glipizida, glikidon dan glimepirida Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari seperti hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaan orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardivaskuler, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang. 1.2 Glinid Glinid merupakan obat dengan cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu : Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. b. Penambah sensitivitas terhadap insulin; metformin, tiazolidindion Tiazolidindion Tiazolidindion (rosigliatzon dan pioglitazon) berikatan pada Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-ɣ), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindion 20 dikontraindikasikan pada pasien gagal jantung klas I-IV karena dapat memperberat edema /resistensi cairan dan juga gangguan faal hati. Pada pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala. c. Penghambat glukoneogenesis ; metformin Metformin Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis), Terutama di samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer. dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin > 1,5 mg/dl) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebro-vaskuler, sepsis, renjatan,gagal jantung). Metformin dapat memberikan efek mual, untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan. d. Penghambat absorbsi glukosa; penghambat glukosidase alfa (Acarbose) Obat ini bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan efek samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan flatulens. Mekanisme OHO, efek samping utama, serta pengaruh obat terhadap penurunan Hb-A1C dapat dilihat pada tabel 2.3, sedangkan nama obat, berat 21 bahan aktif (mg) per tablet, dosis harian, lama kerja, dan waktu pemberian dapat dilihat pada tabel 2.4. Cara pemberian OHO, terdiri dari : a. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons, kadar glukosa darah, dapat diberikan dosis hampir maksimal b. Sulfonilurea generasi I dan II : 15-30 menit sebelum makan c. Glimepirid : sebelum/sesaat sebelum makan d. Repaglinid, Nateglinid : sesaat/sebelum makan e. Metformin : sebelum/pada saat/sesudah makan f. Penghambat glukosidase α (Acarbose) : bersama makan suapan pertama g. Tiazolidindion : tidak tergantung pada jadwal makan. 2). Insulin Insulin diperlukan pada keadaan : a. Penurunan berat badan yang cepat b. Hiperglikemia berat disertai ketosis c. Ketoasidosis diabetik d. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik e. Hiperglikemia dengan asidosis laktat f. Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal g. Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke) h. Kehamilan dengan DM/diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali dengan perncanaan makan 22 i. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat j. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO Jenis dan lama kerja insulin Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi 4 jenis, yaitu : a. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin) b. Insulin kerja pendek (short acting insulin) c. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin) d. Insulin kerja panjang (long acting insulin) Tabel 2.3. Mekanisme kerja, efek samping utama dan pengaruh terhadap penurunan Hb-A1C (Hb-glikosilat) Nama Obat Cara kerja utama Sufonilurea Meningkatkan sekresi insulin Glinid Meningkatkan sekersi insulin Metformin Menekan produksi glukosa hati dan menambah sensitivitas terhadap insulin Menghambat absorbsi glukosa Penghambat glukosidase alfa Tiazolidindion Insulin Efek samping utama BB naik, hipoglikemia BB naik, Hipoglikemia Diar, dispepsia, asidosis laktat Flatulens, tinja lembek Edema Menambah sensitivitas terhadap insulin Menekan produksi glukosa hati, Hipoglikemia, stimulasi pemanfaatan glukosa BB naik Sumber : Perkeni 2006 Penurunan A1C 1,5-2% ? 1,5-2% 0,5-1,0% 1,3% Potensial sampai normal 23 Tabel 2.4. Obat Hipoglikemik Oral Golongan Generik Nama Mg/tab Dagang Dosis Lama Frek harian Kerja / (mg) (jam) hari Waktu Klorpropamid Diabenase 100 – 250 100-500 24-36 1 Glibenklamid Daonil 2,5 – 5 2,5-15 12-24 1-2 Miniab 5 – 10 5-20 10-16 1-2 Glucotrol- 5 – 10 5-20 12-16** 1 Diamicron 80 80-320 10-20 1-2 Diamicron- 30 30-120 24 1 Glurenom 30 30-120 6-8 2-3 Amaryl 1,2,3,4 0,5-6 24 1 Gluvas 1,2,3,4 1-6 24 1 Amadiab 1,2,3,4 1-6 24 1 Metrix 1,2,3,4 1-6 24 1 Repaglinid NovoNorm 0,5,1,2 1,5-6 - 3 Nateglinid Starlix 120 360 - 3 Rosiglitazon Avandia 4 4-8 24 1 Tidak Pioglitazon Actos 15,30 15-45 24 1 tergantung Deculin 15,30 15-45 24 1 jadwal Glipizid XL Sulfonilurea Glikazid MR Glikuidon Glimepirid Glinid Tiazolidindio n Sebelum makan makan Penghambat Acarbose Glucobay 50 – 100 100-300 3 Glukosidase α Bersama suapan pertama Biguanid Metformin Glucophag 500-850 250- 6-8 1-3 Bersama/ 24 e Glumin 3000 500 500- sesudah 6-8 2-3 24 1 12-24 1-2 makan 3000 Metformin Glucophag XR e-XR 500-750 Glumin-XR 500 5002000 Metformin + Glucovance 250/1,25 Glibenklamid Total Bersama / 500/2,5 glibencla sesudah 500/5 mid makan 20mg/ha ri Obat Rosiglitazon Avandame 2mg/500mg 8mg/200 + Metformin nt 4mg/500mg 0mg 2 - 2 24 1 (dosis Kombinasi Tetap 12 maks) Glimepirid + Amaryl- 1mg/250mg 2mg/500 Metformin Met FDC* 2mg/500mg mg 4mg/100 0mg Rosiglitazon Avandaryl* 4mg/1mg 8mg/4m + Glimepirid 4mg/2mg g (dosis sesudah 4mg/4mg maks) makan Sumber : Perkeni 2006 Bersama / 25 7. Komplikasi Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun. Penyulit akut : ketosis diabetik, hiperosmolar non ketotik, hipoglikemia dan penyulit menahun : makroangiopati dan mikroangiopati (Perkeni, 2006). Komplikasi-komplikasi pada diabetes mellitus dapat dibagi menjadi: 1) kompliksai metabolit akut, seperti ketoasidosis diabetik hiperosmolaritas (Silnernagl dan Lang, 2006); dan hiperglkemia, 2) komplikasi vaskular jangka panjang, melibatkan pembuluh-pembuluh kecil (mikroangiopati), dan pembuluhpembuluh sedang dan besar (makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopatidiabetik), glomerulus ginjal (nefropatidiabetik), otot-otot dan kulit. Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologi berupa aterosklerosis (Price dan Wilson,1995). Gejala lainnya adalah berupa impotensi, infeks stafilokok pada kulit dan keluhan claudicatio ditungkai yang berciri kejang-kejang sangat nyeri di betis setelah berjalan beberapa meter. Infark jantung dapat juga terjadi akibat dinding arteri timbul benjolan-benjolan yang mengganggu sirkulasi darah (Tjay dan Rahardja, 2002). 8. Fisiologi Insulin Normal Insulin diperlukan untuk : (1) pengangkutan glukosa dan asam amino melewati membran, (2) pembentukan glikogen dalam hati dan otot rangka, (3) perubahan 26 glukosa menjadi trigliserida, (4) sintesis asam nukleat, dan (5) sintesis protein. Insulin berinteraksi dengan sel insulin. Reseptor sasarannya mula-mula berikatan dengan reseptor insulin adalah suatu tirosin kinase yang memicu sejumlah respon intrasel yang mempengaruhi jalur metabolisme. Salah satu respon dini yang penting terhadap insulin adalah translokasi glucose transport unit (GLUTs, yang memiliki banyak tipe spesifik-jaringan) dari aparatus Golgi ke membran plasma, yang mempermudah penyerapan glukosa oleh sel. Sehingga hasil utama kerja insulin adalah dibersihkannya glukosa dari sirkulasi kedalam sel (Kumar et al, 2007). B. Aloe vera / lidah buaya Gambar lidah buaya (aloe vera) Asal mula aloe vera diduga dari Kepulauan Canary, barat Afrika. Nama Aloe vera sendiri berasal dari bahasa Arab “aloeh” yang artinya zat pahit yang mengilap. Tanaman aloe vera masuk ke Indonesia karena dibawa petani Cina pada abad ke-17. Salah satu jenis tanaman aloe vera yang unggul di Indonesia adalah jenis yang 27 tumbuh di Pontianak, Kalimantan Barat, yaitu A vera barbadensis dan A vera sinensis (Erlin, 2007; dalam Vinosa 2007). Aloe vera adalah salah satu tanaman obat yang berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Tanaman ini sudah digunakan bangsa Samaria sekitar tahun 1875 SM. Selain menyuburkan rambut, aloe vera juga dikenal berkhasiat untuk mengobati sejumlah penyakit. Di antaranya diabetes melitus dan serangan jantung (Purwakarta, 2006 ). Pemanfaatan dan ekplorasi aloe vera di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara Barat yang mendatangkan aloe vera dari Afrika serta negara tropis lainnya. Di Barat, aloe vera digunakan untuk bahan kosmetik dan produk makanan-minuman. Sebagai suplemen kesehatan, aloe vera juga dijadikan cairan ekstrak, kapsul, hingga tepung (Erlin, 2007; dalamVinosa,2007). Aloe vera digunakan dalam kosmetik, makanan, dan industri farmasi. Dalam industry kosmetik dan toilet, digunakan sebagai bahan dasar untuk pelembab kulit, sabun, shampoo, lotion matahari, krim make up, parfum, krim cukur, alat bantu mandi, dan banyak produk lainnya (Eshun & He2004; Boudreau & Beland, 2006, cit Foster et al 2011). 1 Kandungan aloe vera Tanaman aloe vera mengandung dua jenis cairan, yakni cairan bening seperti jeli dan cairan berwarna kekuningan yang mengandung aloin. Gel aloe vera diperoleh dengan membelah batang aloe vera. Jeli mengandung zat antibakteri dan 28 anti jamur yang dapat menstimulasi fibroblast, yaitu sel-sel kulit yang berfungsi menyembuhkan luka (Astawan, 2008). Aloe vera jenis Barbadensis Miller aman dikonsumsi, karena mengandung 72 zat yang dibutuhkan oleh tubuh, diantaranya 18 macam asam amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan zat golongan obat. Mengingat kandungan yang lengkap, aloe vera bukan hanya berguna menjaga kesehatan, tapi juga mengatasi berbagai penyakit, misalnya aloe vera juga mampu menurunkan kadar gula darah pada diabetisi yang tidak tergantung insulin dalam waktu 10 hari gula darah bisa normal (Freddy, 2006; Purwakarta, 2006). Jumlah asam amino, vitamin, enzim, anthraquinone, dan unsur lainnya tidak terdapat dalam jumlah besar, tetapi karena digabungkan menjadi satu, membuahkan hasil yang menakjubkan. Hal ini disebabkan unsur yang terdapat di dalam aloe vera ini menstimulasi macropage di dalam tubuh. Macropage adalah salah satu sel darah yang mengendalikan system kekebalan tubuh (Furnawanthi, 2004). Aloe vera diyakini sangat mujarab karena mengandung salisilat, yaitu zat peredam sakit dan anti berwarna kekuningan bengkak yang juga terdapat dalam aspirin. Cairan mengandung aloin berasal dari lateks yang terdapat di bagian luar kulit lidah buaya. Cairan ini tidak sama dengan jeli aloe vera, dianggap cukup aman dan banyak manfaat sebagai obat pencahar komersial (Furnawanthi, 2004). 29 2. Manfaat dan Khasiat Aloe Vera Daun Aloe vera L mengandung lemak tak jenuh Arachidonic acid dan Phosphatidylcholine dalam jumlah relatif besar (Furnawanti, 2002). Daun dan akar mengandung saponin dan flavonoid, disamping itu daunnya juga mengandung tannin dan polifenol. Kandungan yang lain barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin, aloesin, aloin, aloeemodin, antrakinon, resin, polisakarida kromium, inositol (Duke, 2002; dalam Sujono, 2005). Anthroquinone dan anthrone dalam lateks aloe dapat menghasilkan efek laksatif melalui peningkatan gerak peristaltic kolon. Gel aloe vera mengandung mannose-phosphate, glucoprotein dan beta-1,4 acetylated mannan, glucomannans, glucosylchromone yang alprogen diduga mengandung efek hipoglikemik (Afaf et al, 2008). Menurut Rajasekaran et al (2004) pemberian gel aloe vera diberikan pada tikus diabetes yang di induksi STZ didapatkan hasil signifikan menurunkan kadar glukosa darah puasa, meningkatkan jumlah insulin plasma, menurunkan kadar kolesterol, trigliserid, dan asam lemak bebas dalam plasma, hati dan ginjal. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Kim et al (2009) melaporkan efek antidiabetik dari gel aloe vera yang diberikan per oral pada tikus yang di induksi diet obesitas signifikan menurunkan insulin plasma, dan penurunan tingkat trigliserid pada hati dan plasma tikus. Aloe vera sebagai antihiperglikemia dikaitkan aktivitas insulogenik ekstrak gel dengan merangsang sekresi insulin dari sel beta dan atau regenerasi sel beta(Pari 30 & Latha, 2002; Rajasekaran et al, 2006; Ramachandraiahgari et al, 2012). Penelitian terkait yang dilakukan Jafri (2011) didapatkan hasil pemberian ekstrak aloe vera signifikan menurunkan kadar glukosa darah, dengan menstimulasi sel beta pankreas meningkatkan pelepasan insulin atau melalui mekanisme lain yang melibatkan penggunaan glukosa. Pada penelitian oleh Rajasekaran (2005); cit Jones (2007) studi klinis pasien diabetes dan hewan menunjukkan bahwa dengan pemberian aloe vera mampu menurunkan kadar glukosa darah dan trigliserid plasma, serta menurunkan gejala skunder diabetes berkaitan dengan stres oksidatif. Hal ini menunjukkan bahwa gel aloe vera signifikan menurunkan stres oksidatif, dengan mengaktifkan sistem antioksidan endogen, dan melalui kandungan antioksidan yang ada dalam gel aloe vera. Antioksidan pada aloe vera diantaranya glutathione aktivitas peroxidise, enzim superoksida dismutase dan fenolik, yang bertanggung jawab untuk efek antioksidan (Hamman, 2008). Pemberian aloe vera meningkatkan aktivitas superoksida dismutase dan catalase. Pemberian ekstrak aloe vera meningkatkan aktivitas enzim antioksidan SOD (superoksida dismutase) dan CAT (catalase) pada tikus diabetes. Hasil aktivitas SOD dan CAT dalam kandungan aloe vera terhadap aktivitas radikal bebas akan menimbulkan reaksi menguntungkan dengan melawan perubahan patologis yang diakibatkan oleh ROS (Reactive Oxygen Species). Pada tikus diabetes yang diberi dengan ekstrak etanol aloe vera signifikan meningkatkan 31 enzim. Hal ini mencerminkan potensi antioksidan dari ekstrak etanol aloe vera dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan cara mencegah glikasi dan inaktivasi enzim (Ramachandraiahgari et al, 2012). Enzim SOD dapat mencegah terjadinya reaksi antara O2- dengan NO- yang dapat menghasilkan ONOO- yang merupakan radikal bebas sangat toksik. Dengan meningkatnya aktivitas SOD, meningkat pula jumlah H2O2 sebagai konsekuensinya. Namun hal ini tidak menjadi suatu masalah, karena GPx (glutation) dan catalase akan bertindak menetralisir H2O2 menjadi air (H2O). Hal ini yang menyebabkan konsentrasi intraseluler H2O2 lebih stabil dan mencegah kemungkinan berubah menjadi OH- yang sangat berbahaya pankreas. Jika senyawa radikal bebas dapat bagi sel-sel beta dicegah maka sel beta dapat memproduksi insulin untuk menjaga konsentrasi kadar glukosa darah agar tidak mengalami perubahan (Reiter et al, 2006; dalam Wardhana, 2010). Pemberian antioksidan dan komponen senyawa polifenol menunjukkan dapat menangkap radikal bebas, mengurangi stres oksidatif, menurunkan ekspresi TNF-α. Senyawa fitokimia ternyata mampu memanipulasi dengan berbagai mekanisme sehingga dapat mengurangi komplikasi diabetes melalui pengurangan stres oksidatif, ROS dan TNF-α (Tiwari, 2002; dalam Widowati, 2008). Menurut Wahjono dan Koesnandar (2002) bahwa salah satu zat yang terkandung pada tanaman aloe vera bernama aloe emodin. Aloe emodin merupakan sejenis senyawa organik dari golongan antrokuinon yang fungsinya dapat 32 mengaktivasi jenjang sinyal insulin seperti penyerap insulin-beta -substrat 1, fosfatidil inositol-3 kinase dan meningkatkan laju sintesis glikogen dengan cara menghambat glikogen sintase kinase 3 beta. Bagian-bagian dari tanaman aloe vera yang umum dimanfaatkan adalah : (a) daun, yang dapat digunakan langsung, baik secara tradisional maupun dalam bentuk ekstrak, (b) eksudat (getah daun yang keluar bila dipotong, berasa pahit dan kental), secara tradisional biasanya digunakan langsung untuk pemeliharaan rambut, penyembuhan luka, dan sebagainya, (c) gel (bagian berlendir yang diperoleh dengan menyayat bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan), bersifat mendinginkan dan mudah rusak karena oksidasi, sehingga dibutuhkan proses pengolahan lebih lanjut agar diperoleh gel yang stabil dan tahan lama (Sudarto, 2007). Manfaat aloe vera beragam disebabkan kandungan bahan aktif yang dimiliknya, seperti terlihat tabel 2.5 Tabel. 2.5 Kandungan Aloe vera dan manfaatnya Zat Kegunaan Lignin Mempunyai yang tinggi, kemampuan sehingga penyerapan memudahkan peresapan gel ke kulit Saponin - Mempunyai kemampuan membersihkan dan bersifat antiseptik. - Sebagai bahan pencuci yang sangat baik Komplek Anthraquinone aloin, barbaloin, Bahan laksatif. iso-barbaloin, anthranol, aloe emodin, Penghilang rasa sakit, mengurangi racun. 33 anthrancene, aloetic acid, ester asam Senyawa antibakteri. sinamat, asam krisophanat, eteral oil, Mempunyai kandungan antibiotik. resistanol Vitamin B1, B2, niacinamida, B6, cholin, Bahan penting untuk menjalankan fungsi asam folat Mono dan glukosa, tubuh secara normal dan sehat. polisakarida, mannose, selulosa, Memenuhi kebutuhan metabolisme aldopentosa, tubuh. Berfungsi untuk memproduksi rhamnosa mucopolisakarida Sumber, Furnawanthi, 2004 3. Cara meramu aloe verauntuk menurunkan kadarglukosadarah Cara meramu aloe vera untuk menurunkan kadarglukoa darah, yaitu satu pelepah aloe vera ukuran besar (kira-kira seukuran telapak tangan) dibersihkan terlebih dahulu dengan mengupas kulit dan durinya. Kemudian rendam sekitar 30 menit dalam air garam dengan takaran 1 sendok makan garam dapur biasa yang dicampur 1 liter air. Selanjutnya remas sebentar secara perlahan lalu bilas dengan air yang mengalir (air kran). Kemudian rebus dengan 3 gelas air hingga mendidih. Lalu didinginkan dan diminum sebanyak setengah gelas 2 sampai 3 kali sehari selama 10 hari berturut-turut. C. Aloksan Aloksan (2,4,5,6- tetraoksipirimidin; 5,6-dioksiurasil) merupakan senyawa hidrofilik dan tidak stabil. Waktu paro pada suhu 37°C dan pH netral adalah 1,5menit dan bias lebih lama pada suhu yang lebih rendah. Sebagai diabetogenik, aloksan dapat digunakan secara intravena, intraperitoneal dan subkutan. Dosis intravena 34 yang digunakan biasanya 65mg/kgBB, dosis intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3kalinya (Szkudelski, 2001). Meningkatnya kadar glukosa darah pada pemberian