UNIVERSITAS INDONESIA PENGGUNAAN HERBAL UNTUK PENGOBATAN GAGAL JANTUNG DARI ITALIA (CRATAEGUS SP.) TUGAS ETNOFARMAKOLOGI SUNARMI 1106107486 DOSEN: Dr. Katrina M.Si, Apt. PROGRAM MAGISTER HERBAL FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA 2012 1 A. GAGAL JANTUNG 1. Pengertian Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Braundwald) 2. Klasifikasi Klasifikasi gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA) adalah: NYHA kelas I para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan fisik serta tidak menunjukkan gejal-gejala penyakit jantung seperti cepat lelah, sesak nafas atau berdebar-debar, apabila melakukan kegiatan biasa. NYHA kelas II penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang biasa dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti kelelahan, jantung berdebar, sesak nafas atau nyeri dada. NYHA kelas III penderita penyakit dengan banyak pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan biasa sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti yang tersebut di atas. NYHA kelas IV penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa menimbulkan keluhan, yang bertambah apabila mereka melakukan kegiatan fisik meskipun sangat ringan. 3. Etiologi Beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya CHF adalah: a. Kelainan otot jantung Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi 2 b. Aterosklerosis koroner Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun. c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. d. peradangan Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. e. Penyakit jantung lain Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load f. 3. Faktor sistemik Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Tanda dan Gejala a. Tanda dominan Meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi. 3 b. Gagal Jantung Kiri Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu : - Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND) - Batuk Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk - Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik c. Gagal jantung Kanan Kongestif jaringan perifer dan visceral: Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting penambahan BB Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena hepar Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen Nokturia Kelemahan 4. Terapi Farmakologis - Glikosida jantung Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasillkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema. - Terapi diuretic Diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia 4 - Terapi vasodilator Obat-obat vasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan. - Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau menghilangkan oedema 5. Herbal untuk Terapi pada Penyakit Kardiovaskuler Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rabia Altaf et.al. mengenai berbagai herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan pada penyakit kardiovaskuler, diperoleh hasil sebagai berikut: NO NAMA TANAMAN EFEK PADA KARDIOVASKULER haemorrhoids, malaria, respiratory diseases, varicose veins and chronic venous insufficiency vasorelaxant, antithrombotic and antiatherosclerotic BAGIAN YG DIGUNAKAN 1 Aesculus hippocastanum 2 Allium sativum 3 Asclepias currasavica 4 Burberis vulgaris 5 Cinchona ledgeriana 6 Commiphora mukul 7 Convallaria majalis 8 Cratageus species 9 Curcuma longa antithrombotic, ischemia, daun, bunga, buah congestive heart failure, arrhythmia ntiischemic, antiatherosclerotic Rimpang 10 Cynara scolymus antihypercholestrolemic 11 Digitalis lanata congestive heart failure 12 Digitalis purpurea congestive heart failure possessing positive inotropic effect comparable to digitalis and strophanthin congestive heart failure, hypertension, arrythmias antiarrythmic biji, tincture, umbi Buah atherosclerosis, hypercholestrolemia and lipid disorders. cardiotonic, diuretic and for circulatory insufficiency Daun 5 13 Gingko biloba antiatherosclerotic daun 14 Kaempferia galanga vasorelaxant rimpang 15 Monascus purpureus anti atherosclerosis