ANALISIS PERCAKAPAN DALAM PROGRAM DEBAT KANDIDAT PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA TIMUR Ruisah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta Email: [email protected] ABSTRACT The research reveals and looks into violations the Governor Candidate of Jawa Timur’s conversational representation leading up in the debate candidate program to the governor’s election in August 29th 2013, especially in cooperative principle of conversation and how do it take place based on maxims theory such as maxim of quantity, maxim of quality, maxim of relevance and maxim of manner. The research is qualitative with pragmatic and discourse analysis approach. This research uses written data from conversational transcription which taken from debate program of Jawa Timur governor election as courtesy of Tvone in August 12th 2013 and Metrotv in 21st August 2013. The data, in the form of transcription produced by Governor Candidate of Jawa Timur’s conversation, are analyzed based on maxims to show violations of cooperative principle in communication to each others. In this reseach reveals that Governor Candidate of Jawa Timur election do violations of cooperative principle of the maxim involved quantity, quality, relevance, and manner. Keywords: ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengungkap bagaimana pelanggaran terjadi dalam representasi percakapan para kandidat Pilkada Jawa Timur dalam program debat kandidat menjelang pemilihan gubernur tanggal 29 Agustus 2013, khususnya dalam aspek rinsip kerjasama dalam percakapan dan bagaimana implikatur percakapan terjadi dengan dasar teori maksim, di antaranya maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi dan maksim cara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan pragmatik dan analisis wacana. Data dalam penelitian ini ialah data tertulis, berupa hasil transkripsi dari percakapan, yakni percakapan dalam program debat kandidat pilkada Jawa Timur yang diambildari media elektroniktelevisi, yang ditayangkanpadasebuah program debat pada stasiun TvOne yang tayang pada tanggal 12 Agustus 2013 dan Metro TV menayangkan program debat pada tanggl 21 Agustus 2013. Data yang berupa transkripsi percakapan para kandidat pilgub Jatim dikaji berdasarkan maksim-maksim tersebut untukm enunjukkan pelanggara nprinsip kerjasama percakapan dalam berkomunikasi terhadap lawan atau mitra tuturnya. Penelitian ini menemukan bahwa para kandidat pilkada JawaTimur melakukan pelanggaran terhadap keseluruhana turan dalam prinsip kerjasama, yakni pelanggaran terhadap maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 218 PENDAHULUAN Manusia sebagai bagian dari komunitas sosial memerlukan komunikasi sebagai sarana berinteraksi kepada orang lain. Komunikasi sebagai sarana pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih, proses pertukaran komunikasi tersebut dapat berjalan dengan baik apabila menggunakan metode komunikasi yang tepat. Percakapan merupakan suatu bentuk aktivitas kerjasama yang berupa interaksi komunikatif sebagaimana dinyatakan oleh Gumperz dalam Rustono (1999:48).Percakapan adalah interaksi verbal yang berlangsung secara tertib dan teratur yang melibatkan dua pihak atau lebih guna mencapai tujuan tertentu (Rustono, 1999:50). Dalam melakuakan percakapan atau pertuturan, kadangkala maksud atau makna yang dituturkan mempunyai arti langsung dan tidak langsung.Seorang penutur dalam melakukan pertuturan sebaiknya memenuhi kaidah-kaidah dalam percakapan, agar maksudnya mudah dipahami oleh mitra tutur atau pendengar. Namun demikian, sengaja atau tidak sengaja kadang mereka melanggar kaidah-kaidah tersebut. Hal ini mengakibatkan timbulnya suatu yang terimplikasi atau sesuatu yang implisit dalam penggunaan bahasa (Mey 1993:99). Disamping itu, dalam percakapan mungkin terjadi implikasi berupa proposisi yang bukan bagian dari tuturan tersebut. Dengan kata lain, dalam percakapan implikasi tuturan dapat dipahami dari apa yang mungkin diartikan, disiratkan atau dimaksudkan (Rustono 1999:43). Dalam suatu percakapan, setiap pertanyaan pasti ada jawaban.Walaupun pertanyaan itu merupakan pertanyaan retorik, pada dasarnya pertanyaan retorik pun mempunyai jawaban, tetapi jawabannya sudah dapat ditebak. Setiap kita berkomunikasi, antara penutur dan mitra tutur terutama dalam konsep debat politik mempunyai kecendurangan pragmatis. Hal ini akan menjadi sebuah permasalahan dalam sebuah percakapan dan sebuah komunikasi. Interaksi sosial merupakan suatu situasi di mana terjadi sebuah komunikasi yang melibatkan komponen komunikasi. Dalam interaksi sosial terdapat suatu percakapan yang mengandung sebuah informasi yang disampaikan selama proses interaksi berlangsung. Percakapan adalah bentuk kegiatan yang paling mendasar yang dilakukan oleh manusia untuk menjalin hubungan antara satu dengan yang lain. Dengan melakukan percakapan, manusia dapat saling mengungkapkan pikiran dan perasaanya, juga dapat saling bertukar informasi untuk memenuhi kebutuhannya. Jenis percakapannya pun mungkin berbeda menurut konteks interaksi yang Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 219 berbeda.Percakapan tersebut tentunya mengandung struktur pembicaraan. Pola dasar dari struktur pembicaraan yaitu “saya bicara–Anda bicara–saya bicara–Anda bicara”.Pola dasar ini disebut dengan struktur percakapan. Struktur percakapan adalah apa saja yang sudah kita asumsikan sebagai suatu yang sudah dikenal baik melalui diskusi sebelumnya. Pola dasar percakapan ini berasal dari jenis interaksi mendasar yang pertama kali diperoleh dan yang paling sering digunakan. Strategi-strategi yang digunakan manusia dalam bertutur dirumuskan oleh Grice (1975) dalam prinsip-prinsip kerja sama. Prinsip kerja sama mengacu pada kaidah