-KonferensiNasionalBahasadanSastraIII- MENAGIHWAJAHRAMAHINDONESIADALAMPERGAULANLINTASNEGARA (PembelajarandariSebuahCerpen) YohanesMarianoDangku MahasiswaPPsS3PBIUM2015;DosenSTKIPSt.PaulusRutengFloresNTT Suparno UniversitasNegeriMalang Abstract Literatureisaformoflanguageuse,akindofdiscourse.Asadiscourseitcanandshouldbeseenas adiscoursivepractice.BycriticaldiscoursestudyapproachwriteranalyzedSenoGumiraAjidarma’s MayatyangMengambangdiDanaushortstorytorevealemansipatoryandtransformativevoices.The studyaimedatlearningbyshortstory’svoicestomakeupfaceofIndonesiafacenearASEANEconomic Community(AEC).Metaphorically,faceofIndonesiaisasocialmodalforcompetingandcontestingin ASEANandtheworldmarket. Keyword:literatur,shortstory,criticaldiscourse. Pendahuluan Rasaamanadalahsalahsatuvariabelpenentupertumbuhanekonomidisetiapnegara. Sebab,rasaamanmerupakansalahsatumodalsosialuntukkeberlangsunganduniausahadan pemikatparacaloninvestor.Rasaamanmemengaruhidayapikatdandayasaingsatunegara padaerapersainganpasarbebas.Bertolakdaripemahamantersebutpenulismengangkattopik penegakanHAMsebagaipenciptaanrasaamandemipewajahanIndonesiayanglebihmemikat menyongsongMasyarakatEkonomiASEAN(MEA). Cita-cita terwujud dan tegaknya HAM yang secara metaforis disebut wajah ramah diungkapkan secara antitesis cerita pendek Mayat yang Mengambang di Danau karya Seno GumiraAjidarma.Secarapragmatisdimaknai bahwajika Indonesiahendakberwajahramah di hadapan bangsa-bangsa, maka Indonesia tidak boleh lagi memproduksi mayat yang mengambangdidanau,tidakbolehdilakukanlagipenghilangannyawatanpaproseshukum. Dibutuhkanemansipasiparakorbandantransformasipengelolaankon likdiIndonesia. Untuk menyingkap pesan-pesan tersebut, penulis menggunakan pendekatan studi wacana kritis perspektif kesadaran bahasa kritis Norman Fairclough (1995). Pendekatan ini mengarahkan deskripsi kualitatif penulis dalam studi ini untuk menyingkapkan pesanpesan emansipatoris dan transformatif pengarang serta menjelaskan relevansinya dalam menciptakanwajahramahIndonesiasebagaimodalsosialdalamberkompetisidiataspanggung MEAyangakandiwujudkandimasayangakandatang.Tersingkapnyapesan-pesantersebut mempertegas dan memaklumkan kontribusi kajian wacana kritis bahasa untuk mencermati danmentransformasikanjatidiribangsamenujuwajahIndonesiayangkompetitifdiASEAN danbahkandunia. KajianTeoretis 1. KaryaSastrasebagaiWacana RodneyH.Jonesmenyatakanbahwaterdapat3caramencermatiwacana,yaitulanguage beyond clause, satuan bahasa yang lebih besar dari klausa; language in use, bahasa dalam penggunaan;danlanguageandsocialpractice,yaitubahasasebagaisistemmaknadanbagian darisistemyang lebihluas melaluinya (wacana) orang mengonstruksiidentitasdan realitas sosial (2012: 45-48). Cara memandang wacana sebagai language and social practice lazim digunakanolehanaliswacanakritis,sepertiNormanFairclough,TeunA.vanDijk,danlain-lain. 351 -KonferensiNasionalBahasadanSastraIII- Selain penggunaan perspektif, wacana juga dapat dipahami berdasarkan genrenya. MengutipLongacre,DooleydanLevinson(2000:4)mengemukakandasarutamapenggolongan