pengantar periklanan - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Pengantar Periklanan
dan Komunikasi
Pemasaran
MODUL – PENGANTAR
PERIKLANAN
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Marketing
Communications &
Advertising
Tatap Muka
01
Abstract
 Pemahaman konsep periklanan
dalam konteks komunikasi
pemasaran
Kode MK
Disusun Oleh
MK43021
A Judhie Setiawan, M.Si
Kompetensi
Mahasiswa dapat memahami
pengertian periklanan pada konteks
komunikasi dan peranannya dalam
industri komunikasi pemasaran.
PENGANTAR PERIKLANAN
Pengertian Periklanan
Iklan secara umum didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk
atau jasa yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media dengan tujuan untuk
membujuk seseorang atau sekelompok orang untuk membeli barang atau jasa yang
dikomunikasikan1.
Istilah iklan pertama kali diperkenalkan oleh Soedardjo
Tjokrosisworo, seorang tokoh pers nasional Indonesia tahun 1951, untuk
menggantikan istilah advertentie dari bahasa Belanda atau advertising (bahasa
Inggris) agar sesuai dengan semangat penggunaan bahasa nasional Indonesia2.
Dalam perkembangan selanjutnya, Masyarakat Periklanan Indonesia memberikan
pembatasan istilah iklan dan periklanan. Iklan didefinisikan sebagai segala bentuk
pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media dan
ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.
Sedangkan periklanan diartikan sebagai keseluruhan proses yang meliputi
persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyampaian iklan 3. Oleh
Keller, periklanan juga dapat didefinisikan sebagai presentasi dan promosi
nonpersonal atas ide-ide, produk maupun jasa oleh sebuah perusahaan atau
lembaga4.
1
Frank F.Jefkins, Introduction to Marketing, Advertising and Public Relations (London: Macmillan Press Ltd., 1982)
2
Tams Djajakusumah, Periklanan (Bandung: Armico, 1982)
3
Direktorat Bina Pers & Grafika Departemen Penerangan RI, Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia (Jakarta, 1983)
4 Kevin Lane Keller, Strategic Brand Management (2003)
2016
2
Pengantar Periklanan dan Marcomm
A Judhie Setiawan, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Periklanan adalah kunci dalam ekonomi konsumen. Tanpa periklanan, manusia
harus menyediakan waktu yang banyak untuk dapat mengetahui produk dan jasa
yang tersedia di pasaran. Periklanan adalah bisnis yang besar, setidaknya dapat
dikatakan demikian, untuk Indonesia saja total belanja iklan di tahun 2003 sekitar 18
trilyun rupiah dan 24 trilyun di tahun 2004, hingga kemudian mencapai 30 trilyun
rupiah pada tahun 2006 dan bahkan 35 trilyun rupiah pada tahun 2007 (untuk iklan
di TV dan media cetak).
Belanja iklan di Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan naik Rp 5 triliun. Jika pada
2008 belanja iklan mencapai Rp 47 triliun, maka pada 2009 menjadi Rp 52 triliun.
Data ini disampaikan oleh Wakil International Relation Persatuan Perusahaan
Periklanan Indonesia (P3I), Andi Sadha dalam acara kunjungan para delegasi
periklanan China di Jakarta, Selasa 17 Februari 2009
Iklan dalam Kegiatan Pemasaran
Dalam
konteks
kegiatan
pemasaran,
peranan
periklanan
adalah
mengkomunikasikan secara lengkap ide-ide atau gagasan-gagasan penjualan dari
produsen agar diterima oleh konsumennya. Prinsip kerja dalam kegiatan periklanan
adalah mengirimkan stimulus dalam bentuk pesan (message) lewat suatu media
tertentu, yang dirancang sedemikian rupa agar dapat menembus batas kesadaran
konsumen dan mampu mempengaruhi pikiran serta perilaku konsumen sesuai
dengan target yang dikehendaki produsen.
Pada tabel di bawah ini, iklan atau Advertising berada dalam kegiatan Promotion
Mix.
