perlindungan hukum bagi investor terhadap praktik insider trading

advertisement
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR
TERHADAP PRAKTIK INSIDER TRADING
PADA PASAR MODAL DI INDONESIA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh :
Fadilah Haidar
NIM: 1111048000001
KONSENTRASI HUKUM BISNIS
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR
TERHADAP PRAKTIK INSIDER TRADING PADA
PASAR MODAL DI INDONESIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (SH)
Oleh
Fadilah Haidar
NIM: 1111048000001
Pembimbing
Prof.Dr. Abdullah Sulaiman, S.H. M.H
NIP: 195912311986091003
KONSENTRASI HUKUM BISNIS
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2014 M
i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR
TERHADAP PRAKTIK INSIDER TRADING PADA PASAR MODAL DI
INDONESIA” telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hkum
Program Studi Hukum Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 2 April 2015 Skripsi ini telah dierima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada Prgoram Studi Ilmu Hukum.
Jakarta, 2 April 2015
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
PANITIA UJIAN
1. Ketua
: Dr. Djawahir Hejazziey, S.H, M.A, M.H
NIP. 195510151979031002
(...……..……...…..)
2. Sekertaris
: Arip Purqon, SH.I, M.A
NIP. 197904272003121002
(...……..…………..)
3. Pembimbing : Prof.Dr. Abdullah Sulaiman, S.H. M.H
NIP. 195912311986091003
(...……..……..…...)
4. Penguji I
: Nahrowi S.H, M.H
NIP. 197302151999031002
(...….…..……..…..)
5. Penguji II
: Ismail Hasani, M.H
NIP. 197712172007101002
(...……..…………..)
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 2 april 2015
Fadilah Haidar
iii
ABSTRAK
Fadilah haidar, NIM 1111048000001, “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI
INVESTOR TERHADAP PRAKTIK INSIDER TRADING PADA PASAR
MODAL DI INDONESIA”, Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu
Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatyullah Jakarta, 1436 H/2014 M. viii + 57 halaman. Skrpisi ini bertujuan
untuk mengetahui permasalahan-permasalahan praktik Perdagangan orang dalam
(Insider Trading) pada pasar modal di Indonesia. Latar Belakang skiripsi ini adalah
perlindungan hukum bagi investor terhadap praktik Perdagangan orang dalam
(Insider Trading). Hukum pasar modal yang ada di Indonesia tidak memberi
kepastian perlindungan hukum bagi investor dan keberlanjutan dunia pasar modal.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian library research, yang mengkaji berbagai
dokumen yang terkait dengan penelitian. Metode yang digunakan penulis adalah
metode penulisan yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan undang-undang
(statute approach) dan pendekatan Konseptual (conceptual approach). Selanjutnya
ada tiga bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini, yakni bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan non-hukum. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa regulasi terkait dengan perlindungan hukum bagi investor pada pasar modal
di Indonesia belum memiliki kerangka dan kekuatan hukum yang jelas. Hal ini
dibuktikan bahwa Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 sudah harus diperbaharui
seriring perkembangan dunia pasar modal saat ini.
Kata Kunci
: Insider Trading, Pasar Modal, Undang-undang Pasar Modal
Pembimbing : Prof.Dr. Abdullah Sulaiman, S.H. M.H
Daftar Pustaka : Tahun 1994 s. Tahun 2014
iv
KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmanirrahim..
Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat,nikmat
serta
anugerah-Nya
“PERLINDUNGAN
penulis
HUKUM
dapat
menyelesaikan
BAGI
INVESTOR
skripsi
dengan
TERHADAP
judul
PRAKTIK
INSIDER TRADING PADA PASAR MODAL DI INDONESIA”. Sholawat serta
salam penulis sampaikan kepada junjungan alam semesta Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang
benderang ini. Untuk dapat terselesainya penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., MH. selaku ketua Program Studi Ilmu Hukum
dan Arip Purkon, MA selaku sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Prof.Dr. Abdullah Sulaiman, S.H. M.H, selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia menjadi pembimbing dalam penulisan skripsi ini dengan penuh
kesabaran, perhatian, dan ketelitian.
v
4. Segenap staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan guna
menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya dosen program studi ilmu hukum yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dengan tulus ikhlas, semoga ilmu pengetahuan yang diajarkan dapat
bermanfaat dan menjadi keberkahan bagi penulis dan semoga Allah SWT
senantiasa membalas jasa-jasa beliau serta menjadikan semua kebaikan ini
sebagai amal jariyah untuk beliau semua.
6. Orang tua, khususnya Ibunda tersayang Helly Heilviati dan sanak saudara, terima
kasih atas dukungan semangat yang tidak pernah padam serta do’a, motivasi,
kasih sayang, perhatian, dan bantuan (moril, materiil, dan spiritual) yang telah
diberikan dengan tulus, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada
jenjang Perguruan Tinggi Negeri.
7. Teman-teman ilmu hukum angkatan 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baik
konsentrasi hukum bisnis maupun konsentrasi hukum kelembagaan negara.
Wabillihi taufik walhidayah wassalammu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 2 April 2015
Fadilah Haidar
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….……i
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………...….ii
ABSTRAK…………………………………………………………………........iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………….iv-v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………vi-vii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah……………………………………………1-3
B.
Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah.......................... ........3-4
C.
Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan. ....................................... 4-5
D.
Tinjauan Kajian Terdahulu. ............................................................. 6-7
E.
Kerangka Teoritis. ........................................................................... 7-9
F.
Kerangka Konseptual....................................................................... 9-10
G.
Metode Penelitian. ........................................................................... 12-15
H.
Sistematika Penelitian ...................................................................... 15-16
BAB II INSTRUMEN PENGATURAN PASAR MODAL DI INDONESIA
A.
Pengertian Pasar Modal. .................................................................. 17-18
B.
Visi dan Misi Ketentuan Perundangan Pasar Modal di Indonesia.. 18
C.
Peran dan Fungsi Pasar Modal.. ...................................................... 18-19
D.
Produk-produk dalam Pasar Modal ................................................. 20-22
E.
Perkembangan Pasar Modal di Indonesia. ....................................... 23-25
F.
Perusahaan Go Public ...................................................................... 26-27
vii
BAB III SISTEM PENGAWASAN PASAR MODAL DI INDONESIA
A.
Pengawasan Pasar Modal Saat Ini. ................................................... 28-31
B.
Struktur Pengawasan Pasar Modal Oleh OJK.. ................................ 32
C.
Penyidikan di Pasar Modal.. ............................................................. 33
D.
Lembaga-lembaga di Pasar Modal di Indonesia.. ............................ 34-38
E.
Mengenal Praktik Insider Trading.. ................................................. 38
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP
PRAKTIK INSIDER TRADING DI PASAR MODAL BERDASARKAN
UU NO. 8 TAHUN 1995
A.
Adanya Perdagangan Orang Dalam................................................. 39-41
B.
Informasi Materil yang Belum disebutkan.. .................................... 42-43
C.
Melakukan Transaksi Dengan Informasi Material.. ........................ 43-44
D.
Mendapatkan Keuntungan yang Tidak Layak.. ............................... 44-45
E.
Kasus Insider Trading di Indonesia.. ............................................... 45-46
F.
Perbandingan Insider Trading di Berbagai Negara… ..................... 46-48
G.
Perlindungan Hukum Terhadap Investor Akibat Praktik Insider
Trading.. ........................................................................................... 49-50
H.
Penyelesaian Hukum Tindakan Insider Trading di Pasar Modal.. .. 50-51
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan. ...................................................................................... 52-54
B.
Saran. ................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA. ......................................................................................... 55-57
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal sebagai wadah untuk mencari dana bagi perusahaan dan
alternatif sarana investasi bagi masyarakat (investor) dimana di dalamnya terdapat
transaksi penawaran umum dan perdagangan efek dari perusahaan publik (emiten)
kepada masyarakat investor. Pasar Modal/Capital Market/Stock Exchange/Stock
Market/ dalam dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang usaha
perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi
atau efek-efek pada umumnya.1 Pasal 1 angka 13 Undang - Undang Nomor 08
Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan pengertian pasar modal yang lebih
spesifik, yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Kegiatan
tersebut dilindungi oleh payung hukum yang sangat menjunjung tinggi prinsip
keterbukaan.
1
Najib A. Gisymar. Insider Trading dalam Transaksi Efek. (Bandung : Citra Aditya Bakti,
1999) h. 10.
1
2
Penentuan harga di Pasar Modal dipengaruhi oleh suatu informasi atau
fakta materil, karena suatu informasi mencerminkan suatu harga.2 Dalam Pasal 1
angka 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, yang dimaksud dengan informasi
atau fakta materil adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai
peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa
Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang
berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. Informasi yang harus
disampaikan kepada publik adalah informasi yang akurat dan lengkap sesuai
dengan keadaan perusahaan.3 Prinsip keterbukaan adalah prinsip yang menjadi
landasan pertimbangan bagi para pelaku di pasar modal untuk melakukan
aktivitas perpasarmodalan secara rasional.
Menurut Peraturan Nomor X.K.1. IV-1. Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal. Nomor KEP-86/PM/1996. Tentang Keterbukaan
Informasi. Informasi yang harus dibuka oleh perusahaan publik antara lain,
penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha atau pembentukan
usaha patungan, Pemecahan saham atau pembagian deviden saham, pendapatan
dari deviden yang luar biasa sifatnya, perolehan atau kehilangan kontrak penting,
produk atau penemuan baru yang berarti, perubahan dalam pengendalian atau
perubahan penting dalam
manajemen, pengumuman pembelian kembali atau
2
Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Cet. Pertama, 2001), h. 1.
