UNIVERSITAS INDONESIA GAMBARAN ST2 SEBELUM DAN

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN ST2 SEBELUM DAN SESUDAH PERAWATAN PADA
GAGAL JANTUNG NYHA III DAN IV
TESIS
dr. Neila Mona A.G. Mandey
0706312254
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK
JAKARTA
2013
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
ALAMAN JUDUL
UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN ST2 SEBELUM DAN SESUDAH PERAWATAN
PADA GAGAL JANTUNG NYHA III DAN IV
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Spesialis Patologi Klinik
DR. NEILA MONA A.G. MANDEY
0706312254
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK
JAKARTA
DESEMBER 2013
i
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat
kasih dan karunia-Nya maka tesis ini dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini untuk
memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Spesialis Patologi Klinik, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Saya menyadari selama masa pendidikan hingga penyusunan tesis ini
didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
setulus hati saya kepada:
a. Prof. dr. Suzanna Immanuel, SpPK(K), selaku guru sekaligus pembimbing
tesis yang telah banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaganya selama
pendidikan saya hingga saya dapat menyelesaikan tesis ini;
b. Prof. dr. Lukman H. Makmun, SpPD, KKV, KGer, selaku pembimbing tesis
dari bagian Kardiologi yang telah meluangkan waktu memberikan masukan
dan bimbingan selama penyusunan tesis ini
c. dr. Trevino A. Pakasi, Ms, PhD yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan konsultasi statistik hingga selesainya penelitian ini
d. Prof. dr. Marzuki Suryaatmadja, SpPK(K); Prof. dr. Rahajuningsih Dharma,
SpPK(K), DSc; dan dr. July Kumalawati, DMM, SpPK(K) selaku guru dan
penguji tesis ini yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan
selama pendidikan saya, untuk beberapa makalah dan yang terutama untuk
penelitian ini.
e. dr. Alida R Harahap, SpPK(K), PhD selaku guru dan ketua program studi; dr.
Yusra, SpPK, PhD selaku guru dan sekretaris program studi; serta
f. dr. Ninik Sukartini, DMM, SpPK(K), selaku guru dan kepala Departemen
Patologi Klinik FKUI/RSCM, yang telah memberikan masukan dan
bimbingan selama masa pendidikan;
g. Semua guru saya: Prof. dr. Riadi Wirawan, SpPK(K); Prof. Dr. dr. Rustadi
Sosrosumihardjo, DMM, MS, SpPK(K); dr Farida Oesman, SpPK(K); dr.
Dalima AW Astrawinata, SpPK(K), M Epid; dr Tonny Loho, DMM,
SpPK(K); Dr. dr. Diana Aulia, SpPK(K); Dr. dr. Ina S Timan, SpPK(K); dr
Fify Henrika, SpPK(K); dr. Dewi Wulandari, MSc, SpPK, dr. Astuti Giantini,
iv
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
SpPK, dan dr. Nuri Dyah I., SpPK yang telah mengajar, mendidik dan
membantu saya dalam studi;
h. Mami saya dan alm. Papi yang tiada hentinya memberi semangat, selalu
mendoakan
dan
mendukung
saya,
material
maupun
moral
untuk
menyelesaikan pendidikan ini;
i. Anak-anak saya, Leonardo A Jr Lawalata, SKed dan Kezia Eunike.D.V.
Lawalata yang telah kehilangan waktu bersama saya tapi senantiasa
memberikan semangat, kasih sayang, perhatian dan dukungan penuh dalam
setiap langkah saya;
j. Teman-teman seangkatan Mega, Evi, Cynthia, Astri, Azma, Phey yang telah
berbagi suka duka selama pendidikan. Juga teman-teman PPDS semua yang
telah membantu dan mendukung saya selama pendidikan.
k. Para analis dan karyawan Departemen Patologi Klinik FKUI/RSCM, yang
membantu saya selama pendidikan dan khususnya bu Odah analis imunologi
yang membantu penelitian ini.
l. PT. Tri Surya Medika sebagai distributor ST2, atas segala bantuan dan
kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat berlangsung.
Akhir kata, saya berharap Tuhan berkenan membalas semua kebaikan kalian
dan saya mohon maaf bila ada yang tidak berkenan. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 18 Desember 2013
Penulis
v
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Neila Mona A.G Mandey
Program Studi : Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik
Judul
: Gambaran ST2 sebelum dan sesudah perawatan pada gagal
jantung NYHA III dan IV
Gagal jantung telah menjadi masalah yang terus berkembang diseluruh
dunia dan menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi untuk
penyakit kardiovaskular. Klasifikasi New York Heart Association (NYHA)
digunakan sebagai pembagian fungsional untuk menentukan progresifisitas gagal
jantung berdasarkan derajat keterbatasan gejala.
Interleukin 1 (IL-1) memiliki anggota reseptor yaitu reseptor interleukin-1
(IL-1R) atau yang biasanya dikenal dengan nama interleukin-1 receptor like 1
(IL-1RL1) dan reseptor interleukin-18 (IL-18R). Tahun 1989 beberapa peneliti
berhasil mengidentifikasi salah satu reseptor dari IL-1 yaitu ST2. Kadar ST2 yang
tinggi di jantung menandakan bahwa pada pasien tersebut sedang berlangsung
proses kerusakan jantung atau sedang terjadi proses remodeling. Pada pasien
gagal jantung, kadar ST2 berkorelasi kuat dengan memberatnya penyakit dan
mortalitas. Peningkatan kadar ST2 sesuai keadaan hipertrofi jantung, fibrosis dan
disfungsi ventrikel.
Penelitian longitudinal pre post tes ini terdiri dari 23 orang pasien gagal
jantung klasifikasi NYHA III 70% dan IV 30%. Penderita laki-laki lebih banyak
dari perempuan (51.4% vs 48.6%). Median usia NYHA III 52 tahun dan rerata
usia NYHA IV 58 tahun. Penyebab gagal jantung terbanyak adalah CAD 52%
dan non CAD 48%. Kadar ST2 pada awal hari perawatan lebih tinggi bermakna
dibandingkan pada akhir hari perawatan 31.4 (14 – 129.2) ng/mL vs 18.4 (7.6 –
77.8) ng/mL, dengan p=0.001. Hasil ini menunjukkan dengan adanya perbaikan
klinis penderita, terjadi penurunan kadar ST2 yang bermakna. Kadar ST2
berkorelasi dengan usia dan lama perawatan, namun tidak berkorelasi dengan
jenis kelamin dan faktor penyebab gagal jantung.
Disimpulkan bahwa ST2 dapat digunakan sebagai petanda untuk
menentukan perbaikan klinis gagal jantung NYHA III & IV.
Kata kunci: ST2, Gagal jantung, NYHA III & IV.
vii
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
ABSTRACT
Name
: Neila Mona A.G. Mandey
Study Program : Clinical Pathologist
Title
: ST2 description before and after treatment of heart failure
NYHA III and IV
Heart failure has become a problem that continues to grow around the
world and causing high morbidity and mortality rate for cardiovascular disease.
Classification of New York Heart Association (NYHA) functional division is
used to determine progressivity of heart failure based on the degree of symptoms
limitation.
Interleukin 1 (IL-1) has family of receptors that are interleukin-1 receptor
(IL-1R) or commonly known as interleukin-1 receptor like 1 (IL-1RL1) and
interleukin-18 receptor (IL-18R). In 1989, some researchers had identified that
one of the IL-1 receptor was ST2. ST2 levels were high in patient that have
ongoing process of cardiac damage or remodelling process. In heart failure
patients, ST2 levels correlate strongly with disease and mortality. Increased ST2
levels was observed in circumstances such as cardiac hypertrophy, fibrosis and
ventricular dysfunction.
This longitudinal pre post test study consists of 23 heart failure patients
NYHA classification III (70%) and IV(30%) was conducted. There were more
male patients compare to female (51.4% vs 48.6%). Median age of NYHA III
was 52 years , and mean age of NYHA IV was 58 years. The main cause of heart
failure was CAD 52% and non-CAD 48%. ST2 levels in the early days of
treatment was significantly higher than at the end of treatment 31.4 (14 – 129.2)
ng/mL vs 18.4 (7.6 – 77.8) ng/mL, p=0.001. These results indicate that patients
with clinical improvement showed significant decrease in ST2 level. ST2 levels
correlated with age and length of care, but did not correlated with sex and cause of
heart failure.
It was conclude that ST2 can be used as a marker for assessment of
clinical improvement NYHA III & IV of heart failure.
Key words : ST2, Heart failure, NYHA III & IV.
viii
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………...………………
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………..…………………..
HALAMAN PENGESAHAN………….……………………………………
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH………..……………...
HALAMAN PERNYATAAN PESETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK….……………………....
ABSTRAK…………………………………………………………………..
ABSTRACT………………………………..……………………………..…
DAFTAR ISI………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL…………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN…………………………………..
i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
ix
xii
xiii
xiv
xv
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1
Latar belakang…………………………………….…………... 1
1.2
Masalah penelitian……………………………………………. 4
1.3
Hipotesis penelitian………………………………….………... 4
1.4
Tujuan penelitian…………………………………….………... 5
1.4.1 Tujuan umum…………………………………………..... 5
1.4.2 Tujuan khusus………………………………………..….. 5
1.5
Manfaat penelitian…………………………………………….. 5
1.5.1 Manfaat klinis………………………………………….... 5
1.5.2 Manfaat akademis……………………………………….. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………............
2.1
Gagal Jantung………………………………………………….
2.1.1 Definisi dan etiologi……………………………..............
2.1.2 Patofisiologi dan manifestasi klinik…….........................
2.1.3 Diagnosis gagal jantung………………………………….
2.2
ST2 (Stimulation expressed gene-2)…………………………...
2.2.1 ST2 sebagai prognostik………………………………….
2.2.2 Pemeriksaan ST2…………………………………………
2.3
Kerangka teori………………………………………………….
2.4
Kerangka konsep…………………………………………….....
6
6
6
6
8
12
13
15
17
18
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN…………………………………….. 19
3.1
Desain penelitian……………………………………………..... 19
3.2
Lokasi dan waktu penelitian……………………………….….. 19
ix
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
Populasi dan subyek penelitian………………………………...
Kriteria masukan…..…………………………………………...
Jumlah spesimen……..………………………………………...
Batasan operasional……..……………………………………...
3.6.1 Pasien gagal jantung…...………..……………….............
3.6.2 Usia..……………………………..……………………...
3.6.3 Jenis kelamin…………………………….………………
3.6.4 Faktor penyebab gagal jantung……………………...…
3.6.5 ST2…………………………………………………….....
Bahan penelitian…………………………………………….…
Cara kerja…………………………………………………..…..
3.8.1 Pengelolaan pasien………………………………………
3.8.2 Pengelolaan spesimen………………………………...…
Prinsip pemeriksaan ST2…………………………………...….
Pemeriksaan ST2…………………………………………….....
3.10.1 Alat dan reagen………………………………………...
3.10.2 Metoda pemeriksaan…………………………………...
Alur penelitian………………………………………………….
Pengolahan data…...……………………………………...........
19
19
20
20
20
21
21
21
21
22
22
22
23
23
24
24
26
27
27
BAB 4 HASIL PENELITIAN…………………………………………..….. 29
4.1
Kurva standar pemeriksaan ST2………………………………. 29
4.2
Uji ketelitian dan ketepatan……………………………………. 30
4.3
Demografi subyek penelitian………………………….............. 30
4.4
Perbedaan kadar ST2 pada
NYHA III dan
IV…………….……...........…………………………………… 33
4.5
Perbedaan kadar ST2 pada kelompok awal perawatan dan
akhir hari perawatan NYHA III dan IV………………....
34
4.6
Pengaruh usia, Jenis kelamin, penyebab gagal jantung dan
lama perawatan terhadap Δ sST2……………………………… 35
BAB 5 PEMBAHASAN.…………………………………………………… 37
5.1
Kekuatan dan keterbatasan penelitian………………….……... 37
5.2
Uji ketelitian dan ketepatan…………………………………… 37
5.3
Demografi dan karakteristik subyek penelitian..……………… 38
5.4
Perbedaan kadar ST2 pada kelompok awal hari perawatan dan
akhir hari perawatan…………………………………………… 40
5.5
Perbedaan kadar ST2 pada NYHA III dan IV………………… 40
5.6
Pengaruh usia, jenis kelamin, penyebab gagal jantung dan
lama perawatan subyek penelitian terhadap kadar ST2……….. 41
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….. 42
x
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
6.1
6.2
Kesimpulan……..……………………………………………... 42
Saran…………………………………………………………… 42
DAFTAR PUSTAKA……..………………………………………………... 43
LAMPIRAN…………………………………………………………............ 48
xi
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kapasitas fungsional
menurut New York Heart Association……………………………..
Tabel 2 Stadium perkembangan gagal jantung menurut American College
of Cardiologist / American Heart Association………………….…
Tabel 3 Kondisi penyimpanan dan stabilitas specimen ST2………………
Tabel 4 Isi kit Presage®ST2 Assay…………………………………...........
Tabel 5 Kadar referensi dan nilai serapannya menggunakan alat Microplate
reader Sunrise Tecan………………………………….
Tabel 6 Uji ketelitian Within run pemeriksaan kadar ST2…………………
Tabel 7 Subyek penelitian………………………………………………….
Tabel 8 Kadar ST2 subyek penelitian………………………………………
Tabel 9 Hubungan jenis kelamin dan penyebab gagal jantung terhadap
kadar ST2…………………………………………………………..
Tabel 10 Perbedaan Kadar ST2 pada awal & akhir hari perawatan
berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Diagnosis dan Lama
Perawatan………………………………………………………….
xii
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
9
10
17
25
29
30
32
35
36
39
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
Patofisiologi gagal jantung………………………………………
Algoritma diagnosis gagal jantung menurut European Society Of
cardiology……………………………………………………
ST2 sebagai Decoy Receptor……………………………………
Hubungan kadar ST2 dan NT-proBNP dengan mortality risk
pada gagal jantung akut………………………………………….
ST2 dan NT-proBNP prediksi risiko komplikasi gagal jantung
kronik…………………………………………………………….
Prinsip pemeriksaan ST2………………………………………..
Kurva standar ST2……………………………………………….