2016
3
Pengantar Periklanan dan Marcomm
A Judhie Setiawan, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Marketing Mix
Promotion Mix
Product
Advertising
Price
Personal Selling
Place
Sales Promotion
Promotion
Publicity
Sumber: Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan
Menurut pendapat Daniel Starch5, meskipun periklanan merupakan bagian promosi
namun pengertian dari keduanya tidaklah sama. Dalam periklanan, yang menjadi
sasaran adalah mengubah jalan pikiran (state of mind) calon konsumennya untuk
membeli produk yang diiklankan. Sedangkan dalam promosi yang menjadi sasaran
adalah menstimulasi kegiatan pembelian di tempat (immediately stimulating
purchase).
Periklanan
dibayar
untuk
menarik
kesadaran,
menanamkan
informasi,
mengembangkan sikap, serta mengharapkan adanya suatu tindakan dari calon
konsumennya yang menguntungkan kepentingan produsen (pengiklan). Untuk dapat
mencapainya diperlukan proses komunikasi dengan tahapannya agar pesan suatu
produk yang disampaikan dengan iklan dapat diterima oleh konsumennya.
Pendekatan yang sangat terkenal yang digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah
metode DAGMAR yaitu Defining Advertising Goals for Measured Advertising Results
5
Daniel Starch, Principles of Advertising (Chicago: A.W.Shaw,1926)
2016
4
Pengantar Periklanan dan Marcomm
A Judhie Setiawan, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang diperkenalkan oleh Russel H. Colley6 tahun 1961 dengan urutan tahapan
sebagai berikut:
Unawareness – Ketidaksadaran
Awareness – Kesadaran
Comprehensive and Image – Pemahaman dan Citra
Attitude – Sikap
Action – Tindakan
Fungsi Periklanan
Secara umum periklanan dihargai karena dkenal sebagai pelaksana beragam fungsi
komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya yakni :
Informing - Memberi Informasi
Persuading - Mempersuasi
Reminding - Mengingatkan
Adding value - Memberi Nilai Tambah
Assisting - Mendampingi upaya-upaya lain dari perusahaan
6
Russel H.Colley, Defining Advertising Goals for Measured Advertising Results (New York: Association of National
Advertiser,1961)
2016
5
Pengantar Periklanan dan Marcomm
A Judhie Setiawan, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jenis-jenis Media Periklanan
Dalam periklanan, media penyampai pesan dibedakan menjadi dua pengertian:
Above the line media – Media lini atas, yang terdiri dari iklan-iklan yang disampaikan
lewat:
media cetak (surat kabar, majalah, brosur, leaflet, poster, dsb)
media elektronik: media audio, media audiovisual (radio, televisi, film, video, dsb)
media luar ruang (outdoor media): billboard, spanduk, neon-sign, painted bulletin,
dsb)
Below the Line Media – Media lini bawah, yang terdiri dari media seperti:
Direct Mail
Pameran
Souvenir/gift dan Merchandise
Point of Sale Display
Perkembangan Industri Periklanan di Indonesia
Industri periklanan merupakan industri yang cukup prospektif. Jumlah perusahaan
periklanan juga membengkak dari 217 agensi menjadi 438 agensi (menurut anggota
PPPI Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia). Perusahaan periklanan yang
menjadi anggota PPPI mencapai 98 % dari seluruh perusahaan periklanan di
Indonesia.
2016
6
Pengantar Periklanan dan Marcomm
A Judhie Setiawan, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Media TV menyerap kue iklan terbanyak sebesar 62 %, media cetak seperti majalah
dan suratkabar : 30%, media radio: 5% dan sisanya diserap oleh media outdoor.
PPPI mengklaim bahwa industri periklanan berperan membantu terciptanya skala
ekonomi yang besar bagi setiap produk, sehingga menurunkan biaya produksi dan
distribusi per unit produk.