and hypercholesterolemia antiarrhythmic, coronary vasodilator and antihypertensive 16 Olea europeae 17 Panax ginseng 18 Phyllanthus emblica 19 Nigella sativa 20 Nerium oleander dyslipidemia, Biji hypertension, atherosclerosis cardioprotektif, anti angina akar, batang, daun 21 Rauwolfia serpentina antihypertensive, arrythmia 22 Salvia miltiorrhiza 23 Stephania tetrandra hypertension, angina pectoris, myocardial infarction, ischemia, hyperlipidemia antihypertensive 24 Stevia rebaudiana vasodilating effect 25 Terminalia arjuna 26 Undaria pinnatifida antihyperlipidemic and antihypercholestrolemic antihypertensive 27 Veratrum album antiplatelet adhesion, anticoagulant anti kolesterol Daun umbi Daun hypotensive agents,vasodilation B. PENGOBATAN TRADISIONAL DI ITALIA Italia merupakan pioner dalam pengobatan secara modern. Namun di dalam sejarahnya, Italia memiliki riwayat adanya pengobatan non medis, yaitu: 1. 2. 3. Adanya healers (dukun) dan potion maker, salah satunya dalam pengobatan luka dan patah tulang yang hanya menggunakan sentuhan tangan, tanpa adanya ramuan tertentu Adanya pengobatan dengan menggunakan mantra-mantra tertentu. I Menggunakan ramuan-ramuan tradisional dari tumbuh-tumbuhan (akar, batang, daun dan buah). Sampai saat ini penggunaan herbal (tumbuhan) sebagian masyarakat Italia. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Leporatti at.al. pada tahun 2009, berikut ini merupakan jenis tamanan yang digunakan oleh masyarakat Italia dalam pengobatan berbagai penyakit: 6 Gonorrhea Petroselinus crispus L., Cynodon dactylon (L.) Pers., Zea mays L., Ajuga iva (L.) Schreb. Orchitis Daucus carota L. Trachoma Marrubium vulgare L., Nigella damascena L., Olea europaea L., Capsicum annuus L. (this last in cattle and sheeps) Ocular leukoma Sonchus oleraceus L., Reseda alba L., Ficus carica L., Carthamus tinctorius L. Hemiplegia Vinca minor L., Allium cepa L. Circulation Fumaria capreolata L., Ruta graveolens L. and Vitis vinifera L., Crataegus Sp Hypotensive Pistacia lentiscus L., Marrubium vulgare L., Peganum harmala L., Prunus persica L. Measles Linum usitatissimum L., Apium graveolens L. Anti neoplastic Xanthium strumarium L., Buxus sempervirens L. Whooping cough Raphanus sativus L. Antimalarial Artemisia absinthium L., Buxus sempervirens L., Globularia alypum L., Marrubium vulgare L. Asthma Lavandula stoechas L., Pistacia lentiscus L., Rosmarinus officinalis L., Linum usitatissimum L., Polygonum aviculare L., Rumex tuberosus L. Jaundice Ecballium elaterium (L.) A. Richard, Marrubium vulgare L., Rumex tuberosus L. Anti Parkinson Peganum harmala L. Herpes zoster Vitis vinifera L. Psoriasis Verbascum sinuatum L., Ecballium elaterium (L.) A. Richard Erysipela Solanum nigrum L., Sambucus nigra L. Hydrops Fumaria officinalis L. C. CRATAEGUS SPESIES 1. Taksonomi Kingdom : Plantae Divisi :Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rosids Famili :Rosaceae Genus : Crataegus 7 2. Nama lain: Haw, May, Whitethorn, Hawthorn, asshan-zha 3. Crataegus (Hawthorn) Merupakan tumbuhan semak, dengan tinggi 1,5 – 4 meter. Kayu keras, berduri. Bunga berwarna putih dengan variasi warna merah, sedikit pahit, Kelopak bundar, terpisah. Buah berbentuk kecil, oval, warna merah tua, rasa asam. Daunnya bergerigi, warna hijau kekuningan, mengkilap, 3-5 lobus, lobus menunjuk ke depan. Merupakan tumbuhan asli dari seluruh Eropa, Mediterania termasuk Afrika Barat, Asia Barat dan Tengah. Saat ini banyak tumbuh di Amerika Utara. Pohon banyak ditemukan hidup di pinggir jalan, ladang dan hutan, tumbuh subur di tempat dengan intensitas sinar matahari sedang, namun buah banyak diproduksi pada keadaan banyak sinar matahari. Di dunia ada sekitar 280 spesies Crataegus, namun yang banyak digunakan untuk pengobatan adalah C. Oxyacantha (C. Laevigata) digunakan di Amerika dan Eropa, C. Azarolus digunakan di Mediterania timur, C. Pentagyna di Balkan peninsula dan C. Pinnatifida (C. Cuneata) digunakan di China dalam TCM. 4. Kandungan Kimia a. Flavonoides (1.8%): O-glycosides, including hyperoside (0.28%), rutin (0.17%) b. 6-C- and 8-C-glycosyl