12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan substrat yang

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan substrat yang paling parah akibat pencemaran. Berbagai
jenis pencemar yang bnyak measuki badan air, berasal dari:
a) Sumber domestik (rumah-tangga, perkampungan, kota, pasar, jalan) dan
sebagainya;
b) Sumber nondomestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan
serta sumber-sumber lainnya).
Secara langsung ataupun tidak langsung pencemaran tersebut akan
berpengaruh terhadap kualitas air, baik untuk keperluan air minum, air industri
ataupun keperluan lainnya. Berbagai cara dan usaha telah banyak dilakukan agar
kehadiran pencemaran terhadap air dapat dihindari, dikurangi atau minimal dapat
dikendalikan (Suriawiria, 2005).
Untuk negara-negara yang masih terbelakang dan sedang berkembang,
pencemaran domestik merupakan 85% dari seluruh pencemar yang memasuki
badan air. Sedangkan untuk negara-negara yang sudah maju, pencemar domestik
merupakan 15% dari seluruh pencemar yang memasuki badan air. Oleh karena itu,
persentase kehadiran pencemar domestik di dalam badan air, sering pula dijadikan
indikator/parameter maju tidaknya suatu negara. Hal ini tidak dapat disangkal
mengingat kebiasaan dan tatacara masyarakat di negara yang masih terbelakang
atau sedang berkembang, membuang berbagai jenis buangan ke dalam badan air
tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Sedangkan bagi masyarakat di negara
12
maju, segala jenis buangan khususnya dari rumah-tangga, baru akan memasuki
badan air setelah melalui pengolahan/pengontrolan yang ketat terlebih dahulu
(Suriawiria, 2005).
Adanya gejolak kehidupan di dalam badan air akibat kehadiran bendabenda asing (misalnya dalam bentuk pencemar) akan terjadi kalau terhadap aliran
air ditambahkan buangan domestik yang berasal dari rumah-tangga, misalnya,
pertama-tama daerah aliran air dapat dibagi menjadi lima daerah :
a) Daerah bersih dan jernih, yaitu daerah aliran yang tidak dikenai oleh
pengaruh buangan, antara lain ikan akan hidup secara normal dan baik.
b) Daerah keruh dan gelap (berwarna) yang diakibatkan oleh adanya
penambahan buangan, sehingga di dalamnya akan dihuni oleh jenis ikan
tertentu secara terbatas (yang tolerans) serta sebagian besar oleh bakteri
dan serangga air.
c) Daerah septik, kotor, berbau, yang di dalamnya hanya dihuni oleh
serangga air, bakteri, plankton, dan sebagainya.
d) Daerah perbaikan, yaitu akibat kehadiran pencemar domestik yang terdiri
dari senyawa organik di dalamnya akan terjadi proses perombakan oleh
kelakuan bakteri pengguna organik, sehingga nilai kekeruhan, bau dan
septik akan menurun.
e) Daerah bersih dan jernih kembali, sama seprti pada (a) (Suriawiria, 2005).
Jarak atau waktu terhadap keadaan air yang telah tercemar tersebut dapat
kembali ke sifat asal, bergantung kepada :
a) Bentuk, sifat, dan jumlah pencemar yang masuk;
b) Bentuk, sifat, dan lingkungan aliran yang menerima pencemar;
13
c) Bentuk, sifat, dan kandungan jasad yang terkandung di dalam badan air
(Suriawiria, 2005).
2.1.1 Penggolongan Air
Peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air
menurut peruntukannya adalah sebagai berikut:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu
2.
Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian,usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air
(Effendi,2003).
2.1.2 Air bersih
Air bersih adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun
bakteriologi belum terpenuhi. Air bersih ini dapat bersumber atau diperoleh dari
sumur gali, sumur bor, air hujan, air dari sumber mata air. Pemanfaatan air bersih,
Secara umum dapat dikatakan penggunaan air bersih sebagai berikut:
- Akan diolah menjadi air siap minum
- Untuk keperluan keluarga (cuci, mandi)
- Sarana pariwisata (air terjun)
- Pada industri (sarana pendinginan)
- Sebagai sarana irigasi
14
- Sebagai sarana peternakan
- Sebagai sarana olah raga (Gabriel, 2001).
