Beberapa definisi; 1. Pernyataan formal tertulis mengenai rencana pimpinan perusahaan untuk waktu yang akan datang, yang dinyatakan dalam satuan uang. 2. Rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam satuan moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu yang akan datang. 3. Rencana tertulis mengenai kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh suatu organisasi selama jangka waktu tertentu. ` 4. Pendekatan secara sistematis dan formal tentang fungsi perencanaan dan pengawasan dari manajemen. Terdiri dari: a. Penetapan tujuan organisasi secara luas. b. Penetapan tujuan organisasi secara spesifik per bagian yang ada dalam organisasi. c. Rencana keuntungan jangka panjang dan jangka pendek secara rinci. d. Penyusunan laporan secara periodik tentang unjuk kerja masingmasing bagian dalam organisasi e. Penyusunan prosedur tindak lanjut dari hasil pengawasan/evaluasi. FUNGSI MANAJEMEN: 1. Planning 2. Organizing 3. Staffing & HRM 4. Leading & Interpersonal Influence 5. Controlling Planning & Controlling (Perencanaan dan Pengawasan) PROSES MANAJEMEN: Planning Organizing Controlling Staffing & HRM Leading & Interpersonal Influence arah proses manajemen arah feedback ketahap sebelumnya arah feedback langsung terhadap planning Modul Anggaran hal 1 Esesnsi dari Perencanaan Manajerial (The Essence of Managerial Planning). 1. Menghilangkan ketidak efisien-an 2. Menyiapkan jawaban yang tepat bagi perkembangan/perubahan situasi (antisipasi). 3. Meraih keuntungan dari perkembangan/perubahan situasi. Esesnsi dari Pengawasan Manajerial (The Essence of Managerial Control) Proses evaluasi dan penilaian dari unjuk kerja setiap bagian dalam organisasi, dan melakukan koreksi seperlunya untuk meningkatkan efisiensi dalam pencapaian tujuan organisasi. Tahapan Pengawasan:: 1. 2. 3. Preliminary Control Concurent Control Feedback Control COMPREHENSIVE BUDGET (BUDGET LENGKAP): Budget Penjualan XXXXXXXX Budget Produksi: Budget Biaya Bahan Mentah Budget Biaya Tenaga Kerja Langsung Budget Biaya Overhead Budget Harga Pokok Produksi XXXXXXXX XXXXXXXX XXXXXXXX (+) XXXXXXXX Budget Biaya Administrasi dan Distribusi Budget Harga Pokok Penjualan Budget Laba Operasi Perusahaan XXXXXXXX (+) XXXXXXXX (+) XXXXXXXX Rencana Laporan Laba Rugi Budget Kas Lengkap Rencana Neraca Akhir Modul Anggaran hal 2 BUDGET PENJUALAN Budget Penjualan (Sales Budget) disusun berdasarkan Rencana Penjualan (Sales Planning). Tujuan Sales Planning: 1. Mengurangi ketidakpastian pendapatan di masa yang akan datang. 2. Memberikan bahan/dasar pemikiran bagi manajemen untuk mengambil keputusan tentang pemasaran, dengan memasukkan unsur pengalaman, keahlian, intuisi, instink, dan menghasilkan suatu kebijakan (judgment). 3. Memberi informasi bagi penyusunan perencanaan bagian-bagian lain dalam organisasi. 4. Memberikan pedoman bagi kegiatan pengawasan dari manajemen. Tahapan penyusunan Sales Budget: Sales Forecasting (1): bukan perencanaan. Suatu pernyataan dan atau taksiran secara kuantitatif tentang keadaan dimasa yang akan berdasarkan data historis Tentative Sales Budget (3): Usulan Budget Penjualan lengkap yang harus disahkan dalam rapat direksi. Sales Planning (2): Didasarkan pada forecasting, dengan memasukkan unsur judgment, pertimbangan, naluri, pengalaman, dsb. Sales Budget (4): Budget penjualan yang sudah disetujui oleh direksi untuk bahan penyusunan Budget Lengkap, dan kemudian dioperasionalkan Metode Forecasting: Banyak cara, tetapi yang akan dibahas hanya metode least square dan regresi tunggal. Modul Anggaran hal 3 METODE LEAST SQUARE A. Data Genap A. Data Ganjil Modul Anggaran hal 4 METODE REGRESI TUNGGAL Tingkat penjualan padi diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat penjualan jagung. Apabila harga padi naik maka orang akan beralih untuk membeli jagung, dan sebaliknya apabila harga padi turun, maka orang akan membeli kembali padi. Di bawah ini adalah data historis penjualan padi dan jagung dalam ribuan ton: Kuat tidaknya pengaruh penjualan jagung terhadap penjualan padi dapat diukur dengan koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus: r n XY - X Y n Y 2 (Y) 2 n X 2 (X) 2 hasilnya r = .................... kesimpulannya lihat penjelasan di bawah ini. Apabila r mendekati +1, maka variabel X (jagung) mempunyai pengaruh yang kuat dan positip terhadap variabel Y (padi). Apabila r mendekati -1, maka variabel X (jagung) mempunyai pengaruh yang kuat dan negatif terhadap variabel Y (padi). Apabila r mendekati 0, maka variabel X (jagung) tidak/kurang berpengaruh terhadap variabel Y (padi). Modul Anggaran hal 5 PERTIMBANGAN MARKET SHARE Berikut ini adalah data penjualan 5 jenis mobil hasil rakitan Indonesia: Jika pada tahun 2013 Honda akan meningkatkan pangsa pasarnya dengan 1,5% dibanding pangsa pasar tahun 2012, berapa unit mobil yang harus dijual oleh Honda? Forecasting harus dilakukan untuk penjualan industri sbb: Modul Anggaran hal 6 6. PERTIMBANGAN HARGA-BIAYA-VOLUME Direksi sebuah perusahaan dagang SEDERHANA telah menerima usulan anggaran penjualan (tentative sales budget) sebagai berikut: Penjualan (2.000 unit a Rp1.750,00) Biaya Variabel (Rp525,00 per unit) Rp Rp 3,500,000.00 1,050,000.00 Contribution Margin Biaya Tetap Rp Rp 2,450,000.00 600,000.00 Laba Operasi Rp 1,850,000.00 Direksi Memandang bahwa tentative budget tersebut belum optimal. Setelah melalui diskusi yang panjang akhirnya diperoleh 3 alternatif pemecahan sbb: A. B. C. Harga dinaikkan 10% Volume penjualan dinaikkan 10%, harga dan biaya tidak berubah Harga dinaikkan 10%, volume penjualan dinaikkan 5%, dengan akibat biaya tetap naik dengan Rp65.000,00. Alternatif mana yang akan dipilih? A. Harga dinaikkan 10% Penjualan = ………. X ………. ……………….… Biaya Variabel (Rp525,00 per unit) …………………. …………………. …………………. Contribution Margin Biaya Tetap Modul Anggaran hal 7 Catatan: 1. Hukum penawaran dan permintaan tidak berlaku. 2. Biaya tetap bertambah dengan Rp65.000,00 ditujukan untuk menambah anggaran pemasaran. Seandainya dalam contoh kasus di atas, dewan direksi tetap memutuskan untuk mempergunakan tentative budget yang disahkan sebagai budget penjualan, dan biaya tetap telah teralokasikan seluruhnya. Perusahaan pada tahun ini akan mendapat pesanan dari luar negeri (yang harus diserahkan pada tahun ini juga) sebesar 1.000 unit dengan harga Rp1.500,00 per unit. Apakah pesanan ini akan diterima? Tentative Perhitungan Budget Volume 2000 unit Revenue ……X……. ……………….. Variabel Cost ……X……. ……………….. CM ……………….. Fixed Cost ……………….. Profit ……………….. Pesanan Perhitungan Baru 1500 unit ……X……. ……………….. ……X……. ……………….. ……………….. ……………….. ……………….. Total 3500 unit ……………….. ……………….. ……………….. ……………….. ……………….. Kesimpulan: ...................................................................................................................... ............................................................................................................................................ Catatan: 1. Biaya Tetap telah teralokasikan seluruhnya 2. Pasar pesanan baru benar-benar terpisah dari pasar reguler. Modul Anggaran hal 8 Contoh Budget Penjualan: PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUPER Ringkasan Tactical Sales Plan - Unit dan Rupiah Per Propinsi, Per Produk Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2009 Produk X Produk Y Ref. Unit Rupiah Unit Rupiah Daerah Pemasaran Jawa Barat X-Rp5,00;Y-Rp2,00 Jawa Tengah X-Rp5,10;Y-Rp2,10 Jawa Timur X-Rp5,10;Y-Rp2,10 Total Total Rupiah (input) 340000 1700000 210000 420000 2120000 (input) 500000 2550000 170000 357000 2907000 (input) 160000 816000 1000000 5066000 120000 252000 1068000 500000 1029000 6095000 ANALISIS VARIAN BUDGET PENJUALAN Budget penjualan adalah rencana. Setelah rencana tersebut dilaksanakan, seringkali muncul perbedaan antara yang direncanakan dengan realisasinya. Perbedaan atau penyimpangan ini harus diketahui dengan pasti penyebabnya. Oleh karena itu, perbedaan tersebut perlu dianalisis untuk diketahui penyebab utamanya. Perbedaan yang terjadi dan sejak awal sudah diketahui secara pasti mengenai penyebabnya, tidak perlu dianalisis, misalnya: 1. 