tinjauan pustaka

advertisement
 TINJAUAN PUSTAKA
Aleurodicus dispersus Russell (Hemiptera: Aleyrodidae)
Biologi dan Taksonomi
Kutukebul A. dispersus memiliki karakteristik yang sama dengan
A. dugesii. Telur berbentuk bulat panjang dengan berwarna kuning dan berukuran
0,2-0,3 mm. Imago betina memiliki fekunditas 51,80-64,06 telur. Biasanya telur
diletakkan di permukaan bawah daun. Setelah telur menetas berubah menjadi
nimfa. Nimfa terdiri dari 3 instar. Nimfa instar pertama memiliki tungkai untuk
bergerak mencari tempat penyerapan makanan yang sesuai dan menetap disana.
Pada fase ini, nimfa berbentuk bulat telur dan pipih. Pada fase instar kedua dan
ketiga selama masa perkembangannya haya melekat di daun karena nimfa
kutukebul tersebut tidak memiliki tungkai sehingga tidak dapat bergerak
walaupun kondisi lingkungan tidak mendukung di sekitar daerah penyerapan
makanan.
Stadia terakhir, kutukebul menghentikan aktivitas makannya dan
membentuk pupa sebelum menjadi imago. Pupa berwarna kuning, berbentuk
lonjong dengan ukuran panjang 1 mm dan lebar 0,75 mm serta diselimuti lilin
berwarna putih. Setelah melalui fase pupa, kutukebul menjadi imago. Imago
keluar dari kantung pupa melalui bagian yang paling lunak yaitu bagian belakang
dari kantung pupa. Total periode nimfa normalnya berkisar 12-14 hari dan fase
pupa sekitar 3-4 hari (Palaniswami et al. 1995)
Kutukebul A. dispersus aktif di pagi hari dan umumnya perkawinan terjadi
pada sore hari. Kutukebul ini memiliki inang sangat banyak dan adanya lapisan
liin yang menyelimuti tubuhnya sehingga sangat sulit dikendalikan. Kutukebul
A. dispersus digolongkan ke dalam ordo Hemiptera, subfamili Aleurodicinae,
family Aleyrodidae (Rusell 1965).
Kutukebul A. dispersus memiliki ciri morfologi seperti pupa berwarna
transparan dan tubuh dikelilingi oleh lilin. Subdorsum memiliki pori majemuk
penghasil lilin. Nimfa dan imago dapat ditemukan di bawah permukaan daun dan
hidup dalam berkelompok. Bentuk luar agak lonjong, terdapat empat pasang pori
4
pada bagian abdomen yang berukuran sama dengan diameter ± 25 µm (Gambar
1). Pori abdominal terdapat pada segmen III dan IV. Lingkaran dorsal dengan pola
pori berseptat pada wilayah submedian dan kebanyakan dari pori tersebut
berukuran agak besar dan tebal. Diskus dorsal dengan pori-pori septat yang jelas
terdapat di daerah submedian, sebagian besar dengan pori-pori rimmed yang luas
dan padat terdapat di daerah subdorsal.
1
2
3
4
0,5 mm
(a)
(b)
Gambar 1 Pupa A. dispersus (dorsal) dengan empat pasang pori pada bagian
abdomen (angka 1-4) (a), serangan A. dispersus pada tanaman pepaya
(b).
Parasitoid dan predator A. dispersus
Ditemukan dua parasitoid utama yang memarasit kutukebul A. dispersus
yaitu Encarsia haitiensis (Hymenoptera: Aphelinidae) dan E. quadeloupe
(Hymenoptera:
Aphelinidae)
serta
dua
spesies
predator
Cryptolaemus
montrouzieri (Coleoptera: Coccinellidae) dan Axinoscymnus puttarudriahi
(Coleoptera:
Coccinellidae)
(Mani
2010).