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh
dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber
air pada setiap daerah berbeda-beda, tergantung pada keadaaan alam dan kegiatan
manusia yang terdapat di daerah tersebut. Penduduk yang tinggal di daerah
dataran rendah dan berawa seperti di sumatera dan Kalimantan menghadapi
kesulitan memperoleh air bersih untuk keperluan rumah tangga, terutama air
minum (Susilawati, 2011).
2.1.3 Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan
utama. Salah satu persyaratan tersebut adalah persyaratan bakteriologik.
Syaratsyarat bakteriologik adalah:
Air bersih tidak boleh mengandung bakteri patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak
adanya bakteri E. coli atau Fecal dalam air. Air yang mengandung golongan Coli
dianggap telah terkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia (Sutrisno,
2004).
2.1.4 Sumber Air Bersih
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai
sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa
(hujan), air permukaan, air tanah, air sumur dan air mata air.
15
a. Air Permukaan
Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water)
dan air tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai,
danau, waduk, rawa, dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah
tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds
atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air
disebut limpasan permukaan dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut
aliran air sungai (Effendi, 2003).
b. Air Tanah
Air tanah (ground water) merupakan air yang berada di bawah permukaan
tanah. Air tanah ditemukan pada akifer. Pergerakan air tanah sangat lambat,
kecepatan arus berkisar antara 10-10-10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas,
permeabilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali air. Karena pergerakan
yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit
untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran (Effendi, 2003).
c. Air Sumur
Air sumur merupakan sumber utama air bersih bagi masyarakat yang
tinggal di daerah perkotaan. Untuk memperoleh sumber air tersebut umumnya
manusia membuat sumur gali atau sumur bor. Sumur gali adalah satu konstruksi
sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah
bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum dengan
kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur bor adalah jenis sumur
dengan cara pengeboran lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan tanah
16
yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi
kontaminasi, yang mempunyai kedalaman 12-40 meter (Gabriel, 2001).
d. Air Mata Air
Air mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh
musim dan kualitasnya sama dengan air sumur (Sutrisno, 2004).
2.1.5 Kriteria Kualitas Air
Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari sebaiknya adalah air yang
memenuhi kriteria sebagai air bersih. Ada pernyataan air jernih belum tentu
bersih. Air bersih merupakan air yang dapat digunakan untuk keperluan seharihari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak. Persyaratan ini telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
Republik Indonesia melalui Permenkes RI/416/Menkes/Per/IX/1990.
Parameter mikrobiologik ada dua parameter, yakni:
a. Koliform tinja; air yang mengandung koliform tinja berarti air tersebut
telah tercemar oleh tinja. Tinja ini sangat potensial untuk menularkan
penyakit yang berhubungan dengan air.
b. Koliform total; bila air mengandung bakteri kelompok ini akan
dapatmengakibatkan penyakit-penyakit saluran
pencernaan. Kuman
koliformtotal tidak sepenuhnya apatogen, beberapa tipe menyebabkan
disentri pada bayi (Waluyo, 2011).
2.1.6 Air Reservoir
Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi 50 m x 40 m x 4 m yang
berfungsi untuk menampung air bersih yang telah disaring melalui filter dan juga
17
berfungsi tempat penyaluran air ke pelanggan. Air yang mengalir dari filter ke
reservoir dibubuhi chlor disebut post chlorination yang bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme patogen. Sedangkan penambahan larutan kapur jenuh
bertujuan untuk menetralisasi pH air. IPA Sunggal memiliki 2 buah reservoir (R1
dan R2) dengan kapasitas total 12.000 m3.
2.1.7 Syarat-Syarat Air Minum
Dari segi kualitas, air minum harus memenuhi :
a. Syarat fisik
- Air tak boleh berwarna
- Air tak boleh berasa
- Air tak boleh berbau
- Suhu air hendaknya di bawah sela udara ( sejuk ± 25oC)
- Air harus jernih
b. Syarat kimia
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia
tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.
c. Syarat-syarat bakteriologik
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit(patogen)
sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan coli melebihi
batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 Coli/100 ml air.
2.2 Mikroba
Kelompok kehidupan yang terdapat di air terdiri dari bakteri, jamur,
mikroalga, protozoa, dan virus. Disamping itu ada juga sekumpulan hewan atau
18
tanaman air lainnya yang tidak termasuk kelompok mikroba. Kehadiran mikroba
di dalam air, dapat menguntungkan tetapi juga dapat mendatangkan kerugian
(Waluyo, 2011).