genrewacana,yaituorientasipelaku(agentorientation)danpergantiantemporalkontingen (contingenttemporalsuccession).Orientasipelakumenunjuktipewacanayangmereproduksi event or doing or act, peristiwa atau tindakan yang dikendalikan oleh pelaku, orang yang menampilkan suatu aksi, tindakan. Sementara, pergantian waktu yang mungkin terjadi (contingent temporal succession) mengacu pada kerangka kerja dalam mana hampir semua peristiwa atau tindakan bergantung pada peristiwa atau tindakan terdahulu. Dengan dasar tersebut Longacre menggolongkan genre wacana atas 4 tipe, yaitu naratif, prosedural, behavioral,danekspositoriatausepertiditampilkandalam. Tabel1. AgentOrientation ContingentTemporal Succession +/+ - + Narative Behavioral Procedural explicatory Berdasarkanpaparandiataskaryasastraadalahkaryawacana.Dalamperspektifstudi wacana kritis, karya sastra adalah hasil praktik sosial diskursif. Sebagai hasil praktik sosial diskursif, karya sastra adalah pemwacanaan isu-isu problematis sosial, politik, dan historis olehpengarangkedalamgenreyangdigunakannya.Isu-isuproblematistersebutdireproduksi pengarang dengan intensi, atensi, dan agenda tertentu. Sebaliknya, upaya pemahaman dan pemaknaan atas suatu karyasastra jugamerupakan praktik diskursif. Dengan formula yang lebihtegas,baikreproduksimaupuninterpretasiwacanamerupakanpraktik-praktikdiskursif. Memparafrasekankata-kataGeorfryHall(2005:20),praktikdiskursifadalahbagaimanawacana ditulis(menciptakanteks)danbagaimanawacanadibaca(menafsirkanteks).Dengandemikian, darisudutpengarangcerpenMayatyangMengambangdiDanauadalahhasilpraktikdiskursif pengarangSenoGumiraAjidarmaatasisuproblematisyangdikonstruksikannya.Sebaliknya, presentasiresepsikritisanalisatascerpenjugamerupakanpraktikdiskursif.Orientasidiskursif pengarangdananalismenentukankeduapraktiksalingmenga irmasiataumenegasi,bersetuju ataubertentangan. Secara generik, mengikuti Longacre, cerpen tergolong wacana sastra naratif. Sebagai wacana naratif cerpen ini dapat diinterpretasi secara kuat jika mempertimbangkan itur orientasi agen dan keberhubungan antarperistiwa atau antartindakan. Memakai kosa kata susastra, kememadaian interpretasi atas cerpen ini ditentukan selain oleh keandalan pendekatanjugapemahamanatasbangunaninternalkaryatersebut,khususnyapelaku(tokoh) beserta interelasi, interdependensi, dan bahkan oposisi antartokoh maupun keberhubungan dansalingpengaruhantaraperistiwaatautindakanyangmelibatkantokoh. 2. KesadaranBahasaKritis MenurutNormanFairclough,criticalbukansekadarlabelmelainkankarakteristikdengan itur distingtif yang tegas dalam studi bahasa dan praktik sosial. Seperti dinyatakan pada bagianterdahulubahwaNormanFaircloughtermasuksalahseorangsarjanayangmemandang wacana as language and social practice. Cara pandang tersebut merupakan cara pandang yang komprehensif tentang penggunaan bahasa. Sebab, wacana dipandang tidak sekadar sebagai wujud penggunaan bahasa yang bermakna secara sistemik melainkan juga sebagai praktikkonstruksiidentitasdanrealitassosialbaikreproduksimaupuninterpretasinya(Bdk. Eriyanto,2012:316-317). SalahsatucaraeksplanasiFaircloughyangringkas,tetapirepresentatiftentangkarakter