Parasitoid
E.
haitiensis
dan
E. quadeloupae terbukti sangat berguna dalam menekan kutukebul A. dispersus di
Kepulauan Pasifik, Afrika dan negara-negara Asia (Mani dan Krishnamoorthy
2002). Namun Aishwariya et al. (2007) menyatakan predator C. montrouzieri dan
Axinoscymnus puttarudriahi tidak menunjukkan hubungan yang signifikan
terhadap populasi kutukebul A. dispersus. Kedua predator tersebut juga tidak
mampu mencegah peledakan kutukebul di Indonesia pada tanaman jambu biji
5
(Kajita et al. 1991). Metzler & Laprade (1998) juga melaporkan ditemukan empat
spesies parasitoid yaitu E. noyesii, E. aluerodici, E. probo dan E. quadeloupe
yang memarasit kutukebul A. dispersus. Dilaporkan juga ditemukan predator
yang memangsa kutukebul A. dispersus yaitu Nephaspis sp. (Coleoptera:
Coccinellidae) dan Scymnus sp. (Coleoptera: Coccinellidae) (Metzler & Laprade
1998).
Mani (2010) melaporkan dalam pengamatannya di India bahwa terdapat
dua spesies parasitoid (Tabel 1) dan 45 spesies predator (Tabel 2) sebagai musuh
alami dari A. dispersus.
Encarsia haitiensis Dozier (Hymenoptera: Aphelinidae) berwarna kuning,
memiliki ukuran tubuh 0,57 mm dengan lebar 0,26 mm. Antena terdiri dari 8 ruas.
Sayap depan dan sayap belakang setaseus. Nimfa yang terparasitisasi berwarna
hitam dengan lama terparasitisasi sampai parasitoid menetas berkisar 17 hari.
Imago hidup selama 4-6 hari (Geetha 2000). Parasitoid E. haitiensis memarasit
A. dispersus pertama kalinya di Bangalore pada Januari 1998. E. haitiensis
dilaporkan memarasit A. dispersus mencapai 97% di Bangalore (Ramani 2000).
Encarsia quadeloupae Viggiani (Hymenoptera: Aphelinidae) berwarna
hitam. Periode pupa spesies ini hidup selama rata-rata 7,32 hari. Imago dapat
hidup selama 20 hari pada suhu 30 0C.
Cryptolaemus montrouzieri Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae). Mani &
Krishnamoorthy (1999) melaporkan bahwa masing-masing larva C. montrouzieri
instar I. II ,III, dan instar IV rata-rata mengkonsumsi jumlah nimfa A. dispersus
sebanyak 23,50, 47,85, 74,60, dan 149,80. Satu ekor larva C. montrouzieri dapat
mengkonsumsi 138-228 nimfa A. dispersus sepanjang periode perkembangannya
selama 16 hari.
Axinoscymnus puttarudriahi Kapur & Munshi (Coleoptera: Coccinellidae).
Telur menetas selama empat hari. Perkambangan periode larva selama 7-8 hari
sedangkan periode pupa selama 5-6 hari. Total siklus hidupnya mulai dari telur
sampai imago adalah 16-18 hari. Imago A. puttarudriahi dapat hidup selama 3147
hari.
Imago
perkembangannya.
betina
mampu
bertelur
51-134
telur
dalam
masa
6
Aleurodicus dugesii Cockerell (Hemiptera: Aleyrodidae)
Biologi dan Taksonomi
Kutukebul A. dugesii memiliki tipe metamorfosis paurometabola
(metamorfosis bertingkat). Secara umum, serangga pradewasa dengan tipe
metamorfosis ini disebut nimfa. Metamorfosis serangga ini dimulai dari telur,
berkembang menjadi nimfa, dan selanjutnya berkembang menjadi imago.
Telur dihasilkan oleh imago A. dugesii betina. Imago betina mampu
menghasilkan 150-300 telur selama hidupnya. Imago betina yang sudah dibuahi
oleh imago jantan akan menempelkan telurnya di permukaan daun dengan suatu
pengait yang disebut pedisel. Kutukebul A. dugesii bereproduksi secara seksual,
namun sesekali saja bersifat partenogenesis. Imago betina yang tidak dibuahi akan
menghasilkan keturunan jantan.
Sebelum telur menetas, calon nimfa kutukebul mendapatkan makanan dari
tanaman inangnya (Dreistadt et al. 2001). Nimfa instar pertama memiliki tungkai
untuk bergerak mencari tempat penyerapan makanan yang sesuai dan menetap
disana. Fase selanjutnya, nimfa kutukebul tersebut tidak memiliki tungkai
sehingga tidak dapat bergerak walaupun kondisi lingkungan tidak mendukung di
sekitar daerah penyerapan makanan. Stadia terakhir, kutukebul menghentikan
aktivitas makannya dan membentuk puparium sebelum menjadi imago. Setelah
melewati fase pupa, kutukebul menjadi imago.