2.2.1 Mikroba yang menguntungkan
1. Kehadiran plankton (fitoplankton & zooplankton) di dalam air merupakan
makanan utama ikan-ikan kecil, sehingga keberadaannya tanda kesuburan
pada perairan. Misal: Chlorella, Scenedesmus, Hydrodictyo, Pinnularia,
dan lain-lain.
2. Banyak bakteri dan cendawan di dalam badan air berfungsi sebagai
dekomposer,
artinya
mempunyai
kemampuan
merombak
atau
menguraikan senyawa yang berada di dalam badan air.
3. Mikroalga berklorofil dapat berfotosintesis berpotensi menghasilkan
oksigen. Dalam air, kegiatan fotosintesis tersebut akan menambah kadar
oksigen di dalamnya, sehingga nilai kerutan oksigen (DO = Dissolved
Oxygen) akan naik.
4. Kehadiran hasil uraian senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi,
digunakan atau dimanfaatkan jasad-jasad lain, antara lain mikroalga,
bakteri dan fungi. Sehingga dalam hal ini jasad-jasad pengguna
dinamakan konsumer atau jasad pemakai. Tanpa adanya jasad pemakai,
kemungkinan besar penimbunan hasil uraian tersebut mengakibatkan
keracunan terhadap jasad lain, khususnya ikan (Waluyo, 2011).
2.2.2 Mikroba yang merugikan
1. Jasad-jasad renik patogen berbahaya bila ada di dalam badan air, seperti
Salmonella, Shigella, Vibrio, Entamoeba, dan lain sebagainya. Bila
19
terdapat mikroba penghasil toksin yang berbahaya, misalnya Clostridium
(anaerob), Pseudomonas, Salmonella, Staphylococcus (aerobik).
2. Bakteri besi, misal Crenothrix atau Sphaerotilus mempunyai kemampuan
untuk mengoksidasikan senyawa ferro (Fe2+) menjadi ferri (Fe3+).
Bakteri ini dapat merubah warna air bila disimpan, biasanya di daerah
pemukiman baru yang tadinya bekas pesawahan.
3. Menimbulkan bau busuk pada air, bila air tersebut disimpan. Hal ini
disebabkan
adanya bakteri
belerang,
misalnya Thiobacillus
atau
Chromatium yang mempunyai kemampuan mereduksi sulfat menjadi H2S.
Kondisi demikian biasanya di pemukiman baru yang asalnya pesawahan.
4. Mikroalga sering mengakibatkan blooming (bunga air), biasanya
mikroalga
yang
berperan
Anabaena
flos-aquae
dan
Microcystis
aerugynosa. Dalam keadaan ini, maka yang akan terjadi adalah:
a. Ikan-ikan kecil menjadi mati, disebabkan karena mikroalga
menghasilkan toksin yang dapat meracuni ikan.
b. Terjadi korosi terhadap logam, karena di dalam massa mikroalga
penyebab blooming di dapatkan bakteri Fe atau bakteri S penghasil
asam yang korosif (Waluyo, 2011).
2.2.3 Bakteri Eschericia coli
Bakteri adalah organisme tunggal terkecil, beberapa di antaranya hanya
memiliki diameter 4µm (mikrometer). Sel berisi massa sitoplasma dan beberapa
bahan inti (dia tidak memiliki inti sel yang jelas). Sel dibungkus oleh beberapa
dinding sel pada beberapa jenis bakteri, dinding sel ini dikelilingi oleh kapsula
atau lapisan lendir (Gaman, 1992)
20
Escherichia memiliki ciri sebagai berikut, yaitu berbatang pendek. Habitat
utamanya adalah usus manusia dan hewan. pH minimal untuk pertumbuhan
Escherichia coli adalah 4,4.
Escherichia coli dipakai sebagai organisme
indikator, karna jika terdapat dalam jumlah yang banyak menunjukkan bahwa
pangan atau air telah mengalami pencemaran (Gaman,1992).
