Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017 ANALISIS TINGKAT KETERAMPILAN GEOMETRI BERDASARKAN TAHAP BERPIKIR VAN HIELE DITINJAU DARI KECERDASAN SPASIAL TINGGI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG Mujib1,Puji Hayati2, Rany Widyastuti3 1 UIN Raden Intan, [email protected] 2 UIN Raden Intan, [email protected] 2 UIN Raden Intan Abstract The objective of this research was to describe level of geometry skill based on Van Hiele level of thinking in high spatial intelligence of students grade IX secondary school state 4 Bandar Lampung. This research was a qualitative research. The election sample technique was purposive sample and the aggregate data technique was(1) test method (2) interview methode toselected subjects. Analysis data technique was data reduction, data display, and conclusiondrawing/verification. Data validity was with time triangulation for selected subject. The conclusion of this research is the subject with high spatial intelligence has level of geometry skillbased on Van Hiele level of thinking was: visual skill level 2, verbal skill lever 2, drawing skill level 2, logical skill level 2, and applied skill level 1. Keywords: Geometry Skill, Spatial Intelligence, Van Hiele Level of Thinking Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat keterampilan geometri berdasarkan tahap berpikir Van Hiele ditinjau dari kecerdasan spasial tinggi siswa kelas IX SMP Negeri 4 Bandar Lampung. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Tekik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah (1) metode tes dan (2) metode wawancara yang dilakukan kepada subjek terpilih. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Validasi data dilakukan dengan triangulasi waktu untuk subjek tertentu.Hasil dari penelitian ini adalah subjek dengan kecerdasan spasial tinggi memiliki tingkat keterampilan geometri berdasarkan tahap berpikir Van Hiele sebagai berikut: keterampilan visual tingkat 2, keterampilan verbal tingkat 2, keterampilan menggambar tingkat 2, keterampulan logika tingkat 2, dan keterampilan terapan tingkat 1. Kata Kunci: Keterampilan Geometri, Kecerdasan Spasial, Tahap Berpikir Van Hiele PENDAHULUAN Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari 151 p-ISSN: 2579-941X e-ISSN: 2579-9444 maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD, bahkan sejak TK. Dari hasil survey TIMSS (Trends in Mathematics and Science Study) untuk siswa menengah atau SMP, yang dilaksanakan setiap 4 tahun sekali, Indonesia menempati peringkat yang kurang memuaskan. Pada partisipasi Indonesia pertama kali yaitu tahun 1999, nilai prestasi matematika Indonesia menempati 34 dari 38 negara. Tahun 2003 Indonesia berada pada posisi 35 dari 48 negara, tahun 2007 menempati posisi 36 dari 49 negara, tahun 2011 Indonesia menempati posisi 38 dari 42 negara, dan tahun 2015 Indonesia berada pada ranking 36 dari 49 negara. Domain yang diukur dalam TIMSS ada dua yaitu: domain isi dan domain kognitif, domain isi matematika terdiri dari : Bilangan, Aljabar, Geometri dan Peluang. Sedangkan domain kognitif yang diukur dari TIMSS adalah Pengetahuan, Penerapan dan Penalaran. Geometri merupakan materi yang paling dekat dalam kehidupan sehari-hari. Bangun geometri selalu dapat dikaitkan dalam benda sehari-hari. Geometri merupakan salah satu materi matematika yang memperoleh porsi cukup besar untuk dipelajari siswa di sekolah. Materi geometri di SMP yang harus dikuasai siswa sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar meliputi hubungan antar garis, sudut, segitiga, segiempat, teorema Pythagoras, lingkaran, bangun ruang sisi datar, kesebangunan dan kekongruenan, dan bangun ruang sisi lengkung. Pada kenyataan di lapangan, geometri menjadi materi pokok yang belum memuaskan penguasaannya. Menurut Puspendik siswa Indonesia menguasai soal-soal yang bersifat rutin, komputasi