bertutur yang berisikan sejumlah tuntunan bagaimana seharusnya seseorang bertutur. Prinsip kerja sama dirumuskan sebagai berikut: buatlah sumbangan informasi anda seinformatif yang dibutuhkan pada saat bicara, berdasarkan tujuan percakapan yang disepakati atau arah percakapan yang sedang diikuti. Terkadang di dalam berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal sering terjadi pelanggaran prinsip-prinsip kerja sama, baik disengaja maupun tidak disengaja. Sebuah percakapan dipandang sebagai sebuah pencapaian sosial karena mengharuskan kita melakukan sesuatu secara kooperatif melalui pembicaraan (Littlejohn, 2008: 164). Analisis percakapan (conversation analysis) mencoba untuk menemukan dengan tepat apa pencapaian itu dengan menguji secara seksama suatu transkrip percakapan. Aspek yang paling penting dalam analisis percakapan adalah hubungan percakapan (conversational coherence). Hubungan percakapan dapat diartikan sebagai keterkaitan dan keberartian dalam percakapan. Sebuah percakapan yang jelas atau koheren biasanya tersusun dengan baik dan masuk akal bagi pelaku percakapan. Koherensi kelihatannya mudah, namun dalam praktiknya sangatlah kompleks dan tidak dapat dipahami bersamaan antar pelaku percakapan. Dalam hal ini, prinsip atau maksim-maksim yang dikembangkan oleh H. Paul Grice kerap menjadi acuan para peneliti atau analis percakapan untuk memahami hubungan percakapan. Prinsip utama Grice dalam memahami hubungan percakapan adalah kerjasama, dalam arti kontribusi seseorang dalam percakapan haruslah tepat. Kerjasama di sini tidak berarti selalu berupa pengungkapan persetujuan, tetapi lebih kepada bahwa seseorang mau menyumbangkan sesuatu yang berhubungan dengan tujuan percakapan. Dengan demikian tujuan atau arah percakapan menjadi penting untuk dipahami masing-masing pelaku percakapan.Sekali lagi, prinsip kerjasama ini tampaknya sederhana, namun dalam praktiknya seringkali terjadi pelanggaran-pelanggaran – bahkan kadang-kadang dengan sengaja—terhadap maksim-maksim percakapan seperti yang diungkapkan Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 220 Grice pada penjelasan terdahulu. Dengan kata lain, pelanggaran merupakan sebuah masalah yang harus dihadapi oleh pelaku komunikasi dan mereka harus melakukannya bersama-sama (Littlejohn, 2008: 166). Salah satu jenis pelanggaran yang paling sering dilakukan –paling umum terjadi dalam konteks budaya komunikasi ketimuran—adalah mengatakan sesuatu secara tidaklangsung atau berbasa-basi. Selain latar belakang konteks budaya, komunikasi tidak langsung juga kerap dilatarbelakangi oleh alasan sosial dan pribadi seperti kesopanan, karena perasaan ―tidak enak untuk mengatakan langsung, dan sebagainya. Toleransi dan lisensi pelanggaran maksim ini dapat ditelaah melalui Studi Implikatur (Implicatures Study), yaitu studi tentang aturan-aturan yang digunakan orang untuk memahami atau membenarkan pelanggaran aturan main. Implikatur ini sangat penting bagi pengelolaan seluruh percakapan. Kita menangani pelanggarandengan membuat penafsiran tertentu yang disebut implikatur percakapan (conversational implicatures) untuk membantu kita memahami apa yang dinyatakan atau diimplikasikan oleh pelanggaran nyata. Untuk menoleransi pelanggar agar berbuat sesuai dengan prinsip kerjasama, pendengar harus menghubungkan beberapa makna tambahan yang akan membuat kontribusi pembicara menjadi tampak sesuai dengan prinsipnya. Seorang pelaku percakapan yang sengaja melakukan pelanggaran sesungguhnya mengira atau menganggap bahwa pendengar atau mitra bicaranya mengerti bahwa dia tidak bermaksud keluar dari prinsip kerjasama yang sedang dibangun. Dengan demikian diperlakukan kesalingpengertian antar pelaku percakapan. Ini berarti bahwa implikatur percakapan memungkinkan seorang pelaku percakapan untuk menggunakan semua jenis pernyataan tidak langsung yang menarik guna mencapai tujuan tanpa harus dinilai tidak kompeten.Studi tentang implikatur percakapan sesungguhnya merupakan studi tentang aturan-aturan yang digunakan untuk memahami pelanggaran-pelanggaran dan implikatur ini sangat penting bagi keseluruhan pengaturan percakapan. Namun demikian, pandanganpandangan tradisional menganggap bahwa pelaku komunikasi yang kompeten setidaknya bermaksud untuk bekerjasama. Dalam Teori Manipulasi Informasi, Steven McCornack dan timnya mempertanyakan mengenai studi implikatur dengan menyatakan bahwa manusia seringkali sengaja berbohong dengan melanggar prinsip kerjasama melalui maksim percakapan Grice. Kesengajaan tersebut merupakan bentuk-bentuk manipulasi yang dirancang untuk membohongi pendengar, sehingga pelanggaran dapat dikelompokkan dalam dua Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 221 jenis, yakni pelanggaran yang jujur dan pelanggaran yang bohong. KERANGKA PEMIKIRAN Analisis Percakapan Salah satu karya dalam komunikasi yang paling menarik dan terkenal adalah analisis percakapan.Ini merupakan sebuah cabang dari sosiologi yang disebut etnometodologi yang merupakan penelitian mendalam tentang bagaimana manusia mengatur kehidupan sehari-hari mereka.Hal ini melibatkan beberapa metode untuk melihat dengan seksama pada cara-cara manusia bekerja bersama untuk menciptakan organisasi sosial. Sebuah percakapan dipandang sebagai sebuah pencapaian sosial karena mengharuskan kita melakukan sesuatu secara kooperatif melalui pembicaraan. Analisis percakapan (conversation analysisCA) mencoba untuk menemukan dengan tepat apa pencapaian itu dengan menguji dengan saksama catatan percakapan. Oleh karena itu, CA digambarkan dengan pengujian saksama rangkaian pembicaraan yang sebenarnya. Para analis melihat pada segmen percakapan untuk jenis tindakan yang dicapai dalam pembicaraan, menguji apa yang pembicara lakukan ketika