Studi Kualitas Air Tanah Dangkal Terhadap

advertisement
Studi Kualitas Air Tanah Dangkal Terhadap Kandungan Bakteri
Escherichia Coli di Wilayah Kelurahan Cisarua Dan Kelurahan
Subangjaya Kecamatan Cikole Kota Sukabumi
Pramudita Dewi P1, Emma Yuliani,2 Riyanto Haribowo.2
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2)
Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia
Jln.MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
e-mail: [email protected]
1)
ABSTRAK
Permasalahan utama yang terjadi di Kota Sukabumi adalah menurunnya jumlah kualitas air
tiap tahunnya akibat semakin padatnya penduduk mengakibatkan terganggunya kondisi air tanah
sehingga air tercemar bakteri E.coli. Pada hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kota Sukabumi pada Kecamatan Cikole banyaknya sampel yang tidak memenuhi syarat terdapat
pada daerah Kelurahan Subangjaya dan Cisarua. Studi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kandungan E.coli pada kualitas air tanah dangkal dan sumber yang mempengaruhi di wilayah
Kelurahan Subangjaya dan Cisarua pada Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.
Penelitian dilakukan menggunakan uji pengenceran bertingkat dengan seri tabung dan metode
MPN (Most Probable Number) dalam penentuan kandungan E.coli serta menggunakan formulir
inspeksi sanitasi untuk mengetahui kondisi fisik sumur dan faktor pencemar. Jumlah sampel yang
diteliti sebanyak 10 sampel. Pengambilan dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2015, 20 September
2015 dan 20 Oktober 2015. Cara pengambilan sampel air menggunakan botol kaca 250 ml yang
telah disterilkan. Pada penelitian yang telah dilakukan besarnya kandungan E.coli berkisar antara
3-2400 MPN/100 ml dengan batas yang dikeluarkan oleh menteri kesehatan no 416/MEN.KES/
PER/IX/1990 ialah ≤ 50 MPN/100 ml untuk bakteorologis. Faktor terjadinya hal tersebut dilihat
dari inspeksi sanitasi ialah akibat kondisi fisik sumur yang buruk dan jarak dengan sumber
pencemar yang terlalu dekat.
Kata Kunci : Air Tanah, Inspeksi sanitasi, E.coli, MPN.
ABSTRACT
The main problems that occurred in the city of Sukabumi is a drop in the number of water
quality each year due to increasing population density result in disruption of groundwater
conditions so that water contaminated with bacteria E.coli. On the results of the examination
conducted by the City Health Office Sukabumi District of Cikole number of samples that do not
qualify contained in Subangjaya and Cisarua Village area. This research study aimed to determine
the content of E. coli in shallow ground water quality and resources that influence in the Village
Subangjaya and Cikole Cisarua subdistrict of Sukabumi.
The study was conducted using a stratified dilution test with a series of tubes and methods
MPN (Most Probable Number) in the determination of the content of E.coli as well as the use of
sanitary inspection forms to determine the physical condition of wells and polluting factors. The
number of samples examined as many as 10 samples. Decision was made on August 20, 2015,
September 20, 2015 and October 20, 2015. How the water sampling using 250 ml glass bottles that
have been sterilized. In studies that have been conducted magnitude E.coli content ranging
between 3-2400 MPN/100 ml with limits issued by the minister of health no 416/MEN.KES/ PER
/IX/1990 is ≤ 50 MPN/100 ml for bakteorologis. Factors of this occurring is seen from the sanitary
inspection is due to poor physical condition wells and the distance to the sources of pollution that
are too close.
Keywords: Groundwater, sanitation inspection, E.coli, MPN.
1.
PENDAHULUAN
Kondisi saat ini, pelayanan air bersih
untuk menunjang kegiatan perkotaan dan
perumahan, serta pelayanan kepada
masyarakat di kota sukabumi belum
optimal, salah satu permasalahannya
adalah minimnya ketersediaan air baku
untuk dijadikan sebagai sumber air bersih
(BAPPEDA, 2004).