Imago kutukebul A. dugesii memiliki ukuran tubuh 4-5 mm. Kutukebul
A. dugesii merupakan spesies kutukebul yang berukuran paling besar.
Dibandingkan dengan spesies lain, imago kutukebul Bemisia tabaci hanya
memiliki ukuran tubuh 1-2 mm dan A. dispersus berukuran 2-3 mm.
Kutukebul A. dugesii digolongkan ke dalam ordo Hemiptera, subordo
Sternorrhyncha, family Aleyrodidae, dan subfamily Aleurodicine. Kutukebul
spesies ini sangat unik. Selain memiliki ukuran tubuh yang panjang, kutukebul
A. dugesii memiliki ciri khas berupa adanya pola mosaik atau totol-totol hitam di
sayapnya yang berwarna abu-abu. Kutukebul A. dugesii meletakkan telur secara
melingkar (berbentuk spiral) mengikuti alur lilin yang dibentuk. Biasanya telur
diletakkan di bawah permukaan daun. Lilin tersebut dihasilkan oleh imago
7
A. dugesii betina, sedangkan imago jantan tidak menghasikan lilin (Botha et al.
2000). Menurut Aylsworth (1996), lilin dapat mencapai panjang lebih dari 10
inchi dalam kondisi rumah kaca, sedangkan di alam bebas lilin tersebut rusak
diterpa angin ataupun percikan hujan. Lilin diproduksi saat imago betina
meletakkan telur di tanaman inang. Imago betina mampu menghasilkan 150-300
telur selama hidupnya.
Kutukebul A. dugesii memiliki ciri morfologi berupa pupa berwarna
transparan dan banyak mengekskresikan lilin. A. dugesii banyak ditemukan di
bawah permukaan dalam berkelompok. Bentuk luar agak lonjong dan pada bagian
abdomen terdapat enam pasang pori dengan dua pasang pori yang tereduksi
(Gambar 2). Pori abdominal tersebut memiliki ukuran berdiameter 28 µm dan
terdapat pada segmen III dan VI. Lingkaran dorsal dengan dengan pola pori
berseptat terdapat pada wilayah submedian dan kebanyakan dari pori tersebut
berukuran tebal dan agak besar. Barisan pori pada wilayah submarginal tidak
terinterupsi oleh vasiform orifice. Dua pasang pori posterior tereduksi dan
berbentuk seperti lonceng (bell-shaped).
(b)
1
2
3
6
5
(a)
4
(c)
Gambar 2 Enam pasang pori pada bagian abdomen A. dugesii (angka 1-6) dengan
dua pasang pori tereduksi (angka 5&6) (a), lilin A. dugesii pada
tanaman kembang sepatu (b), telur A. dugesii diletakkan spiral (c).
8
Kerusakan kutukebul A. dispersus dan A. dugesii dapat dibedakan berupa
kerusakan langsung dan kerusakan tidak langsung. Kerusakan langsung
disebabkan oleh aktifitas makan fase nimfa dan imago yang menusuk menghisap
cairan daun sehingga mengakibatkan matinya jaringan daun. Penghisapan cairan
tanaman yang dilakukan oleh nimfa juga dapat menginduksi gangguan fisiologis
tanaman (physiological disorder) seperti tidak teraturnya waktu matang tanaman
tomat dan daun yang keperakan (silver leaf) pada tanaman famili Cucurbitaceae.
Kerusakan tidak langsung berupa ekskresi embun madu yang dijadikan media
bagi pertumbuhan embun jelaga. Embun jelaga sendiri menghambat proses
fotosintesis karena cahaya matahari terhalang oleh lapisan jelaga di permukaan
daun. Kerugian yang ditimbulkan berkisar 20-100% tergantung dari tanaman dan
musim serta hubungan antara serangga ini dengan faktor lain.