kritis studi wacana kritis adalah distingsi dan kombinasi pemahaman segi lokal dan global 352 -KonferensiNasionalBahasadanSastraIII- wacana.Menurutnya,studiwacanadeskriptifterbataspadainterpretasilokal,yaituinterpretasi terhadapunit-unitlingualdanpemaknaannyasecaradiskursif.Sementaraunit-unittersebut berpotensididayagunakandanbahkan,disalahgunakanolehpemwacanauntukkepentingankepentingantertentu.Agarwacanadapatdimaknaisecaraglobal,analissecaraniscayamelacak jejak-jejakataumenangkappesan-pesandiskursifpemwacanatentangkeadaansosial,politik, danhistorisyangdirepresentasidalamwacana(Fairclough,1995:43). MenurutFairclough,ketidaksetaraanadalahdasarproblemsosialpolitikhistoris.Asumsi yangmendasaripandangantersebutadalahkehendakhidupsosialyangdemokratisdansetara. Ketidaksetaraanbukanhanyakeadaanketanpaan(withoutness)kesetaraanmelainkannegasi, penyangkalan,peniadaansecarasengajakeadaandemokratisdansetara.Untukitudibutuhkan kesadaranbahasakritis (criticallanguage awareness)agarsecarare leksifmemperjuangkan kesetaraandanmelawandominasidanmanipulasiyangberlanjutsecarare lekstanpakritik (Fairclough,1995:221).Kesadaranbahasakritismenyediakandanmengembangkankapasitas kritisanalisuntukmencermatibahasa(wacana),termasukkapasitasanalisisre leksifproses pewarisan nilai secara institusional, seperti sistem pendidikan, sekolah, dan ruang kelas. Dalam konteks studi ini, kesadaran bahasa kritis menyediakan kapasitas kritis bagi analis untukmenafsirkancerpenMayatyangMengambangdiDanauyangberpotensimembelajarkan pembacamanapununtukberempatidanmemproyeksikankehendakberbelarasa,membela, dan membebaskan pihak yang menderita karena ketidaksetaraan. Sebagaimana ditegaskan Fairclough,kerjakesadaranbahasakritisdapatmenuntunanalisisre leksifpraktikdominasi dan manipulasi yangimplisit atau eksplisit dalam transmisi danpembacaan(pembelajaran) wacanadanpelibatanpembacauntukberkontessecaradiskursifdanmengubahpraktik-praktik dominatifdanmanipulatif(Fairclough,1995:222). Pembahasan 1. Hasil Objek material studi ini adalah Cerpen Mayat yang Mengambang di Danau karya Seno Gumira Ajidarma1. Cerpen ini dinyatakan sebagai salah satu cerpen terbaik pilihan Kompas 2012dandimuatdalamantologicerpenLelakiPemanggulGoni(2013).Namun,untukstudi inipenulismenggunakannaskahyangdimuatdalamantologiSenjadanCintayangBerdarah (Ajidarma,2015) Bingkai besar cerita ini memang berpusat pada Barnabas, seorang pemburu ikan di danauSentaniPapua,tetapitemaceritaberpusatpadaKlemen,anaklaki-lakinya.Sebab,tokoh Klemensterlibatdalamkon likyangmembuatceritainidramatis,tragisdanmembuatmiris. Identititas Klemens disajikan pengarang sebagai mahasiswa putus sekolah Teologia yangpernahmengucapkan,1)“Homohominilupus....”(1);“Apalahartinyamemujalangit,tetapi membiarkan darah mengotori bumi....”(2); “Kampus tempat belajar agama pun diobrak-abrik tentara,”katanya,“benarkahsudahcukupkitahanyaberdoa?”