Tahun 2014 ini melalui Seksi
Penyehatan Lingkungan Bidang P2PL
Dinas
Kesehatan
Kota
Sukabumi
melakukan pemeriksaan sampel air bersih
melalui
kegiatan
pencegahan
dan
penanggulan pencemaran lingkungan.
kegiatan tersebut diharapkan dapat
memetakan faktor resiko air bersih yang
ada di Kota Sukabumi. Kegiatan ini
dilakukan dengan menilai sarana air bersih
dan pemeriksakan air. Sampel yang
diperiksa sebanyak 200 titik yang tersebar
di Kota Sukabumi. Sumber air yang
diperiksa merupakan sumber air yang
digunakan oleh masyarakat umum (Seksi
Penyehatan Lingkungan, 2014).
Pada daerah di Kecamatan Cikole
terdapat banyaknya pemukiman penduduk.
Terutama pada Kelurahan Subangjaya dan
Cisarua.
Dua
Kelurahan
tersebut
merupakan daerah padat penduduk dengan
jumlah 35.596 warga. Kondisi di
kelurahan terlihat kurang sehat dari segi air
bersih, contohnya kondisi air sumur yang
mempengaruhi
faktor
kesehatan
masyarakat. Di lihat pada kondisi
lapangannya, pada sumur-sumur yang
telah diteliti terdapat adanya sumber yang
mempengaruhi kualitas air bersih di daerah
tersebut. Contohnya terdapat jamban,
sampah, hewan ternak, dan kondisi
kontruksi sumur yang perlu diperbaiki.
Di Kota Sukabumi pada tahun 2014
tercatat hasil pemeriksaan parameter E.coli
dari sampel air bersih yang diperiksa
diperoleh hanya sebanyak 32,5% sampel
yang memenuhi syarat air bersih
Kandungan E.coli biasanya terdapat pada
sumur-sumur yang berada di perumahan
padat penduduk.
Pada sampel-sampel yang dianalisa
terdapat dua kelurahan yang memiliki
tingkat pencemaran bakteri E.coli tinggi
yaitu
Kelurahan
Subangjaya
dan
Kelurahan Cisarua.
Bakteri E.coli adalah bakteri yang
paling banyak digunakan sebagai indikator
sanitasi karena bakteri ini adalah bakteri
komensal pada usus manusia, umumnya
merupakan patogen penyebab penyakit dan
relatif tahan hidup di air sehingga dapat
dianalisis keberadaannya di dalam air yang
sebenarnya bukan merupakan medium
yang ideal untuk pertumbuhan bakteri
(Pelczar dan Chan, 1988).
Oleh karena hal tersebut, studi
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kandungan E.coli pada kualitas air tanah
dangkal dan sumber yang mempengaruhi
di wilayah Kelurahan Subangjaya dan
Cisarua pada Kecamatan Cikole Kota
Sukabumi.
Tujuan dari diadakannya studi ini
adalah mengetahui kandungan E.coli pada
air tanah dangkal di daerah padat
penduduk yang kemungkinan besar
berbahaya untuk dikonsumsi manusia serta
mengetahui sumber yang mempengaruhi
adanya kandungan bakteri yang terdapat
pada Kelurahan Cisarua dan Subangjaya.
2
METODOLOGI PENELITIAN
Studi penelitian dilakukan pada 2
kelurahan yakni, Kelurahan Cisarua dan
Subangjaya. Kelurahan tersebut termasuk
ke dalam kecamatan Cikole. Waktu
pengambilan sampel dilakukan dalam 3
kali pengambilan selama 3 bulan, yakni
pada tanggal 20 Agustus 2015, 20
September 2015 dan 20 Oktober 2015.
Waktu pengambilan sampel dilakukan
pada pagi hari mulai jam 07.00-10.00
dikarenakan kandungan E.coli berkembang
ketika sebelum terkena cahaya matahari.
Penentuan lokasi pengambilan sampel
menggunakan formulir inspeksi sanitasi.
Pengambilan sampel dengan alat-alat yang
dibutuhkan botol steril bervolume 250 ml,
coolbox, es pendingin, tali, kertas label,
Etanol 70% dan tissue. Pengambilan
sampel dilakukan dengan memasukan
sampel botol ke dalam sumur, lepas
gulungan tali perlahan sehingga botol tidak
tersentuh dinding sumur dan tenggelamkan
botol sepenuh nya ke dalam air kemudian
botol diangkat dan buang ¼ air agar
terdapat ruang udara didalamnya.