Parasitoid dan predator A. dugesii
Pada
tahun
1995,
di
Texas
ditemukan
spesies
parasitoid
Entedononecremnus krauteri (Hymenoptera: Eulophidae) memarasit kutukebul
A. dugesii (Garrison 2001, Zolnerowich 1996) dan ditemukan di California tahun
1997 (Nguyen & Hamon 2004). Selain itu, ditemukan dua spesies parasitoid yang
memarasit A. dugesii yaitu Encarsiella noyesii (Hymenoptera: Aphelinidae) dan
Idioporus affinis (Hymenoptera: Pteromalidae) (Hayat 1983, Lassale et al. 1997,
Garrison 2001, Dreistadt 2001, Myartseva 2002). Kedua spesies tersebut berasal
dari Guadalajara, Mexico. Eksplorasi sebelumnya tercatat bahwa sampai 80%
larva A. dugesii terparasitisasi oleh E. noyesii dan I. affinis (Garrison 2001).
Terdapat beberapa spesies predator dari A. dugesii yang ditemukan. Predator dari
A.
dugesii
yang
ditemukan
adalah
Delphastus
catalinae
(Coleoptera:
Coccinellidae). Pada tahun 1995, spesies Delphastus catalinae ditemukan
memangsa A. dugesii di California (Garrison 2001). Spesies lain yang dianggap
predator dari A. dugesii adalah Chrysopa (Neuroptera: Chrysopidae) and
Chrysoperla spp (Neuroptera: Chrysopidae), bahkan Harmonia axyridis
(Coleoptera: Coccinellidae) ditemukan memangsa A. dugesii juga (Dreistadt
2001).
9
Encarsiella noyesii Polaszek & Hayat (Hymenoptera: Aphelinidae)
termasuk ke dalam subordo Chalcidoidea. Peran spesies aphelinidae sangat
penting di dalam ekosistem sebagai musuh alami dari banyak inang dan telah
sukses digunakan sebagai agens pengendali biologi di Mexico dan di banyak
negara. Karakteristik genus Encarsiella memiliki delapan segmen antena baik
serangga jantan maupun betina. Segmen ketiga dari garis lintang di ujung antena
terdapat 2-4 seta. Terdiri dari mesoskutum dengan jumlah seta yang tidak tetap
tetapi selalu lebih dari enam (Myartseva et al. 2002).
Parasitoid E. noyesii memiliki ukuran tubuh imago sangat kecil, tidak
menyengat. Parasitoid ini meletakkan telurnya dengan cara memarasitsasi pupa
kutukebul A. dugesii. Sebelum menetas menjadi imago, parasitoid ini hidup dan
mendapatkan di dalam tubuh inangnya. Saat E. noyesii menetas akan
meninggalkan lubang pada bagian pupa yang terparasitisasi.
Idioporus affinis LaSalle & Polaszek (Hymenoptera: Pteromalidae)
memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil. Parasitoid ini berukuran 0,85-1,15 mm
(Lassale 1997). Cara memarasit I. affinis sama seperti E. noyesii. Parasitoid ini
meletakkan telurnya dengan cara memarasit pupa kutukebul A. dugesii. Sebelum
menetas menjadi imago, parasitoid ini hidup dan mendapatkan di dalam tubuh
inangnya. Saat E. noyesii menetas akan meninggalkan lubang pada bagian pupa
yang terparasit.
Parasitoid I. affinis betina memiliki ciri kepala yang berwarna coklat
gelap. Antena terdiri dari lima segmen dengan skapus dan pedisel yang panjang
dan tanpa anneli. Sedangkan ciri I. affinis jantan hampir mirip dengan I. affinis
betina. Antena tidak berkembang seperti imago betinanya. Antena imago jantan
memiliki skapus yang yang seluruhnya berwarna coklat kecuali pada bagian
ukungnya berwarna pucat. Pedisel berwarna coklat, flagelum berwarna kuning
sampai coklat terang. Koksa bagian depan berwarna coklat sedangkan koksa
bagian tengah dan belakang berwarna kuning. Femur depan berwarna, tibia
berwarna kuning, dan semua tarsi berwarna kuning sampai coklat terang.
Entedononecremnus krauteri Zolnerowich & Rose (Hymenoptera:
Eulophidae) termasuk ke dalam Superfamili Chalcidoidea. Spesies ini
10
merupakan parasit utama yang memarasit kutukebul, terutama spesies A.dugesii
dan spesies tersebut belum pernah dilaporkan menyerang inang kutukebul lainnya
(Zolnerowich & Rose 1996).