2.3 Penyiapan media
2.3.1 Metode Pembiakan Mikroba
Untuk mempelajari metode pembiakan mikroba, maka selain dibahas cara
menanam
mikroba
jugadibahas
tentang
media
yang
digunakan
untuk
menanamnya. Perlu diketahui bahwa berdasarkan jenisnya media pembiakan
untukbakteri itu terbagi menjadi tiga macam, yaitu: padat (solid), setengah padat
(semi solid), dan cair (liquid) (Hasyimi,2010).
1.
Pembiakan pada media padat
Pembiakan pada media padat terdiri dari media padat berbentuk plate
(diwadahkan dalam petridish) dan media padat dalam tabung.
Penanaman pada media padat berbentuk plate
Penggunaan cara dengan media padat ini bertujuan untuk menyebarkan
koloni bakteri dan spesimen merata pada permukaan plate, sehingga bakteri
mudah dipisahkan atau diisolasi satu dengan yang lainnya.
Secara garis besarnya cara kerja sebagai berikut:
1. Ose disterilkan dengan cara dibakar diatas api/lampu spiritus (lampu
bunsen) atau api gas sampai membara. Selain ose, dapat juga
digunakan lidi kapas yang telah disterilkan.
21
2. Setelah ose dingin, ose digunakan untuk mengambil spesimen
kemudian dituaskan pada salah satu ujung permukaan media.
3. Dengan ose yang lain (sterile), dipulaskan yang kering dengan digoresgoreskan lagi kekanan dengan salah satu ujung ose, selanjutnya dengan
sisi ujung ose yang lain dari yang pertama, digores-goreskan pula
kekanan seperti yang pertama.
4. Dengan ose yang dimiringkan, goresan kedua digores-goreskan
kembali kekanan, kemudian dengan sisi ose yang lain, ose dimiringkan
untuk melakukan goresan ketiga dan diratakan kekanan dan bawahnya.
5. Ose disterilkan dengan dibakar, dikembalikan ketempatnya. Media
segera dimasukkan ke inkubator 37oC selama 24 jam.
Pembacaan untuk pembiakan media plate
Untuk pembacaan ciri-ciri koloni dapat diperhatikan petunjuk-petunjuk
sebagai berikut:
1. Ukurannya: Dapat disebutkan diameternya (dalam milimeter) atau
dengan istilah kecil sekali, kecil, sedang, besar, dan besar sekali.
2. Permukaannya: Smoth (halus), rough (kasar), cekung, cembung,
bergranula dan sebagainya.
3. Bentuknya: Bulat, bergelombang, berbagi, menjalar.
4. Sifatnya: Mucoid (berlendir), haemolitis, anhaemolitis, haemodigestis.
Penanaman pada media padat di dalam tabung
Tujuan penanaman pada media padat di dalam tabung antara lain untuk
memperbanyak bakteri yang kemudian akan diidentifikasi atau hanya
untuk diidentifikasi saja.
22
Adapun cara penanaman bakteri pada media ini adalahsebagai berikut:
1. Dengan ose yang sudah steril, diambil bakteri yang akan ditanam.
2. Tabung dibuka tutupnya, mulut tabung kemudian dibakar sebentar
selanjutnya ose yang ada bakterinya digores-goreskan secara zig-zag
pada permukaan media.
3. Setelah dibakar, kemudian mulut tabung ditutup kembali lalu ose
dibakar kembali.
Pembacaan hasil pada media padat di dalam tabung
Pembacaan hasil pada media padat di dalam tabung itu tergantung kepada
media yang ditanaminya. Apabila untuk memperbanyak koloni, hanya dilihat
apakah ada pertumbuhannya atau tidak, tetapi diperuntukkan identifikasi, maka
dilihat ada tidaknya perubahan warna serta ada tidaknya koloni bakteri yang
tumbuh (Hasyimi,2010).
2.
Penanaman pada media semi solid
Tujuan dari penanaman dengan media semi cair inipada umumnya untuk
melakukan identifikasi bakteri. Adapun cara melakukannya adalah sebagai
berikut:
a. Dengan ose yang telah steril, diambil bakteri yang telah ditanam
secukupnya.
b. Tutup tabung dibuka, mulutnya dibakar kemudian ose ditusukkan
sampai ke dasar tabung.
c. Mulut tabung dibakar kembali, ditutup kembali dan ose dibakar sampai
berpijar.