3
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta:
Kencana, 2004), h. 230.
3
pembayaran Efek yang bersifat utang, penjualan tambahan Efek kepada
masyarakat atau secara terbatas yang materiel jumlahnya, pembelian atau
kerugian penjualan aktiva yang materiel, perselisihan tenaga kerja yang relative
penting, tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan
komisaris perusahaan, pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain,
penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan, penggantian wali amanat,
Perubahan tahun fiskal perusahaan.
Menurut penulis perlindungan hukum bagi investor merupakan suatu hal
yang krusial dalam kelangsungan dunia bisnis dan investasi, wujud dari
perlindungan hukum itu sendiri berupa legal structure dan legal substance
dimana keduanya saling bersinergi dalam memberi kepastian dan perlindungan
hukum. Dengan tidak adanya perlindungan hukum bagi investor terhadap
kejahatan insider trading di pasar modal maka akan tercipta unfair market,
timbulnya illicit profit, dan untrustable market yang merugikan investor. Dengan
adanya ketidakpastian perlindungan hukum pada Investor di Undang-undang
pasar Modal Indonesia maka penulis tertarik mengangkat skripsi yang berjudul
”Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Kejahatan Insider Trading
Pada Pasar Modal di Indonesia”.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar masalah yang akan penulis bahas tidak terlalu meluas sehingga dapat
mengakibatkan ketidak jelasan maka penulis membuat pembatasan masalah yakni,
4
membahas praktik perdagangan orang dalam (Insider Trading) di pasar modal
dan menelaah perlindungan hukum yang masih amat lemah terhadap praktik
perdagangan orang dalam (Insider Trading) sehingga implikasinya menyebabkan
lemahnya penegakan hukum akan kejahatan Insider Trading tersebut .
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka peneliti merumuskan permasalahan
sebagai berikut :
a. Bagaimana memberantas praktik perdagangan orang dalam (insider
trading dalam dunia pasar modal di Indonesia?
b. Bagaimana
perlindungan
hukum
bagi
investor
terhadap
praktik
perdagangan orang dalam (Insider Trading) di pasar modal Indonesia
berdasarkan UU No. 8 Tahun 1995?
c. Bagaimana akibat dari adanya praktik perdagangan orang dalam (insider
trading dalam kelangsungan pasar modal di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan penulisan
Secara umum tujuan penulisan adalah untuk medalami tentang
permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan
masalah. Secara khusus tujuan penulisan ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
5
-
Untuk mengetahui praktik Perdagangan orang dalam (Insider Trading).
-
Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi investor terhadap praktik
Perdagangan orang dalam (Insider Trading).
2. Manfaat penulisan
Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memeperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dalam hukum bisnis dalam bidang pasar modal, utamanya
mengenai segala aspek yang menyangkut kejahatan insider trading.
Diharapak dapat berkontribusi juga bagi perkembangan hukum bisnis di
Indonesia.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis penulisan ini diharapkan dapat menjadi kerangka acuan dan
landasan bagi penulis lanjutan, dan mudah-mudahan dapat memberikan
masukan bagi pembaca terutama bagi pembentuk hukum khususnya
pembentukan Undang-undang tentang Pasar Modal (UUPM) yang baru karena
memang perlu dibuat pengembangan dari UUPM yang sampai sekarang masih
dipergunakan.
6
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penilitian ini, penulis akan
menyertakan beberapa hasil penilitian terdahulu sebagai perbandingan tinjauan
kajian materi yang akan dibahas, sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh I.B Priyatna Putra, dkk dari Universitas
Udayana, tahun 2012, yang berjudul “Insider Trading dalam kegiatan pasar
modal menurut Undang-undang Pasar Modal 1995.” Penelitian tersebut
menjelaskan secara mendasar aspek fiduciary duty yang termaktub dalam
Undang-undang Pasar Modal 1995.
Skripsi yang disusun oleh Taufik Arfi Wargadalam dari Universitas
Indonesia, tahun 2008, yang berjudul “Tinjauan Hukum Indikasi terjadinya
Insider Trading pada kasus ISE Holding and Business Partners di Amerika
Serikat dikaitkan dengan penegakan hukum Insider Trading di Indonesia.”
Penelitian tersebut menjelaskan perbandingan penanganan dan penegakan hukum
kejahatan insider trading di Negara Amerika Serikat dengan penanganan dan
penegakan hukum yang ada di Indonesia.
Buku dari Yulsafni, yang berjudul “Hukum Pasar Modal”, diterbitkan
oleh Badan Penerbit Iblam, Jakarta, tahun 2005. Pada buku karangan Yulsafni ini
hanya diuraikan definisi dan teori-teori dasar mengenai pasar modal, sedangkan
aspek praktik insider trading dibahas mengenai teori dan dampaknya bagi dunia
pasar modal.
7
Sebagai perbandingan sekaligus pembeda, pada skripsi ini penulis
menguraikan perihal bagaimana ketidakpastian hukum dari UUPM yang kini
masih berlaku dan buruknya law enforcement khusunya untuk perlindungan
hukum bagi investor terhadap praktik insider trading di pasar modal. Jadi terdapat
perbedaan pembahasan dan masalah yang diangkat penulis dengan penilitianpenelitian kejahtan insider trading yang sudah ada.
E. Kerangka Teoritis
Terdapat beberapa asas hukum yang menyangkut penindakan kejahatan
insider trading ini, yakni asas kepastian hukum (certaintly of law) menghendaki
adanya upaya pengaturan hukum dalam perundang-undangan yang dibuat oleh
pihak yang berwenang dan berwibawa, sehingga aturan-aturan itu memiliki aspek
yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian bahwa hukum berfungsi sebagai
suatu peraturan yang harus ditaati. Menurut Sudikno Mertukusumo kepastian
hukum merupakan sebuah jaminan bahwa hukum tersebut harus dijalankan
dengan cara yang baik. Terasa jelas bahwa penindakan tegas kejahatan insider
trading ini perlu adanya kepastian hukum demi melindungi para shareholder.
Asas itikad baik (good faith) dapat diketahui dari Pasal 1338 ayat (3)
Kitab Undang undang Hukum Perdata, yaitu perjanjian harus dilaksanakan
dengan itikad baik. Dalam praktik kejahatan insider trading ini, terlihat jelas
bahwa para oknum melakukan skema dan intrik perdagangan sekuritas dengan
unsur bad faith.
8
Terdapat tiga teori yang dikenal dalam praktik perdagangan efek di pasar modal,
yaitu :4
-
Disclose or Abstain Theory
Menentukan pilihan yaitu membuka informasi (disclose) kepada
pedagang/investor lain atau tidak membuka informasi materil tetapi juga tidak
boleh melakukan transaksi perdagangan (abstain) atau tidak merekomendasikan
kepada pihak lain.
-
Fiduciary Duty Theory
Fiduciary Duty Theory didasarkan kepada doktrin common law common
law yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hubungan lain
berdasarkan kepercayaan. (trust or confidence) dengan perushaan. Berdasarkan
teori tersebut siapa saja yang dibayar oleh perusahaan untuk melakukan tugas
yang diberikan, maka dia mempunya duty kepada perusahaan untuk menjalankan
tugasnya, yang bersangkutan tidak boleh mengambil manfaat bahkan harus
mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan perusahaan.
-
Misappropriation Theory
Misappropriation Theory adalah mengenai transaksi yang dilakukan oleh
orang luar perusahaan secara tidak sengaja berdasarkan informasi yang belum
tersedia bagi masyarakat maka dianggap sama telah melakukan iinsider trading.
4
Yulsafni. Hukum Pasar Modal, (Jakarta:Bdan Penerbit Iblam, 2005), h. 111 - 112
9
Adapun pendapat Sir John Templeton dalam dunia investasi saham yang
terkenal yakni Bull markets are born on pessimism, grown on scepticism, mature
on optimism and die on euphoria.5 Ini bermakna bahwa dunia pasar modal
amatlah penuh resiko dan dinamis.
Menurut penelitian penulis tidak terciptannya kepastian hukum dalam
pengaturan pasar modal Indonesia dan adanya ketidakselarasan teori-teori hukum
dan pasar modal menyebabkan mewabahnya insider trading dan sudah barang
tentu semakin sulit ditindak. Perlu diketahui bahwa penindakan hukum akan baik
bila struktur hukum, substansi hukum, dan budaya hukum berjalan selaras.
F. Kerangka Konseptual
Termaktub dalam Bab XI UU No 8 Tahun 1995, mengenai pengaturan
untuk penindakan terhadap penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang
dalam, bahwa larangan Insider Trading diatur dalam Pasal 95-98 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal6
Pemberian sanksi administratif kepada korporasi sesuai dengan Pasal 102
Undang-Undang Pasar Modal juncto Pasal 61 PP No. 45 Tahun 1995 sedangkan
terhadap kejahatan perdagangan orang dalam landasannya adalah Pasal 104
Undang-Undang Pasar Modal dimana sanksi yang dirumuskan bersifat kumulatif
berupa pidana penjara dan denda. Larangan pedagangan oleh orang dalam ini
5
http://www.wallstcollege.com/5-investment-quotes-from-sir-john-templeton. Diakses pada,
Kamis 20 Januari 2015. Pukul 15.47 WIB.