compounds, including vitexin (0.02%), vicenin-1, orientin c. 6-C- and 8-C-glycosyl compounds, linked O-glycosidically as well as with other monosaccharides, including vitexin-2"- O-alpha-L-rhamnoside (0.53%), vitexin-2"-0-alpha- Lrhamnoside- 4'"-acetate d. Oligomeric proanthocyanidins (2.4%) e. Biogenic amines, including tyramine f. Triterpenes ( 0.6%): including oleanolic acid, ursolic acid, 2-alphahydroxy oleanolic acid (crataegolic acid 5. Gambar 8 Gbr.1. Pohon Gbr. 2.Bunga Gbr.3. Buah 6. Secara tradisional, buah Crataegus sp digunakan untuk pengobatan sakit perut, diuretik, tonik, astringent, penguat jantung, peningkat nafsu makan (mentah), meningkatkan sirkulasi dan kram, daun untuk mengobati luka dan gatal-gatal, akar untuk diare, dysentri, tonik, penguat penyakit perempuan (Amerika dan Eropa). Di Cina buah digunakan untuk hipertensi, lemah jantung, arteriosklerosis, angina pektoris. Mengobati scurvy, laksatif dan penyakit perut, sedangkan daun digunakan sebagai antidotum. 7. Perkembangan Crataegus Penggunaan Hawthorn dimulai pada masa Dioscorides. Secara tradisional digunakan sebagai diuretik pada gangguan ginjal, mengobati sakit perut, 9 menstimulasi nafsu makan dan memperbaiki sirkulasi. Selain itu juga digunakan untuk terapi pada stres, kecemasan dan gangguan tidur. New York Medical Journal tahun 1896, pertama kalinya terungkap penggunaan kebetulan dari hawthorn dalam pengobatan kondisi jantung, dimana seorang dokter memberikan buah Crataegus pada pasiennya yang mengidap penyakit jantung. Namun hal tersebut baru terungkap setelah dia meninggal. Berdasarkan hasil publikasi tersebut, pada tahun 1898, John Uri Lioyd (ahli farmasi penting dlm American Medicinal Plants, pemiik Lioyd Brothers Pharmacists) mulai memproduksi obat dari Hawthorn, namun tanpa disertai dengan penelitian mengenai efikasi dan keamanannya. Hawthorn mulai digunakan secara klinis baik di Amerika Serikat dan Eropa pada paruh pertama abad 19 untuk pengobatan penyakit jantung. Penyelidikan ilmiah modern dari ramuan baru dimulai pada 1960-an. Terdapat berbagai senyawa yang potensial dalam pengobatan jantung, namun tidak ada senyawa tunggal ditemukan bertanggung jawab untuk efek tonik hawthorn di jantung. Hawthorn sebagai obat modern untuk terapi pada penyakit jantung telah digunakan di negara-negara eropa seperti Jerman dan di Asia yaitu Cina. German Commission E Monographs telah menyetujui penggunaan daun dan bunga untuk pengobatan jangka panjang pada gagal jantung kelas I dan II. D. UJI PRA KLINIK Berikut ini merupakan beberapa hasil uji praklinik yang dilakukan untuk mengetahui manfaat crataegus Sp. 1. Pemberian Ekstrak alkohol bunga ( flavonoid dan procyanidin) mempunyai efek inotropik positif dan memperpanjang periode refrakter pada jantung marmut. 2. Pemberian ekstrak cair bunga atau daun terhadap tikus menunjukkan penghambatan aritmia yang diinduksi oleh aconitin, kalsium klorida atau kloroform, dan menurunkan tekanan darah 3. Pemberian IV ekstrak etanol daun dan kulit batang menunjukkan penghambatan aritmia yg diinduksi oleh aconitine pada kelinci 4. Pemberian Ekstrak air meningkatkan kerja jantung selama reperfusi, menurunkan kadar laktat dan mempercepat metabolisme pada jantung tikus yang iskhemik 5. Pemberian intragastrik dari ekstrak daun dan bunga pada anjing dgn dosis 12 – 70mg/Kg BB 3x sehari selama 60 hari meningkatkan aliran darah miokard 10 6. 7. 8. 9. pemberian IV ekstrak air daun dan bunga pada anjing (eq 6 mg procyanidin/kg BB) aktivitas β blocker dan menghambat takikardi, menghambat peningkatan tekanan darah pemberian IV ekstrak air daur dgn dosis 31 mg/kg bb menurunkan tekanan sistolik, diastolik pada tikus Uni Toksisitas: D50 pada tikus : 1.170 mg/Kg dan 750 mg/Kg pada rat Efek terratogenik: sampai dengan dosis 1,6 gr/Kg ekstrak bunga pada tikus dan kelinci: tidak ada E. UJI KLINIK 1. Studi dilakukan dengan metode double-blind, secara acak pada orang dewasa yang menderita CHF kelas II atau III dan mengalami penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri. Diberikan dosis 900 mg/hari pada 1338 pasien dan 1343 pasien