23
Pembacaan pada media semi solid
Dilihat apakah ada pertumbuhan atau tidak, ada tidaknya perubahan
warna. Apabila perlu ditambah dengan reagen tertentu untuk mengetahui
terbentuknya suatu zat (Hasyimi, 2010).
3.
Penanaman pada media cair
Penanaman dengan media cair bertujuan untuk memperbanyak dan
mengidentifikasi bakteri, misalnya penanaman bakteri pada media nutrient broth.
Adapun cara menanamkannya adalah sebagai berikut:
1. Dengan ose yang sudah steril diambil bakteri yang akan ditanamkan.
2. Tutup tabung media dibuka kemudian mulutnya dibakar sebentar,
selanjutnya ose yang sudah berisi bakteri tersebut digoreskan pada
dinding tabung media bagian dalam sehingga terkena cairan media.
3. Mulut tabung dibakar sebentar, kemudian ditutup kembali dan osenya
dibakar supaya steril kembali.
Pembacaan hasil penanaman pada media cair
Apabila untuk mengetahui ada tidaknya pertumbuhan bakteri, cukup
dilihat apakah media menjadikeruh atau tidak. Apabila media menjadi keruh,
maka bakteri itu tumbuh, tetapi apabila media itu jernih atau tidak ada perubahan,
berarti itu tidak tumbuh. Sedangkan apabila untuk memperbanyak dan
mengidentifikasi, selain dari ada tidaknya bakteri perlu juga dilihat ada tidaknya
perubahan warna media (Hasyimi,2010).
24
2.4 Koliform
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator
adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan,
susu, dan produk-produk susu. Adanya bakteri koliform di dalam makanan atau
minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat
enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Fardiaz, 1993).
2.4.1 Pembagian Koliform
Bakteri koliform dapat dibedakan atas dua grup yaitu:
(1) koliform fekal, misalnya Escherichia Coli.
(2) koliform nonfekal, misalnya Enterobacter aerogenes.
E. Coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun
manusia, sedangkan E. Aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau tanamantanaman yang telah mati (Fardiaz, 1993).
2.4.2 Sifat-Sifat Koliform
Sifat-sifat bakteri koliform adalah:
1. Mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat mempergunakan
berbagai jenis karbohidrat dan komponen organic lain sebagai sumber energi dan
beberapa komponen nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen.
2. Mempunyai sifat dapat mensintesa vitamin.
3. Mempunyai interval suhu pertumbuhan antara 10-46,5°C.
4. Mampu menghasilkan asam dan gas gula.
5. Dapat menghilangkan rasa pada bahan pangan.
6. Pseudomonas aerogenes dapat menyebabkan pelendiran (Suriawiria, 1996).
25
2.5 Teknologi Pembersihan Air
Pengolahan air baku (air alami) menjadi bersih dapat dilakukan dnegan
beberapa cara :
1. Cara Sederhana
Cara sederhana ini adalah air yang terkumpul sebelum disalurkan ke
jamban atau ke tempat lainnya yang memerlukan,ditampung terlebih dahulu
didalam sebuah bak penampung. Penampungan dimaksud agar bahan-bahan yang
menyebabkan air tersebut keruh, misalnya oleh lumpur dan sebagainya akan
terendapkan terlebih dahulu didalam bak tersebut (Suriawiria, 2005).
2. Cara Saringan Pasir Lambat
Saringan pasir lambat dapat dibedakan dengan saringan pasir cepat dari :
a. Kecepatan penyaringan
b. Diameter efektif media pasir sebagai penyaring
kecepatan penyaringan di dalam saringan pasir lambat adalah 0,2-0,5
m3/jam, sedangkan pasir cepat yaitu 5-7 jam,diameter efektif pasirnya antara 0,150,35 mm dan pasir cepat 0,6-1,0 mm. Kecepatan penyaringan pada saringan pasir
lambat sangat kecil sehingga periode pembersihan saringan dapat berlangsung
dalam bilangan waktu minggu atau bulan (dibandingkan saringan pasir cepat
dalam bilangan waktu hari) (Suriawiria, 2005).
3. Cara Koagulasi
Prinsip koagulasi kimiawi adalah destabilasi, agregasi, dan pengikatan
partikel-partikel koloid secara bersama. Proses ini menyangkut pembentukan flok
yang mengadsorbsi dan mengikat partikel koloid dalam air sehingga membentuk
flok yang lebih besar agar mudah diendapkan dan disaring. Koagulasi kimia dapat
26
dilakukan dengan penambahan bahan kimia. Bahan kimia yang umum digunakan
adalah Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3.18 H2O) yang juga dikenal dengan nama
tawas (Suriawiria, 2005).