Proporsi penyebab gagal jantung seluruh subyek penelitian……
Penyebab gaagl jantung pada masing-masing kelompok NYHA.
Box plot kadar ST2 awal hari perawatan kelompok NYHA III &
IV…………………………………………………………………
Box plot awal perawatan dan akhir hari perawatan pada NYHA
III & IV…………………………………………………………..
Korelasi kadar ST2 terhadap Usia……………………………….
Korelasi kadar ST2 terhadap lama perawatan…………………..
xiii
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
8
11
13
15
15
24
29
33
33
34
35
37
38
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Karakteristik penelitian penderita gagal jantung………..……..
Kelompok subyek gagal jantung NYHA III & IV……………..
Kadar ST2 awal perawatan dan akhir hari perawatan…………
Keterangan lolos kaji etik………………………………………
Informasi penelitian…………………………………………….
Formulir persetujuan mengikuti penelitian……………………
xiv
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
49
50
51
52
53
54
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
Istilah/singkatan
ACC/AHA
AF
AHA
BNP
CAD
CV
Decoy receptor
DM
EDTA
Ejection Fraction
ESC
HT
IL-1
IL- 1 RL 1
IL - 33
IL – 18 R
IQR
KTP
LVEF
MBL
MONICA
Morbidity
Mortality
NT-pro BNP
NYHA
NYHA III
NYHA IV
PKJ
RAAS
Remodelling
R&D
RSUPN-CM
sST2
Streptavidin HRP
ST2
ST2L
TMB
Penjelasan / kepanjangan
American College of Cardiologist/American Heart
Association
Atrial fibrilasi
American Heart Association
B-type natriuretic peptide
Coronary Artery disease
Coefficient of Variation
Reseptor yang memblokir
Diabetes mellitus
Ethylene diamine tetra acetic acid
Fraksi pengosongan
European Society of Cardiology
Hipertensi
Interleukin – 1
Interleukin – 1 receptor like 1
Interleukin – 33
Reseptor Interleukin 18
Interquartil range
Kartu Tanda Penduduk
Left ventricular ejection fraction
Medical & Biological Laboratory
Multinational monitoring trends and determinations
in cardiovascular disease
Angka kesakitan
Angka kematian
Amino terminal-pro B-type natriuretic peptide
New York Heart Association
New York Heart Association klasifikasi III
New York Heart Association kaslifikasi IV
Penyakit katup jantung
Renin Angiotensin Aldosteron
Perubahan bentuk matriks
Rich and Diamond
Rumah
Sakit
Umum
Pusat
NasionalCiptomangunkusumo
soluble Stimulation expressed-gene 2
Streptavidin Horse Radish Peroxidase
Growth Stimulation Expressed-Gene 2
Transmembran
receptor
form
Stimulation
Expressed Gene 2
Tetra methyl benzidin
xv
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gagal jantung telah menjadi masalah yang terus berkembang diseluruh
dunia dan merupakan masalah utama kesehatan masyarakat serta menjadi
penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi untuk penyakit
kardiovaskular. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab tingginya jumlah
perawatan di rumah sakit dengan pembiayaan yang cukup besar.1,2 Penelitian
menyatakan bahwa angka kejadian gagal jantung meningkat sesuai dengan
pertambahan usia penderitanya. Di Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada)
dan Eropa, resiko orang terkena gagal jantung adalah 1 dari 5 individu dengan
usia rata-rata lebih dari 40 tahun.3,4 Angka harapan hidup untuk penderita gagal
jantung yang semakin tinggi disebabkan karena fasilitas sarana dan prasarana
kesehatan serta tatalaksana penderita yang semakin baik.4
Dengan semakin
majunya teknologi penatalaksanaan dan pengobatan penderita infark miokard akut
maka semakin meningkat juga angka survival pasien dengan disfungsi ventrikel
kiri yang selanjutnya masuk dalam keadaan gagal jantung kronis. Akibatnya
angka perawatan di rumah sakit karena gagal jantung dekompensasi juga ikut
meningkat.5-10
Secara umum angka perawatan gagal jantung diperkirakan lebih dari 23
juta penderita di seluruh dunia.8 American Heart Association (AHA) tahun 2009
menyatakan di Amerika terdapat 5,3 juta penderita gagal jantung dengan 550 ribu
kasus baru setiap tahunnya didiagnosis sebagai gagal jantung. Angka mortalitas
gagal jantung kongestif cukup tinggi mendekati 50% dalam 5 tahun setelah
didiagnosis gagal jantung.11-13 Indonesia belum memiliki pendataan prevalensi
gagal jantung nasional. Makmun L dari Rumah Sakit Umum Pusat dr.Cipto
Mangunkusumo (RSUPN-CM) Jakarta mencatat pada tahun 2006, dari total
11.711 pasien di ruang rawat inap dan rawat jalan terdapat 3,23 persen kasus
pasien gagal jantung.14 Rumah sakit jantung Harapan Kita menyebutkan dari 500
pasien rawat jalan, 65% diantaranya adalah pasien dengan gagal jantung.15 Studi
Framingham menunjukkan dari faktor usia terdapat peningkatan prevalensi gagal
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
2
jantung 0,8% untuk usia 50-59 tahun dan 2,3% untuk usia 60-69 tahun, dengan
median survival sesudah ditegakkan diagnosis gagal jantung hanya 1,7 tahun
untuk laki-laki dan 3,2 tahun untuk perempuan. Setelah didiagnosis sebagai gagal
jantung, 5 tahun kemudian hanya 25% pasien laki-laki dan 38% pasien perempuan
yang dapat bertahan hidup.9,16,17
Diagnosis gagal jantung ditetapkan berdasarkan anamnesis, gejala yang
ditimbulkan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan
laboratorium, foto
elektrokardiografi, ekokardiografi, dan kateterisasi jantung.
thorax,
Gejala dan tanda
yang paling sering terlihat pada penderita gagal jantung adalah sesak napas dan
kelelahan yang dapat membatasi aktifitas fisik, adanya retensi cairan hingga
terjadi kongesti pulmonal dan edema.2,5,7
Klasifikasi New York Heart Association (NYHA) digunakan sebagai
pembagian secara fungsional untuk menentukan progresifisitas gagal jantung
berdasarkan derajat keterbatasan gejala. Gagal jantung dibagi atas 4 kelas
fungsional tergantung gejala yang ditimbulkan, yaitu gejala
asimptomatis
digolongkan dalam kelas NYHA I, simptomatis dengan gejala ringan digolongkan
dalam kelas NYHA II, simtomatis dengan gejala berat (sesak, kelelahan, palpitasi,
nyeri dada saat aktivitas ringan) digolongkan kelas NYHA III dan simptomatis
dengan gejala yang lebih berat (gejala sesak, kelelahan, palpitasi, nyeri dada yang
timbul pada saat pasien istirahat) dikelompokkan pada kelas NYHA IV.3,13
Pedoman diagnosis dan penanganan gagal jantung oleh European Society
of Cardiology tahun 2001 memasukkan pemeriksaan BNP/NT-proBNP sebagai
salah satu kriteria untuk penetapan diagnosis gagal jantung.4 B- type natriuretic
peptide (BNP) termasuk dalam kelompok hormon natriuretic peptide, sekresinya
dirangsang oleh regangan dinding ventrikel dan kadarnya di dalam plasma sesuai
dengan keadaan gagal jantung. BNP memiliki prekursor yang disintesis di miosit
ventrikel dan dipecah oleh protease menjadi bentuk aktif BNP dan amino
terminal pro B-type natriuretic peptide (NT-proBNP).18-20 Kadar NT-proBNP
didarah setara dengan kadar BNP tetapi NT-proBNP waktu paruhnya lebih lama
(60-120 menit) dibanding bentuk aktif BNP (15-20 menit).19,20,21 Karakteristik
pasien mempengaruhi hasil pemeriksaan NT-proBNP dimana kadarnya lebih
tinggi pada pasien wanita dibandingkan pria dan kadarnya akan semakin tinggi
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
3
sejalan dengan pertambahan usia pasien. Kadar NT-proBNP juga dipengaruhi
oleh gangguan fungsi ginjal karena ginjal berperan dalam bersihan NT-proBNP.2225
Parameter pemeriksaan laboratorium untuk gagal jantung yang saat ini
sedang banyak diperbincangkan adalah pemeriksaan menggunakan
petanda
ST2.26 ST2 (growth Stimulation expressed gene 2) adalah protein yang merupakan
bagian dari keluarga reseptor interleukin-1 (IL-1) yang memiliki dua bentuk
isoform yaitu transmembran receptor form (ST2L) dan souble ST2 (ST2). Pada
keadaan gagal jantung, kadar ST2 akan meningkat dengan adanya stimulus
regangan kardiomiosit. Awalnya interleukin 33 yang berikatan dengan reseptor
ST2L akan melindungi otot jantung terhadap perubahan
hipertrofi ventrikel
kanan dan fibrosis otot jantung saat jantung mendapat tekanan yang berlebihan.
Interaksi antara ST2L dengan ligand IL-33 berpengaruh untuk terjadinya efek
kardioproteksi dengan menghambat proses remodeling, antihipertofi dan
antifibrotik pada penyakit kardiovaskular. Sebaliknya kadar ST2 yang tinggi di
sirkulasi menyebabkan terjadinya blokade efek antihipertrofi. Bila ST2L yang
berikatan dengan IL-33 jumlahnya sedikit maka efek kardioprotektif akan
menurun. Oleh karena itu ST2 juga disebut sebagai decoy receptor.26 Secara
klinis kadar ST2 dilaporkan meningkat signifikan setelah serangan infark miokard
akut, dan pada penderita gagal jantung kronik. Studi Rehman, Januzzi dkk 2008
menyatakan pasien dengan gejala klinis yang lebih berat pada klasifikasi
fungsional NYHA IV kadar ST2nya lebih tinggi dibanding klasifikasi fungsional
NYHA III dan NYHA II.26 Keunggulan petanda ST2 adalah pemeriksaan ini
tidak dipengaruhi oleh berbagai keadaan seperti
jenis kelamin, hipertrofi
ventrikel kiri, takikardia, overload ventrikel kanan, dan faktor-faktor yang berasal
dari luar jantung seperti hipoksemia, disfungsi ginjal, faktor risiko metabolik,
sirosis hepatis dengan asites dan sepsis.27
Penelitian Rehman, Figal dan Bayes-Genis menyatakan pentingnya ST2
sebagai prediktor kuat untuk menilai progresivitas dan prognosis gagal jantung.2628
Weinberg et al dalam penelitiannya menyatakan bahwa kadar ST2 disirkulasi
memiliki nilai yang kuat sebagai prediktor untuk progresivitas dan prognosis
gagal jantung. Tingginya kadar ST2 didalam sirkulasi berhubungan langsung
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
4
dengan peningkatan mortalitas dan terapi transplantasi pada pasien dengan gagal
jantung berat.29 Penelitian Mueller menunjukkan peran ST2 lebih unggul dari
pada pemeriksaan NT-proBNP sebagai petanda prognostik.30
Bhardwaj et al
menyatakan peranan penting ST2 bukan hanya sebagai indikator adanya
kerusakan otot jantung, tapi juga kadar ST2 akan mengalami perubahan seiring
dengan respon tubuh penderita terhadap pengobatan yang sedang diberikan.
Dengan membaiknya kondisi jantung penderita maka kadar ST2nya pun akan
menurun. Jadi petanda ST2 ini dapat juga digunakan untuk mengetahui prognosis
gagal jantung dan juga dapat digunakan sebagai monitoring untuk memantau
perbaikan gagal jantung pada penderita yang sedang menjalani pengobatan.31
Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian tersebut, maka akan dilakukan
penelitian untuk mengetahui peran ST2 dalam menentukan perbaikan klinis pada
pasien gagal jantung NYHA III dan IV setelah diberikan pengobatan.
1.2 MASALAH PENELITIAN
Tingginya angka mortalitas gagal jantung kongestif mendekati 50% dalam
waktu 5 tahun setelah di diagnosis. Diharapkan dengan adanya pemeriksaan
laboratorium yang baru yaitu ST2 dapat dijadikan pemantauan keberhasilan terapi
yang adekuat sehingga dimasa yang akan datang dapat diberikan terapi yang lebih
agresif pada gagal jantung dan diharapkan dapat membantu menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas.
Pemeriksaan menggunakan parameter ST2 ini baru diperkenalkan di
Indonesia.Karena itu ingin dilakukan penelitian, menilai kemampuan ST2 yang
dapat dipakai sebagai petanda untuk menentukan perbaikan klinis gagal jantung
NYHA III dan kelas NYHA IV.
1.3 HIPOTESIS PENELITIAN
Penurunan kadar ST2 pada akhir hari perawatan menunjukkan perbaikan
klinis pada pasien gagal jantung NYHA III dan IV.
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
5
1.4 TUJUAN PENELITIAN
1.4.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ST2 dapat berperan sebagai petanda perbaikan
klinis pada pasien gagal jantung NYHA III danIV.
1.4.2
Tujuan Khusus
1. Mendapatkan kadar ST2 pada waktu awal perawatan dan hari terakhir
perawatan di rumah sakit pada penderita gagal jantung NYHA III dan
IV.
2. Membandingkan kadar ST2 pada waktu awal perawatan di rumah sakit
dan hari terakhir perawatan di rumah sakit pada penderita gagal
jantung NYHA III dan IV.
3. Mengetahui pengaruh antara usia, jenis kelamin, penyebab gagal
jantung dan lama perawatan terhadap perubahan kadar ST2 awal
perawatan dengan ST2 akhir perawatan (Δ ST2).
1.5 MANFAAT PENELITIAN
1.5.1 Manfaat klinis
Dengan diketahuinya peran ST2 dalam menentukan perbaikan klinis, maka
pemeriksaan ST2 dapat direkomendasikan sebagai pemeriksaan pada penderita
gagal jantung NYHA III dan IV,sehingga dapat membantu menekan morbiditas
dan mortalitas gagal jantung.
1.5.2 Manfaat akademis
1. Memberikan tambahan pemahaman mengenai peran ST2 yang dapat
digunakan sebagai parameter laboratorium yang berkaitan dengan
gagal jantung klasifikasi NYHA III dan IV.
2. Penelitian ini dapat menjadi landasan pengembangan penelitian
mengenai peran ST2 pada gagal jantung.
3. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk menilai kemampuan ST2
dibandingkan beberapa parameter pemeriksaan laboratorium lain yang
telah ada sebelumnya dalam menilai prognosis gagal jantung.
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 GAGAL JANTUNG
2.1.1 DEFINISI DAN ETIOLOGI
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom klinis akibat proses
disfungsi ventrikel akut atau kronik sehingga mengakibatkan jantung tidak dapat
memompakan darah dalam jumlah yang cukup untuk mencukupi kebutuhan
metabolism jaringan tubuh.11
Gagal jantung dibedakan atas gagal jantung
ventrikel kanan dan gagal jantung ventrikel kiri dan oleh keduanya. Gagal jantung
ventrikel kiri dihubungkan dengan disfungsi tekanan sistolik dan diastolik. Secara
klinis, pada keadaan disfungsi sistolik terjadi gangguan kontraksi miokardium
sehingga menyebabkan rendahnya fraksi pengosongan (ejection fraction),
sedangkan pada disfungsi diastolik terdapat kekakuan dinding ventrikel
menyebabkan gangguan relaksasi selama periode diastolik sehingga menyebabkan
terjadi gangguan pengisian ventrikel 1,11
Beberapa penyakit yang sering menjadi penyebab utama gagal jantung
adalah penyakit arteri koroner/coronary artery disease (CAD) terutama infark
miokard, hipertensi dan kardiomiopati. Penyebab yang lain adalah penyakit katup
jantung, miokarditis, aritmia kronik, disfungsi tiroid dan kardiomiopati yang
disebabkan oleh obatan dan kehamilan.13
2.1.2 PATOFISIOLOGI DAN MANIFESTASI KLINIK
Gagal jantung dipengaruhi oleh penurunan cardiac output dan peningkatan
tekanan pengisian jantung (filling pressure) yang akan menyebabkan timbulnya
manifestasi
klinis
pada
jantung.
Peningkatan
tekanan
pengisian
akan
menyebabkan peningkatan gejala kongestif antara lain munculnya gejala sesak
napas; orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea dan edema perifer. Sedangkan
penurunan cardiac output akan menyebabkan keluhan rasa lelah, kelemahan dan
penurunan toleransi kegiatan fisik.2,3 Pada saat cardiac output rendah baik pada
keadaan akut (misalnya pada infark miokard) maupun kronik (misalnya pada
hipertensi) terjadi berbagai mekanisme kompensasi tubuh. Untuk keadaan akut,
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
7
cardiac output yang rendah akan menstimulasi reflex baroreseptor sehingga
terjadi aktivasi neurohormon dengan melepaskan epinefrin dan norepinefrin.
Aktivasi untuk stimulus saraf simpatetik ini yang akan meningkatkan denyut
jantung, meningkatkan kontraktilitas jantung dan vasokonstriksi perifer untuk
memelihara cardiac output sehingga aliran darah menuju organ vital tercukupi.
Jika cardiac output yang rendah tidak segera diperbaiki, maka akan terjadi
kompensasi berupa aktivasi renin-angiotensin-aldosteron (RAAS). Beberapa
mekanisme seperti hipoperfusi renal, kurangnya natrium yang menuju tubulus
distal dan meningkatnya stimulus simpatis akan memicu pelepasan renin. Renin
memecah asam amino, angiotensin-converting enzim akan melepas dua asam
amino dari angiotensin I menjadi angiotensin II. Reseptor angiotensin tipe 1 dan 2
berikatan dengan angiotensin II. Aktivasi reseptor angiotensin tipe 1
mengakibatkan vasokonstriksi, sekresi aldosteron dan pelepasan katekolamin.
Angiotensin II dapat mempertahankan keseimbangan sirkulasi dalam jangka
pendek. Jika proses berlangsung lama dan berlebihan akan menyebabkan fibrosis
jantung, ginjal dan organ lain, serta menstimulasi korteks adrenal memproduksi
aldosteron. Aldosteron dapat meningkatkan reabsorbsi natrium dan air serta
mengeluarkan kalium sehingga meningkatkan preload.32-34 Dalam waktu singkat,
mekanisme ini akan memelihara denyut jantung, tekanan darah dan cardiac
output sehingga perfusi organ tetap terpelihara. Jika mekanisme ini berlangsung
dalam waktu lama, akan memicu terbentuknya hipertrofi dan fibrosis miokard
yang mengakibatkan terjadi perubahan struktur geometrik jantung. Proses ini
dikenal sebagai proses remodeling. Aldosteron juga memicu disfungsi sel endotel,
dan uptake norepinefrin yang akan memperberat gagal jantung.34,35
Remodelling adalah proses yang dimulai dari tingkat selular yang ditandai
dengan hipertrofi miosit, ketidakseimbangan proliferasi dan degradasi matriks
ekstrasel, apoptosis dan perubahan fungsi miosit. Proses ini akan menyebabkan
perubahan geometrik dan struktur ventrikel menjadi sferis, akibatnya akan terjadi
stress hemodinamik pada dinding ventrikel dan meningkatkan aliran regurgitasi
melalui katup mitral.36,37 Selanjutnya akan terjadi penurunan kontraktilitas dan
cardiac output, dan munculah gejala dan tanda kongesti serta hipoperfusi yang
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
8
akibatnya akan menurunkan kapasitas fungsional.18,36 Patofisiologi gagal jantung
dapat dilihat pada algoritma Gambar 1.
Gambaran klinis gagal jantung antara lain sesak, edema perifer,
(peningkatan tekanan pengisian), rasa lelah dan penurunan toleransi fisik
(penurunan cardiac output). Hal ini akan mengganggu kualitas dan fungsi hidup
individu.37
Kerusakan miokard/Gangguan fungsi ventrikel
(Infark miokard, kardiomiopati, penyakit katup jantung, hipertensi)
↓stroke volum dan cardiac output
Respon Neurohormonal
Aktivasi sistim simpatis
↑tonus simpatik
Sistim renin-angiotensin-aldosteron
Retensi garam & air
Vasokonstriksi
↑kebutuhan oksigen miokard
↓Kontraktilitas
↑stress miokard
Hipertrofi miokard
Kerusakan miosit
Gagal Jantung
Gambar 1. Patofisiologi gagal jantung.18
2.1.3 DIAGNOSIS GAGAL JANTUNG
Penentuan klasifikasi gagal jantung yang digunakan secara umum ada 2
bentuk. Pertama adalah klasifikasi oleh New York Heart Association (NYHA)2,13
yang didasarkan atas gejala klinik dan kapasitas fungsional, dan kedua oleh
American College of Cardiologist/American Heart Association (ACC/AHA) yang
didasarkan pada gejala klinik yang timbul dan adanya perubahan struktur.13-16
Klasifikasi NYHA membagi gagal jantung berdasarkan 4 kelas, seperti pada tabel
1. Klasifikasi NYHA bersifat subyektif dan mudah untuk diterapkan pada pasien
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
9
untuk menilai beratnya penyakit. Klasifikasi ini paling sering digunakan di
klinik.11
Tabel 1. Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kapasitas fungsional menurut New
York Heart Association.11
Kelas
I
Karakteristik
Penderita dengan penyakit jantung tanpa batasan aktivitas klinik. Aktifitas fisik
biasa tidak menyebabkan kelelahan, palpitasi, sesak atau nyeri dada
II
Penderita dengan penyakit jantung disertai dengan sedikit keterbatasan
aktivitas fisik. menghilang saat istirahat. Aktifitas fisik biasa menyebabkan
kelelahan, palpitasi, sesak atau nyeri dada
III
Penderita dengan penyakit jantung dengan keterbatasan aktifitas fisik nyata.
Aktifitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi, sesak atau nyeri dada
IV
Penderita dengan penyakit jantung disertai dengan ketidak mampuan dalam
beraktivitas fisik. Keluhan gagal jantung atau sindrom angina dapat terjadi saat
istirahat, jika aktivitas fisik dilakukan semakin memperberat keluhan
Selain klasifikasi menurut NYHA, ditetapkan juga klasifikasi gagal
jantung menurut American College of Cardiology / American Heart Association
(ACC/AHA) untuk melengkapi sistim klasifikasi gagal jantung. Klasifikasi ini
membagi gagal jantung dalam 4 tahap perkembangan. Dua tahap pertama, A dan
B bukan merupakan gagal jantung namun dapat membantu klinisi dalam
mengidentifikasi penderita yang mempunyai risiko gagal jantung. Stadium A
adalah pasien yang memiliki faktor risiko tanpa kelainan struktur dan fungsi
jantung serta tanpa gejala dan tanda gagal jantung misalnya penderita hipertensi,
aterosklerosis dan diabetes. Stadium B adalah pasien dengan kelainan struktur
jantung tanpa gejala dan tanda gagal jantung misalnya penderita hipertrofi
jantung. Stadium C adalah pasien yang saat ini atau sebelumnya mempunyai
gejala gagal jantung yang disebabkan oleh kelainan struktur jantung. Stadium D
adalah penderita dengan kelainan struktur jantung yang lanjut disertai gejala gagal
jantung yang nyata serta membutuhkan intervensi pengobatan (Tabel 2).2,11
Klasifikasi ini berguna untuk menetapkan faktor risiko terjadinya gagal
jantung dan terapi intervensi sehingga dapat mengurangi mortalitas dan
morbiditas gagal jantung.2,11
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
10
Tabel 2. Stadium perkembangan gagal jantung menurut American College of
Cardiologist/American Heart Association .2
Stadium
A
Karakteristik
Penderita dengan risiko tinggi untuk terjadinya gagal jantung. Tidak dijumpai
adanya kelainan struktur maupun fungsi katup jantung maupun ventrikel. Tidak ada
gejala dan tanda gagal jantung.
Misalnya: Hipertensi sistemik, penyakit arteri koroner, peminum alkohol, riwayat
demam rematik, riwayat kardiomiopati dalam keluarga dan Diabetes mellitus.
B
Penderita dengan kelainan struktur jantung yang dapat berkembang ke gagal
jantung tanpa gejala dan tanda gagal jantung.
Misalnya: Hipertrofi ventrikel kiri atau fibrosis, dilatasi ventrikel atau
hipokontraktilitas, kelainan katup asimptomatik dan post infark miokard.
C
Penderita dengan gejala dan tanda gagal jantung sesuai dengan penyakit yang
mendasari. Misalnya : Rasa sesak dan lelah akibat disfungsi sistolik ventrikel kiri,
penderita yang saat ini tanpa gejala namun sebelumnya pernah mendapat terapi
gagal jantung.
D
Penderita dengan kelainan struktur jantung lanjut dan dengan adanya gejala gagal
jantung yang nyata dan membutuhkan terapi medis.
Misalnya: Penderita gagal jantung yang berulang kali dirawat, penderita yang tidak
aman untuk dipulangkan dari rumah sakit, penderita di rumah sakit yang sedang
menunggu untuk dilakukan transplantasi jantung, penderita dirumah yang mendapat
obat intravena secara kontinu atau alat bantu sirkulasi mekanik dan penderita gagal
jantung yang dirawat dirumah.
Diagnosis
gagal
jantung
ditegakkan
berdasarkan
gejala
klinik,
pemeriksaan fisik dan bukti obyektif adanya disfungsi jantung dari pemeriksaan
penunjang lain seperti foto thorax, elektrokardiografi, ekokardiografi dan
kateterisasi jantung.11,14
Berdasarkan pedoman diagnosis dan penanganan gagal jantung dari
European Society of Cardiology (ESC) pada tahun 2001 telah memasukkan
pemeriksaan BNP/NT-proBNP sebagai salah satu kriteria untuk menetapkan
diagnosis gagal jantung. Algoritme diagnosis penetapan gagal jantung menurut
ESC adalah seperti digambarkan pada gambar 2.5
Baku emas untuk mengetahui adanya disfungsi jantung adalah
pemeriksaan ekokardiografi. Ekokardiografi adalah pemeriksaan pencitraan untuk
mengetahui struktur dan fungsi jantung.
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
11
Pemeriksaan ekokardiografi dapat menilai fungsi ventrikel, dimensi ruang,
ketebalan dinding, struktur dan fungsi katup dan pembuluh darah jantung.37,38
Suspek gagal jantung karena adanya gejala dan tanda
Pemeriksaan adakah kelainan jantung dengan EKG, AGD, Kongesti
pulmonal pada X-ray, atau peningkatan Natriuretic peptide.
