analisis percakapan dalam program debat kandidat pemilihan

advertisement
ANALISIS PERCAKAPAN DALAM PROGRAM DEBAT
KANDIDAT PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA TIMUR
Ruisah
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta
Email: [email protected]
ABSTRACT
The research reveals and looks into violations the Governor Candidate of Jawa Timur’s
conversational representation leading up in the debate candidate program to the governor’s
election in August 29th 2013, especially in cooperative principle of conversation and how do it
take place based on maxims theory such as maxim of quantity, maxim of quality, maxim of
relevance and maxim of manner. The research is qualitative with pragmatic and discourse
analysis approach. This research uses written data from conversational transcription which
taken from debate program of Jawa Timur governor election as courtesy of Tvone in August
12th 2013 and Metrotv in 21st August 2013. The data, in the form of transcription produced by
Governor Candidate of Jawa Timur’s conversation, are analyzed based on maxims to show
violations of cooperative principle in communication to each others. In this reseach reveals that
Governor Candidate of Jawa Timur election do violations of cooperative principle of the maxim
involved quantity, quality, relevance, and manner.
Keywords:
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengungkap bagaimana pelanggaran
terjadi dalam representasi percakapan para kandidat Pilkada Jawa Timur dalam program
debat kandidat menjelang pemilihan gubernur tanggal 29 Agustus 2013, khususnya dalam
aspek rinsip kerjasama dalam percakapan dan bagaimana implikatur percakapan terjadi
dengan dasar teori maksim, di antaranya maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi
dan maksim cara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
pragmatik dan analisis wacana. Data dalam penelitian ini ialah data tertulis, berupa hasil
transkripsi dari percakapan, yakni percakapan dalam program debat kandidat pilkada Jawa
Timur yang diambildari media elektroniktelevisi, yang ditayangkanpadasebuah program debat
pada stasiun TvOne yang tayang pada tanggal 12 Agustus 2013 dan Metro TV menayangkan
program debat pada tanggl 21 Agustus 2013. Data yang berupa transkripsi percakapan para
kandidat pilgub Jatim dikaji berdasarkan maksim-maksim tersebut untukm enunjukkan
pelanggara nprinsip kerjasama percakapan dalam berkomunikasi terhadap lawan atau mitra
tuturnya. Penelitian ini menemukan bahwa para kandidat pilkada JawaTimur melakukan
pelanggaran terhadap keseluruhana turan dalam prinsip kerjasama, yakni pelanggaran
terhadap maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara.
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
218
PENDAHULUAN
Manusia sebagai bagian dari
komunitas
sosial
memerlukan
komunikasi sebagai sarana berinteraksi
kepada orang lain. Komunikasi sebagai
sarana pertukaran informasi diantara
dua orang atau lebih, proses pertukaran
komunikasi tersebut dapat berjalan
dengan baik apabila menggunakan
metode komunikasi yang tepat.
Percakapan merupakan suatu
bentuk aktivitas kerjasama yang berupa
interaksi komunikatif sebagaimana
dinyatakan oleh Gumperz dalam
Rustono (1999:48).Percakapan adalah
interaksi verbal yang berlangsung
secara tertib dan teratur yang
melibatkan dua pihak atau lebih guna
mencapai tujuan tertentu (Rustono,
1999:50).
Dalam melakuakan percakapan
atau pertuturan, kadangkala maksud
atau makna yang dituturkan mempunyai
arti
langsung
dan
tidak
langsung.Seorang
penutur
dalam
melakukan
pertuturan
sebaiknya
memenuhi
kaidah-kaidah
dalam
percakapan, agar maksudnya mudah
dipahami oleh mitra tutur atau
pendengar.
Namun demikian, sengaja atau
tidak sengaja kadang mereka melanggar
kaidah-kaidah
tersebut.
Hal
ini
mengakibatkan timbulnya suatu yang
terimplikasi atau sesuatu yang implisit
dalam penggunaan bahasa (Mey
1993:99). Disamping itu, dalam
percakapan mungkin terjadi implikasi
berupa proposisi yang bukan bagian
dari tuturan tersebut. Dengan kata lain,
dalam percakapan implikasi tuturan
dapat dipahami dari apa yang mungkin
diartikan, disiratkan atau dimaksudkan
(Rustono 1999:43). Dalam suatu
percakapan, setiap pertanyaan pasti ada
jawaban.Walaupun
pertanyaan
itu
merupakan pertanyaan retorik, pada
dasarnya pertanyaan retorik pun
mempunyai jawaban, tetapi jawabannya
sudah dapat ditebak. Setiap kita
berkomunikasi, antara penutur dan
mitra tutur terutama dalam konsep debat
politik mempunyai kecendurangan
pragmatis. Hal ini akan menjadi sebuah
permasalahan dalam sebuah percakapan
dan sebuah komunikasi.
Interaksi sosial merupakan suatu
situasi di mana terjadi sebuah
komunikasi yang melibatkan komponen
komunikasi. Dalam interaksi sosial
terdapat suatu percakapan yang
mengandung sebuah informasi yang
disampaikan selama proses interaksi
berlangsung. Percakapan adalah bentuk
kegiatan yang paling mendasar yang
dilakukan oleh manusia untuk menjalin
hubungan antara satu dengan yang lain.
Dengan
melakukan
percakapan,
manusia dapat saling mengungkapkan
pikiran dan perasaanya, juga dapat
saling bertukar informasi untuk
memenuhi
kebutuhannya.
Jenis
percakapannya pun mungkin berbeda
menurut konteks interaksi yang
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
219
berbeda.Percakapan tersebut tentunya
mengandung struktur pembicaraan. Pola
dasar dari struktur pembicaraan yaitu
“saya
bicara–Anda
bicara–saya
bicara–Anda bicara”.Pola dasar ini
disebut dengan struktur percakapan.
Struktur percakapan adalah apa saja
yang sudah kita asumsikan sebagai
suatu yang sudah dikenal baik melalui
diskusi sebelumnya. Pola dasar
percakapan ini berasal dari jenis
interaksi mendasar yang pertama kali
diperoleh dan yang paling sering
digunakan.
Strategi-strategi yang digunakan
manusia dalam bertutur dirumuskan
oleh Grice (1975) dalam prinsip-prinsip
kerja sama. Prinsip kerja sama mengacu
pada kaidah bertutur yang berisikan
sejumlah
tuntunan
bagaimana
seharusnya seseorang bertutur. Prinsip
kerja sama dirumuskan sebagai berikut:
buatlah sumbangan informasi anda
seinformatif yang dibutuhkan pada saat
bicara, berdasarkan tujuan percakapan
yang disepakati atau arah percakapan
yang sedang diikuti. Terkadang di
dalam berkomunikasi secara verbal
maupun nonverbal sering terjadi
pelanggaran prinsip-prinsip kerja sama,
baik disengaja maupun tidak disengaja.
Sebuah percakapan dipandang
sebagai sebuah pencapaian sosial
karena mengharuskan kita melakukan
sesuatu secara kooperatif melalui
pembicaraan (Littlejohn, 2008: 164).