aloksan melalui dua mekanisme yang berbeda. Mekanisme pertama yaitu aloksan secara selektif menghambat sekresi insulin yang di induksi oleh glukosa melalui penghambatan spesifik pada glukokinase yang merupakan sensor glukosa dari sel β pankreas. Mekanisme kedua yaitu melalui kemampuan aloksan menginduksi pembentukan Reactive oxygen Species (ROS) yang menghasilkan nekrosis selektif dari sel β pankreas (Lenzen, 2008). Hiperglikemia akan memperburuk dan memperparah pembentukan ROS melalui beberapa mekanisme. ROS akan meningkatkan pembentukan ekspresi Tumour necrosis factor-α (TNF- α) dan memperparah stres oksidatif. TNF- α dapat mengakibatkan phosphorylation) resistensi dari insulin reseptor melalui penurunan insulin, perubahan autofosforilasi (auto- reseptor insulin substrat1 menjadi inhibitor insuline reseptor tyrosine kinase activity, penurunan insulinesensitive glucose transporter (GLUT-4) meningkatkan sirkulasi asam lemak, merubah fungsi sel β, meningkatkan trigliserida dan menurunkan kadar HDL (Tiwaro, 2002; dalam Widowati, 2008). Stress oksidatif pada penderita diabetes akan meningkatkan pembentukan ROS di dalam mitokondria yang akan mengakibatkan berbagai kerusakan oksidatif berupa komplikasi diabetes dan akan memperparah kondisi penderita diabetes. Untuk mencegah kondisi tersebut perlu menormalkan ROS di 35 mitokondria untuk mencegah kerusakan oksidatif (Tiwaro, 2002; dalam Widowati, 2008). Setelah pemberian aloksan akan terjadi beberapa perubahan kadar glukosa darah yang berfluktuasi. Fase pertama akan terjadi hiperglikemia dalam waktu 30 menit setelah pemberian aloksan. Fase ke dua dimulai peningkatan kadar glukosa darah dan penurunan dari kadar insulin plasma, sekitar 1 jam setelah pemberian aloksan dan bertahan kurang lebih 2-4 jam. Fase selanjutnya terjadi hipoglikemia kembali, biasanya terjadi 4 – 8 jam setelah pemberian dan bertahan sampai beberapa jam. Fase terakhir terjadi hiperglikemia diabetikum, terlihat pada 12 – 48 jam setelah pemberian (Lenzen, 2008, cit Rohilla 2012). Aloksan dapat membangkitkan reactive oxygen species (ROS) yang hasil reduksinya berupa asam dialurik. Asam dialurik ini akan mengalami siklus redoks dan membentuk menjadi radikal superoksida. Kemudian radikal ini akan dismutase hidrogen peroksida (H2O2) dan pada tahap akhir mengalami reaksi katalisasi besi (reksi fenton) membentuk radikal hidroksil yang sangat reaktif. Radikal hidroksil yang sangat reaktif inilah yang berperan terhadap kerusakan sel beta (Szkudelski, 2001). Faktor lain selain pembentukan oksigen reaktif adalah gangguan pada homeostatis kalsium intraseluler. Aloksan dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium bebas sitosolik pada sel β langerhans pankreas. Efek tersebut diikuti oleh beberapa kejadian: influx kalsium dari cairan ekstraseluler, mobilisasi kalsium dari 36 simpanannya secara berlebihan, dan eliminasinya yang terbatas dari sitoplasma. Influks kalsium akibat aloksan tersebut mengakibatkan depolarisasi sel β Langerhans, lebih lanjut membuka kanal kalsium tergantung voltase dan semakin Pada menambah masuknya ion kalsium ke sel. kondisi tersebut, konsentrasi insulin meningkat sangat cepat, dan secara signifikan mengakibatkan gangguan pada sensitivitas insulin perifer dalam waktu singkat. Selain kedua faktor tersebut di atas, aloksan juga diduga berperan dalam penghambatan glukokinase dalam proses metabolisme energi (Szkudelski, 2001, dalam Nugroho, 2006). Aloksan merupakan diabetogenik terkenal yang umum digunakan pada induksi diabetes tipe 2 pada hewan (Viana et al 2004; cit Etuk, 2010). Pemberian aloksan dengan berbagai dosis akan memberikan hasil yang berbeda berdasar keparahan penyakit. Glukosa darah puasa misal pada kelinci dengan diabetes sedang gula darah puasa 180-250 mg/dl dan yang berat > 250 mg/dl (Huralikuppi, 1991; cit Etuk 2010). Kadar glukosa puasa yang direkomendasikan dalam pengujian obat pada hewan uji DM tipe 2 adalah diabetes sedang dengan didapatkan kadar glukosa puasa sekitar 180-250 mg/dl (Williamson et al 1996; cit Etuk 2010). Pemberian aloksan dan STZ diketahui dapat menghasilkan diabetes secara selektif menghancurkan sel beta pankreas. Hewan model percobaan NIDDM dapat dibuat dengan obat ini dengan memanipulasi dosis dan waktu pemberian untuk merusak sebagian sel beta pankreas ( Portha et al. 1989; Beppu et al. 1993 Serradas et al. 1991 cit Kim et al. 2009). 37 D. Kerangka Teori Penatalaksanaan DM : 1. Penyuluhan 2. Diet Terkontrol 3. Latihan Fisik Faktor risiko : 4. Terapi farmakologi : 1. Keturunan a. OHO 2. Jenis kelamin b. Insulin 1. Akut 3. Usia a. Ketoasidosis diabetik 4. Kegemukan 5. Stress Tidak terkontrol komplikasi : DM b. Hiperosmolar non ketotik c. Hipoglikemia 6. Pola makan 2. Menahun 7. Kurang aktivitas a. Makroangiopati Terapi herbal : Aloe vera b. Mikroangiopati c. Neuropati 38 E. Kerangka Konsep Pemberian ekstrak etanol aloe vera Perubahan Glukosa darah Puasa : Tikus galur wistar di induksi aloksan a. Naik ? b. Tetap ? c. Turun ? ------------ : tidak diteliti ________ : diteliti F. Hipotesis 1. Ekstrak etanol aloe vera menurunkan kadar glukosa darah puasa pada tikus strain wistar yang diinduksi aloksan. 2. Semakin tinggi dosis ekstrak etanol aloe vera` yang diberikan pada tikus strain wistar yang diinduksi aloksan semakin menurunkan kadar glukosa darah puasa. 