(3). Klemen juga diceritakan pernah mengeluarkan pernyataan untuk merdeka walaupun ayahnya tidak mengerti pernyataan tersebut. Selain itu Barnabas pernah mendengar isi pesanpendekdaridankepadaKlemenstentangisupenembakan:datapenembakdankorban walaupundengankode-kodeyangsulitdimengerti. Pada bagian akhir cerita ditampilkan kejadian, yaitu pemburuan Barnabas berhasil menangkapikanyangtidakbiasa,yaitumayatKlemensyangmengambangdidanau.Pemburuan yangberakhirtragis.PatutditambahkanbahwamayatKlemensditemukandalamposisidiikat bendaraputihbirudanmulutnyadisumpaldengankainberwarnamerah.Studiiniberfokus padatuturandandeskripsidaridantentangKlemendalamnarasi. 1 Sebagian syering resepsi (lisan) penulis atas cerpen ini pernah dipresentasikan dalam diskusi bedah buku AntologiCerpenLelakiPemanggulGoni(2013)PetraBookClubdiRutengFloresNTT. 353 -KonferensiNasionalBahasadanSastraIII- 2. Pembahasan DitampilkannyatokohKlemensdalamcerpenbertujuanuntukmenciptakanjaraksemiotis bagipembaca.Dalamlingkupstudiwacanakritis,pilihantersebutdinamakandefamiliarisasi (penidakakraban),yaitupemosisianobjek(realitas)untukmenciptakanjarakobjektif(distance) demipenciptaandarisudutpengarangdanpemaknaansecarakritisdariposisianalis(Hall, 2005:15;Bdk.Santoso,2012:109).Dengandemikian,pemosisianKlemensdalamstudiinidapat dilihatdariduaposisi. PadaawalnyaperistiwaKlemensadalahnews,berita,tetapipenceritaanKlemensadalah view, pandangan, yang memunyai poin of view, memiliki angle tertentu. Menurut analis (penulis), itulahpraktik diskursif pengarang Seno GumiraAjidarma untukmenyalurkan dan menyiarkanpesan-pesanemansipatorisdantransformatifcerpenMayatyangMengambangdi Danau.Pengarangmengonstruksikembaliperitiwayangrealmenjadirealitas iksionaldengan pointofviewdanangleyangdigunakannya.Ceritaadalahpilihanpenulisuntukmengungkapkan faktamelalui iksi(vanLuxemburg,dkk.,1984:23).Diskursivitaspengataantentangfaktaini mempertegas pilihan politik berwacana pengarang. Hal itu dapat dipahami dalam konteks ketatnyakontrolpemberitaanisu-isuHAMdiIndonesiayangsampaisekarangmasihdianggap subversif.Dalamartiitu,pengarangtampilkanwacanatanding(counterdiscourse)tentangisu HAMdiPapuayangtidakdapatditemukandalamkanalmediamassakarenaketatnyakontrol. Jika masih dapat ditemukan, tetapi sudah dikonstruksi sedemikian untuk menyembunyikan faktasesungguhnya. Dari posisi analis, tuturan dan deskripsi dari dan tentang Klemens pertama-tama dapat dibaca bahwa Klemens adalah (eks) mahasiswa yang aktivis, pegiat dan penggiat memperjuangkan Papua Merdeka. Namun, pende inisian aktivis Papua merdeka merupakan penciutan, penyempitan, pengecilan gagasan besar Klemens, yaitu penataan kehidupan bernegaradanberbangsadiataslandasanetikapolitik. ArgumentersebutdapatdibuktikandenganpenggunaanjargonThomasHobbes,“Homo homini lupus, Manusia laksana serigala bagi manusia lain”. Naluri kebinatangan ini menjadi tantangan terwujudnya etika politik. Dengan kata lain, rumusan ini merupakan rumusan negatiftetapiberimplikasipositifdaricita-citaetishumanisme,yaitupahamdansikapyang memperjuangkan tegaknya martabat manusia dan nilai-nilai kemanusiaan universal sebagai doktrin mutlak etika politik. Dengan perspektif ini pembaca dan publik Indonesia ditagih kesadarankritisnyauntukmelihatKlemenssebagaisebagiandirinya(selfidentity),yangsamasama