Sejarah Periklanan Indonesia
Perintis tumbuhnya iklan di Hindia Belanda adalah Jan Pieterzoen Coen, pendiri
Batavia dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1619-1629. Dalam masa
pemerintahannya, ia mengirim berita yang salinannya ditulis dengan tulisan tangan
pada tahun 1621 ke pemerintah setempat di Ambon dengan judul Memorie De
Nouvelles. Tulisan tangannya yang indah ternyata merupakan refleksi dari naluri
bersaing antara pemerintah Hindia Belanda dengan Portugis yang terlibat dalam
perebutan hasil rempah-rempah dari kepulauan Ambon, dan Jan Pieterzoen Coen
"menulis" iklan untuk melawan aktivitas perdagangan oleh Portugis.
Iklan pertama di Hindia Belanda muncul bulan Agustus tahun 1744, bersamaan
dengan surat kabar pertama, yaitu Bataviaasche Nouvelles di Batavia (Jakarta).
Surat kabar ini dapat dikatakan merupakan surat kabar pemerintah Hindia Belanda,
karena ia diterbitkan dan dicetak oleh Vereenigde Oost Compagnie (VOC) dimana
hampir seluruh halamannya dipenuhi iklan. Dan surat kabar ini menerbitkan tulisan
tangan Jan Pieterzoen Coen pada tanggal 17 Agustus 1744, sebagai iklan pertama
yang muncul di Hindia Belanda.
Iklan-iklan pertama di Media
Pemanfaatan iklan untuk menunjang pemasaran, juga sudah lama dikenal para
pengelola suratkabar. Contoh khas surat kabar pertama ini adalah Tjabaja Siang,
2016
7
Pengantar Periklanan dan Marcomm
A Judhie Setiawan, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
terbit di Minahasa tahun 1825, telah mengiklankan produk obat-obat tradisional.
Tjabaja Siang adalah suratkabar pribumi yang pertama kali memanfaatkan iklan
sebagai penunjang pemasaran, dan iklannya disebarluaskan hingga ke Eropa.
Kemudian disusul oleh Soerabaja Advertentie Blad, Surabaya, terbit pertama kali
tahun 1836.
Ia mengiklankan produknya dengan teks iklan sebagai berikut:
Nomor satoe soedah tidak bisa dapatkan lagi, oentoek itoe tjepat segera pesan
langsoeng ke kantoor Redakteur7.
Surat kabar Bientang Timoor, Surabaya, bahkan telah menggunakan iklan untuk
meluncurkan produknya. Dalam penerbitan nomor pertamanya ia telah memuat
iklan:
Siapa siapa njang biasa trima soerat kabar bernama Bientang Timoor, soeka
diteroeskan ini taon 1865, dikasi taoe njang oewangnja itoe soerat kabar, barganja f.
15, -bole lekas dikirimkan sama njang kloeawarken itoe soratkabar.8
Atau surat kabar Surabaya lain tahun 1872 yang berbahasa Melayu, Bromartani,
yang dalam nomor perdananya, juga telah memuat iklan:
Bermoelanja kita mengeloearkan kepada orang-orang njang soeka batja ini Soerat
kabar, njang bergoena soeda terseboet didalam Soerat Kabar Oospost, jaini Soerat
Kabar bahasa Melajoe sanget didjadiken pertoelangannja orang berdagang dinegrie
Djawa soeblah timor. Mangka segala orang berdagang njang soeka taroh satoe
kabar dari dagang atawa belaijar, berseangkat, datang dari pendjoelan barang,
harga oetawa dari lain2 kabar, ija boleh kirim di kantor tjitakan ini soerat di kota
Soerabaja.9
7 Dikutip dari, Sekilas Sedjarah Perdjuangan Perss Suratkabar sebangsa, diterbitkan oleh Serikat Perusahaan Suratkabar
(SPS), Djakarta 1958.
8
Bientang Timoor, 4 Djanuari 1865
9
Bromartani Soerat Kabar Bahasa Melajoe, 3 Djanuari 1872
2016
8
Pengantar Periklanan dan Marcomm
A Judhie Setiawan, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Asosiasi Periklanan
Zaman Hindia Belanda
Pada zaman Hindia Belanda tidak ditemui catatan mengenai asosiasi dari
masyarakat periklanan yang terdiri dari asosiasi pengiklan, media periklanan
ataupun asosiasi dari perusahaan periklanan sendiri. Namun itu tidak berarti tidak
ada kegiatan dari para praktisi periklanan. Ini terbukti dari vokalnya para praktisi
pemasaran dan periklanan menyuarakan aspirasinya.