39 3. Semakin lama pemberian ekstrak etanol aloe vera yang diberikan pada tikus strain wistar yang glukosa darah puasa. diinduksi aloksan semakin menurunkan kadar 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian eksperimen murni karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen (Sugiyono, 2011). Dalam desain ini semua kelompok dipilih secara random dengan pretest – posttest control group design terhadap tikus putih jantan galur wistar. Pengambilan sampel dengan random sampling dan sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Sampel terdiri dari 33 ekor tikus jantan galur wistar usia 3 bulan dengan berat badan 150-250 gram yang dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu K1: kelompok kontrol negatif hanya diberi pelet dan air putih selama penelitian berlangsung, K2: kelompok kontrol positif dengan diinduksi aloksan tanpa pemberian ekstrak etanol aloe vera, K3: k e l o m p o k p e r l a k u a n diberi ekstrak etanol aloe vera dosis I (150mg/kgBB/hr) selama 14 hari setelah diinduksi aloksan dan terjadi hiperglikemi, K4 yang diberi ekstrak etanol aloe vera dosis II (300mg/kgBB/hr) selama 14 hari setelah diinduksi aloksan dan terjadi hiperglikemi, K5 yang diberi ekstrak etanol aloe vera dosis III (600mg/kgBB/hr) selama 14 hari setelah diinduksi aloksan dan terjadi hiperglikemi. Sebelum diinduksi aloksan, serta sebelum dan sesudah perlakuan pemberian ekstrak etanol aloe vera 40 41 dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa tikus. Kadar glukosa darah puasa pada tikus diperiksa pada hari ke 7, 10, 17 dan 24. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah tikus putih jantan galur wistar yang diperoleh dari laboratorium FK UMY. 2. Sampel a. Pengambilan sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik random. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu (Sugiyono, 2011). Pengambilan sampel dengan cara random dari 33 tikus yang diambil kemudian dikelompokkan menjadi 5 kelompok. b. Dalam pengambilan sampel yang digunakan tikus putih (strain wistar) jantan berumur 3 bulan dg BB 150-250 gr sebanyak 25 ekor. Sampel dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok. c. Kriteria sampel 1. Kriteria inklusi : Menurut Sastroasmoro (2006), kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target dan pada populasi 42 terjangkau. Sedangkan menurut Nursalam (2003) kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteia inklusi pada penelitian ini : (1) subyek peneletian adalah tikus putih (strain wistar) jantan, (2) berjenis kelamin jantan, (3) berumur 3 bln, (4) berat badan berkisar 150-250 gr. 2. Kriteria eksklusi : Menurut Nursalam (2003) kriteria eksklusi adalah pada subyek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Penelitian ini kriteria eksklusi yang ditegakkan adalah : tikus sakit sebelum perlakuan, tikus mati selama perlakuan. C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium FK UMY selama 24 hari. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan di LPPT UGM. 2. Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Juni s/d 27 Juni 2013. D. Variabel Penelitian Variabel bebas : Ekstrak etanol aloe vera yang dibuat ekstrak etanol 70 % dengan tiga dosis 43 Variabel tergantung : kadar glukosa darah puasa pada masing-masing subyek Varaiabel terkendali : a. Umur b. Jenis kelamin c. Berat badan d. Tempat penelitian E. Definisi Operasional F. Tabel. 3.1 Definisi Operasional No Variabel 1 Kadar glukosa darah puasa Definisi Operasional Cara ukur Hasil Merupakan kadar GOD-PAP Hasil Skala ukur Interval glukosa darah yang dengan satuan sebelumnya subyek mg/dl. dipuasakan 8 – 12 jam 2 Pemberian Ekstrak Pemberian obat etanol tradisional dengan Aloe vera Pengenceran Sonde perhari Interval ekstrak pada labu dengan dosis : menggunakan ekstrak takar setiap dosis - etanol 70 % aloe vera yang diberikan untuk menurunkan Dosis 150 mg/kgbb - kadar glukosa darah Dosis 300 mg/kgbb - Dosis 600 mg/kgbb 3 Diabetes Mellitus Perubahan kadar gula Pengukuran kadar Kadar glukosa darah pada tikus lebih gula darah puasa dari normal darah puasa > 140 mg/dl. 44 4 Aloksan Suatu racun yang Pengukuran merusak sebagian sel dengan timbangan intraperitonial beta pulau langerhans miligram pankreas Disuntikkan dengan dosis 130 mg/kg BB G. Instrumen penelitian Pengukuran data dilakukan dengan cara sebagai berikut : Serum yang diperoleh diambil sebanyak 10 µl kemudian ditambahkan 1ml reagen GOD-PAP (Glukosa Oksidase – Phenol Amino Peroksidase), divertek selama 5 detik kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 10 menit. Absorbansi diukur dengan 0 spektrofotometer pada panjang gelombang 505 nm. Hasil dinyatakan normal bila kadar glukosa darah 50-135 mg/dl. . H. Bahan Dan Alat Bahan dan alat yang digunakan 1. Bahan : a. ekstrak etanol aloe vera dosis : 150 mg/kgbb, 300 mg/kgbb dan 600 mg/kgbb b. Aloksan 130 mg/kgbb c. larutan garam fisologis d. Air putih sebagai pengencer e. Reagent GOD-PAP 45 2. Alat yang digunakan : a. Kandang tikus b. Timbangan c. Sonde oral tikus d. Sentrifuse e. Spektrofotometer f. Mikropipet g. Vortex h. Opendorf CARA KERJA : 1. Penyediaan dan persiapan hewan uji: a. Pemilihan 33 tikus yang sehat. b. Aklimatisasi tikus sebelum perlakuan selama 7 hari. Selama aklimatisasi tikus hanya diberi air putih dan pelet. c. Pemeriksaan glukosa darah puasa pertama kali sebelum pemberian aloksan. Sebelum diambil darahnya tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 8-12 jam. d. Tikus diinduksi aloksan dengan dosis 130 mg/kgbb atau 26mg/200gr. e. Untuk melihat reaksi yang ditimbulkan, setelah pemberian aloksan, tikus hanya diberi air putih dan pelet selama 3 hari. f. Pemeriksaan glukosa darah puasa kedua kalinya yaitu pemeriksaan setelah di induksi aloksan, sebelum diambil darahnya tikus 46 dipuasakan selama 8 -12 jam terlebih dahulu. Jika kadar glukosa darah puasa kurang dari 140 mg/dl tidak memenuhi criteria dan tikus dikeluarkan dari sampel. Semua tikus yg diinduksi aloksan menjadi diabetes. g. Pemeriksaan glukosa darah puasa ketiga kalinya yaitu pemeriksaan hari ketujuh setelah pemberian ekstrak etanol aloe vera, sebelum diambil darahnya tikus dipuasakan selama 8-12 jam terlebih dahulu. h. Pemeriksaan glukosa darah puasa keempat kalinya yaitu pemeriksaan setelah hari keempat belas setelah pemberian ekstrak etanol aloe vera, sebelum diambil darahnya tikus dipuasakan 8-12 jam sebelumnya. 