mendapatkan plasebo selama 24 bulan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa ekstrak Crataegus WS 1442 aman digunakan pada pasien dengan gagal jantung, dan potensial menurunkan insiden kematian mendadak pada pasien dengan fungsi ventrikel kiri yang menurun 2. Uji dilakukan secara random, terkontrol dilakukan pada pasien dengan gagal jantung kelas II untuk menguji efikasi dan keamanan ekstrak hawthorn segar yg terstandar dari Crataegus Oxyacantha dan monogyna (Crataegisan ®). Dilakukan pada 143 pasien NYHA Kelas II. Diberikan 3 kali 30 tetes ekstrak dan plasebo sebagai pembanding selama 8 minggu. Variabel utama untuk evaluasi keberhasilan adalah perubahan toleransi latihan dengan pengujian sepeda olahraga, dan variabel sekunder adalah tekanan darah jantung (BHP). Penilaian dilakukan terhadap subyektif pasien terhadap gejala jantung pada saat istirahat dan pada tingkat lebih tinggi dari tenaga dinilai oleh pasien pada skala penilaian kategoris. Penilaian secara keseluruhan keberhasilan pada kunjungan akhir diberikan oleh pasien dan penyidik. Hasil yang diperoleh adalah tidak adanya perubahan gejala pada fase istirahat. Obat tersebut mengalami penerimaan yang tinggi dari pasien dan aman digunakan. Perubahan yang signifikan terjadi pada Dispnea dan kelelahan yang tidak terjadi sampai pada level latihan tertentu. Disimpulkan bahwa ekstrak tersebut dapat digunakan untuk pengobatan jangka panjang pada NYHA kelas II. 11 3. Uji double-blind acak dengan kontrol plasebo dilakukan pada 120 pasien rawat jalan usia 18 tahun yang menderita CHF kelas II-III . semua pasien mendapatkan terapi pengobatan konvensional, dan secara acak kelompok 1 diberikan hawthorn dengan dosis 450 mg 2 kali sehari, dan kelompok 2 diberikan plasebo selama 6 bulan. Penilaian dilakukan pada jarak yang ditempuh dengan jalan kaki selama 6 menit, pengukuran kualitas hidup, puncak konsumsi oksigen dan ambang anaerob pada saat treadmill dengan latihan maksimal. Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam penilaian pada pasien yang mendapatkan hawthorn dan plasebo. Dengan demikian disimpulkan bahwa pemberian hawthorn pada pasien CHF kelas II dan III yang mendapatkan terapi medis standar tidak memberikan keuntungan baik simtomatik amupun fungsional. 12 E. PRODUK YANG ADA DI PASAR 13 DAFTAR PUSTAKA 1. Altaf R, Asmawi MZ, Dewa A, Umar MI. Sources and possible mechanisms of action of important phytoconstituents with cardiovascular properties. African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol. 6(9), pp. 563-580, 8 March, 2012 2. Corposanto C. Health and illness, between culture and territory: On the practice of medical profession in Italy at the beginning of the third millennium International Journal of Sociology and Anthropology Vol. 1(1) pp. 026-037 May, 2009 3. Crataegus oxyacantha (Hawthorn) monograph, Alternative Medivcine Review, Vol. 15 No. 2 (164-167) 4. Degenring F.H, Suter A, Weber M, SallerR. A Randomised Double Blind Placebo Controlled Clinical Trial Of A Standardised Extract Of Fresh Crataegus Berries (Crataegisan®) In The Treatment Of Patients With Congestive Heart Failure NYHA II. Phytomedicine 2003. Vol 10: 363–369. 5. Holubarsch CJF, Colucci WS, Meinertz T, Gaus W, Tendera M. The efficacy and Safety Of Crataegus Extract WS® 1442 In Patients With Heart Failure: The SPICE Trial. European Journal of Heart Failure, 2008 Volume 10. 12: 1255-1263. 6. http://www.drugs.com/npp/hawthorn.html 7. Leporatti ML, Ghedira K. Comparative Analysis of Medicinal Plants Used in Traditional Medicine in Italy and Tunisia. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine Vol 5:31 2009: 8. Mahmood ZA, Sualeh M, Mahmood SBZ, Karim MA. Herbal Treatment For Cardiovascular Disease The Evidence Based Therapy. Pak. J. Pharm. Sci., Vol.23, No.1, January 2010, pp.119-124 9. PDR for Hrebal medicines. 2000 10. Who Monographs on Selected Medicinal Plants, Vol 2, 2002 11. Zick SM, Vautawn BM, Gillespie B, Aaronson KD. Hawthorn Extract Randomized Blinded Chronic Heart Failure (HERB CHF) Trial. European Journal of Heart Failure, 2009 vol. 11: 990–999 14