mereka berkomunikasi. Mereka mungkin melakukan banyak hal sekaligus, mungkin bertanya dan menjawab pertanyaan, mengatur giliran, serta melindungi wajah.Hal paling penting adalah bagaimana hal-hal dilakukan dalam bahasa. Alat dan bentuk apa yang digunakan dalam interaksi antara pihakpihak untuk memperoleh tidakan. Tidak seperti teori kognitif yang dimunculkan dalam tradisi sosiopsikologis, analisis percakapan (yang kuat dalam tradisi sosiokultural) tidak hanya berhadapan dengan perbedaan-perbedaan individu atau proses-proses mental yang tersembunyi, tetapi dengan apa yang terjadi dalam bahasa, dalam naskah, atau dalm wacna. CA berfokus pada interaksi dalam wacana gerakan maju mundur, pergantian giliran yang dibuat pelaku komunikasi dan bagaimana mereka dapat mengatur rangkaian pembicaraan mereka seperti yang muncul dalam perilaku yang sebenarnya. Hal yang sangat penting dalam analisis penting dalam analisis percakapan adalah cara-cara pelaku komunikasi menciptakan stabilitas dan pengaturan dalam pembicaraan mereka.Bahkan, ketika percakapan terlihat buruk pada awalnya, ada pengaturan yang mendasarinya dan hubungan untuk berbicara, serta pelaku percakapan sendiri benar-benar menciptakannya seiring mereka berjalan.Pertama-tama, analis bekerja secara induktif dengan menguji detail dari percakapan banyak percakapan yang sebenarnya dan selanjutnya menyamakan prinsip-prinsip yang ada, di mana pelaku percakapan menyusun pembicaraan mereka. Analisis percakapan berhubugan dengan beragam masalah. Pertama, hal Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 222 ini berhubungan dengan apa yang ingin diketahui oleh pembicara untuk memulai percakapan, aturan-aturan percakapan. Fitur-fitur percakapan, seperti pergantian giliran, jeda dan celah, serta penampilan telah menjadi keterkaitan khusus.Analisis percakapan juga berhubungan dengan pelanggaran serta membenarkan kesalahan dalam pembicaraan. Menganalisis percakapan adalah melalui data-data yang direkam dan ditranskripsikan. Mentranskripsikan percakapan bukan hanya sekedar memberikan nuansa fonetis untuk mendeskripsikan dan mengklasifikasikan fonem dan variasinya, tetapi sebagai teknik yang mampu membantu mengidentifikasi cara-cara orang membangun ‘aturan lalu lintas’ dalam berbicara menggunakan perangkat bahasa. Hal ini berarti bahwa dengan teknik transkripsi, aturan-aturan yang membentuk struktur dan organisasi percakapan dapat diidentifikasi. Aturan-aturan ini penting untuk dipelajari karena dengan memahami aturan-aturan tersebut diharapkan proses produksi verbal partisipan percakapan dapat berjalam lancar atau tidak mengalami hambatan. Dari hasil kerja para ahli analisis percakapan ini, terdapat beberapa temuan yang mendasar.Salah satunya adalah mekanisme turn-taking. Teori analisis percakapan memfokuskan perhatiannya pada interaksi dalam percakapan seperti berbagai gerakan oleh komunikator dan bagaimana mereka mengelola dan mengatur urutan pembicaraan sebagaimana yang terlihat jelas pada perilakunya. Tentu saja aspek yang paling terkenal dan mungkin yang paling penting dari analisis percakapan adalah hubungan percakapan (conversational coherence).Diartikan dengan sedehana, hubungan adalah keterkaitan dan keberartian dalam percakapan.Sebuah percakapan yang jelas atau koheren terlihat tersusun dengan baik dan masuk akal bagi pelaku percakapan.Koherensi tampaknya mudah, namun membuatnya jadi jelas atau koheren sangatlah kompleks dan tidak dapat dipahami secara bersamaan. Sebagian besar analis percakapan memandang prinsip yang dikembangkan oleh H. Paul Grice sebagai dasar bagi pemahaman kita tentang hubungan. Prinsip-prinsip Percakapan Grice menawarkan beberapa anggapan yang sangat umum yang harus dianut oleh semua pelaku percakapan untuk memiliki percakapan yang berhubungan. Anggapan pertama dan yang paling umum adalah prinsip kerja sama: kontribusi seseorang harus tepat. Kerja sama di sini tidak harus berarti pengungkapa persetujuan, tetapi berarti bhwa seseorang mau menyumbangkan sesuatu yang berhubungan dengan tujuan percakapan. Sebagai contoh, jika seseorang bertanya pada Anda, Anda harus menjawabnya atau menanggapinya dengan beberapa cara yang setidaknya menjawab Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 223 pertanyaan tersebut. Jika tidak, Anda akan dianggap tidak sopan. Ketika orang lain gagal menyelesaikan speech act dengan tepat akan menyebabkan kebingungan dan kurangnya keterkaitan. Menurut Grice, kerja sama dicapai dengan mengikuti empat prinsip. Prinsip pertama Grice adalah prinsip kuantitas: sebuah kontribusi terhadap sebuah percakapan akan memberikan informasi yang cukup dan tidak terlalu banyak. Anda melanggar prinsip kuantitas ini ketika komentar Anda kurang atau terlalu banyak. Kedua adalah prinsip kualitas: sebuah kontribusi haruslah benar. Anda melanggar prinsip kualitas ini ketika Anda sengaja berbohong atau berkomunikasi dalam cara yang tidak menunjukan maksud untuk jujur. Ketiga adalah prinsip relevansi: komentarkomentar Anda harus berhubungan. Anda melanggar prinsip ini ketika Anda membuat komentar yang tidak berhubungan. Prinsip keempat adalah prinsip tata karma: jangan mengatakan sesuatu yang tidak jelas, ambigu, atau tidak teratur. METODE PENELITIAN Metode penelitian tentang pelanggaran prinsip kerjasama percakapan ini didasarkan kepada metode deskriptif dan sifat penelitian adalah kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan (Djajasudarma, 1993:10). Pendekatan kualitatif yang melibatkan data lisan di dalam masyarakat melibatkan apa yang disebut informasi. Metode deskriptif bertujuan membuat deskripsi sesuatu objek kajian secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti, sehingga didapat gambaran data secara ilmiah.Sifat kualitatif penelitian ini mengarah pada pembahasan permasalahan tentang implikatur percakapan yang diperoleh dari pelanggaran prinsip-prisip kerjasama. Untuk memecahkan masalah penelitian ini, ada tiga tahapan yang dilakukan, yaitu: (1) pengumpulan data, (2) penganalisisan data, dan (3) penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5). Rancangan penelitian dalam analisis percakapan debat kandidat pilkada Jatim ini menggunakan metode deskriptif dan sifat penelitian adalah kualitatif, dengan prosedur tersebut, penelitian mengolah data yang telah ditranskripsi dari hasil rekaman debat kandidat pilkada Jatim yang hasilnya kemudian dideskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat. Pemanfaatan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data yang benar-benar sahih dan terpercaya.Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode simak (Sudaryanto, 1993:133136).Pelaksanaan metode ini didukung oleh teknik dasar sadap yaitu penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan. Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 224 Kemudian dilanjutkan dengan teknik lanjutan simak bebas libat cakap yaitu dengan tidak terlibat dalam dialog dan tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang saling berbicara, teknik rekam, dan teknik catat sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudaryanto (1993:133). Pada saat menyimak ulang inilah diberikan tandatanda pada teks untuk menandai fenomena-fenomena yang perlu dikaji. Tiap-tiap data yang diambil dari transkripsi percakapan tersebut akan diberi nomor. Kemudian data ini diolah secara deskriptif, kemudian diklasifikasikan dengan butir-butir yang perlu dikaji. Selanjutnya data ini dikumpulkan dengan cara pencatatan atau perekaman dengan prosedur sebagai berikut. 1. Mendapatkan rekaman acara debat kandidat tersebut. 2. mentranskripsikan hasil debat kandidat tersebut. 3. membaca seluruh transkripsi. 4. mengidentifikasi tuturan dan pelanggaran. 5. mengklasifikasi tuturan dan pelanggran. 6. menginterpretasipelanggaran dalam tuturan yang diperoleh dari percakapan. 7. membuat daftar pelanggaran tuturan percakapan. 8. membuat kesimpulan. 9. mendeskripsikan hasil penelitian Data yang ditranskripsi berupa keseluruhan percakapan yang berisi tanya jawab antara para panelis, pembawa acara dengan para kandidat pasangan calon Gubernur Jawa Timur, tanya jawab antara satu pasangan kandidat kepada pasangan lainnya. Dianalisis dengan mengklasifikasikan percakapan-percakapan, dan mendeskripsikan makna yang diperoleh. Interpretasi dilakukan dengan menghubungkan data dengan konteks pragmatikyang mencakup unsurunsurnya berupa prinsip kerjasama beserta keempat maksim kualitas, kuantitas, relevansi, dan maksim cara. HASIL PENELITIAN Seperti diketahui Pemilihan umum Gubernur Jawa Timur 2013 dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2013 untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2013--2018.Terdapat empat pasang kandidat yang bersaing dalam pemilihan umum ini, yaitu pasangan petahana Soekarwo/Saifullah Yusuf yang diusung oleh Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Bintang Reformasi (PBR) dan 22 partai politik non-parlemen; Bambang Dwi Hartono/Said Abdullah yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP); Khofifah Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 225 Indar Parawansa/Herman Surjadi Sumawiredja yang diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan 5 partai politik non-parlemen; serta pasangan Eggi Sudjana/Muhammad Sihat yang maju dari jalur independen. Dalam pelaksanaan menuju Jatim satu, ada program yang mesti dijalani para kandidat, yakni program debat kandidat yang ditayangkan secara live oleh beberapa stasiun televisi. Dan berikut adalah beberapa ulasan atas program debat kandidat tersebut: Empat pasangan cagub-cawagub Jatim mengikuti debat kandidat yang diselenggarakan KPU Jatim di Gedung Gramedia Expo Surabaya. Selain saling mengajukan pertanyaan, setiap pasangan calon juga mendapat pertanyaan dari dua orang panelis. Namun sayang debat kurang mendalami persoalan yang diangkat sebagai isu. Debat kandidat Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim 2013 kurang gereget. Empat pasangan calon tidak terlibat adu argumentasi yang cukup untuk pendalaman sebuah masalah. Acara yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim di Gramedia Expo Surabaya itu berlangsung selama dua jam. Selain pertanyaan dari pasangan calon lain, setiap pasangan calon juga harus menjawab pertanyaan dari dua orang panelis sebagai penguji. Pasangan nomor 1 Soekarwo- Saifullah Yusuf (KarSa), dalam forum ini lebih banyak mengungkapkan keberhasilan programprogram kerja Pemprov Jatim selama lima tahun terakhir. Sebagai incumbent, KarSa mengklaim telah banyak capaian yang ditorehkan mulai penurunan angka kemiskinan, pembangunan infrastruktur, hingga ekonomi Jatim yang terus tumbuh. Pasangan nomor urut 2 Eggi Sudjana–M Sihat (Beres) lebih menekankan pada pembentukan masyarakat bertakwa guna mewujudkan pemerintahan yang jujur, adil dan transparan. Selain itu juga pengelolaan sumber daya alam untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pasangan nomor urut 3 Bambang DH–Said Abdullah (Jempol) juga mengedepankan tentang perbaikan infrastruktur dan pengembangan daerah dengan memberikan bantuan pada desa, peningkatan pendidikan dengan pendidikan gratis, dan peningkatan kesehatan dengan kartu berobat gratis. Pasangan nomor urut 4 Khofifah Indar Parawansa–Herman S Sumawiredja (Berkah) menonjolkan pada sisi peningkatan perekonomian, pengurangan disparitas antarwilayah, serta peningkatan pendidikan. Berkah juga akan menjadikan pemerintahan Jatim sebagai pemerintahan yang bersih dan mengedepankan bahwa gubernur dan wakil gubernur