Pada penelitian dalam metode MPN,
pertama-tama cara pembuatan media,
untuk media Lactosa Broth double
strength (LB Double) dibutuhkan 39 gram
dan untuk Media Lactose Broth single
strength (LB Single) dibutuhkan 13 gram
yang dilarutkan dalam 1000 ml aquadest
(Gambar 1) kemudian masukkan ke dalam
tabung reaksi yang telah berisi tabung
durham, masing-masing 5 ml pada LB
Double dan 10 ml pada LB Single.
Gambar 1. Media lactose broth
Untuk Media Brilliant Green Lactose
Broth (BGLB) dibutuhkan 40 gram dalam
1000 ml aquadest kemudian masukkan ke
dalam tabung reaksi yang telah berisi
tabung durham masing-masing 10 ml
(Gambar
2).
Keseluruhan
media
disterilkan dalam autoclave 121 atm
selama 15 menit.
sampel yang digunakan seri porsi 3 x 10
ml, 3 x 1 ml, 3 x 0,1 ml. Pertama-tama
dilakukan tes perkiraan dengan 3 tabung
yang masing-masing berisi 5 ml media LB
double ditanamkan masing-masing 10 ml
sampel air. 3 tabung yang masing-masing
berisi 10 ml media LB single ditanamkan 1
ml sampel air. 3 tabung masing-masing
berisi 10 ml media LB single ditanamkan
0,1 ml sampel air. Inkubasi pada suhu
37ºC selama 24 jam. Amati masingmasing tabung untuk melihat ada tidaknya
gas, adanya gas menunjukan tes perkiraan
positif,
Tes perkiraan positif harus dilanjutkan
dengan tes penegasan untuk pemeriksaan
coli tinja, dengan 1-2 ose dari tiap-tiap
tabung tes perkiraan yang positif,
dipindahkan kedalam 2 (dua) seri tabung
BGLB. Satu seri tabung BGLB sudah
ditanami, diinkubasi pada suhu 37ºC untuk
memastikan adanya bakteri golongan
coliform. Dan satu seri lagi diinkubasi
pada suhu 44ºC untuk memastikan
golongan coli tinja
Pembacaan dilakukan setelah 24 jam
dengan melihat jumlah tabung BGLB yang
menunjukan positif gas. Angka yang
diperoleh dicocokan dengan table Most
Probably Number (MPN), maka akan
diperoleh indeks MPN bakteri golongan
coliform, untuk yang diinkubasi pada suhu
37ºC, dan indeks MPN bakteri coli tinja,
untuk tabung yang diinkubasi pada suhu
44ºC. Sampel yang terindetifikasi terdapat
gas (positif) pada tabung kemudian
dimasukan ke dalam tabel untuk
mengetahui nilai banyaknya bakteri.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Kualitas Air Tanah dengan
Metode MPN
Pada Tabel 1 terdapat hasil perkiraan
ada tidaknya bakteri yang terdeteksi.
Tabel 1. Hasil uji tes perkiraan
No
Gambar 2. Media brilliant green lactse
broth
Cara kerja pemeriksaan golongan
coliform menggunakan 9 tabung. Bagi
1
2
3
4
5
Bulan Ke 1
10 (ml)
1
0,1
3/3 1/3 0/3
3/3 3/3 0/3
3/3 3/3 3/3
3/3 2/3 2/3
3/3 2/3 0/3
Bulan Ke 2
10 (ml)
1
0,1
3/3 3/3 2/3
3/3 3/3 1/3
3/3 3/3 3/3
0/3 0/3 0/3
3/3 2/3 0/3
Bulan Ke 3
10 (ml)
1
0,1
3/3 3/3 0/3
3/3 2/3 2/3
3/3 3/3 3/3
3/3 1/3 1/3
3/3 2/3 0/3
No
6
7
8
9
10
Bulan Ke 1
10 (ml)
1
0,1
3/3 3/3 3/3
3/3 3/3 3/3
3/3 3/3 1/3
3/3 3/3 3/3
3/3 3/3 2/3
Bulan Ke 2
10 (ml)
1
0,1
3/3 3/3 3/3
3/3 3/3 3/3
3/3 3/3 2/3
3/3 3/3 1/3
3/3 3/3 3/3
Bulan Ke 3
10 (ml)
1
0,1
3/3 3/3 3/3
3/3 3/3 3/3
3/3 3/3 3/3
3/3 3/3 2/3
3/3 3/3 3/3
Sumber : Hasil Penelitian
Pada analisa tes yang telah dilakukan,
dari ketiga tabung yang diteliti apabila
menghasilkan nilai positif ketiganya perlu
dilanjutkan ke tes berikutnya, yaitu tes
penegasan untuk mengetahui banyaknya
bakteri coliform (Tabel 2) maupun E.coli
(Tabel 3). Sedangkan untuk angka 1/3
merupakan arti dari 3 tabung yang diteliti
namun hanya 1 tabung yang teridentifikasi
adanya bakteri dengan adanya gas pada
tabung durham dan terjadi kekeruhan pada
media penanaman. Apabila hanya satu
tabung saja yang terindentifikasi, maka
untuk tes selanjutkan hanya menggunakan
yang terindetifikasi saja, untuk yang tidak
terindetifikasi tidak dilanjutkan pada tes
selanjutnya.