2. Pengelompokan hewan uji Hewan uji sebanyak 33 ekor dibagi secara acak menjadi 5 kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 7 ekor tikus kecuali kelompok kontrol 5 ekor tikus.. Kelompok 1 : Kelompok kontrol negatif . hanya diberi air putih dan pelet saja tanpa diinduksi aloksan selama penelitian berlangsung. Kelompok 2 : kelompok kontrol positif ; hewan uji diinduksi aloksan tanpa diberi ekstrak etanol aloe vera Kelompok 3 : hewan uji diinduksi aloksan dan diberi ekstrak etanol aloe vera dosis 150 mg/kgbb perhari selama 14 hari 47 Kelompok 4 : hewan uji diinduksi aloksan dan diberi ekstrak etanol aloe vera dosis 300 mg/kgbb perhari selama 14 hari Kelompok 5 : hewan uji diinduksi aloksan dan diberi ekstrak etanol aloe vera dosis 600 mg/kgbb perhari selama 14 hari 3. Penyediaan ekstrak etanol aloe vera Pembuatan ekstrak etanol aloe vera dilakukan di laboratorium farmasi UGM dengan dosis 150 mg, 300 mg dan 600 mg. 4. Pemberian ekstrak etanol aloe vera dilakukan satu kali sehari dengan dosis sesuai kelompok perlakuan masing-masing dengan lama perlakuan 14 hari setelah induksi aloksan dan tikus menjadi diabetes. 5. Hari ke 17 dan ke 24 semua kelompok hewan uji diambil darahnya untuk diperiksa kadar glukosa darah puasa. 6. Analisis statistik I. Cara Pengumpulan Data 1. Menentukan subyek penelitian - Subyek memenuhi kriteria penelitian 2. Membagi subyek penelitian menjadi 5 kelompok Jumlah sampel dalam penelitian dibagi 5 kelompok yaitu menjadi 3 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol negatif dan 1 kelompok kontrol positif dalam jarak waktu penelitian 14 hari. 3. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. 48 Jalannya penelitian NI NI Random TA 33 tikus A 150 mg/kgbb mgmg/kgbb A 300 mg/kgbb A 600 mg/kgbb __________________________________________________________________ Hari ke-1 ke - 7 P1 ke - 10 P2 ke – 17 P3 ke - 24 P4 Aloksan 130 mg Pengambilan sampel yang sesuai kriteria inklusi sejumlah 33 ekor selanjutnya dibagi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor kecuali kelompok kontrol negatif hanya terdiri dari 5 ekor. Selanjutnya aklimatisasi selama 7 hari, dilanjutkan dengan induksi aloksan 130 mg/kgbb pada kelompok perlakuan. Dalam penelitian ini ada tikus yang mati pada hari ke 9 sejumlah 1 ekor , pada hari ke 11 sejumlah 2 ekor dan pada hari ke 14 sejumlah 1 ekor . 49 J. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan keaslian dalam suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid dan sahih mempunyai validitas tinggi, dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006). 2. Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2002). Instrumen yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah dengan GOD PAP. Dalam penelitian ditentukan oleh ketepatan alat ukur yang sudah di kalibrasikan, ketepatan jumlah darah yang diukur dan ketepatan cara pengambilan darah. Dalam pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dilakukan di LPPT UGM. K. Analisis Data Setelah didapatkan data kadar glukosa darah pada masing-masing kelompok sample, dengan menggunakan alat bantu olah data SPSS versi 15 kemudian dilakukan uji normalitas dengan Shapiro- Wilk test karena ukuran sampel ≤ 50 (Dahlan, 2011). Untuk mengetahui perbedaan kadar glukosa darah puasa sebelum dan sesudah perlakuan tersebut bermakna secara statistic maka dilakukan uji paired t-test antar masing-masing kelompok. Karena didapatkan distribusi normal (P>0,05) dan varians data homogen (P>0,05) maka diuji parametrik dengan One Way ANOVA dan dilanjutkan dengan analisis Post Hoc LSD. 50 L. Etika Penelitian 1. Freedom from hunger and thirst (bebas dari rasa lapar dan haus) Selama penelitian semua tikus diberi makan yang sebelumnya ditakar dengan timbangan dan minum yang memadai untuk memenuhi kebutuhan. 2. Freedom from discomfort (bebas dari ketidaknyamanan) Melakukan pembersihan kandang tiap hari sehingga lingkungan bersih serta ruangan diatur cukup pencahayaaan , suhu, dan kelembaban lingkungan serta fasilitas fisik seperti ukuran kandang dan komposisi kelompok. 3. Freedom from pain, injury, and disease (bebas dari rasa sakit, trauma, dan penyakit) Selama penelitian diutamakan untuk meminimalkan penderitaan hewan dan memperlakukan dengan baik secara manusiawi. 4. Freedom from fear and distress (bebas dari ketakutan dan stress jangka panjang) Sebelum perlakuan semua tikus diberi kesempatan beradaptasi dengan memberikan masa adaptasi selama 7 hari. Semua prosedur pada hewan dilakukan oleh personil yang kompeten, terampil dan terlatih. 5. Freedom to express natural behavior (bebas mengekspresikan tingkah laku alami) Tikus dikelompokkan dan diberikan pada satu tempat guna semua tikus dapat bebas bersosialisasi dan berkembang. 51 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebelum dilakukan induksi aloksan semua tikus dirandom dikelompokkan menjadi 5 kelompok dan dilakukan pengukuran glukosa darah puasa dan 3 hari setelah induksi aloksan. Setelah tikus di induksi aloksan maka tiap tikus strain wistar diberi perlakuan sesuai kelompok masing-masing selama 14 hari: kelompok 1 (K1) yang berlaku kelompok kontrol negatif hanya diberi pelet dan air putih, kelompok 2 (K2) yang berlaku kelompok kontrol positif tanpa di beri ekstrak etanol aloe vera hanya pelet dan air putih, kelompok 3 (K3) yang diberikan ekstrak etanol aloe vera 150 mg/kgbb/hr, kelompok 4 (K4) yang diberikan ekstrak etanol aloe vera 300 mg/kgbb/hr, kelompok 5 (K5) yang diberikan ekstrak etanol aloe vera 600 mg/kgbb/hr. Tabe 4.1 menunjukkan perbandingan kadar glukosa darah puasa pra dan pasca di induksi aloksan. Tabel 4.1 Rerata kadar glukosa darah puasa pra dan pasca induksi aloksan No Kelompok Sebelum (mg/dl) Sesudah (mg/dl) 1. K1 81,54 81,54 2. K2 80,74 206,70 3. K3 81,26 204,24 4. K4 82,32 212,44 5. K5 84,54 210,66 51 52 Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan kadar glukosa darah puasa awal didapatkan hasil antara 80,74 – 84,54 mg/dl, hal ini menunjukkan semua tikus kadar gula darah puasa dalam batas normal. Pada kelompok perlakuan setelah diinduksi aloksan hari ke 3 diperiksa kadar glukosa darah puasanya mengalami peningkatan rata-rata antara 204,24 – 212,44 mg/dl. Hal ini menunjukkan semua kelompok induksi aloksan telah menjadi diabetes. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar glukosa darah puasa setelah pemberian perlakuan pada hari ke 17 dan ke 24. Pada Tabel 4.2 menunjukkan rerata kadar glukosa darah puasa hari ke 10, hari ke 17 dan hari ke 24 . Tabel 4.2 Rerata kadar glukosa darah puasa hari ke 10, ke 17 dan ke 24 (mg/dl) No Kelompok Hari ke 10 Hari ke-17 Hari ke- 24 1. K1 81,54 83,14 84,12 2. K2 206,70 227,06 251,18 3. K3 204,24 191,04 170,08 4. K4 212,44 163,22 125,78 5. K5 210,66 140,56 93,08 _____________________________________________________ Berdasar tabel 4.2 menunjukkan terjadi perubahan kadar glukosa darah puasa pada hari ke 17 dan ke 24 setelah pemberian ekstrak aloe vera. Dari hasil pengukuran didapatkan penurunan kadar glukosa darah puasa hari ke 17 dan ke 24 terhadap K3, K4 dan K5. Kelompok K2 sebagai kontrol positif yang tidak diberi 53 ekstrak aloe vera menunjukkan adanya peningkatan kadar glukosa darah puasa. Prosentase rata-rata perubahan kadar glukosa darah puasa pada masingmasing kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Rerata perubahan prosentase (%) kadar glukosa darah puasa Prosentase hari ke Prosentase Hari ke Prosentase Hari ke 10 17 24 K1 100 101,96 103,16 2. K2 100 109,85 121,51 3. K3 100 93,53 83,27 4. K4 100 76,83 59,20 5. K5 100 66,72 44,18 No Kelompok 1. __________________________________________________ Berdasar tabel 4.3 prosentase perubahan kadar glukosa darah beragam dari masing-masing kelompok. Pada kelompok 5 (K5) menunjukkan penurunan prosentase paling besar kadar glukosa darah puasanya pada hari ke 14 yaitu 55,82%. Pada K4 terjadi penurunan 40,80%, K3 terjadi penurunan 16,73%. Kelompok yang mengalami kenaikan pada K1 sekitar 3,16% dan pada K2 mengalami kenaikan 21,51%. Selanjutnya hasil pengukuran glukosa darah dianalisis untuk mengetahui adanya perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah perlakuan tersebut bermakna secara statistik maka dilakukan uji paired t-test antar masing- masing kelompok. Setelah dilakukan analisis statistik, diperoleh hasil sebagai berikut: 54 Tabel 4.4.Nilai Rerata Kadar glukosa darah puasa sebelum dan sesudah perlakuan Kelompok K1 Mean N IK 95 % Sebelum perlakuan 81,54 5 -5,67471 Sesudah perlakuan 84,12 5 ,51471 Sebelum perlakuan 206,70 5 -49,91318 Sesudah perlakuan 251,18 5 -39,04682 Sebelum perlakuan 204,24 5 6,89472 Sesudah perlakuan 170,08 5 61,42528 Sebelum perlakuan 212,44 5 81,74985 Sesudah perlakuan 125,78 5 91,57015 Sebelum perlakuan 210,66 5 109,74550 Sesudah perlakuan 93,08 5 125,41450 K2 P .082 .000 K3 .025 K4 .000 K5 .000 Pada tabel 4.4 dapat dilihat perbedaan rerata antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan baik sebelum maupun sesudah perlakuan. Setelah dilakukan analisis statistik, diperoleh hasil perbedaan penurunan rerata yang bermakna pada kelompok 2, kelompok 3 , kelompok 4 dan kelompok 5, dengan nilai signifikansi P<0,05. Kelompok 1 tidak memperlihatkan adanya perbedaan rerata yang bermakna antara kelompok sebelum dan sesudah perlakuan yang dapat ditunjukkan dengan hasil uji statistik P>0.05. Selanjutnya data yang diperoleh kemudian dilakukan uji sebaran data dengan normalitas menggunakan uji Shaphiro-Wilk dan didapatkan hasil bahwa data terdistribusi normal (P>0,05) (lampiran 5). Dilanjutkan uji varians dan 55 didapatkan hasil varians homogen (P>0,05) (lampiran 5). Karena data terdistribusi normal dan varians homogen maka dilanjutkan uji parametrik dengan One-way ANOVA yang bertujuan untuk mengetahui adanya penurunan kadar glukosa darah yang bermakna diantara masing-masing kelompok uji. Hasil uji One-way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik P<0,005 (lampiran 6). Untuk mengetahui lebih lanjut kelompok mana saja yang mempunyai perbedaan rerata yang bermakna maka dilanjutkan uji analisis Post Hoc antar kelompok (lampiran 6). Hasil analisis Post Hoc menunjukkan ada perbedaan yang bermakna pada semua kelompok yang ditunjukkan dengan nilai signifikan P<0,001. Secara statistik ada 2 kelompok yang memberikan perbedaan tidak bermakna yaitu antara kelompok K1 kontrol negatif yang dibandingkan dengan kelompok K5 yaitu perlakuan pemberian ekstrak etanol aloe vera 600 mg/kgbb. Dibandingkan dengan kelompok yang lain terdapat perbedaan yang bermakna dimana nilai signifikansinya p<0,001 (lampiran 6). B. Pembahasan Pada penelitian ini digunakan dosis aloksan 130 mg/kg bb atau 26 mg/200gr intra peritoneal pada tikus strain wistar. Dosis ini efektif mengiduksi diabetes dan bertahan sampai 20 hari atau lebih setelah injeksi aloksan ( Qomariah dan Sarto, 2011). Dilaporkan bahwa dosis aloksan 100 dan 110 mg/kgbb tidak menghasilkan kondisi diabetes, dosis 120 mg/kgbb dapat menginduksi diabetes tetapi tidak mampu bertahan lebih dari 7 hari, dosis 130 mg/kgbb dapat menginduksi diabetes 56 dapat bertahan sampai pada hari ke 20 atau bahkan lebih. Dosis aloksan 140, 150 dan 160 mg/kgbb dapat menginduksi diabetes tetapi terjadi peningkatan mortalitas antara 60 – 80%. Hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa pada hari ke 10 sudah menunjukkan bahwa tikus telah disebabkan pengaruh aloksan yang mengalami d iabetes (tabel 4.1). menimbulkan hiperglikemi yang Hal ini permanen dalam waktu dua sampai tiga hari (Suharmiati,2003). Menurut Qomariah & Sarto (2011) diabetes dapat dipertahankan sampai hari ke 20, dan ini masih dalam suasana diabetes karena perlakuan dalam penelitian sampai hari ke 14 setelah injeksi aloksan. Meningkatnya kadar glukosa darah puasa pada tikus kelompok pemberian aloksan di akibatkan oleh dua mekanisme yang berbeda. Mekanisme pertama yaitu aloksan secara selektif menghambat sekresi insulin yang dirangsang oleh glukosa melalui penghambatan spesifik pada glukokinase yang merupakan sensor glukosa dari sel β pankreas. Mekanisme kedua yaitu melalui kemampuan aloksan menginduksi pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) yang menghasilkan nekrosis selektif dari sel β pankreas (Lenzen, 