Press Release - Indonesian Danone Institute Foundation

advertisement
Press Release
Seminar Internasional Kegemukan dan Kemiskinan
Masalah Kelebihan Gizi dan Kegemukan pada Masyarakat Miskin : Mungkinkah itu ?
Itulah pertanyaan yang akan dibahas oleh para pakar gizi, kesehatan masyarakat dan kedokteran,
di dalam seminar tentang masalah kegemukan karena gizi-lebih di negara-negara berkembang
dan miskin termasuk Indonesia .”Obesity as a Poverty Related Emerging Nutrition Problem in
Indonesia” –demikian judul seminar itu yang akan diselenggarakan oleh Program Studi Gizi
Kesehatan FK-UGM bekerja sama dengan Yayasan Institut Danone Indonesia (Indonesian
Danone Institute Foundation). Seminar akan diselenggarakan pada tgl. 8 Desember 2007 mulai
jam 8.00 pagi di Auditorium MM UGM, Yogyakarta.
Topik yang akan dibahas antara lain meliputi Beban Ganda Masalah Gizi di Negara Berkembang
dan Miskin (Double Burden of Malnutrition) atau Double Burden of Malnutrition in Developing
countries. Disatu pihak negara-negara berkembang dan miskin masih dibebani banyaknya anak
yang kekurangan gizi dalam bentuk gizi-kurang dan gizi-buruk, dipihak lain masalah kegemukan
akibat gizi-lebih (over nutrition) mulai melanda negara-negara miskin. Dampak negatif akibat gizikurang dan gizi-lebih, kedua-duanya menurunkan kualitas sumber daya anusia (SDM) dan
membebani ekonomi bangsa. Gizi kurang berdampak pada pertumbuhan fisik dan kecerdasan yang
tidak optimal yang bermuara kerendahnya produktivitas dan kemiskinan. Demikian juga masalaah
kegemukan (obesity) karena gizi-lebih merupakan penyebab utama makin merebaknya penyakit
degeneratif seperti diabetes, jantung, stroke, dan kanker. Penyakit jantung tidak hanya merupakan
penyebab kematian utama di negara maju tetapi juga dinegara berkembang dan miskin.
Menurut WHO (2006), secara global terdapat lebih dari satu milyar penduduk dewasa yang
kelebihan berat badan (gemuk), 300 juta diantaranya kegemukan (obes). Sejak tahun 1980
dibeberapa wilyah di Amerika Utara, Inggris, Eropa Timur, Timur Tengah, Kepulauan Pasifik,
Australia dan Cina, jumlah penduduk yang menderita kegemukan berlipat tiga kali,- demikian kata
WHO. Yang memprihatinkan, Bank Dunia dalam publikasinya tentang ” Repositioning Nutrition as
Central to Development” (2006), menunjukkan bahwa bahaya kegemukan juga banyak terjadi pada
kanak-kanak. Di Afrika tingkat kecepatan pertambahan jumlah anak yang kegemukan jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan kecepatan di negara berkembang secara menyeluruh.
Kelebihan
berat badan dan kegemukan adalah salah satu faktor penting penyebab penyakit kronik seperti
diabetes tipe 2, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke, dan kanker jenis tertentu. Penyebab
utama adalah pola makan yang tidak menurut pedoman gizi seimbang, yaitu berlebihan karbohidrat
dan makanan manis, serta lemak yang tidak baik (lemak jenuh) , yang tidak diimbangi dengan
kegiatan fisik yang berarti. Selain itu konsumsi sayuran dan buah-buahan sangat kurang
menyebabkan banyak penduduk kekurangan vitamin dan mineral, yang diperlukan untuk
mengurangi resiko berbagai penyakit kronis itu. Kehidupan santai , kurang minat berolah raga,
makan banyak karbohidrat dan manis (padat energi), dan kurang konsumsi sayur dan buah, adalah
ciri pola hidupan kebanyakan masyarakat modern dan perkotaan terutama pada anak dan
pemuda-pemudi. Oleh karena itu sampai tahun 1990-an masalah gizi lebih dan kegemukan
dianggap masalah orang dan negara kaya, bukan masalah negara miskin dan berkembang.