2. 3. 4. Perbedaan yang terjadi tidak materiil Perbedaan yang terjadi karena kesalahan penyusunan laporan. Perbedaan yang terjadi disebabkan oleh keputusan manajemen. Perbedaan yang terjadi disebabkan oleh faktor-faktor diluar kendali manajemen (uncontrollable factor) Sehingga yang perlu dianalsis adalah perbedaan yang terjadi cukup besar dan tidak diketahui secara jelas penyebab utamanya, serta tidak jelas pula tentang siapa yang harus bertanggung jawab (untuk penilaian prestasi). Contoh kasus: Tabel 1. Ringkasan Laporan Hasil Penjualan untuk Bulan Januari 2010 Modul Anggaran hal 9 Dari laporan di atas, diketahui terjadi perbedaan secara total sebesar Rp....................., dan perbedaan tersebut adalah perbedaan yang merugikan (pendapatan sesungguhnya lebih kecil dari yang direncanakan). Laporan tersebut memberi petunjuk kepada manajer untuk mengarahkan analisis lebih fokus kepada daerah pemasaran yang menghasilkan perbedaan (selisih) paling besar, yaitu daerah pemasaran JAWA BARAT. Tabel 2. Laporan Hasil Penjualan - JABAR untuk Bulan Januari 2010 Dari Tabel 2. tersebut dapat dilihat bahwa total selisih merugikan sebesar Rp860496.tersebut disebabkan oleh 2 hal yaitu (baik produk A maupun produk B): 1. 2. Selisih kuantitas (Q) Selisih harga (P) Seberapa besar kontribusi selisih kuantitas dan selisih harga tersebut terhadap total selisih? Hal ini dapat dihitung dengan cara: Kontribusi Selisish Kuantitas (Q) = (Q realisasi - Q budget) x P budget Kontribusi Selisih Harga (P) = (P realisasi - P budget) x Q realisasi Pedoman: 1. Menghitung kontribusi selisih Q terhadap total selisih pedomannya adalah P budget 2. Menghitung kontribusi selisih P terhadap total selisih pedomannya adalah Q realisasi Sehingga analisis varian untuk contoh kasus di atas: Modul Anggaran hal 10 Kesimpulan: Total selisih merugikan sebesar Rp......................terutama disebabkan oleh selisih kuantitas penjualan produk A senilai Rp.......................dan selisih kuantitas penjualan produk B senilai Rp......................(terdapat selisih menguntungkan karena harga senilai Rp.....................). ………………………………………………TUGAS 1 BUDGET PRODUKSI Budget Penjualan digunakan sebagai dasar penyusunan Budget Produksi. Perusahaan manufaktur akan membuat budget produksi berdasarkan budget penjualan yang telah dibuat. Untuk perusahaan dagang dan jasa, budget penjualan digunakan untuk menyusun budget pembelian dan budget kebutuhan kapasitas pelayanan jasa. Perusahaan Manufaktur Perusahaan Perusahaan Jasa Budget Penjualan Budget Penjualan Budget Penjualan + Budget Persediaan Akhir Barang Jadi + Budget Persediaan Akhir Barang Dagangan Budget Kebuituhan Pelayanan Jasa Dagang = Total Kebutuhan Barang Jadi - = Total Kebutuhan Barang Dagangan - Budget Persediaan Awal Barang Jadi = Budget Persediaan Awal Barang Jadi Budget Produksi Budget Pembelian Barang Dagangan = - Budget Bahan Lansung Budget Tenaga Kerja Lansung Budget Biaya Overhead Untuk perusahaan Manufaktur dan Dagang, dalam menyusun budget produksi pembelian) termasuk didalamnya menyusun budget persediaan. Pembahasan selanjutnya akan difokuskan pada penyusunan budget produksi dan budget pembelian barang dagangan. (perusahaan manufaktur dan dagang). Modul Anggaran hal 11 PERUSAHAAN MANUFAKTUR Contoh Kasus: Budget Penjualan per bulan untuk tahun 2013 sbb: Berdasarkan budget penjualan tersebut, kalau rencana persediaan akhir tahun 2013 adalah 1.500 unit, dan pada awal Januari di gudang terdapat sisa produksi tahun lalu sebesar 1.200, maka Budget Produksi untuk tahun 2013 dapat disusun sebagai berikut: Budget Produksi tahun 2013 Untuk menjabarkan Budget Produksi tahunan ke dalam bulanan ada 2 kebijakan yang dapat digunakan: 1. Stabilitas Produksi 2. Stabilitas Persediaan 1. Stabilitas Produksi Kebijakan ini mengatakan bahwa manajer menginginkan tingkat produksi per bulan relatif tetap, tidak berfluktuasi. Apabila manajer memutuskan untuk menggunakan kebijakan stabilitas produksi, maka perhitungannya sbb: Rencana Produksi per tahun = 140.300 unit Rata-rata produksi per bulan = ................. unit/..... bulan = 11.691,67 unit. Karena angka yang diperoleh tidak bulat (pecahan), maka perlu dilakukan pembulatan. Pembulatan (bila perlu) yang dilakukan tidak harus mengikuti kaidah matematik. Budget adalah perencanaan, sehingga pembulatan yang dilakukan diusahakan menghasilkan angka bulat yang mempermudah perhitungan selanjutnya. Misalnya rata-rata produksi tersebut dibulatkan menjadi 11.700 unit. Rencana Produksi per tahun 140.300 unit Hasil pembulatan Budget Produksi utk. 1 tahun = 11.700 unit x 12 bulan 140.400 unit Selisih lebih (kurang) 100 unit Judgment: Selisih lebih 100 unit di alokasikan ke dua bulan pertama masing masing 50 unit Modul Anggaran hal 12 Sehingga Budget Produksi per bulan menjadi: Budget Produksi secara lengkap sebagai berikut: 1. Stabilitas Persediaan Apabila manajer memutuskan untuk menggunakan kebijakan stabilitas persediaan, maka perhitungannya sebagai berikut: Persediaan Awal Persediaan Akhir .............unit ............ unit Selisih ............ unit Judgment*): ......................................................................................................................... .............................................................................................................................................. *) tergantung keputusan manajer. Modul Anggaran hal 13 Sehingga Budget Persediaan Awal sbb:: Januari Februari Maret April Mei Juni ………. ………. ………. ………. ………. ………. unit unit unit unit unit unit Juli Agustus September Oktober November Desember ………. ………. ………. ………. ………. ………. unit unit unit unit unit unit Budget Produksi secara lengkap sebagai berikut: Total 1 thn Jan Feb Maret Sales Budget Persd. Akhir Kebutuhan Pesd. Awal Bdgt. Prod. Juli Agst Sept Oktb Sales Budget Persd. Akhir Kebutuhan Pesd. Awal Bdgt. Prod. Modul Anggaran hal 14 April Mei Nov Des Juni Faktor Barang Setengah Jadi (WIP) Budget Penjualan Thn 2010 Barang X Barang Y Rencana Persediaan Barang Jadi Barang X Barang Y Awal 5,000 12,500 Akhir 6,000 14,000 50,000 unit 40,000 unit Barang Setengah Jadi Awal Akhir Unit %Selesai Unit %Selesai 0 0 0 0 4,500 80% 4,000 80% Budget Produksi: Budget Penjualan Budget Persediaan Akhir Barang Jadi Barang 1/2 Jadi Total Kebutuhan Budget Persediaan Awal Barang Jadi Barang 1/2 Jadi Budget Produksi Barang X (unit) …………. Barang Y Perhitungan (unit) ………. …………. ………. ………….. …….. x ……. unit ………. …………. ………. …………. ………. ………….. …….. x ……. unit ………. ……….. ………. Analisis varian di Bagian Produksi akan dibahas bersama-sama dengan analisis varian di