Analisis percakapan (conversation
analysis) mencoba untuk menemukan
dengan tepat apa pencapaian itu
dengan menguji secara seksama suatu
transkrip percakapan.
Aspek yang paling penting
dalam analisis percakapan adalah
hubungan percakapan (conversational
coherence). Hubungan percakapan
dapat diartikan sebagai keterkaitan dan
keberartian dalam percakapan. Sebuah
percakapan yang jelas atau koheren
biasanya tersusun dengan baik dan
masuk akal bagi pelaku percakapan.
Koherensi kelihatannya mudah, namun
dalam praktiknya sangatlah kompleks
dan tidak dapat dipahami bersamaan
antar pelaku percakapan. Dalam hal
ini, prinsip atau maksim-maksim yang
dikembangkan oleh H. Paul Grice
kerap menjadi acuan para peneliti atau
analis percakapan untuk memahami
hubungan percakapan. Prinsip utama
Grice dalam memahami hubungan
percakapan adalah kerjasama, dalam
arti kontribusi seseorang dalam
percakapan haruslah tepat. Kerjasama
di sini tidak berarti selalu berupa
pengungkapan
persetujuan,
tetapi
lebih kepada bahwa seseorang mau
menyumbangkan
sesuatu
yang
berhubungan
dengan
tujuan
percakapan. Dengan demikian tujuan
atau arah percakapan menjadi penting
untuk dipahami masing-masing pelaku
percakapan.Sekali
lagi,
prinsip
kerjasama ini tampaknya sederhana,
namun dalam praktiknya seringkali
terjadi
pelanggaran-pelanggaran
–
bahkan
kadang-kadang
dengan
sengaja—terhadap
maksim-maksim
percakapan seperti yang diungkapkan
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
220
Grice
pada penjelasan terdahulu.
Dengan kata
lain,
pelanggaran
merupakan sebuah masalah yang
harus
dihadapi
oleh
pelaku
komunikasi
dan
mereka
harus
melakukannya
bersama-sama
(Littlejohn, 2008: 166).
Salah satu jenis pelanggaran
yang paling sering dilakukan –paling
umum terjadi dalam konteks budaya
komunikasi
ketimuran—adalah
mengatakan
sesuatu
secara
tidaklangsung
atau
berbasa-basi.
Selain latar belakang konteks budaya,
komunikasi tidak langsung juga kerap
dilatarbelakangi oleh alasan sosial
dan pribadi seperti kesopanan, karena
perasaan
―tidak
enak
untuk
mengatakan langsung, dan sebagainya.
Toleransi dan lisensi pelanggaran
maksim ini dapat ditelaah melalui
Studi Implikatur (Implicatures Study),
yaitu studi tentang aturan-aturan yang
digunakan orang untuk memahami
atau membenarkan pelanggaran aturan
main. Implikatur ini sangat penting
bagi pengelolaan seluruh percakapan.
Kita menangani pelanggarandengan
membuat penafsiran tertentu yang
disebut
implikatur
percakapan
(conversational implicatures) untuk
membantu kita memahami apa yang
dinyatakan atau diimplikasikan oleh
pelanggaran nyata. Untuk menoleransi
pelanggar agar berbuat sesuai dengan
prinsip kerjasama, pendengar harus
menghubungkan
beberapa
makna
tambahan
yang
akan
membuat
kontribusi pembicara menjadi tampak
sesuai dengan prinsipnya. Seorang
pelaku percakapan yang sengaja
melakukan pelanggaran sesungguhnya
mengira atau menganggap bahwa
pendengar atau mitra bicaranya
mengerti bahwa dia tidak bermaksud
keluar dari prinsip kerjasama yang
sedang dibangun. Dengan demikian
diperlakukan kesalingpengertian antar
pelaku percakapan. Ini berarti bahwa
implikatur percakapan memungkinkan
seorang pelaku percakapan untuk
menggunakan semua jenis pernyataan
tidak langsung yang menarik guna
mencapai tujuan tanpa harus dinilai
tidak
kompeten.Studi
tentang
implikatur percakapan sesungguhnya
merupakan studi tentang aturan-aturan
yang digunakan untuk memahami
pelanggaran-pelanggaran
dan
implikatur ini sangat penting bagi
keseluruhan pengaturan percakapan.
Namun
demikian,
pandanganpandangan tradisional menganggap
bahwa
pelaku
komunikasi yang
kompeten
setidaknya
bermaksud
untuk bekerjasama. Dalam Teori
Manipulasi
Informasi,
Steven
McCornack
dan
timnya
mempertanyakan
mengenai
studi
implikatur dengan menyatakan bahwa
manusia seringkali sengaja berbohong
dengan melanggar prinsip kerjasama
melalui maksim percakapan Grice.
Kesengajaan
tersebut
merupakan
bentuk-bentuk
manipulasi
yang
dirancang
untuk
membohongi
pendengar,
sehingga pelanggaran
dapat dikelompokkan dalam dua
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
221
jenis, yakni pelanggaran yang jujur
dan pelanggaran yang bohong.
KERANGKA PEMIKIRAN
Analisis Percakapan
Salah
satu
karya
dalam
komunikasi yang paling menarik dan
terkenal adalah analisis percakapan.Ini
merupakan
sebuah
cabang
dari
sosiologi yang disebut etnometodologi
yang merupakan penelitian mendalam
tentang bagaimana manusia mengatur
kehidupan sehari-hari mereka.Hal ini
melibatkan beberapa metode untuk
melihat dengan seksama pada cara-cara
manusia bekerja bersama untuk
menciptakan organisasi sosial.
Sebuah percakapan dipandang
sebagai sebuah pencapaian sosial karena
mengharuskan kita melakukan sesuatu
secara kooperatif melalui pembicaraan.
Analisis percakapan (conversation
analysisCA)
mencoba
untuk
menemukan
dengan
tepat
apa
pencapaian itu dengan menguji dengan
saksama catatan percakapan. Oleh
karena itu, CA digambarkan dengan
pengujian
saksama
rangkaian
pembicaraan yang sebenarnya. Para
analis melihat pada segmen percakapan
untuk jenis tindakan yang dicapai dalam
pembicaraan, menguji apa yang
pembicara lakukan ketika mereka
berkomunikasi.
Mereka
mungkin
melakukan banyak hal sekaligus,
mungkin bertanya dan menjawab
pertanyaan, mengatur giliran, serta
melindungi wajah.Hal paling penting
adalah bagaimana hal-hal dilakukan
dalam bahasa. Alat dan bentuk apa yang
digunakan dalam interaksi antara pihakpihak untuk memperoleh tidakan.
Tidak seperti teori kognitif yang
dimunculkan
dalam
tradisi
sosiopsikologis, analisis percakapan
(yang kuat dalam tradisi sosiokultural)
tidak hanya berhadapan dengan
perbedaan-perbedaan individu atau
proses-proses mental yang tersembunyi,
tetapi dengan apa yang terjadi dalam
bahasa, dalam naskah, atau dalm wacna.