sederhana, serta mengukur pengetahuan akan fakta yang berkonteks keseharian. Siswa Indonesia perlu penguatan kemampuan mengintegrasikan informasi, menarik kesimpulan, serta menggeneralisir pengetahuan yang dimiliki ke hal-hal yang lain. Kesalahan konsep sering menjadi penyebab lemahnya penguasaan geometri. Di SMP Negeri 4 Bandar Lampung, geometri menempati peringkat terendah dalam Ujian Nasional SMP/MTs tahun 2016. Hal ini berdasarkan dari hasil perhitungan Pusat Pendidikan. Tabel 1. Persentase Penguasaan Materi Soal MatematikaUjian Nasional SMP/MTs Tahun Pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 4 Bandar Lampung No. Urut Kemampuan Yang Diuji Nilai Rata-Rata Geometri dan Pengukuran 75,50 1 Aljabar 80,43 2 Bilangan 81,58 3 Statistika dan Peluang 85,61 4 Sumber Data: Laporan Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2015/2016 Menurut Ruseffendi (dalam Nur’aini dkk), objek yang terkait langsung dengan aktifitas belajar matematika meliputi fakta, keterampilan, konsep, dan aturan/prinsip. Keempat objek langsung ini dapat dibedakan antara satu dengan lainnya secara jelas karena masing-masing objek langsung tersebut dapat didefinisi secara jelas.Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa di dalam belajar matematika tidak hanya konsep dan prinsip yang dibutuhkan, tetapi juga skill (keterampilan). Pada permasalahan geometri, keterampilan geometri siswa dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan belajar siswa. Keterampilan geometri yang dimaksud adalah keterampilan siswa dalam belajar geometri yang menurut Hoffer (dalam Nur’aini dkk) terdiri dari 5 keterampilan, yaitu: (1) keterampilan visual (visual skill), (2) keterampilan verbal (descriptive skill), (3) keterampilan menggambar (drawing skill), (4) keterampilan logika (logical skill), dan (5) keterampilan terapan (applied skill). Dalam menyelesaikan permasalahan siswa dituntut untuk memiliki keterampilan-keterampilan 152 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017 geometri tersebut. Tetapi kenyataannya dengan melihat bukti-bukti yang ada, keterampilan geometri siswa masih belum optimaldalam menyelesaikan permasalahan geometri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Van Hiele seseorang akan melalui lima tahap perkembangan berpikir dalam belajar geometri. Kelima tahap perkembangan berpikir Van Hiele yaitu: (1) Tingkat 0: Tingkat Visualisasi (Recognition), (2)Tingkat 1: Tingkat Analisis (Analysis), (3) Tingkat 2: Tingkat Abstraksi (Order), (4) Tingkat 3: Tingkat Deduksi Formal (Deduction), (5) Tingkat 4: Tingkat Rigor. Van Hiele adalah seorang pengajar matematika Belanda yang telah mengadakan penelitian di lapangan, melalui observasi dan tanya jawab, kemudian hasil penelitiannya ditulis dalam disertasinya pada tahun 1954. Penelitian yang dilakukan Van Hiele melahirkan beberapa kesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri.Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam mempelajari geometri. Di mana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah. Kecepatan perpindahan dari suatu tingkat ke tinggal selanjutnya lebih bergantung pada isi dan metode pembelajaran dari pada umur ataupun kematangan. Dengan demikian, guru harus menyediakan pengalaman belajar yang cocok dengan tahap berpikir siswa, sehingga kegiatan belajar peserta didik harus disesuaikan dengan tahap berpikirnya. Beberapa penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa siswa pada sekolah menengah awal baru sampai pada level 0 sampai 2 pada teori Van Hiele. Penelitian yang dilakukan Burger dan Shaughnessy (dalam Aisia dan Mega) menyatakan bahwa level berpikir siswa SMP pada belajar geometri tertinggi pada level 2 (deduksi Informal) dan sebagian besar pada level 0 (visualisasi). Pernyataan ini juga didukung oleh pendapat Van De Walle (dalam Aisia dan Mega) yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa SMP/MTs berada di antara level 0 (visualisasi) sampai level 2 (deduksi informal). Aisia U. Sofyana dan Mega T. Budiarto juga mengatakan bahwa untuk memberikan model dan media pembelajaran yang tepat bagi siswa mengenai profil keterampilan geometri siswa SMP dalam memecahkan masalah geometri berdasarkan perkembangan berpikir Van Hiele pada level 0, level 1, dan level 2. Hal serupa diungkapkan oleh Nur’aini bahwa siswa SMP baru sampai pada tingkat 0-2 pada teori Van Hiele. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa dalam tiap tingkat berpikir Van Hiele mempunyai karakteristik keterampilan geometri yang berbeda-beda. Siswa membutuhkan keterampilan-keterampilan geometri yang digunakan untuk memecahkan masalah geometri. Menurut Sri Rejeki kriteria tingkat keterampilan dasar geometri berdasarkan tingkat berpikir Van Hiele adalah sebagai berikut: Tabel 2. Indikator Keterampilan Geometri Berdasarkan Tahap Berpikir Van Hiele No Keterampilan yang Tahap Indikator Diamati Berpikir Visual Tingkat 0 Siswa dapat mengenal bentuk bangun tanpa 1 mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun. Tingkat 1 Siswa dapat mengelompokkan bangun berdasarkan sifat-sifat matematis yang sama dari beberapa bangun. Tingkat 2 Siswa dapat mengelompokkan bangun berdasarkan hubungan diantara beberapa bentuk bangun. 153 p-ISSN: 2579-941X e-ISSN: 2579-9444 No 2 Keterampilan yang Tahap Diamati Berpikir Verbal Tingkat 0 Tingkat 1 Tingkat 2 3 Menggambar Tingkat 0 Tingkat 1 Tingkat 2 4 Logika Tingkat 0 Tingkat 1 Tingkat 2 5 Terapan Tingkat 0 Tingkat 1 Tingkat 2 Indikator Siswa tidak dapat menyebutkan definisi bangun yang disediakan. Siswa hanya membentuk definisi yang berkaitan dengan deskripsi sifatsifat fisik dari bangun. Siswa dapat menyebutkan definisi sederhana dari bangun yang diberikan. Siswa dapat membentuk definisi dengan mendaftar semua sifat matematis dari bangun. Siswa dapat membuat definisi bangun dengan memperhatikan syarat yang diperlukan dari bangun. Siswa belum sepenuhnya bisa mengkonstruksi gambar bangun sesuai ciri-ciri atau sifat-sifat yang diberikan. Siswa sudah mampu mengkonstruksi bangun sesuai ciri-ciri atau sifat-sifat yang diberikan, tetapi tidak disertai keterangan. Siswa mampu mengkontruksi gambar bangun sesuai ciri-ciri atau sifat-sifat yang diberikan disertai tanda-tanda (keterangan) sebagai penjelas. Siswa tidak dapat menentukan persamaan dan perbedaan antara sifat-sifat matematis bangun. Siswa dapat menyebutkan persamaan dan perbedaan antara bangun berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun tersebut. Siswa sudah dapat menyebutkan persamaan dan perbedaan antara bangun berdasarkan sifat-sifat matematis yang perlu dari bangun. Siswa belum dapat menerapkan sifat-sifat matematis dari bangun untuk pemecahkan masalah. Siswa sudah dapat menghubungkan informasi yang diberikan dengan mengembangkan model geometri dan menggunakannya dalam pemecahan masalah walaupun belum sepenuhnya dapat diselesaikan. Siswa sudah dapat menghubungkan informasi yang diberikan dengan mengembangkan model geometri untuk menyelesaikan masalah dengan langkah penyelesaian yang tepat dan benar. Kemampuan keruangan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam profesionalisme pekerjaan seseorang. Selain itu, tahap berpikir siswa dalam pembelajaran geometri dapat dipengaruhi oleh kecerdasan majemuk (multiple intelegence), salah satunya 154 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017 adalah kecerdasan spasial. Kecerdasan spasial berguna untuk menggambarkan dan mencerna informasi dalam suatu permasalahan sehingga dapat menentukan jawaban akhir atau penyelesaian masalah.kecerdasan spasial adalah kecerdasan gambar atau kecerdasan pandang ruang yaitu kemampuan memahami bangun dalam tiga dimensi atau ruang secara tepat dan akurat. Mereka dapat