6
I.G. Raywidjaja, Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Maspion, 2001), h. 214
10
mulai diintrodusir dengan diberlakukannya Keputusan Menteri keuangan nomor
1548/KMK/013/1990 tentang Pasar Modal sebagaimana diubah dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 284/KMK.010/1995. Keterbukaan informasi
merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diketahui para investor. Dengan
keterbukaan informasi para investor dapat menganalisis dan mendapat keuntungan
dalam melakukan penawaran jual atau beli atas suatu efek.7
Alasan utama adanya suatu keterbukaan informasi adalah agar para pihak
dapat melakukan suatu informed decision (suatu landasan agar terbentuk harga pasar
yang wajar).8 Salah satu bentuk pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan di pasar
modal adalah praktik insider trading. Menurut Investopedia definisi insider
trading adalah The buying or selling of a security by someone who has access to
material, nonpublic information about the security.9 Menurut Yulsafni unsurunsur dari insider trading, yaitu :10
- Adanya orang dalam
- Informasi material belum disclosure
- Melakukan transaksi karena informasi material.
- Mendapatkan keuntungan yang tidak layak (illicit profit)
7
Iman Sjahputra Tunggal, Tanya-Jawab Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia. (Jakarta,
Harvarindo, 2000), h. 113.
8
Hulwati, Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi Islam.
(Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 21.
9
http://www.investopedia.com/terms/i/insidertrading.asp. Diakses pada 03 November 2014,
pukul 18.20 WIB.
10
Yulsafni. Hukum Pasar Modal. (Jakarta: Badan Penerbit Alam, 2005), h 109
11
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan sifat penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian
yuridis normatif dengan jenis penelitian hukum untuk perkara In-Concrito.
Dimana penulis mencari fakta-fakta yang akurat dan valid tentang sebuah
peristiwa konkrit yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini juga dilakukan
dan ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis dan bahan-bahan lain, serta
menelaah peraturan perundang-undang yang berhubungan dengan penulisan
skripsi ini. Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah deskriptif yaitu tipe
penelitian untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang suatu gejala
atau fenomena, agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori yang sudah
ada, atau mencoba merumuskan teori baru.
2. Pendekatan
a. Pendekatan Perundang-Undangan
- Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ( Hasil
Amandemen).
- KUHPerdata (Bugelijk Wetboek)
- KUHP (Wetboek van Strafrecht)
- Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
- Peraturan Nomor X.K.1. IV-1. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal. Nomor KEP-86/PM/1996. Tentang Keterbukaan Informasi.
12
b. Pendekatan Konseptual
Didalam UUPM tidak memberikan “batasan” secara tegas mengenai
insider trading. Kata “batasan” dalam hal ini adalah orang-orang yang tidak
disebutkan dalam UUPM yaitu mereka yang tidak disebutkan mempunyai
suatu celah untuk melakukan tindakan insider trading. Sebenarnya masih ada
pihak lain selain yang disebut dalam UUPM yang mestinya masih mungkin
pantas untuk dijerat dengan perbuatan insider trading. Pihak lain tersebut
adalah orang atau pihak di luar perusahaan yang secara tidak sengaja atau
tidak langsung memperoleh informasi dari orang dalam.
Menurut penulis amat diperlukan pengembangan dan penambahan
perturan tentang insider trading ini sebab bagitu banyak kelemahan pada
Pasal 95 UUPM. Berikut kelemahaan-kelemahan Pasal 95 UUPM ini :
-
Tidak disebutkannya pihak-pihak luar emiten secara detail dan sesuai
perkembangan dunia pasar modal seperti perusahaan pialang (brokerage
firm)11, seorang pialang (broker), Penjamin emisi (underwriting
company)12, perusahaan penilai (appraisal company)13, dan pihak-pihak di
11
A brokerage firm, or simply brokerage, is a financial institution that facilitates the buying
and selling of financial securities between a buyer and a seller. Brokerage firms serve a clientele of
investors who trade public stocks and other securities, usually through the firm's agent stockbrokers.
12
A company or other entity that administers the public issuance and distribution of
securities from a corporation or other issuing body. An underwriter works closely with the issuing
body to determine the offering price of the securities, buys them from the issuer and sells them to
investors via the underwriter's distribution network.
13
A valuation of property (ie. real estate, a business, an antique) by the estimate of an
authorized person. In order to be a valid appraisal, the authorized person will have a designation from
a regulatory body governing the jurisdiction the appraiser operates within.
13
luar perusahaan (emiten) lainnya baik relasi dan afiliasinya yang dapat
menunjang praktik insider trading baik secara langsung maupun secara
tidak langsung.
-
Undang-Undang Pasar Modal tersebut tidak mengatur ketentuan “pihak
lain yang menerima informasi tidak langsung dari insider, tetapi informasi
diterima dari tippee yang lain” (secondary tippee) sebagai insider.
-
Undang-Undang Pasar Modal Indonesia dalam mengatur kategori insider
belum secara maksimal mengatur rambu-rambu insider trading.
3. Data dan sumber data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang tidak diperoleh dari sumber pertama yang bisa diperoleh dari dokumendokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, laporan, buku harian, surat
kabar, makalah, dan lain sebagainya.
Data sekunder dalam penelitian ini dapat dibagi atas 3 kelompok
besar, yaitu :
-
Bahan hukum primer yang penulis peroleh dari beberapa
peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
-
Bahan hukum sekunder diperoleh penulis dari Buku-buku terkait
pembahasan hukum dan pasar modal, keterangan, kajian, analisis tentang
hukum positif seperti skripsi, makalah seminar,dll.
14
-
Bahan hukum tertier yang dipergunakan penulis sebagai bahan yang
mendukung, memberi penjelasan bagi bahan hukum sekunder seperti
Kamus Besar Indonesia,Kamus Bahasa Inggris, dan Kamus Hukum.
4. Metode pengumpulan data
Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan metode pengumpulan
data melalui studi dokumen/ kepustakaan (library research) yaitu dengan
melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan seperti buku-buku
yang berkaitan dengan pasar modal, pendapat sarjana, surat kabar, artikel,
kamus dan juga berita yang penulis peroleh dari internet.
5. Metode Pengumpulan dan Analisa Data
Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan analisis secara
deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu metode analisa data
yang mengelompakan dan menyeleksi data yang diperoleh dari berbagai
sumber kepustakaan dan peristiwa konkrit yang menjadi objek penelitian,
kemudian dianalisa secara interpretative menggunakan teori maupun hukum
positif yang telah dituangkan, kemudian secara induktif ditarik kesimpulan
untuk menjawab permasalahan yang ada.
6. Metode Penulisan
Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode
penulisan sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada Buku Pedoman
15
Penulisan Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2012.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang isi skripsi, maka
penulis memberikan sistematikanya secara garis besar, sebagai berikut :
Bagian awal skripsi : sampul, lembar berlogo, halaman judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, prakata,
Abstract, daftar isi, serta daftar lampiran.
Bagian isi skripsi terdiri atas :
Bab I Pendahuluan
Diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika skripsi, dan metode
penelitian.
Bab II Peran, fungsi, dan instrumen pasar modal
Membahas berbagai hal mengenai Peran, fungsi, dan instrumen pasar serta
teori-teori yang berkaitan dengan pasar modal (stock exchange).
Bab III Pengawasan Pasar Modal di Indonesia
Membahas mengenai segala hal yang berkaitan dengan Pengawasan
dalam dunia pasar modal di Indonesia saat ini.
Bab IV Perlindungan Hukum bagi Investor Terhadap Praktik Insider
16
Trading di Pasar Modal
Membahas mengenai Perlindungan hukum bagi Investor Terhadap Praktik
insider trading, dan bagaimana dampak dari Praktik insider trading.
Bab V Penutup
Berisi kesimpulan dan saran
Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
17
BAB II
INSTRUMEN PENGATURAN PASAR MODAL DI INDONESIA
A. Pengertian Pasar Modal
Pasar Modal/Capital Market/Stock Exchange/Stock Market/ dalam dalam
pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang usaha perdagangan surat-surat
berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi atau efek-efek pada
umumnya.1 Menurut Pasal 1 angka 13 Undang - Undang Nomor 08 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara. Nomor 3587) pengertian pasar modal yang lebih spesifik,
yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pengertian pasar modal
sebagaimana pasar konvensional pada umumnya, merupakan tempat bertemunya
penjual dan pembeli. Pasar (market) merupakan saran yang mempertemukan
aktivitas pembeli dan penjual untuk seuatu komoditas atau jasa. Pengertian modal
(capital) dapat dibedakan :2
1. Barang modal (capital goods) seperti tanah, bangunan, gedung, mesin.
1
Najib A. Gisymar. Insider Trading dalam Transaksi Efek. Bandung : Citra Aditya Bakt,
1999, h. 10.
2
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya. . Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta :
Prenada Media, 2004, h. 10.
17
18
2. Modal uang (fund) yang berupa financial assets.
B. Visi dan Misi Ketentuan Perundangan Pasar Modal di Indonesia
Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995, tentang Pasar Modal,
Undang-undang Nomor 52 Tahun 1952 Tentang penetapan “Undang-undang
Darurat tentang Bursa dan Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 79, sebagai
Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67Perundangan Pasar
Modal di Indonesia yakni UU No. 8 Tahun 1995, terdapat visi dan misi bagi
pengaturan dan pelaksanaan kegiatan pasar modal di Indonesia, yakni sebagai
berikut :
-
Visi
:
Memajukan pembangunan nasional serta dalam rangka
antisipasi atas globalisasi ekonomi.
-
Misi
:
Berperan strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah
satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi
masyarakat.