Bagian Pembelian Bahan. Karena penyimpangan di Bagian Produksi merupakan ikutan dari penyimpangan di Bagian Pembelian Bahan. PERUSAHAAN DAGANG Budget Penjualan yang sudah disusun, digunakan untuk membuat budget persediaan dan budget pembelian barang dagangan. Pada dasarnya ada 3 budget yang harus disusun, yaitu: 1. Budget Persediaan Awal/Akhir Barang Dagangan 2. Budget Pembelian Barang Dagangan pada harga jual 3. Budget Pembelian Barang dagangan pada harga pokok (beli) Contoh: Budget Penjualan Budget Persediaan Akhir Kebutuhan Barang Dagangan Budget Persediaan Awal Budget Pembelian Barang Dagangan Rp1.000.000,00 150.000,00 1.150.000,00 250.000,00 Rp 900.000,00 (harga jual) (harga jual) Perusahaan membeli barang dagangan dengan ukuran harga beli, padahal budget pembelian dalam contoh di atas diperoleh dari penjabaran budget penjualan yang perhitungannya menggunakan dasar harga jual. Oleh karena itu, budget pembelian bersdasarkan harga jual tersebut (Rp900.000,00) harus di konversi ke dalam harga beli (pokok) Modul Anggaran hal 15 Tahap penyusunan budget pembelian: 1. Setelah budget penjualan tersusun, budget persediaan akhir ditentukan lebih dahulu, sehingga diperoleh seluruh kebutuhan barang dagangan. 2. Langkah berikutnya menentukan budget persediaan awal dengan metode stocksales ratio. 3. Kemudian menyusun budget pembelian barang dagangan (masih berdasarkan harga jual) dengan memperhitungkan faktor reduksi. 4. Mengkonversi budget pembelian barang dagangan ke dalam harga beli, dengan menggunakan kebijakan mark up yang ditentukan. Stock-Sales Ratio dapat ditentukan berdasarkan harga jual (at retail) atau berdasarkan harga beli (at cost). 1. Stock-Sales Ratio at Retail (harga jual) Rata - rata persediaan awal pada harga jual Stock Sales Ratio at Retail Penjualan bersih 2. Stock-Sales Ratio at Cost (harga beli) Rata - rata persediaan awal pada harga beli Stock Sales Ratio at Cost Harga pokok Penjualan Contoh perhitungan Stock Sales Ratio: Rencana penjualan 100.000 unit dengan harga jual Rp100,00 per unit. Harga poko pembelian adalah Rp80,00 per unit. Rencana persediaan awal berdasarkan harga jual adalah Rp7.500.000,00. Berapa Stock-Sales Ratio baik at retail maupun at cost? Budget Penjualan = ……….. x …………… = ………………. HP Penjualan = ……….. x …………… = ………………. Nilai Persediaan Awal pada harga jual = …………………… Nilai Persediaan Awal pada harga beli = (Rp…………./Rp…….) x Rp…………… = ……………….. Stock-Sales Ratio at Retail = Rp…….………./Rp…………….. = …………... Stock-Sales Ratio at Cost = Rp……….……./Rp……………. = …………... Contoh kasus penyusunan budget pembelian barang dagangan secara lengkap: Rencana Stock-Sales Ratio, penjualan, dan persediaan akhir untuk beberapa macam barang dari toko MELIA sbb: Modul Anggaran hal 16 Jenis Stock-Sales Barang Ratio at Retail Sabun mandi 0.10 Bedak Bayi 0.15 Rokok 0.20 Buku Tulis 0.05 Kain Batik 0.15 Budget Penjualan Rp 3,000,000.00 Rp 2,500,000.00 Rp 5,000,000.00 Rp 4,000,000.00 Rp 3,500,000.00 Rencana Persediaan Akhir Rp 500,000.00 Rp 100,000.00 Rp 200,000.00 Rp 100,000.00 Rp 600,000.00 Dari data tersebut di atas, dapat dihitung rencana persediaan awal barang dagangan sbb: Jenis Stock-Sales Budget Rencana Persediaan Barang Ratio at Retail Penjualan Awal (harga jual) Sabun mandi Bedak Bayi Rokok Buku Tulis Kain Batik Jumlah Setelah budget persediaan awal tersusun, langkah berikutnya adalah menyusun budget pembelian barang dagangan dengan memperhitungkan faktor reduksi yang mungkin terjadi, yaitu penurunan harga, diskon, kerusakan barang, kehilangan, dsb. Faktor reduksi ditentukan berdasarkan data historis (pengalaman periode sebelumnya). Toko MELIA memperkirakan reduksi untuk masing-masing barang sbb: Jenis Barang Sabun mandi Bedak Bayi Rokok Buku Tulis Kain Batik Rp Rp Rp Rp Rp Reduksi 62,500.00 12,500.00 25,000.00 12,500.00 75,000.00 Budget Pembelian berdasarkan harga jual dapat disusun sbb: Jenis Barang Budget Penjualan (1) Budget Reduksi (2) Budget Budget Persediaan Persediaan Akhir (3) Awal (4) Sbn Mnd Bedak By Rokok Buku Tls Kain Btk Jumlah Modul Anggaran hal 17 Budget Pembelian = (1+2+3)-4 Budget pembelian barang dagangan tersebut adalah berdasarkan harga jual, oleh karena itu harus dikonversi ke dalam harga beli (harga pokok). Diketahui bahwa rencana initial markup sales price: Sabun Mandi Bedak Bayi Rokok Buku Tulis Kain Batik 30% atau 0,30 20% atau 0,20 10% atau 0,10 25% atau 0,25 30% atau 0,30 Budget Pembelian Barang Dagangan berdasarkan harga beli sbb: Jenis Barang Budget Rencana Cost Multiplier Budget Pembelian Markup (1-Markup) Pembelian (pada harga jual) (pada harga beli) Sabun Mandi Bedak Bayi Rokok Buku Tulis Kain Batik Jumlah …………………TUGAS 2………. BUDGET BAHAN MENTAH (MATERIAL) Pembahasan selanjutnya adalah budget-budget yang harus disusun oleh perusahaan manufaktur. Setelah budget produksi selesai disusun, budget berikutnya yang harus dibuat adalah budget kebutuhan bahan mentah (lihat skema hal 11). Tahap penyusunan budget bahan mentah ini mencakup penyusunan beberap budget, yaitu: 1. Budget kebutuhan bahan mentah. 2. Budget pembelian bahan mentah. 3. Budget persediaan bahan mentah 4. Budget biaya bahan yang habis digunakan. Contoh kasus: Budget Produksi untuk bulan Januari s/d Juni 2013: Modul Anggaran hal 18 Budget Kebutuhan Bahan dapat disusun sbb: Departemen I Bahan Y Bln Ba Budget Bahan X rang Produksi Std Kbth Std Kbth Jan A B Sub Total Feb A B Sub Total Mrt A B Sub Total Apr A B Sub Total Mei A B Sub Total Jun A B Sub Total Total Departemen II Bahan X Bahan Y Std Kbth Std Kbth Dari Budget kebutuhan Bahan tersebut dapat disusun Budget Pembelian Bahan. Budget Kebutuhan Bahan Budget Persediaan Akhir Bahan Total Bahan yang dibutuhkan Budget Persediaan Awal Bahan Budget Pembelian Bahan xxxxxx xxxxxx (+) xxxxxx xxxxxx (-) xxxxxx Informasi tambahan yang diperlukan adalah Bahan X Budget Persediaan Awal Januari 500 kg Budget Persediaan Akhir Januari 200 kg Februari 300 kg Maret 400 kg April 200 kg Mei 100 kg Juni 300 kg Harga beli per unit bahan: X = Rp10,00 per kg Y = Rp15,00 per lt Modul Anggaran hal 19 Bahan Y 300 Lt 400 Lt 600 Lt 500 Lt 300 Lt 400 Lt 600 Lt . Total Kebutuhan Bahan X Bahan Y Ringkasan Budget Pembelian Bahan Januari s/d Juni (per 6 bulan): Budget Kebutuhan Bahan Budget Persediaan Akhir Total Kebutuhan Buget Persedian Awal Budget Pembelian Bahan X kg kg kg kg kg Bahan Y lt lt lt lt lt Budget Pembelian Bahan per bulan: Bulan Budget Budget Total Budget Budget Harga Budget dan Bahan Kbthn Persd. Kbthn Persd. Pemb. Bahan Pemb. Bahan Bahan Akhir Bahan Awal (Satuan) /satuan (Rp) Bahan X (kg) Januari Februari Maret April Mei Juni Sub Total Bahan Y (Lt) Januari Februari Maret April Mei Juni Sub Total Grand Total ANALISIS VARIAN PRODUKSI & PEMBELIAN BAHAN Laporan Kegiatan Bagian Pembelian Bahan Pembelian Bahan X - Bulan Januari Pembelian Bahan X Budget Realisasi Varian Kuantitas (kg) 13,200 13,000 200 Rata-rata harga Rp10.00 Rp10.50 -Rp0.50 Total Biaya Rp132,000.00 Rp136,500.00 -Rp4,500.00 Modul Anggaran hal 20 Laporan Kegiatan Bagian Produksi Departemen I - Barang A - Bulan Januari Produksi Budget Barang A Unit Rupiah Volume Produksi 2,000 Bahan X (kg) Bahan Y (Lt) HPP/Unit A Realisasi Unit Rupiah 1,800 Varian Unit Rupiah -200 4,000 Rp 40,000.00 4,000 Rp 42,000.00 0 Rp (2,000.00) 8,000 Rp 120,000.00 8,120 Rp 121,800.00 -120 Rp (1,800.00) Rp 160,000.00 Rp 163,800.00 Rp (3,800.00) Rp 80.00 