2008). Faktor lain selain pembentukan oksigen reaktif adalah gangguan pada homeostatis kalsium intraseluler. Aloksan dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium bebas sitosolik pada sel β Langerhans pankreas. Efek tersebut diikuti oleh beberapa kejadian: influks kalsium dari cairan ekstraseluler, mobilisasi kalsium dari simpanannya secara berlebihan, dan eliminasinya yang terbatas dari sitoplasma. Influks kalsium 57 akibat aloksan tersebut mengakibatkan depolarisasi sel β Langerhans, lebih lanjut membuka kanal kalsium tergantung voltase dan semakin menambah masuknya ion kalsium ke sel. Pada kondisi tersebut, konsentrasi insulin meningkat sangat cepat, dan secara signifikan mengakibatkan gangguan pada sensitivitas insulin perifer dalam waktu singkat. Selain kedua faktor tersebut di atas, aloksan juga diduga berperan dalam penghambatan glukokinase dalam proses metabolisme energi (Szkudelski, 2001; dalam Nugroho, 2006). Berdasar tabel 4.2 hasil pengukuran kadar glukosa puasa hari ke 17 dan ke 24 pada K3, K4 dan K5 mengalami penurunan kadar glukosa darah puasa yang signifikan karena telah diberi perlakuan pemberian ekstrak etanol aloe vera. Hal ini diperkirakan aloe vera sebagai antihiperglikemia dikaitkan dengan aktivitas insulogenik ekstrak gel aloe vera. Pemberian gel ekstrak aloe vera merangsang sekresi insulin dari sel beta dan atau regenerasi sel beta (Pari & Latha, 2002; cit Rajasekaran et al, 2006; Ramachandraiahgari et al, 2012). Hal terkait studi klinis pasien diabetes dan hewan menunjukkan bahwa dengan pemberian aloe vera mampu menurunkan kadar glukosa darah dan trigliserid plasma, serta mengurangi gejala skunder diabetes berkaitan dengan stres oksidatif. Pemberian gel aloe vera signifikan menurunkan stres oksidatif, dengan mengaktifkan sistem antioksidan endogen, dan melalui kandungan antioksidan yang ada dalam gel aloe vera (Rajasekaran, 2005; cit Jones (2007). Pemberian ekstrak aloe vera meningkatkan aktivitas SOD (superoksida dismutase)dan CAT (catalase) pada tikus diabetes. Hasil aktivitas SOD dan CAT 58 dapat diperlihatkan dari kandungan aloe vera terhadap aktivitas radikal bebas yang menimbulkan reaksi menguntungkan dengan melawan perubahan patologis yang diakibatkan oleh ROS (Reactive Oxygen Species) (Ramachandraiahgari et al, 2012). Dengan aktivitas antioksidan dalam aloe vera akan melindungi sel-sel beta pankreas dari kerusakan yang diakibatkan radikal bebas. Sehingga insulin akan cukup tersedia guna membantu masuknya glukosa darah masuk kedalam sel, hasil akhirnya glukosa darah akan turun. Pada penelitian ini ditemukan adanya penurunan kadar glukosa darah puasa, prosentase perubahan kadar glukosa puasa pada hari ke 10, ke 17 dan ke 24 menunjukkan bahwa semakin bertambah lama pemberian ekstrak aloe vera semakin menurunkan kadar glukosa puasa tikus yang diinduksi aloksan (tabel 4.3). Pada penelitian ini semakin lama ekstrak aloe vera diberikan dan semakin besar dosisnya semakin menurunkan kadar glukosa darah puasa, seperti pada penelitian Rajasekaran (2006) & Ramachandraiahgari (2012). Aloe vera yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis aloe vera Barbadensis Miller, menurut Wahjono dan Koesnandar (2002) bahwa salah satu zat yang terkandung pada tanaman aloe vera bernama aloe emodin. Aloe emodin merupakan sejenis senyawa organik dari golongan antrokuinon yang fungsinya dapat mengaktivasi jenjang sinyal insulin seperti penyerap insulin-beta -substrat 1, fosfatidil inositol-3 kinase dan meningkatkan laju sintesis glikogen dengan cara menghambat glikogen sintase kinase 3 beta. C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 59 1. Kekuatan a. Desain penelitian eksperimen murni, pre post test control group design merupakan rancangan eksperimental yang menjamin validitas internal dapat menjadi tinggi karena dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruh i jalannya eksperimen (Sugiyono, 2011). b. Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah random sampling karena populasi dianggap homogen. c. Metode analisa data menggunakan uji paired t-tes dan One Way ANOVA d. Merupakan penelitian mengembangkan yang penelitian dapat lanjut diaplikasikan sehingga aloe dengan vera dapat dikembangkan sebagai agen non farmakologik pada DM. e. Dapat s ebagai bahan pertimbangan alternatif pengobatan herbal pada DM 2. Kelemahan a. Dalam penelitian ini tidak memakai kelompok kontrol dengan pemberian obat antidiabetik oral karena belum ada obat spesifik untuk diabetes pada tikus yang diinduksi aloksan. b. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran kadar insulin plasma karena dalam tujuan penelitian ini hanya meneliti tentang perubahan kadar glukosa darah puasanya. 60 c. Ekstrak etanol aloe vera yang diberikan pada tikus masih merupakan aloe vera lengkap tidak berdasar zat aktif yang terkandung dalam aloe vera. 61 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan penelitian tentang pemberian ekstrak etanol aloe vera menurunkan kadar glukosa darah puasa pada tikus strain wistar yang diinduksi aloksan yang telah diuraikan sebelumnya dan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemberian ekstrak etanol aloe vera menurunkan kadar glukosa darah puasa pada tikus strain wistar yang di induksi aloksan. 2. Semakin tinggi dosis pemberian ekstrak etanol aloe vera semakin menurunkan kadar glukosa darah puasa tikus yang diinduksi aloksan. 3. Semakin lama pemberian ekstrak etanol aloe vera semakin menurunkan kadar glukosa darah puasa tikus yang diinduksi aloksan B. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai gambaran histologi sel beta pankreas untuk menentukan derajat regenerasi sel-sel beta pankreas akibat pemberian ekstrak etanol aloe vera. 61 62 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan mekanisme dasar zat aktif aloe vera yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah puasa. 3. Perlu dilakukan penelitian klinis pada pasien DM dengan pemanfaatan aloe vera sebagai obat herbal.