CA berfokus pada interaksi dalam
wacana
gerakan
maju
mundur,
pergantian giliran yang dibuat pelaku
komunikasi dan bagaimana mereka
dapat mengatur rangkaian pembicaraan
mereka seperti yang muncul dalam
perilaku yang sebenarnya.
Hal yang sangat penting dalam
analisis
penting
dalam
analisis
percakapan adalah cara-cara pelaku
komunikasi menciptakan stabilitas dan
pengaturan
dalam
pembicaraan
mereka.Bahkan, ketika percakapan
terlihat buruk pada awalnya, ada
pengaturan yang mendasarinya dan
hubungan untuk berbicara, serta pelaku
percakapan
sendiri
benar-benar
menciptakannya
seiring
mereka
berjalan.Pertama-tama, analis bekerja
secara induktif dengan menguji detail
dari percakapan banyak percakapan
yang sebenarnya dan selanjutnya
menyamakan prinsip-prinsip yang ada,
di mana pelaku percakapan menyusun
pembicaraan mereka.
Analisis percakapan berhubugan
dengan beragam masalah. Pertama, hal
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
222
ini berhubungan dengan apa yang ingin
diketahui oleh pembicara untuk
memulai percakapan, aturan-aturan
percakapan. Fitur-fitur percakapan,
seperti pergantian giliran, jeda dan
celah, serta penampilan telah menjadi
keterkaitan khusus.Analisis percakapan
juga berhubungan dengan pelanggaran
serta membenarkan kesalahan dalam
pembicaraan. Menganalisis percakapan
adalah melalui data-data yang direkam
dan ditranskripsikan. Mentranskripsikan
percakapan bukan hanya sekedar
memberikan nuansa fonetis untuk
mendeskripsikan
dan
mengklasifikasikan
fonem
dan
variasinya, tetapi sebagai teknik yang
mampu membantu mengidentifikasi
cara-cara orang membangun ‘aturan lalu
lintas’ dalam berbicara menggunakan
perangkat bahasa. Hal ini berarti bahwa
dengan teknik transkripsi, aturan-aturan
yang
membentuk
struktur
dan
organisasi
percakapan
dapat
diidentifikasi. Aturan-aturan ini penting
untuk
dipelajari
karena
dengan
memahami
aturan-aturan
tersebut
diharapkan proses produksi verbal
partisipan percakapan dapat berjalam
lancar atau tidak mengalami hambatan.
Dari hasil kerja para ahli analisis
percakapan ini, terdapat beberapa
temuan yang mendasar.Salah satunya
adalah mekanisme turn-taking.
Teori
analisis
percakapan
memfokuskan
perhatiannya
pada
interaksi dalam percakapan seperti
berbagai gerakan oleh komunikator dan
bagaimana mereka mengelola dan
mengatur
urutan
pembicaraan
sebagaimana yang terlihat jelas pada
perilakunya.
Tentu saja aspek yang paling
terkenal dan mungkin yang paling
penting dari analisis percakapan adalah
hubungan percakapan (conversational
coherence).Diartikan dengan sedehana,
hubungan adalah keterkaitan dan
keberartian dalam percakapan.Sebuah
percakapan yang jelas atau koheren
terlihat tersusun dengan baik dan masuk
akal bagi pelaku percakapan.Koherensi
tampaknya mudah, namun membuatnya
jadi jelas atau koheren sangatlah
kompleks dan tidak dapat dipahami
secara bersamaan. Sebagian besar analis
percakapan memandang prinsip yang
dikembangkan oleh H. Paul Grice
sebagai dasar bagi pemahaman kita
tentang hubungan.
Prinsip-prinsip Percakapan
Grice menawarkan beberapa
anggapan yang sangat umum yang
harus dianut oleh semua pelaku
percakapan untuk memiliki percakapan
yang berhubungan. Anggapan pertama
dan yang paling umum adalah prinsip
kerja sama: kontribusi seseorang harus
tepat. Kerja sama di sini tidak harus
berarti pengungkapa persetujuan, tetapi
berarti
bhwa
seseorang
mau
menyumbangkan
sesuatu
yang
berhubungan dengan tujuan percakapan.
Sebagai contoh, jika seseorang bertanya
pada Anda, Anda harus menjawabnya
atau menanggapinya dengan beberapa
cara yang setidaknya menjawab
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
223
pertanyaan tersebut. Jika tidak, Anda
akan dianggap tidak sopan. Ketika
orang lain gagal menyelesaikan speech
act dengan tepat akan menyebabkan
kebingungan
dan
kurangnya
keterkaitan. Menurut Grice, kerja sama
dicapai dengan mengikuti empat
prinsip.
Prinsip pertama Grice adalah
prinsip kuantitas: sebuah kontribusi
terhadap sebuah percakapan akan
memberikan informasi yang cukup dan
tidak terlalu banyak. Anda melanggar
prinsip kuantitas ini ketika komentar
Anda kurang atau terlalu banyak. Kedua
adalah
prinsip
kualitas:
sebuah
kontribusi haruslah benar. Anda
melanggar prinsip kualitas ini ketika
Anda
sengaja
berbohong
atau
berkomunikasi dalam cara yang tidak
menunjukan maksud untuk jujur. Ketiga
adalah prinsip relevansi: komentarkomentar Anda harus berhubungan.
Anda melanggar prinsip ini ketika Anda
membuat
komentar
yang
tidak
berhubungan. Prinsip keempat adalah
prinsip tata karma: jangan mengatakan
sesuatu yang tidak jelas, ambigu, atau
tidak teratur.
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian
tentang
pelanggaran
prinsip
kerjasama
percakapan ini didasarkan kepada
metode deskriptif dan sifat penelitian
adalah kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan prosedur yang menghasilkan
data deskriptif berupa data tertulis atau
lisan
(Djajasudarma,
1993:10).
Pendekatan kualitatif yang melibatkan
data lisan di dalam masyarakat
melibatkan apa yang disebut informasi.
Metode deskriptif bertujuan membuat
deskripsi sesuatu objek kajian secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai
data,
sifat-sifat
serta
hubungan
fenomena-fenomena
yang
diteliti,
sehingga didapat gambaran data secara
ilmiah.Sifat kualitatif penelitian ini
mengarah
pada
pembahasan
permasalahan
tentang
implikatur
percakapan yang diperoleh dari
pelanggaran prinsip-prisip kerjasama.
Untuk memecahkan masalah penelitian
ini, ada tiga tahapan yang dilakukan,
yaitu: (1) pengumpulan data, (2)
penganalisisan data, dan (3) penyajian
hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5).
Rancangan penelitian dalam analisis
percakapan debat kandidat pilkada
Jatim ini menggunakan metode
deskriptif dan sifat penelitian adalah
kualitatif, dengan prosedur tersebut,
penelitian mengolah data yang telah
ditranskripsi dari hasil rekaman debat
kandidat pilkada Jatim yang hasilnya
kemudian
dideskripsikan
secara
sistematis, faktual dan akurat.