adalah pelayan rakyat. Dua panelis yaitu Ahmad Erani Yustika dari Universitas Brawijaya Malang dan Chusnul Mariyah dari Universitas Indonesia cukup menghangatkan suasana. Ada yang menarik ketika Chusnul melontarkan pertanyaan kepada pasangan Beres mengenai pengembangan potensi sumber daya alam. “Berdasarkan Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 226 konstitusi, kekayaan alam di Indonesia akan dikembalikan untuk rakyat. Dari hitungan yang saya, dengan kekayaan alam yang ada, seharusnya setiap tahun masyarakat bisa mendapatkan uang Rp 200 juta dari pemerintah,” ujar Eggi. Jawaban ini dikejar Chusnul dengan menanyakan bagaimana cara mengembalikan kekayaan tersebut kepada rakyat. Eggi yang kemarin memang lebih banyak menguatkan argumen dengan dalil kitab suci, menjawab dengan menyitir salah satu ayat dalam Alquran. “Yang dikatakan Alquran pasti benar,” ujar dia. Chusnul menjawab,”Ini bukan soal benar atau salah, tapi bagaimana mengelola kekayaan itu?” Eggi yang mulai tersudut mengatakan bahwa dia akan melakukan apa yang harus dilakukan. “Saya lakukan yang sesuai saja,” katanya. “Sesuai apa?” tanya Chusnul terus mengejar. “Ya…sesuai itu…Alquran,” jawab Eggi dengan suara menurun dan disambut teriakan penonton debat. Kurang geregetnya debat publik yang digelar KPU Jatim juga diungkapkan warga yang menyaksikan. Suara minor tersebut banyak disampaikan melalui situs jejaring sosial. Menurut mereka, aura pertarungan antarcalon tidak terlihat dalam debat ini. “Debat cagub kok kalah sama pertandingan bola, nggak injury time. Main potong seenak udelnya. Mbok ya mengedepankan konten utk edukasi drpd semata2 rating dan komersial,” tulis warga bernama Hery Setiawan Purnawali dalam status Facebook. Hal yang sama juga disampaikan warga lain bernama Ivone Andayani. Dalam akun facebook miliknya, Ivone menilai para calon tidak memperlihatkan perdebatan. Kesannya hanya tanya jawab. ”Debat di televisi malam ini kurang seruu.. masih malu-malu. Pilih yang terbaik untuk warga Jatim saja,” tulisnya. Debat tadi malam merupakan kelanjutan dari penyampaian visi-misi di DPRD pagi harinya. Kedua kegiatan ini sekaligus menandai dimulainya masa kampanye Pilgub Jatim. Masa kampanye berakhir pada 25 Agustus, dilanjutkan hari tenang sebelum pemungutan suara pada 29 Agustus. Ketua KPU Jatim Andry Dewanto Ahmad dalam sambutannya mengatakan bahwa penyampaian visi, misi dan program kerja pasangan calon ini cukup penting. Dengan demikian masyarakat akan mengetahui apa yang akan dijalankan para pasangan calon sehingga masyarakat bisa memilih mana yang dianggap terbaik. Yang berikunya, Muhamad Hamka mengulas tentang acara Debat Kandidat Pilkada Jatim di Metro TV. Acara yang seharusnya menjadi ajang bagi para kandidat untuk mempertajam visi-misi dan program kerja ini justru— menurutnya—kurang bertaji. Hal ini disebabkan oleh mekanisme debat yang di desain oleh Metro TV yang kurang dialogis dan sistematis. Akibatnya, para kandidat saling terkam argumentasi dalam aroma debat kusir yang sama sekali tidak elegan dan kehilangan pesan substantif yang ingin Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 227 disampaikan. Dimana terjadi debat kusir yang sama sekali tak punya pesan dialogis yang bisa didapat oleh pemirsa.Hal tersebut terjadi ketika Bambang DH didebat oleh Eggi Sudjana. Eggi dengan gayanya yang retoris, namun menurut Hamka, tak jelas substansi pembicaraanya, tak memberikan kesempatan kepada Bambang DH untuk membenarkan dan membela argumentasinya. Begitupun ketika Herman S, Wagub Khofifah Indar Parawansa didebat oleh Soekarwo. Pak De Karwo dengan ngotot berbicara tiada henti tanpa memberikan kesempatan kepada Herman untuk menyampaikan argumentasinya. Bahkan Indra Maulana dari Metro TV sempat kelabakan ketika dicecar oleh Eggi Sudjana dengan retorika hukumnya.Debat kusir ini terjadi karena tidak jelas mekanisme interupsi bagi para kandidat. Seharusnya waktu dua menit untuk debat harus dialokasikan masingmasing satu menit untuk kedua belah pihak. Debat kandidat, pointnya adalah bagaimana publik bisa menilai kualitas visi, misi dan program kerja kandidat. Bukan ajang bagi para kandidat untuk saling membantai argumentasi dan menunjukan “superioritas” dengan cara ngotot ala debat kusir. Dan ironisnya, Metro TV sedang mempertontonkan debat kusir para kandidat dalam membangun retorika-retorika kamuflase yang sama sekali tak jelas maslahatnya buat publik dalam menjatuhkan pilihan politiknya nanti. Pemaparan berikutnya disampaikan oleh Dailinar Utomo. Menurutnya, menarik setelah melihat acara debat kandidat cagub dan cawagub jawa timur untuk lima tahun ke depan yang disiarkan oleh salah satu televisi swasta. Sebagai bagian dari masyarakat jawa timur tentu mempunyai atensi yang lebih untuk mengikutinya. Masing-masing kandidat menyampaikan rencana kebijakan seandaianya terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur, walaupun menurutnya yang disampaikan serupa tapi tak sama. Dailinar Utomo menilai secara subjektif maka hanya 3 kandidat yang mejadi perhatian, hal ini berdasarkan basis massa pemilih yang jelas, melihat dari partai pengusung. Pertama adalah kandidat petahana pakde karwo - gus ipul yang didukung koalisi besar 10 partai parlemen dan 22 partai non parlemen. Sebagai calon incumbent tentu menguntungkan untuk kandidat satu ini, pasangan yang berjargon KarSa dalam kampanyenya ini disebut calon ideal karena memadukan antara semangat nasionalis dan religiusitas. Beberapa lembaga survei juga menunujukkan elektabilitas pasangan Karsa masih mengugguli calon lainnya, hal ini dikarenakan masyarakat melihat ada perbaikan yang terjadi di wilayah jawa timur dan pasangan ini dinilai layak untuk melanjutkan jabatan untuk kedua kalinya.Pasangan yang kedua adalah