C. Peran dan Fungsi Pasar Modal
Secara umum, pasar modal mempunyai peran penting bagi perkembangan
ekonomi suatu Negara karena pasar modal berfungsi sebagai:3
3
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar Modal di Indonesia. (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), h 7
19
-
Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan ke dalam
kegiatan-kegiatan produktif;
-
Sumber pembiayaan yang mudah, murah, cepat bagi dunia usaha dan
pembangunan nasional;
-
Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan
kesempatan kerja dan juga mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi;
-
Memeperkokoh mechanism financial market dalam menata system moneter,
karena pasar modal; dapat menjadi saran open market operation sewaktuwaktu diperlukan oleh Bank Sentral dan Menekan tingginya bunga menuju
suatu rate yang reasonable;
-
Sebagai alternative investasi bagi para pemodal.4
Sangat diperlukan hukum yang mengatur seluruh kegiatan di pasar modal,
sebab aktivitas di pasar modal amatlah kompleks. Apabila disimpulkan yang
merupakan target yuridis dari pengaturan hukum terhadap pasar modal pada
pokoknya adalah sebagai berikut :
1. Keterbukaan Informasi;
2. Profesionalisme dan tanggung jawab para pelaku di pasar modal;
3. Pasar yang tertib dan modern;
4. Efisiensi;
5. Kewajiban;
6. Perlindungan Investor.5
4
.5.
Departemen Keuangan RI. Seluk Beluk Pasar Modal. (Jakarta : Depkeu RI, Tanpa tahun), h
20
Adapun fungsi dari Pasar Modal, secara umum, fungsi pasar modal adalah
sebagai sarana penambah modal bagi usaha, sebagai sarana pemerataan pendapatan,
sebagai sarana peningkatan kapasitas produksi, sebagai sarana penciptaan tenaga
kerja,
sebagai
sarana
peningkatan
pendapatan
negara,
sebagai
indikator
perekonomian Negara.6
D. Produk – Produk pada Pasar Modal
1. Reksa Dana
Reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa
pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksa dana (manajer investasi)
untuk digunakan sebagai modal berinvestasi. Melalui dana reksa ini nasihat
investasi yang baik “jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang” bisa
dilaksanakan. Pada prinsipnya investasi pada reksa dana adalah melakukan
investasi yang menyebar pada sejumlah alat investasi yang diperdagangkan di
pasar modal dan pasar uang.7
5
Munir Fuady. 1996. Pasar Modal Modern(Suatu Tinjauan Hukum. (Bandung : Citra Adtyia
Bakti, ), h.13.
6
7
Alam S. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XI. Jilid 2.(Jakarta: Esis, 2007), h. 70–71
Gunawan Widjaya dan Almira Prajna Ramaniya. Reksana Dana dan Peran Serta Tanggung
Jawab Manajer Investasi dalam Pasar Modal. Seri Pengetahuan Pasar Modal (Jakarta: Prenada
Media Group, 2006.), h 7.
21
2. Saham
Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan
atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.8 Wujud saham
adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Laba yang besar
dari saham didistribusikan kepada pemegang saham sebagi dividen.
3. Saham Preferen
Saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian
dividen. Ada pembeli saham preferen yang menghendaki penerimaan dividen
yang besarnya tetap setiap tahun, ada pula yang menghendaki didahulukan
dalam pembagian dividen, dan lain sebagainya.
4. Obligasi
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak
antara pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman.9 Surat obligasi adalah
selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan
pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi. Pada dasarnya
memiliki obligasi sama persis dengan memiliki deposito berjangka. Hanya
saja obligasi dapat diperdagangkan.
8
Edilius dan Sudarsono. Kamu Ekonomi Uang dan Bank (Jakarta:Rineka Cipta, 2001), h.
239.
9
Dyah Ratih S. Saham dan Obligasi Ringkasan Teori dan Soal Jawab, Univ. (Yogyakarta :
Atmajaya, 2002), h .82.
22
5. Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga
yang sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat
berharga lainnya, misalnya obligasi atau saham. Penerbit waran harus
memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang waran. Namun
setelah obligasi atau saham yang disertai waran memasuki pasar baik obligasi,
saham maupun waran dapat diperdagangkan secara terpisah.
Kalau pemodal ingin mendapatkan dividen, terlebih dahulu ia
menggunakan waran untuk membeli saham Capital gain bisa didapat bila
pemegang obligasi yang disertai waran menjualnya dengan harga yang lebih
tinggi dari harga ketika memperolehnya.10
6. Right Issue
Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru yang
dikeluarkan emiten. Ini berbeda dengan saham bonus atau dividen saham,
yang otomatis diterima oleh pemegang saham. Right issue dapat
diperdagangkan. Biasanya harga saham hasil right issue lebih murah dari
saham lama. Karena membeli right issue berarti membeli hak untuk membeli
saham, maka kalau pemodal menggunakan haknya otomatis pemodal telah
melakukan pembelian saham. Dengan demikian maka imbalan yang akan
10
Yulsafni. Hukum Pasar Modal……..h. 39-40.
23
didapat oleh pembeli right issue adalah sama dengan membeli saham, yaitu
dividen dan capital gain.11
E. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
Secara singkat, perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat
sebagai berikut:12
-
14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda.
-
1914 - 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
-
1925 - 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa
Efek di Semarang dan Surabaya
-
Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
-
1942 - 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
-
1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata)
dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang
diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
11
12
Ibid., hlm. 35.
http://www.tianmarketiva.com/sejarah-bursa-efek-indonesia. Diakses pada 10 Mei 2014,
pukul 18.41 WIB.
24
-
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak
aktif.
-
1956 - 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
-
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.
BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).
Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan
kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong
sebagai emiten pertama.
-
1977 - 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga
1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibandingkan instrumen Pasar Modal.
-
1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum
dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
-
1988 - 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat
meningkat.
-
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya
terdiri dari broker dan dealer.
25
-
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES
88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
-
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
-
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
-
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
sistem computer JATS (Jakarta Automatic Trading Systems).
-
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang -Undang No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai
Januari 1996.
-
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
-
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
-
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).
-
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
26
F. Perusahaan Go Public
Go public merupakan penawaran saham atau obligasi kepada masyarakat
umum untuk pertama kalinya.13 Pertama kali di sini berarti bahwa pihak penerbit
pertama kalinya melakukan penjualan saham atau obligasi. Transaksi penawaran
umum penjualan saham pertama kalinya terjadi pada pasar perdana (primary
market).
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan
saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang
menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder
(Secondary Market).
Istilah Emiten dapat kita temukan pada Pasal 1 angka 6 UU no 8 tahun
1995, Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum.14 Emiten adalah
Pihak yang melakukan penawaran umum efek, baik efek yang bersifat ekuitas
(saham), efek yang bersifat hutang (obligasi), efek yang bersifat syariah (sukuk).
Pihak yang melakukan penawaran umum saham / (Go Publik, Initial
PublikOffering/IPO) adalah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT),
karena modal PT direpresentasikan atau dalam bentuk saham, sedangkan pihak
yang melakukan penawaran umum obligasi atau sukuk disebut Emiten
obligasi/atau sukuk, dimana tidak hanya perusahaan berbentuk PT saja, tetapi
13
Hendy M. Fakhruddim. Go Public. (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2008), h 12.
14
Ibid
27
setiap pihak dimungkinkan untuk dapat menerbitkan atau menjual obligasi atau
sukuk di pasar modal Indonesia.
Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki
sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki
modal disetor sekurang – kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah. Sejak perusahaan melakukan penawaran saham perdana di
berlangsung maka investor15 akan memilih perusahaan mana yang paling
lucrative ke dalam portofolionya.
15
An investor is a person who allocates capital with the expectation of a financial return. The
types of investments include: equity, debt securities, real estate, currency, commodity, derivatives such
as put and call options, etc. This definition makes no distinction between those in the primary and
secondary markets. That is, someone who provides a business with capital and someone who buys a
stock are both investors. An investor who owns a stock is known as a shareholder.
28
BAB III
SISTEM PENGAWASAN PASAR MODAL DI INDONESIA
A. Pengawasan Pasar Modal Saat Ini
Seiring berkembangnya hukum di tanah air Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2011 mengisyaratkan bahwa adalah lembaga OJK bertugas menggantikan
Bapepam dalam pengawasan kegiatan di pasar modal.1 Dalam Pasal 6 huruf b
Undang-Undang No 21 Tahun 2011, OJK melaksanakan tugas dan pengaturan
kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal. Hal ini berarti OJK tetap harus
memperhatikan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal. Kehadiran OJK adalah menggusur BAB Badan Pengawas
Pasar Modal (BAPEPAM).
Dasar penggantian Bapepam ke OJK adalah BAB XIII KETENTUAN
PERALIHAN Pasal 55 ayat (1): “Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas,
dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor
Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK”.2 Secara normative
1
Inda Rahyani. Hukum Pasar Modal Indonesia, Univ. (Yogyakarta : Atmajaya, 2002), h .82.
2
http://riosidauruk.blogspot.com/2013/03/dari-bapepam-ke-ojk.html. Diakses pada, Kamis
16 Oktober 2014. Pukul 15.47 WIB.
28
29
yuridis, dengan terjadinya pengalihan fungsi, tugas serta wewenang pengaturan
dan pengawasan terhadap sector pasar modal dari Bapepam kepada OJK maka
seluruh wewenang yang dimiliki oleh Bapepam berdasarkan undang-undang
Pasar Modal akan menjadi kewenangan OJK. Menurut pasal 5 UU nomor 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal Peralihan kewenangan tersebut meliputi kewenangan
untuk:
a.
Memberi :
1.
Izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek,
Penasihat Investasi, dan Biro Administrasi Efek;
2.
Izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil
Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi; dan
3.