Pemanfaatan pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan data yang benar-benar
sahih dan terpercaya.Data penelitian ini
dikumpulkan dengan metode simak
(Sudaryanto,
1993:133136).Pelaksanaan metode ini didukung
oleh teknik dasar sadap yaitu
penyimakan atau metode simak itu
diwujudkan
dengan
penyadapan.
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
224
Kemudian dilanjutkan dengan teknik
lanjutan simak bebas libat cakap yaitu
dengan tidak terlibat dalam dialog dan
tidak ikut serta dalam proses
pembicaraan orang-orang yang saling
berbicara, teknik rekam, dan teknik
catat sebagaimana yang dikemukakan
oleh Sudaryanto (1993:133). Pada saat
menyimak ulang inilah diberikan tandatanda pada teks untuk menandai
fenomena-fenomena yang perlu dikaji.
Tiap-tiap data yang diambil dari
transkripsi percakapan tersebut akan
diberi nomor. Kemudian data ini diolah
secara
deskriptif,
kemudian
diklasifikasikan dengan butir-butir yang
perlu dikaji.
Selanjutnya
data
ini
dikumpulkan dengan cara pencatatan
atau perekaman dengan prosedur
sebagai berikut.
1. Mendapatkan rekaman acara
debat kandidat tersebut.
2. mentranskripsikan hasil debat
kandidat tersebut.
3. membaca seluruh transkripsi.
4. mengidentifikasi tuturan dan
pelanggaran.
5. mengklasifikasi tuturan dan
pelanggran.
6. menginterpretasipelanggaran
dalam tuturan yang diperoleh
dari percakapan.
7. membuat daftar pelanggaran
tuturan percakapan.
8. membuat kesimpulan.
9. mendeskripsikan
hasil
penelitian
Data yang ditranskripsi berupa
keseluruhan percakapan yang berisi
tanya jawab antara para panelis,
pembawa acara dengan para kandidat
pasangan calon Gubernur Jawa Timur,
tanya jawab antara satu pasangan
kandidat kepada pasangan lainnya.
Dianalisis dengan mengklasifikasikan
percakapan-percakapan,
dan
mendeskripsikan makna yang diperoleh.
Interpretasi
dilakukan
dengan
menghubungkan data dengan konteks
pragmatikyang
mencakup
unsurunsurnya berupa prinsip kerjasama
beserta keempat maksim kualitas,
kuantitas, relevansi, dan maksim cara.
HASIL PENELITIAN
Seperti diketahui Pemilihan
umum Gubernur Jawa Timur 2013
dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus
2013 untuk memilih Gubernur dan
Wakil Gubernur Jawa Timur periode
2013--2018.Terdapat empat pasang
kandidat
yang
bersaing
dalam
pemilihan umum ini, yaitu pasangan
petahana Soekarwo/Saifullah Yusuf
yang diusung oleh Partai Demokrat,
Partai Golkar, Partai Amanat Nasional
(PAN), Partai Keadilan Sejahtera
(PKS), Partai Persatuan Pembangunan
(PPP), Partai Hanura, Partai Gerindra,
Partai Kebangkitan Nasional Ulama
(PKNU), Partai Damai Sejahtera (PDS),
Partai Bintang Reformasi (PBR) dan 22
partai politik non-parlemen; Bambang
Dwi Hartono/Said Abdullah yang
diusung
oleh
Partai
Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP); Khofifah
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
225
Indar
Parawansa/Herman
Surjadi
Sumawiredja yang diusung oleh Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) dan 5 partai
politik non-parlemen; serta pasangan
Eggi Sudjana/Muhammad Sihat yang
maju dari jalur independen.
Dalam pelaksanaan menuju
Jatim satu, ada program yang mesti
dijalani para kandidat, yakni program
debat kandidat yang ditayangkan secara
live oleh beberapa stasiun televisi. Dan
berikut adalah beberapa ulasan atas
program debat kandidat tersebut:
Empat pasangan cagub-cawagub
Jatim mengikuti debat kandidat yang
diselenggarakan KPU Jatim di Gedung
Gramedia Expo Surabaya. Selain saling
mengajukan
pertanyaan,
setiap
pasangan
calon
juga
mendapat
pertanyaan dari dua orang panelis.
Namun sayang debat kurang mendalami
persoalan yang diangkat sebagai isu.
Debat kandidat Pemilihan Gubernur
(Pilgub) Jatim 2013 kurang gereget.
Empat pasangan calon tidak terlibat adu
argumentasi
yang
cukup
untuk
pendalaman sebuah masalah. Acara
yang diselenggarakan Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Jatim di Gramedia Expo
Surabaya itu berlangsung selama dua
jam. Selain pertanyaan dari pasangan
calon lain, setiap pasangan calon juga
harus menjawab pertanyaan dari dua
orang panelis sebagai penguji. Pasangan
nomor 1 Soekarwo- Saifullah Yusuf
(KarSa), dalam forum ini lebih banyak
mengungkapkan keberhasilan programprogram kerja Pemprov Jatim selama
lima tahun terakhir. Sebagai incumbent,
KarSa mengklaim telah banyak capaian
yang ditorehkan mulai penurunan angka
kemiskinan,
pembangunan
infrastruktur, hingga ekonomi Jatim
yang terus tumbuh. Pasangan nomor
urut 2 Eggi Sudjana–M Sihat (Beres)
lebih menekankan pada pembentukan
masyarakat bertakwa guna mewujudkan
pemerintahan yang jujur, adil dan
transparan. Selain itu juga pengelolaan
sumber daya alam untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pasangan
nomor urut 3 Bambang DH–Said
Abdullah
(Jempol)
juga
mengedepankan tentang perbaikan
infrastruktur dan pengembangan daerah
dengan memberikan bantuan pada desa,
peningkatan
pendidikan
dengan
pendidikan gratis, dan peningkatan
kesehatan dengan kartu berobat gratis.
Pasangan nomor urut 4 Khofifah Indar
Parawansa–Herman S Sumawiredja
(Berkah) menonjolkan pada sisi
peningkatan
perekonomian,
pengurangan disparitas antarwilayah,
serta peningkatan pendidikan. Berkah
juga akan menjadikan pemerintahan
Jatim sebagai pemerintahan yang bersih
dan mengedepankan bahwa gubernur
dan wakil gubernur adalah pelayan
rakyat. Dua panelis yaitu Ahmad Erani
Yustika dari Universitas Brawijaya
Malang dan Chusnul Mariyah dari
Universitas
Indonesia
cukup
menghangatkan suasana. Ada yang
menarik ketika Chusnul melontarkan
pertanyaan kepada pasangan Beres
mengenai
pengembangan
potensi
sumber daya alam. “Berdasarkan
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
226
konstitusi, kekayaan alam di Indonesia
akan dikembalikan untuk rakyat. Dari
hitungan yang saya, dengan kekayaan
alam yang ada, seharusnya setiap tahun
masyarakat bisa mendapatkan uang Rp
200 juta dari pemerintah,” ujar Eggi.