Bambang – said yang didukung oleh PDI Perjuangan. Pasangan yang Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 228 berjargon Jempol dalam setiap kampanyenya ini memang masih diragukan tingkat elektabilitasnya, karena misal dibandingkan dengan Gus Ipul dan Khofifah yang sudah dikenal luas, calon gubernur Bambang D.H relatif lebih populer di Surabaya mengingat karir poltiknya yang mentereng di kota pahlawan itu.Sebagai pendatang baru dalam kontestasi pemilihan tingkat provinsi, tentu tidak bisa diremehkan begitu saja. Dalam pemilihan kepala daerah, selain pertaruhan sosok kandidat, yang tak kalah pentingnya adalah kinerja mesin partai dalam pemenangan. Dalam hal ini PDI Perjuangan terbukti mempunyai kader yang loyal dan militan dan mampu memenangkan beberapa pilkada tingkat provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia, baik sebagai pengusung tunggal maupun koalisi dengan partai lain. Yang paling fenomenal tentu saja Pilgub DKI dengan memenangkan Jokowi-Ahok yang mengalahkan pasangan incumbent.Yang ketiga adalah pasangan Khofifah-herman yang diusung oleh PKB dan 5 partai non parlemen. Pasangan yang berjargon Berkah dalam setiap kampanyenya ini sempat dinyatakan tidak lolos oleh KPU Jatim, namun keputusan itu kemudian dianulir oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu. Dengan lolosnya pasangan nomor urut terakhir ini membuat persaingan Pilgub Jatim semakin menarik, mengingat pada 2008 Khofifah juga ikut meramaikan pemilihan gubernur jatim dengan hasil kekalahan yang masih kontroversial hingga sekarang.Dengan sasaran pemilih perempuan di Jawa Timur kurang lebih 50 persen, Khofifah optimis akan mendapatkan suara optimal dari pemilih perempuan tersebut. kekalahan tipis di Pilgub 2008 silam memberikan pegalaman berharga untuk mengarungi Pilgub tahun ini. apalagi calon wagub pendamping khofifah adalah mantan Kapolda Jatim pada tahun itu yang dianggap mengerti beberapa hal terkait kontroversi yang terjadi, dan pasti Khofifah tidak akan mau untuk kecolongan kedua kalinya.Menarik melihat el classico jilid II ini antara Gus Ipul dan Khofifah, keduanya merupakan kader terbaik ormas NU, keduanya juga dibesarkan dalam lingkungan yang mempunyai kedekatan dengan pondok pesantren, Gus Ipul pernah menjabat sebagai ketua PP GP Ansor dan sekarang menjadi salah satu ketua harian PBNU, sedangkan Khofifah saat ini menjabat sebagai ketua PP muslimat NU. Kedekatan calon pemilih inilah yang membuat pilgub akan menjadi sengit antara kedua kandidat ini. Namun pasangan Jempol layak diperhitungkan dan bisa menjadi kuda hitam dalam Pilgub Jatim kali ini. Dengan mengandalkan mesin partai yang solid dan dibantu pendekar politik tingkat nasional yang rela turun gunung untuk membantu proses pemenangan. Selain itu pertarungan vis a vis antara Gus Ipul dan khofifah yang saling klaim Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 229 mendapat dukungan dari warga nahdliyin di jawa timur bisa menjadi kontradiktif, pemilih akan melihat jika salah satu dari keduanya jadi dimungkinkan ada perpecahan antar warga Nahdliyin, hal ini akan menjadi keuntungan tersendiri buat pasangan ini karena bisa menjadikan pasangan Jempol sebagai calon alternatif untuk menghindari perpecahan tersebut. Kita tungga saja haslinya. PEMBAHASAN Ulasan tentang program debat kandidat juga dating dari pihak kandidat nomer urut satu. Debat kandidat CagubCawagub Jatim yang digelar, Senin (12/8) lalu, menuai gugatan. Tim pemenangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa) menuding ada salah satu panelis yang tidak netral dalam mengarahkan perdebatan dan cenderung menyudutkan calon incumbent. Ketidaknetralan tersebut diindikasi dari pertanyaan yang dilontarkan Chusnul Mariyah, panelis asal Universitas Indonesia (UI) yang mempersoalkan ihwal praktik money politic yang dituduhkan kepada KarSa. Sikap tidak netral yang ditunjukkan Chusnul ini baru diketahui Martono, penasihat tim pemenangan KarSa setelah dia mempelajari rekaman acara debat yang disiarkan salah satu televisi swasta nasional tersebut. Dosen di Universitas Surabaya (Ubaya) ini mengatakan, setiap pertanyaan Chusnul cenderung menunjukkan sentimen gender yang mendukung cagub perempuan, Khofifah Indar Parawansa, dan memojokkan rivalnya, calon incumbent KarSa. "Saya sudah bolak-balik mempelajari rekaman debat cagub-cawagub itu, indikasinya jelas. Bu Chusnul tidak netral," ungkap Martono, Rabu (14/8). Martono mencontohkan, ketika Chusnul mempertanyakan ihwal money politic kepada pasangan nomor urut 1 KarSa. Panelis tersebut menuding pasangan KarSa sebagai incumbent melakukan money politic. "Yang pada waktu itu langsung disanggah oleh Pakde tidak melakukan money politic dan berani untuk sumpah pocong," tuturnya.Berdasar analisisnya, Martono menyebut KPU Jatim sebagai pihak penyelenggara debat yang menghadirkan tim panelis dinilai ikut berperan memunculkan sikap yang tidak netral untuk memojokkan KarSa. "Saya menilai, harusnya sebagai penyelenggara pemilu, KPU Jatim bisa menghadirkan panelis yang netral," kata Martono.Karena itu, timses KarSa berencana melayangkan protes keras kepada KPU Jatim atas situasi tersebut. Saat ini, mantan Ketua DPD I Partai Golkar Jatim ini masih menggodok rencana protes tersebut bersama tim KarSa lainnya. "(Protes) ini agar pada debat selanjutnya, KPU lebih selektif memilih panelis yang akan dihadirkan," tandasnya.Terpisah, Ketua KPU Jawa Timur Andry Dewanto Ahmad menjelaskan bahwa dalam penentuan panelis, pihaknya sudah melakukan Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 230 koordinasi dengan semua tim dari pasangan Cagub-Cawagub Jatim. Sehingga aneh bila KPU dituding tidak netral dalam penyelenggaraan debat Cagub-Cawagub Jatim. "Penentuan siapa panelisnya, sudah