Tabel 2. Hasil uji tes penegasan
No
Bulan Ke 1 (ml)
10
1
0,1
Bulan Ke 2 (ml)
10
1
0,1
Bulan Ke 3 (ml)
10
1
0,1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
0
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
1/1
3/3
3/3
2/2
2/2
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
0
0
3/3
2/2
0
3/3
3/3
1/1
3/3
2/2
3/3
3/3
3/3
0
2/2
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
1/2
1/1
3/3
0
0
3/3
3/3
2/2
1/1
3/3
2/3
2/2
3/3
1/1
2/2
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
0
2/2
3/3
1/1
0
3/3
3/3
3/3
2/2
3/3
Sumber : Hasil Penelitian
Tabel 3. Hasil uji tes penegasan bakteri
E.coli
No
Bulan Ke 1 (ml)
10
1
0,1
Bulan Ke 2 (ml)
10
1
0,1
Bulan Ke 3 (ml)
10
1
0,1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
0
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
2/3
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
0/1
3/3
3/3
2/2
1/2
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
0
0
3/3
1/2
0
3/3
3/3
1/1
3/3
2/2
3/3
3/3
3/3
0
2/2
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
1/2
1/1
3/3
0
0
3/3
3/3
2/2
1/1
3/3
2/3
2/2
3/3
1/1
2/2
3/3
3/3
3/3
3/3
3/3
Sumber : Hasil Penelitian
Keterangan :
3/3 = tiga tabung positif dari tiga tabung
yang diteliti
0
2/2
3/3
0/1
0
3/3
3/3
3/3
2/2
3/3
2/3 = dua tabung positif dari tiga tabung
yang diteliti
1/3 = satu tabung positif dari tiga tabung
yang diteliti
0/3 = tidak ada tabung positif dari tiga
tabung yang diteliti
Tabel 4. Hasil uji tes penegasan bakteri
coliform dari tabel MPN
No
Coliform/100ml
Bulan ke 1
Coliform/100ml
Bulan ke 2
Coliform/100ml
Bulan ke 3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
43
240
2400
210
93
2400
2400
460
2400
1100
460
460
2400
<3
93
2400
2400
1100
460
2400
93
210
2400
75
93
2400
2400
2400
1100
2400
Sumber : Hasil Penelitian
Tabel 5. Hasil uji tes penegasan bakteri
E.coli dari tabel MPN
No
E.coli/100ml
Bulan ke 1
E.coli/100ml
Bulan ke 2
E.coli/100ml
Bulan ke 3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
23
240
2400
150
43
2400
2400
460
2400
1100
460
460
2400
<3
93
2400
2400
1100
460
2400
93
210
2400
43
21
2400
2400
2400
1100
2400
Sumber : Hasil Penelitian
Pada Tabel 4 dan Tabel 5 hasil uji
yang telah dilakukan dengan rata-rata
besar kandungan antara 3-2400 MPN/ml
yang didapatkan dari tabel MPN dan perlu
dianalisa apakah memenuhi persyaratan
yang ada pada Peraturan Menteri
Kesehatan no 416/MEN.KES/per/IX /1990
tentang syarat-syarat dan pengawasan air
bersih. Mikrobiologi total koliform untuk
metode MPN dengan satuan per-100 ml
untuk batas maksimum air perpipaan ialah
10 dan untuk bukan air perpipaan ialah 50.