Persetujuan bagi Bank Kustodian;
b.
Mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat;
c.
Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan
untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk
manajemen sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta
lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan dipilihnya
komisaris dan atau direktur yang baru;
d.
Menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta
menyatakan,
menunda
atau
membatalkan
efektifnya
Pernyataan
30
pendaftaran;
e.
Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam hal
terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undangundang dan atau peraturan pelaksanaanya;
f.
Mewajibkan setiap Pihak untuk :
1)
Menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan
dengan kegiatan di Pasar Modal; atau
2)
Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat
yang timbul dari iklan atau promosi dimaksud;
g.
Melakukan pemeriksaan terhadap :
1)
Setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan
menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam; atau
2)
Pihak
yang
dipersyaratkan
memiliki
izin
usaha,
izin
orang
perseorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan
Undang-undang;
h.
Menunjuk Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka
pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam huruf g;
i.
Mengumumkan hasil pemeriksaan;
31
j.
Membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek
atau menghentikan transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu
tertentu guna melindungi kepentingan pemodal;
k.
Menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu
tertentu dalam hal keadaan darurat;
l.
Memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh
Bursa Efek, Lembaga Kliring dsan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalakan atau
menguatkan pengenaan sanksi dimaksud;
m. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan
penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal
n.
Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat
sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang Pasar Modal
o.
Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas UUPM atau
peraturan pelaksanaannya;
p.
Menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam
Pasal 1 angka 5 UU PM;dan
q.
Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-undang Pasar
Modal.
32
B. Struktur Pengawan Pasar Modal oleh OJK
Khusus pengawasan terhadap bidang pasar modal, OJK memiliki struktur
pengwasan tersendiri berikut srtuktur pengawasan pasar modal OJK:3
Deputi Komisioner Pengawan Pasar Modal I
Deputi ini membawahi beberapa direktorat yang terdiri dari:
-
Direktorat Pengaturan Pasar Modal
-
Direktorat Standar Akutansi dan Tata Kelola
-
Direktorat Pasar Modal Syariah
-
Direktorat Pemeriksaan dan Penyidikan Pasar Modal
-
Direktorat Penerapan Sanksi dan Keberatan Pasar Modal
Deputi Komisioner Pengawan Pasar Modal II
Deputi ini membawahi beberapa direktorat yang terdiri dari:
3
-
Direktorat Pengelolaan Investasi
-
Direktorat Transisi dan Lembaga Efek
-
Direktorat Penilaian Keuangan Sektor Jasa
-
Direktorat Penilaian Keuangan Sektor Riil
-
Direktorat Lembaga Profesi dan Penunjang Pasar Modal
Inda Rahadiyan. Hukum Pasar Modal…..h. 128.
33
C. Penyidikan di Bidang Pasar Modal
Dalam hal melakukan pemerikasaan dan penyidikan atas terjadinya
pelanggaran UUPM, kekuasaan OJK merupakan polisi yang menegakkan hukum
sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Pendelegasian kekuasaan Bapepam
kepada OJK juga diperluas yaitu mempunyai kekuasaan untuk mengenakan
sanksi administrasi yang jumlahnya cukup banyak dalam pelaksanaan
kekuasaannya. Termasuk dalam kekuasaan pengenaan sanksi adalah untuk
mengenakan denda, pembatasan dan pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin
usaha serta pembatalan persetujuan pendaftaran (Pasal 102 UU No 8 Tahun 1995)
Sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), OJK mempunyai kewenangan
seperti layaknya Polisi dalam melakukan pemeriksaan dan penyidikan, hal
tersebut ada pada Pasal 100 dan 101 UUPM.
Mengenai kewenangan polisionil Bapepam yang didelegasikan oleh OJK
sebagai PPNS diatur dalam Peraturan Pemerintah No.46/1995 Tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal. Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur
masalah-masalah mengenai tujuan pemeriksaan, norma dan pedoman umum
pemeriksaan serta bagaimana pemeriksaan dilakukan oleh PPNS. Dalam rangka
pelaksanaan kewenangan sebagai penyidik, OJK dapat dibantu oleh aparat
penegak
hukum
lainnya,
juga
dapat
melalukan
perintah
penangkapan
sebagaimana kewenangan yang dimiliki oleh pendahulunya yaitu Bapepam.
34
D. Lembaga – lembaga di Pasar Modal di Indonesia
Berikut merupakan Lembaga Penunjang pada Pasar Perdana : 4
a. Penjamin Emisi Efek (Underwriter)
Tugas penjamin efek antara lain adalah memberikan nasihat mengenai
jenis efek yang sebaiknya dikeluarkan, harga yang wajar dan jangka waktu
efek (obligasi dan sekuritas kredit), kemudian dalam mengajukan pernyataan
pendaftaran emisi efek, membantu menyelesaikan tugas adinistrasi yang
berhubungan dengan pengisian dokumen pernyataan pendaftaran emisi efek,
penyusunan prospektus merancang spesimen efek dan mendampingi emiten
selama proses evaluasi. Mengatur penyelenggaraan emisi (pendistribusian
efek dan menyiapkan sarana-sarana penunjang).
b. Akuntan Publik
Tugas akuntan publik antara lain adalah melakukan pemeriksaan atas
laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapatya, memeriksa
pembukuan apakah sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan ketentuan-ketentuan Bapepam,memberikan petunjuk pelaksanaan
cara-cara pembukuan yang baik apabila diperlukan.
c. Konsultan Hukum
Tugas konsultan hukum adalah meneliti aspek-aspek hukum emiten
dan memberikan pendapat dari sisi hukum tentang keadaan dan keabsahan
4
I Putu Gede Ari Suta, Menuju Pasar Modal Modern. (Yayasan SAD Satria Bakti, 2000), h.
211. Dan lihat pula Yulsafni. Hukum Pasar Modal……h. 58-67
35
usaha emiten, yang meliputi anggaran dasar, izin usaha, bukti kepemilikan
atas kekayaaan emiten, perikatan yang dilakukan oleh emiten dengan pihak
ketiga, serta gugatan dalam perkara perdata dan pidana.
d. Notaris
Notaris bertugas membuat berita acara RUPS, membuat konsep akta
perubahan anggaran dasar dan menyiapkan naskah perjanjian dalam rangka
emisi efek.
e. Agen Penjual
Agen penjual ini umumnya terdiri dari perusahaan pialang (broker/dealer)
yang bertugas melayani investor yang akan memesan efek, melaksanakan
pengembalian uang pesanan dan menyerahkan sertifikat efek kepada pemesan.
f. Perusahaan Penilai
Perusahaan penilai diperlukan apabila perusahaan emiten akan
melakukan penilaian kembali aktivanya. Penilaian tersebut dimaksudkan
untuk mengetahui beberapa beesarnya nilai wajar aktiva perusahaan sebagai
dasar dalam melakukan emisi melalui pasar modal.
Adapun lembaga penunjang dalam emisi obligasi. Dalam emisi
obligasi, disamping lembaga penunjang untuk emisi saham juga dikenal
lembaga sebagai berikut:
36
g. Wali Amanat (Trustee)
Tugas wali amanat adalah menganalisis kemampuan dan kredibilitas
emiten, melakukan penilaian terhadap sebagian atau seluruh harta kekayaan
emiten yang diterima olehnya sebagai jaminan, memberikan nasihat yang
diperhitungkan oleh emiten, melakukan pengawasan terhadap pelunasan
pinjaman pokok beserta bunganya yang harus dilakukan oleh emiten tepat
pada waktunya, membuat perjanjian perwaliamanatan dengan pihak emiten,
memanggil Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO), apabila diperlukan.
h. Penanggung (Guarantor)
Penanggung
bertanggungjawab
atas
dipenuhinya
pembayaran
pinjaman pokok obligasi beserta bunganya dari emiten kepada para
pemengang obligasi tepat pada waktunya, apabila emiten tidak memenuhi
kewajibannya.
i. Agen Pembayar (Paying Agent)
Agen pembayar bertugas membayar bunga obligasi yang biasanya
dilakukukan setiap dua kali setahun dan pelunasan pada saat obligasi telah
jatuh tempo. Selain dari pada itu dalam pasar modal juga terdapat lembaga
penunjang pasar sekunder yakni, merupakan lembaga yang menyediakan jasajasa dalam pelaksanaan transaksi jual beli di bursa. Lembaga penunjang
tersebut terdiri dari:
37
j. Pedagang Efek
Di samping melakukan jual beli efek untuk diri sendiri, pedangang
efek juga berfungsi untuk menciptakan pasar bagi efek tertentu dan menjaga
keseimbangan harga serta memelihara likuiditas efek dengan cara membeli
dan menjual efek tertentu di pasar sekunder.
k. Perantara Perdagangan Efek (Broker)
Broker bertugas menerima order jual dan beli investor untuk kemudian
ditawarkan dibursa efek, atas jasanya broker mengenakan fee kepada investor.
l. Perusahaan Efek
Perusahaan efek atau perusahaan sekuritas (securities company) dapat
menjalankan saru atau beberapa kegiatan, baik sebagai penjamin emisi efek
(underwriter) , peranraa pedagang efek, manajer investasi atau penasihat
investasi.
m. Biro Administrasi Efek
Yaitu pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten secara teratur
menyediakan jasa-jasa melaksanakan pembukuan, transfer dan pencatatan,
pembayaran dividen, pembagaian hak opsi, emisi sertifikat, atau laporan
tahunan untuk emiten.
n. Reksa Dana (Mutual Fund)
Reksadana merupakan perusahaan yang kegiatannya mengelola danadana investor yang pada umumnya diinvestasikan dalam bentuk instrumen
38
pasar modal atau pasar uang oleh manajer investasi. Atas dana yang dikelola
tersebut diterbitkan unit saham atau sertifikat sebagai bukti keikutsertaan
investor pada perusahaan reksadana.