mengenali objek walaupun dari sudut pandang yang berbeda. Dari hal-hal yang telah diuraikan di atas muncul pemikiran penulis untuk mengetahui tahaptahapberpikir siswa SMP dalam mengerjakan soal matematika khususnya di pokok bahasan geometri dengan melakukan penelitian berjudul “Analisis Tingkat Keterampilan Geometri Berdasarkan Tahap Berpikir Van Hiele Ditinjau dari Kecerdasan Spasial Tinggi Siswa Kelas IX SMP Negeri 4 Bandar Lampung” yang bertujuan untuk mendeskripsikantingkat keterampilan geometri berdasarkan tahap berpikir Van Hiele ditinjau dari kecerdasan spasial tinggi siswa kelas IX SMP Negeri 4 Bandar Lampung. METODE PENELITIAN Tempat yang dipilih untuk penelitian adalah SMP Negeri 4 Bandar Lampung kelas IX I tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 25 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek penelitian ditentukan dengan teknik purposive samplingPemilihan subjek dilakukan karena siswa tersebut telah mendapat pelajaran materi geometri bangun ruang sisi datar. Pemilihan subjek harus mempertimbangkan kecerdasan spasial siswa. Siswa yang telah dikategorikan dalam kecerdasan spasial tinggi, sedang, dan rendah kemudian diambil dua siswa pada kecerdasan spasial tinggi. Kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan pemikirannya baik secara lisan dan tertulis juga diperlukan. Jadi, pengambilan duasubjekselain dari hasil tes kecerdasan spasial juga mempertimbangkan saran dari guru matematika yang lebih mengerti kemampuan para siswanya. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu (1) metode tes dan (2) metode wawancara yang diberikan pada subjek yang telah dipilih. Tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah tes kecerdasan spasial. Tes kecerdasan spasial bertujuan untuk menentukan tingkat kecerdasan spasial siswa baik tinggi, sedang, ataupun rendah. Tes spasial ini ditujukan untuk menguji sejauh mana kemampuan seseorang memvisualisasi suatu benda dan membuat pengertiannya serta berpikir secara abstrak melalui benda atau simbol-simbol. Dalam tes ini secara umum dikelompokkan dalam beberapa model tes yang semuanya menggunakan simbol-simbol atau gambar. Berdasarkan hasil tes, dipilihlah dua subjek yang memiliki kecerdasan spasial tinggi. Wawancara pada penelitian ini adalah tugas berbasis wawancara. Setelah subjek melaksanakan tes tertulis geometri, subjek diwawancara untuk memperoleh informasi lebih dalam mengenai tahap berpikir siswa menurut teori Van Hiele.Teknik analisis data tiga bagien meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk mengetahui keabsahan suatu data diperlukam uji validitas. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi bebagai kegiatan. Karena yang dicari adalah katakata, maka tidak mustahil ada kata-kata yang keliru dan tidak sesuai antara yang dibicarakan dengan kenyataan yang sesungguhnya. Hal ini bisa dipengaruhi oleh kredibilitas informannya, waktu pengungkapan, kondisi yang dialami, dan sebagainya. Maka perlu melakukan triagulasi, yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu.Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah triagulasi waktu. Dengan triagulasi waktu, peneliti dapat mengecek kekonsistenan data, kedalaman dan ketepatan data. Uji keabsahan data dengan triagulasi waktu dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada waktu yang berbeda. 