Banyak sekali tulisan mengenai periklanan di surat kabar atau majalah. Malah
terlihat adanya kecenderungan meningkatnya aktivitas maupun kesadaran beriklan.
Hingga sesaat sebelum pendudukan Jepang, di Jakarta sudah beroperasi beberapa
perusahaan periklanan. Beberapa diantaranya yang terkenal, adalah:
A de la mar, di jalan Merdeka Utara.
Aneta, di jalan Antara, (sekarang gedung LKBN Antara).
Elita, berkantor di jalan Antara (dahulu jalan Pos Utara).
Globe, di jalan Kalibesar Timur.
IRAB (Indonesia Reclame and Advertentie Bureau), semula berkantor di jalan
Hayam Wuruk, tetapi kemudian pindah ke jalan KH Samanhudi.
Preciosa, di jalan Veteran IV (kantor Sekretariat Negara sekarang).
Elita dan IRAB dimiliki dan dipimpin oleh orang-orang Indonesia, sedangkan sisanya
dimiliki dan dipimpin oleh orang-orang Belanda. Waktu itu belum terdapat asosiasi
perusahaan periklanan.
Zaman Pendudukan Jepang
Masuknya tentara Jepang ke Indonesia segera menyebabkan terhentinya aktivitas
perusahaan-perusahaan
milik
Belanda.
Di
Jakarta,
perusahaan-perusahaan
periklanan milik orang-orang Indonesia yang semula hanya dua, bertambah cukup
banyak. Meskipun demikian, tidak diketahui mengapa tidak ada catatan mengenai
perusahaan-perusahaan periklanan milik kelompok Cina yang pernah sangat
berprestasi pada periode-periode sebelum masuknya tentara Jepang.
2016
9
Pengantar Periklanan dan Marcomm
A Judhie Setiawan, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kebanyakan dari perusahaan-perusahaan periklanan yang dimiliki oleh orang
Indonesia ini masih relatif kecil. Namun ada lima perusahaan periklanan yang
menonjol, yaitu:
Elita, dipimpin bersama oleh M. Nasroen AS dan Sofjan.
Irab, dipimpin oleh D. Karisoetan.
Korra (juga mempunyai kantor-kantor di Bandung, Semarang, dan Yogyakarta).
Korra dipimpin oleh Sujadi Hadikusumo dan beralamat di jalan Gajah Mada No.7Jakarta. Di masa itu, perusahaan periklanan ini merupakan salah satu yang paling
aktif. Kantor-kantor cabangnya di Bandung dan Yogyakarta merangkap Semarang,
masing-masing dipimpin oleh R. Soendjojo dan Soejono Hadikoesoemo.
Pikat, dipimpin oleh Rameli Adjam yang merupakan pula aktifis gerakan kepanduan
di masa itu.
Tanjung, dipimpin oleh Amir Hamzah Tanjung. Namun setelah proklamasi
kemerdekaan, ia beralih profesi menjadi wartawan LKBN (Lembaga Kantor Berita
Nasional) Antara, sampai akhir hayatnya.
Meskipun perubahan-perubahan lingkungan makro banyak mempengaruhi usaha
periklanan, tetapi hingga saat itu para usahawan periklanan belum merasa perlu
mendirikan asosiasi periklanan.
Pasca Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan (1945-1947), kegiatan periklanan di Indonesia sempat
menurun tajam. Sebagian, akibat terkonsentrasinya aktivitas masyarakat pada
perjuangan melawan tentara Sekutu dan Belanda. Baru tahun 1948, di daerahdaerah yang diduduki tentara Belanda, seperti Jakarta dan Bandung, mulai tumbuh
perusahaan-perusahaan periklanan. Hingga saat itu pun perusahaan periklanan
masih menggunakan nama Reclame Bureau atau Biro Reklame, dan semata-mata
dianggap sebagai perusahaan perantara, yang menghubungkan pengiklan dengan
media.