4. Biofilter
Biofilter sebagai salah satu cara didalam pengolahan buangan dengan
menggunakan tanaman memiliki rizhosfera mempunyai kemampuan untuk
menguraikan benda-benda organik ataupun anorganik di sekitar akarnya,
mempunyai kemampuan untuk :
a. Menurunkan nilai BOD (Kebutuhan Oksigen Biokimia) ataupun COD
(Kebutuhan Oksigen Kimia) air buangan;
b. Meningkatkan nilai DO (Kelarutan Oksigen) air buangan;
c. Menguraikan bena-benda organik ataupun anorganik di dalam air
buangan;
d. Reduksi terhadap beberapa jenis ion logan seperti Na+ dan Mg2+ yang
terkandung di dalam air payau;
e. Perubahan nilai pH pada air buangan;
f. Penurunan kandungan logam berat, khususnya dalam bentuk Hg, Pd dan
Zn di dalam air buangan (Suriawiria, 2005).
Untuk mengetahui kemampuan atau jenis tanaman yang dapat digunakan
sebagai biofilter, dapat dilakukan percobaan dengan menggunakan :
a. bak air bertahap
b. bak air datar
Selama percobaan dengan interval waktu tertentu, air yang terdapat pada
tiap bak air percobaan kemudian dianalisis sesuai dengan indikator/parameter
27
yang akan diukur. Misalnya reduksi BOD/COD, kandungan ion logam, dan
sebagainya – peningkatan nilai DO, perubahan nilai pH, dan sebagainya atau pada
jarak tertentu dari bak (Suriawiria, 2005).
Penggunaan di lapangan, bak pengolahan berbentuk kolam, dengan ukuran
panjang 10 meter, lebar 6-8 meter dan kedalaman kolam 1 meter yang diisi
dengan tanah campur pasir 25-30 meter, tebalnya dari bagian dasar serta
ketinggian air dari dasar antara 50-60 cm.
Maksud campuran tanah dengan pasir ialah agar sifat porositas (resapan)
air lebih baik, sehingga kontak antara air buangan dan akar tanaman akan lebih
baik lagi (Suriawiria, 2005).
2.6 Metode Most Probable Number (MPN)
Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh biasanya digunakan
metode Most Probeble Number (MPN) dengan cara fermentasi tabung ganda.
Metode MPN dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba jenis
tertentu yang terdapat di antara mikroba-mikroba lainnya. Sebagai contoh
penggunaan Lactose Broth dan tabung durham dapat digunakan untuk
menghitung jumlah bakteri yang dapat memfermentasi laktosa membentuk gas,
misalnya bakteri koliform (Fardiaz, 1993).
Most Probable Number dalam bidang kesehatan masyarakat dari
mikrobiologi pangan, dipergunakan secara luas untuk menghitung jumlah bakteri
yang ada dalam bahan pangan. Media ini banyak digunakan untuk menghitung
bakteri patogenik dalam jumlah sedikit yang terdapat dalam bahan pangan.
Metoda ini berdasarkan atas pengenceran. Apabila suatu larutan yang
mengandung sel-sel mikroorganisme diencerkan terus menerus, akhirnya akan
28
diperoleh suatu larutan dimana tidak dijumpai sel lagi yaitu dikatakan steril
(Buckle dkk, 1985).
Keuntungan dari metode MPN ini adalah:
1. Dapat dibuat sangat peka dengan penggunaan volume inokulum contoh
yang lebih besar dari 1,0 ml/tabung.
2. Bahan-bahan dapat dipersiapkan untuk tugas lapangan.
3. Media pertumbuhan selektif dapat digunakan untuk menghitung jenis
mikroorganisme yang diharapkan di antara jenis-jenis lainnya yang ada
dalam bahan pangan tersebut.
Kerugiannya adalah dibutuhkannya banyak ulangan untuk diperoleh hasil
yang teliti dan sehubungan dengan hal tersebut banyak biaya dan waktu yang
dibutuhkan untuk persiapannya (Buckle dkk, 1985).
29
Download