berdasarkan persetujuan semua tim," kata Andry.Mantan Ketua KPU Malang ini lebih lanjut menjelaskan bahwa pada awalnya yang menjadi panelis adalah Ahmad Erani Yustika dari Universitas Brawijaya dan Ramlan Surbakti dari Universitas Airlangga. Hanya saja, Ramlan Surbakti menurut Andry tidak bisa. "Sebagai gantinya adalah Chusnul Mariyah dari Universitas Indonesia. Dan itu sudah kami koordinasikan ke semua tim Cagub-Cawagub Jatim, semuanya setuju," elaknya. Kembali pada kajian prinsip kerja sama yang terdiri dari empat buah maksim percakapan yang harus dipatuhi dalam sebuah acara debat kandidat. Setiap kandidat memiliki tujuan, visi dan misi masing-masing yang ingin dicapai. Setiap tuturan yang terjadi akibat adanya proses tanya jawab antara panelis dan kandidat. Hal ini merupakan satu unit yang sangat mendasar dari sebuah acara debat. Debat kandidat ini merupakan salah satu bentuk kampanye yang bertujuan tidak hanya untuk menguji visi misi dan program para kandidat, tetapi juga untuk memperkenalkan kepada masyarakat Indonesia pada umumnya dan kandidat mana yang sesuai untuk memerintah Jatim, pada khususnya. Proses yang terjadi dalam sebuah debat juga termasuk dalam penelitian ini. Yaitu bagaimana implikatur percakapan itu dapat menjelaskan makna tersirat dari tuturan seorang kandidat. Program debat ini menghasilkan pelanggaran empat jenis maksim percakapan yaitu maksim kualitas, maksim relevansi, maksim kuantitas, dan maksim cara. Adanya pelanggaran maksim-maksim ini maka dapat diperoleh implikatur dalam dua varian, implikatur percakapan umum dan implikatur percakapan khusus. Implikatur percakapan umum merupakan makna yang diturunkan dari percakapan dengan tidak memerlukan pengetahuan khusus tentang konteks sosial percakapan, pengetahuan antarpembicara, atau hubungan antarpembicara. Implikatur percakapan khusus merupakan makna yang diturunkan dari percakapan dengan mengetahui atau merujuk konteks sosial percakapan, hubungan antarpembicara serta kebersamaan pengetahuan mereka. Implikatur ini diperoleh karena adanya pelanggaran maksim dengan memerhatikan empat jenis konteks yaitu konteks fisik, epistemik, linguistik, dan sosial. Data yang diperoleh berasal dari tanya jawab antara para panelis dan antara para kandidat cagub cawagub. Berhubung setiap kandidat berusaha menjelaskan program kerja mereka ketika menjawab pertanyaan panelis, dan antarkandidat, para kandidat tersebut tidak fokus terhadap apa sebenarnya yang dinginkan atas Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 231 pertanyaan tersebut oleh para panelis dan juga antarkandidat. Hal ini mengakibatkan munculnya pelanggaran maksim percakapan dan ini dilakukan berulang oleh para kandidat dalam acara debat tersebut. Pelanggaran maksim ini disebabkan kurangnya perhatian dan wawasan serta pengetahuan atas permasalahan yang ada di Jatim, aspek psikologis seperti perasaan gugup, dan juga kepercayaan diri yang kurang sehingga menghasilkan tanggapan yang diberikan kurang maksimal. Berikut adalah analisis percakapan yang dilakukan terhadap program debat kandidat pilkada Jatim, dalam hal pelanggran terhadap prinsip-prinsip kerjasama yang terbingkai dalam aturan maksim-maksim percakapan. Tersaji dari data 1 terjadi pelanggaran maksim relevansi. Cagub 1 tidak menjawab pertanyaan tentang bagaimana kalo kemudian pemberantasan korupsi lebih condong pada pemberantasan korupsi politik, bagaimana memisahkan antara hukum dan politik. Harusnya dari pertanyaan bagaimana, dijawab dengan langkahlangkah. Tetapi jawaban yang diberikan tentang mengundang KPK adalah untuk kepentingan cagub 1 agar terlihat bersih dan anti korupsi karena mendatangkan KPK. Pada data berikutnya juga terjadi pelanggaran maksim cara, dimana cagub 1 mengatakan secara tidak sistematis tentang mengundang KPK tanggal 3 Juni 31 Mei. Seharusnya tanggal 31 Mei dan lalu tanggal 3 Juni. Adapun dari data 2 terjadi yang tersaji terjadi pelanggaran maksim relevansi oleh cagub 2 ketika ditanya seputar Negara hukum dan bagaimana terobosan untuk merealisasikan hal tersebut di Jawa timur ini. Jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan permasalahan, selain berputar-putar pada kata keadilan dan kejujuran. Dan juga melanggar maksim kualitas ketika terus membolak-balikan “orang kalo jujur pasti dia bisa berlaku benar, tidak mungkin dia bisa benar kalo awalnya tidak jujur, setelah dia benar maka dia akan melakukan satu pekerjaan yang sifatnya melakukan keadilan, jadi keadilan didapat harus background sebelumnya berlaku benar dang background sebelumnya lagi dia berlaku jujur”. Cagub 2 mengatakan hal yang tidak cukup bukti akan kebenarannya, apakah memang benar jujur dan benar linier sebagaimana dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Pelanggaran selanjutnya adalah maksim kuantitas. Ketika ditanya tentang tahapan menuju superioritas hukum, cagub 2 tidak memberikan jawaban cukup, tetapi mengatakan hal yang tidak perlu dan gagap bertanya balik “Cuma apa itu, apa ya?’ termasuk niatan mendoktrin kepala desa, camat, kepala dinas, bupati, walikota yang ada diseputar jawa timur, di training, mereka harus mengerti bahwa dia adalah pelayan. Dengan analisa dari sejumlah data maka dapat dikonklusikan bahwa Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 232 terjadi pelanggaran dalam proses komunikasi oleh para kandidat terkait aturan-aturan dalam percakapan. Dengan demikian, analisis percakapan dalam program debat kandidat pilkada Jatim menemukan bahwa keseluruhan maksim telah dilanggar dengan informasi tersaji sebagai berikut: Dat Maksim Pelan a 1 2 3 4 ggara No (kua (kua (rele (c n mo ntita litas vansi ar maksi r s) ) ) a) m per data √ √ 2 1 √ √ √ 3 2 √ √ 2 3 √ √ 2 4 √ 1 5 √ √ 2 6 √ √ 2 7 √ √ 2 8 √ √ 2 9 √ √ √ 3 10 √ √ √ 3 11 √ √ 