Jawaban ini dikejar Chusnul dengan
menanyakan
bagaimana
cara
mengembalikan kekayaan tersebut
kepada rakyat. Eggi yang kemarin
memang lebih banyak menguatkan
argumen dengan dalil kitab suci,
menjawab dengan menyitir salah satu
ayat dalam Alquran. “Yang dikatakan
Alquran pasti benar,” ujar dia. Chusnul
menjawab,”Ini bukan soal benar atau
salah, tapi bagaimana mengelola
kekayaan itu?” Eggi yang mulai
tersudut mengatakan bahwa dia akan
melakukan apa yang harus dilakukan.
“Saya lakukan yang sesuai saja,”
katanya. “Sesuai apa?” tanya Chusnul
terus
mengejar.
“Ya…sesuai
itu…Alquran,” jawab Eggi dengan
suara menurun dan disambut teriakan
penonton debat. Kurang geregetnya
debat publik yang digelar KPU Jatim
juga
diungkapkan
warga
yang
menyaksikan. Suara minor tersebut
banyak disampaikan melalui situs
jejaring sosial. Menurut mereka, aura
pertarungan antarcalon tidak terlihat
dalam debat ini. “Debat cagub kok
kalah sama pertandingan bola, nggak
injury time. Main potong seenak udelnya. Mbok ya mengedepankan konten
utk edukasi drpd semata2 rating dan
komersial,” tulis warga bernama Hery
Setiawan Purnawali dalam status
Facebook. Hal yang sama juga
disampaikan warga lain bernama Ivone
Andayani. Dalam akun facebook
miliknya, Ivone menilai para calon
tidak
memperlihatkan
perdebatan.
Kesannya hanya tanya jawab. ”Debat di
televisi malam ini kurang seruu.. masih
malu-malu. Pilih yang terbaik untuk
warga Jatim saja,” tulisnya. Debat tadi
malam merupakan kelanjutan dari
penyampaian visi-misi di DPRD pagi
harinya. Kedua kegiatan ini sekaligus
menandai dimulainya masa kampanye
Pilgub Jatim. Masa kampanye berakhir
pada 25 Agustus, dilanjutkan hari
tenang sebelum pemungutan suara pada
29 Agustus. Ketua KPU Jatim Andry
Dewanto Ahmad dalam sambutannya
mengatakan bahwa penyampaian visi,
misi dan program kerja pasangan calon
ini cukup penting. Dengan demikian
masyarakat akan mengetahui apa yang
akan dijalankan para pasangan calon
sehingga masyarakat bisa memilih
mana yang dianggap terbaik.
Yang berikunya, Muhamad Hamka
mengulas tentang acara Debat Kandidat
Pilkada Jatim di Metro TV. Acara yang
seharusnya menjadi ajang bagi para
kandidat untuk mempertajam visi-misi
dan program kerja ini justru—
menurutnya—kurang bertaji. Hal ini
disebabkan oleh mekanisme debat yang
di desain oleh Metro TV yang kurang
dialogis dan sistematis. Akibatnya, para
kandidat saling terkam argumentasi
dalam aroma debat kusir yang sama
sekali tidak elegan dan kehilangan
pesan
substantif
yang
ingin
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
227
disampaikan. Dimana terjadi debat kusir
yang sama sekali tak punya pesan
dialogis yang bisa didapat oleh
pemirsa.Hal tersebut terjadi ketika
Bambang DH didebat oleh Eggi
Sudjana. Eggi dengan gayanya yang
retoris, namun menurut Hamka, tak
jelas substansi pembicaraanya, tak
memberikan
kesempatan
kepada
Bambang DH untuk membenarkan dan
membela argumentasinya. Begitupun
ketika Herman S, Wagub Khofifah
Indar
Parawansa
didebat
oleh
Soekarwo. Pak De Karwo dengan
ngotot berbicara tiada henti tanpa
memberikan
kesempatan
kepada
Herman
untuk
menyampaikan
argumentasinya. Bahkan Indra Maulana
dari Metro TV sempat kelabakan ketika
dicecar oleh Eggi Sudjana dengan
retorika hukumnya.Debat kusir ini
terjadi karena tidak jelas mekanisme
interupsi
bagi
para
kandidat.
Seharusnya waktu dua menit untuk
debat harus dialokasikan masingmasing satu menit untuk kedua belah
pihak. Debat kandidat, pointnya adalah
bagaimana publik bisa menilai kualitas
visi, misi dan program kerja kandidat.
Bukan ajang bagi para kandidat untuk
saling membantai argumentasi dan
menunjukan “superioritas” dengan cara
ngotot ala debat kusir. Dan ironisnya,
Metro TV sedang mempertontonkan
debat kusir para kandidat dalam
membangun retorika-retorika kamuflase
yang sama sekali tak jelas maslahatnya
buat publik dalam menjatuhkan pilihan
politiknya nanti.
Pemaparan
berikutnya
disampaikan oleh Dailinar Utomo.
Menurutnya, menarik setelah melihat
acara debat kandidat cagub dan
cawagub jawa timur untuk lima tahun
ke depan yang disiarkan oleh salah satu
televisi swasta. Sebagai bagian dari
masyarakat
jawa
timur
tentu
mempunyai atensi yang lebih untuk
mengikutinya. Masing-masing kandidat
menyampaikan
rencana
kebijakan
seandaianya terpilih menjadi gubernur
dan
wakil
gubernur,
walaupun
menurutnya yang disampaikan serupa
tapi tak sama. Dailinar Utomo menilai
secara subjektif maka hanya 3 kandidat
yang mejadi perhatian, hal ini
berdasarkan basis massa pemilih yang
jelas, melihat dari partai pengusung.
Pertama adalah kandidat petahana
pakde karwo - gus ipul yang didukung
koalisi besar 10 partai parlemen dan 22
partai non parlemen. Sebagai calon
incumbent tentu menguntungkan untuk
kandidat satu ini, pasangan yang
berjargon KarSa dalam kampanyenya
ini disebut calon ideal karena
memadukan antara semangat nasionalis
dan religiusitas. Beberapa lembaga
survei juga menunujukkan elektabilitas
pasangan Karsa masih mengugguli
calon lainnya, hal ini dikarenakan
masyarakat melihat ada perbaikan yang
terjadi di wilayah jawa timur dan
pasangan ini dinilai layak untuk
melanjutkan jabatan untuk kedua
kalinya.Pasangan yang kedua adalah
Bambang – said yang didukung oleh
PDI Perjuangan. Pasangan yang
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
228
berjargon
Jempol
dalam
setiap
kampanyenya ini memang masih
diragukan tingkat elektabilitasnya,
karena misal dibandingkan dengan Gus
Ipul dan Khofifah yang sudah dikenal
luas, calon gubernur Bambang D.H
relatif lebih populer di Surabaya
mengingat karir poltiknya yang
mentereng di kota pahlawan itu.Sebagai
pendatang baru dalam kontestasi
pemilihan tingkat provinsi, tentu tidak
bisa diremehkan begitu saja. Dalam
pemilihan kepala daerah, selain
pertaruhan sosok kandidat, yang tak
kalah pentingnya adalah kinerja mesin
partai dalam pemenangan. Dalam hal ini
PDI Perjuangan terbukti mempunyai
kader yang loyal dan militan dan
mampu memenangkan beberapa pilkada
tingkat provinsi dan kabupaten/kota di
Indonesia, baik sebagai pengusung
tunggal maupun koalisi dengan partai
lain. Yang paling fenomenal tentu saja
Pilgub DKI dengan memenangkan
Jokowi-Ahok
yang
mengalahkan
pasangan incumbent.Yang ketiga adalah
pasangan
Khofifah-herman
yang
diusung oleh PKB dan 5 partai non
parlemen.