Maraknya lagi aktivitas periklanan adalah akibat pulihnya perdagangan barang barang eks impor. Namun konsepsi tentang perusahaan periklanan sebagai bagian
2016
10
Pengantar Periklanan dan Marcomm
A Judhie Setiawan, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dari industri komunikasi atau pemasaran, belum diakui. Hal ini terjadi karena
kemampuan penyedia barang belum mampu memenuhi permintaan pasar. Saat itu,
fungsi periklanan praktis hanya untuk menyampaikan informasi tentang sesuatu
produk atau jasa, secara ringkas dan populer.
Perusahaan-perusahaan periklanan yang ada di Jakarta, adalah: Azeta, Contact,
Cotey, De Unie, Elite, F.Bodmer, Frank Klein, Garuda, Grafika, Ippres, IRAB, Kilat,
Korra, Life, Lintas (Limbung Advertising Service), Oriental, Patriot, Pikat, Reka,
Studio Brek dan Titi.
Asosiasi Perusahaan Periklanan pertama
Awal September 1949, atas prakarsa beberapa perusahaan periklanan yang
berdomisili di Jakarta dan Bandung, dibentuk suatu asosiasi bagi perusahaanperusahaan periklanan. Asosiasi ini mereka beri nama Bond Van Reclamebureaux
in Indonesia-PBRI (Perserikatan Biro Reklame Indonesia). Nama asosiasi ini
menggunakan bahasa Belanda, karena keanggotaan PBRI ini didominasi oleh
perusahaan-perusahaan periklanan milik orang-orang Belanda.
Sebelas perusahaan tercatat menjadi anggota Bon Van Reclamebureaux in
Indonesia, yaitu: Budi Ksatria, Contact, De Unie, F. Bodmer, Frank Klien, Grafika,
Life, Limas, Lintas, Rosada dan Studio Berk. PBRI ini pada masa selanjutnya
menjadi cikal-bakal munculnya PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia)
yang dikenal hingga saat ini.
Sebagai asosiasi dari hanya perusahaan-perusahaan periklanan besar dan dikuasai
oleh orang-orang Belanda, PBRI tentu saja tidak mampu menampung aspirasi para
perusahaan periklanan milik orang-orang Indonesia. Situasi ini memicu berdirinya
asosiasi perusahaan periklanan lainnya di tahun 1953yang didirikan di Jakarta dan
diberi nama SBRN (Serikat Biro Reklame Nasional).
Terbentuknya SBRN mungkin diilhami pula oleh adanya dua asosiasi penerbit
suratkabar
saat
itu.
Salah
satu
diantaranya
adalah
PPPI
(Perserikatan
Persuratkabaran Indonesia) yang merupakan kelanjutan dari Verenigde Dagblad
Pers. Asosiasi suratkabar lainnya adalah Serikat Penerbit Suratkabar (SPS).
2016
11
Pengantar Periklanan dan Marcomm
A Judhie Setiawan, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tercatat tigabelas anggota pertama SBRN, yaitu : Azeta, Elite, Garuda, Irab, Kilat,
Kinibalu, Kusuma, Patriot, Pikat , Reka, Lingga, Titi dan Trio.
Namun terbentuknya dua asosiasi perusahaan periklanan tampaknya membuat para
anggota dan eksponennya prihatin. Karena itu pada tahun 1954, F. Berkhout, ketua
PBRI waktu itu, menghubungi beberapa pimpinan SBRN. Ia mengusulkan
penggabungan kedua asosiasi tersebut. Dua asosiasi yang memperjuangkan tujuantujuan yang sama ternyata menyulitkan pembinaan ke dalam maupun oleh instansiinstansi Pemerintah.
Gagasan melakukan fusi ini berjalan cukup lancar. Dan sejalan dengan
kecenderungan Indonesiani yang terjadi, para aktivis dari perusahaan-perusahaan
periklanan Belanda yang mendominasi PBRI bersedia menyerahkan pimpinan
asosiasi baru hasil fusi, kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia. Meskipun
demikian, untuk menjaga kelancaran roda asosiasi, disepakati pula bahwa
pelaksanaannya baru akan dilakukan pada tahun berikutnya.