E. Menganal Praktik Insider Trading
Menurut Black's Law Dictionary yang dimaksud dari Insider Trading
adalah Where private information is used to create more profit. Sometimes this is
considered a crime and punished. Refer to gun jumping.5 Adapun menurut Utpal
Bhattacharya dan Hazem Daouk dalam Journal of Finance, Vol. LVII, No. 1,
tahun 2002, Insider trading is the trading of a public company's stock or other
securities (such as bonds or stock options) by individuals with access to nonpublic information about the company. In various countries, trading based on
insider information is illegal.6
UUPM dianggap kurang mendukung perlindungan kepada investor, sebab
prinsip pengaturan UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal belum menganut
teori penyalahgunaan (misaproprition theory) maka ketika terjadi praktik-praktik
perdagangan orang dalam tidak efektif memberikan sanksi hukum kepada
keterlibatan orang dalam dalam insider trading
5
http://thelawdictionary.org/insider-trading/ Diakses pada 10 Desember 2014, pukul 20.29
6
Utpal Bhattacharya and Hazem Daouk. The World Price of Insider Trading. (Journal of
WIB.
Finance, Vol. LVII, No. 1. 2002)
39
BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP
PRAKTIK INSIDER TRADING PADA PASAR MODAL
DI INDONESIA BERDASARKAN UU NO 8 TAHUN 1995
A. Adanya Perdagangan Orang Dalam
Dari beberapa kejahatan yang dilakukan di bursa perdagangan oleh orang
dalam (insider trading) adalah yang paling terkenal. Hal ini mungkin karena
orang yang mengetahui informasi orang dalam dalam mempergunakannya dalam
perdagangan sering dianggap “jenius” dalam perdagangan (karena setiap transaksi
yang dilakukannya) membawa keuntungan besar).
Ditinjaun dari prespektif hukum Islam insider trading ini merupakan
haram, karena mengandung kebathilan, sebagaimana dalam firman Allah SWT
QS. An Nisaa ayat 29:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
39
40
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Larangan perdagangan oleh orang dalam sebagaimana dikatakan di atas,
pada dasarnya adalah agar informasi yang keluar dari perusahaan dapat sampai
kepada semua orang (pemodal) secara merata terlebih dahulu sehingga tidak ada
satu pihak pun yang diuntungkan, dengen mengingat bahwa informasi di bursa
merupakan komoditi penting yang membuat orang memutuskan melakukan atau
tidak melakukan investasi. Dengan demikian tidak seorang pun akan diuntungkan
terutama apabila yang bersangkutan mempunyai akses terhadap1 manajemen
perusahaan.
Larangan pedagangan oleh orang dalam ini mulai diintrodusir dengan
diberlakukannya Keputusan Menteri keuangan nomor 1548/KMK/013/1990
tentang Pasar Modal sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 284/KMK.010/1995, yang kemudian diperkuat dengan diberlakukannya
UUPM. Ketentuan mengenai perdagangan orang dalam ini ditentukan dalam
Pasal. 95-98 UUPM. Ketentuan selanjutnya dari UUPM ini (Pasal. 96-98)
memperluas jangkauan dari Pasal. 95 baik terhadap orang dalam yang
mendorong/mempengaruhi orang lain atau memberikan informasi orang dalam
kepada pihak lain (Pasal. 96), atau “orang luar” yang berusaha untuk memperoleh
1
Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa,
(Jurnal Hukum dan Pembangunan Edisi Januari-Juni 1998), h 57.
41
informasi orang dalam tersebut secara melawan hukum (Pasal. 97) serta juga
terhadap perusahaa efek/anggota bursa (Pasal. 98).
Bilamana ditemukan kecenderungan transaksi yang mencolok, seperti
kenaikan atau penurunann harga yang luar biasa, volume dan frekuensi
perdagangan yang “istimewa” (karena sebelumnya saham tersebut tidak aktif),
termasuk aktivitas transaksi Anggota Bursa yang luar biasa, maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut. Penelitian pertama yang dilakukan adalah dengan
melakukan
pengecekan
terhadap
semua
informasi
resmi
yang
telah
dipublikasikan, kemudian emiten juga dihubungi untuk memberikan konfirmasi
apakah yang bersangkutan telah memberikan informasi tertentu melalui media
massa atau memang ada keadaan/ kejadian yang telah terjadi atau akan dilakukan
tetapi masih dirahasiakan.2 Gejala-gejala3 di atas perlu diteliti lebih lanjut karena
biasanya mereka yang mempunyai informasi orang dalam akan melakukan
tindakan jual atau beli mendahului diumumkannya kejadian-kejadian penting
dalam perusahaan.4 Apabila tidak ditemukan cukup alasan yang menunjang
adanya indikasi transaksi yang tidak wajar dimaksud, maka penelitian berikutnya
2
Ibid, hal 60
3
Mereka yang mengetahui informasi orang dalam biasanya akan bertindak lebih dahulu,
misalnya kalau ada kenaikan pembagian deviden (dibandingkan tahun sebelumnya) atau
pengambilalihan (take over) emiten karena setelah pengumuman saham biasanya akan mengalami
kenaikan. Sebaliknya akan menjual kalau perusahaan akan mengeluarkan pengumuman yang dapat
mengakibatkan penurunan harga saham, misalnya pabaila ada kerugian dalam tahun buku yang
bersangkutan.
4
Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal ………. h. 60.
42
dilakukan dengan cara memeriksa data base anggota bursa 5 maupun emiten yang
bersangkutan yang berkaitan dengan kemungkinan hubungan afiliasi satu dengan
yang lainnya.
B. Informasi Materil yang Belum Disebutkan
Ketentuan tentang manipulasi harga dan “insider trading” kelihatannya juga
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya transaksi oleh perusahaan publik terhadap
efek sendiri.6
Rahasia berharga (informasi) ini dapat berupa apapun, antara lain seperti yang
dicantumkan dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-86/PM/1996, Informasi
atau Fakta Material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga Efek atau
keputusan investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut: a. Penggabungan
usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan; b.
Pemecahan saham atau pembagian dividen saham; c. Pendapatan dari dividen yang
luar biasa sifatnya; d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; e. Produk atau
penemuan baru yang berarti; f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan
penting dalam manajemen; g. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran
Efek yang bersifat utang; h. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara
terbatas yang material jumlahnya; i. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang
material; j. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting; k. Tuntutan hukum yang
5
6
Ibid, hal 61.
Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal ………. h .58
43
penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan; l.
Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain; m. Penggantian Akuntan
yang mengaudit perusahaan; n. Penggantian Wali Amanat; o. Perubahan tahun fiscal
perusahaan.
C. Melakukan Transaksi dimana dengan Informasi Meterial
Hal yang sangat menarik mengenai “perdagangan orang dalam”7 dalam
hukum
pasar
modal
kita
adalah
tidak
dicantumkannya
unsur
“mendapatkan/meperoleh keuntungan” dari transaksi dengan mempergunakan
informasi orang dalam.
Dengan demikian UUPM memang melarang sama sekali adanya unsur
“informasi orang dalam” ini dalam perdagangan efek di bursa kita tanpa melihat
apakah adanya informasi tersebut memberikan keuntungan atau tidak kepada si
pengguna informasi tersebut. Larangan perdagangan oleh orang dalam ini begitu
pentingnya bahkan punya pesan khusus kepada orang dalam dengan menyatakan
7
Maksud dari “orang dalam” dalam pasar modal yang dikenal di Indonesia hanya meliputi:
komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik;
pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik;
orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan usahanya
dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi
orang dalam; atau
d. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi Pihak sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, atau huruf c di atas.
Sebagai contoh penjelasan huruf d adalah Tuan A berhenti sebagai direktur pada tanggal 1 Januari.
Namun demikian Tuan A masih dianggap sebagai sebagai orang dalam sampai dengna tanggal 30 Juni
pada tahun yang bersangkutan.
a.
b.
c.
44
bahwa “orang dalam mempunyai kewajiban untuk berhati-hati
dalam
menyebarkan informasi agar informasi tidak disalahgunakan oleh pihak yang
menerima informasi tersebut untuk8 melakukan pembelian atau penjualan atas
efek. Menemukan adanya “insider trading” tidak mudah karena biasanya dengan
modus canggih dan kompleks,9 namun indikasi awal dapat dilakukan dengan cara
memantau perkembangan transaksi di Bursa.
D. Mendapatkan Keuntungan yang Tidak Layak
Pada pelaksanaan praktik Insider trading di bursa saham motif utama para
pelaku adalah mendapatkan keuntungan, namun keuntungan ini tidak dibenarkan
sebab diusahakan dengan cara yang tidak legal secara hukum maupun tidak etis
secara etika perdagangan bursa, hal seperti ini dikenal dengan Illicit profit,
definition is, Not permitted or allowed; prohibited; unlawful; as an illicit trade;
illicit intercourse.10 Adapun objek lainnya yang menjadi motif dalam pelaksanaan
insider trading ini menurut Doug Bandow a senior fellow at the Cato Institute
adalah The objective of insider trading laws is counter-intuitive: prevent people
from using and markets from adjusting to the most accurate and timely
information. The rules target “non-public” information, a legal, not economic
8
Hamud M. Balfas, Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan di Bursa,
(Jurnal Hukum dan Pembangunan), h. 60
9
M. Irsan Nasarudin, et.al. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. (Jakarta: Prenada Media,
2004), h. 270
10
West's Encyclopedia of American Law (The Gale Group, Inc. All rights reserved.