155 p-ISSN: 2579-941X e-ISSN: 2579-9444 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh dari tugas berbasis wawancara yang dilakukan sebanyak 4 kali terhadap 2 subjek,maka dapat ditampilkan hasil jawaban subjek sebagai berikut: 1) Hasil Tugas Berbasis Wawancara I a) Keterampilan Visual Soal nomor 1.a (jawaban ST1) (jawaban ST2) Berdasarkan lembar kerja subjek di atas terlihat bahwa subjek ST1dan ST2 mampu mengenal bentuk bangun dengan benar, mampu menentukan rusuk dan titik sudut serta mampu mengelompokkannya dengan benar. Subjek ST1 dan ST2 juga mampu mengelompokkan bangun ruang sisi datar yang termasuk prisma dengan benar disertai alasan pemilihannya. Karena pada subjek ST1 maupun ST2 pada keterampilan visual, mampu mengenal bentuk bangun, dan mampu mengelompokkan bangun berdasarkan sifat-sifat matematis dan hubungan di antara beberapa bangun, maka data dikatakan valid. b) Keterampilan Verbal Soal nomor 1.b (jawaban ST1) 156 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017 (jawaban ST2) Berdasarkan lembar kerja subjek di atas terlihat bahwa ST1dan ST2 mampu mendefinisikan bangun-bangun secara rinci dengan benar menurut sifatnya dan memperhatikan syarat yang perlu bagi bangun dengan benar. Karena pada subjek ST1 maupun ST2 pada keterampilan verbal,mampu membuat definisi bangun dengan memperhatikan syarat yang diperlukan dari bangun, maka data dikatakan valid. c) Keterampilan Menggambar Soal Nomor 3.a (jawaban ST2) (jawaban ST2) Berdasarkan lembar kerja subjek di atas tersebut terlihat bahwa bahwa ST1dan ST2 mampu membuat gambar bangun ruang dengan benar disertai keterangan serta dapat menunjukkannya dengan benar sesuai dengan soal yang diberikan. Karena pada subjek ST1 maupun ST2 pada keterampilan menggambar, mampu mengkontruksi gambar bangun sesuai ciri-ciri atau sifat-sifat yang diberikan disertai tanda-tanda (keterangan) sebagai penjelas, maka data dikatakan valid d) Keterampilan Logika Soal Nomor 2 (jawaban ST1) 157 p-ISSN: 2579-941X e-ISSN: 2579-9444 (jawaban ST2) Berdasarkan lembar kerja subjek di atas terlihat bahwa ST1dan ST2 mampu menentukan persamaan dan perbedaan prisma segitiga dan limas segitiga dengan menyebutkan sifat dengan benar dan memperhatikan syarat yang perlukan bagi bangun dengan benar. Karena pada subjek ST1 maupun ST2 pada keterampilan logika, mampu menyebutkan persamaan dan perbedaan antara bangun berdasarkan sifat-sifat matematis yang perlu dari bangun, maka data dikatakan valid. e) Keterampilan Terapan Soal nomor 3.b (jawaban ST1) (jawaban ST2) Berdasarkan lembar kerja subjek di atas terlihat bahwa subjek ST1 dan ST2 mampu mengetahui yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal dengan benar. ST1 dan ST2 mampu menggunakan rumus awal dengan benar namun tidak mampu menyelesaikan soal yang diberikan secara tuntas. Karena pada subjek ST1 maupun ST2 pada keterampilan terapan, sudah dapat menghubungkan informasi yang diberikan dengan mengembangkan model geometri dan menggunakannya dalam pemecahan masalah walaupun belum sepenuhnya dapat diselesaikan, maka data dikatakan valid. 2) Hasil Tugas Berbasis Wawancara II a) Keterampilan Visual 158 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017 Soal nomor 1.a (jawaban ST2) (jawaban ST2) Berdasarkan lembar kerja subjek di atas terlihat bahwa subjek ST1dan ST2 mampu mengenal bentuk bangun dengan benar, mampu menentukan rusuk dan titik sudut serta mampu mengelompokkannya dengan benar. Subjek ST1 juga mampu mengelompokkan bangun ruang sisi datar yang termasuk limas dengan benar disertai alasan pemilihannya. Karena pada subjek ST1 maupun ST2 pada keterampilan visual, mampu mengenal bentuk bangun, dan mampu mengelompokkan bangun berdasarkan sifat-sifat matematis dan hubungan di antara beberapa bangun, maka data dikatakan valid. b) Keterampilan Verbal Soal nomor 1.b (jawaban ST1) (jawaban ST2) Berdasarkan lembar kerja subjek di atas terlihat bahwa ST1dan ST2 mampu mendefinisikan bangun-bangun secara rinci dan benar menurut sifatnya dengan memperhatikan syarat yang perlu bagi bangun dengan benar. Karena pada subjek ST1 159 p-ISSN: 2579-941X e-ISSN: 2579-9444 maupun ST2 pada keterampilan verbal, mampu membuat definisi bangun dengan memperhatikan syarat yang diperlukan dari bangun, maka data dikatakan valid. c) Keterampilan Menggambar Soal Nomor 3.a (jawaban ST1) (jawaban ST2) Berdasarkan lembar kerja subjek di