Rp 91.00 Rp (11.00) Analisis Varian Bagian Produksi Untuk mengetahui berapa sesungguhnya selisih yang terjadi, analisis varian harus dilakukan dengan membandingkan antara realisasi produksi dengan yang seharusnya (budgeted adjusted/disesuaikan dengan tarip budget) BUDGET PERSEDIAAN BAHAN MENTAH Nilai persediaan bahan mentah dapat berbeda karena perbedaan metode yang digunakan. Ada 3 metode pengelolaan persediaan: 1. FIFO (first in first out/masuk pertama keluar pertama) MPKP 2. Rata-rata Kedua metode tersebut bukan untuk mengelola fisik bahan mentah, tetapi untuk perlakuan harga bahan mentah. Contoh: Persediaan awal Januari 2013 adalah 1.000 unit dengan harga Rp10,00 per unit Modul Anggaran hal 21 Realisasi Pembelian dan Pemakaian Bahan dari segi kuantitas sesuai dengan budget, tetapi dari segi harga berbeda sebagai berikut: Pembelian bahan tahun 2012 seluruhnya dengan harga Rp10,00 per kg Pembelian 1 Januari 2013 sebesar 13.200 kg dengan harga Rp9,00 per kg Pembelian 1 Februari 2013 sebesar 15.800 kg dengan harga Rp12,00 per kg Pemakaian Bahan: s/d 31 Januari 2013 sebesar 13.000 kg; s/d 28 Februari 2013 sebesar 15.700 kg. Berapakah nilai persediaan pada tanggal 28 Februari 2013? Metode MPKP (FIFO): Metode Rata-rata: Modul Anggaran hal 22 BUDGET BIAYA BAHAN YANG HABIS DIGUNAKAN Budget lain yang harus disusun sebagai ikutan dari Budget Bahan Mentah adalah Budget Biaya Bahan Yang Habis Digunakan. Budget ini disusun untuk mempermudah manajer mengetahui rencana Harga Pokok Produksi, sebab biaya bahan yang habis digunakan untuk memproduksi barang akan menjadi salah satu unsur pembentuk Harga Pokok Produksi. Budget Biaya Bahan Yang Habis Digunakan disusun sebagai berikut: Barang A Barang B Bulan Kbthn Utk Harga/ Jumlah Kbthn Utk Harga/ Jumlah TOTAL dan Bahan Produksi Unit (Rp) Produksi Unit (Rp) UNIT RUPIAH Januari Jumlah Februari Jumlah Maret Jumlah April Jumlah Mei Jumlah Juni X(kg) Y(lt) X(kg) Y(lt) X(kg) Y(lt) X(kg) Y(lt) X(kg) Y(lt) X(kg) Y(lt) Jumlah TOTAL Rp ………………………………..TUGAS 3…………. - Modul Anggaran hal 23 Rp - Rp - BUDGET TENAGA KERJA LANGSUNG Budget Tenaga Kerja Lansung termasuk budget yang harus disusun setelah Budget Produksi selesai dibuat. Dalam praktek, budget ini meliputi perencanaan yang cukup luas dan kompleks, yaitu: 1. Rencana kebutuhan tenaga kerja lansung 2. Deskripsi dan spesifikasi jabatan 3. Rencana Rekrutmen 4. Rencana Pelatihan (Training) 5. Pengukuran unjuk kerja 6 Biaya Upah dan Gaji Secara ringkas, manajer harus membuat perencanaan mulai dari kebutuhan TKL s/d besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Misalnya diketahui rencana produksi sbb: Bulan Barang A Barang B (unit) (unit) Januari 2000 1500 Februari 2500 1600 Maret 2200 1500 April 2750 1300 Mei 2500 1800 Juni 3000 1800 Standar Jam Tenaga Kerja Langsung: Departemen Barang A Barang B Tari Upah Produksi (Jam/unit) (Jam/unit) Per Jam I 0,5 0,8 Rp20.00 II 0,4 0,2 Rp10.00 Maka Budget Biaya Tenaga kerja Langsung dapat disusun sbb: Ba Budget Bln rang Produksi Jan A B Y Sub Total Feb A B Y Sub Total Mrt A B Y Sub Total Apr A B Y Sub Total Mei A X B Y Sub Total Jun A B Y Sub Total TOTAL Std Departemen I Total Upah Total Jam Prdk /jam Biaya TKL Std Analisis Varian untuk Tenaga Kerja Langsung Modul Anggaran hal 24 Departemen II Total Upah Total Jam Prdk /jam Biaya TKL Grand Total Biaya TKL Laporan Kegiatan Bagian Produksi Departemen I - Barang A - Bulan Januari Produksi Barang A Budget Realisasi Varian Volume Produksi 2,000 unit 1,900 unit -100 unit Std Jam TKL/unit 0.50 jam 0.60 jam -0.10 jam Total Jam TKL 1,000 jam 1,140 jam -140 jam Upah/jam Rp 20.00 Rp 22.00 Rp (2.00) Total Biaya TKL Rp 20,000.00 Rp 25,080.00 Rp (5,080.00) Hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa selisih jam kerja TKL juga disebabkan oleh 2 hal, yaitu karena volume produksi lebih kecil dari budget dan standar jam kerja per unit juga berbeda (lebih boros dari budget). Oleh karena itu, untuk mengetahui berapa sesungguhnya selisih yang terjadi, analisis varian harus membandingkan antara realisasi dengan yang seharusnya terjadi menurut tarip budget (budgeted adjusted/disesuaikan dengan tarip budget), sbb: Produksi Barang A Realisasi Seharusnya Varian Volume Produksi unit unit unit Std Jam TKL/unit jam jam jam Total Jam TKL jam jam jam Upah/jam Total Biaya TKL Selisih efisiensi TKL (Q) = (……. jam -…... jam) x Rp….... = …………… Selisih tingkat upah (P) = (Rp…….. -Rp…….) x ….. jam = …………… Total selisih = …………… Catatan: Pedoman tetap sama dengan hal 10, hanya kolom budget diganti dengan yang seharusnya terjadi. .........................................................................................................................TUGAS 4 BUDGET BIAYA PABRIK TIDAK LANGSUNG Manufacturing Overhead Budget Budget Biaya Overhead Biaya overhead/biaya pabrik tidak langsung adalah biaya-biaya yang terdapat dan terjadi di lingkungan Departemen Produksi tetapi tidak berhubungan langsung dengan barang yang diproduksi. Modul Anggaran hal 25 Departeman Produksi Departemen Pembantu (overhead cost) 1. Biaya Bahan (liter, meter, kg) 2. Biaya TKL (jam/DLH) 3. Biaya Tak Langsung (DMH) (overhead cost) 1. Biaya Listrik (watt/KWH) 2. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan (DRH) Harga Pokok Produksi (Rp) Dari diagram di atas terlihat bahwa budget biaya overhead terkait dengan: 1. Penentuan Harga Pokok Produksi 2. Dua Departemen (pada umumnya), yaitu: Dept. Produksi dan Dept. Pembantu 3. Satuan yang digunakan masing-masing Departemen (activity base) Contoh kasus: Budget Produksi untuk tahun 2001: Produk A 14.000 liter Produk B 8.000 kg Proses produksi produk A melalui Dept. Produksi I dan Dept. Produksi 2, sedang produk B hanya diproses di Dept. Produksi 2. Ke 2 Dept. Produksi tersebut di dukung oleh Dept Repair dan Maintenance (R&M). Satuan tingkat kegiatan (activity base) dan budget biaya overhead yang telah ditetapkan adalah sbb: Departemen 1 2 R&M Satuan Unit Direct Machine Hours (DMH) Direct Repair Hours (DRH) Budget Biaya Overhead Rp520.000,00 Rp320.000,00 Rp120.000,00 Standar penggunaan masing-masing Departemen Produksi 1 Lt. Produk A 1 kg Produk B Dept. R&M Dept. 1 1 unit 0,2 DRH/Unit Dept. 2 4 DMH 3 DMH 0,07 DRH/DMH Untuk membuat budget biaya overhead hingga diperoleh Harga Pokok Produksi, ada 3 langkah perhitungan sebagai berikut: Modul Anggaran hal 26 1. Menghitung Beban per Departemen dihubungkan dengan budget biayanya. Departemen Perhitungan Beban/Satuan Budget Biaya Dept. 1 Total Beban ………. Unit …………… Dept. 2 A: ………. Lt X ….. DMH = ……….. DMH B: ………. Kg X ….. DMH = ………… DMH Total Beban ………. DMH …………….. Dept. R&M Dept. 1: ………. Unit X …… DRH = ………. DRH Dept. 2: ………. DMH X …… DRH = ………. DRH Total Beban ………. DRH …………….. 2. Menghitung tarip biaya overhead per Departemen Produksi (Overhead Rates) Perhitungan Dept. 1 …………… Budget Biaya Overhead = Alokasi Biaya Dept. R&M: Ke Dept. 1: ( ….. DRH / ….. DRH) X ………. Ke Dept. 2: ( ….. DRH / ….. DRH) X ……….. Total Biaya Overhead/Dept. = = …………… …………… ………. Rencana Output Tarip Biaya Overhead/Dept. Produksi Dept. 2 …………… ………. ……………. ………….. unit ………. DMH /unit ……….. /DMH 3. Menghitung Harga Pokok Produksi per jenis produk: Produk A = 14000 Lt Produk A = Biaya Biaya Total per Lt. Total Rp 140,000.00 Rp 10.00 Rp 120,000.00 Rp 70,000.00 Rp 5.00 Rp 28,000.00 Biaya Bahan Langsung (given) Biaya TKL (given) Biaya Overhead: Produk A: Dept. 1 = ……. Dept. 2 = ……. unit X ……. DMH X …….. Produk B: Dept. 2 = ……. DMH X ……. Harga Pokok Produksi = …………… = …………… ……. ……. = …………… ……. …………… …………… Modul Anggaran hal 27 8000 Kg per Kg Rp 15.00 Rp 3.50 ……… ……. Analisis Varian Biaya Overhead Pabrik Analisis varian untuk biaya overhead pabrik lebih kompleks dibanding dengan analisis varian untuk penjualan, produksi, bahan mentah, dan tenaga kerja langsung. Untuk biaya overhead pabrik, analisis varian dipengaruhi oleh 2 hal sbb: 1. Data Feleksibel Budget. Apabila data ini tersedia, maka analisis dapat dilakukan dengan lengkap dan informatif. 