Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR SUMUR BERDASARKAN TOTAL KOLIFORM DI KABUPATEN TRENGGALEK Microbiological Quality of Well Water based Total Coliforms in village Trenggalek Regency Nur Fitri Rahmawati 1), Rr Eko Susetyorini, 2), Lud Waluyo, 3) Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Tlogomas 246 Malang Telf 464318; email : [email protected] Abstrak Bakteri koliform yang keberadaannya merupakan salah satu indikator pencemaran kualitas air. Bakteri ini bisa menular melalui air yang sudah terkontaminasi. Air sumur merupakan salah satu sumber air minum yang sering kali menjadi perantara mikroorganisme patogen berbahaya. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis kualitas mikrobiologi air sumur yang dikonsumsi masyarakat di Kabupaten Trenggalek berdasarkan standar PERMENKES RI/492/MENKES/Per/IV tahun 2010. Analisis kualitas air dengan metode MPN (Most Probable Number). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dimana lokasi yang dipilih berdasarkan pada pertimbangan tertentu oleh peneliti itu sendiri. Populasi dalam penelitian ini adalah 3 sumur gali yang diambil pada Kabupaten Trenggalek di daerah dekat persawahan, dekat kandang ternak, dan dekat saptic tank. Sampel yang diambil sebanyak ± 100 ml/ sampel air dengan 2 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pada sampel persawahan, kandang ternak dan saptic tank memperoleh nilai rata-rata MPN (Most Probable Number) secara berturut-turut sedangkan (30,1), (>2400), dan (>2400), untuk total bakteri koliform. Berdasarkan data pada sampel tersebut dapat disimpulkan bahwa semua air sumur gali tanpa pompa tersebut tidak layak konsumsi berdasarkan PERMENKES RI/492/MENKES/Per/IV tahun 2010. Kata kunci : Total koliform, air sumur, MPN Abstract Coliform bacteria which its indicator of water quality pollution. These bacteria can be transmitted through contaminated water. The well water is one source of drinking water is often the intermediary harmful pathogenic microorganisms. This study aims to analyze microbiological quality of well water consumed by the people in Trenggalek popularity PERMENKES standard RI / 492 / Menkes / Per / IV in 2010. Analysis of water quality by the method of MPN (Most Probable Number. This type of research used in this research is descriptive qualitative. The sampling technique used purposive sampling, where the locations are chosen based on certain considerations by the researchers themselves. The population in this study was 3 wells taken in Trenggalek in areas near rice fields, near the livestock barns, and close saptic tank. Samples taken as much as ± 100 ml / sample water with 2 replications. The results showed the samples of rice fields, cattle sheds and tank saptic obtain the value of the average MPN (Most Probable Number) respectively whereas (30.1), (> 2400), and (> 2400), for total coliform bacteria. Based on a sample of data, we can conclude that all water wells without the pump is not suitable for consumption by PERMENKES RI / 492 / Menkes / Per / IV in 2010. Key words: Total coliforms, water wells, MPN 948 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 PENDAHULUAN Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia karena dapat digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari, namun Air yang digunakan penduduk tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan. Banyak faktor-faktor penyebab pencemaran diantaranya lokasi sumber air dan model kontruksi yang tidak sesuai standar dan seringkali menjadi perantara berbagai penyakit yang membahayakan kelangsungan hidup manusia. Begitu juga dengan keadaan air sumur di Wilayah Kabupaten Trenggalek, sumber air yang ada pada daerah tersebut sering kali keruh dan bau. Dari kenyataan yang ada air sumur tersebut berdekatan dengan sumber pencemar sehingga diduga tercemar bakteri koliform berbahaya. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Sirait (2010), pencemaran air yang mengakibatkan masalah kesehatan manusia melalui perantara air sumur dipengharuhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi geografis, arah aliran air tanah maupun kontruksi bangunan fisik sumur. Bambang (2014), mengungkapkan syarat air minum harus aman, artinya bebas dari mikroba patogen dan zat yang berbahaya, terutama oleh kontaminasi mikroba yang berbahaya seperti bakteri koliform. Bakteri koliform adalah salah satu bakteri yang keberadaannya merupakan indikator keberadaan bakteri patogenik yang lazim digunakan, dimana keberadaan bakteri ini menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi patogen atau tidak. Letak sumber pencemar juga mempengaruhi kualitas air yang dikonsumsi, contoh sumber pencemar adalah jamban, air kotor atau comberan, tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan saluran peresapan. Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisis kualitas mikrobiologi air sumur di Kabupaten Trenggalek berdasarkan standar PERMENKES RI/492/MENKES/Per/IV tahun 2010. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang kelayakan air sumur di lingkungannya dan memberikan informasi sanitasi kontruksi yang harus diperhatikan karena sanitasi yang buruk akan berdampak negatif bagi lingkungan kesehatan sehingga dapat mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat sehingga dapat mengenali dan memahami kondisi sarana air bersihnya dalam upaya melindungi dan memanfaatkan air bersih. Kualitas mikrobiologi adalah tingkat standar keberadaan jumlah suatu organisme hidup yang berukuran mikroskopis yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang seperti mikroorganisme, mikroba dan protista. Biasanya mikrorganisme tertentu dapat dijadikan indikator kualitas air yang kehadirannya merupakan bukti bahwa air tersebut tercemar, seperti bakteri koliform dan bakteri tinja. Bakteri koliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai salah satu indikator kualitas air adanya cemaran mikroba, biasanya bisa melalui kotoran yang kondisinya tidak baik terhadap kualitas air, makanan, maupun minuman. koliform sebagai suatu kelompok bakteri dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam yang ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung yang telah diinkubasi pada media yang sesuai (Waluyo, 2012). Bakteri koliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air minum. Kelompok bakteri koliform terdiri atas Eschericia coli, Enterobacter aerogenes dan bakteri lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara 949 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 langsung, keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis koliform. Bambang (2014), salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air yang telah terkontaminasi kotoran manusia atau hewan adalah Shigella sp, dan Escherichia coli yaitu mikroba penyebab gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah. Konsentrasi berlebihan dari mikroorganisme biasanya merupakan akibat dari kontaminasi. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius Sumur gali tanpa pompa merupakan bangunan penyadap air atau pengumpul air tanah dengan cara menggali. Kedalaman sumur bervariasi antara 5m–20 m dari permukaan tanah tergantung pada kedudukan muka air tanah setempat dan juga morfologi daerah. Air tanah dari sumur gali dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga. Keadaan model konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat menjadi sumber kontaminasi dan bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, misalnya sumur dengan konstruksi atau model terbuka dan pengambilan air dengan timba. Pada segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik jika airnya langsung dikonsumsi, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air yang disebut sebagai air minum adalah air yang melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan yang meliputi syarat-syarat fisika, kimia, mikrobiologi, radioaktif dan dapat diminum apabila telah dimasak (Waluyo, 2009). METEDOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, Sampling atau teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei. Data hasil pemeriksaan kualitas air di Labolatorium diolah secara manual disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasilnya dibandingkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air bersih. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan table Most Probable Number (MPN). Cara Kerja : Tahap Pengenceran Air meliputi: (a) mengambil sampel sebanyak 1 ml dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah aquades sebanyak 9 ml sehingga diperoleh konsentrasi pengenceran 10-1, (b) mengambil sampel sebanyak 1ml dari pengenceran 10-1 dimasukkan dalam tabung reaksi , kemudian ditambah aquades sebanyak 9 ml sehingga diperoleh konsentrasi pengenceran 10-2. (c) mengambil sampel sebanyak 1ml dari pengenceran 10-2 dimasukkan dalam tabung reaksi , kemudian ditambah aquades sebanyak 9 ml sehingga diperoleh konsentrasi pengenceran 10-3 (Utami, 2012). Prosedur Tes Pendugaan (presumtive test) meliputi: (a) menyiapkan 9 tabung reaksi berisi Kaldu Laktose , member kode A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, dan C3.Memasukkan 1 ml sampel denan pengenceran 10-1 ke dalam tabung A1, A2, A3,. Memasukkan 1 ml sampel 950 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 denan pengenceran 10-2 ke dalam tabung B1, B2, B3. Memasukkan 1 ml sampel dengan pengenceran 10-3 ke dalam tabung C1, C2, dan C3. (b) menginkubasikan semua tabung reaksi pada suhu 370 C selama 1 X 24 jam. Jika timbul gas dalam tabung Durham pada bagian dasar, melakukan Tes Penegasan. Jika tidak ada gas, menunggu sampai 1X 24 jam berikutnya. Jika tetap tidak ada gas, maka sampel air minum isi ulang tersebut tidak perlu diperiksa lebih lanjut. Tes Penegasan (comfirmed test ) meliputi: (a) melakukan inokulasi air minum isi ulang yang menghasilkan gas pada Tes Pendugaan. Perlakuan seperti Tes Pendugaan, tetapi medium yang digunakan ialah BGLB ( Brilliant Green Lactose Bile Broth ) sebanyak 9 tabung reaksi , masing-masing diberikan 3 ml. (b) memasukkan semua tabung reaksi ini dalam inkunbator pada suhu 440 C selama 1 X 24 jam. Jika terdapat pada bagian dasar tabung Durham, berarti dalam sampel air minum isi ulang terdapat bakteri koliform fekal. Test Kesempurnaan (complete test) meliputi: (a) menginokulasikan 0,1 ml sampel air isi ulang pada masing masing – masing tingkat pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3 pada medium Mac Conkey Agar ( MCA ), kemudian menginkubasikan pada suhu 440C selama 1 X 24 jam atau 2 X 24 jam, kemudian mengamati koloni bakteri yang tumbuh pada permukaan medium. Koloni yang berwarna merah merupakan koloni bakteri yang memfermentasikan lactose, sedang koloni yang tidak berwarna merah merupakan koloni bakteri yang tidak memfermentasikan lactose. Menghitung jumlah koloni kedua kelompok bakteri ini, berdasarkan tingkat pengenceran, lalu menghitung reratanya. PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten Trenggalek, dapat diketahui melalui nilai rata-rata MPN (Most Probable Number) dan hasil penghitungan pada media MAC (Mac Conkey agar) yang mendapatkan hasil bahwa air sumur pada sampel yang ada di kabupaten Trenggalek dikatakan tercemar karena nilai total koliform melebihi ambang batas yang sudah ditentukan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa total koliform dalam air harus 0. 951 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Tabel 1.Hasil olah Data Tes Pendugaan dan Tes Penegasan Bakteri Koliform berdasarkan Standar PermenkesNo.492/Menkes/Per/1V/2010. N Tempat Ulang- Kombinasi Nilai MPN Standar o. Pengam an ke Tabung Positif Koliform Tabel Permenkes bilan No.492/Menkes/Pe sampel r/1V/2010 dekat dengan NF F NF F NF F NF F sumber pencema r 1 1-0-0 1-0-1 0,36 0,072 0 0 1. Persawa 1 han 2 2 0-0-0 2-3-3 <0,03 0,53 0 0 1 3-2-0 3-3-3 0,93 >24.00 0 0 2. Kandan 1 g 2 2 3-3-1 1-3-1 0,46 0,20 0 0 Ternak 1 1 3-3-3 3-3-3 >24,00 >24,00 0 0 3. Saptic tank 2 2 3-3-3 3-3-3 >24,00 >24,00 0 0 Sumber: Data diolah Keterangan : MPN (Most Probable Number) MPN (NF) = Tes Pendugaan MPN (F) = Tes Penegasan Tabel diatas pada tahap uji pendugaan dan kepastian menunjukkan bahwa sampel air yang diamati mengandung bakteri yang mampu memfermentasikan laktosa dan menghasilkan gas, namun tidak