bersilakan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, sehingga menyikapi aspirasi Papua Merdeka dari Klemens, dkk. secara etis dan hukum kemanusiaan, bukan dengan bedil atau pistol. Argumenpenguatlainnyaadalahperspektifprofetisagamayangdiwakiliinstitusisekolah kependetaan. Menurut Fairclough (1995:228), institusi pendidikan dapat menjadi institusi pewaris dan pelestari ketidaksetaraan oleh pihak yang hendak memapankan dominasi, diskriminasi,danmanipulasi.Pernyataan-pernyataanKlemenstentangagamadaninstitusinya memantik kesadaran kritis kaum agamawan untuk memaksimalkan dan mengoptimalkan pembumian pesan-pesan profetik kitab suci menegakkan keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian. “Apalah artinya memuja langit, tetapi membiarkan darah mengotori bumi....”; “Kampustempatbelajaragamapundiobrak-abriktentara,”katanya,“benarkahsudahcukupkita hanyaberdoa?” Perlu ditambahkanjugabahwaisu atauaspirasiPapuaMerdekatidakcukupdipahami secarasemantissebagaikehendakdancita-citamerdeka,atausecarasempitsebagaiseparatis, melainkanjugadapatdimaknaisecarasemiotissebagaitanda-tandaketidakpuasanterhadap ketidaksetaraan.Ketidakpuasan karenaperlakuanyang berbias rasialisantara kaum Melayu 354 -KonferensiNasionalBahasadanSastraIII- dan Melanesia, yang hitam dan berambut keriting. Ketidakpuasan karena ketimpangan pembangunansepertijalantrans-Papuasampaikinibelumada,padahalhutandantambangdari PapuatelahberpuluhtahunberkontribusiuntukNKRI.Demikianjugajenis-jenisketidakpuasan lainyangpotensial. Penutup PelanggaranHAMmenciptakanwajahburukIndonesiadimatadunia.Penembakanaktivis yangmemperjuangkankeadilandanperdamaianmenyajikanwajahIndonesiayangantipatik. Sebaliknya, para korban menuai simpati dan empati. Kesadaran bahasa kritis menyediakan saranadanmengembangkankapasitasnalardannuraniuntukmencermatiproblemsosilpolitik historissecaralebihadil.DalamceritaKlemensadalahanakkandungbangsayangdikorbankan karenakejujurannyaberaspirasidankeberaniannyamemperjuangkanaspirasinya. Secara hukum mungkin dia bersalah, tetapi penembakan korban tanpa proses hukum bukan hanya bertentangan, tetapi menciptakan keraguan dan bahkan ketidakpercayaan terhadapjaminanhukumdiIndonesia.PolainihendaknyadiubahjikaIndonesiamauwajahnya asri dalam panggung pergaulan lintas negara. Justru pesan emansipatoris dan transformatif cerpeninimembelajarkanIndonesiauntukmenghentikanpelanggaranHAMdanpenguburan masalahHAMdemiterciptanyawajahIndonesiayangsemakinkompetitifdanberdayapikat menyongsongpemberlakuanMEA. DaftarPustaka Ajidarma,SenoGumira.2015.SenjadanCintayangBerdarah.Jakarta:KompasDivisiPenerbitan Dooley,RobertA.DanLevinsohn,StephenH..2000.AnalyzingDiscourse,AManualBasicConcepts. Dakota:SILInternationaldanUniversityofNorthDakota. Hall,Geoff.2005.LiteratureinLanguageEducation.NewYork:PalgraveMacmillan Jones,RodneyH..2012.DiscourseAnalysis,AResourceBookforStudents.NewYork:Routledge vanLuxemburg,Jan,Bal,MiekedanWeststeijn,WillemG..1984.PengantarIlmuSastra.Saduran DickHartoko.Jakarta:Gramedia. Santoso, Anang. 2012. Studi Bahasa Kritis: Menguak Bahasa Membongkar Kuasa. Bandung: CV.MandarMaju. 355