Pada Tabel 6 terdapat hasil yang nilai
pertimbangan yang didapat dari peraturan
menteri kesehatan yang akan dijadikan
penyimpulan suatu penelitian akan di
bedakan dari tipe golongan maupun
spesifikasi layak dan tidaknya hasil
penelitian berupa MSA yaitu memenuhi
syarat air golongan A (air minum) dengan
nilai bakteri 0, MSB yaitu memenuhi
syarat air golongan B (air bersih) dengan
nilai bakteri <50/100 ml dan TMS yaitu
tidak memenuhi syarat dengan nilai bakteri
>50/100 ml.
Tabel 6. Hasil pertimbangan nilai uji tes
penegasan ke dalam peraturan menteri
kesehatan.
No
sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pertimbangan
1
2
3
MSB TMS TMS
TMS TMS TMS
TMS TMS TMS
TMS MSB TMS
MSB TMS TMS
TMS TMS TMS
TMS TMS TMS
TMS TMS TMS
TMS TMS TMS
TMS TMS TMS
Sumber : Hasil Penelitian
Kegiatan pengawasan kualitas air
mencakup pengamatan lapangan dan
pengambilan contoh air, pemeriksaan
contoh air, analisis hasil pemeriksaan, dan
perumusan saran dan cara pemecahan
masalah yang timbul dari hasil kegiatan
yang telah dilakukan.
Isi dari peraturan menteri kesehatan
yang berhubungan dengan penelitian ini
menjelaskan bahwa air bersih merupakan
pengawasan kualitas air bertujuan untuk
mencegah penurunan
kualitas dan
penggunaan air yang dapat mengganggu
dan membahayakan kesehatan, serta
meningkatkan kualitas air.
3.2 Analisa Inspeksi Sanitasi
Pada Kelurahan Subangjaya, sampel
satu, tiga, dan empat memiliki indeks
pencemaran delapan dimana ember dan
tali timba tidak mengalami permasalahan
yang
mengakibatkan
terjadinya
pencemaran, saluran pembuangan limbah
yang baik dan lantai semen yang mengitari
sumur memiliki radius yang lebih dari satu
meter. Sampel dua memiliki indeks
pencemaran dengan angka sembilan,
penempatan ember dan tali timba tidak
memungkinkan terjadinya pencemaran.
Pada sampel lima tidak terdapat daerah
peternakan, ember dan tali timba
ditempatkan sebaik mungkin dan dinding
semen terdalam diplester sedalam tiga
meter.
Pada Kelurahan Cisarua, sampel
enam, delapan, sembilan dan sepuluh
memiliki angka pencemaran yang sama.
Pada sampel tersebut bibir sumur
memungkinkan air tidak merembes
kedalam sumur dan ember maupun tali
timba ditempatkan secara sempurna agar
terhindar dari pencemaran pada air.
Pada sampel yang telah diteliti resiko
pencemaran terjadi akibat terdapat septik
tank dan jamban yang berada disekitar
sumur, pada sekitar sumur terdapat
pencemar lain kotoran hewan maupun
tumpukan sampah dan genangan air pada
radius 10 meter. Pada radius dua meter
terdapat genangan air karena saluran
pembuangan air limbah yang rusak. Lantai
sumur, dinding sumur dan bibir sumur
tidak diplester secara sempurna sehingga
memungkinkan terjadi rembesan dari dari
luar meresap kedalam sumur.
3.3 Evaluasi Kualitas Air Tanah
Terhadap Kondisi di Sekitar Sumur
Data evaluasi yang akan menjadi
faktor-faktor terjadi pencemaran yang
mempengaruhi adalah didapat dari uji
lapangan inspeksi sanitasi dengan nilai
hasil penelitian E.coli menggunakan
metode MPN.