semua bakteri yang dapat mampu memfermentasikan laktosa dan menghasilkana gas termasuk dalam kelompok bakteri koliform. Misalnya, bakteri Clostridium perferingens yang tidak termasuk dalam kelompok koliform tapi mampu menghasilkan gas apabila ditumbuhkan pada media LB (Dwijoseputro, 1998). Bakteri koliform total merupakan golongan bakteri yang merupakan campuran antara bakteri fekal, misalnya Escherichia coli dan bakteri non fekal misalnya Enterobacter aerogenes. Bakteri koliform termasuk dalam bakteri yang membahayakan kesehatan karena bakteri koliform bersifat toksigenik. Bakteri koliform digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran tinja dan kondisi yang tidak baik pada air dan makanan. Apabila terdapat bakteri koliform dalam makanan atau minuman, maka terdapat mikroba yang bersifat membahayakan bagi kesehatan. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri koliform pada makanan atau minuman, maka akan semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan pada makanan atau minuman tersebut sehingga, air yang digunakan untuk keperliuan sehari-hari berbahaya dan dapat menyebabkan penyakit infeksius (Sirait, 2010). Kualitas air minum dapat dilihat juga dari banyak tidaknya bakteri patogen yang terkandung, karena umumnya bakteri patogen ini jika terkonsumsi maka akan menyebabkan masalah bagi kesehatan manusia seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. Menurut Efendi (2003), situasi dan kondisi kualitas air bersih yang 952 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 tidak memenuhi persyaratan akan sangat berbahaya bagi makluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Daerah sampel air dekat kandang ternak memiliki nilai rata-rata jumlah koliform total tertinggi. Hal tersebut terlihat dari keadaan sumur yang digunakan untuk mandi,minum dan mencuci. Lokasi dekat dengan kandang ternak dengan jarak ± 5 meter dari sumber pencemar dan sumur dipakai untuk umum. Kontruksi sumur yang memiliki lantai tidak kedap air dan tidak memiliki tutup sumur dengan standar dan kondisi sanitasi lingkungan sangat rendah maka, tidak heran jika banyak tercemar oleh bakteri, sehingga dengan melihat hasil penelitian dan sumber pencemarnya dapat dipastikan ada hubungan antara jarak dan kontruksi pencemar dari saluran pencernaan hewan maupun manusia sehingga keberadaanya menandakan bahwa air tersebut telah terkontaminasi feses yang mengandung patogen usus. Daerah yang berdekatan dengan saptic tank memiliki jumlah nilai bakteri koliform terbesar setelah air sumur dibawah kandang ternak. Jarak antara sumber pencemar dan sumber air 7 meter dan kondisi di sekitar sumber air tersebut memiliki lingkungan yang sedikit padat penduduk dan adanya saluran air yang tersumbat karena sampah, fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) yang tidak berfungsi secara optimal baik karena usang, salah konstruksi, tidak terawat. Adanya bakteri golongan Escherichia coli pada Dusun Karang tuo ini kemungkinan banyak disebabkan jarak antara tempat pembuangan kotoran manusia (septic tank) yang letaknya berdekatan dengan bangunan sumur. Rahayu (2013), mengatakan kondisi perumahan dan lingkungan yang padat dengan kondisi septic tank yang tidak baik menjadi salah satu faktor penyebab pencemaran air. Daerah terendah jumlah bakteri koliformnya adalah daerah dekat persawahan. Daerah ini memang memiliki kontruksi sumur yang memenuhi standar fisik yang bagus, lokasi ini memiliki lantai yang kedap air, tinggi bibir sumur kurang lebih 80 cm dari permukaan dan memiliki jenis tanah yang berbeda dari lokasi daerah yang lain. Jarak dengan sumber pencemar adalah lebih kurang dari 10,5 meter, dengan jenis tanah liat yang berbeda ini memiliki daya dukung air dan daya resap yang berbeda pula, karena jenis tanah ini dapat memfiltrasi atau menyaring limbah yang ada di sekitar sumber air sumur tersebut, meskipun bukan berarti dapat dipastikan terbebas dari kontaminasi bakteri, karena pada uji total koliform didapatkan nilai <2400/100ml air. Menurut Dwidjoseputro (1986), air tanah mengandung zat anorganik maupun zatzat organik yang merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme. Parameter mikrobiologi total koliform dapat dikatakan layak dikonsumsi apabila jumlah bakteri Escherichia coli dan total koliform adalah (0) dan memenuhi persyaratan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/ Menkes/ Per/IV/2010. Faktor geologis, geografis, dan juga faktor konstruksi pembatas TPA, saluran air lindi dan sumur itu sendiri dapat mempengaruhi kualitas air sumur. Sumber air apabila berdekatan dengan sumber pencemaran tinggi dan tidak memiliki sistem pengendalian pencemaran air maka, bakteri akan merembes dan berpindah secara horizontal dan vertikal ke bawah bersama dengan air, air seni, atau air hujan yang meresap. Jarak perpindahan bakteri akan sangat bervariasi tergantung pada berbagai faktor diantaranya porositas tanah (Bambang, 2014). 953 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Model kontruksi dan cara pengambilan air sumur juga dapat menjadi sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan kontruksi atau model terbuka dan meletakkan timba di lantai sumur. Dilihat dari segi kesehatan sebenarnya sumur gali ini kurang baik jika langsung dikonsumsi karena masih mengandung mikroorganisme yang berbahaya. Menurut Dwidjoseputro (1986), air tanah mengandung zat-zat anorganik maupun zat-zat organik yang merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, namun untuk mencegah hal tersebut sebaiknya air sumur dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Menurut Bambang (2014), Faktor geologis,geografis, dan juga faktor konstruksi pembatas TPA, saluran air lindi dan sumur itu sendiri dapat mempengaruhi kualitas air sumur, sedangkan menurut Riza (2012), ada hubungan antara jarak sumur gali dari sumber pencemar. PENUTUP Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada olah data diatas didapatkan kualitas air secara mikrobiologik air sumur didapatkan nilai yang melebihi standar PERMENKES RI/492/MENKES/ Per/IV tahun 2010. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologik air sumur di Kabupaten Trenggalek rata-rata kualitasnya tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan tidak layak konsumsi. 2. Kontruksi dan jarak dari sumber pencemar pada sumber air sangat mempengaruhi banyak atau tidaknya total bakteri koliform yang ada pada air sumur. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap kualitas air sumur gali tanpa pompa dengan jenis parameter yang berbeda dan tempat dekat pencemaran yang berbeda. 2. Masyarakat dan pemerintah seharusnya ikut serta dalam menanggulangi penyakit yang dapat ditularkan melalui air melalui pola hidup sehat dan meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Bambang, adrian. G. 2014. Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Air isi Ulang dari depot di Kota Manado.Jurnal llmiah Farmasi no.3 vol 3Agustus 2014. ISSN Hal 325-334 Depkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta. Dwidjoseputro. D, 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan, Jakarta. Dwidjoseputro. D, 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan, Jakarta Efendi, 2003. Peranan air Bagi kehidupan. Penerbit Gramedia, jakarta. Sirait, R. 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Merkuri pada Air Sumur Gali di Area Penambangan Emas Tanpa Izin di Desa Selogiri Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah.Tesis, UNDIP, Semarang (Skripsi). 954 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Rahayu, C. S., Setiadi, O., & Nurjazuli. (2013). Faktor Risiko Pencemaran Mikrobiologi pada AIr Minum Isi Ulang di Kabupaten Tegal. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 12 No. 1 Riza, Rafikhul. 2012. Hubungan Antara Kondisi Fisik Sumur Gali Dengan Keadaan Nitrit Air Sumur Gali Di Sekitar Sungai Tempat Pembuangan Limbah Cair Batik. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Semarang (Skripsi). Utami, Sri Hastuti. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. UMM Press, Malang. Waluyo, L., 2012. Mikrobiologi Umum. UMM Press, Malang Waluyo, L., 2009. Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press, Malang 955