Imago betina E. krauteri berukuran 0,98-1,17 mm. Kepala dan tubuhnya
berwarna hitam. Pada antenna, skapus dan pedisel testaseus dengan ruas dan club
funikular berwarna kecoklatan. Koksa berwarna hitam dan trokanter coklat gelap.
Femur dan tibia berwarna hitam. Tarsi terdiri dari 4 ruas. Ruas 1-3 berwarna putih
sedangkan tarsi ruas ke-4 berwarna hitam. Sayap transparan sedangkan venasinya
berwarna kecoklatan.
Imago jantan berukuran lebih kecil dari betinanya yaitu 0,99-1,14 mm.
ukuran skapus 3,3-4,0 kali lebih panjang dengan sebuah celah ventral yang berisi
pori yang terbuka. Ruas funikular kedua sedikit lebih panjang sekitar 3 kali lebih
panjang dari ruas funikular pertama.
Delphastus catalinae (Horn) (Coleoptera: Coccinellidae) sering sekali
digunakan di rumah kaca umumnya untuk mengendalikan kutukebul Bemisia
tabaci. Predator ini sering ditemukan berasosiasi dengan populasi tinggi dari
beragam spesies kutukebul lainnya.
Ukuran imago sangat kecil yaitu 1,4 mm. Spesies ini berwarna coklat
gelap sampai kehitaman. Pada imago betina, kepala berwarna kuning kemerahan,
berwarna lebih terang dari kepala imago jantan. Telur berbentuk oval berwarna
kekuningan. Imago betina mampu bertelur 2-6 telur per hari dan dapat bertelur
lebih dari 300 telur dalam hidupnya selama 65 hari.betina harus makan 100-150
telur kutukebul per hari untuk dapat melanjutkan bertelur.
Chrysoperla sp. (Neuroptera: Chrysopidae) memiliki nama umum Green
Lacewing. Spesies ini termasuk ke dalam ordo Neuroptera, family Chrysopidae.
Imago berwarna hijau terang. Sayap berwarna transparan dengan banyak selaput.
Imago betina mampu menghasilkan telur 100-200 telur. Biasanya imago betina
meletakkan telur pada malam hari serta telur diletakkan di bagian permukaan
bawah daun.
11
Tabel 1 Musuh alami (parasitoid) dari A. dispersus (Mani 2010)
Musuh alami
Famili (Ordo)
Referensi
Aphelinidae (Hymenoptera)
Srinivasa et al. (1999);
Encarsia haitiensis
Dozier
Beevi et al. (1999);
(=Encarsia meritoria
Mani et al. (2001); Geetha
Gahan)
& Swamiappan (2001c)
Encarsia guadeloupae
Viggiani
Aphelinidae (Hymenoptera)
Mani et al.(2001);
Beevi et al.(2001)
Tabel 2 Musuh alami (predator) dari A. dispersus (Mani 2010)
Musuh alami
Famili (Ordo)
Referensi
Leptus sp.
Erythraeidae (Acarina)
Geetha&Swamiappan(2001c)
Axinoscymnus
puttarudiahi Kapur and
Munshi
Coccinellidae (Coleoptera)
Curinus coeruleus
Muls.
Horniolus sp.
Coccinellidae (Coleoptera)
Mani
&
Krishnamoorthy
(1999a,c)
Asia
Mariam
(1999);
Muralikrishna(1999)
Mani et al. ( 2001)
Coccinellidae (Coleoptera)
Anonim (2002)
Cheilomenes
sexmaculata(Fab.)
Coccinellidae (Coleoptera)
Cryptolaemus
montrouzieri Muls
Coccinellidae (Coleoptera)
Chilocorus nigrita
(Fab.)
Coccinellidae (Coleoptera)
Anegleis cardoni
(Wiese)
Coccinellidae (Coleoptera)
Anegleis perrotteti
(Muls.)
Jauravia dorsalis
(Wise.).
Coccinellidae (Coleoptera)
Palaniswami et al. (1995);
Mani
&
Krishnamoorthy
(1999a);
Asia
Mariam
(1999);
Muralikrishna(1999);
Geetha (2000)
Mani
&
Krishnamoorthy
(1999a);
Muralikrishna(1999);
Geetha (2000);
Mani
&
Krishnamoorthy
(1999b);
Geetha (2000);
Mani et al. (2001);
Asia Mariam(1999);
Geetha (2000);
Anonim (2002)
Coccinellidae (Coleoptera)
Anonim (2002)
12
Musuh alami
Famili (Ordo)
Referensi
Jauravia pallidula
Motseh.