Pada pengaruh jarak jamban terhadap
Nilai E.coli. Dari 10 sumur yang diteliti
rata-rata memiliki jarak dengan jamban 29 m. Sumur nomor 2, 6, 7, dan 10
memiliki jarak yang sangat berdekatan
(Gambar 3). Namun dari inspeksi sanitasi
menyatakan bahwa jarak antara jamban
dengan sumber air bersih harus lebih dari
10 m. Sumur tersebut memungkinkan
tercemar karena adanya resapan air yang
menyerap dan masuk ke dalam sumber air
bersih. Kurangnya lahan penduduk
menyebabkan jarak jamban dengan sumber
air bersih kurang dari 10 meter.
Batas jarak ideal
jarak
12
9
6
3
dilakukan di Kelurahan Cisarua dan
Subangjaya dari 10 sampel yang diteliti
terdapat 8 sampel yang antara sumur dan
kandang hewan saling berdekatan dengan
jarak 3-12 m yang terdapat pada Gambar
5.
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 3. Grafik jarak aman jamban
dengan sumur
Hal ini disebabkan karena tanah
tersusun dari berbagai jenis material
misalnya batu, pasir, dll yang akan
menyaring bakteri yang melewatinya
(Marsono, 2009).
Pada
pengaruh
jarak
tempat
pembuangan sampah terhadap nilai E.coli.
Dari penelitian yang dilakukan di lapangan
terdapat
sumber-sumber
yang
mempengaruhi sumber air bersih dengan
rata-rata jarak 2-6 m yang terdapat pada
Gambar 4.
10
Batas jarak ideal
jarak
7
4
1
-2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No sampel
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 4. Grafik jarak aman tempat
pembuangan sampah dengan sumur
Jarak aman untuk penenpatan tempat
pembuangan sampah adalah 10 m. Sampel
3, 8 dan 9 merupakan sampel yang jarak
antara sumber air bersih dan tempat
pembuangan sampah terdekat berkisar 2-3
meter.
Sehingga
memungkinkan
tercemarnya sumber air bersih akibat
tempat
pembuangan
sampah
yang
berdekatan.
Pada pengaruh jarak kandang ternak
terhadap nilai E.coli. Pada analisa yang
jarak
no sampel
12
10
8
6
4
2
0
Batas jarak ideal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
no sampel
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 5. Grafik jarak aman kandang
ternak dengan sumur
Dalam inspeksi sanitasi menyebutkan
untuk jarak aman antara sumur dan
kandang ternak ialah 10 m. sampel yang
memiliki resiko dengan jarak terdekat
yaitu sampel 3, 6 dan 10 dengan jarak 3 m.
Sebaiknya sebelum membuat kandang
ternak perlu dipertimbangkan kembali
terhadap jarak aman yang sesuai dengan
kondisi lingkungan sekitar.
Pada
pengaruh
jarak
saluran
pembuangan terhadap nilai E.coli. Analisa
yang dilakukan pada Kelurahan Cisarua
dan Subangjaya dari 10 sampel sumur
yang diteliti terdapat 7 sumur yang
berdekatan dengan saluran pembuangan
dengan jarak antara 1-5 m yang terdapat
pada Gambar 6. Dalam inspeksi sanitasi
jarak aman untuk saluran pembuangan
dengan sumur adalah 2 m. Sampel 6 dan
10 memiliki jarak 1 m dengan saluran
pembuangan
yang
kemungkinan
menurunnya kualitas air bersih yang
berakibat air sumur terindentifikasi
bakteri. Saluran pembuangan seperti
selokan ialah saluran pembuangan yang
biasanya dialiri oleh air sisa pembuangan
aktivitas masyarakat. Saluran yang baik
perlu di semen dengan sangat baik agar
tidak terjadi bocoran yang mempengaruhi
air merembes ke dalam sumber air bersih.
jarak
10
8
6
4
2
0
Batas jarak ideal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
no sampel
jarak
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 6. Grafik jarak aman saluran
pembuangan dengan sumur
Pada pengaruh jarak aliran sungai
terhadap nilai E.coli. Jarak setiap sampel
dengan aliran sungai berkisar 3-10 m yang
memungkinkan sumur terindentifikasi
bakteri berbahaya apabila dikonsumsi
(Gambar 7). Pada 10 sampel yang diteliti
terdapat 4 sumur yang berdekatan dengan
aliran sungai yaitu sampel 3, 6, 9 dan 10.