2. Apabila data Fleksibel Budget tidak tersedia, artinya komponen biaya tetap dan biaya variabel untuk biaya overhead pabrik tidak tersedia secara rinci, maka analisis yang dilakukan akan sangat terbatas. Contoh Kasus: Budget tahunan untuk tahun 2001 untuk Dept. X sbb: Budget Biaya Budget Tingkat Budget Tarip Overhead Pabrik Kegiatan Biaya Overhead Biaya Tetap Rp 192.000,00 480.000 DLH Rp 0,40 Biaya Variabel Rp 120.000,00 480.000 DLH Rp 0,25 Total Rp 312.000,00 Rp 0,65 Fleksibel Budget Bulanan di Dept. X: Biaya Tetap Biaya Variabel Per Bulan per DLH Biaya Gaji Rp 10.000,00 Bahan Tak Langsung Rp 1.000,00 Rp 0,08 TK Tak Langsung Rp 2.000,00 Rp 0,15 Lain-lain Rp 300,00 Rp 0,02 Depresiasi Rp 2.000,00 Asuransi Rp 500,00 Pajak Rp 200,00 Total Rp 16.000,00 Rp 0,25 Laporan Realisasi Dept. X untuk Bulan Januari 2001: Budget Realisasi Varian Produksi 100,000 unit 87,500 unit -12,500 unit Standar Jam TKL (DLH) 0.40 DLH/unit 0.42 DLH/unit -0.02 DLH/unit Total Jam TKL 40,000 DLH 36,750 DLH 3,250 DLH Standar Biaya Overhead Rp0.65 /DLH Rp0.70 /DLH Rp0.05 /DLH Rp26,000.00 Rp25,725.00 Rp275.00 Dari data di atas perlu diteliti dahulu konsistensi antara tarip budget bulanan dengan tarip budget tahunan. Menurut budget tahunan, tarip biaya overhead secara total (tidak dipisahkan antara biaya tetap dengan biaya variabel) adalah Rp0,65 per DLH. Tarip ini harus sesuai (konsisten) dengan tarip yang dihitung berdasarkan budget bulan. Tarip berdasarkan budget bulanan dapat dihitung sebagai berikut: Misalnya perusahaan memproduksi 100.000 unit, maka biaya overhead berdasarkan data budget bulanan adalah: Modul Anggaran hal 28 Jam TKL yang digunakan = Total Biaya Overhead = Tarip Biaya Overhead = …………… unit X ……. DLH = …………… + ( …….. X ……. ……………. / ……. DLH = …….. DLH DLH) = ………….. ……. /DLH Terbukti bahwa tarip biaya overhead tahunan sama dengan tarip biaya overhead bulanan, sehingga tarip tersebut dapat digunakan sebagai tarip budget untuk keperluan analisis varian.Analisis varian dilakukan dengan membandingkan realisasi dengan yang seharusnya terjadi (adjusted budgeted) sbb: Realisasi Seharusnya Varian Produksi …………. unit …………. unit …………. unit Standar Jam TKL (DLH) …………. DLH/unit …………. DLH/unit …………. DLH/unit Total Jam TKL …………. DLH …………. DLH …………. DLH Standar Biaya Overhead …………. /DLH …………. /DLH …………. /DLH …………. …………. …………. Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa selisih yang sesungguhnya terjadi berbeda dengan laporan dari Dept. X Selisih efisiensi TKL (Q) = (……... DLH - ……….DLH) X Rp……. = Selisih Tarip BOP-TKL (P) = (Rp…... - Rp…….) X ………. DLH = ………….. ………….. …………. ..............................................................................................................................TUGAS 5 FLEKSIBEL BUDGET Fleksibel Budget (Flexible Budget) adalah budget biaya yang melengkapi perencanaan tahunan (tactical budget). Fleksibel budget kadang-kadang disebut sebagai Variabel Budget, Dynamic Budget, Activity Budget, dan sebagainya. Istilah Fleksibel Budget akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya karena fleksibel budget berbicara tentang biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semi variabel, tidak hanya biaya variabel. Penyusunan fleksibel budget mempunyai 3 tujuan: 1. Menyusun perencanaan biaya jangka pendek (tahunan) 2. Menyusun perencanaan biaya yang digunakan sebagai pembanding bagi biaya yang sesungguhnya terjadi 3. Menyederhanakan proses perencanaan biaya jangka pendek.. Konsep dari fleksibel budget adalah: semua pengeluaran (biaya) terjadi karena 3 hal: 1. Berjalannya waktu 2. Jumlah produksi atau aktivitas 3. Kombinasi dari keduanya. Berdasarkan ke 3 hal tersebut di atas, maka biaya dapat di ekspresikan secara mathematis dengan formula: Y = a + bX. Konstanta a adalah biaya tetap, dan kontanta b adalah tarip biaya variabel. Berdasarkan ekspresi mathematis tersebut, berarti: 1. Biaya harus dapat dipisahkan mejadi Biaya Tetap dan Biaya Variabel. 2. Ekspresi mathematis tersebut hanya berlaku untuk range tertentu (relevant range). Modul Anggaran hal 29 KARAKTERISTIK BIAYA Biaya Tetap: 1. 2. 3. 4. Hubungannya dengan output/aktivitas: Perubahan biaya tetap lebih banyak dipengaruhi oleh berjalannya waktu, bukan oleh perubahan output/aktivitas. Sehingga disebut sebagai Time Cost, dan biasanya besarnya biaya per bulan sama untuk jangka waktu 1 tahun. Berarti, dalam jangka panjang biaya tetap tidak secara absolut fixed. Relevant Range: Tarip Biaya tetap hanya berlaku untuk batas batas kapasitas tertentu. Apabila kapasitas produksi berubah, melebihi batas-batas tertentu, maka biaya tetap akan berubah. Keputusan Manajemen: Besarnya biaya tetap tergantung kepada keputusan manajemen. Biaya tetap akan berubah bila keputusan manajemen berubah (contoh: gaji). Tetap secara total, tapi tidak tetap secara per unit. Biaya Variabel: 1. 2. 3. 4. Hubungannya dengan output/aktivitas: Perubahan biaya variabel proporsional dengan perubahan output/aktivitas. Sehingga disebut sebagai Activity Cost. Biaya variabel per unit dalam jangka pendek tidak akan berubah, tetapi dalam jangka panjang akan berubah, sehingga dalam jangka panjang tidak secara absolut variable. Relevant Range: Tarip Biaya variabel hanya berlaku untuk batas batas kapasitas tertentu. Apabila kapasitas produksi berubah, melebihi batas-batas tertentu, maka tarip biaya variabel akan berubah. Keputusan Manajemen: Besarnya tarip biaya variabel tergantung kepada keputusan manajemen. Biaya variabel akan berubah bila keputusan manajemen berubah (contoh: menggunakan bahan langsung yang lebih murah). Variabel secara total, tetapi tetap secara per unit. relevant range relevant range Rp Rp Q 0 1 2 3 Biaya Tetap 4 Q 0 1 2 3 Biaya Variabel 4 Dalam praktik, kadang-kadang ditemui biaya yang karakteristiknya tidak dapat diidentifikasi sebagai biaya tetap atau biaya variabel. Secara grafis, biaya tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Modul Anggaran hal 30 Rp Biaya dengan karakteristik seperti grafik tersebut disebut dengan biaya semi variabel. Bagaimanapun juga, agar ekspresi mathematis dapat dibuat, maka biaya semi variabel tersebut harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. 