Bank Dunia punya data bahwa masalah kegemukan juga sudah melanda negara miskin. Di
Mauritania, lebih 40% perempuan dewasa, dan 30% anak-anak kelebihan berat badan. Pada 60%
rumah tangga miskin yang dijumpai ada anaknya yang gizi-kurang, ternyata dijumpai juga anggota
keluarga dewasa yang kegemukan. Hal yang sama terjadi di Guatemala, dan negara-negara miskin
lainnya, termasuk Indonesia. Buku Rencana Aksi Pangan dan Gizi Bappenas (2006) menyebut ada
kecenderungan jumlah perempuan gemuk (Indeks Masa Tubuh diatas 25) di perdesaan meningkat
terutama pada perempuan usia 30-44 tahun. Kekurangan gizi dan sekaligus kelebihan gizi dapat
terjadi dalam satu rumah tangga dan dalam suatu masyarakat miskin. Bagaimana hal tersebut
dapat terjadi dan apa implikasinya bagi pembangunan negara berkembang dan miskin?
Itulah yang akan di paparkan dan didiskusikan dalam seminar masalah kegemukan dan kemiskinan
di UGM tgl.8 Desember 2007.
Tujuan seminar untuk memberikan informasi kepada pemerintah dan masyarakat, bahwa dalam hal
masalah pangan dan gizi, kita tidak hanya berhadapan dengan beban kemiskinan, gizi-kurang dan
gizi-buruk, tetapi juga sudah mulai menghadapi masalah gizi-lebih, kegemukan segala
konsekwensinya terhadap penyakit jantung, stroke dan sejenisnya. Masalah terakhir ini lebih
komplek dan lebih mahal penanggulangannya. Seminar juga mengharapkan mulai ada upayaupaya pencegahan terhadap masalah kegemukan ini di Indonesia seperti yang telah dilakukan di
negara-negara tetangga. Karena itu dalam seminar juga akan dibahas upaya-upaya negara
tetangga di Asia seperti Thailand, Malaysia dan Singapore, dalam mencegah bahaya kegemukan
yang saat ini sudah merupakan masalah gizi utama di negara-negara tersebut.
Makalah utama tentang beban ganda masalah gizi global dibawakan oleh Prof. Emanuel Lebenthal
seorang guru besar terkenal di bidang kesehataan anak dan gizi di Eropa, yang banyak meneliti
masalah kegemukan anak. Prof. Hamam Hadi, direktur Program Gizi Kesehatan FK-UGM akan
bicara soal beban ganda masalah gizi di Indonesia. DR. Andi Wijaya dari UNHAS yang merupakan
ahli Biologi Molekuler, membahas Sindrom Metabolik. Ms. Yeong Boon Yee, Sekretaris Jendral
International Life Sciences Institute (ILSI) wilayah Asia di Singapore. Dia akan bicara tentang
upaya Singapore mencegah kegemukan yang dimulai pada masa kanak-kanak. Dr. Ina Hernawati
dari Departemen Kesehatan akan menyampaikan mengenai Kebijakan Pemerintah untuk
mencegah kegemukan. DR. Ahmad Suryana, Kepala Badan Penelitian Departemen Pertanian,
yang seorang ekonom pertanian dan mendalami masalah gizi dan pola konsumsi pangan keluarga,
akan menyampaikan makalah tentang peran supermarket dalam merubah pola konsumsi makan
masyarakat. Prof. Hardinsyah, Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB, Bogor, akan berbicara aspek
ekonomi dari masalah kegemukan. DR. Sidartawan Soegondo, ahli penyakit dalam dan DR.
Damayanti Sjarief, dokter anak, keduanya dari RSCM/FKUI, akan membicarakan tentang
pendekatan klinis.
Semua diskusi pembahasan dalam seminar ini akan dipandu dan
dikoordinasikan oleh Prof. Soekirman, guru besar (emeritus) ilmu gizi dari IPB dan juga sebagai
Presiden, Yayasan Institut Danone Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Yayasan Institut Danone Indonesia akan mengumumkan pemenang
dana riset kompetitif untuk tahun 2007/08.
Peserta
Seminar ini diharapkan akan dihadiri oleh kurang lebih 400 orang dari kalangan profesi gizi dan
kesehatan dari berbagai wilayah di Indonesia. Akan memberikan sambutan: Rektor UGM Prof. DR.
Sudjarwadi, Deputi Menteri Bappenas Bidang SDM dan Kebudayaan, Ibu Nina Sardjunani, dan
GKR Hemas selaku Ketua Penggerak PKK DIY yang akan membuka secara resmi seminar.
Download