STUDI KEANEKARAGAMAN HEWAN TANAH (EPIFAUNA) DI PERKEBUNAN KUBIS (Brassica oleracea L) DENGAN SISTEM TERASERING DI CANGAR KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU Whimpy Faizal Isnan1*, Hawa Tuarita2, Agus Dharmawan3 1) Program Studi Biologi, Universitas Negeri Malang ABSTRAK Berdasar ukuran tubuhnya hewan-hewan tersebut dikelompokkan atas mikrofauna, mesofauna, dan makrofauna. Ukuran mikrofauna berkisar antara 20 sampai 200 mikron, mesofauna berkisar 200 mikron sampai dengan satu sentimeter, dan makrofauna lebih dari satu sentimeter. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Spesies hewan tanah (epifauna) apa saja yang ditemukan, Indeks keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan, Perbedaan keanekaragaman, Hubungan faktor abiotik (suhu, pH, dan kelembaban) terhadap kemerataan, keanekaragaman, dan kekayaan hewan tanah (epifauna) di Perkebunan Kubis (Brassica oleracea L). Teknik pengambilan sampel dilakukan sebanyak 10 kali ulangan berjarak 5 meter tiap zona dengan tiap ulangan terdiri dari 3 plot. Berdasarkan hasil perhitungan Anava tunggal menunjukkan Fperlakuan (2,662889) < Ftabel 5% (2,87, tiap zona memiliki sebaran yang merata. Kata Kunci: Keanakaragaman, Kemerataan, Kekayaan, Terasering PENDAHULUAN Kota Batu memiliki suatu daerah pertanian dan perkebunan yang terletak di daerah Cangar Kecamatan Bumiaji. Penggunaan lahan pertanian di daerah Cangar sebagian menggunakan sistem terasering. Berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Marga (1991), terasering adalah kondisi lereng yang dibuat bertangga-tangga yang dapat digunakan pada timbunan atau galian yang tinggi dan berfungsi untuk menambah stabilitas lereng, memudahkan dalam per -awatan,dapat digunakan untuk pemetaan, sedangkan berdasarkan Direktorat Perluasan Dan Pengelolaan Lahan (2011), terasering adalah bangunan konservasi tanah yang dibuat sejajar garis kontur yang dilengkapi saluran peresapan, saluran pembuangan air (SPA) serta tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai pengendali erosi. Tujuan dari terasering adalah mencegah degradasi lahan, erosi, banjir dan lain-lain. Daerah perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan miring merupakan daerah rawan terjadi gerakan tanah. Kelerengan dengan kemiringan lebih dari 20o memiliki potensi untuk bergerak atau longsor, namun tidak selalu lereng atau lahan yang miring punya potensi untuk longsor tergantung dari kondisi geologi yang bekerja pada lereng tersebut (Khadiyanto, 2010). Suatu lahan terasering yang memiliki tingkat kemiringan tertentu tidak lepas dari keberadaan hewan tanah. Hewan tanah seperti serangga, nematoda, keong, bekicot sangat penting peranannya dalam proses dekomposisi, sebelum proses dekomposisi lebih lanjut oleh mikroorganisme tanah (Hakim, 1986). Fauna tanah secara umum dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa hal, antara lain berdasarkan ukuran tubuh, kehadirannya di tanah, habitat yang di pilihnya, dan kegiatan makannya. Berdasar ukuran tubuhnya hewan-hewan tersebut dikelompokkan atas mikrofauna, mesofauna, dan makrofauna. Ukuran mikrofauna berkisar antara 20 sampai 200 mikron, mesofauna berkisar 200 mikron sampai dengan satu sentimeter, dan makrofauna lebih dari satu sentimeter. Berdasarkan kehadirannya, hewan tanah di bagi atas kelompok transien (hewan yang seluruh daur hidupnya berlangsung di tanah, misalnya Kumbang), temporer (golongan hewan yang memasuki tanah dengan tujuan bertelur, setelah menetas dan berkembang menjadi dewasa, hewan akan keluar dari tanah, misalnya Diptera), periodik (hewan yang seluruh daur hidupnya ada di dalam tanah, hanya sesekali hewan dewasa keluar dari tanah untuk mencari makanan dan setelah itu masuk kembali, misalnya Collembola dan Acarina), dan permanen (hewan yang seluruh hidupnya selalu di tanah dan tidak pernah keluar dari dalam tanah, misalnya Kumbang, Nematoda tanah dan Protozoa). Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting dalam perombakan zat atau bahan-bahan organik dengan cara : (1) Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah bagi aktifitas bakteri dan jamur, (2) Melakukan perombakan pada bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenis lignin, (3) Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus, (4) Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas, dan (5) Membentuk bahan organik dan bahan mineral tanah. Fauna Tanah Kelompok Makrofauna yang sering ditemukan pada lahan pertanian, yaitu Famili Isotomidae, Famili Entomobryidae, Famili Grillotalpidae, Famili Forficulidae, Famili Cucujidae, Famili Phalacridae, Famili Tenebrionidae, SubFamili Scarabaeidae, SubFamili Galerucinae, SubFamili Grillinae, Famili Lumbricidae. Tanaman kubis dapat hidup pada suhu udara 10-24 derajat C dengan suhu optimum 17 derajat C. Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kubis tahan dingin (minus 6-10 derajatC), tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak kecuali kubis berdaun kecil (<3> 9), merupakan racun bagi akar-akar tanaman. Tanaman kubis dapat tumbuh optimal pada ketinggian 200-2000 m dpl. Untuk varietas dataran tinggi, dapat tumbuh baik pada ketinggian 1000-2000 m dpl. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat eksploratif, penelitian ini dilakukan sebanyak 10 ulangan dengan masing-masing ulangan diletakkan 3 plot pada 4 zona / tingkatan. Rancangan penelitian ini menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) karena tempat penelitian tidak homogen. Pengumpulan Data : 1) Observasi, Dilakukan untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian yaitu daerah Perkebunan Kubis (Brassica oleracea L) dengan sistem terasering di Cangar Kecamatan Bumiaji Kota Batu; 2) Teknik Pengambilan Sampel, Ulangan dilakukan sebanyak 10 kali ulangan dengan panjang antara satu ulangan dengan ulangan yang lain berjarak 5 meter dengan masing-masing ulangan terdiri dari 3 plot di tiap zona; 3) Analisis Data, Indeks Keanekaragaman menurut Shannon-Wienner yaitu: H’ = -∑ pi ln pi Keterangan : Pi : n/N H’ : Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner n : cacah individu tiap jenis N : Total individu pada lokasi pengambilan sampel (Ludwig dan Reynolds, 1988;92). Setelah menghitung nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wienner, selanjutnya menghitung nilai indeks kemerataan (evenness) untuk mengetahui pembagian individu secara merata diantara spesies yang ada, digunakan rumus sebagai berikut: e = H’/ln S Keterangan : e : Evenness (Indeks kemerataan) S : Jumlah spesies (n1, n2, n3, .......), (Ludwig dan Reynold, 1988:93) Menghitung nilai kekayaan (richness) dengan menggunakan indeks richness yaitu: R = S-1/ln N Keterangan: R : Richness (Indeks kekayaan) S : Jumlah spesies (n1, n2, n3, .......) N : Total individu pada lokasi pengambilan sampel (Heddy, 1994) Analisis Varian Tunggal Anava digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh dari variabel bebas pada variabel terikat. Dari itu hipotesis yang muncul, yaitu H0: tidak ada pengaruh dan Hi: ada pengaruh. Variabel-variabel yang muncul, yaitu variabel bebas : Suhu, pH, Kelembaban tanah dan varabel terikat : keanekaragaman hewan tanah. Ulangan yang dilakukan, yaitu 10 ulangan dalam tiap zona. Gambar. Sketsa dan Cuplikan Zona (1, 2, 3, dan 4) pada Area Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitian yang dilakukan dan proses identifikasi, jenis spesies yang ditemukan, yaitu: Jenis Hewan Tanah yang di Temukan Tenebroides sp. Deskripsi Panjang: 6-11 mm, merupakan predator, ditemukan pada kayu-kayu yang membusuk Merinus laevis Habitat di bawah kulit kayu, ukuran 18-26 mm, merupakan predator. Scolopendra obscura merupakan