Rodoloia breviuscula
Weise
Rodolia fumida Mulsant
Serangium
parcesetosum Sic
Nephus regularis Sic,
Scymnus sp.
Rodolia amabilis Kapur
Psedoscymnus sp.
Keiscymnus sp.
Scymnus coccivora
Ayyar
Scymnus latemaculatus
Motsch.
Scymnus posticalis Sic
Scymnus saciformis
Motsch.
Scymnus nubilus Muls.
Pseudaspidimerus
flaviceps(Walk.)
Pseudaspidimerus
trinotatus(Walk.)
Cybocephalus sp.
Coccinellidae (Coleoptera)
Anonim (2002)
Coccinellidae (Coleoptera)
Anonim (2002); Geetha (2000)
Coccinellidae (Coleoptera)
Coccinellidae (Coleoptera)
Anonim (2002); Geetha (2000)
Mani et al.(2000a); PDBC
(1999)
Anonim (2001)
Anonim (1999)
Anonim (2002)
Anonim (2000)
Anonim (2000)
Anonim (2002)
Mallada astur (Banks)
Chrysopidae (Neuroptera)
Apertochrysa sp.
Chrysopidae (Neuroptera)
Nobilinus sp.
Chrysopidae (Neuroptera)
Mallada boninensis
(Okomato)
Chrsoperla carnea
(Steph)
Symherobius barberi
(Banks)
Hemerobius sp.
Notiobiella viridinervis
Banks
Leucopis sp.
Chrysopidae (Neuroptera)
Coccinellidae (Coleoptera)
Coccinellidae (Coleoptera)
Coccinellidae (Coleoptera)
Coccinellidae (Coleoptera)
Coccinellidae (Coleoptera)
Coccinellidae (Coleoptera)
Coccinellidae (Coleoptera)
Coccinellidae (Coleoptera)
Coccinellidae (Coleoptera)
Anonim (2002);
Geetha (2000)
Anonim (2002)
Anonim (2002)
Coccinellidae (Coleoptera)
Coccinellidae (Coleoptera)
Anonim (1999)
Anonim (2002)
Coccinellidae (Coleoptera)
Anonim (2001)
Nitidulidae (Coleoptera)
Chrysopidae (Neuroptera)
Mani
&
Krishnamoorthy
(2001);
Muralikrishna (1999);
Geetha (2000)
Mani
&
Krishnamoorthy
(1977c);
Asia Mariam (1999);
Geetha (2000);
Mani
&
Krishnamoorthy
(1999a); Geetha et al . (1999)
Mani
&
Krishnamoorthy
(1999a);
Mani
&
Krishnamoorthy
(1999a);
Geetha et al. (2000)
Hemerobiidae (Neuroptera)
Paulson & Kumashiro (1985)
Hemerobiidae (Neuroptera)
Hemerobiidae (Neuroptera)
Mani et al. (2001)
Mani et al. (2001)
Chamaemyiidae (Diptera)
Anonim (2000)
13
Musuh alami
Famili (Ordo)
Referensi
Triommato
coccdivora
(Felt)
Acletoxenus indicus
Malloch
Spalgis epeus (West
wood)
Oecophylla smaragdina
(F)
Solenopsis geminata (F)
Oxopes sp.
House sparrow, Passer
domesticus (L)
Spider hunter
Archnothera
longirostris (Latham)
Pied bushchat Saxicola
caprata (L)
Tailor bird Orthotomus
sutorius
Cecidomiidae (Diptera)
Lycaenidae (Lepidoptera)
Mani
&
Krishamoorthy
(1999a)
Mani
&
Krishnamoorthy
(1999a)
Mani et al.(2001)
Formicidae (Hymenoptera)
Gopi et al. (2001)
Formicidae (Hymenoptera)
Oxypidae (Acari)
Aves
Gopi et al. (2001)
Geetha (2000)
Gopi et al. (2001)
Aves
Gopi et al. (2001)
Aves
Gopi et al. (2001)
Aves
Gopi et al. (2001)
Drosophilidae (Diptera)
Download