Copyright, edition 2. 2008)
45
concept. As a result, we are supposed to make today’s trades based on
yesterday’s information.
E. Kasus Insider Trading di Indonesia
Berikut merupakan contoh kasus lemahnya kekuatan UUPM untuk menjerat
praktik insider trading di Indonesia. Insider Trading pernah terjadi di Indonesia
pada tahun 2007 sebagaimana diberitakan Detik Finance oleh Wahyu Daniel detikfinance Selasa, 18/12/2007 10:52 WIB:
-
Duduk Perkara
:
“Kasus dugaan Insider Trading PGN menguak ke
permukaan pada Januari 2007 lalu. Dugaan muncul akibat penundaaan proyek
pipanisasi gas Sumsel-Jabar (SSWJ) yang tidak segera dilaporkan manajemen ke
publik. Harga saham pada 12 Januari 2007 terjungkal 23,32 persen menjadi Rp
7.400 per saham. Tidak dilaporkannya penundaan proyek tersebut diduga terkait
dengan kepentingan divestasi saham PGN 5,32 persen pada 15 Desember 2006
agar harga ketika divestasi tidak turun”.
-
Putusan Hukum
:
“Badan
Pengawas
Pasar
Modal
dan
Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) hanya memberikan sanksi administratif berupa denda
terhadap 9 orang karyawan dan mantan karyawan PT Perusahaan Gas Negara
(PGN) dalam kasus perdagangan saham PGN (Insider Trading). Ke-9 Orang itu
adalah mantan Dirut PGN WMP Simanjuntak didenda Rp 2,330 miliar, mantan
Sekretaris Perusahaan Widyatmiko Bapang sebesar Rp 25 juta, Adil Abas Rp 30
juta, Nursubagjo Prijono Rp 53 juta, Iwan Heriawan Rp 76 juta, Djoko Saputro
Rp 154 juta, Hari Pratoyo Rp 9 juta, Rosichin Rp 184 juta, dan Thohir Nur Ilhami
Rp 317 juta”
46
-
Analisa Hukum
: Menurut penulis sanksi hukum yang dijatuhkan kurang tepat,
sebab pada Pasal 104 UU No 8 1995 jelas bahwa perdagangan orang dalam selain
dikenakan denda dapat pula sekaligus dikenakan pidana penjara maksimal 10
tahun. Ini merupakan ketidaktegasan dalam implmentasi hukum, yang akibatnya
merugikan ribuan investor dan dapat menimbulkan uncondusife market.
F. Perbandingan Insider Trading di Berbagai Negara
Dunia bursa saham di seluruh dunia pada prinsipnya mengenal insider
trading ini dengan konsep yang sama, yakni melanggar prisip dari bursa efek
berdasarkan "Objectives and Principles of Securities Regulation" published by the
International Organization of Securities Commissions (IOSCO) in 1998 and
updated in 2003 states that the three objectives of good securities market
regulation are:
1. Investor protection,
2. Insuring that markets are fair, efficient and transparent, and
3. Reducing systemic risk.
Adapun perbandingan yang penulis hadirkan dalam skripsi ini mengenai
konsep hukum terhadap insider trading di beberapa Negara.
Negara pertama yang penulis bahas adalah Russia, Setelah satu dekade
perdebatan dan lobi-lobi untuk pembentukan undang-undang baru Rusia pada
insider trading dan manipulasi pasar akhirnya mulai berlaku tahun Januari 2011
lalu, yakni Federal Law No. 224-FZ “On Insider Trading and Countering Market
Manipulation and Amending Certain Russian Legal Acts” (the “Insider Trading
Law”) provides the legal framework for prosecuting illegal insider trading by
47
inter alia defining the term “inside information” and establishing liability for its
unlawful use.11
Negara kedua Amerika Serikat larangan insider trading English and
American common law prohibitions against fraud Pada tahun 1909, jauh sebelum
UU Bursa Efek disahkan, Mahkamah Agung Amerika Serikat memutuskan
bahwa direktur perusahaan, yang membeli saham perusahaan tersebut ketika ia
tahu itu akan melambungkan harga, melakukan penipuan dengan membeli tetapi
tidak mengungkapkan informasi dalam nya .
Bagian 15 dari Securities Act of 1933, terdapat larangan penipuan dalam
penjualan efek yang sangat diperkuat oleh Securities Exchange Act of 1934.
Bagian 16 (b) dari Securities Exchange Act of 1934 melarang keuntungan shortswing12 (dari setiap pembelian dan penjualan dalam jangka waktu enam bulan)
yang dibuat oleh direktur perusahaan, pejabat, atau pemegang saham yang
memiliki lebih dari 10% saham perusahaan. Menurut Pasal 10 (b) dari UndangUndang 1934, SEC Rule 10b-5, melarang penipuan terkait dengan perdagangan
11
http://www.bloomberg.com/news/2013-07-02/russia-claims-first-insider-trading-case-inunilever-s-kalina.html. Diakses pada 10 Desember 2014, pukul 22.00 WIB.
12
A Securities & Exchange Commission regulation that requires company insiders to return
any profits made from the purchase and sale of company stock if both transactions occur within a sixmonth period. A company insider, as determined by the rule, is any officer, director or holder of more
than 10% of the company's shares.
48
efek. The Insider Trading Sanctions Act of 1984 and the Insider Trading and
Securities Fraud Enforcement Act of 1988.13
Negara Ketiga adalah Inggris, perundangan yang menyangkut ketentuan
bursa efek adalah the Criminal Justice Act 1993, Part V, Schedule 1, and the
Financial Services and Markets Act 2000. Menurut organisasi independen Cato
visi dan misi peratruran diatas which defines an offence of Market Abuse. It is
also illegal to fail to trade based on inside information (whereas without the
inside information the trade would have taken place).
Dari beberapa Negara diatas jelaslah bahwa Undang-undang pasar modal
nomor 8 tahun 1995 yang saat ini masih dipakai di Indonesia sudah kurang
relevan dengan perkembangan dunia perpasar modalan masa kini dan pergerakan
yang masif dari kejahatan insider trading ataupun segala jenis frauds lainnya
khususnya dalam pasar modal. Terlihat pula bahwa pengaturan mengenai
karakteristik insider trading dalam UUPM belum memadai dan belum mampu
menjerat pelaku, karena adanya batasan-batasan dan kekurangan dalam
pengaturan yang terdapat dalam Pasal 95-98 UUPM, Ketentuan mengenai
larangan insider trading yang terdapat dalam UUPM belum dapat memberikan
perlindungan yang seutuhnya kepada para investor.
13
2011).
Thomsen LT. "Testimony Concerning Insider Trading". (SEC. Retrieved December 21,
49
G. Perlindungan Hukum Terhadap Investor Akibat Praktik Insider Trading
Penegakan hukum insider trading mencakup tiga hal, yaitu penegakan
secara administratif, perdata, dan pidana. Pada dasarnya UUPM telah meletakkan
landasan bagi penegakkan hukum sebagai bentuk perlindungan untuk setiap
pelanggaran terhadap kegiatan pasar modal, yakni Adanya sanksi administratif
(Pasal 102 UUPM), Sanksi Pidana (Pasal 103-110 UUPM), Tuntutan ganti
kerugian secara perdata (Pasal 111 UUPM).
UUPM dianggap kurang mendukung perlindungan kepada investor, sebab
prinsip pengaturan UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal belum menganut
teori penyalahgunaan (misaproprition theory) maka ketika terjadi praktik-praktik
perdagangan orang dalam tidak efektif memberikan sanksi hukum kepada
keterlibatan orang dalam dalam insider trading sebab UU No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal masih menganut teori hubungan kepercayaan (fiduciary duty
theory).
Teori
penyalahgunaan (misappropriation theory) mengatakan setiap
orang yang menggunakan inside information atau informasi yang belum tersedia
untuk publik melakukan perdagangan saham atas informasi tersebut dikategorikan
sebagai insider. Walaupun orang yang melakukan perdagangan itu tidak
mempunyai fiduciary duty dengan perusahaan.14
14
Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law………h. 264
50
Pasal 95 berbunyi : Orang dalam dan Emiten atau Perusahaan Publik yang
mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan
atas efek :
a. Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud ; dan
b. Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau Perusahaan
Publik yang bersangkutan.
Apabila Pasal 95 ini dicermati lebih mendalam lagi, maka masih terdapat
celah hukum yang dipakai oleh orang dalam (Insider), maupun orang luar yang
menerima informasi (Insider) untuk melakukan transaksi efek yang dilarang atau
Insider trading. Pasal 95 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 hanya
menjangkau orang dalam kapasitas Fiduciary duty theory, sehingga para pelaku
yang masuk dalam kategori Misappropriation theory hampir dapat dipastikan
akan terhindar dari pelaksanaan Pasal 104 Undang-Undang No 8 tahun 1995 yaitu
mengenai sanksi yang dapat dikenakan bagi pelaku Insider trading.15
H. Penyelesaian Hukum Tindakan Insider Trading di Pasar Modal
Kejahatan Insider trading diselesaikan dengan jalan melalui pengadilan,
dan tidak dapat diselesaikan dengan jalan Alternative dispute resolution. Dalam
pasal 104 UU No 8 Tahun 1995 jelas diutarakan bahwa kejahatan insider trading
15
Najib A. Gisymar, Insider trading……… h. 44.
51
hukumannya adalah denda maksimal 15 miliar rupiah dan maksimal penjara 10
tahun.