hewan arthropoda yang tergolong dari kelas Chilopoda dan filum Myriapoda, ditemukan di bawah daundaun mati dan batu, Pseudaletia unipuncta Ukuran 1,5 inchi, memiliki warna kekuningan pada bagian ventral, bagian dorsal coklat kehijauan. Spodoptera litura F Disebut juga ulat Grayak/tentara, merupakan hama, terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Arachnida-berkaki panjang (Sumber: lampiran 4 gambar 10) Rentang kaki yang bisa mencapai 33 cm merupakan predator. Lumbricus terrestris spesies alami yang terbesar dari cacing tanah, biasanya mencapai 20-25 cm ketika dewasa, merupakan pengurai, sering ditemukan di lingkungan yng mengandung organik tinggi. Larva Kumbang moncong Saat menjadi imago sering menyerang sayuran. Latrodectus mactans Panjang betina dewasa sekitar1,5 cm (38mm) dan diameter 0,25cm (6,4mm), panjang jantan lebih kecil kurang sekitar 0,75cm, dan merupakan predator. Calasoma scrutator spesies kumbang tanah milik genus Calosoma dan subgenus Acalosoma, merupakan predator. Gryllus pennsylvanicus memiliki tubuh rata dan antena panjang, Jangkrik adalah omnivora. Neocurtilla hexadactyla memiliki kulit pelindung yang tebal yang hidup di dalam tanah, dengan sepasang tungkai depan termodifikasi berbentuk cangkul untuk menggali tanah, Anjing tanah memakan segala, meskipun pada dasarnya ia adalah karnivora, Hewan ini aktif pada malam hari (nokturnal). Larva Tipula sp tubuh idak teratur tsilinder. Aulocophora similis Oliver Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Larva Coleoptera - Eresus cinnaberinus Merupakan predator Larva Phyllophaga rugosa Memakan akar-akar tumbuhan, merupakan serangga yang sangat merusak. Entomobrya social Denis (Sumber: lampiran 4 gambar 22) Tidak memiliki tulang belakang, tergolong jenis Entomobrya. Larva Lepidoptera (Sumber: lampiran 4 gambar 23) - Limax Linne (molusca tanpa cangkang) Tubuh tidak bersegmen dan Simetri bilateral. Acalymma vittatum Pada dewasa memakan daun muda, dan larva dapat merusak akar, merupakan hama Tomocerus elongates Maynard Merupakan famili dari Entomobryidae, Mereka terutama adalah hewan malam dalam kebiasaannya. Camponatus spp Ukuran: besar – dari 6.4mm untuk pekerja sampai dengan 19.1mm untuk Ratu. Bersarang di pohon hidup dan mati. Forficula auricularia Adalah serangga omnovora dalam keluarga Forficulidae, dan dapat hidup di habitat lembab dan memiliki temperatur rata-rata pertumbuhan yang optimal 24oC Isotomurus tricolor Merupakan family dari Isotomidae, satu jenis yang umum yang terdapat di rawarawa maupun di tepi-tepi hutan, yang basah dan kadang-kadang pada kolamkolam air tawar. Oecophylla smaragdina F Merupakan predaor karna capit pada mulut nya merupakan tipe pemotong Cucujus clavipes Fabricus Spesies dari salah famili Cucujidae, Jenis dari famili ini memiliki panjang tubuh mencapai kira-kira 13mm. kebanyakan dari jenis famili ini adalah pemangsa tungau dan serangga-serangga yang kecil yang mereka temukan di bawah kulit kayu. Phyllotreta vittata berasal dari filum arthropoda, kelas insect, ordo Coleoptera dan termasuk dalam family Chrysomelidae, Panjang kumbang 2 mm. Telur diletakkan berkelompok pada kedalaman l-3 cm di tanah. Panjang larva 3-4 mm. Pupanya berada pada kedalaman tanah 5 cm. Daur hidupnya 3-4 minggu. Daun yang terserang Phyllotreta vittata berlubang-lubang kecil. Larvanya seringkali merusak bagian dasar tanaman dekat dengan permukaan, Phalacrus politus Melasheimen Kumbang yang tergolong dalam famili Phalacridae, merupakan kumbang yang cembung, mengkilat, bulat telur dan panjangnya 1-3mm. Achatina fulica tergolong dalam suku Achatinidae, Menurut habitatnya Bekicot dibedakan menjadi 1. Habitat di Kebun biasanya Spesies Helix sp, Achatina Sp 2. Habitat di Sawah biasanya Keong Mas Nilai Indeks Keanekaragaman, Kemerataan, dan Kekayaan dapat di sajikan dengan tabel