Secara organisatoris, sebenarnya fusi ini tidak pernah efektif, karena beberapa
waktu sebelumnya, terjadi perpecahan dalam tubuh SBRN, perpecahan ini berkaitan
dengan kebijaksanaan penyelenggaraan Pool Iklan Pemerintah yang ditangani oleh
pengurus SBRN.
Pool iklan Pemerintah adalah suatu badan yang menyelenggarakan iklan- iklan
undian dari Departemen Sosial maupun dari instansi-instansi lainnya. Tujuannya
adalah untuk pemerataan kesempatan. Mekanisme yang dipilih waktu itu adalah
secara bergiliran kepada para anggota SBRN diberi hak untuk melaksanakan
pemasangan iklan pemerintah.
Namun keberhasilan SBRN memperjuangkan hak penyelenggaraan Pool iklan
Pemerintah itu malah menimbulkan silang pendapat di antara para anggota dan
pengurusnya. Mayoritas anggota SBRN kemudian menyatakan dirinya keluar dari
keanggotaan SBRN, dan secara bersama-sama justru kemudian menjadi anggota
PBRI.
2016
12
Pengantar Periklanan dan Marcomm
A Judhie Setiawan, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Berdirinya PPPI
Tanggal
27-29
Maret
1972,
bertempat
di
Restaurant
Geliga-Jakarta,
diselenggarakan Seminar Periklanan yang diikuti oleh masyarakat periklanan;
media, pengiklan dan perusahaan periklanan. Seminar ini diprakarsai oleh SPS, dan
merupakan seminar pertama yang berhasil menghimpun seluruh komponen
masyarakat periklanan di Indonesia setelah kemerdekaan. Sebagai ketua panitia
seminar diangkat HG Rorimpandey, salah satu ketua SPS saat itu yang juga
Pemimpin Umum Harian Sinar Harapan, Jakarta. Dia sekaligus memberikan
prasaran berjudul "Pembinaan PBRI dalam menghadapi masalah-masalah pokok
periklanan di Indonesia".
Dalam seminar tersebut ada tiga tujuan pokok yang hendak dicapai Panitia,
pertama, agar eksistensi periklanan memperoleh pengakuan, baik dari masyarakat
maupun dari Pemerintah. Kedua, untuk mengefektifkan Peraturan Pemerintah
tentang larangan penggunaan modal dan tenaga asing di bidang periklanan, ketiga,
Untuk menggairahkan kembali periklanan khususnya periklanan pers. Hasil-hasil
seminar tersebut juga ternyata kemudian menjadi pemicu bagi bangkitnya generasi
muda periklanan, penerus generasi Muhammad Napis.
Desember 1972, dilangsungkan Rapat Anggota PBRI yang dihadiri Direktur Bina
Pers Departemen Penerangan saat itu, Drs.T.Atmadi. Rapat Anggota yang diadakan
d Restaurant Chez Mario Jalan Ir.H. Juanda III /23 Jakarta Pusat itu, dimaksudkan
untuk memilih pengurus baru.
Rapat yang dipimpin oleh AM Chandra itu akhirnya berhasil memilih Ketua PBRI
yang baru. AM Chandra, yang memang sejak lama telah menjadi aktivis PBRI
akhirnya bersedia menjadi Ketua. Bersamaan dengan itu, sesuai dengan
perkembangan bahasa Indonesia dan tuntutan jaman, istilah "Biro Reklame" yang
digunakan oleh asosiasi ini pun diganti menjadi "perusahaan periklanan." Dengan
usainya Rapat Anggota terakhir PBRI tersebut, era PBRI ditutup dan era PPPI pun
dimulai.
2016
13
Pengantar Periklanan dan Marcomm
A Judhie Setiawan, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Frank F.Jefkins, Introduction to Marketing, Advertising and Public Relations (London:
Macmillan Press Ltd., 1982).
2. John Burnett and Sandra Moriarty. “Advertising: Principles and Practice”, Fifth Edition,
William Wells, Prentice-Hall, 2000.
2016
14
Pengantar Periklanan dan Marcomm
A Judhie Setiawan, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download