10
8
6
4
2
0
Batas jarak ideal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
no sampel
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 7. Grafik jarak aman aliran sungai
dengan sumur
Untuk mengurangi dampak yang
terjadi, sebaiknya sebelum membuat
sumur perlu dipertimbangkan kembali
penempatan dan resiko yang terjadi
apabila berada disekitar sumber pencemar.
Pada pengaruh kondisi fisik sumur
terhadap nilai E.coli, kedalaman sumber
air bersih yang kedap air adalah kedalaman
permukaan air tanah yang kedap air atau
dilapisi dengan pembatas sehingga air
tidak merembes ke tanah. Kedalaman air
tanah akan berpengaruh pada penyebaran
bakteri secara vertikal. Pencemaran tanah
oleh bakteri secara vertikal dapat mencapai
kedalaman 3 meter diperkirakan masih
mengandung bakteri. Oleh karena itu ,
dinding dalam yang melapisi sumber air
bersih sebaiknya dibuat kedap air sampai
dengan 3 meter (Sumantri, 2010).
Dinding sumur kedap air berperan
sebagai penahan agar air permukaan yang
mungkin meresap ke dalam sumur telah
melewati lapisan tanah sehingga mikroba
yang mungkin ada didalamnya telah
tersaring (Sarudji D, 2010). Kualitas
dinding sumber air bersih yang semakin
kedap
air
akan
semakin
baik
kemampuannya
untuk
mencegah
masuknya atau merembesnya air dari
sumber pencemar yang mengandung
banyak bakteri sehingga bakteri akan
tertahan dan akhirnya mati (Seta, 1983).
Pada Tabel 7 terdapat jenis kerusakan yang
terdapat pada tiap sumur.
Tabel 7 Kondisi sumur yang diteliti
No
sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
kerusakan
bibir sumur
lantai, dinding dan bibir sumur
dinding sumur
dinding dan lantai sumur
dinding dan lantai sumur
dinding dan lantai sumur
dinding dan lantai sumur
dinding dan lantai sumur
dinding dan lantai sumur
dinding dan lantai sumur
Sumber : Hasil Penelitian
Pada
penelitian
yang
telah
dilaksanakan terdapat permasalahan pada
kontruksi lantai sumur bibir sumur dan
dinding sumur yang sudah rusak dan perlu
rekontruksi ulang. Oleh karena itu,
diperlukan perbaikan bibir, lantai dan
dinding sumber air bersih agar kedap air
dan tidak membuat genangan air, serta
membuat lantai sumur kedap air minimal 1
meter.
Pada pengaruh jarak septik tank
terhadap nilai E.coli, faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah bakteri E.coli, yaitu
jarak septik tank dengan sumber air bersih
yang kurang dari 10 meter, kondisi septik
tank yang tidak kedap air, dan terletak
pada tanah yang memiliki daya serap air
yang tinggi sehingga mengakibatkan
jumlah bakteri E.coli semakin lama
semakin meningkat. Dari hasil observasi,
14
12
10
8
6
4
2
0
bawah tanah karena sangat mudah sekali
terkontaminasi bakteri.
jarak
jarak
jarak antara septik tank dengan sumber air
bersih yang tidak memenuhi syarat ratarata 2-15 m.
Batas jarak ideal
10
8
6
4
2
0
Batas jarak ideal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
no sampel
no sampel
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 8. Grafik jarak aman septik tank
terhadap dengan sumur
Hal ini disebabkan karena luas lahan
yang
terbatas
sehingga
sangat
memungkinkan jarak antara septik tank
dengan sumber air bersih berdekatan dan
tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
Pada kondisi lapangan tidak hanya
septik tank yang terdapat pada rumah
penduduk, namun terdapat cubluk (sejenis
septik tank). Pada cubluk, air langsung
meresap ke dalam tanah tanpa ada saringan
pasir maupun bebatuan didalamnya. Pada
10 sampel yang berdekatan dengan septik
tank terdapat jenis cubluk yang berada
disekitar sumur diantaranya sampel 3, 6, 8
dan 10 (Gambar 8). Penggunaan cubluk
yang hanya memiliki dinding penyangga
tanpa pelapis dasar menyebabkan limbah
yang dihasilkan dari jamban/kamar mandi
akan langsung masuk kedalam tanah, hal
ini sangat berpotensi menyebabkan
pencemaran air dan air tanah di sekitarnya.