Pasangan yang berjargon Berkah
dalam setiap kampanyenya ini sempat
dinyatakan tidak lolos oleh KPU Jatim,
namun keputusan itu kemudian dianulir
oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu. Dengan lolosnya pasangan
nomor urut terakhir ini membuat
persaingan Pilgub Jatim semakin
menarik,
mengingat
pada
2008
Khofifah juga ikut meramaikan
pemilihan gubernur jatim dengan hasil
kekalahan yang masih kontroversial
hingga
sekarang.Dengan
sasaran
pemilih perempuan di Jawa Timur
kurang lebih 50 persen, Khofifah
optimis akan mendapatkan suara
optimal dari pemilih perempuan
tersebut. kekalahan tipis di Pilgub 2008
silam memberikan pegalaman berharga
untuk mengarungi Pilgub tahun ini.
apalagi calon wagub pendamping
khofifah adalah mantan Kapolda Jatim
pada tahun itu yang dianggap mengerti
beberapa hal terkait kontroversi yang
terjadi, dan pasti Khofifah tidak akan
mau
untuk
kecolongan
kedua
kalinya.Menarik melihat el classico jilid
II ini antara Gus Ipul dan Khofifah,
keduanya merupakan kader terbaik
ormas NU, keduanya juga dibesarkan
dalam lingkungan yang mempunyai
kedekatan dengan pondok pesantren,
Gus Ipul pernah menjabat sebagai ketua
PP GP Ansor dan sekarang menjadi
salah satu ketua harian PBNU,
sedangkan Khofifah saat ini menjabat
sebagai ketua PP muslimat NU.
Kedekatan calon pemilih inilah
yang membuat pilgub akan menjadi
sengit antara kedua kandidat ini. Namun
pasangan Jempol layak diperhitungkan
dan bisa menjadi kuda hitam dalam
Pilgub Jatim kali ini. Dengan
mengandalkan mesin partai yang solid
dan dibantu pendekar politik tingkat
nasional yang rela turun gunung untuk
membantu proses pemenangan. Selain
itu pertarungan vis a vis antara Gus Ipul
dan khofifah yang saling klaim
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
229
mendapat dukungan dari warga
nahdliyin di jawa timur bisa menjadi
kontradiktif, pemilih akan melihat jika
salah satu dari keduanya jadi
dimungkinkan ada perpecahan antar
warga Nahdliyin, hal ini akan menjadi
keuntungan tersendiri buat pasangan ini
karena bisa menjadikan pasangan
Jempol sebagai calon alternatif untuk
menghindari perpecahan tersebut. Kita
tungga saja haslinya.
PEMBAHASAN
Ulasan tentang program debat
kandidat juga dating dari pihak kandidat
nomer urut satu. Debat kandidat CagubCawagub Jatim yang digelar, Senin
(12/8) lalu, menuai gugatan. Tim
pemenangan Soekarwo-Saifullah Yusuf
(KarSa) menuding ada salah satu
panelis yang tidak netral dalam
mengarahkan perdebatan dan cenderung
menyudutkan
calon
incumbent.
Ketidaknetralan tersebut diindikasi dari
pertanyaan yang dilontarkan Chusnul
Mariyah, panelis asal Universitas
Indonesia (UI) yang mempersoalkan
ihwal praktik money politic yang
dituduhkan kepada KarSa.
Sikap
tidak
netral
yang
ditunjukkan Chusnul ini baru diketahui
Martono, penasihat tim pemenangan
KarSa setelah dia mempelajari rekaman
acara debat yang disiarkan salah satu
televisi swasta nasional tersebut. Dosen
di Universitas Surabaya (Ubaya) ini
mengatakan, setiap pertanyaan Chusnul
cenderung menunjukkan
sentimen
gender yang mendukung cagub
perempuan, Khofifah Indar Parawansa,
dan memojokkan rivalnya, calon
incumbent KarSa.
"Saya
sudah
bolak-balik
mempelajari rekaman debat
cagub-cawagub itu, indikasinya
jelas. Bu Chusnul tidak netral,"
ungkap Martono, Rabu (14/8).
Martono mencontohkan, ketika Chusnul
mempertanyakan ihwal money politic
kepada pasangan nomor urut 1 KarSa.
Panelis tersebut menuding pasangan
KarSa sebagai incumbent melakukan
money politic. "Yang pada waktu itu
langsung disanggah oleh Pakde tidak
melakukan money politic dan berani
untuk
sumpah
pocong,"
tuturnya.Berdasar analisisnya, Martono
menyebut KPU Jatim sebagai pihak
penyelenggara
debat
yang
menghadirkan tim panelis dinilai ikut
berperan memunculkan sikap yang
tidak netral untuk memojokkan KarSa.
"Saya menilai, harusnya sebagai
penyelenggara pemilu, KPU Jatim bisa
menghadirkan panelis yang netral," kata
Martono.Karena itu, timses KarSa
berencana melayangkan protes keras
kepada KPU Jatim atas situasi tersebut.
Saat ini, mantan Ketua DPD I Partai
Golkar Jatim ini masih menggodok
rencana protes tersebut bersama tim
KarSa lainnya. "(Protes) ini agar pada
debat selanjutnya, KPU lebih selektif
memilih panelis yang akan dihadirkan,"
tandasnya.Terpisah, Ketua KPU Jawa
Timur
Andry
Dewanto
Ahmad
menjelaskan bahwa dalam penentuan
panelis, pihaknya sudah melakukan
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
230
koordinasi dengan semua tim dari
pasangan
Cagub-Cawagub
Jatim.
Sehingga aneh bila KPU dituding tidak
netral dalam penyelenggaraan debat
Cagub-Cawagub Jatim. "Penentuan
siapa panelisnya, sudah berdasarkan
persetujuan
semua
tim,"
kata
Andry.Mantan Ketua KPU Malang ini
lebih lanjut menjelaskan bahwa pada
awalnya yang menjadi panelis adalah
Ahmad Erani Yustika dari Universitas
Brawijaya dan Ramlan Surbakti dari
Universitas Airlangga. Hanya saja,
Ramlan Surbakti menurut Andry tidak
bisa. "Sebagai gantinya adalah Chusnul
Mariyah dari Universitas Indonesia.