0 Q Biaya Semi Variabel Ada 3 methode untuk mengidentifikasi biaya tetap dan biaya variabel bagi biaya yang mempunyai karakteristik semi varibel, yaitu: 1. Metode Perkiraan Langsung (Direct Estimate Method) 2. Metode Titik Tertinggi dan Terendah (Budgeted High and Low Point Method) 3. Metode Korelasi (Correlation Method) 1. Metode Perkiraan Langsung (Direct Estimate Method) Metode ini sangat sederhana, sehingga dari segi ketepatan juga kurang baik. Dari data historis, di buat grafik yang diperkirakan mewakili data historis tersebut. Rp Total Biaya * * * * Biaya Variabel * * * * Biaya Tetap Q 0 1 2 3 4 5 6 7 dst 2. Metode Titik Tertinggi dan Terendah (Budgeted High and Low Point Method) Metode ini menggunakan titik tertinggi dan terendah dalam range tertentu sebagai penentu variabilitas biaya. Contoh: Data historis menunjukkan biaya yang terjadi untuk tenaga kerja tak langsung sebagai berikut: Modul Anggaran hal 31 Jam Kerja Biaya Titik Tertinggi (maksimum) 6000 jam Rp 360,000.00 Titik Terendah (Minimum) 4000 jam Rp 250,000.00 Perhitungan untuk menentukan Biaya Tetap dan Biaya Variabel sebagai berikut: Jam Kerja Biaya Titik Tertinggi (maksimum) …………… jam ………………… Titik Terendah (Minimum) …………… jam ……………….. Selisih …………… jam ………………… Tarip Biaya Variabel = …………../……. jam = …………………/jam Penentuan Biaya Tetap: (Apabila berproduksi dengan aktivitas 6000 jam) Total Biaya = ………………… Biaya Variabel = .……..jam X ………. = ………………… Biaya Tetap = …………………. Bukti: (seandainya berproduksi dengan aktivitas 4000 jam) Biaya Tetap = ……………….. Biaya Variabel = ……..jam X ……….. = ………………… Total Biaya = …………………. Contoh soal: Dari data historis sebuah perusahaan diketahui sebagai berikut: Jenis Biaya TKL Bahan Gaji Lain-lain Rp Rp Rp Rp Rp 10000 unit 100,000.00 80,000.00 120,000.00 150,000.00 450,000.00 Rp Rp Rp Rp Rp 12000 unit 120,000.00 96,000.00 120,000.00 160,000.00 496,000.00 Pertanyaan: 1. Tentukan karakter masing-masing jenis biaya tersebut! 2. Bila perusahaan memutuskan untuk berproduksi pada tingkat 11.800 unit, berapakah anggaran biaya yang harus disediakan? Jawab: Modul Anggaran hal 32 1. Identifikasi karakteristik biaya. a. Biaya TKL: Maksimum ………. unit Minimum ………. unit Selisih ………. unit …………………… …………………… …………………… Biaya Variabel = ………………../…….. unit = ………….. /unit Biaya Tetap: Maksimum ………. unit …………………… VC = ………. unit X ………. = …………………… Biaya Tetap ……………...… Kesimpulan: Biaya TKL adalah Biaya ………………………. b. Biaya Bahan Maksimum ………. unit Minimum ………. unit Selisih ………. unit ………………….. ………………….. ………………….. Biaya Variabel = …………………../……….. unit = ………….. /unit Biaya Tetap: Maksimum ……….. unit ………………….. VC = ………. unit X…………. = ………………….. Biaya Tetap ………………….. Kesimpulan: Biaya Bahan adalah Biaya ………………………. c. Biaya Gaji: Maksimum ………. unit Minimum ………. unit Selisih ………. unit ……………….. ……………….. ……………….. Biaya Variabel = …………….../…………..unit = ………… /unit Biaya Tetap: Maksimum ………. unit ……………….. VC = ……………. unit X ……….………………… = Biaya Tetap ……………….. Kesimpulan: Biaya Gaji adalah Biaya …………………… d. Biaya Lain : Maksimum Minimum Selisih ……… unit ……… unit ……… unit ……………….. ……………….. ……………….. Biaya Variabel = ……………../………….. unit = Biaya Tetap: Maksimum ……… unit ……………….. VC = …………. unit X ………... =……………….. Biaya Tetap ………………. Kesimpulan: Biaya Lain-lain adalah Biaya ………………….. Modul Anggaran hal 33 ………. /unit Fleksibel Budget tersusun sebgai berikut Jenis Biaya Krkt TKL VC Bahan VC Gaji FC Lain-lain SVC FC ………………… ……………….. ……………….. ………………. ……………. VC ……………… ……………… ……………… …………….. ……………. Dalam bentuk rumus: Y = Rp…………….. + Rp…….. X 2. Anggaran Biaya apabila berproduksi pada tingkat 11.750 unit Y = ……………….. + ……... (……...) = 3. …………….. Metode Korelasi (Correlation Method) Formula yang digunakan Y = a + b X X Y - X XY a n X - X 2 b a = ………………….. 2 2 n XY - X Y b = …………………. n X 2 - X 2 Sehingga Y = Rp…………….. + Rp……..X Apabila bulan Januari tahun berikutnya perusahaan merencanakan untuk berproduksi dengan aktivitas 235 jam kerja, maka biaya yang harus dianggarkan adalah: Y = ………………. + Rp………. (……...) = ………………….…. .........................................................................................................TUGAS 6 Modul Anggaran hal 34 BUDGET KAS Proses pembuatan budget kas dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Budget Aliran Kas Masuk Budget Aliran Kas Keluar (-) Surplus (defisit) Apabila terjadi defisit 2. Menghitung "pinjaman" untuk menutup defisit 3. Membuat skedul rencana pinjaman, pelunasan dan pembayaran bunga 4. Budget Kas Lengkap 1. Budget Aliran Kas Masuk & Aliran Kas Keluar Langkah pertama adalah menentukan saat penerimaan dan pengeluaran kas benar-benar akan terjadi (menjadi tunai). Penerimaan biasanya dari penjualan tunai dan kredit. Sedang pengeluaran dari pembelian bahan secara tunai maupun kredit, dan biaya-biaya yang lain. Baik penerimaan maupun pengeluaran dibuat skedul waktunya dengan cara yang sama (dengan logika yang sama). Modul Anggaran hal 35 Skedul Pengumpulan Piutang (Rp): Bulan Penjualan Piutang Sebelum Oktober 20X1 Oktober 20X1 November 20X1 Desember 20X1 Budget Penjualan 20X2 Januari Februari Maret KW I KW II KW III KW IV TOTAL CKP Piutang Bersih Januari Februari Maret KW II 10,000.00 20,000.00 57,000.00 97,800.00 184,800.00 500,400.00 540,000.00 574,100.00 1,614,500.00 1,595,000.00 1,158,000.00 1,727,500.00 6,095,000.00 6,279,800.00 Untuk skedul pengeluaran (pembelian kredit, biaya gaji, pajak, dsb) juga dibuat dengan cara yang sama. Contoh Skedul Pembayaran Utang: Utang Dagang: Januari Rp 500,000.00 Februari Rp 540,000.00 Maret Rp 600,000.00 April Rp 610,000.00 Mei Rp 570,000.00 Juni Rp 600,000.00 Jumlah Rp 3,420,000.00 Supplier memberi syarat kredit 2/15 net 60 Kebijakan pembayaran utang dari perusahaan sbb: 50% memanfaatkan periode potongan 40 % dibayar pada bulan yg sama setelah periode potongan 10% dibayar bulan berikutnya Modul Anggaran hal 36 KW III KW IV Belum Tertagih Skedul Pembayaran Utang: Utang Dagang: Januari 500,000.00 Februari 540,000.00 Maret 600,000.00 April 610,000.00 Mei 570,000.00 Juni Jumlah Januari Februari Maret April Mei Juni Belum Terbayar 600,000.00 3,420,000.00 Potongan Utang Bersih Setelah seluruh skedul penerimaan dan pengeluaran selesai dibuat, maka akan dapat diketahui bahwa pada bulan-bulan tertentu ada kemungkinan perusahaan akan mengalami defisit. Artnya, pada bulan tersebut penerimaan uang lebih kecil dari pada pengeluaran, sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan likuiditas. Apabila ini terjadi, maka pda bulan tersebut perusahaan harus mencari tambahan dana segar, agar tidak mengalami kekurangan uang tunai. Masalah ini akan dijelaskan pada langkah ke 2 di bawah ini. Modul Anggaran hal 37 2. Menghitung "Pinjaman" untuk Menutup Defisit Contoh: PENYUSUNAN BUDGET KAS: (dalam ribuan rupiah) Jan Februari Maret April Mei Rencana Penerimaan Penjualan Tunai Rp 500.00 Rp 500.00 Rp 600.00 Rp 800.00 Rp 750.00 Piutang Rp 450.00 Rp 600.00 Rp 700.00 Rp 800.00 Rp 650.00 Lain-lain Rp 300.00 Rp 300.00 Rp 300.00 Rp 200.00 Rp 250.00 Total Rp 1,250.00 Rp 1,400.00 Rp 1,600.00 Rp 1,800.00 Rp 1,650.00 Rencana Pengeluaran Pembelian Bahan Rp 400.00 Rp 600.00 Rp 400.00 Rp 600.00 Rp 600.00 Pembayaran Upah Rp 300.00 Rp 300.00 Rp 250.00 Rp 200.00 Rp 300.00 Biaya Pemasaran Rp 300.00 Rp 300.00 Rp 300.00 Rp 300.00 Rp 200.00 Biaya Lain-lain Rp 400.00 Rp 400.00 Rp 300.00 Rp 300.00 Rp 300.00 Pajak Rp 100.00 Total Rp 1,400.00 Rp 1,600.00 Rp 1,350.00 Rp 1,400.00 Rp 1,400.00 Iformasi lain: 1 Saldo kas awal Januari Rp100.000,00 2 Saldo kas harian minimal Rp50.000,00 3 Pinjaman Bank dan pelunasan pinjaman dilakukan pada awal bulan , dan pembayaran bunga dilakukan pada akhir bulan. Bunga pinjaman 2% per bulan. Skedul Penerimaan dan Pengeluaran Kas Jan Februari Rencana Penerimaan Penjualan Tunai Piutang Lain-lain Total Rencana Pengeluaran Pembelian Bahan Pembayaran Upah Biaya Pemasaran Biaya Lain-lain Pajak Total Surplus(Defisit) Maret April Terjadi defisit pada bulan Januari dan Februari. Untuk menutup defisit tersebut, perusahaan harus pinjam dari Bank. Menentukan besarnya pinjaman dilakukan sbb: Modul Anggaran hal 38 Mei Juni Rp Rp Rp Rp 900.00 700.00 200.00 1,800.00 Rp Rp Rp Rp 600.00 300.00 250.00 400.00 Rp 1,550.00 Juni Misal pinjaman bulan Januari sebesar RpX,Saldo kas minimal Defisit Bunga Kebutuhan dana Saldo awal kas Pinjaman Sehingga: X= atau Untuk bulan Februari, harus ditentukan lebih dahulu saldo kas awal Februari sbb: Saldo Awal kas Januari Penerimaan tunai Pinjaman + Pengeluaran tunai Pembayaran Bunga Saldo kas akhir Januari - Misal Pinjaman Bulan Februari sebesar RpX,Saldo kas minimal Defisit Bunga pinjaman 1 Bunga pinjaman 2 Kebutuhan dana Saldo awal kas Pinjaman Sehingga: X= atau Skedul Pinjaman, Pembayaran Bunga, dan Pelunasan Jan Februari Maret Saldo Kas Awal Pinjaman Pelunasan Kas Tersedia Rencana Pengeluaran Surplus(Defisist) Pembayaran Bunga Saldo Kas Akhir Pinjaman Kumulatif Modul Anggaran hal 39 April Mei Juni 3. Skedul Rencana pinjaman, pelunasan dan pembayaran bunga. 