Tes Abnormal
Tes Normal
Pemeriksaan Imaging
Ekokardiografi
Tes Abnormal
Normal/
Bukan gagal jantung
Tes Normal
Cari etiologi stadium, faktor predisposisi, dan tipe
disfungsi jantung
Pemilihan Terapi
Gambar 2. Algoritme diagnosis gagal jantung menurut European Society of
Cardiology (ESC)5
Fungsi sistolik ventrikel kiri dinilai melalui left ventricle ejection fraction
(LVEF). LVEF yang normal berada pada rentang 62% ±12%. Pada keadaan
disfungsi sistolik, LVEF nya rendah (< 40%) dan ditemukan adanya peningkatan
filling pressure. Pada keadaan disfungsi diastolik (diastolic isolated disfunction),
LVEF biasanya > 40% dan terdapat kekakuan dinding ventrikel sehingga terjadi
gangguan relaksasi. Tingkatan disfungsi diastolik mulai dari ringan sampai berat
yaitu abnormal relaksasi, ringan-sedang (mild-moderate), sedang (pseudonormal)
dan restrictive filling. Tingkatan disfungsi ventrikel kanan dari ringan sampai
berat. Adanya disfungsi ventrikel kanan dinilai melalui luas ruang (area of
chamber), ketebalan dinding dan pergerakan ventrikel.32,36,38
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
12
2.2 ST2 (Stimulation Expressed-gene 2)
Nama ST2 diturunkan dari growth stimulation expressed-gene2. Gennya
terletak pada lengan panjang kromosom 2 (2q12). Gen ini mengkode protein pada
asam amino 556 dengan berat molekul 63,358 Da. ST2 adalah protein yang
dikenal dalam dua bentuk isoform, yaitu protein trans-membran atau ST2L
(membrane-bound receptor) dan protein yang bersirkulasi di darah atau soluble
ST2 (sST2) atau yang biasa hanya ditulis sebagai ST2.30,31
Keluarga interleukin 1 (IL-1) memiliki anggota reseptor yaitu reseptor
interleukin-1 (IL-1R) atau yang biasanya dikenal dengan nama interleukin-1
receptor like 1 (IL-1RL1) dan reseptor interleukin-18 (IL-18R). Pada tahun 1989
beberapa peneliti berhasil mengidentifikasi salah satu reseptor dari IL-1 yaitu
ST2.26, 31,39
Tahun 2005 ditemukan IL-33 sebagai ligan terhadap ST2L. Disebutkan
IL-33 merupakan mediator pada berbagai penyakit inflamasi.39 Dari berbagai
penelitian pada penyakit inflamasi, kadar ST2 masih kontroversi apakah terjadi
peningkatan atau tidak.29
ST2 diinduksi oleh stimulus terutama oleh regangan mekanis dari sel otot
jantung.26-30 Kadar ST2 dalam beberapa laporan dinyatakan meningkat secara
signifikan setelah terjadi serangan infark miokard akut, dan juga pada penderita
gagal jantung kronik.27-30
Interleukin 33 yang berikatan dengan ST2L dapat
melindungi otot jantung terhadap hipertrofi ventrikel kanan dan fibrosis otot
jantung pada saat terjadi tekanan yang berlebihan. Interaksi antara ST2L dengan
IL-33 ini berpengaruh untuk efek kardioproteksi dengan cara menghambat proses
remodeling
(mekanisme
antihipertofi
dan
antifibrotik)
pada
penyakit
kardiovaskular. Sebaliknya,keadaan dimana ST2 tinggi di sirkulasi menyebabkan
terhambatnya efek antihipertrofi tersebut yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh
jantung pada saat terjadi gangguan. Saat ST2 berikatan dengan IL-33, ikatan ini
akan menjadi kompetitor terhadap ikatan IL-33 & ST2L. Jadi jika ST2L yang
berikatan dengan IL-33 sedikit maka efek kardioprotektif dari ikatan IL 33 - ST2L
akan menurun dan digantikan oleh soluble ST2. Oleh karena itu soluble ST2 juga
disebut sebagai decoy receptor (Gambar 3).26-29,40-43
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
13
Gambar 3. ST2 sebagai decoy receptor21-22,33
2.2.1 ST2 SEBAGAI PROGNOSTIK
Proses remodeling jantung tidak dapat dipantau berdasarkan gejala yang
dikeluhkan oleh pasien karena tidak ada gejala yang ditimbulkan.
Proses
remodeling juga tidak dapat dideteksi dari berbagai pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan radiografi dapat mendeteksi keadaan remodeling jantung tapi pada
keadaan kerusakan yang sudah sangat berat. Fakta penelitian menyatakan bahwa
kadar ST2 yang tinggi di jantung menandakan bahwa pada pasien tersebut sedang
berlangsung proses kerusakan jantung atau sedang terjadi proses remodeling. Pada
pasien gagal jantung, kadar ST2 berkorelasi kuat dengan memberatnya penyakit
dan mortalitas.33-41 Peningkatan kadar ST2 sesuai dengan keadaan hipertrofi
jantung, fibrosis dan disfungsi ventrikel. Ekspresi ST2 akan muncul segera 1 jam
setelah terjadinya proses regangan di miosit pada pasien infark miokard.41 Studi
Rehman, Januzzi dkk, 2008 menyatakan bahwa pasien dengan gejala klinis yang
lebih berat pada klasifikasi fungsional NYHA IV lebih tinggi kadar ST2nya
dibanding
pada klasifikasi fungsional III.26
Penelitian Daniel dkk 2010
menjelaskan bahwa pasien dengan kadar ST2 tinggi karena serangan infark
miokard akut, lebih besar tingkat perubahan bentuk jantung dibanding pasien
dengan kadar ST2 yang rendah.42,43 Oleh sebab itu Daniel dan Rehman
menyatakan bahwa ST2 dapat digunakan sebagai biomarker prognostik untuk
mendeteksi kondisi jantung.43,44
Peran ST2 sebagai prognostik gagal jantung dibuktikan oleh beberapa
penelitian antara lain oleh Bhardwarj dkk tahun 2010 yang menyatakan bahwa
ST2 merupakan parameter untuk memprediksi mortalitas gagal jantung, dimana
kadar ST2 berhubungan dengan keadaan disfungsi ventrikel, dan hipertrofi otot
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
14
jantung dan fibrosis.31 Weinberg 2003 dalam penelitiannya juga mendapatkan
hasil kadar ST2 merupakan prediktor kuat untuk menilai progresivitas dan
prognosis pada gagal jantung.29 Daniels 2010 memantau perkembangan pasien
dengan kadar ST2 yang tinggi, mendapatkan angka mortalitas yang tinggi dalam
waktu kurang dari 1 tahun.42 Pasien dengan gejala klinis gagal jantung, pada
pemeriksaan didapatkan peningkatan kadar ST2 yang berhubungan erat dengan
memberatnya penyakit, hasil ini berguna untuk memprediksi risiko untuk
terjadinya komplikasi.44-49 Mueller 2012 mendapatkan bahwa kadar ST2 yang
tinggi berhubungan dengan memberatnya gagal jantung. Hal ini terlihat pada
peningkatan angka mortalitas di tahun pertama pengamatan pada pasien gagal
jantung.30 Selanjutnya Weir mendapatkan bahwa kadar ST2 yang tinggi diawal
diagnosis gagal jantung, mortalitasnya akan meningkat terus dan berlanjut sampai
penelitian ditahun ke 4.40 Penelitian tersebut membuktikan bahwa pemeriksaan
petanda ST2 yang dilakukan serial dapat memprediksi mortalitas dan pemeriksaan
ini lebih unggul dari pada NT-proBNP.30,31
Penilaian mortality rate 1 tahun pengamatan untuk ST2 yang diperiksa
bersama dengan NT-proBNP menjadi sangat tinggi sensitivitas dan spesifisitasnya
dibanding jika hanya melakukan pemeriksaan dengan masing-masing parameter
ST2 dan NT-proBNP secara terpisah. Maka jika pemeriksaan ST2 dan NTproBNP dilakukan pada penderita gagal jantung, keduanya dapat dikerjakan
bersamaan karena pemeriksaan ini sangat baik untuk memprediksi mortalitas dan
risiko terjadinya komplikasi.43 Hal ini terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan antara kadar ST2 dan NT-proBNP dengan mortality
risk pada gagal jantung akut43
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
15
Demikian juga halnya dengan gagal jantung kronik, apabila ST2 di periksa
bersama dengan NT-proBNP dan terdapat peningkatan kadar ST2 dan NTproBNP, maka risiko mortalitas dan risiko terjadinya komplikasi pada pasien akan
meningkat. Pemeriksaan sekaligus kedua petanda tersebut memiliki nilai
prognostik yang sangat baik dibanding jika hanya dilakukan masing-masing
pemeriksaan ST2 dan NT-proBNP secara terpisah43 seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. ST2 dan NT-proBNP prediksi faktor risiko komplikasi gagal jantung
kronik43.
Selain itu peran penting ST2 tidak hanya merupakan indikator adanya
kerusakan otot jantung, tapi juga kadar ST2 dapat menilai perubahan kondisi
jantung. ST2 akan mengalami perubahan seiring dengan respons tubuh penderita
terhadap pengobatan yang sedang diberikan. Jadi dengan membaiknya kondisi
jantung penderita maka kadar ST2 nya pun akan menurun.43
2.2.2 PEMERIKSAAN ST2
Pemeriksaan ST2 adalah untuk mengukur bentuk yang terlarut dari ST2 /
soluble ST2 (sST2).
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menilai petanda ST2, antara lain
Mueller 2012 melakukan studi membandingkan pemeriksaan ST2 menggunakan
beberapa kit komersial dan mendapatkan kadar ST2 yang berbeda dari ketiga kit
komersial tersebut. Mueller melakukan penelitian pada 45 pasien laki-laki dengan
berbagai penyakit dan mendapatkan hasil sebagai berikut, dengan kit Medical &
Biological Laboratory (MBL) didapatkan median 0,375 ng/mL dengan range
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
16
0,189 -1,500 ng/mL, pemeriksaan ST2 dengan kit Presage didapatkan median
43,5 ng/mL dengan range 11,5-152 ng/mL, dan pemeriksaan ST2 dengan kit R&D
Duoset ELISA didapatkan median 0,144 ng/mL dengan range 0,034-1,506
ng/mL.30 Dari hasil penelitian ini, Muller menyimpulkan kadar ST2 tergantung
dari kit komersial yang digunakan oleh masing-masing laboratorium. Perbedaan
kadar ST2 antar kit komersial kemungkinan disebabkan perbedaan standar,
antibody, reagen dan buffer. Oleh karena itu Muller menganjurkan untuk
dilakukan standardisasi pada ketiga metoda dan sebaiknya nilai ST2 dalam satuan
unit per mL (U/mL) dan bukan dalam satuan ng/mL.30
Pemeriksaan ST2 dengan Presage® ST2 Assay adalah pemeriksaan
dengan metode sandwich ELISA yang digunakan untuk mengukur ST2 di dalam
serum, EDTA plasma atau heparin plasma.50 Pressages ST2 Assay menggunakan
dua monoklonal antibodi. Antibody monoclonal terhadap ST2 ditempelkan pada
permukaan sumur (microtiter plate wells) yang berfungsi untuk menangkap
antigen ST2 dalam spesimen. Serum/plasma EDTA/plasma heparin dimasukkan
ke dalam sumur dan selanjutnya diikuti dengan memasukkan anti human antibody
yang berlabel biotin ke dalam sumur tersebut. Anti human antibody ini berfungsi
sebagai tracers ST2 yang telah berikatan dengan antibodi monoklonal pertama.
Inkubasi dilakukan selama 60 menit agar terbentuk kompleks antibodi-antigenantibodi. Kemudian dilakukan pencucian untuk mengeluarkan material yang tidak
berikatan. Reagen konjugat Stretavidin-HRP kemudian dimasukkan ke dalam
sumur dan diinkubasi 30 menit, lalu dicuci. Proses terakhir dengan menambahkan
tetrametilbensidin (TMB) yang merubah warna menjadi biru karena adanya
Streptavidin-HRP. Perubahan warna ini kemudian dihentikan setelah 20 menit
dengan penambahan stop solution. Proses penghentian ini mengubah warna biru
menjadi kuning. Terakhir dilakukan pembacaan pada absorbansi 450nm dalam
waktu 15 menit. Absorbsi warna yang terjadi sesuai dengan kadar ST2 dalam
spesimen.50,51 (Gambar 6)
Spesimen yang digunakan adalah berupa serum, plasma EDTA, atau
plasma heparin. Spesimen dapat disimpan pada berbagai suhu dengan stabilitas
yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.
Rentang pengukuran ST2 dari Presage® ST2 Assay adalah 3 – 200 ng/mL.
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
17
Tabel 3. Kondisi penyimpanan dan stabilitas spesimen ST2
Kondisi penyimpanan (0C)
Stabilitas Spesimen
20
48 Jam
4
7 Hari
-20 hingga -80
> 18 bulan
Presage® ST2 Assay- Instruction for use.50
2.3 KERANGKA TEORI
Kerusakan miokard/Gangguan fungsi ventrikel
(Infark miokard, kardiomiopati, penyakit katup jantung, hipertensi, aritmia kironik)
Gagal Jantung
Regangan otot jantung
Abnormalitas miokard
↓cardiac output
NYHA I, II, III, IV
↑ RAA
IL-33 + ST2L ↓
Protektif ↓
↑ Vol plasma & tekanan
pengisian
IL-33 + sST2 ↑
Dilatasi/ Hipertrofi
ventrikel
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Protektif ↓↓↓
Universitas Indonesia
18
2.4 KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Penatalaksanaan
(Pengobatan)
ST2
Gagal Jantung NYHA III &
IV Awal perawatan
ST2
Gagal Jantung NYHA III &
IV Akhir perawatan
Usia, Jenis Kelamin, Faktor
penyebab gagal jantung &
Lama perawatan
Ruang lingkup penelitian
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
19
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian longitudinal, pre post test tanpa
kontrol dan merupakan penelitian awal (pilot study).
3.2 Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian adalah di Departemen Patologi Klinik dan ruang
perawatan divisi Kardiologi Penyakit Dalam RSUPN-CM. Penelitian dimulai dari
bulan Agustus-Desember 2013. Waktu pengambilan data diperkirakan antara
bulan Agustus sampai Oktober 2013. Setiap pasien akan diikuti sejak dimulai
perawatan sampai akhir hari perawatan di ruangan.
3.3 Populasi dan Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah pasien baru yang didiagnosis gagal jantung kelas
fungsional NYHA III dan IV, yang dirawat diruang perawatan gedung A divisi
Kardiologi penyakit dalam RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Diagnosis gagal
jantung ditegakkan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam Divisi Kardiologi
sebagaimana tercatat dalam rekam medik. Subyek penelitian adalah pasien gagal
jantung NYHA klasifikasi III dan IV yang telah memenuhi kriteria.
3.4 Kriteria Masukan

Pasien baru dengan diagnosis gagal jantung NYHA III dan IV
sesuai diagnosis dokter divisi Kardiologi Departemen Penyakit
Dalam

Usia 18-75 tahun

Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed
consent.
Subyek dinyatakan drop out apabila mengundurkan diri untuk ikut serta di
dalam penelitian atau pulang paksa atau meninggal.
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
20
3.5 Jumlah Spesimen
Perhitungan besar spesimen yang diperlukan untuk mengetahui perbedaan
rerata kadar ST2 pada pasien gagal jantung saat mulai rawat inap dan setelah
terdapat perbaikan pada akhir hari perawatan ditetapkan berdasarkan rumus besar
sampel yaitu :52,53
N1= N2 = (Zα+Zβ)S
2
d
N
= besar spesimen
S
= Simpang baku gabungan (dari kepustakaan)
N1
= rerata ST2 pasien pada awal hari perawatan
N2
= rerata ST2 pasien pada akhir dua minggu pengamatan.