Tingkat kesulitan penegakan hukum insider trading sebagai salah satu
jenis White collar crime. Kenyataan menunjukkan bahwa kasus White collar
crime sampai ke pengadilan jauh lebih sulit daripada membawa kasus-kasus
konevnsional.16
Kesulitan ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: 17
a. Modus operandi dari white collar crime jauh lebih kompleks dibandingkan
dengan kejahatan konvensional.
b. Pelaku white collar crime jarang yang mempunyai riwayat hidup kriminil
seperti yang umumnya dimiliki oleh pelaku kejahatan konvensional,
c. Kerugian dari white collar crime tidak sejelas kerugian sebagai akibat dari
kejahatan konvensional. Dalam kejahatan konvensional kerugian jelas
(misalnya: terluka atau terbunuh).18
16
Munir Fuady, Pasar Modal………….h. 180
17
Ibid
18
Sere Intan A. Sinaga. Tinjauan Yuridis Terhadap Praktik Insider Trading di Indonesia.
(Pekanbaru, Riau: JOM Fakultas Hukum Volume I No. 2, 2014) h. 11
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Instrumen Pengaturan Pasar Modal di Indonesia
Berdasarkan Perundangan Pasar Modal di Indonesia yakni UU No. 8
Tahun 1995, terdapat visi dan misi bagi pengaturan dan pelaksanaan kegiatan
pasar modal di Indonesia, yakni, Bahwa tujuan pembangunan nasional adalah
terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD
1945, bahwa pasar modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan
nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana
investasi bagi masyarakat, bahwa agar pasar modal dapat berkembang dibutuhkan
adanya landasan hukum yang kukuh untuk lebih menjamin kepastian hukum
pihak-pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal serta melindungi
kepentingan masyarakat pemodal dari praktik yang merugikan, bahwa sejalan
dengan hasil-hasil yang dicapai pembangunan nasional serta dalam rangka
antisipasi atas globalisasi ekonomi, Undang-undang Nomor 52 Tahun 1952
Tentang penetapan “Undang-undang Darurat tentang Bursa”, dipandang sudah
tidak sesuai lagi dengan keadaan.
2. Sistem Pengwasan Pasar Modal di Indonesia
Salah satu bentuk pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan di pasar
modal adalah praktik Insider trading. Dalam pasar modal di Indonesia, praktik
52
53
insider trading tergolong salah satu pelanggaran yang paling sering dilakukan
oleh pihak-pihak yang terkait di dalam sejumlah skandal, apakah itu yang
melibatkan emiten swasta ataupun BUMN. Saat ini yang berwenang adalah OJK
karena kewenangan BAPEPAM telah pindah sepenuhnya ke OJK, Mulai 31
Desember 2012.
3. Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Insider Trading Pada Pasar
Modal di Indonesia Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1995
Terdapat kekuatan hukum yang lemah di UUPM terhadap penindakan praktik
orang dalam atau insider trading, sebagaimana yang kita lihat dan bandingkan di
beberapa Negara peraturan perundangan pasar modal terus direvisi, karena dinia
pasar modal amatlah dinamis dan kompleks. Berikut kelemahan dari UUPM dan
bahan yang bisa menjadi acuan pembelajaran untuk memperbaiki struktur hukum
pasar modal Indonesia;
-
Pengaturan mengenai karakteristik insider trading dalam UUPM belum
memadai dan belum mampu menjerat para pelaku, karena adanya tidak
jelasnya batasan-batasan insider trading yang terdapat dalam Pasal 95-98
UUPM.
-
Ketentuan mengenai larangan insider trading yang terdapat dalam UUPM
belum dapat memberikan perlindungan yang seutuhnya kepada para investor.
-
Tidak disebutkannya pihak-pihak luar emiten secara detail dan sesuai
perkembangan dunia pasar modal yang dapat menunjang praktik insider
54
trading ini, sehingga pihak-pihak luar tersebut sangat besar kemungkinan
melakukan praktik insider trading ini.
-
Didalam UUPM tidak memberikan “batasan” secara tegas mengenai insider
trading dan tidak disebutkan juga mengenai informasi yang semestinya
dibuka setelah disclosure.
B. Saran
1. Perubahan struktur hukum, substansi hukum, dan penegakan hukum Pasar
modal harus dirubah dan ditingkatkan kekredibelitasannya.
2. Diperlukan peraturan khusus mengenai perdagangan orang dalam baik berupa
PP baru maupun Peraturan OJK, sebagaimana Insider trading and Securities
Fraud Enforcement Act of 1988 di Amerika Serikat, yang penerapannya
cukup efektif.
3. Diperlukan pembaharuan Undang-undang Pasar Modal, karena melihat dunia
pasar modal yang sangat dinamis dan begitu kompleks.
4. Penegakan Hukum Pasar Modal Terhadap Insider Trading pada Pasar modal
di Indonesia:
-
Langkah-langkah OJK jika diketahui adanya Insider Trading.
-
Penindakan hokum bagi para oknum yang terlibat Insider Trading.
5. Perlu diadakan sosialisasi rutin secara komprehensif mengenai praktik insider
trading ini ke berbagai perusahaan, berbagai institusi atau lembaga terkait
dunia perpasar modalan, melalui seminar, dialog, dll.
55
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Edilius dan Sudarsono. Kamus Ekonomi Uang dan Bank. Jakarta: Rineka
Cipta. 1994
Fuady, Munir Pasar Modal Modern (Suatu Tinjauan Hukum). Bandung:
Citra Adtyia Bakti. 1996
Gisymar, Najib A. Insider Trading dalam Transaksi Efek. Bandung
Citra Aditya Bakti, Bandung. 1999
Hendy M. Fakhruddim. Go Public. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
2008
Hulwati, Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia Prespektif Hukum
Ekonomi Islam. Yogyakarta: UII Press. 2001
Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya. Aspek Hukum Pasar Modal
Indonesia, Jakarta, Kencana. 2004
Nasution, Bismar. Keterbukaan dalam Pasar Modal, cetakan pertama:
Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 2001
PPJM, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Syarifhidayatullah. Jakarta: UIN Syahid. 2012
Rahyani, Inda. Hukum Pasar Modal Indonesia, Univ. Yogyakarta : Atmajaya.
2002
Ratih S, Dyah. Saham dan Obligasi Ringkasan Teori dan Soal Jawab.
Yogyakarta: Universitas Atmajaya. 2002
Raywidjaja, I.G. Hukum Pasar Modal. Jakarta: Maspion. 2001
S, Alam. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Esis, Jilid 2. 2007
Suta, I Putu Gede Ari. Menuju Pasar Modal Modern. Yayasan SAD Satria
Bakti. 2000
55
56
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar Modal di Indonesia. Jakarta.
Sinar Grafika. 2013
Tunggal, Iman Sjahputra. Tanya-Jawab Aspek Hukum Pasar Modal di
Indonesia. Jakarta: Harvarindo. 2000
Widjaya, Gunawan dan Almira Prajna Ramaniya. Reksana Dana dan Peran
Serta Tanggung Jawab Manajer Investasi dalam Pasar Modal. Seri
Pengetahuan Pasar Modal, Prenada Media Group, Jakarta. 2006
Yulsafni. Hukum Pasar Modal, Bdan Penerbit Iblam, Jakarta. 2005
Peraturan Perundang-undangan :
Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK
Keputusan Menteri keuangan nomor 1548/KMK/013/1990 tentang Pasar
Modal, diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
284/KMK.010/1995
Peraturan Nomor X.K.1. IV-1. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal. Nomor KEP-86/PM/1996. Tentang Keterbukaan Informasi.
Sumber non-buku :
Balfas, Hamud M. Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan
di Bursa, Jurnal Hukum dan Pembangunan Edisi Januari-Juni. 1998
Balfas, Hamud M. Tindak Pidana Pasar Modal dan Pengawasa Perdagangan
di Bursa, Jurnal Hukum dan Pembangunan. 1999
Bhattacharya, Utpal and Hazem Daouk. The World Price of Insider Trading.
Journal of Finance, Vol. LVII, No. 1. 2002
Sinaga. Sere Intan A. Tinjauan Yuridis Terhadap Praktik Insider Trading di
Indonesia. (Pekanbaru, Riau: JOM Fakultas Hukum Volume I No. 2,
2014
57
Thomsen LT. "Testimony Concerning Insider Trading". SEC. Retrieved
December 21, 2011.
West's Encyclopedia of American Law, edition 2. The Gale Group, Inc. All
rights reserved. Copyright 2008.
Sumber Media Elektronik :
"cato.org". cato.org. Diakses pada 10 Desember 2014, pukul 22.03 WIB.
http://www.bloomberg.com/news/2013-07-02/russia-claims-first-insidertrading-case-in-unilever-s-kalina.html. Diakses pada 10 Desember
2014, pukul 22.00 WIB.
http://www.investopedia.com/terms/i/insidertrading.asp. Diakses pada 03
November 2014, pukul 18.20 WIB.
http://thelawdictionary.org/insider-trading/ Diakses pada 10 Desember 2014,
pukul 20.29 WIB.
http://www.tianmarketiva.com/sejarah-bursa-efek-indonesia. Diakses pada 10
Mei 2014, pukul 18.41 WIB.
http://riosidauruk.blogspot.com/2013/03/dari-bapepam-ke-ojk.html. Diakses
pada 16 Oktober 2014, pukul 15.47 WIB.
http://www.wallstcollege.com/5-investment-quotes-from-sir-john-templeton.
Diakses pada, Kamis 20 Januari 2015. Pukul 15.47 WIB.
Download