4. Budget Kas Lengkap Jan Februari Maret April Mei Saldo Awal Kas Penjualan Tunai Piutang Lain-lain Pinjaman Total Pembelian Bahan Pembayaran Upah Biaya Pemasaran Biaya Lain-lain Pajak Pmbayaran Bunga Pelunasan Total Saldo Akhir Kas ...............................................................................................................................TUGAS 7 CONTRIBUTIN MARGIN ANALYSIS & COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS CONTRIBUTIN MARGIN ANALYSIS Analisis Sensitivitas, analsis untuk mengetahui penagaruh perubahan kebijakan biaya, volume, dan harga terhadap keuntungan. Contoh: Budget Unit Rp Rencana Penjualan 10,000 Rp 100,000.00 Biaya Variabel Rp 60,000.00 Contribution Margin Rp 40,000.00 Biaya Tetap Rp 30,000.00 Laba Operasi Rp 10,000.00 Kasus A: Volume penjualan diturunkan dengan 5%, menjadi 95.000 unit Budget Q turun 5% Unit Rp Unit Rp Rencana Penjualan 10,000 Rp 100,000.00 Biaya Variabel Rp 60,000.00 Contribution Margin Rp 40,000.00 Biaya Tetap Rp 30,000.00 Laba Operasi Rp 10,000.00 Q turun dengan = Laba turun dengan = ………% ………% Modul Anggaran hal 40 Juni Kasus B: Harga dinaikkan 5% menjadi Rp10,50 Budget P naik 5% Unit Rp Unit Rp Rencana Penjualan 10,000 Rp 100,000.00 Biaya Variabel Rp 60,000.00 Contribution Margin Rp 40,000.00 Biaya Tetap Rp 30,000.00 Laba Operasi Rp 10,000.00 P naik dengan = ………% Laba naik dengan = ………% Kasus C: Biaya tetap dinaikkan dengan 10%, menjadi Rp33.000,00 Budget FC naik 10% Unit Rp Unit Rp Rencana Penjualan 10,000 Rp 100,000.00 Biaya Variabel Rp 60,000.00 Contribution Margin Rp 40,000.00 Biaya Tetap Rp 30,000.00 Laba Operasi Rp 10,000.00 Biaya Tetap naik = ……….% Laba turun dengan = ……….% Kasus D: Tarip Biaya Variabel diturunkan dengan 5%, manjadi Rp5,70 per unit Budget VC turun 5% Unit Rp Unit Rp Rencana Penjualan 10,000 Rp 100,000.00 Biaya Variabel Rp 60,000.00 Contribution Margin Rp 40,000.00 Biaya Tetap Rp 30,000.00 Laba Operasi Rp 10,000.00 Biaya Tetap naik = Laba naik dengan = ………% ………% Kasus E: Seluruh perubahan di atas diberlakukan, Volume penjualan diturunkan dengan 5%, menjadi 95.000 unit Harga dinaikkan 5% menjadi Rp10,50 Biaya tetap dinaikkan dengan 10%, menjadi Rp33.000,00 Tarip Biaya Variabel diturunkan dengan 5%, manjadi Rp5,70 per unit Modul Anggaran hal 41 Rencana Penjualan Biaya Variabel Contribution Margin Biaya Tetap Laba Operasi Laba naik dengan = Budget Unit Rp 10,000 Rp 100,000.00 Rp 60,000.00 Rp 40,000.00 Rp 30,000.00 Rp 10,000.00 Seluruh perubahan Unit Rp …………% Kasus F: Dengan mengabaikan perubahan dari A s/d E, berapa unit yang harus dijual sehingga total Contribution Margin sama dengan total biaya tetap? Budget Laba per unit Unit Rp Unit Rp Rencana Penjualan 10,000 Rp 100,000.00 1 Biaya Variabel Rp 60,000.00 Contribution Margin Rp 40,000.00 Biaya Tetap Rp 30,000.00 Laba Operasi Rp 10,000.00 Agar supaya Total CM = FC (Rp30.000,00) maka unit yang harus dijual: Total FC ……………. Q = ------------- = ---------------------- = ……….. unit CM/unit …….. Perhitungan tersebut menunjukkan kondisi total pendapatan sama dengan total biaya, sbb Unit Budget Rp Rencana Penjualan Biaya Variabel Contribution Margin Biaya Tetap Laba Operasi Sehingga Laba Operasi = Rp0,00, hal ini disebut dengan Breakeven Point. COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS Analisis titik impas (Breakeven Point/BEP) Kuantitas penjualan (Q) yang menghasilkan Total Pendapatan = Total Biaya. Tujuan analisis ini adalah untuk perencanaan Laba Operasi. Perhitungan pada Kasus F di atas, adalah salah satu rumus BEP sebagai berikut: Modul Anggaran hal 42 Total FC FC BEP (Q) = ------------- atau BEP = ----------------- hasilnya dalam unit CM/unit P/u - VC/u Rumus yang lain: FC BEP = -------------------------- hasilnya dalam satuan moneter 1 – (VC / Sales) Laporan Laba Rugi (200.000 unit) Metode Akuntansi Metode Contribution Margin Pendapatan Penjualan Rp 5,000,000 Pendapatan Penjualan Rp Harga Pokok Penjualan Rp 2,900,000 Biaya Variabel: Laba Kotor Rp 2,100,000 Biaya Bahan Rp 900,000 Biaya Operasi: Biaya TKL Rp 1,000,000 Biaya Overhead Pabrik Rp 1,000,000 Biaya Overhead Rp 300,000 Biaya Administrasi Rp 700,000 Biaya Administrasi Rp 100,000 Biaya Distribusi Rp 800,000 Rp 1,500,000 Biaya Distribusi Rp 300,000 Rp Laba Operasi Rp 600,000 Contribution Margin Rp Biaya Tetap: Biaya Overhead Rp 700,000 Biaya Administrasi Rp 600,000 Biaya Distribusi Rp 500,000 Rp Laba Operasi Rp Untuk perhitungan analisis BEP menggunakan Laporan Laba Rugi yang disusun dengan pendekatan Contribution Margin (Biaya Variabel dan Biaya Tetap dipisahkan) ……………… BEP = --------------------------------------------- = Rp………………..atau …………… unit … – (……………. / ………………) Grafik BEP Rp BEP Relevant Range Rp……. TR TC Rp……. VC FC 0 Rp…….. Modul Anggaran hal 43 Rp……. Rp 5,000,000 2,600,000 2,400,000 1,800,000 600,000 Asumsi dalam Analisis BEP 1. Biaya dapat dipisahkan kedalam Biaya Variabel dan Biaya Tetap 2. Berlaku untuk range tertentu (Relevant Range) 3. Harga tetap meskipun jumlah penjualan berubah (hukum penawaran dan permintaan tidak berlaku) 4. Hanya ada satu produk, bila terdapat 2 produk penerapan analisis BEP harus dengan perbandingan penjualan dua produk (sales mix) yang konstan. 5. Dalam jangka pendek kebijakan manajemen tentang operasi perusahaan tidak berubah. 6. Tingkat harga umum (inflasi) dalam jangka pendek tidak berubah. 7. Tingkat penjualan dan produksi sinkron (tidak ada perubahan tingkat persediaan). 8. Efisiensi dan produktivitas per individu dalam jangka pendek tidak berubah. BEP 2 Produk Kasus 1 Produk A Unit Budget Penjualan 10000 Biaya Variabel BiayaTetap Laba Operasi Rp Rp Rp Rp Rp 10,000 6,000 2,000 2,000 Produk B Unit Rp 7500 Rp 10,000 Rp 3,000 Rp 5,500 Rp 1,500 Unit produk A naik 20% Produk A Produk B Unit Rp Unit Rp Budget Penjualan 12000 Rp 12,000 7500 Rp 10,000 Biaya Variabel Rp 7,200 Rp 3,000 BiayaTetap Rp 2,000 Rp 5,500 Laba Operasi Rp 2,800 Rp 1,500 Total Rp 20,000 Rp 9,000 Rp 7,500 Rp 3,500 Kasus 2 Unit produk B naik 20% Produk A Produk B Unit Rp Unit Rp Budget Penjualan 10000 Rp 10,000 9000 Rp 12,000 Biaya Variabel Rp 6,000 Rp 3,600 BiayaTetap Rp 2,000 Rp 5,500 Laba Operasi Rp 2,000 Rp 2,900 Total Rp 22,000 Rp 10,200 Rp 7,500 Rp 4,300 Kasus 3 Modul Anggaran hal 44 Total Rp 22,000 Rp 9,600 Rp 7,500 Rp 4,900 BEP Kasus 1 Produk A Produk B Unit Rp Unit Rp Budget Penjualan 10000 Rp 10,000.00 7500 Rp 10,000.00 Biaya Variabel Rp 6,000.00 Rp 3,000.00 BiayaTetap Rp 2,000.00 Rp 5,500.00 Laba Operasi Rp 2,000.00 Rp 1,500.00 ………………… BEP = ---------------------------------- = Rp………………………… ... - (………... / …………..) Total Rp 20,000.00 Rp 9,000.00 Rp 7,500.00 Rp 3,500.00 BEP, berarti Total Pendapatan = Total Biaya Total Biaya = ……………………..