α
= tingkat kemaknaan = 1.64 (one tailed) ; Zα = 1.64
β
= Power penelitian = 0.80 ; Zβ = 0.842
Nilai simpang baku gabungan S adalah 0,6 ng/mL diasumsikan dari nilai
Interquartil range (IQR) berdasarkan kepustakaan.26 Nilai N1 adalah nilai ST2
pada awal hari perawatan, berdasarkan jurnal yang ada diasumsikan sebagai
kelompok gagal jantung berat pada awal hari perawatan. Nilai N2 yaitu nilai ST2
pada pasien yang mengalami perbaikan yang diasumsikan berdasarkan jurnal,
dari pasien gagal jantung yang survive.26,28 Nilai d adalah selisih maksimal yang
masih bisa diterima antara nilai rerata sesungguhnya dengan perkiraan rerata yang
akan diperoleh peneliti.
Bila dimasukkan kedalam rumus maka didapatkan jumlah subyek
penelitian adalah 23.
3.6 Batasan Operasional
3.6.1
Pasien gagal jantung
Pasien gagal jantung adalah diagnosis yang sudah ditegakkan oleh dokter
spesialis penyakit dalam, yang datang ke ruang perawatan RSUPN-CM.
Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh dokter divisi
kardiologi bagian Penyakit Dalam.
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
21
Kategori pasien :
-
NYHA kelas III adalah gambaran pasien jantung dengan kelainan jantung
dengan keterbatasan pada aktivitas fisik (mandi, menyisir rambut dll).
Aktivitas fisik yang lebih ringan sudah menyebabkan kelelahan, palpitasi,
sesak atau nyeri dada.
-
NYHA kelas IV adalah gambaran kelainan jantung yang sudah
menyebabkan ketidaknyamanan saat istirahat tanpa melakukan aktivitas
fisik. Gejala penyakit jantung atau sindroma angina dapat ditemukan pada
keadaan istirahat, jika aktivitas fisik dilakukan semakin memperberat
keluhan.
3.6.2
Usia
Batasan usia pasien adalah 18 – 75 tahun didapatkan dari keterangan yang
tercantum di KTP dan atau ditulis dalam catatan medik pasien. Batasan usia
pasien 18 sampai 75 tahun karena dianggap sebagai usia dewasa. Pembulatan
usia apabila < 6 bulan
dibulatkan kebawah dan bila > 6 bulan maka usia
dibulatkan keatas. Skala ukur adalah numerik.
3.6.3
Jenis kelamin
Jenis kelamin berdasarkan pemeriksaan fisik atau berdasarkan keterangan
dari KTP. Skala ukur adalah kategorik.
3.6.4
Faktor penyebab gagal jantung
Faktor penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai CAD terutama
infark miokard, hipertensi dan kardiomiopati dan kelompok Non CAD yaitu
hipertensi, Diabetes mellitus, atrial fibrilasi, penyakit katup jantung, miokarditis,
aritmia kronik, disfungsi tiroid dan kardiomiopati yang didapatkan dari
penelusuran rekam medik. Skala ukur adalah kategorik.
3.6.5
Lama perawatan.
Lama perawatan dihitung sejak hari pertama pasien masuk rumah sakit
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
22
sampai dengan hari akhir perawatan. Lama perawatan dibagi menjadi : kurang
dari atau sama dengan 20 hari perawatan dan lebih dari 20 hari perawatan.
3.6.6
ST2
Pemeriksaan kadar ST2 adalah berdasarkan pemeriksaan imunologi
dengan metoda ELISA dan dilaporkan dalam bentuk skala ukur numerik.
3.7 Bahan Penelitian
Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa 6 ml darah vena yang diambil
dari vena kubiti menggunakan tabung vakum tanpa antikoagulan untuk
pemeriksaan kadar ST2.
3.8 Cara Kerja
3.8.1 Pengelolaan pasien
1. Subyek penelitian dengan diagnosis gagal jantung NYHA III dan IV yang
memenuhi kriteria, diberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan
dilakukan, diminta kesediaannya untuk dapat diikutkan dalam penelitian
ini.
Jika
pasien
bersedia
mengikuti
penelitian
diminta
untuk
menandatangani informed consent yang telah disediakan.
2. Setelah ada persetujuan pasien kemudian dilakukan wawancara dan
pengambilan data dasar.
3.8.2 Pengelolaan Spesimen
1. Pengambilan spesimen darah yang diambil sebanyak 6 mL. Sebelum
dilakukan pengambilan darah, pasien diminta untuk duduk tenang
kemudian dengan tindakan aseptik dilakukan pengambilan darah dari vena
kubiti sebanyak 6 ml menggunakan tabung vakum tanpa antikoagulan.
2. Serum dipisahkan dari sel darah paling lambat 1 jam setelah pengambilan
darah, dengan cara disentrifugasi pada kecepatan 3000g selama 10 menit.
3. Serum yang diperoleh kemudian dimasukan ke dalam tabung eppendorf
dalam pendingin suhu -200C
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
23
4. Pada saat akan dilakukan pemeriksaan, dilakukan pencairan darah
bersamaan untuk semua spesimen dengan cara spesimen dikeluarkan dari
lemari pendingin dan dibiarkan pada suhu ruang 20-250C.
3.9 Prinsip pemeriksaan ST2
Presage ST2 assay adalah pemeriksaan dengan metoda ELISA untuk
mengukur kadar ST2 di plasma atau serum. Didalam microplate well yang telah
dilapisi antibodi monoklonal kemudian ditambahkan serum penderita. Pada
kompleks ini ditambahkan antibody berlabel biotin, streptavidin – HRP dan TMB
sehingga terbentuk warna biru. Analit akan dideteksi setelah ditambahkan stop
solution yang merubah warna biru menjadi kuning. Intensitas warna diukur
dengan menggunakan fotometer pada panjang gelombang 450 nm. Nilai serapan
yang didapatkan sesuai dengan kadar ST2 dibandingkan dengan kurva standar.50,51
Gambar 6. Prinsip pemeriksaan ST250
3.10 Pemeriksaan ST2
Sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap spesimen yang sudah terkumpul,
dilakukan kalibrasi alat, kemudian dilakukan uji ketelitian within run dan
dilakukan uji ketepatan dari parameter laboratorium yang akan diperiksa pada alat
ELISA reader. Uji ketelitian within run dan ketepatan dilakukan dengan cara
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
24
memeriksa bahan kontrol sebanyak lima kali berurutan pada hari yang sama saat
akan dilakukan pemeriksaan.
3.10.1 Alat dan Reagen
Alat
1. Wells bottom plate
2. Pengocok microtiter plate dengan kecepatan 750 rpm (12.5 Hz)
3. Microplate reader dengan panjang gelombang 450 nm dengan band width
≤ 10 nm pada suhu ruangan (20-250c)
4. Pipet semiotomatik
5. Tip kuning dan biru
6. Tabung 5 ml
7. cup eppendorf
8. Kertas penyerap setelah pencucian.
9. Kertas penutup dan Kertas penutup gelap
10. Label
11. Alat vortex
Reagen
Kit pemeriksaan ST2 Presage® ST2 assay, disimpan dalam refrigerator
bersuhu antara 2 - 8oC.
Tabel 4. Isi kit Presage®ST2 Assay50
Nama
Deskripsi
Anti ST2 antibody coated Microtiter plate yang berlapis monoclonal anti-human ST2
wells
antibodi
Lyophilized ST2 Calibrator
Berisi reagen : recombinant human ST2 standard calibrator
(lyophilized) 400 ng/mL
ST2 standard diluents
ST2 standard diluent – serum fetal bovine, tissue culture
grade (13mL)
Anti
ST2
biotinylated Anti ST2 biotinylated antibody reagent dalam bufer fosfat
antibody reagent
salin (13 mL)
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
25
Sampel diluents
ST2 sampel diluents (30 mL)
Streptavidin-HRP conjugate 100X konjugat streptavidin-HRP (0.2 mL)
concentrate
Streptavidin-HRP conjugate Konjugat Streptavidin-HRP diluents (13 mL)
diluents
Wash buffer (20x)
20 X wash buffer (potassium fosfat buffer dengan NACL
(50mL)
TMB reagent
Reagen Tetramethylbenzidine (11mL)
Stop Solution
Stop solution dalam HCL dilusi (11 mL)
Kontrol Presage ® ST2
Rentang : 18.8 – 30 ng/mL
Instruction for use Presage®ST2 assay. Critical Diagnostics.
3.10.2 Metoda pemeriksaan
1. Metoda pemeriksaan ST2 adalah metode sandwich double monoclonal
antibody ELISA, menggunakan reagen Presage ®ST2Assay
2. Spesimen serum dicairkan pada suhu ruangan
3. Reagen dibiarkan mencapai suhu ruang ± 1 jam
4. Lakukan dilusi sampel pasien dengan perbandingan 1 : 10 (20μL sampel
pasien dalam 180 sampel diluents) dan lakukan pengenceran lagi hingga
mencapai hasil dilusi akhir 1 : 50
5. Lakukan serial dilusi larutan standar diawali dari 1 botol standar dalam
800 mL deionized water yang setara dengan konsentrasi S0 yaitu 400
ng/mL kemudian dilakukan pengenceran dengan konsentrasi S1 =
200ng/mL hingga S7 = 3.125 ng/mL
6. Mixed dengan vortex
7. Transfer 100 μL sampel pasien dan larutan standar ke dalam microwells
yang sudah dilapisi human ST2 antibody dan tutup dengan kertas penutup
8. Inkubasi selama 60 menit dengan shaking pada 750 rpm (12.5 Hz)
9. Lakukan pencucian overflow sebanyak 3 siklus
10. Setelah pencucian, tambahkan 100 μL anti ST2 biothynilated antibody
kedalam masing-masing microwells
11. Inkubasi selama 60 menit dengan shaking pada 750 rpm (12.5 Hz)
12. Lakukan pencucian overflow 3 siklus
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
26
13. Tambahkan streptavidin-HRP ke dalam masing-masing microwells
14. Kemudian diinkubasi lagi selama 30 menit dengan shaking pada 750 rpm
15. Setelah itu dicuci dan ditambahkan TMB reagent
16. Tutup dengan penutup gelap, inkubasi selama 20 menit dengan shaking
pada 750 rpm.
17. Berikan stop solution masing-masing microwells
18. Pembacaan pada microplate reader “sunrise tecan” densitas optik dengan
panjang gelombang 450nm
3.11 Alur penelitian
Pasien gagal jantung
NYHA III & IV
Memenuhi kriteria masukan dan bukan kriteria tolakan
Informed consent dan data dasar
Pengobatan
Akhir perawatan
Awal perawatan
Spesimen darah vena 6 mL
Spesimen darah vena 6 mL
Kadar ST2
Kadar ST2
PENGOLAHAN DATA
- Hitung rerata kadar ST2 pada awal dan akhir hari perawatan
- Beda rerata kadar ST2 pada awal perawatan dan akhir hari perawatan
- Hubungan karakteristik pasien dengan kadar ST2
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
27
3.12 PENGOLAHAN DATA.
Data mengenai karakteristik subyek penelitian yakni usia, jenis kelamin,
penyebab gagal jantung, juga hasil pemeriksaaan laboratorium kadar ST2. Jumlah
sampel yang didapat akan dihitung untuk adjustment kekuatan (power) penelitian.
Data kemudian diolah dengan perhitungan statistik menggunakan software SPSS
ver.11.5. Hasil pemeriksaan ST2 dicatat dan dihitung nilai rerata (mean), standard
deviasi (SD), apabila data berdistribusi normal. Jika data berdistribusi tidak
normal maka akan disajikan dalam bentuk nilai tengah (median) dan rentang nilai
(minimum, maksimum). Sedangkan data kategorikal akan dilihat distribusi
frekwensinya.
Untuk uji normalitas data menggunakan Shapiro wilk dan hanya dilakukan
bila jumlah minimum sampel terpenuhi pada kurun waktu penelitian
dilaksanakan. Seluruh data yang masuk akan dianalisis, kecuali pasien yang
meninggal dan keluar dari RS sebelum kurun waktu observasi perawatan, dan
akan dicatat sebagai lost case atau lost to follow up. Sedangkan event yang dicari
adalah perbaikan klinis berdasarkan kriteria klinis dalam batasan operasional
diatas. Analisis survival akan diterapkan pada penelitian ini untuk menilai peran
ST2 sebagai indikator prognosis pasien dalam pengamatan selama perawatan.
1. Data kuantitatif ST2 awal dan akhir hari perawatan dianalisis
menggunakan Uji t berpasangan untuk data parametrik, dan Wilcoxon
signed rank untuk data non parametrik.
2. Data kuantitatif ST2 pada kelompok NYHA III dan IV dianalisis
menggunakan Uji t berpasangan
untuk data parametrik, dan Mann-
Withney untuk data non parametrik.
3. Dilakukan analisis regresi Logistik untuk mengetahui pengaruh usia, jenis
kelamin, penyebab gagal jantung dan lama perawatan terhadap perubahan
kadar ST2 (Δ ST2). Sebelumnya dilakukan analisis bivariat dengan
menggunakan uji Chi Square atau uji Fisher. Jika tidak ada expected count
(nilai yang diharapkan) pada sel yang < 5 maka nilai memenuhi syarat
untuk dilakukan uji Chi Square. Jika didapatkan expected count < 5 pada
sel maka tidak memenuhi syarat untuk uji Chi Square dan dapat
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
28
menggunakan uji alternatif yaitu uji Fisher. Apabila didapatkan p < 0.25
maka variabel dilanjutkan dengan uji Multivariat. Kekuatan hubungan
variabel usia, jenis kelamin, penyebab gagal jantung dan lama perawatan
terhadap Δ ST2 dapat dilihat dari nilai OR Exponensial β (EXP β).
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
29
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 KURVA STANDAR PEMERIKSAAN ST2
Kurva standar di kerjakan dengan menggunakan kalibrator yang ada
didalam kit Presage ST2. Bahan kalibrator dengan kadar 400 ng/mL dilakukan
pengenceran sehingga didapatkan tujuh kadar ST2 dengan nilai serapannya
masing-masing yang ada pada tabel 5.
Tabel 5. Kadar referensi dengan nilai serapannya menggunakan alat
microplate reader Sunrise tecan.
