Kajian Sosial Iklan *Realitas Iklan Politik*

advertisement
Kajian Sosial Iklan
“Realitas Iklan Politik”
E-Learning
Oleh:
F. Yayi Amanova, S.IP, M.Soc.Sc
Iklan Politik :
Definisi:
“Proses komunikasi dimana sebuah sumber (biasanya
kandidat politik atau partai politik) membeli
kesempatan untuk menunjukkan pesan-pesan politik
mereka dengan tujuan mengubah perilaku,
kepercayaan dan kebiasaan politik penerima pesan
melalui saluran-saluran massa”
(Lynda Lee Kaid)
Isi pesan :
Iklan politik Parpol / kandidat politik:
• Penguatan citra parpol / kandidat politik.
• Sosialisasi atau penguatan ingatan lambang,
simbol politik.
• Ajakan supaya mencoblos partai / kandidat
politik pada hari pemilihan.
Isi pesan :
Iklan politik non-Parpol / non-kandidat politik:
• Penjelasan dan sosialisasi Pemilu sebagai
sarana demokrasi.
• Seruan dan provokasi kepada masyarakat
untuk datang ke tempat pemungutan suara
dan menggunakan hak pilihnya (melakukan
partisipasi politik).
Tujuan :
• Membentuk citra kandidat, dan membentuk sikap
emosional masyarakat terhadap citra kandidat
tersebut.
• Mempersuasi dan mengarahkan minat masyarakat
untuk memilih kandidat tertentu.
• Mempengaruhi opini publik tentang isu-isu nasional.
• Kendaraan propaganda dalam isu-isu sosial-politik.
Faktor berkembangnya Iklan Politik
• Demokrasi meletakkan kekuasaan di tangan rakyat,
bukan di tangan segelintir elite, karena itu: untuk
memperoleh kekuasaan, politisi harus menemui dan
membangun hubungan dengan masyarakat. Semakin
luas jangkauan pada masyarakat maka semakin besar
peluang kemenangan politisi.
• Dalam demokrasi, hanya model persuasif yang
diizinkan penggunaannya untuk menjaring opini
publik masyarakat (bukan model intimidasi).
• Saluran media massa, terutama televisi sudah
menjadi kebutuhan hampir setiap rumah tangga dan
individu, sehingga menjadikan iklan politik mau tidak
mau sangat mudah dikonsumsi masyarakat.
• Iklan politik menjadi bisnis yang sangat potensial bagi
income perusahaan media.
Realitas di Indonesia
• Dipicu oleh runtuhnya tradisi politik Orde Lama dan terbitnya
nilai-nilai kebebasan bersuara yang diusung Era Reformasi,
maraknya iklan politik parpol dan politisi bertitik berat pada
Era Reformasi.
PKB menjadi Parpol pertama yang menayangkan iklan
politiknya (November 1998) pasca Reformasi, menampilkan
aset utama PKB yaitu Gus Dur, dengan tema iklan “Saya
mendengar Indonesia Bernyanyi”.
Parpol-parpol lain menyusul membanjiri televisi dengan
iklan politiknya setelah iklan PKB tersebut.
• Maraknya iklan politik parpol dan politisi mencapai titik
puncak pada wacana Pemilu Presiden langsung yang
diselenggarakan pertama kali pada 2004 hingga saat ini.
Pemilu langsung menimbulkan provokasi yang jauh lebih
besar pada penguatan citra Capres dan bukan hanya pada
citra parpol saja, karena untuk meraih kemenangan Capres
harus memiliki ikatan seluas mungkin dengan individuindividu yang akan memilihnya secara langsung.
• Gaya hidup digital yang kian merambah di kalangan
masyarakat Indonesia serta konglomerasi media oleh politisi
menambah marak kehadiran iklan politik sebagai kendaraan
dalam panggung politik.
• Literasi politik masyarakat Indonesia didominasi oleh sumbersumber pencitraan politisi, salah satunya melalui iklan politik
yang disajikan secara minim edukasi.
• Iklan Layanan Masyarakat sebagai counter balance tidak
berfungsi secara efektif.
Berdampak :
• Pembodohan masyarakat.
• Adanya disfungsi media yang tersamarkan dan
dikemas dengan apik.
• Menimbulkan refleksi baru masyarakat terhadap
budaya politik yang berlangsung, seperti : kekecewaan,
ketidak-percayaan terhadap parpol dan politisi, serta
culture jamming.
(Mengenai poin ini akan dibahas pada pertemuan Kajian Sosial
Iklan selanjutnya dengan pokok bahasan “Debates on
Advertising”.)
NOTE :
• Dimohon pada pertemuan selanjutnya untuk
mengumpulkan nama anggota kelompoknya. Satu
kelompok terdiri dari tiga orang.
• Deskripsi tugas akan saya sampaikan pada
pertemuan selanjutnya
• Presentasi tugas kelompok dimulai pada tanggal 26
May 2016.
---------------Terima Kasih------------
Download