… FC = ……………………….. Total VC = ……………………….. VCA : VCB = .... : …., total jumlah perbandingan =…….., sehingga: VCA = ………………………….. VCB = Bukti: …………………………… sehingga QB = …….…………unit Produk A Unit sehingga ……………………….unit QA = Produk B Rp Budget Penjualan Biaya Variabel BiayaTetap Laba Operasi Modul Anggaran hal 45 Unit Rp Total BEP Kasus 2 Produk A Produk B Unit Rp Unit Rp Budget Penjualan 12000 Rp 12,000.00 7500 Rp 10,000.00 Biaya Variabel Rp 7,200.00 Rp 3,000.00 BiayaTetap Rp 2,000.00 Rp 5,500.00 Laba Operasi Rp 2,800.00 Rp 1,500.00 ………………… BEP = ---------------------------------- = Rp………………………… ... - (………... / …………..) Total Rp 22,000.00 Rp 10,200.00 Rp 7,500.00 Rp 4,300.00 BEP, berarti Total Pendapatan = Total Biaya Total Biaya = ……………………..… FC = ……………………….. Total VC = ……………………….. VCA : VCB = .... : …., total jumlah perbandingan =…….., sehingga: VCA = ………………………….. VCB = Bukti: …………………………… sehingga QB = …….…………unit Produk A Unit sehingga ……………………….unit QA = Produk B Rp Budget Penjualan Biaya Variabel BiayaTetap Laba Operasi Modul Anggaran hal 46 Unit Rp Total BEP Kasus 3 Produk A Produk B Unit Rp Unit Rp Budget Penjualan 10000 Rp 10,000.00 9000 Rp 12,000.00 Biaya Variabel Rp 6,000.00 Rp 3,600.00 BiayaTetap Rp 2,000.00 Rp 5,500.00 Laba Operasi Rp 2,000.00 Rp 2,900.00 ………………… BEP = ---------------------------------- = Rp………………………… ... - (………... / …………..) Total Rp 22,000.00 Rp 9,600.00 Rp 7,500.00 Rp 4,900.00 BEP, berarti Total Pendapatan = Total Biaya Total Biaya = ……………………..… FC = ……………………….. Total VC = ……………………….. VCA : VCB = .... : …., total jumlah perbandingan =…….., sehingga: VCA = ………………………….. sehingga ……………………….unit QA = VCB = Bukti: …………………………… sehingga QB = …….…………unit Produk A Unit Produk B Rp Unit Rp Budget Penjualan Biaya Variabel BiayaTetap Laba Operasi Kesimpulan: Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3 BEP Laba MoS*) *) Perhitungan dihalaman 48 Seandainya kasus 1. 2. dan 3 merupakan alternatif, maka yang dipilih ………………………. Modul Anggaran hal 47 Total Margin of Safety (MoS) Merupakan batas maksimum perubahan/penurunan laba yang dapat ditoleransi, semakin besar (lebar) batas toleransinya berarti semakin aman. Penjualan - BEP MoS = ----------------------- x 100% Penjualan ……………. – ……………. MoS1 = ----------------------------------- x 100% = ……..% …………….. ……………. – ……………. MoS2 = ----------------------------------- x 100% = ……..% …………….. ……………. – ……………. MoS3 = ----------------------------------- x 100% = ……..% …………….. Rp Relevant Range Penjualan TR TC Margin of safety BEP VC FC 0 Rp3,75 jt Modul Anggaran hal 48 Rp5 jt Rp Perubahan tingkat persediaan (Penjualan dgn Produksi tidak sama/sinkron) Rencana Penjualan Rencana Persediaan Akhir Total Kebutuhan Rencana Persediaan Awal Rencana Produksi 90.000 unit 20.000 unit 110.000 unit 10.000 unit 100.000 unit Rencana Penjualan (90.000 unit) Rencana Produksi (100.000 unit): VC Rp 60,000.00 FC Rp 80,000.00 Totyal Biaya Rp 140,000.00 Kenaikan Persediaan (10%) Rp 14,000.00 Laba Kotor Biaya Pemasaran: VC Rp 9,000.00 FC Rp 10,000.00 Laba Operasi Rp 180,000.00 Rp 126,000.00 Rp 54,000.00 Rp Rp 19,000.00 35,000.00 BEP dengan Direct Costing: BEP = ……………. + ……………… ------------------------------------------------------ = Rp……………..atau ………….. unit ……….. + …………… – …………… 1 - ------------------------------------------------………………… Pembuktian: Penjualan BEP …………….X………….. = Produksi: VC ………………. FC ……………….. Laba Kotor Biaya Pemasaran: VC ……………….. FC ………………. Lab Operasi ……………….. ………………… ……………….. …………………. ………………… Modul Anggaran hal 49 BEP dengan Full Costing: BEP = ……………. + …………… –………….. ------------------------------------------------------ = Rp……………...atau …………..unit ………… + …………… – ………….. 1 - ------------------------------------------------……………….. Pembuktian: Penjualan BEP……………..x………………= Produksi (..../….)x ………….. = …………. VC ……………… FC …………….. Totyal Biaya ……………… Kenaikan Persediaan (10%) …………….. Laba Kotor Biaya Pemasaran: VC ……………….. FC ……………… Laba Operasi ………………. ……………….. ………………… ………………. ……………… Jika yang terjadi sebaliknya: Rencana Penjualan Rencana Persediaan Akhir Total Kebutuhan Rencana Persediaan Awal Rencana Produksi 100.000 unit 10.000 unit 110.000 unit 20.000 unit 90.000 unit Rencana Penjualan (100.000 unit) Rencana Produksi (90.000 unit): VC ………….….. FC ……………… Totyal Biaya ……………… ………………… Penurunan Persed (11.11%)*) ……………… …………….. Laba Kotor ………………. Biaya Pemasaran: VC ……………… FC …………….. ……………… Laba Operasi ………………. *) Produksi 90.000 unit, persediaan turun 10.000 unit sehingga prosentase penurunan persediaan = 10.0000 unit/90.000 unit = 11.111111111111% Modul Anggaran hal 50 BEP dengan Direct Costing: BEP = ……………. + ……………… ------------------------------------------------------ = Rp……………..atau ………….. unit ……….. + …………… – …………… 1 - ------------------------------------------------………………… Pembuktian: Penjualan BEP …………….X………….. = Produksi: VC ………………. FC ……………….. Laba Kotor Biaya Pemasaran: VC ……………….. FC ………………. Lab Operasi ……………….. ………………… ……………….. …………………. ………………… BEP dengan Full Costing: BEP = ……………. + …………… –………….. ------------------------------------------------------ = Rp……………...atau …………..unit ………… + …………… – ………….. 1 - ------------------------------------------------……………….. Pembuktian: Penjualan BEP……………..x………………= Produksi (..../….)x ………….. = …………. VC ……………… FC …………….. Totyal Biaya ……………… Kenaikan Persediaan (10%) …………….. Laba Kotor Biaya Pemasaran: VC ……………….. FC ……………… Laba Operasi ………………. ……………….. ………………… ………………. ……………… Modul Anggaran hal 51 Faktor Lain-lain Rencana Penjualan (10.000 unit) VC Rp FC Rp Laba Operasi Faktor Non Operasi: Pendapatan Rp Biaya Rp Rencana Keuntungan 9,000.00 18,000.00 3,000.00 1,000.00 Rp 30,000.00 Rp Rp 27,000.00 3,000.00 Rp Rp 2,000.00 5,000.00 Mengabaikan factor lain-lain: BEP = ……………… ---------------------------- = Rp……………….atau …………………. unit …………. 1 - -------------------……………. Bukti: Penjualan BEP VC FC Laba Operasi …………… unit x……….= ……………… …………….. ………………. ………………. ……………… Memperhitungkan factor lain-lain: BEP = …………….. – ………….. ------------------------------------- = Rp………………atau ……………… unit ……………. 1 - -------------------……………... Bukti: Penjualan BEP …………… VC FC Laba Operasi Faktor Non Operasi: Pendapatan Biaya Rencana Keuntungan unit x ……… ……………… ………………. ……………... ……………… Jika yang terjadi sebaliknya: Modul Anggaran hal 52 ……………… ………………. ……………….. ………………. ……………….. Rencana Penjualan (10.000 unit) VC Rp FC Rp Laba Operasi Faktor Non Operasi: Pendapatan Rp Biaya Rp Rencana Keuntungan BEP = 9,000.00 18,000.00 1,000.00 3,000.00 Rp 30,000.00 Rp Rp 27,000.00 3,000.00 Rp Rp (2,000.00) 1,000.00 …………… + …………… ------------------------------------- = Rp………………..atau ………………. unit ……………. 1 - -------------------…………… Bukti: Penjualan BEP …………… unit x …….. ………………. VC …………….. FC ……………… ………………. Laba Operasi ……………….. Faktor Non Operasi: Pendapatan ………….….. Biaya ………………. ………………. Rencana Keuntungan ………………. …………………………………..……………………………………………TUGAS 8 Modul Anggaran hal 53