atasterlihat bahwa bahwa ST1dan ST2 mampu membuat gambar bangun ruang dengan benar disertai keterangan serta dapat menunjukkannya dengan benar sesuai dengan soal yang diberikanKarena pada subjek ST1 maupun ST2 pada keterampilan menggambar, mampu mengkontruksi gambar bangun sesuai ciri-ciri atau sifatsifat yang diberikan disertai tanda-tanda (keterangan) sebagai penjelas, maka data dikatakan valid. d) Keterampilan Logika Soal Nomor 2 (jawaban ST1) (jawaban ST2) Berdasarkan lembar kerja subjek di atasterlihat bahwa ST1dan ST2 mampu menentukan persamaan dan perbedaan prisma segiempat dan limas segiempat dengan menyebutkan sifat dengan benar dan memperhatikan syarat yang perlukan bagi bangun dengan benar. Karena pada subjek ST1 maupun ST2 pada keterampilan logika, mampu menyebutkan persamaan dan perbedaan antara bangun berdasarkan sifat-sifat matematis yang perlu dari bangun. 160 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017 e) Keterampilan Terapan Soal nomor 3.b (jawaban ST1) (jawaban ST2) Berdasarkan lembar kerja subjek di atas terlihat bahwa subjek ST1 dan ST2 mampu mengetahui yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal dengan benar. ST1 dan ST2 mampu menggunakan rumus awal dengan benar namun tidak mampu menyelesaikan soal yang diberikan secara tuntas. Karena pada subjek ST1 maupun ST2 pada keterampilan terapan, sudah dapat menghubungkan informasi yang diberikan dengan mengembangkan model geometri dan menggunakannya dalam pemecahan masalah walaupun belum sepenuhnya dapat diselesaikan, maka data dikatakan valid. Kesimpulan keterampilan geometri subjek ST1 dan ST2 berdasarkan tahap berpikir Van Hiele pada hasil tugas berbasisi wawancara di atas adalah memenuhi keterampilan geometri visual tingkat 2, keterampilan verbal tingkat 2, keterampilan menggambar tingkat2, keterampilan logika tingkat 2, dan keterampilan terapan tingkat 1. Berdasarkan pembahasan di atas, dalam mengelompokkan bangun yang termasuk prisma dan limas, subjek kecerdasan spasial tinggi mampu memberikan penjelasan mengenai alasan pemilihannya. Pada saat mendeskripsikan bagun ruang, subjek mampu mendeskripsikan dengan memperhatikan sifat dan syarat bagi setiap bangun. Kemudian saat menjawab persamaan dan perbedaan prisma segitiga dan limas segitiga maupun prisma segiempat dan limas segiempat subjek juga mampu memberikan alasan dengan memperhatikan syarat yang perlu bagi bangun tersebut. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Margareta dan Gatot yang menyatakan bahwa siswa dengan kecerdasan spasial tinggi dapat menangkap informasi melalui peta pikiran dan gambar-gambar yang menyatakan hubungan satu konsep dengan konsep lain, serta mampu membayangkan atau berimajinasi dan memvisualisasikan sesuatu dengan detail. 161 p-ISSN: 2579-941X e-ISSN: 2579-9444 Dalam membuat gambar, subjek dengan kecerdasan spasial mampu mengeluarkan ide-ide yang ada dalam dirinya untuk diterapkan dalam jawaban sesuai dengan soal yang diberikan. Subjek mampu membuat gambar dengan detail disertai dengan keterangan sesuai soal yang ada. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gardner Liang mengungkapkan bahwa seseorang dengan kecerdasan spasial tinggi mungkin memiliki potensi unik dalam produktifitas kreatif. Dengan kata lain, kecerdasan spasial yang tinggi mungkin menjadi petunjuk yang kuat untuk mengidentifikasi potensi kreatif yang tinggi. Pernyataan tersebut didukung oleh Margareta dan Gatot yang menyatakan bahwa siswa dengan kecerdasan spasial tinggi mampu membayangkan atau berimajinasi dan memvisualisasikan sesuatu dengan detail. Dalam memecahkan masalah, subjek dengan kecerdasan spasial tinggi mampu menyebutkan apa yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal. Subjek juga mampu menuliskan rumus dengan benar, namun tidak dapat memberikan jawaban secara tuntas. Hal tersebut telah dijelaskan oleh Tri Kusdarmanto dan Mega T. Budiarto yang menyatakan bahwa kecerdasan spasial memiliki karakteristik penyelesaian masalah dan pencarian pola. Pencarian pola yang kurang yaitu siswa tidak mampu menemukan pola dalam menyelesaikan soal geometri ruang. Sehingga penyelesaian masalah yang dimiliki juga kurang yaitu siswa hanya menyelesaikan sebagaian atau sebagian kecil soal geometri dengan benar. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: Subjek dengan kecerdasan spasial tinggi memiliki tingkat keterampilan geometri berdasarkan tahap berpikir Van Hiele sebagai berikut: keterampilan visual tingkat 2, keterampilan verbal tingkat 2, keterampilan menggambar tingkat 2, keterampulan logika tingkat 2, dan keterampilan terapan tingkat 1. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran dari peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi sekolah hendaknya memfasilitasi dan mendorong guru dalam mengembangkan potensi, untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan strategi pembelajaran yang mampu digunakan meskipun terdapatperbedaan kecerdasan, keterampilan, dan tingkat berpikir siswa. Hal ini sangat penting agar guru dapat mengeksplor kemampuan proses berpikir siswa. 2. Bagi guru hendaknya mengaplikasikan keterampilan-keterampilan geometri dalam pembelajaran geometri untuk melihat penguasaan siswa pada materi yang diajarkan.Guru dapat menyuguhkan materi sesuai dengan tahap berpikir Van Hiele agar siswa dapat memahami geometri mulai dariperkenalan dasar hingga kompleks. Guru juga dapat membantu siswa yang kesulitan berimajinasi dalam kecerdasan spasialnya dengan cara memberikan alat peraga atau software pendukung. 3. Bagi siswa hendaknya dapat memanfaatkan alat peraga di sekolah yang telah disediakan agar dapat memudahkan siswa dalam memahami bangun dari berbagai sisi. Siswa diharapkan aktif dalam diskusi kelompok maupun individu dalam berlatih mengerjakan soal-soal yang bervariasi sehingga dapat meningkatkan keterampilan yang dimilikinya. Selain itu, sesuai dengan tahap berpikir Van Hiele siswa hendaknya belajar dan berlatih soal geometri mulai dari konsep dasar hingga kompleks. 4. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut, dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai upaya meningkatkan keterampilan geometri siswa dan kecerdasan spasial siswa, yang dapat berupa metode mengajar ataupun produk yang memudahkan guru dalam mengajar. 162 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017 DAFTAR PUSTAKA Aisia U. Sofyana, M. T. (2013). Profil Keterampilan Geometri Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Level Perkembangan Berpikir Van Hiel. Jurnal Elektronik Matematika, Vol.2 No.1. , 3. Aisyah, N., & al., e. ( 2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. 4.1. Muhassanah, N., Sujadi, I., & Riyadi. (2014). Analisis Keterampilan Geometri Siswa dalam Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tingkat Berpikir Van Hiele. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol. 2 No. 1 , 54. Prabowo, A., & Ristiani, E. (2011). Rancang Bangun Instrumen Tes Kemampuan Keruangan Pengembangan Tes Kemampuan Keruangan Hubert Maier dan Identifikasi Penskoran Berdasar Teori Van Hielle. Jurnal Kreano, Vol. 2 No. 2. , 72. Psikolog, T. (2013). Try Out Lengkap Khusus Psikotes Gambar. Jogjakarta: Bukubiru. Rejeki, S. (2014). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Teori Van Hiele untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Geometri Siswa Kelas VII C SMP Al-Irsyad Surakarta pada Materi Segitiga. Skripsi UNS, Surakarta , 21-22. Satori, D., & Komariah, A. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. TIMSS and PIRLS. (2015). TIMSS Advanced 2015 Assessment Frameworks. tersedia di: http://timssandpirls.bc.edu/data-release-2011/pdf/Overview-TIMSS-and-PIRLS-2011Achievement.pdf pada 4 Desember 2016. 163