Kalibrator
Konsentrasi
(ng/mL)
3.1
6.3
12.5
25
50
100
200
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
Nilai serapan
0.1
0.139
0.207
0.335
0.571
0.897
1.321
Gambar 7. Kurva Standar ST2
Nilai serapan di plot pada sumbu x (linear) dan kadar referensi di plot pada
sumbu y (logaritmik). Berdasarkan data tersebut maka dibuat kurva standar
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
30
logaritmik dengan persamaan
y = 82.805 x2 + 42.177x – 1.3667, sehingga
didapatkan nilai R2 = 0.9991. Kurva standar ST2 dapat dilihat pada gambar 7
4.2 UJI KETELITIAN DAN KETEPATAN
Uji ketelitian within run Presage®ST2 assay untuk pemeriksaan kadar
ST2 dilakukan sebelum mengerjakan penelitian. Dilakukan sebanyak 5 kali
berurutan pada hari yang sama dengan menggunakan bahan kontrol Presage®ST2
kontrol kit BC 1066. Rentang kontrol normal adalah 18.8 – 30 ng/mL. Hasil uji
ketelitian within run dan ketepatan pemeriksaan ST2 didapatkan CV sebesar
3.63% dengan d sebesar -6.6 – (2.4)%. (Tabel 6).
Tabel 6. Uji ketelitian within run pemeriksaan kadar ST2
Pemeriksaan
Kadar ST2 (ng/mL)
Control
24.4 (18.8-30) ng/mL
1
22.8
2
23.1
3
24.0
4
23.6
5
25.0
Rerata(ng/mL)
23.7
SD(ng/mL)
0.86
CV(%)
3.63
d(%)
-6.6 – (2.4)%
4.3 DEMOGRAFI SUBYEK PENELITIAN
Selama periode penelitian bulan Agustus hingga Nopember 2013
dilakukan pencatatan terhadap subyek yang telah memenuhi kriteria masukan dan
kriteria tolakan meliputi pencatatan nama, usia, jenis kelamin, faktor penyebab
gagal jantung dan lama hari perawatan di ruang rawat Divisi Kardiologi Penyakit
Dalam Gedung-A RSCM. Terkumpul 25 subyek, dan hanya 23 orang pasien yang
menyelesaikan penelitian disebabkan karena 2 pasien drop out dari penelitian
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
31
karena 1 pasien meninggal setelah perawatan 38 hari, dan 1 pasien meninggal di
rumah kira-kira hari ke 45-50 setelah pasien pulang paksa atas keinginan keluarga
setelah dirawat selama 18 hari. Subyek penelitian berjumlah 23 orang adalah
penderita gagal jantung klasifikasi NYHA III dan IV yang telah memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Untuk kelompok NYHA III 16 pasien (69.6%) &
NYHA IV 7 pasien (30.4%).
Median usia subyek penelitian yang masuk dalam kriteria inklusi dan
eksklusi adalah 54 tahun dengan rentang usia 29 sampai 67 tahun. Untuk
kelompok NYHA III rentang usia subyek antara 29-62 tahun dengan median 52
tahun sedangkan kelompok NYHA IV rentang usianya lebih tua yaitu antara 51
sampai 67 tahun dengan median 58 tahun.
Subyek penelitian lebih banyak berjenis kelamin laki-laki 13 pasien
(56.5%) dan 10 perempuan (43.5%). Kelompok NYHA III dengan jenis kelamin
terbanyak adalah laki-laki 9 pasien (39.1%) dan NYHA IV juga laki-laki yaitu 4
pasien (17.4%), seperti yang di sajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Subyek penelitian.
No
Subyek penelitian
1
2
Jumlah subyek
Usia (tahun)
 Rentang
 Median
Jenis kelamin
 Laki-laki
 Perempuan
Faktor penyebab
 CAD
 Non
CAD(HT,AF,
PKJ,DM)
3
4
Kelompok
NYHA III
n(%)
16 (69.6)
Kelompok
NYHA IV
n(%)
7 (30.4)
Total
n(%)
29-62
52
51 – 67
58
29 – 67
54
9 (39.1)
7 (30.4)
4 (17.4)
3 (13.1)
13 (56.5)
10 (43.5)
7 (30.4)
4 (17.4)
6 (26.1)
6 (26.1)
13 (56.53)
10 (43.5)
23 (100)
Dari 23 subyek, diagnosis gagal jantung NYHA kelas fungsional III dan
IV berdasarkan klasifikasi NYHA dengan berbagai faktor penyebab antara lain
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
32
Coronary arterial disease (CAD), hipertensi, atrial fibrilasi (AF), penyakit katup
jantung (PKJ) dan DM. Dari keseluruhan subyek penelitian didapatkan jumlah
subyek dengan CAD adalah 13 (56.5%), dan subyek non CAD 10 (43.5%) seperti
disajikan pada Tabel 7. CAD pada subyek kelompok NYHA III 7 (30.4%) dan
NYHA IV 6 (26.1%). Penyebab hipertensi NYHA III 2 (8.69%) dan NYHA IV 4
subyek 17.39%, DM pada NYHA III tidak ada, NYHA IV 2 (8.7%), atrial fibrilasi
NYHA III 1 (4.3%), NYHA IV tidak ada dan PKJ pada NYHA III 1 (4.4%),
NYHA IV tidak ada.
Didapatkan penderita gagal jantung dengan hipertensi pada 5 (21.73%)
subyek, AF 1 (4.34%) subyek, PKJ 1 (4.34%) dan DM 2 (8.69%) subyek seperti
disajikan pada Gambar 8.
1(4.3%)
1(4.3%)
2(8.7%)
CAD
6(26.1%)
13(56.6%)
HT
DM
AF
PKJ
Gambar 8. Proporsi penyebab gagal jantung dari seluruh subyek penelitian
Ket : CAD=Coronary arterial disease (CAD), HT=hipertensi dan DM=diabetes
mellitus, AF=atrial fibrilasi
Subyek dengan faktor penyebab lebih dari satu yang tersering adalah CAD +
hipertensi 3 subyek (13.04%), hipertensi + DM 1 subyek (4.34%) dan CAD + DM
pada 1 subyek (4.34%) seperti pada Gambar 9. CAD didapatkan 7 (30.43%)
subyek pada kelompok NYHA III dan 6 (26.08%) subyek pada NYHA IV ,
hipertensi lebih sering ditemukan pada kelompok NYHA III dari pada NYHA IV,
hipertensi pada NYHA III 2 subyek (8.69%) dan NYHA IV 4 subyek (17.39%),
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
33
DM pada NYHA III tidak ada dan pada NYHA IV 2 subyek (8.69%) seperti pada
gambar 9.
Keseluruhan kelompok NYHA III mempunyai lebih banyak faktor
penyebab gagal jantung lebih dari satu dibanding kelompok NYHA IV
7
6
Jumlah pasien
5
4
NYHA III
3
NYHA IV
2
1
0
CAD
HT
DM
AF
PKJ
Gambar 9. Penyebab gagal jantung pada masing-masing kelompok NYHA.
Ket : CAD=Coronary arterial disease (CAD), HT=hipertensi dan DM=diabetes mellitus
AF=Atrial fibrilasi, PKJ=Penyakit katup jantung
4.4 Perbedaan kadar ST2 pada NYHA III dan IV
Sebelum menentukan kadar ST2 pada kelompok NYHA III dan IV
dilakukan uji normalitas data dengan Shapiro Wilk dengan nilai probabilitas 0.05.
Hasil distribusi data pada kelompok NYHA III didapatkan distribusi tidak normal
sehingga data dihitung dalam median. Pada kelompok NYHA IV didapatkan
distribusi data normal sehingga data dihitung dalam mean ± SD. Nilai median
kadar ST2 awal hari perawatan kelompok NYHA III adalah 30.75 (14.4 – 84.5)
ng/mL dan rerata kadar ST2 pada NYHA IV 58.82 (± 37.36) ng/mL. Hasil uji
perbedaan nilai ST2 pada awal hari perawatan antara kelompok NYHA III dan IV
tidak didapatkan perbedaan bermakna dengan p=0.89. Bila dilihat dari Boxplot
terlihat kadar ST2 pada NYHA IV lebih tinggi daripada NYHA III tetapi
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
34
perbedaan ini tidak bermakna. Boxplot kadar ST2 pada kelompok NYHA III dan
NYHA IV disajikan pada Gambar 10.
p = 0.89
Gambar 10. Boxplot kadar ST2 awal hari perawatan kelompok NYHA III dan IV.
4.5 Perbedaan kadar ST2 pada kelompok awal perawatan dan akhir hari
perawatan NYHA III & NYHA IV.
Sebelum menentukan kadar ST2 pada kedua kelompok, maka dilakukan
uji normalitas Shapiro-Wilk. Uji normalitas Shapiro-Wilk menghasilkan nilai p <
0.05 sehingga diambil kesimpulan bahwa variabel ST2 berdistribusi tidak normal.
Oleh karena itu data tersebut disajikan dalam median dan rentang seperti disajikan
pada tabel 8.
Kadar ST2 dari 23 subyek penelitian NYHA III & IV yang diperiksa pada
awal hari perawatan didapatkan median 31.4 ng/mL dengan rentang antara 14.0
sampai 129.2 ng/mL, dan akhir hari perawatan didapatkan median 18.4 ng/mL
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
35
dengan rentang 7.6 sampai 77.8 ng/mL. Box plot kadar ST2 pada awal dan akhir
hari perawatan disajikan pada Gambar 11.
Tabel 8. Kadar ST2 subyek penelitian
NYHA III & IV
Median ST2 awal
Median ST2 akhir
(Rentang)
(Rentang)
31.4 (14.0-129.2) ng/mL
18.4 (7.6 – 77.8) ng/mL
Δ ST2
13 ng/mL
p = <0.05
Gambar 11. Boxplot ST2 awal perawatan dan akhir hari perawatan pada NYHA
III & IV
Untuk menilai perbedaan kadar ST2 antara kelompok awal hari perawatan
dan akhir hari perawatan dilakukan Uji non parametrik Wilcoxon Signed Rank
Test dengan p=0.001. Median kadar ST2 kelompok awal hari perawatan lebih
tinggi secara bermakna dari pada kelompok akhir hari perawatan dengan p=0.001.
4.6
Pengaruh usia, jenis kelamin, penyebab gagal jantung dan lama
perawatan terhadap Δ ST2
Pengaruh usia, jenis kelamin, penyebab gagal jantung dan lama perawatan
terhadap Δ ST2. Δ ST2 adalah perbedaan antara median kadar ST2 awal perawatan
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
36
dengan median kadar ST2 akhir hari perawatan. Δ ST2 dikategorikan menjadi ≤ 13
ng/mL dan > 13 ng/mL berdasarkan median Δ ST2. Masing-masing variabel tersebut
memiliki data yang tidak normal berdasarkan uji normalitas data yang dihitung
menggunakan Shapiro Wilk (n<50). Dilakukan analisis bivariat menggunakan uji
Fisher untuk usia didapatkan p=0.317, jenis kelamin p=1.00, dan penyebab gagal
jantung dengan p=0.414, sedangkan untuk lama rawat digunakan uji Chi Square
dengan p=0.146.
Tabel 9 Analisis bivariat variabel usia, jenis kelamin, penyebab gagal jantung
dan lama perawatan terhadap Δ ST2
Δ ST2
≤ 13
n (%)
> 13
n (%)
p
≤ 50 tahun
>50 tahun
4 (33.3)7
8 (66.7)
1 (0.1)
10 (91.0)
0.317*
Laki-laki
Perempuan
7 (58.3)
5 (41.7)
6 (54.5)
5 (45.4)
1.00*
CAD
Non CAD
8 (66.7)
4 (33.3)
5 (45.4)
6 (54.5)
0.414*
≤ 20 hari
> 20 hari
8 (66.7)
4 (33.3)
4 (36.4)
7 (63.6)
0.146**
Variabel
Usia
Jenis kelamin
Penyebab gagal
jantung
Lama
perawatan
*= Uji Chi Square
dan **= Uji Fisher
Dari tabel 9 terlihat bahwa hanya variabel lama perawatan saja yang mempunyai
nilai p < 0.25 sehingga variabel yang dimasukkan dalam analisis regresi logistik
hanya variabel lama perawatan. Variabel jenis kelamin, usia, penyebab gagal
jantung tidak dimasukkan dalam analisis regresi logistik karena nilai p > 0.25.
Hasil uji regresi logistik variabel lama perawatan terhadap Δ ST2
didapatkan nilai Odd Rasio (OR) (Exp β) = 0.286 dengan p=0.153. Variabel lama
perawatan tidak berpengaruh secara bermakna terhadap Δ ST2.
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
37
n=23
r= 0.346; p=0.106
Gambar 12. Kurva estimasi hubungan antara ΔST2 dengan lama perawatan.
Pada kurva estimasi didapatkan hubungan positif lemah yang tidak
berbeda bermakna antara lama perawatan terhadap Δ ST2 dengan r = 0.346 dan p
= 0.106.
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
38
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 KEKUATAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN
Kekuatan penelitian ini yaitu dari subyek penelitian didapatkan dari ruang
perawatan divisi kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM yang
merupakan Rumah Sakit Pusat Rujukan Nasional. Diharapkan subyek penelitian
ini mewakili populasi penderita gagal jantung khususnya di Jakarta dan umumnya
dari seluruh Indonesia.
Kemudian untuk diagnosis gagal jantung ditetapkan
berdasarkan pedoman diagnosis gagal jantung Divisi Kardiologi Departemen Ilmu
Penyakit Dalam yang merujuk pada pedoman diagnosis gagal jantung berdasarkan
klasifikasi NYHA, sehingga subyek yang diambil adalah benar merupakan
penderita gagal jantung. Data pemeriksaan ST2 belum ada di Indonesia sehingga
hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi penting untuk penggunaan
pemeriksaan ST2 dalam penatalaksanaan penderita gagal jantung.
Keterbatasan penelitian ini antara lain adalah keterbatasan waktu peneliti
sehingga jumlah sampel yang dikerjakan hanya 23 pasien yang terdiri dari 7
pasien NYHA III dan 16 NYHA IV, hal ini berakibat tidak didapatkan perbedaan
yang bermakna kadar ST2 pada NYHA III & IV. Antara kelompok NYHA III dan
NYHA IV tidak di bedakan karena jumlah sampel NYHA IV hanya 7. Selain itu
tidak dilakukan uji ketelitian within run dan ketepatan pada kontrol abnormal
disebabkan keterbatasan dana.