dan grafik di bawah ini Keanekaragaman Kemerataan Kekayaan 0.460882 0.756886 0.944181 0.537428 0.178368 0.297017 0.353778 0.478895 3.688879 3.663562 3.7612 3.637586 Zona 1 2 3 4 Berdasarkan dari paparan diatas dan juga tabel nilai indeks dapat dilihat dari grafik batang yang ada dibawah ini. Perbedaan keanekaragaman pada zona 1, yaitu menyebar. Zona 2, yaitu menyebar. Zona 3, yaitu menyebar. Sedangkan zona 4, yaitu menyebar. Jadi dapat di simpulkan bahwa sebaran jenis-jenis hewan tanah di perkebunan kubis memiliki sebaran yang merata atau dapat dikatakan sebarannya menyebar dalam tiap zona/tingkatan. Karena jenis-jenis spesies hewan tanah ditemukan hampir pada tiap zona/tingkatan. Faktor abiotik dari temperatur kelembaban tanah memberikan efek membatasi pertumbuhan organisme apabila keadaan kelembaban ekstrim tinggi atau rendah, akan tetapi kelembaban memberikan efek lebih kritis terhadap organisme pada suhu yang ekstrim tinggi atau ekstrim rendah, selain itu kelembaban tanah juga sangat mempengaruhi nitrifikasi, kelembaban tinggi lebih baik bagi hewan tanah dari pada kelembaban rendah. Suhu seringkali sebagai faktor pembatas. Perubahan suhu terjadi seiring dengan perubahan intensitas penyinaran matahari. Secara tidak langsung perubahan suhu adalah mempercepat kehilangan lalu lintas air yang dapat menyebabkan organisme mati. Derajad keasaman (pH) tanah juga merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme baik flora maupun fauna tanah. pH tanah dapat menjadikan organisme mengalami kehidupan yang tidak sempurna atau bahkan akan mati pada kondisi pH yang terlalu asam atau terlalu basa. Agar flora maupun fauna dapat hidup dengan baik harus berada pada kisaran pH yang netral yaitu antara 6-8. Khusus pada hewan tanah, pH tanah mempunyai pengaruh tertentu yang mana pada suatu daerah yang mempunyai pH terlalu asam atau terlalu basa maka jarang sekali terdapat fauna tanah (Odum, 1993). Data yang telah didapat langsung dianalisis menggunakan uji statistika dengan metode uji Anava Tunggal dapat diketahui, sebagai berikut SK JK db KT F-hit F-tab 5% Perlakuan 15846,88 3 5282,292 2,662889 2,87 Galat 71412,1 36 1983,669 TOTAL 87258,98 39 Hasil perhitungan Anava tunggal menunjukkan Fperlakuan (2,662889) < Ftabel 5% (2,87). Hal ini menunjukkan bawa keempat zona tidak berbeda nyata, dengan kata lain keempat zona sama (spesies tersebar merata) sehingga tidak perlu dilanjutkan dengan uji BNT 5%. KESIMPULAN Spesies hewan tanah yang ditemukan pada Perkebunan Kubis (Brassica oleracea L) dengan sistem terasering di Cangar Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebanyak 30 spesies hewan tanah, yaitu Tenebroides sp., Merinus laevis, Scolopendra obscura, Pseudaletia unipuncta, Spodoptera litura F, Arachnida-berkaki panjang, Lumbricus terrestris., Larva Kumbang moncong, Latrodectus mactans, Calasoma scrutator, Gryllus pennsylvanicus, Neocurtilla hexadactyla, Larva Tipula sp., Aulocophora similis Oliver, Larva Coleoptera, Eresus cinna berinus, Larva Phyllophaga rugosa, Entomobrya social Denis, Larva Lepidoptera, Limax Linne, Acalymma vittatum, Tomocerus elongates Maynard, Camponatus spp, Forficula auricularia, Isotomurus tricolor, Oecophylla smaragdina F, Cucujus clavipes Fabricus, Phyllotreta vittata, Phalacrus politus Melasheimen, Achatina fulica. Indeks Nilai keanekaragaman, Kemerataan, dan Kekayaan dari tiap zona meliputi zona 1 memiliki nilai indeks keanekaragaman sebesar 0.460882; nilai indeks kemerataan sebesar 0.178368; nilai kekayaan sebesar 3.688879. Zona 2 memiliki nilai indeks keanekaragaman sebesar 0.756886; nilai indeks kemerataan sebesar 0.297017; nilai kekayaan sebesar 3.663562. Zona 3 memiliki nilai indeks keanekaragaman sebesar 0.944181; nilai indeks kemerataan sebesar 0.353778; nilai kekayaan sebesar 3.7612. Zona 4 memiliki nilai indeks keanekaragaman