Dan itu sudah kami koordinasikan ke
semua tim Cagub-Cawagub Jatim,
semuanya setuju," elaknya.
Kembali pada kajian prinsip
kerja sama yang terdiri dari empat buah
maksim percakapan yang harus dipatuhi
dalam sebuah acara debat kandidat.
Setiap kandidat memiliki tujuan, visi
dan misi masing-masing yang ingin
dicapai. Setiap tuturan yang terjadi
akibat adanya proses tanya jawab antara
panelis dan kandidat. Hal ini merupakan
satu unit yang sangat mendasar dari
sebuah acara debat. Debat kandidat ini
merupakan salah satu bentuk kampanye
yang bertujuan tidak hanya untuk
menguji visi misi dan program para
kandidat,
tetapi
juga
untuk
memperkenalkan kepada masyarakat
Indonesia pada umumnya dan kandidat
mana yang sesuai untuk memerintah
Jatim, pada khususnya. Proses yang
terjadi dalam sebuah debat juga
termasuk dalam penelitian ini. Yaitu
bagaimana implikatur percakapan itu
dapat menjelaskan makna tersirat dari
tuturan seorang kandidat.
Program debat ini menghasilkan
pelanggaran empat jenis maksim
percakapan yaitu maksim kualitas,
maksim relevansi, maksim kuantitas,
dan maksim cara. Adanya pelanggaran
maksim-maksim ini maka dapat
diperoleh implikatur dalam dua varian,
implikatur percakapan umum dan
implikatur
percakapan
khusus.
Implikatur
percakapan
umum
merupakan makna yang diturunkan dari
percakapan dengan tidak memerlukan
pengetahuan khusus tentang konteks
sosial
percakapan,
pengetahuan
antarpembicara,
atau
hubungan
antarpembicara. Implikatur percakapan
khusus merupakan makna yang
diturunkan dari percakapan dengan
mengetahui atau merujuk konteks sosial
percakapan, hubungan antarpembicara
serta kebersamaan pengetahuan mereka.
Implikatur ini diperoleh karena adanya
pelanggaran
maksim
dengan
memerhatikan empat jenis konteks yaitu
konteks fisik, epistemik, linguistik, dan
sosial. Data yang diperoleh berasal dari
tanya jawab antara para panelis dan
antara para kandidat cagub cawagub.
Berhubung setiap kandidat berusaha
menjelaskan program kerja mereka
ketika menjawab pertanyaan panelis,
dan antarkandidat, para kandidat
tersebut tidak fokus terhadap apa
sebenarnya yang dinginkan atas
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
231
pertanyaan tersebut oleh para panelis
dan juga antarkandidat.
Hal
ini
mengakibatkan
munculnya
pelanggaran
maksim
percakapan dan ini dilakukan berulang
oleh para kandidat dalam acara debat
tersebut. Pelanggaran maksim ini
disebabkan kurangnya perhatian dan
wawasan serta pengetahuan atas
permasalahan yang ada di Jatim, aspek
psikologis seperti perasaan gugup, dan
juga kepercayaan diri yang kurang
sehingga menghasilkan tanggapan yang
diberikan kurang maksimal. Berikut
adalah analisis percakapan yang
dilakukan terhadap program debat
kandidat pilkada Jatim, dalam hal
pelanggran terhadap prinsip-prinsip
kerjasama yang terbingkai dalam aturan
maksim-maksim percakapan.
Tersaji dari data 1 terjadi
pelanggaran maksim relevansi. Cagub 1
tidak menjawab pertanyaan tentang
bagaimana
kalo
kemudian
pemberantasan korupsi lebih condong
pada pemberantasan korupsi politik,
bagaimana memisahkan antara hukum
dan politik. Harusnya dari pertanyaan
bagaimana, dijawab dengan langkahlangkah. Tetapi jawaban yang diberikan
tentang mengundang KPK adalah untuk
kepentingan cagub 1 agar terlihat bersih
dan anti korupsi karena mendatangkan
KPK. Pada data berikutnya juga terjadi
pelanggaran maksim cara, dimana
cagub 1 mengatakan secara tidak
sistematis tentang mengundang KPK
tanggal 3 Juni 31 Mei. Seharusnya
tanggal 31 Mei dan lalu tanggal 3 Juni.
Adapun dari data 2 terjadi yang
tersaji terjadi pelanggaran maksim
relevansi oleh cagub 2 ketika ditanya
seputar Negara hukum dan bagaimana
terobosan untuk merealisasikan hal
tersebut di Jawa timur ini. Jawaban
yang diberikan tidak sesuai dengan
permasalahan, selain berputar-putar
pada kata keadilan dan kejujuran. Dan
juga melanggar maksim kualitas ketika
terus membolak-balikan “orang kalo
jujur pasti dia bisa berlaku benar, tidak
mungkin dia bisa benar kalo awalnya
tidak jujur, setelah dia benar maka dia
akan melakukan satu pekerjaan yang
sifatnya melakukan keadilan, jadi
keadilan didapat harus background
sebelumnya berlaku benar dang
background sebelumnya lagi dia
berlaku jujur”. Cagub 2 mengatakan
hal yang tidak cukup bukti akan
kebenarannya, apakah memang benar
jujur dan benar linier sebagaimana dua
sisi mata uang yang tidak terpisahkan.
Pelanggaran selanjutnya adalah
maksim kuantitas. Ketika ditanya
tentang tahapan menuju superioritas
hukum, cagub 2 tidak memberikan
jawaban cukup, tetapi mengatakan hal
yang tidak perlu dan gagap bertanya
balik “Cuma apa itu, apa ya?’ termasuk
niatan mendoktrin kepala desa, camat,
kepala dinas, bupati, walikota yang ada
diseputar jawa timur, di training,
mereka harus mengerti bahwa dia
adalah pelayan.
Dengan analisa dari sejumlah
data maka dapat dikonklusikan bahwa
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
232
terjadi pelanggaran dalam proses
komunikasi oleh para kandidat terkait
aturan-aturan
dalam
percakapan.
Dengan demikian, analisis percakapan
dalam program debat kandidat pilkada
Jatim menemukan bahwa keseluruhan
maksim telah dilanggar dengan
informasi tersaji sebagai berikut:
Dat
Maksim
Pelan
a
1
2
3
4 ggara
No (kua (kua (rele (c
n
mo ntita litas vansi ar maksi
r
s)
)
)
a) m per
data
√
√
2
1
√
√
√
3
2
√
√
2
3
√
√
2
4
√
1
5
√
√
2
6
√
√
2
7
√
√
2
8
√
√
2
9
√
√
√
3
10
√
√
√
3
11
√
√
2
12
√
√
√
3
13
√
√
2
14
√
√
2
15
√
√
√
3
16
√
1
17
√
√
2
18
√
√
2
19
√
√
√
√
4
20
√
√
2
21
√
√
√
3
22
√
√
2
23
24
25
26
27
√
28
29
√
30
31
Ju 11
mla
h
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
19
√
21
15
3
1
2
2
1
1
2
2
66
Dari table tersaji bahwa
pelanggaran maksim relevansi memiliki
jumlah tertinggi, dengan demikian
analisis ini membuktikan bahwa para
kandidat
pilkada
Jatim
sebagai
komunikator
politik
memiliki
kecenderungan tidak relevan dalam
berkomunikasi. Selanjutnya adalah
maksim kualitas, maksim cara dan yang
terakhir adalah pelanggaran maksim
kuantitas. Jumlah tersebut telah
memberikan gambaran yang jelas
tentang pelanggaran maksim prinsip
kerjasama dalam percakapan yang
terjadi dalam program debat kandidat
pilkada Jatim yang dianalisis dengan
menggunakan analisis percakapan.