5.2 UJI KETELITIAN DAN KETEPATAN
Hasil uji ketelitian within run pemeriksaan kontrol ST2 yang dibaca pada
panjang gelombang 450 nm didapatkan CV 3.63% sehingga secara umum
performa analitik dapat dikatakan baik. Hasil uji ketelitian within run Presage®
ST2 Assay untuk pemeriksaan kadar ST2 yang telah dilakukan oleh pabrik
didapatkan CV sebesar 3.4% untuk kontrol normal dan 2.7% untuk kontrol
abnormal. Hasil CV within run yang didapatkan pada penelitian ini tidak jauh
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
39
berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh pabrik dan ketentuan menurut pabrik
yaitu CV < 6.5%. Sebagai perbandingan, penelitian Maisel mendapatkan CV
sebesar 5.4% sedangkan penelitian Khan mendapatkan CV sebesar 6.5%.
Uji ketepatan memberikan hasil yang cukup baik karena kadar ST2 yang
didapat untuk kontrol normal masih dalam rentang yang diperbolehkan oleh
pabrik.
Uji ketelitian between day tidak dilakukan karena pemeriksaan ST2
dilakukan dalam 1 hari.
5.3 DEMOGRAFI DAN KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian berjumlah 23 orang yang terdiri atas 16 orang (70%)
kelompok NYHA III dan 7 orang (30%) kelompok NYHA IV. Dari seluruh
subyek penelitian baik NYHA III maupun NYHA IV subyek laki-laki lebih
banyak (57%) dibanding perempuan (43%). Hasil ini serupa dengan penelitian
Djuliana di Jakarta pada 40 subyek gagal jantung dengan penyakit ginjal kronik
(PGK) yang mendapatkan 70% laki-laki dan 30%
perempuan.54 Penelitian
Framingham off spring study 2012 mendapatkan dari 3450 subyek terdapat 55%
perempuan dan 45% laki-laki.55 Rotterdam study tahun 2004 mendapatkan angka
kejadian gagal jantung pada laki-laki lebih tinggi (17.6/1000 laki-laki/tahun)
dibanding perempuan (12.5/1000 perempuan/tahun).56 Mosterd menyimpulkan
laki-laki lebih sering terkena gagal jantung dibandingkan perempuan (15 dan 12
/1000 orang pertahun.57 Hal ini disebabkan karena pengaruh gaya hidup seperti
kebiasaan minum alkohol, merokok dan kurangnya motivasi untuk berobat lebih
banyak pada laki-laki dibanding perempuan.11
Penelitian ini dibatasi pada subjek dewasa yang berusia antara 18-75
tahun karena gagal jantung pada anak penyebabnya berbeda. Pada penelitian ini
usia yang terbanyak (12 dari 23 orang) adalah antara 51-60 tahun, terdapat 2
orang yang berusia kurang dari 40 tahun dan 3 orang berusia antara 40 sampai 50
tahun dan 6 orang yang berusia lebih dari 60 tahun. Median usia NYHA III adalah
52 tahun dan rerata usia NYHA IV adalah 58 tahun dengan p=0.076. Median usia
NYHA IV lebih tua dibanding NYHA III, dan rentang usia cenderung ke usia
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
40
lanjut. Framingham Heart Study mendapatkan angka kejadian gagal jantung yang
meningkat sesuai dengan usia dari 20 sampai >80 tahun.58 MONICA
(Multinational monitoring trends and determinants in cardiovascular disease)
Augsburg study mendapatkan dari 1274 subyek, usia antara 25-35 adalah 2.8%
dan diatas 65 tahun 15.8%.57 Hillingdon study mendapatkan insidens gagal
jantung 0.2/1000 orang per tahun pada usia 45-55 dan 12.4/1000 orang per tahun
usia >85 tahun.
57
Angka kejadian gagal jantung pada usia lanjut disebabkan oleh
proses penuaan dimana terjadi kekakuan dan kehilangan elastisitas jaringan,
peningkatan fibrosis dan kalsifikasi sehingga terjadi penebalan intima dan
kekakuan pembuluh darah serta terjadi penurunan jumlah sel karena apoptosis
yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah, hipertrofi ventrikel
kiri, aritmia dan penurunan kemampuan jantung untuk meningkatkan cardiac
output sebagai respon terhadap stress.58,59
Pada penelitian ini faktor penyebab terbanyak adalah CAD 56.52 %,
hipertensi 26.08 %, DM 8.69 %, atrial fibrilasi 4.34% dan PKJ 4.34%. Jika
dikelompokkan CAD 56.52 % dan non CAD 43.47 %. Penelitian lain, dari 100
subyek yang diteliti Khan didapatkan penyebab gagal jantung terbanyak adalah
CAD 35%, hipertensi 27% dan penyakit jantung rematik 13%.60 Penelitian Lee
mendapatkan penyebab gagal jantung terbanyak CAD 52%, hipertensi 26% dan
penyakit jantung rematik 8%.61 Penelitian Klatsky pada 2594 subyek
mendapatkan penyebab gagal jantung terbanyak CAD 60% dan non CAD 40%.62
Penelitian Miller mendapatkan penyebab CAD (68%) lebih sering dibanding non
CAD (32%).63
Frazier mendapatkan CAD sebagai penyebab gagal jantung
sebanyak 59%.64 Menurut American College of Cardiologist,/ American Heart
Association yang mempunyai risiko tinggi mengalami gagal jantung adalah
penderita hipertensi, penyakit arteri koroner, riwayat demam rematik, riwayat
kardiomiopati dan diabetes mellitus.2
Pada penelitian ini juga didapatkan
penyakit katup jantung dan arterial fibrilasi sebagai penyebab gagal jantung pada
2 subyek yang berusia kurang dari 40 tahun.
CAD dan hipertensi disebabkan oleh proses aterosklerosis yang
merupakan penyebab tersering gagal jantung dan sering terjadi bersamaan.
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
41
Hipertensi menyebabkan percepatan terjadinya CAD maupun pemicu IMA akibat
perubahan kecepatan aliran darah dalam pembuluh darah.2,11,64,65
5.4 PERBEDAAN KADAR ST2 PADA KELOMPOK AWAL HARI
PERAWATAN DAN AKHIR HARI PERAWATAN PADA NYHA III DAN
NYHA IV.
Uji statistik menunjukkan bahwa kadar ST2 NYHA III dan IV pada awal
hari perawatan lebih tinggi bermakna dibandingkan pada akhir hari perawatan
31.4 (14 – 129.2) ng/mL vs 18.4 (7.6 – 77.8) ng/mL, dengan p=0.001. Hasil ini
menunjukkan dengan adanya perbaikan klinis penderita, terjadi penurunan kadar
ST2 yang bermakna. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan
bahwa penurunan kadar ST2 pada akhir hari perawatan menunjukkan perbaikan
klinis pada pasien gagal jantung.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
penelitian dari Bhardwaj 2010 yang menyimpulkan peranan penting ST2 bukan
hanya sebagai indikator untuk melihat kerusakan otot jantung, juga kadar ST2
akan berubah seiring respon tubuh penderita terhadap pengobatan yang sedang
diberikan. Dengan kondisi jantung yang membaik maka kadar ST2 akan
menurun.31,
5.5 PERBEDAAN KADAR ST2 PADA NYHA III & IV
Rerata kadar ST2 awal hari perawatan pada NYHA III adalah 30.75 (14.084.5 dan kadar ST2 pada NYHA IV 58.82 (± 37.36). Walaupun jika dilihat dari
box plot kadar ST2 dari kelompok NYHA IV terlihat lebih tinggi dari pada
NYHA III, tetapi perbedaan ini tidak bermakna. Perbedaan yang tidak bermakna
yang ditemukan pada penelitian ini kemungkinan karena jumlah sampel yang ada
minimal yang diperlukan pada penderita gagal jantung NYHA III & IV. Kadar
ST2 penderita gagal jantung NYHA IV lebih tinggi dibandingkan NYHA III
menunjukkan bahwa peningkatan kadar ST2 sebanding dengan beratnya
kerusakan struktur jantung. Penelitian Rehman Januzzi dkk 2008 mendapatkan
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
42
pasien gagal jantung klasifikasi fungsional IV kadar ST2 nya lebih tinggi
dibandingkan klasifikasi fungsional NYHA III dan II.26
5.6
PENGARUH
USIA,
JENIS
KELAMIN,
PENYEBAB
GAGAL
JANTUNG DAN LAMA PERAWATAN TERHADAP Δ ST2
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada pengaruh antara usia, jenis
kelamin, penyebab gagal jantung dan lama perawatan terhadap Δ ST2. Untuk
lama perawatan walaupun nilai OR >0.286 tapi juga tidak berpengaruh terhadap Δ
ST2. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Weinberg bahwa tidak ada pengaruh
ras, jenis kelamin dan faktor penyebab gagal jantung terhadap kadar ST2.29
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
43
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Telah dilakukan penelitian terhadap 23 orang subyek dengan diagnosis
gagal jantung NYHA III dan IV.Untuk mengetahui peran ST2 sebagai petanda
perbaikan klinis gagal jantung NYHA III dan IV dilakukan pemeriksaan ST2
pada awal hari perawatan dan akhir hari perawatan. Penelitian dilakukan di ruang
perawatan divisi Kardiologi Departemen Penyakit Dalam di gedung-A RSCM.
6.1.1 Nilai median ST2 pada gagal jantung NYHA III & IV pada awal hari
perawatan didapatkan median 31.4 (14.0 – 129,2) ng/mL dan di akhir hari
perawatan didapatkan median 18.4 (7,6 – 77,8) ng/mL.
6.1.2 Kadar ST2 pada gagal jantung NYHA III & IV pada awal hari perawatan
lebih tinggi bemakna dibanding hari akhir perawatan.
6.1.3 Perubahan Δ ST2 tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, penyebab
gagal jantung dan lama perawatan.
6.2 SARAN
6.2.1 Petanda ST2 ini dapat digunakan secara serial di pusat kesehatan yang
banyak merawat penderita gagal jantung untuk menentukan perbaikan
klinis pada gagal jantung NYHA III & IV.
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
44
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Schrier RW, Abraham WT. Hormones and Hemodynamics in Heart
Failure. N Engl J Med. 1999;341(8):577-85.
Hunt SA, Abraham WT, Chin MH.et al. ACC/AHA 2005 Guideline
update for the diagnosis and management of chronic heart failure in adult :
Summary article. A report of the American College of Cardiology /
American Heart Association Task Force on Practice Guideline (Writing
Committee to Update the 2001 Guideline for the Evaluation and
Management of Heart Failure). J Am Coll Cardiology. 2005;46:1116-43.
National Clinical Guideline Centre. Chronic heart failure: the management
of chronic heart failure in adults in primary and secondary care. London;
2010. Diunduh
dari:URL:http://guidance.nice.org.uk/CG108/Guidance/pdf/English
Remme WJ, Swedber K. Guidelines for diagnosis and treatment of chronic
failure: task force report. Eur Heart J. 2001;22:1527-60
Gheorghiade M et al. Acute heart failure syndromes: current state and
framework for future research. AHA. 2005;112:3958-68. Diunduh dari
http://circ.ahajournals.org/cgi/reprint/112/25/3958
O’Keefe ST, Lye MDW. Heart Failure in The Elderly: The Same
Syndrome as the Clinical Trials. In: McMurray JJV, Cleland JGF editors.
Heart Failure in Clinical Practice. Great Britain: Martin Dunitz;
1996:p.47-63
Panggabean MM. Gagal Jantung. In: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 4th Ed,
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006:h.1513-16.
Bart AB, Goldsmith SR, Lee KL et al. Ultrafiltration in decompensated
heart failure with cardiorenal syndrome. N Engl J Med.
2012;367(24):2296-304
Owan TE, Hodge DO, Herges RM et al. Trends in prevalence and
outcome of heart failure with preserved ejection fraction. N Engl J Med.
2006;355(3):251-60.
Massie BM, Shah NB. Evolving trends in the epidemiologic factors of
heart failure: rationale for preventive strategies and comprehensive disease
management. Am Heart J. 1997;133:703-12.
Francis GS, Tang WHW, Sonnenblick EH. Pathophysiology and diagnosis
of heart failure . In: Fuster V, Alexander RW, O’Rourke RA, editors.
Hurst’s the heart. Volume 1.11th Ed. New York: McGraw Hills Int;
2004:p.716-21.
Joseph SM, Cerdas A M, Ewald GA, Geltman EM, Mann DL. Acute
decompensated heart failure. Tex Heart Inst J. 2009;36(6):510-20
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
45
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
National Heart Foundation of Australia and Cardiac Society of Australia
and New Zealand.
Guidelines for the prevention, detection and
management chronic heart failure in Australia. Australia; 2006:p.8-18
Makmun LH. Perkembangan Penatalaksanaan Gagal Jantung Masa Kini.
Pidato pengukuhan guru besar tetap ilmu penyakit dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka; 2007:p.1-23
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (Online). 2009. Jan 2007 (dikutip
2010
Mar
2003);
Diunduh
dari
URL:
http://www.pjnhk.go.id/index.php?option=com_conten&task=view&id=2
136&Itemid=31
Heart Failure Society of America. Quick Facts & Questions About Heart
Failure. Diunduh dari: http://www.hfsa.org/heart failure facts. asp
Tendera M. The Epidemiology of Heart Failure. J Renin Angiotensin
Aldosterone Syst. N Engl J Med. 2004;118:1913-4
Jessup M, Brozena S. Heart Failure. N Engl J Med. 2003;348(20):2007-18
de Denus S, Pharand C, William DR. Brain natriuretic peptide in the
management of heart failure. Chest. 2004;125:652-68.
Tsekoura DK, Kasravidas AL, Raisakis KG et al. Brain natriuretic peptide.
Hellenic J Cardiol. 2003;44:266-70
Clerico A. Emdin M. Diagnostic accuracy And prognostik relevance of
the measurement of cardiac natriuretic peptides : A review.Clin chem.
2004;50(1);33-50
Venugopal J.Pharmacological modulation of the natriuretic peptide
system. Expert Opin. Ther. Patents. 2003;13(9);1389-409
Levin ER. Gardner DG, Samson WK. Natriuretic peptides. N Engl J Med.
1998;339(5):321-8
Ruskoaho H, Cardiac hormones as diagnostics tools in heart failure.