sebesar 0.537428; nilai indeks kemerataan sebesar 0.478895; nilai kekayaan sebesar 3.637586. Perbedaan Keanekaragaman hewan tanah pada perkebunan Kubis (Brassica oleracea L) dengan sistem terasering di Cangar Kecamatan Bumiaji Kota Batu, dilihat dari tiap zona dapat di simpulkan bahwa keempat zona tidak berbeda nyata, dengan kata lain tiap zona memiliki sebaran yang merata. SARAN Sebaiknya para petani membuat bangunan terasering dengan dilengkapi saluran peresapan, saluran pembuangan air (SPA) serta tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai pengendali erosi. Apabila dilihat dari keanekaragaman hewan tanahnya, Sistem terasering dapat dikatakan bagus apabila keberadaan jenis-jenis hewan tanah merata atau menyebar di tiap zona/tingkatan terasering, dan apabila keanekaragaman banyak ditemukan pada salah satu tingkatan saja berarti sistem terasering yang digunakan kurang bagus. DAFTAR RUJUKAN Anonim. 2009. Budidaya Kol/Kubis, (Online) (http://dimasadityaperdana.blogspot.com/2009/06/budidaya-kol-kubis.html, diakses tanggal 22 September 2012). Anonim a. 2011. Data Profil Kota Batu, (Online) (http://www.batukota.go.id/profil/ diakses tanggal 10 Oktober 2012). Anonim b. 2011. Laporan Ekotan . BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Sumatra Barat, (Online) (http://mukegile08.wordpress.com/2011/08/18/bab-ii-tinjauan-pustaka/, diakses tanggal 22 September 2012) Balai Informasi Pertanian Irian Jaya.1993.Budidaya Tanaman Kubis.Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 130/93 Borror, T.J. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Diterjemahkan Oleh Gadjah Mada University. Yokyakarta: Gadjah Mada University Press. Dao, R. 2005. Inclination Sensing With Thermal Accelerometers, (Online) (www.memsic.cn/ data/pdfs/an-00mx-007.pdf, diakses tanggal 31 Desember 2012) Direktorat Perluasan Dan Pengelolaan Lahan. 2011. Pedoman TeknisKonservasi Lahan Tahun. 2011PT-PSP. A3-2.2011. Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Bina Marga. 1991. Spesifikasi Penguatan TebingNO. 11 /S/BNKT/ 1991. Direktorat Pembinaan Jalan Kota Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Dika, Go Ban Hong, H. H. Bailley. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Penerbit Universitas Lampung. Heddy, S. 1994. Pengantar Ekologi. Jakarta: Rajawali Press. Hendayanto, E. Hairiah, K. 2009. Biologi Tanah. Yogyakarta: Pustaka Adipura. Khadiyanto, P. 2008. Gerakan Tanah (Longsoran). (Online) (http://parfikh.blogspot.com /2008/12/gerakan-tanah-longsoran.html, diakses tanggal 1 Januari 2013) Purnomo. 2012. Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986. Ludwig, J.E. 1988. Statistical Ecology. New York: A. Wiley Intersieal Publication. Odum, E. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press. Profil Kota Batu. Data tahun 2011. (Online, http://www.batukota.go.id/profil/ diakses tanggal 10 Oktober 2012). Rahmawaty. 2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan Wisata Alam Sibolangit. e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara. Pdf. Sugiyarto, dkk. Biodiversitas Hewan Permukaan Tanah Pada Berbagai Tegakan Hutan di Sekitar Goa Jepang, BKPH Nglerak, Lawu Utara, Kabupaten Karanganyar. ISSN: 1412-033X, Volume 3, Nomor 1 Januari 2002. Sugiyaarto. Tanpa tahun. Konservasi Makrofauna Tanah Dalam Sistem Agroforestri. Program Studi Biosains Pascasarjana UNS, Jurusan Biologi FMIPA UNS, Puslitbang Bioteknologi dan Biodiversitas LPPM UNS Surakarta. Suin, Nurdin Muhammad, Dr. 2003. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara Syarifah, Nova Nurmillah. 2012. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Ordo Coleoptera.(Online,http://repositori.upi.edu/operator/upload/s_bio_0706555_chapter 4.pdf). Universitas Indonesia Wenying, Yin. 2000. Pictorial Keys To Soil Animals Of China. Beijing: Science Press.