2 12 √ √ √ 3 13 √ √ 2 14 √ √ 2 15 √ √ √ 3 16 √ 1 17 √ √ 2 18 √ √ 2 19 √ √ √ √ 4 20 √ √ 2 21 √ √ √ 3 22 √ √ 2 23 24 25 26 27 √ 28 29 √ 30 31 Ju 11 mla h √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 19 √ 21 15 3 1 2 2 1 1 2 2 66 Dari table tersaji bahwa pelanggaran maksim relevansi memiliki jumlah tertinggi, dengan demikian analisis ini membuktikan bahwa para kandidat pilkada Jatim sebagai komunikator politik memiliki kecenderungan tidak relevan dalam berkomunikasi. Selanjutnya adalah maksim kualitas, maksim cara dan yang terakhir adalah pelanggaran maksim kuantitas. Jumlah tersebut telah memberikan gambaran yang jelas tentang pelanggaran maksim prinsip kerjasama dalam percakapan yang terjadi dalam program debat kandidat pilkada Jatim yang dianalisis dengan menggunakan analisis percakapan. Pelanggaran tersebut mengimplikasikan bahwa adanya penyimpangan terhadap prinsip kerja sama disebabkan oleh suatu keadaan yang mendorong penutur untuk tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Keadaan yang dimaksud, yaitu 1) ketika penutur, yaitu para kandidat debat, kurang atau tidak menguasai Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 233 permasalahan yang dibahas atau disampaikan, dan 2) ketika penutur kurang atau tidak memahami konteks komunikasi tutur yang sedang terjadi. Dua hal tersebut menjadi Implikasi percakapan yang muncul dan terjadi dalam percakapan para kandidat dalam program debat kandidat pilkada Jatim. percakapan yang terjadi dalam hasil transkripsi program debat kandidat pilkada Jatimyaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Mereka adalah:Maksim Kuantitas: a. Berikan informasi Anda secukupnya atau sejumlah yang diperlukan oleh Mitra Tutur. b. Bicaralah seperlunya saja, jangan mengatakan sesuatu yang tidak perlu.Maksim Kualitas: a. Katakanlah hal yang sebenarnya.b. Jangan katakan sesuatu yang Anda tahu bahwa sesuatu itu tidak benar.c. Jangan katakan sesuatu tanpa bukti yang cukup.Maksim Relevansi: a. Katakan yang relevan. b. Bicaralah sesuai dengan permasalahan. Maksim Cara: a. Katakan dengan jelas. b. Hindari kekaburanan ujaran. c. Hindari ketaksaan. d. Bicaralah secara singkat, tidak bertele-tele.e. Berkatalah secara sistematis. KESIMPULAN 1. Tuturan adalah (a) regangan wicara bermakna di antara dua kesenyapan aktual atau potensial, (b) kalimat atau bagian kalimat yang dilisankan. Dalam analisis percakapan dalam program debat kandidat pilkada Jatim terdapat tuturan-tuturanyang melanggar prinsip-prinsip kerjasama dalam percakapan. Tuturan tersebut diklasifikasikan dalam 31 kartu data. 2. Bahwa jenis maksim yang ditemukan, adalah merupakan pelanggaran terhadapkeseluruhan prinsip-prinsip kerjasama dalam komunikasi, dalam hal ini DAFTAR PUSTAKA Cangara, Hafied.2004.Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan IV, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Cutting, Joan. 2002. Pragmatics and Discourse. London & New York: Routledge. Changara, Hafied. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rajawali Press. Dori Wuwur, Henrikus.1991. Retorika.Yogyakarta : Kanisius. Grice, H. Paul.1975.Logic and conversationdalam Cole, Dater Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 234 dan S. Morgen (ed). Pragmatik: A. Readers. New York: Oxford University Press. Gumperz, John. J. 1982. Discourse Strategies. United States of America: Cambridge University Press. Kaid, Lynda Lee. 2004. Handbook of Political Communication Research. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. KKK.1970.Taktik Berdebat.Jakarta : K.m./CLC. Leech, Geoffrey. 1983. Principle of Pragmatics.Terjemahan ke Dalam Bahasa Indonesia oleh M. D. D. Oka. 1993. Prinsipprinsip Pragmatik.Jakarta: UI Press. London: Longman, 1993. Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Great Britain: Cambridge University Press. Little john, Stephen W & Karen A. Foss.2009.Teori Komunikasi (theories of human communication) edisi 9. Jakarta. Salemba Humanika. Lubis, hamid Hasan.2011. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Mey, Jacob L. 2001. Pragmatics: An Introduction. Australia: Blackwell Publishing. Mey, Jacob L. 1994. Pragmatics: an introduction. Oxford UK & Cambridge USA: Blackwell. Moleong, Lexy J. 2008.Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Morrisan & Andy Corry Wardhany. 2009. Teori Komunikasi, Tentang komunikator, pesan, percakapan, dan hubungan, Jakarta, Ghalia Indonesia. Mulyana, Deddy. 2013. Komunikasi Politik Politik Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosadkarya. Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nadar, F. X. 2009. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nimmo, Dan. 2000. Komunikasi Politik (Komunikator, Pesan, dan Media). Terjemahan: Tjun Surjaman. Cetakan III, Remadja Rosdakarya, Bandung. Paltridge, Brian. 2000. Making Sense of Discourse Analysis. Gold Coast. Rustono.1998. Implikatur Percakapan sebagai pengungkapan humor dalam wacana humor verbal lisan berbahsa Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Rustono.1999. Pokok-pokok Pragmatik.Semarang: IKIP Semarang Press. Samsuri. 1986. Analisis Wacana, Diktat Kuliah Pascasarjana. Malang: IKIP Malang. Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 235 Yule, Schegloff, Emanuel A. 1988. Discourse as an Interactional Achievement II: An Exercise in Conversational Analysisdalam Linguistics in Context: Connection Observation and Understanding. New Jersey: Ablex Publishing Corporation. George. Oxford: Press. 1996. Pragmatics. Oxford University Strensőm, Ann-Brita. 1994. An Introduction to Spoken Interaction. UK: Longman Group. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa. Wijana, I Dewa Putu.1998. Dasardasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 | 236