Pelanggaran
tersebut
mengimplikasikan
bahwa
adanya
penyimpangan terhadap prinsip kerja
sama disebabkan oleh suatu keadaan
yang mendorong penutur untuk tidak
memenuhi ketentuan yang ditetapkan.
Keadaan yang dimaksud, yaitu 1) ketika
penutur, yaitu para kandidat debat,
kurang
atau
tidak
menguasai
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
233
permasalahan yang dibahas atau
disampaikan, dan 2) ketika penutur
kurang atau tidak memahami konteks
komunikasi tutur yang sedang terjadi.
Dua hal tersebut menjadi Implikasi
percakapan yang muncul dan terjadi
dalam percakapan para kandidat dalam
program debat kandidat pilkada Jatim.
percakapan yang terjadi dalam
hasil transkripsi program debat
kandidat
pilkada
Jatimyaitu
maksim
kuantitas,
maksim
kualitas, maksim relevansi, dan
maksim
cara.
Mereka
adalah:Maksim Kuantitas:
a.
Berikan
informasi
Anda
secukupnya atau sejumlah yang
diperlukan oleh Mitra Tutur. b.
Bicaralah seperlunya saja, jangan
mengatakan sesuatu yang tidak
perlu.Maksim Kualitas: a.
Katakanlah
hal
yang
sebenarnya.b. Jangan katakan
sesuatu yang Anda tahu bahwa
sesuatu itu tidak benar.c. Jangan
katakan sesuatu tanpa bukti yang
cukup.Maksim Relevansi: a.
Katakan
yang
relevan.
b.
Bicaralah
sesuai
dengan
permasalahan. Maksim Cara: a.
Katakan dengan jelas. b. Hindari
kekaburanan ujaran. c. Hindari
ketaksaan. d. Bicaralah secara
singkat,
tidak
bertele-tele.e.
Berkatalah secara sistematis.
KESIMPULAN
1.
Tuturan adalah (a) regangan
wicara bermakna di antara dua
kesenyapan aktual atau potensial,
(b) kalimat atau bagian kalimat
yang dilisankan. Dalam analisis
percakapan dalam program debat
kandidat pilkada Jatim terdapat
tuturan-tuturanyang
melanggar
prinsip-prinsip kerjasama dalam
percakapan. Tuturan tersebut
diklasifikasikan dalam 31 kartu
data.
2.
Bahwa jenis maksim yang
ditemukan, adalah merupakan
pelanggaran terhadapkeseluruhan
prinsip-prinsip kerjasama dalam
komunikasi, dalam hal ini
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied.2004.Pengantar Ilmu
Komunikasi. Cetakan IV, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Cutting, Joan. 2002. Pragmatics and
Discourse. London & New
York: Routledge.
Changara, Hafied. 2000. Pengantar
Ilmu Komunikasi. Jakarta :
Rajawali Press.
Dori
Wuwur,
Henrikus.1991.
Retorika.Yogyakarta : Kanisius.
Grice,
H.
Paul.1975.Logic
and
conversationdalam Cole, Dater
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
234
dan S. Morgen (ed). Pragmatik:
A. Readers. New York: Oxford
University Press.
Gumperz, John. J. 1982. Discourse
Strategies. United States of
America: Cambridge University
Press.
Kaid, Lynda Lee. 2004. Handbook of
Political
Communication
Research.
New
Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates.
KKK.1970.Taktik Berdebat.Jakarta :
K.m./CLC.
Leech, Geoffrey. 1983. Principle of
Pragmatics.Terjemahan
ke
Dalam Bahasa Indonesia oleh
M. D. D. Oka. 1993. Prinsipprinsip Pragmatik.Jakarta: UI
Press. London: Longman, 1993.
Levinson,
Stephen
C.
1983.
Pragmatics.
Great
Britain:
Cambridge University Press.
Little john, Stephen W & Karen A.
Foss.2009.Teori
Komunikasi
(theories
of
human
communication) edisi 9. Jakarta.
Salemba Humanika.
Lubis, hamid Hasan.2011. Analisis
Wacana Pragmatik. Bandung:
Angkasa.
Mey, Jacob L. 2001. Pragmatics: An
Introduction.
Australia:
Blackwell Publishing.
Mey, Jacob L. 1994. Pragmatics: an
introduction. Oxford UK &
Cambridge USA: Blackwell.
Moleong, Lexy J. 2008.Metodologi
Penelitian Kualitatif; Edisi
Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Morrisan & Andy Corry Wardhany.
2009.
Teori
Komunikasi,
Tentang komunikator, pesan,
percakapan, dan hubungan,
Jakarta, Ghalia Indonesia.
Mulyana, Deddy. 2013. Komunikasi
Politik Politik Komunikasi.
Bandung:
PT.
Remaja
Rosadkarya.
Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Nadar, F. X. 2009. Pragmatik &
Penelitian
Pragmatik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nimmo, Dan. 2000. Komunikasi Politik
(Komunikator,
Pesan,
dan
Media).
Terjemahan:
Tjun
Surjaman. Cetakan III, Remadja
Rosdakarya, Bandung.
Paltridge, Brian. 2000. Making Sense of
Discourse Analysis. Gold Coast.
Rustono.1998. Implikatur Percakapan
sebagai pengungkapan humor
dalam wacana humor verbal
lisan
berbahsa
Indonesia.
Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Rustono.1999.
Pokok-pokok
Pragmatik.Semarang:
IKIP
Semarang Press.
Samsuri. 1986. Analisis Wacana, Diktat
Kuliah Pascasarjana. Malang:
IKIP Malang.
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
235
Yule,
Schegloff, Emanuel A. 1988. Discourse
as an Interactional Achievement
II:
An
Exercise
in
Conversational Analysisdalam
Linguistics
in
Context:
Connection Observation and
Understanding. New Jersey:
Ablex Publishing Corporation.
George.
Oxford:
Press.
1996. Pragmatics.
Oxford University
Strensőm,
Ann-Brita.
1994.
An
Introduction
to
Spoken
Interaction. UK: Longman
Group.
Tarigan,
Henry
Guntur.
1984.
Berbicara
Sebagai
Suatu
Keterampilan
Berbahasa.Bandung: Angkasa.
Wijana, I Dewa Putu.1998. Dasardasar Pragmatik. Yogyakarta:
Andi Offset.
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.2 Desember 2015 |
236
Download