Pada pengaruh jarak genangan air
terhadap nilai E.coli, genangan air yang
terdapat pada sekitar sumber air bersih
adalah kolam ikan. Kolam ikan yang
berdekatan dan kontruksi yang sudah rusak
mempengaruhi adanya air yang meresap
ke dalam sumur, sehingga memungkinkan
sumur tercemar. Pada 10 sampel yang
diteliti terdapat 8 sumur yang berada
disekitar kolam ikan dengan jarak 1-4 m
(Gambar 9). Hal ini sangat beresiko sekali
terhadap kualitas air bersih yang berada di
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 9. Grafik jarak aman genangan air
dengan sumur
3.4 Rekomendasi Terhadap Kualitas
Air bersih
Pengawasan dan mutu air bersih harus
diperketat guna mendapatkan mutu air
bersih yang sesuai standar serta sehat
untuk dikonsumsi masyarakat.
Pengawasan bisa berupa penyuluhan
air
bersih,
pembentukan
dan
pengembangan
desa
percontohan
kesehatan
lingkungan,
Pembentukan
kelompok pemakai air (Pokmair) dan
pengembangan organisasi pengelola sarana
air bersih. Selain penyuluhan perlu adanya
pemantauan dan evaluasi yang berupa
pemantauan kualitas air, perbaikan kualitas
air dan upaya penggerakan peran serta
pemakai air.
Tujuan dari peningkatan kualitas air
ini selain untuk membantu penyediaan air
bersih yang memenuhi syarat kesehatan,
pengawasan, maupun evaluasi perlu
adanya
tambahan
untuk
membuat
bangunan sistem penyedian air yang baik
yang memenuhi syarat.
4
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, pada Kelurahan Subangjaya
rata-rata nilai kandungan yang di teliti
sebesar 3-2400/100 ml dengan batas yang
dikeluarkan oleh menteri kesehatan no
416/MEN.KES/ PER/IX/1990 ialah ≤ 50
MPN/100 ml untuk bakteorologis.
Banyaknya
kandungan
tersebut
dipengaruhi pada kondisi fisik sumur yang
buruk dan kondisi sekitar seperti terdapat
adanya septic tank, jamban, tempat
sampah, kolam ikan, hewan ternak
maupun aliran sungai yang terlalu dekat
dengan sumber air.
Untuk sumur dangkal dengan hasil
pemeriksaan sampel pada pemeriksaan
bakteorologi tidak memenuhi syarat, agar
dilakukan desinfeksi untuk mencegah
terjadinya peningkatan kasus penyakit
yang disebabkan oleh air dan pengawasan
yang lebih ketat terhadap sumber air.
Kemudian perbaikan sarana air bersih
dengan memperbaiki bibir dan lantai
sumber air bersih agar kedap air dan
mengurangi sumber pencemaran seperti
pembuangan kotoran manusia secara
langsung dan pengukuran bakteri E.coli
secara berkala pada air bersih dan
melakukan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai kondisi fisik sumber air bersih
yang baik agar memperhatikan dan
memelihara kondisi fisik sumber air
bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencana Pembangunan Daerah
Kota Sukabumi. 2004. Identifikasi
dan Pemetaan Ketersediaan Air
Bawah Tanah di Kota Sukabumi.
Sukabumi: BAPPEDA.
Marsono. 2009. Faktor-Faktor yang
Berhubungan
dengan
Kualitas
Bakterialogis Air Sumur Gali di
Pemukiman.
Tesis:
Universitas
Diponegoro
Pelczar, J. M. & Chan, S. C. 2009. DasarDasar
Mikrobiologi.
Jilid
2.
Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo.
Jakarta:Universitas Indonesia.
Sarudji, D. 2010. Kesehatan Lingkungan.
Bandung: Karya Putra Darwati
Seksi Penyehatan Lingkungan. 2014.
Laporan
Kegiatan
Pemeriksaan
Sampel Air Bersih. Sukabumi: Bidang
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan
Lingkungan
Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi.
Seta, A.K. 1983. Konservasi Sumber Daya
Tanah dan Air. Jakarta: Kalam M
Sumantri,
Arif.
2010.
Kesehatan
Lingkungan dan Perspektif Islam.
Jakarta: Prenada Media
Download