Endocrine reviews. 2003;24:341-56
Tsutamoto T, Wada A, Sakai H et al Relationship between renal function
and plasma brain natriuretic peptide in patients with heart failure. J Am
Coll Cardiol. 2006;47:582-6
Rehman SU, Mueller T, Januzzi JL, Characteristics of the novel
interleukin family biomarker ST2 in patients with acute heart failure. J of
the Am Coll of Cardiology. 2008;52(18):1458-65.
Pascual-Figal DA, Llanos JO, Tornel PL et al. Soluble ST2 for predicting
sudden cardiac death in patients with chronic heart failure and left
ventricular systolic dysfunction. J Am Coll Cardiol. 2009;54(23)2174-9
Bayes-Genis A, Pascual-figal D, Januzzi J, Maisel A et al. Soluble ST2
monitoring provides additional risk stratification for outpatients with
decompensated heart failure. Rev Esp Cardiol. 2010;63(10):1171-8
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
46
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
Weinberg EO, Shimpo M, Hurwitz S. Identification of Serum Soluble ST2
Receptor as a Novel Heart Failure Biomarker. Circ J. 10.1161, 2003;72126.
Mueller T. Zimmermann M, Dieplinger B et al. Comparison of plasma
concentrations of soluble ST2 measured by three different commercially
available assay: The MBL ST2 assay, the Presage ST2 assay, and the
R&D ST2 assay. Clinica Chimica Acta. 2012;413:1493-94.
Bhardwaj A, Januzzi Jr JL. ST2: a novel biomarker for heart failure.
Expert Renov Mol. Diagnostics.2010; 10(4):459-64.
Nagendran T. The syndrome of heart failure : Patophysiology.BMJ. 2000;
320:167-70.
Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, McMurray JJV, Ponikowski P,
Poole-Wilson PA, et al. ESC guidelines for the diagnosis and treatment of
acute and chronic heart failure 2008. Eur Heart J. 2008:29:2388-442.
Braunwald E. Normal and abnormal myocardial function. In: Kasper DL,
Braunwald E, Fauci A, Hauser S, Longo DL, Jameson JL, editors.
Harrison's principles of internal medicine. 16thed. New York: McGraw
Hill; 2005.p.1358-65.
Jackson G, Gibbs CR, Davies MK, Lip GYH. ABC of heart failure:
pathophysiology. BMJ. 2000;320:167-70.
Albert NM, Lewis C. Recoqnizing and managing asymptomatic left
ventricular dysfunction. Crit Care. 2008;28:20-37.
Ramani GV, Uber PA, D P, Mehra MR. Chronic heart
failure:contemporary diagnosis and management. Mayo Clin Proc.
2010;85(2):180-95.
Demaria AN, Blanchard DG. The echocardiogram In: Fuster V, Alexander
RW, O’Rouke (Eds). Hurst : The Heart. 11thed. New York : McGraw-Hill
Int; 2004:p.351-66.
Kakkar R, Lee RT. The IL-33/ST2 pathway: Therapeutic target and novel
biomarker. Nature reviews –drug discovery. Macmillan Pub Lim.
2008;7:827-40
Weir RA, Miller AM, Murphy GEJ. Serum Soluble ST2. Am Coll of
Cardiology Foundation. J of the Am Coll of Cardiology. 2010;55.423-50
Ho JE, Larson MG, Ghorbani A, Cheng S, Vasan RS, Wang TJ, Januzzi Jr
JL. Soluble ST2 predicts elevated SBP ini the community. J of
Hypertension. 2013;31:1-6.
Daniels LB, Clopton P, Iqbal N, Tran K, Maisel AS. Association of ST2
levels with Cardiac Structure and Function and Mortality in Outpatients.
Am Heart J. 2010;160:721-8.
Januzzi Jr JL, ST2 as a Cardiovascular Risk Biomarker : From the bench
to the bedside. J Cardiovasc Trans Res. 2013;6(4):493-500.
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
47
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
Soska KW, Pietrucha T, Sakowicz A, Lelonek M. Soluble ST2 protein in
chronic heart failure is independent of traditional factors. Arch Med Sci.
2013;9,1:21-26
Ky B, French B, McCloskey K, et al High-Sensitivity ST2 for Prediction
of Adverse Outcomes in Chronic Heart Failure. Circulation Heart Failure.
2011;4(2):180-7
Shah RV, Januzzi JL Jr. ST2 a novel remodeling biomarker in acute and
chronic heart failure. Curr Heart Fail Rep. 2010;7:9-14
Januzzi JL Jr, Peacock WF, Maisel AS et al. Measurement of the
interleukin family member ST2 in patients with acute dyspnea: result from
PRIDE ( Pro-Brain Natriuretic Peptide Investigation of Dyspnea in the
Emergency Departement) study. J Am Coll Cardiol. 2007;50:607-13.
Dieplinger B, Januzzi JLJr, Steinmair M et al. Analytical and clinical
evaluation of a novel high sensitivity assay for measurement of soluble
ST2 in human plasma the presage ST2 assay. Clin chim acta. 2009;409(12):33-40
Lassus J, Gayat E, Mueller C et al. Incremental value of biomarkers to
clinical variables for mortality prediction in acutely decompensated heart
failure: The Multinational Observational Cohort on Acute Heart Failure
(MOCA) study. Int J Cardiol. 2013;168(3):2186-94.
Presage®ST2 Assay – Instructions for Use [package insert]. Critical
Diagnostics, Presage, and Advancing Medicine, Saving Lives. San Diego
CA;2011:p 1-30
PresageTM ST2 controls Kit. Critical diagnostics. BC-1066. San Diego,CA.
p1-6
Dahlan MS. Besar spesimen untuk desain khusus. Besar Spesimen dan
Cara Pengambilan Spesimen dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
2nd ed. Jakarta: Salemba Medika; 2009:79-106
Dahlan MS. Uji hipotesis komparatif variabel numerik dua kelompok.
Statistika untuk kedokteran dan kesehatan uji hipotesis dengan
menggunakan SPSS. Jakarta: Arkans; 2004.61-78.
Djuliana. Peran amino terminal proB-type natriuretic peptide pada
diagnosis gagal jantung klasifikasi new York heart association III-IV
dengan penyakit ginjal kronik 3-4. Jakarta: Universitas Indonesia;
2009.p.46-7
Coglianese EE, Larson MC, Januzzi JJr. Distribution and clinical
correlates of the interleukin receptor family member soluble ST2 in tha
Framingham heart study. Clin chem. 2012:58(12);1673-81.
Bleumink GI, Knetscha AM, Sturkenbooma MCJM et al. Quantifyingthe
heart failure epidemic:prevalence, incidence rate, lifetime risk and
prognosis of heart failure:the Rotterdam study. Eur heart J. 2004;25:16149
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
48
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
Mosterd A, Hoes AW. Clinical epidemiology of heart failure.
www.heartjnl.com. Heart. 2007;93:1137-46
Mosterd A, Hoes AW, Bruyne MCd, Deckers JW, Linker DT, Hofman A,
et al. Prevalence of heart failure and left ventricular dysfunction in the
general population:the rotterdam study. Eur Heart J. 1999;20:447-55
Bleumink GlS, Knetscha AM, Sturkenbooma MCJM, Strausa SMJM,
Hofmana A, Deckersa JW, et al. Quantifying the heart failure
epidemic:prevalence, incidence rate, lifetime risk and prognosis of heart
failure:the rotterdam study. Eur Heart J. 2004;25:1614-9.
Khan Z, Khan B, Hiader I, Khan I, Din Ju, Khan H, et al. Etiology of
congestive heart failure at a tertiary care hospital. RMJ. 2010;35:141-4.
Lee DS, Gona P, Vasan RS, Larson MG, Benjamin EJ, Wang TJ, et al.
Heart failure with preserved or reduced ejection fraction:insights from the
national heart, lung, and blood institute’s Framingham heart study.
Circulation. 2009;119:3070-7.
Klatsky AL, Gronnigen A, Udaltsova N, Chartier D, Brar SS, Schipper J,
et al. Heart failure etiology is usually pluricausal wether or not there is
associated coronary disease. Perm J. 2007;11:13-8
Miller WL, Hartman KA, Burritt MF, Borgeson DD, Burnett JC, Jaffe AS.
Biomarker responses during and after treatment with nesiritide infusion in
patients with decompensated chronic heart failure. Clin Chem.
2005;51:569–77
Frazier CG, Alexander KP, Newby K, Anderson S, Iverson E, Packer M,
et al. Associations of gender and etiology with outcomes in heart failure
with systolic dysfunction. J Am Coll Cardiol. 2007;49:1450-8
Hu FB. Globalization of food patterns and cardiovascular disease risk.
Circulation. 2008;118:1913-4
Ramani GV, Uber PA, D P, Mehra MR. Chronic heart
failure:contemporary diagnosis and management. Mayo Clin Proc.
2010;85(2):180-95.
CDC/NCHS
National
Hospital
Discharge
Survey,
2010.
ftp://ftp.cdc.gov/pub/Health_Statistics/NCHS/Dataset_Documentation/NH
DS/NHDS_2010_Documentation.pdf.
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
49
Lampiran 1. Karakteristik penelitian penderita gagal jantung
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Nama
SN
IS
NN
DS
AM
DRA
SAS
SS
YS
AS
MM
SY
MBP
SP
ISTI
SU
HY
SM
SP
SE
AYN
HS
RN
Usia
55
67
53
29
57
61
38
54
51
57
59
46
54
55
67
61
62
57
48
62
55
45
51
Kelamin
L
P
P
P
L
L
L
L
L
P
L
L
L
P
P
L
P
P
L
P
P
L
L
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Diagnosis
CAD
CAD
DM
AF
DM
HT DM
PKJ
HT
CAD
HT CAD
CAD
HT
CAD
CAD
CAD
CAD
CAD HT
HT
CAD DM
HT
CAD HT
CAD
CAD
50
Lampiran 2. Kelompok gagal jantung NYHA III dan IV
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
a12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Nama
SN
IS
NN
DS
AM
DRA
SAS
SS
YS
AS
MM
SY
MBP
SP
ISTI
SU
HY
SM
SP
SE
AYN
HS
RN
Usia
55
67
53
29
57
61
38
54
51
57
59
46
54
55
67
61
62
57
48
62
55
45
51
Kelamin
L
P
P
P
L
L
L
L
L
P
L
L
L
P
P
L
P
P
L
P
P
L
L
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Kelompok NYHA
IV
IV
III
III
III
III
III
IV
III
III
IV
III
III
III
IV
III
III
III
III
III
IV
III
IV
51
Lampiran 3. Kadar ST2 awal perawatan dan akhir perawatan
No
Nama
Usia
Kelamin
1
SN
55
L
2
IS
67
P
3
NN
53
P
4
DS
29
P
5
AM
57
L
6
DRA
61
L
7
SAS
38
L
8
SS
54
L
9
YS
51
L
10
AS
57
P
11
MM
59
L
12
SY
46
L
13
MBP
54
L
14
SP
55
P
15
ISTI
67
P
16
SU
61
L
17
HY
62
P
18
SM
57
P
19
SP
48
L
20
SE
62
P
21
AYN
55
P
22
HS
45
L
23
RN
51
L
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
ST2 Awal
53.9
113
118.7
24.2
25.8
33.6
52.9
32.9
23.1
32.3
109
49.2
51
20.4
37.4
51.9
88
32
52.6
37.4
17.8
48.5
129.8
ST2 akhir
13.7
112.5
40.3
21.8
10.4
11.8
13
32
21
14.9
74.2
42.4
37.7
16.6
19.5
40.5
89.4
28.2
37.2
16.8
12.2
43
117.9
52
INFORMASI PENELITIAN
GAMBARAN ST2 SEBELUM DAN SESUDAH PERAWATAN PADA
GAGAL JANTUNG NYHA III DAN IV
Bapak/Ibu/Sdr/I yang terhormat,
Gagal jantung telah menjadi masalah yang terus berkembang diseluruh
dunia, menjadi penyebab tingginya jumlah perawatan di rumah sakit serta
menelan biaya pengobatan yang cukup tinggi. Gagal jantung adalah suatu
kumpulan kelainan pada jantung yang terdiri dari gejala dan tanda akibat
gangguan struktur dan fungsi jantung sehingga jantung gagal memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh tubuh. 3,4
Pemeriksaan laboratorium penting untuk membantu klinisi menetapkan
perbaikan setelah penderita gagal jantung mendapatkan pengobatan.
Oleh karena itu, kami akan melakukan pemeriksaan kadar ST2 pada
pasien dengan diagnosis gagal jantung untuk mengetahui apakah petanda ST2
dapat digunakan untuk menilai perbaikan klinis pada penderita gagal jantung
NYHA III dan IV.
Bila Bapak/Ibu/Saudara/I bersedia mengikuti penelitian ini, maka
kami akan melakukan pengambilan darah sebanyak kira-kira satu sendok teh.
Semua data yang diperoleh dari penelitian ini akan diperlakukan secara
rahasia. Hasilnya akan diinformasikan kepada bapak/ibu/saudara secara
rahasia dan pribadi.
Bapak/Ibu/ Saudara/I bebas untuk ikut serta atau menolak ikut serta
dalam penelitian ini setelah mendapat penjelasan. Bila bersedia ikut dalam
penelitian ini, mohon dapat membubuhkan tanda tangannya di bawah ini.
Apabila ada hal yang belum jelas dapat menanyakan langsung kepada kami di
nomor telpon dibawah ini.
Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kerjasama yang
baik dari Bapak/Ibu/Saudara/i.
Peneliti
dr. Neila Mona. A.G. Mandey
Telp : 081210259097
Departemen Patologi Klinik FKUI-RSCM
52
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
53
PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama/ Nama yang mewakili :
Usia
:
Alamat
:
No telp
:
tahun
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secukupnya serta menyadari
manfaat penelitian tersebut dibawah ini yang berjudul :
GAMBARAN ST2 SEBELUM DAN SESUDAH PERAWATAN
PADA GAGAL JANTUNG NYHA III DAN IV
Secara sukarela menyetujui diri sendiri diikut sertakan dalam penelitian ini.
Jakarta, ……………
Pemberi penjelasan
( dr. Neila Mona M
2013
Peserta penelitian,
)
(
)
53
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Gambaran ST2…, Neila Mona, FK UI, 2013
Download